Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP FALSAFAH
PARADIGMA
PARADIGMA KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU
WISNU PROBO WIJAYANTO, S.KEP., NERS., MAN

DISUSUN OLEH:

LELY RATNA SURYANI 210101086

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Universitas aisyah pringsewu.
makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah falsafah dan teori keperawatan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna
bagi agama, bangsa dan negara.
demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang
sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Pringsewu, 16 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. konsep Falsafah ..................................................................................................
B. Paradigma ..........................................................................................................
C. Paradigma Keperawatan .....................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu
keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman.
Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa
berkembang. Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia
umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.
Dalam dunia keperawatan, masyarakat secara umum masih memandang profesi
keperawatan sebagai profesi asistensi dokter atau perkerja sosial yang sifatnya membantu
orang sakit atas instruksi – instruksi dokter bahkan dikalangan praktisi perawat pun
kadang – kadang masih memiliki pandangan yang tidak utuh terhadap profesinya sendiri,
hal ini dapat dilihat di beberapa pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan masih
bersifat vocasional belum sepenuhnya beralih ke pelayanan yang profesional.
Untuk itulah paradigma dalam keperawatan sangat membantu masyarakat secara umum
maupun perawat khususnya dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan
yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan
keperawatan, praktik keperawatan dan organisasi profesi.
Mengapa paradigma ini begitu penting? dalam hal ini paradigma akan sangat membantu
seseorang ataupun masyarakat luas untuk memahami dunia kepada kita dan membantu
kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita. Fenomena dalam
keperawatan adalah prilaku klien dalam menghadapi ketidakpastian kondisinya atau
menghadapi ketidaknyamanan dari sebagian atau seluruh anggota tubuhnya atau masalah
– masalah yang yang muncul dalam bidang keilmuan tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud konsep falsafah ?
2. Apa itu paradigma?
3. Apa itu paradigma keperawatan?

C. Tujuan
Untuk mengetahui falsafah, paradigma, dan paradigma keperawatan menurut teori
Nightingale, Henderson, Peplau, Watson, Orem, Roy.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Falsafah Keperawatan


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang
menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

B. Keyakinan Yang Harus Dimiliki Perawat


1. Manusia adalah individu yang unik holistik
2. Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
4. Proses keperawatan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus

C. Pengertian Paradigma Keperawatan


Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh perawat
yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model konseptual dan
teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.

D. Keperawatan
1. Memberikan layanan kesehatan
2. Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
3. Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
4. Melaksanakan intervensi keperawatan

E. FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT PARA AHLI


1. NIGHTINGALE
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap
(afektif), dan bertingkah laku (konatif) , Vardiansyah (2010)
Dalam Kamus Filsafat memaparkan beberapa pengertian tentang paradigma secara
lebih sistematis. Paradigma dalam beberapa pengertian adalah sebagai berikut: 1)
Cara memandang sesuatu, 2) Dalam ilmu pengetahuan artinya menjadi model, pola,
ideal. Dari model-model ini fenomenon yang dipandang dijelaskan, 3) Totalitas
premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu
studi ilmiah konkret. Dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu, 4)
Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-
problem riset. Lorens Bagus (2005: 779)
Paradigma Keperawatan Florence Nightingale berorientasi pada lingkungan. Dia
percaya bahwa lingkungan pasien harus diubah untuk memungkinkan alam untuk
bertindak atas pasien (McKenna, 1997; Nightingale, 1969). Dalam Alligood, 2006)
Menurut Nightingale ada empat komponen paradigma keperawatan, yakni :
a. Manusia
Meskipun sebagian besar tulisan Nightingale merujuk kepada orang sebagai orang
yang menerima perawatan, dia percaya bahwa orang tersebut adalah makhluk yang
dinamis dan kompleks. Reed dan Zurakowski (1996) menyatakan, "Nightingale
membayangkan orang karena membandingkan fisik".
Untuk sebagian besar, Nightingale juga menggambarkan seorang pasien pasif
dalam hubungan ini. Namun, ada referensi khusus untuk pasien melakukan
perawatan diri bila mungkin dan khususnya, menjadi terlibat dalam waktu dan
substansi makanan, dengan demikian, pasien bukan individu yang benar-benar
pasif.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi untuk
menempatkan pasien dalam kondisi terbaik bagi alam untuk bertindak (Selanders,
1998). Teori ini memiliki komponen baik fisik maupun psikologis. Komponen fisik
dari lingkungan mengacu pada ventilasi, hangat, ringan, nutrisi, obat-obatan,
stimulasi, ruang, suhu, dan aktivitas (Lobo, 2002; Nightingale, 1969; Reed &
Zurakowski, 1996; Selanders, 1998) dalam (Alligood,2006). Komponen psikologis
meliputi menghindari memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang
berlebihan tentang penyakitnya. Terdapat pula komponen Sosial diantaranya
hubungan intrapersonal, interpersonal dan juga ekstrapersonal
c. Keperawatan
Nightingale percaya keperawatan sebagai panggilan jiwa. Perawat adalah untuk
membantu alam yang menyembuhkan pasien (Chinn & Kramer, 2008; Nightingale,
1969; Reed & Zurakowski, 1996; Selanders, 1998). Dia mendefinisikan berbagai
jenis keperawatan sebagai keperawatan yang tepat (Perawatan orang sakit),
keperawatan umum (promosi kesehatan), dan kebidanan keperawatan (Reed dan
Zurakowski, 1996; Selanders, 1998). Nightingale melihat keperawatan sebagai
"ilmu manajemen lingkungan" (Whall, 1996). Perawat yang menggunakan akal
sehat, pengamatan, dan kecerdasan memungkinkan alam untuk efektif
memperbaiki pasien (DeGraaf, Marriner Tomey, Mossman, et al., 1994)
Nightingale percaya bahwa setiap wanita, pada satu waktu dalam hidupnya, akan
menjadi perawat dalam arti bahwa keperawatan adalah memiliki tanggung jawab
untuk kesehatan orang lain. Buku catatan Nightingale tentang Keperawatan
awalnya diterbitkan pada tahun 1859 bertujuan menyediakan pedoman wanita
untuk merawat orang yang mereka cintai di rumah dan memberikan nasihat tentang
bagaimana untuk "berpikir seperti seorang perawat" (Nightingale, 1969, hal. 4)
d. Kesehatan
Nightingale (1954) menulis, “kesehatan bukan hanya menjadi baik tetapi untuk
dapat menggunakan dengan baik setiap kekuatan yang kita miliki ". Dari
pernyataan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa ia percaya dalam pencegahan dan
promosi kesehatan di samping merawat pasien dari sakit hingga menjadi sehat.
Hubungan Proses Keperawatan dalam Tim Kesehatan
Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan
perhatian di mana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan
upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang
adekuat.
Perawat selalu membantu proses penyembuhan pasien, dimana perawat lebih dituntut
harus bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, dan sosial pasien selalu nyaman
dengan lingkungan yang bersih.
Proses Keperawatan Menurut Florence Nightingale
Proses keperawatan menurut Florence yakni :
I. Pengkajian / Pengumpulan data
Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitikberatkan pada kondisi
lingkungan (lingkungan fisik, psikis, dan sosial).
II. Diagnosa Keperawatan
Berbagai masalah klien berhubungan dengan lingkungan antara lain :
1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektifitas asuhan
2. Penyesuaian terhadap lingkungan
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan
III. Perencanaan
Upaya dasar dalam mempengaruhi pertumbuhan klien dalam konteks lingkungan
yang sehat dan nyaman.
IV. Implementasi
Mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan
yang baik untuk mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan
individu.
V. Evaluasi
Mengobservasi dampak lingkungan terhadap kesehatan individu.

2. WATSON
Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam
Keperawatan, Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari
University of Colorado – Danver, serta PhD dalam Educational Psychology. Watson
adalah pengarang banyak artikel, chapter/tulisan singkat dalam buku, dan buku
lainnya. Hasil penelitiannya adalah tentang manusia dan rasa kehilangan.
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human
Science and Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan
adalah pada faktor care/perhatian pada perawatan yang asalnya dari humanistic
perspective dan dikombinasikan dengan dasar ilmu pengetahuan. Dalam keperawatan
juga dikembangkan filosofi kemanusiaan, dan sistem sistem nilai, serta menggunakan
seni perawatan yang baik. Teori Jean Watson ini ternyata merupakan salah satu dari
kebutuhan manusia dalam merawat pasien.
Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan
teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar
manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang
lain.
Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna dan memiliki berbagai ragam perbedaan, sehingga
dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik
fisik, mental, sosial, serta spiritual. Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu
keperawatan, antara lain :

Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan dipraktekkan hanya


secara interpersonal.
Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat
memuaskan Kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah
perbaikan bagi individu, serta keluarga.
Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja,
tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga bisa menawarkan
kepada pasien untuk mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik
untuk dirinya saat itu.
Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan
keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan tentang
perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan untuk memberikan bantuan /
pertolongan kepada mereka yang sakit.
Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.
a. Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan:
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Kemanusiaan (Human Beeing).
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara,
menghargai, mengasuh, mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit.
Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyai fungsi yang
kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai
sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna;
tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus selalu beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi
konflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak pada terjadinya
krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar
dapat ditanggulangi.
2. Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik.
Akan tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang
dibutuhkan untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi
Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya
Tidak adanya penyakit.
Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :
Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang
dirasakan dengan apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan
sosial. Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana
seharusnya berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai – nilai
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat
biasanya mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson
menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan
oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling
peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke
generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu
koping yang unik terhadap lingkungan.
4. Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati
penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah
penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari
praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi
sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi
kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen
terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek,
dan riset keperawatan.

3. HENDERSON
Virginia Henderson adalah salah satu tokoh keperawatan yang teorinya
diaplikasikan pada pelayanan keperawatan. Henderson adalah seorang perawat,
teoretikus, peneliti, dan pengarang buku. Konsep utama dari teori ini berhubungan
dengan metaparadigma yaitu keperawatan, kesehatan, pasien, dan lingkungan.
Henderson percaya bahwa “Fungsi khusus perawat adalah untuk membantu
individu, baik sakit ataupun sehat, kinerja dalam aktivitas tersebut berperan untuk
kesehatan atau pemulihan (atau untuk kematian yang tenang) dimana pasien akan
melakukan tanpa bantuan apabila memiliki kekuatan, yang diperlukan kemauan atau
pengetahuan”(Melanie McEwen, 2003).
Henderson menguraikan definisi keperawatan dengan mengidentifikasi 14
kebutuhan yang mendasari asuhan keperawatan, 8 dari kebutuhan ini berkaitan
langsung dengan fungsi tubuh, sedangkan 6 sisanya berhubungan dengan
keselamatan dan menemukan arti dalam hidup. 14 Kebutuhan Dasar Manusia
menurut Virginia Henderson adalah sebagai berikut (Alligood, MR., 2014) :
a. Breath normally (bernafas dengan normal)
b. Eat and drink adequately (kebutuhan makan dan minum yang adekuat)
c. Eliminate body wastes (kebutuhan eliminasi)
d. Move and maintain desirable postures (kebutuhan bergerak dan mempertahankan
postur tubuh)
e. Sleep and rest (kebutuhan tidur dan istirahat)
f. Select suitable clothes ; dress and undress (kebutuhan berpakaian)
g. Maintain body temperatures within a normal range by adjusting clothing and
modifying the environment (mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal,
dengan menyesuaikan pakaian dan memodifikasi lingkungan)
h. Keep the body clean and well groomed and protect the integument (menjaga
tubuh tetap bersih dan melindungi kulit)
i. Avoid dangers in the environment and avoid injuring others (menghindari bahaya
lingkungan dan menghindari cedera)
j. Communicate with others in expressing emotions, needs, fears, or opinions
(Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan emosi,
kebutuhan, ketakutan atau pendapat)
k. Worship according to ones faith (beribadah sesuai keyakinan seseorang)
l. Work in such a way that there is a sense of accomplishment (kebutuhan akan
pekerjaan dan penghargaan)
m. Play or participate in various forms of recreation (kebutuhan akan hiburan atau
rekreasi)
n. Learn, discover, or satisfy the curiositythat leads to normal development and
health and use the available health facilities (Belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan kesehatan dan
dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia).

