Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Untuk memenuhi tugas konsep dasar keperawatan

Dosen Pembimbing :

Kissa Bahari, S.Kep, Ns. M.Kep, PhD NS

DISUSUN OLEH :

.MOH AINUL HAQI FATKHUL K.A / P17211204127

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES MALANG

JL. BESAR IJEN NO.77 C MALANG, Kode Pos:65112

JAWA TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang


bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan
pendekatan proses keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model
konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila di
dukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan
diimplementasikan di dalam praktek keperawatan.
Dunia keperawatan memiliki perkembangan yang cukup pesat hal ini ditandai dengan
munculnya berbagai teori dan konseptual keperawatan, dimana masing-masing teori dan
konseptual tersebut muncul untuk menjawab tantangan, fenomena dan permasalahan pada
masanya. Kita tentu mengenal Florence Nigtingale (1820-1910) yang dikenal dengan “Lady with
the lamp” dengan pendekatan teorinya pada aspek lingkungan, teori ini muncul untuk menjawab
permasalah yang dialami para korban perang Crime (Kozier, 2011). Dalam keperawatan Jiwa
model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat
menjadi kerangka berpikir perawat, agar perawat memahami konsep ini sebagai kerangka
konsepdalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Teori dan konseptual keperawatan yang mengarah kepada kejiwaan adalah tentang konsep
Interpersonal yang berasal dari Hildegrad Peplau, dia mengenalkan konsep Interpersonal pada
tahun 1592. Gagasan Peplau melalui pengembangan kepribadian pada individu merupakan
sebuah nilai tepat untuk diaplikasikan dalam keperawatan jiwa. Keperawatan jiwa dalam
praktiknya saat ini memandang manusia secara utuh dalam segi bio-psiko-sosial-spiritual.
Penerapan hubungan interpersonal dari Peplau dapat dikatakan merupakan terapan aspek yang
mencakup keseluruhan dari dimensi manusia (Alliood, 2014). Dimana titik tolaknya pada
hubungan perawat dan pasien. Peplau merumuskan beberapa hal terkait dengan komunikasi
terapiutik, sehingga dapat menjawab permasalahan bagi pasien, khususnya pasien yang
memiliki masalah psikosis (Kozier, 2011). Pengembangan teori yang mengacu pada model
konsep teori Peplau dilanjutkan oleh Phil Barker melalui penerapan teori Tidal model untuk
pemulihan kesehatan jiwa. Tidal model berfokus pada proses perubahan yang ada pada semua
orang. Model ini berusaha untuk mengungkapkan arti dari pengalaman seseorang dan bertujuan
untuk memberdayakan seseorang untuk memimpin pemulihannya sendiri. Pengembangan teori
tidal model dari Barker ini mengadopsi pada 3 hal yaitu konsep hubungan interpersonal oleh
Peplau, teori kesehatan mental dan pemberdayaan dalam hubungan interpersonal.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan
dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat dapat melakukan pendekatan
penanganan masalah keperawtan secara tepat yang diaplikasikan dalam pemberian asuhan
keperawatan, terlebih pasien dengan gangguan Kejiwaan

1.2 Tujuan
1.2.1 Menjelaskan penerapan paradigm keperawatan dalam praktek keperawatan
1.3 Manfaat
1.3.1 Praktis
Pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan dalam mengembangkan keperawatan secara
klinis, dengan mengadopsi pendekatan dari teori keperawatan yang ada sehingga setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan perawat memiliki dasar yang jelas, dan akan semakin mempercepat
kesembuhan pasien juga dilindungi oleh hukum
1.3.2 Akademis
Sebagai dasar institusi pendidikan dalam memberikan materi kepada para peserta didiknya,
sehingga dalam tantanan praktik, mereka lebih percaya diri dalam melakukan tindakan, bahkan
ketika disandingkan dengan disiplin lain, profesi keperawatan akan mampu berpijak pada aturan
dan keilmuannya sendiri.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Metaparadigma


