Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LAPORAN TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“Teori Middle Range Cultural Care Diversity & Universitality Theory””

Oleh :

Illa Billah 225170101111002

Amelia Rizqiani Fatiha Muntoni 225170101111001

Fadiya Putri Septianingtyas 225170100111016

Amel Afgista Kanasyah 225170100111019

Choirunnisa Salshabilla Firdaus 225170100111017

Nasywa Zahra Aprillisna 225170101111003

Risfa Yunistia 225170100111018

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Penerapan Teori dan Model Keperawatan Imogene King” dengan tepat waktu.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori
Keperawatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
informasi seputar permasalahan atau kasus yang terjadi di masyarakat bagi para
pembaca dan juga bagi penulis, yaitu kasus mengenai pasien TBC.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ikhda Ulya, S.Kep.,


M.Kep. selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya laporan tugas kelompok ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 27 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 3
BAB 1............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................... 5
BAB 2............................................................................................................................................................ 6
ISI................................................................................................................................................................... 6
2.1 Latar Belakang Teori................................................................................................................. 6
2.2 Asumsi Utama............................................................................................................................... 7
2.3 Konsep Teori dan Hubungan Teori.....................................................................................8
BAB 3......................................................................................................................................................... 11
PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 11
3.1 Penerapan Teori................................................................................................................. 11
BAB 4......................................................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................................................ 15
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 15
4.2 Saran.............................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh


perkembangan keperawatan secara global. Keperawatan di Indonesia
mengalami perkembangan yang pesat secara berkelanjutan setelah diamati
secara langsung. Baik dalam tatanan praktik keperawatan maupun di bidang
pendidikan. Pada masa lalu, keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa
komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh karena dilakukan lebih
berdasarkan intuisi dan tradisi.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan dalam praktek
keperawatan serta pengembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (body
of knowledge) yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan
dalam praktik keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi
4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory,
dan practice theory.
Middle range theory adalah teori keperawatan yang berfokus pada
fenomena tertentu dan terdiri dari hipotesis dengan dua atau lebih konsep yang
dihubungkan bersama dalam sistem konseptual. Dalam makalah ini disajikan
hasil analisa salah satu teori middle range theory yang diperkenalkan oleh
Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori “Cultural Care Diversity
& Universality Theory”. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang
didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang
melekat dalam masyarakat. Dikarenakan sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock.

4
1.2 Tujuan

1. Untuk menjelaskan cakupan umum tentang teori Cultural Care


Diversity & Universality Theory.
2. Untuk mengetahui asumsi utama teori Cultural Care Diversity &
Universality Theory.
3. Untuk mengetahui konsep dan hubungan teori Cultural Care Diversity
& Universality Theory.
4. Untuk memahami penerapan teori Cultural Care Diversity &
Universality Theory dalam praktik keperawatan.

1.3 Manfaat

1. Mengetahui latar belakang teori Cultural Care Diversity &


Universality Theory.
2. Mengetahui asumsi utama teori Cultural Care Diversity &
Universality Theory.
3. Mengetahui konsep dan hubungan teori Cultural Care Diversity &
Universality Theory.
4. Memahami penerapan teori Cultural Care Diversity & Universality
Theory dalam praktik keperawatan.

5
BAB 2

ISI

2.1 Latar Belakang Teori


Setelah studi dan penelitian selama 6 dekade, Theory of Culture Care
Diversity and Universality telah ditetapkan menjadi teori keperawatan utama.
Teori ini direkomendasikan untuk diterapkan oleh disiplin ilmu kesehatan
lainnya untuk memberikan perawatan transkultural kepada orang-orang dari
berbagai ragam budaya (McFarland, Mixer, Wehbe-Alamah, & Burk, 2012).
Leininger dalam bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two
Words to Blend dan ”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research,
and practise (1978 )” mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktik
dalam keperawatan transcultural serta menunjukkan bahwa perawatan
transkultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain,
meskipun berbeda. Pengetahuan tentang budaya dengan kebutuhan
perawatannya menggunakan The Culture Care Theory telah menjadi hal yang
utama serta penekanan unik dalam keperawatan sebagai sarana untuk
mengetahui dan membantu kelompok dalam beragam budaya (Leininger,
1978, 1991, 2002c, 2006a). Faktor perawatan berbasis budaya diakui sebagai
pengaruh dari ekspresi, keyakinan, dan praktik keperawatan manusia terkait
dengan kesehatan, penyakit, dan kesejahteraan atau menghadapi kematian
dan kecacatan. Teori ini menjadi panduan yang sangat bermakna bagi cara
berpikir, praktik, dan penelitian dalam keperawatan. Proses merefleksikan
dan rekonseptualisasi perawat sebagai esensi keperawatan dari perspektif
perawatan holistik merupakan langkah penting dalam mengetahui dan
memahami orang lain (Leininger, 2006a).
Tujuan Theory of Culture Care Diversity and Universality yakni untuk
menemukan, mendokumentasikan, mengetahui, dan menjelaskan saling
ketergantungan dalam keperawatan dan fenomena budaya dengan perbedaan
dan persamaan antar budaya. Pengetahuan tersebut bersifat esensial bagi
praktik asuhan keperawatan profesional di masa kini dan masa depan serta

6
bagi penyedia layanan kesehatan lainnya. pengetahuan keperawatan berbasis
budaya diharapkan memperluas praktik keperawatan dan memberikan
layanan kesehatan.