4. OREM
Profesi perawat memiliki tanggung jawab penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien (individu/keluarga/masyarakat). Pelayanan
kesehatan/keperawatan yang diberikan oleh perawat sangat mempengaruhi mutu
asuhan keperawatan yang diterima oleh klien/pasien. Untuk itu, guna meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan perawat perlu mempelajari dan menerapkan model
konsep teori yang telah ditemukan oleh para ahli.
Salah satu model konseptual yang diterapkan oleh perawat adalah teori Self Care
Deficit oleh Dorothea Orem. Fokus utama dari model konseptual ini adalah
kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga
tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraanya. Teori ini
memberikan landasan bagi perawat pentingnya memandirikan klien sesuai tingkat
ketergantungannya bukan menempatkan klien dalam posisi dependen. Orem
menyatakan bahwa self care itu bukan proses intuisi tetapi merupakan suatu perilaku
yang dapat dipelajari.
Asuhan keperawatan yang diberikan perawat dilakukan dengan keyakinan bahwa
setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai
kesejahteraan.
Pada tahun 1971 Orem mengembangkan konsep keperawatan “self care” yang
dipublikasikan Nursing: Concepts of Practice. Terdapat tiga bentuk teori kemandirian
yang disampaikan Orem dalam capable of self care (mampu merawat diri sendiri)
yakni:
Teori Self Care
Teori ini mengungkapkan hubungan antara tindakan untuk merawat diri dengan
perkembangan fungsi individu. Self care adalah performance atau praktek kegiatan
individu untuk berinisiatif dan membentuk perilaku mereka dalam memelihara
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Bila self care dibentuk dengan efektif maka
hal tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusia dan
erat kaitannya dengan perkembangan.
Self care agency adalah kemampuan individu atau kekuatan untuk melakukan self
care. Kemampuan untuk melakukan self care dipengaruhi oleh faktor kondisi seperti
usia, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya,
sistem perawatan kesehatan, keluarga, pola kehidupan, serta ketersediaan sumber.
Therapeutic Self Care demand adalah totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif
dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care.
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite yang
terdiri dari tiga kategori yakni:
Universal: Pemeliharaan asupan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
kesendirian dan interaksi sosial, pencegahan bahaya, peningkatan fungsi manusia.
Developmental: lebih spesifik dari universal. Pengembangan siklus kehidupan seperti
pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh.
Health Deviation: perubahan kesehatan akibat terjadinya kerusakan integritas individu
untuk melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.
Teori Self Care Deficit
Teori ini mengungkapkan tentang ketidakmampuan klien dalam hal ini lansia dalam
merawat diri. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (pada kasus
ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara efektif.
Asuhan keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat
terpenuhi atau adanya ketergantungan.
Dalam teori ini Orem mengungkapkan ada lima metode yang dapat digunakan dalam
membantu Self Care, yakni:
Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain
Memberikan petunjuk dan pengarahan
Memberikan dukungan fisik dan psychologis
Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung pengembangan personal
Pendidikan
Teori Nursing System
Nursing system dibuat oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self care. Jika ada self
care deficit, self care agency, dan self therapeutic maka keperawatan akan diberikan.
Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi dari nursing system yaitu:
Wholly Compensatory system: Situasi dimana individu tidak dapat melakukan
tindakan self care.
Partly compensatory nursing system: Perawat dan klien memiliki peran yang sama
dalam melakukan tindakan self care.
Supportive educative system: Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat
belajar membentuk internal atau eksternal self care tetapi tidak dapat melakukannya
tanpa bantuan.