Paradigma diartikan sebagai cara pandang terhadap suatu fenomena dalam suatu objek
material. Sedangkan metaparadigma merupakan sebuah pandangan yang umum dari suatu
disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi fenomena dengan cara
yang unik (McEwen & Wills, 2011). Dalam (Masters, 2014) disebutkan bahwa
metaparadigma dalam keperawatan terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan yang kemudian menjadi acuan dalam perumusan suatu model konseptual.
Konseptual model merupakan kerangka kerja yang menjadi panduan untuk
menggambarkan suatu fenomena dan realita dalam disiplin ilmu keperawatan. Konseptual
model terdiri dari kerangka yang berbeda yang dibuat oleh berbagai pengikut pelopor dalam
keperawatan untuk mengamati dan menafsirkan suatu fenomena. (Alligood, 2014).
Berbeda dengan konseptual model yang masih bersifat abstrak, teori keperawatan lebih
bersifat konkrit dengan menggunakan konsep untuk menjelaskan suatu realita atau fenomena.
Teori keperawatan merupakan kesatuan konsep-konsep, definisi- definisi, dan asumsi yang
tersusun secara sistematis yang menjelaskan fenomena asuhan keperawatan. Teori
keperawatan terdiri dari hasil karya yang berasal dari filosofi keperawatan, konseptual
model, maupun karya disiplin lain yang diklasifikasikan untuk dikembangkan (Alligood,
2014). Teori-teori keperawatan umumnya diklasifikasikan tergantung pada tingkat
abstraksinya (Alligood, 2014).
Beberapa tokoh filsafat keperawatan membuat teori yang masih bersifat umum dalam
keperawatan. Teori tersebut masih abstrak untuk dapat diaplikasikan, sehingga menjadi dasar
untuk perkembangan teori selanjutnya (Masters, 2014). Teori teori tersebut dibedakan dalam
beberapa tingkatan sesuai dengan cakupannya sebagai berikut; grand teory menjelaskan teori
yang masih bersifat kompleks dan luas cakupannya sehingga biasanya penerapannya masih
bersifat umum (McEwen & Wills, 2011). Middle range theory menjelaskan teori yang
bersifat konkrit, fokus pada masalah tertentu, serta spesifik dalam mengatasi fenomena
keperawatan (Alligood, 2014). Dan micro theory (practice theory) menjelaskan teori yang
lebih spesifik dan sempit cakupannya (terbatas), sehingga lebih mudah didefinisikan pada
suatu fenomena dan bersifat aplikatif (McEwen & Wills, 2011).
Beberapa tokoh dalam teori keperawatan memiliki perbedaan pandangan dalam
mendefinisikan metaparadigma keperawatan. Penjelasan masing-masing tokoh mengenai
metaparadigma keperawatan berdasarkan klasifikasi/tingkatan teori akan dijelaskan sebagai
berikut.

BAB II
TINJAUAN KASUS
3.1 Mengidentifikasi paradigma keperawatan dalam praktek keperawatan