2.2 Asumsi Utama


Asumsi utama untuk mendukung Theory Cultural Care Diversity and
Universality yang dikemukakan oleh Leininger yakni “Care” adalah esensi
keperawatan serta focus yang memusatkan perbedaan sentral dan dominan
dalam suatu pelayanan. Perawatan (Caring) yang didasarkan pada
kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk memperoleh kesejahteraan,
kesehatan, pertumbuhan, dan ketahanan, serta kemampuan untuk mengatasi
rintangan, memelihara kesehatan maupun menghadapi kematian. Teori
Leininger melibatkan pengetahuan dan pemahaman budaya yang berbeda
sehubungan dengan praktik keperawatan
Caring yang didasari kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk
mengobati dan menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin
dilakukan tanpa perawatan, sebaliknya perawatan dapat tetap eksis tanpa
pengobatan. Praktik perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh
dan cenderung tertanam dalam pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama,
kekeluargaan, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi, etnohistory,
dan lingkungan kebudayaan. Keuntungan, kesehatan, dan kepuasan terhadap
budaya perawatan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu,
keluarga, kelompok, komunitas di dalam lingkungannya. Kebudayaan dan
keperawatan yang kongruen dapat terwujud apabila pola-pola, ekspresi, dan
nilai-nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi,
struktur dan polanya bervariasi di antara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan interpretasi
dan temuan yang penting mengenai pemberian asuhan keperawatan dengan
kebudayaan komplek yang berbeda.

7
2.3 Konsep Teori dan Hubungan Teori

Gambar 1 : Konseptual Teori Cultural Care Diversity & Universality

8
Konsep Theory Cultural Care Diversity and Universality yang
dikemukakan oleh Leininger mencakup :
1. Human Care and Caring
Fenomena yang erat kaitannya dengan bimbingan bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok, dengan adanya tindakan
untuk memenuhi kebutuhan
2. Culture
suatu pembelajaran pembagian dan transmisi nilai keyakinan norma
dan gaya hidup yang memberikan arahan dalam berkehidupan.
3. Culture Care
Keperawatan yang mengacu pada pembelajaran subjektif dan objektif
yang membantu dan mendukung individu lain maupun kelompok
dalam mempertahankan kesejahteraan, kesehatan, serta untuk
memperbaiki kondisi kehidupan.
4. Culture Care Diversity
Keragaman perawatan yang mengacu pada variabel perbedaan pola,
nilai, gaya hidup, dan simbol perawatan yang dihubungkan terhadap
pemberian bantuan dan dukungan yang memampukan manusia
melakukan suatu perawatan
5. Culture Care Universality
Kesatuan perawatan yang mengacu pada suatu pengertian umum yang
memiliki kesamaan dan pemahaman yang paling dominan serta
merefleksikan pemberian bantuan dan dukungan
6. Worldview
Sebuah pandangan dunia yang mengacu pada cara pandang manusia
memelihara dunia untuk menampilkan suatu gambaran dan nilai yang
ditegakkan dalam lingkungan disekitarnya.
7. Cultural and Social Strukture Dimensions
Mengacu pada suatu pola dinamis gambaran hubungan struktural dan
faktor kelompok dari suatu bentuk kebudayaan dan faktor etnohistory.
8. Environmental Context