5. PEPLAU
Teori yang dikembangkan Hildegard E Peplau adalah keperawatan spikodinamik
(Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan interpesonal
yang bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Hildegard E.
Peplau mendefenisikan teori keperawatan psikodinamikanya sebagai berikut:
“Perawatan psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku seseorang
untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-
masalah yang muncul dari semua hal atau kejadian yang telah dialami.”
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu,perawat, dan proses interaktif
(Peplau, 1952) ; yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres,
1986 ; Marriner-Tomey, 1994).
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah
untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan
perkembangan kepribadian (Chinn dan Jacobs, 1995). Oleh sebab itu perawat
berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien, dimana perawat
bertugas sebagai narasumber, konselor, dan wali.
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara
perawat dan klien, perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan
kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan
keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan yang
berhubungan dengan masalah kesehatannya. Teori Peplau merupakan teori yang unik
dimana hubungan kolaborasi perawat-klien membentuk suatu “kekuatan
mendewasakan” melalui hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu
pemenuhan kebutuhan klien (Beeber, Anderson dan Sills, 1990). Ketika kebutuhan
dasar telah diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpersonal
perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti
berikut ini : orientasi, identifikasi, penjelasan, dan resolusi (Chinn dan Jacobs, 1995).
Peplau menerbitkan Buku Interpersonal Relation in Nursing pada tahun 1952 Artikel-
artikel di majalah-majalah profesional dan topik konsep-konsep interpersonal sampai
pada isu-isu keperawatan yang terbaru. Dan selanjutnya Peplau mengembangkan teori
keperawatan yang dikenal dengan Psychodynamic Nursing.
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan
dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral :
a. Pasien
b. Perawat
c. Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit
d. Proses interpersonal
Penjabarannya sebagai berikut:
1) Pasien
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Pasien adalah subjek yang langsung
dipengaruhi. .Oleh adanya proses interpersonal.
2) Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan
pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang
menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat
berperan sebagai mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti,
pemimpin dan konselor sesuai dengan fase proses interpersonal.
3) Masalah Kecemasan yang terjadi akibat sakit / Sumber Kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi
dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam
model peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan
langsung dengan kondisi sakit.
4) Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas pasien oleh perawat
yang terdiri dari 4 fase. Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan
interpersonal yang saling berkaitan yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi, (3)
eksploitasi, (4) resolusi (pemecahan masalah). Setiap tahap saling melengkapi
dan berhubungan sebagai satu proses untuk penyelesaian masalah.
6. CALLISTA ROY
Sister Calista Roy lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, beliau
mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 (tiga) asumsi dasar, yaitu :
a. Asumsi dari Teori Sistem :
Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan satu sama lain
Sistem adalah bagian yang saling bergantung antara fungsi yang satu dengan
yang lainnya
Sistem mempunyai input, output, kontrol, proses, dan umpan balik
Input merupakan umpan balik yang juga disebut informasi
Sistem kehidupan lebih kompleks, memiliki standar, dan umpan balik terhadap
fungsinya.
b. Asumsi dari Teori Melson
Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari kekuatan organisme dengan
lingkungannya
Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang dapat
berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual
Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan lingkungan
Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus.
c. Asumsi dari humanisme
Individu mempunyai kekuatan kreatif
Perilaku individu mempunyai tujuan, dan tidak selalu dalam lingkaran sebab-
akibat
Manusia merupakan makhluk holistik. Opini manusia, serta nilai yang akan
datang. Moblisasi antar manusia yang bermakna.
Teori Adaptasi dari Sister Calista Roy
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic Adaptif System” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
Roy mendefinisikan tujuan dari asuhan keperawatan adalah sebagai peningkatan dari
respon adaptasi ke empat model adaptasi. Kondisi seseorang sangat ditentukan oleh
tingkat adaptasinya, yaitu apakah seseorang berespon secara positif terhadap
rangsang interna atau eksterna. Adapun pengertian klien sendiri adalah suatu
kesatuan utuh yang mempunyai 4 model adaptasi berdasarkan kebutuhan fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan hubungan interdependensi.
Peran perawat adalah meningkatkan perilaku adaptif klien dengan menipulasi
stimulasi fokal, konteksutual dan residual. Sumber kesulitan yang dihadapi adalah
adanya koping yang tidak adekuat untuk mempertahankan integritas dalam
menghadapi kekuarangan atau kelebihan kebutuhan. Fokus intervensi direncanakan
untuk dengan tujuan mengubah atau memanipulasi fokal, kontekstual dan residual
stimuli. Intervensi kemungkinan disokuskan pada kemampuan koping individu atau
daerah adaptasi sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu
untuk beradatasi. Evaluasi dilakukan berdasarkan respon adaptif terhadap stimulus
oleh klien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang
memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan
berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama
dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu
mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung
jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
optimal dalam memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu
memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan
cultural.

B. Saran
Perawat disarankan untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu keperawatan, mengingat
ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan perawat disarankan untuk bersikap profesional dalam
memberikan perawatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

https://infokep.blogspot.com/2018/08/teori-keperawatan-florence-nightingle.html

https://mediaperawat.id/teori-dan-model-keperawatan-jean-watson/

https://mediaperawat.id/teori-14-kebutuhan-dasar-manusia-virginia-henderson/
https://gustinerz.com/mengenal-konsep-teori-self-care-dari-orem/

https://infokep.blogspot.com/2018/08/teori-keperawatan-peplau.html

https://mediaperawat.id/teori-keperawatan-sister-calista-roy/

Anda mungkin juga menyukai