BAB III
PEMBAHASAN

Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang


bersifat komprehensif meliputi bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan asuhan keperawatan.
Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila salah satunya di
dukung oleh teori dan model keperawatan dalam pelaksanaan praktek keperawatan.
Menurut De Laune dan Ladner (2002) nursing is an art and a science by which people are
assisted in learning to care for themselves whenever possible and cared for by others when
they are unable to meet their own needs. Dalam pengertiantersebut, keperawatan bukan hanya
dipahami sebagai merawat dan memeliharatetapi juga memandirikan. Paradigma keperawatan
berfungsi sebagai acuan atau dasar dalammelaksanakan praktek keperawatan yang bersifat
professional.Dengan dasar tersebut, sesuatu yang mungkin terjadi di mana dua orangdengan
paradigma yang berbeda akan memandang suatu fenomena dengan caraberbeda sehingga
menimbulkan penarikan kesimpulan yang berbeda pula. Hal inijuga berlaku dalam keperawatan,
dengan objek observasi yang sama perawatdengan latar belakang atau bidang yang berbeda
mungkin akan melihat masalahyang timbul berbeda dan menuntun pada perbedaan diagnosa
serta perencanaan keperawatan.
Paradigma keperawatan merupakan abstrak dari cara memandang dan keyakinan yang
mendasari suatu disiplin ilmu keperawatan dalam lingkup ilmu keperawatan, sehinngga
pelayanan keperawatan mempunyai norma, memilki standar yang jelas dan bisa dipertanggung
jawabkan. Fenomena ini mencakup manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan. Fenomena
keperawatan merupakan obyek layanan keperawatan yang didasari komponen keperawatan
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Kesimpulannya bahwa paradigma sains
keperawatan adalah cara memandang fenomena keperawatan yang terjadi berdasarkan keilmuan
yang berkembang. Komponen dari paradigma keperawatan sendiri pada dasarnya ada empat
seperti yang disebutkan di atas, akan tetapi perkembangannya dalam teori sangat tergantung oleh
sudut pandang masing-masing teoris. Dengan begitu, pemaknaan masing-masing komponen
paradigma tersebut bisa jadi berbeda sehingga penjelasan yang bisa diberikan secara umum
adalah arti komponen secara lebih superfisial.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori keperawatan yakni meta theory, grand
theory, middle range theory, dan practical theory. Teori-teori tersebut diklasifikasikan
berdasarkan tingkatan keabstrakannya, yang dimulai dengan meta theory yang paling abstrak
hingga practical theory yang paling konkret. Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh
para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga
perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam praktek keperawatan. Model konseptual yang dikembangkan oleh para ahli
tersebut mencakup seluruh bagian dalam ilmu keperawatan, salah satunya pengembangan dalam
ilmu keperawatan jiwa.
Model konseptual yang dikembangkan dalam bidang keperawatan jiwa dan menjadi dasar
perkembangan ilmu keperawatan jiwa adalah model interpersonal dari Hildegard Peplau (1952),
model konseptual tersebut merupakan bagian dari grand theory yang masih abstrak. Sedikit
ulasan tentang Peplau, dimana ia merupakan seorang perawat psikiatri yang memperkenalkan
konsep model hubungan interpersonal yang berlandaskan pada teori psikoanalisa, teori belajar
sosial, teori motivasi, dan teori perkembangan kepribadian. Teori peplau berfokus pada individu,
perawat dan prose interaktif sehingga dapat membentuk hubungan perawat-klien. Konsep Peplau
ini mendasari praktek komunikasi terapeutik. Oleh karena itu, perawat berupaya
mengembangkan hubungan perawat-klien, dimana perawat bertugas sebagai nara sumber,
konselor, guru, penasihat, wali, pemimpin. Tujuan penerapan teori Peplau adalah demi
kelangsungan hidup organisme dan memahami masalah klien serta belajar dari pengalaman
mereka.Peplau secara terperinci menguraikan beberapa peran perawat yaitu:
 Stranger : menerima pasien secara baik-baik untuk dapat beradaptasi dengan situasi
kehidupan yang berbeda, sehingga tercipta hubungan saling percaya;
 Teacher : sebagai guru dalam memberi pengetahuan sesuai kebutuhan;
 Resource Person: Sebagai narasumber atau pemberi informasi yang spesifik dalam
memahami masalah atau situasi yang baru;
 Counselors : Membantu individu untuk memahami dan mengintegrasikan makna
kehidupan saat ini sambil memberikan bimbingan dan dorongan untuk melakukan
perubahan;
 Surrogate : bertindak sebagai advokasi, yaitu atas nama pasien untuk membantu
memperjelas domain saling ketergantungan dan kemandirian;
 Leader ; memimpin pertemuan dengan cara yang saling memuaskan.

Pandangan teoritis tentang model keperawatan hubungan interpersonal adalah kemampuan