9
Mengacu pada totalitas suatu lingkungan atau peristiwa dengan
pengalaman terkait yang memberikan makna interpretasi
9. Ethnohistory
Mengacu pada kronolgi fakta sebagaimana disaksikan tentang orang-
orang yang ditunjuk dalam suatu budaya.
10. Emic
Mengacu pada pandangan dan nilai lokal tentang suatu fenomena
11. Etnic
Mengacu pada pandangan orang luar yang bersifat universal dan nilai-
nilai tentang suatu fenomena.
12. Health
Keadaan sejahtera yang secara budaya dinilai oleh individu dan
kelompok serta memungkinkan mereka berfungsi dalam kehidupan
sehari-harinya.
13. Transcultural Nursing
Mengacu pada bidang formal pengetahuan, praktik humanistic, dan
ilmiah yang berfokus pada fenomena dan kompetensi culture care
yang holistik.
14. Culture Care Preservation or Maintenance
Mengacu pada bantuan pengambilan keputusan dan tindakan
profesional yang memungkinkan dapat menolong orang lain dan
mempertahankan nilai perawatan.
15. Culture Care Accommodation or Negotiation
Mengacu pada semua dukungan pembuatan keputusan dan tindakan
kreativitas profesional yang memungkinkan dapat menolong
masyarakat untuk bernegosiasi dengan pihak lain.
16. Culture Care Repatterning or Restructuring
Mengacu pada seluruh bantuan keputusan dan tindakan profesional
yang dapat menolong klien untuk mengubah cara hidup
17. Culturally Competent Nursing Care
Mengacu pada penggunaan keperawatan yang berbasis budaya dan
pengetahuan kesehatan dalam cara yang kreatif serta bermakna.

10
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Teori


Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan:
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian
dalam berbagai budaya. Teori transcultural nursing ini, merupakan satu-
satunya teori yang yang membahas secara spesifik tentang pentingnya
menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya. Budaya
merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyembuhan pasien.
2. Edukasi (Education)
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori
transcultural nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat
para perawat berhadapan langsung dengan klien, mereka tidak hanya
akan merawat klien yang mempunyai budaya yang sama dengan
dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien yang berasal
dari luar negara Indonesia. Maka dari itu sangat penting sekali saat
masa edukasi, seorang perawat harus selalu meningkatkan sikap
toleransi mereka atas semua perbedaan budaya yang ada, agar kelak
bisa semakin terbiasa dan menghargai semua perbedaan budaya.
Sehingga semuanya bisa mendapat pelayanan kesehatan dengan adil
dan sesuai tanpa adanya diskriminasi apapun meskipun memiliki
budaya yang berbeda, karena pada dasarnya manusia memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
3. Kolaborasi (Collaboration)
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan
kesehatan memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai
dengan latar belakang budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang
ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf
kesehatan yang lainnya. Dalam menjalankan suatu asuhan

11
keperawatan, sudah pastinya perawat akan melakukan kolaborasi
dengan klien dan tenaga kesehatan lain, dan dalam kolaborasi ini
perawat harus bisa menyesuaikan asuhan keperawatan sesuai dengan
budaya klien. Perawat dan klien bisa saling bekerja sama untuk dapat
memilih asuhan yang tepat sesuai dengan budaya yang dianut. Begitu
pula dengan tenaga kesehatan yang lain juga harus sama-sama tau apa-
apa saja pantangan dari setiap budaya yang ada sehingga tercipta
pelayanan kesehatan yang sesuai.
4. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori
Transcultural Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock atau culture imposition.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya. Maka
dari itu sebelum memberikan asuhan keperawatan, perawat harus
mengkaji terlebih dahulu apa budaya dari pasien, agar tidak terjadinya
miskomunikasi yang akhirnya dapat membuat pasien tidak nyaman
dalam menjalankan proses penyembuhannya.

Penerapan Teori Sesuai Kasus

Kasus
Klien post natal 1 hari, melahirkan di bidan pukul 22.00 WIB dengan usia
kehamilan 40 minggu. Kehamilan yang kedua dan diharapkan oleh pasangan
suami istri. Mulai merasakan mulas sejak pukul 12.00 dini hari, berharap
dapat melahirkan di emak paraji (indung beurang). Pukul 04.00 klien
merasakan adanya cairan yang keluar dari kemaluannya, berwarna bening,
oleh indung beurang dicoba untuk mengeluarkan bayi dengan cara diurut dari
bagian atas perut, minum air kelapa muda tetapi ternyata bayi tidak mau
keluar. Setelah Klien kecapaian dan tidak ada tenaga lagi untuk mengejan oleh
indung beurang klien dibawa ke puskesmas yang berjarak 50 km (1 jam
perjalanan menggunakan ojek) dari tempat tinggal klien. Setelah dirangsang