dalam memahami diri sendiri & orang lain dengan menggunakan dasar hubungan antar manusia
(HAM).Peplau membagi fase-fase hubungan Interpersonal menjadi 4 fase yaitu: 1) Fase
Orientasi : Perawat dan pasien melakukan kontrak awal untuk menjalin trust, terjadi proses
pengumpulan data; 2) Fase Identifikasi : Perawat sebagai fasilitator untuk memfasilitasi expresi
perasaan pasien, melaksanakan asuhan keperawatan; 3) Fase Eksplorasi : Perawat telah
membantu pasien dalam memberikan gambaran kondisi pasien; 4) Fase Resolusi : Perawat
berusaha secara bertahap untuk membebaskan pasien dari ketergantungan terhadap tenaga
kesehatan & menggunakan kemampuan yang dimilikinya.
Penelitian tentang penerapan terapi latihan ketrampilan sosial padaklien isolasi sosial dan
harga diri rendah denganpendekatan model hubungan interpersonal peplaudi RS Dr. Marzoeki
Mahdi Bogordirasakan tepatditerapkan pada klien dengan masalahisolasi sosial dan harga diri
rendah karena tahapan-tahapan pemberianasuhan keperawatan dalam modelhubungan
interpersonal Peplau yangterdiri dari tahap orientasi, identifikasi,eksploitasi dan resolusi
dapatditerapkan sesuai dengan karakteristik klien (Wakhid, 2013). Latihan ketrampilan sosial
dapatmenurunkan tanda dan gejala padaklien yang mengalami isolasi sosial danharga diri
rendah. Rata-rata responsecara keseluruhan pada masalahisolasi sosial sebelum diberikan
terapilatihan ketrampilan sosial sebesar93,11 dan sesudah diberikan terapilatihan ketrampilan
sosial sebesar60,56. Dan rata-rata respon secarakeseluruhan pada masalah harga dirirendah
sebelum diberikan latihanketrampilan sosial sebesar 60,92 dansesudah diberikan terapi
latihanketrampilan sosial sebesar 40,17.
Tokoh keperawatan berikutnya dalam level middle range theory adalah Phil Barker. Beliau
mendasarkan teorinya “Tidal Theory” pada grand theorynya Peplau. Peplau menjadi mentor bagi
Phil Barker. Barker mambahas gagasannya pertama kali adalah bersama Peplau pada tahun 1994,
dimana Peplau menyetujui gagasan Barker bahwa seseorang akan menunjukkan diri mereka
ketika mereka berbicara. Barker, menyatakan bahwa Peplau merupakan ibu dari keperawatan
psikiatri. Beberapa bukti yang menegaskan bahwa Barker menggunakan “interpersonal theory”
dari peplau sebagai landasan pengembangan “tidal theory” miliknya, diantaranya ciri khas dari
model tidal adalah penekanan pada pengalaman yang diceritakan oleh pasien sendiri, dimana
konsep ini merupakan penekanan nilai dari Peplau yang memperkenalkan paradigma
antarpribadi untuk studi dan praktek keperawatan sebagai "terapi, proses interpersonal yang
signifikan" (Alligood, 2014).
Profesor Phil Barker, Poppy Buchanan-Barker dan rekan-rekan mereka mengembangkan
Tidal model sebagai sebuah model pemulihan untuk promosi kesehatan mental.Tidal model
berfokus pada proses perubahan yang ada pada semua orang. Model ini berusaha untuk
mengungkapkan arti dari pengalaman seseorang, menekankan pentingnya suara mereka sendiri
dan kebijaksanaan melalui kekuatan metafora. Ini bertujuan untuk memberdayakan seseorang
untuk memimpin pemulihannya sendiri bukannya diarahkan oleh para profesional. Phil Barker
sering disebut sebagai teoris kontemporer yang menonjol dalam keperawatan kesehatan jiwa, hal
tersebut mendasari model ini terinspirasi oleh penelitian selama lima tahun tentang apa yang
dibutuhkan untuk perawatan kesehatan jiwa yang dilakukan.
Tidal model diaplikasikan melalui enam kunci asumsi filosofis yaitu:keyakinan tentang
keingintahuan dalam arti positif; pengakuan atas kekuatan sumberdaya, daripada berfokus pada
masalah, kekurangan atau kelemahan; menghormati keinginan seseorang, bukannya
paternalistik; penerimaan paradoks krisis sebagai peluang; mengakui bahwa semua tujuan
berfokus pada seseorang; keutamaan mengejar elegan dengan cara sederhana yang mungkin
harus dicari.Tidal model menggunakan metafora atau filosofi air dan menjelaskan bagaimana
orang-orang dalam kesusahan atau distres bisa menjadi rapuh secara emosional, fisik dan
spiritual (Alligood, 2014). Pada penelitiannya mitos keperawatan kesehatan mental dan
tantangannya terhadap pemulihan, dimana sebagai seorang perawat jiwa dalam terminologiakan
mencerminkan keinginanoleh perawatuntuk membangunprofesi merekasebagai berbeda
daridisiplinpsikiatri danjugauntuk menemukanidentitasyang lebih positifsebagai orang yangdapat
membantuorang-orang yangsakit mentalmenjadi sehatsecara mental. Dalam kaitan antara
manusia dan pemulihan, dimana sebagian besar perawat mengklaim tetap fokus pada perawatan
atau manajemen pasien. Setelah menciptakan istilah 'perawat-pasien hubungan', dalam makalah
utama terakhirnya, Peplau (1995) mengalihkan perhatiannya dari pasien ke subjek ‘orang’.
Barker menyatakan bahwa peplau juga telah memfokuskan pada perhatian terhadap persons
recovery, yang telah ditermuat dalam ACMHN (2010) yakni mengakui pengalaman pribadi dan
keahlian individu, mendukung potensi mereka untuk pemulihan dan membantu mereka untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal Ini berarti bahwa setidaknya, satu tujuan keperawatan
adalah untuk membantu individu menjalani hidup mereka dengan cara yang mereka inginkan.
Konsep ini dikembangkan lebih lanjut pada standar 3 yakni perawat mengembangkan terapi
relationship yang menghormati pilihan individu dan pengalamannya, sehingga akan mendukung
proses pemulihan pasien tersebut (Baker, 2011).
Tidal Theory dari Bakers, sesuai untuk digunakan dalam keperawatan jiwa saat ini, dimana
angka kejadian gangguan jiwa di Indonesia sangat tinggi baik yang telah teridentifikasi maupun
yang belum teridentifikasi di komunitas. Sebagai perawat jiwa, harus memahami bahwa
pengalaman sehat dan sakit seperti zat cair, bukanlah sebuah fenomena yang stabil dan
kehidupan sebagai sebuah pengalaman sedangkan krisis kejiwaan merupakan satu dari sekian
banyak hal yang dapat menenggelamkan mereka. Tujuan asuhan keperawatan jiwa ialah untuk
menyiapkan upaya pemulihan pasien sehingga mereka dapat melanjutkan hidup. Perawat juga
hendaknya membantu klien mengidentifikasi bagaimana ia dapat lebih berperan dalam hidupnya
dan mengontrol hidupnya serta pengalaman yang didapatnya, dimana menurt Barker bahwa
perawat dan klien adalah satu, tidak dapat dipisahkan seperti penari dalam sebuah tarian.
Tidal model berawal dari empat poin penting, yaitu: 1) Fokus terapeutik yang utama
dalam kesehatan jiwa ialah dalam komunitas.Manusia hidup di “lautan pengalaman” dan krisis
kejiwaan hanyalah satu dari sekian banyak hal yang dapat “menenggalamkan” mereka. Tujuan
keperawatan atau asuhan kesehatan jiwa ialah untuk mengembalikan mereka ke “lautan
pengalaman” tersebut sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan hidup mereka; 2)
Perubahan merupakan proses yang terus berjalan dan konstan. Manusia akan terus berubah,
namun kadang mereka tidak menyadarinya. Salah satu tujuan utama intervensi yang dilakukan
ialah untuk membantu klien membangun kesadaran bahwa sekecil apapun perubahan itu akan
membawa dampak yang besar bagi hidupnya. 3) Kekuatan terletak pada proses asuhan. Perawat
membantu klien untuk mengidentifikasi bagaimana ia dapat lebih berperan dalam hidupnya dan
mengontrol hidupnya serta pengalaman yang didapatnya; 4) Perawat dan klien adalah satu, tidak
dapat dipisahkan seperti penari dalam sebuah tarian (Meleis, 2012).
Dapat diambil kesimpulan bahwa kedua teori tersebut saling berkaiatan dimana Peplau
memandang individu/klien adalah manusia yang memiliki kebutuhan perasaan dan perawatan
hadir sebagai fasilitator baik bagi klien maupun keluarga. Dengan kapasitas profesionalnya
perawat harus mampu membangun proses yang sifatnya interpersonal dan terapeutik sebagai
gagasan utama teori Peplau, mendampingi asumsi bahwa setiap individu memiliki kebutuhan
perasaan. Sedangkan keperawatan adalah proses interpersonal karena melibatkan interaksi antara
dua atau lebih individu dengan tujuan bersama. Sedangkan Phil Barker menyatakan bahwa
kesehatan jiwa, faktor yang terkait dengan krisis kejiwaan, bisa beragam serta kumulatif.
Perawat atau tenaga penolong lainnya akan mendapatkan pemahaman yang lebih tentang situasi
yang saat itu sedang dihadapi seseorang dan perlunya suatu perubahan. Dengan ini, praktisi atau
tenaga penolong, seiring berjalannya waktu, akan dibimbing untuk merawat atau mengasuh
seseorang mulai dari awal perjalanan mereka hingga terdampar, tenggelam atau sebaliknya
dicampakkan oleh permasalahan hidup mereka. Eksplorasi kemudian dapat dilakukan untuk
mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan badai dan apa yang perlu dilakukan segera untuk
dapat berlayar lagi (Meleis, 2012)