12
bayi keluar pukul 22.00 di puskesmas. Keluarga memaksa membawa pulang
bayi dan ibu yang baru melahirkan karena menurutnya bayi tidak boleh berada
terlalu lama di luar rumah.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. Wanita setelah melahirkan
pantang makan-makanan yang berbau hanyir (amis) seperti ikan, telur karena
akan menyebabkan proses penyembuhan pada alat kelamin akan lama (sulit
kering). Ibu diwajibkan menggunakan kain panjang (stagen) agar perut ibu
dapat kembali seperti keadaan semula sebelum hamil selama 3 bulan. Bagi
bayi, sebelum berusia 40 hari bayi akan dipasangkan bawang putih, peniti,
jarum dan gunting yang dimasukkan ke dalam kantong (buntel kadut) dan
disematkan pada baju bayi. Pada saat kelahiran anak pertama ibu membuang
air susu pertama yang masih berwarna bening (colostrum) karena menurut ibu
dan orang tua bayi akan mengalami keracunan dan mati. Bayi yang belum
diberi ASI akan diberi air gula jawa sampai usia ± 3 hari, bahkan anak yang
pertama pada hari kedua diberi makan dengan pisang karena bayinya yang
masih lapar meskipun sudah diberi air gula jawa. Untuk plasenta bayi,
orangtua bayi akan mencuci bal sampai bersih, diberi perlengkapan (tujuh
potong kain perca dengan warna berbeda), dibungkus dengan kain putih bersih
dan dikubur dibelakang rumah. Selama 7 hari 7 malam diberi penerangan
dengan tujuan agar bayi yang baru lahir juga akan terang. Mereka percaya
bahwa bali adalah saudara muda yang akan mendampingi bayi dalam keadaan
suka dan duka.

Perencanaan dan Pelaksanaan Teori pada Kasus


Berdasarkan data-data yang ada dimana ibu melahirkan anak yang kedua, anak
pertama tidak diberi ASI colostrum, diberi makan pisang maka tindakan yang
harus dilakukan adalah :
a. Cultural care preservation/maintenance
1.) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
2.) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3.) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

13
b. Cultural care accomodation/negotiation
1.) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2.) Jelaskan tentang pentingnya makan-makanan yang mengandung
protein. Ikan dan telur boleh saja tidak dimakan tetapi harus diganti
dengan tempe dan tahu, kalau bisa sekali-kali makan daging ayam
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani baik kepada orang tua
maupun keluarga klien.
3.) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Cultual care repartening/reconstruction
1.) Jelaskan kepada klien tentang pentingnya pemberian colostrum untuk
meningkatkan pertahanan tubuh bayi.
2.) Jelaskan kepada klien akan pentingnya pemberian ASI exclusive
sampai dengan 6 bulan, tanpa pemberian makanan tambahan lain,
hanya ASI.
3.) Gunakan gambar-gambar yang lebih mudah dipahami oleh klien
4.) Jelaskan pada klien bahwasanya pemberian pisang pada hari kedua
akan sangat membahayakan kesehatan pencernaan bayi dan berikan
contoh- contoh dimana bayi yang baru lahir diberi makan pisang dapat
mengakibatkan kematian.
5.) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
6.) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
7.) Gunakan pihak ketiga misalnya keluarga yang sekolah sampai ke tahap
SMA atau pada saat menjelaskan juga menghadirkan kepala desa
sebagai pemimpin di daerah tersebut.
8.) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
9.) Berikan informasi pada klien tentang sarana kesehatan yang dapat
dugunakan misalnya imunisasi di Puskesmas untuk melindungi bayi
dari berbagai penyakit mematikan.

14
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Theory Cultural Care Diversity merupakan salah satu dari Middle Range
Theory yang dikemukakan oleh Medeleine Leininger, yang digunakan
sebagai dasar pemberian asuhan keperawatan dengan memperhatikan aspek
kultural atau nilai-nilai budaya pada masyarakat sehingga diharapkan mampu
memperluas praktik keperawatan dan memberikan layanan kesehatan.
Penerapan teori ini dilakukan dengan menyesuaikan tindakan asuhan
keperawatan dengan gaya hidup atau budaya klien untuk proses
penyembuhan.

4.2 Saran
Dalam penerapan teori ini sebaiknya sebagai perawat lebih memperhatikan
tentang nilai-nilai budaya atau keyakinan klien agar membantu proses
penyembuhan lebih cepat, namun dengan pemilihan asuhan keperawatan
yang tepat. Selain itu, pelaksanaan teori ini juga memerlukan penggabungan
dari teori lain yang terkait untuk memberikan layanan kesehatan yang
makskmal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E. 2022. Teori Dan KONSEP Keperawatan - Universitas Indonesia.


Available at:
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/transkulturalnursing.
pdf (Accessed: October 25, 2022).

Leininger M, Reynolds C. Culture care diversity and universality theory. Nursing.


1991.

McFarland, M., Mixer, S., Webhe-Alamah, H. and Burk, R., 2012. Ethnonursing:
A Qualitative Research Method for Studying Culturally Competent Care
across Disciplines. International Journal of Qualitative Methods, 11(3),
pp.259-279.

Mediaperawat. 2022. Teori Keperawatan model Madeleine Leininger :


Transcultural nursing, Media Perawat Id. Available at:
https://mediaperawat.id/teori-model-madeleine-leininger/ (Accessed:
October 26, 2022).

16

Anda mungkin juga menyukai