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Beberapa teori keperawatan di kembangkan dan di klasifikasikan berdasarkan tingkat ke


abstrakanya sehingga hal ini yang dapat memunculkan beberapa theori diantaranya grand theory
yang bersifat komplek dan luas, middle range theory bersifat fokus dan konkrit pada masalah
tertentu, micro theory lebih bersifat spesifik dan aplikatif. Dengan berkembangnya ilmu
keperawatan dengan cukup pesat sehingga melahirkan beberapa paradigma yang bertujuan
untuk menjawab dan mengatasi Fenomena keperawatan yang merupakan obyek layanan
keperawatan yang didasari komponen keperawatan manusia, kesehatan, lingkungan . sedangkan
untuk teori keperawatan yang mengarah pada masalah kejiwaan yaitu berasal dari teorinya
Hildegrad Peplau dan Phil Barker, tujuan dari penerapan teori peplau yang menitik beratkan pada
modal interpersonal yang mana pada konsep peplau berfokus pada komunikasi terapeutik bahwa
perawat berupaya mengembangkan hubungan perawat-klien, dimana perawat bertugas sebagai
nara sumber, konselor, guru, penasihat, pemimpin dan bertujuan demi kelangsungan hidup
organisme dan memahami masalah klien serta belajar dari pengalaman mereka. Kemudian tokoh
keperawatan berikutnya dilanjutkan oleh phil barker yang mana peplau disini sebagai mentor dan
menyetujui gagasan Barker terkait keluarnya tidal theory sebagai landasan teori ini barker
menggunakan interpersonal theory dari peplau. Phil barker mengembangkan Tidal model sebagai
sebuah model pemulihan untuk promosi kesehatan mental, berusaha untuk mengungkapkan dari
perasaan seseorang yang bertujuan untuk memulihkan seseorang agar dapat memimpin
pemuihanya sendiri bukan hanya diarahkan oleh para profesional. Tidal model menggunakan
metafora atau filosofi air yang menjelaskan bagaimana orang-orang dalam kesusahan atau distres
bisa menjadi rapuh secara emosional, fisik dan spiritual.

4.2 Saran

Diharapkan perawat dalam memberikan pelayanan dapat menggunakan pendekatan teori


yang sesuai dengan masalah yang muncul serta bersifat komprehensif meliputi
biopsikososiokultural dan spritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Daftar Pustaka

Alligood, R.M. (2014). History and philosophy of science Nursing theorists and their work (8 ed.). Mosby:
Elsevier

Barker. (2014). The tidal model: the lived-experience in person-centredmental health nursing care.
Nursing Philosophy,, 2, 213–223.

DeLaune, Sue C., Ladner, & Patrcia, K. (2002). Fundamental of Nursing: Standard and Practice (2 ed.).
Delmar: New York.

Kozier. (2011). Buku Ajar Fundamentaal keperawatan”, konsep Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Masters, K. (2014). Framework for professional nursing practice 47-87.


McEwen, M., & & Wills, E.M. . (2011). Theoretical basis for nursing (3 ed.). Philadelphia: Wolters Kluwes
Health.

Parker, Marilyn E. (2011). Nursing Theories and Nursing Practice (3 ed.). Philadelphia: FA Davis
Company.

Potter, Patricia A., & Perry, & Griffin, Anne. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik (4 ed. Vol. 1). Jakarta: EGC.

Wakhid, & Abdul. (2013). Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan
Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan Model Hubungan Interpersonal Peplau Di RS Dr Marzoeki Mahdi
Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(1), 34-48.

Anda mungkin juga menyukai