DISUSUN OLEH :
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tugas makalah yang akan datang.
Semoga makalah ini memberikan banyak informasi bagi pembaca dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisa pengembangan
empiris tentang model konseptual dan teori keperawatan serta
hubungannya dengan falsafah, dan paradigma keperawatan.
2.1.1 Metaparadigma
Metaparadigma didefinisikan sebagai konsep global untuk mengidentifikasi
fenomena yang terkait disiplin ilmu, dan secara umum digunakan sebagai dasar
dalam menggambarkan hubungan antar beberapa konsep (Fawcett, 2005).
2.1.2 Filosofi
Filosofi dapat didefinisikan sebagai ungkapan yang mencakup pengakuan
secara ontology mengenai fenomena dalam suatu disiplin ilmu, epistomologi
menjelaskan bagaimana fenomena tersebut dapat dikenal dan secara etik tentang
apa yang menjadi nilai dalam setiap disiplin ilmu.
Secara ontology filosofi keperawatan memandang adanya manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Secara epistomologi filosofi keperawatan
memberikan beberapa informasi tentang bagaimana seseorang mampu
mempelajari dunia dan bagaimana fenomena tersebut dapat diketahui.
Epistomologi secara langsung memberikan penjelasan pengetahuan tentang
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan dapat dikembangkan.
Model konseptual memberikan perspektif atau kerangka kerja sebagai pola pikir
kritis dan acuan dalam membuat keputusan bagi perawat. (Tomey and Alligood,
2010). Model konseptual digunakan sebagai kerangka konsep kerja yang
mengarahkan suatu pandangan keperawatan dalam tindakan yang akan
dilakukan dalam memberikan asuhan, menjadikan perawat peka terhadap apa
yang terjadi dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.1.4 Teori
Teori didefinisikan sebagai satu atau lebih konsep yang spesifik dan konkrit
yang diperoleh dari sebuah model konseptual, dalil yang ada secara sempit
menjelaskan tentang konsep, dan dalil yang ada secara konkrit dan spesifik
berhubungan dengan dua atau lebih konsep.
Ada banyak teori yang telah ditemukan meliputi atomistic theory, grand theory,
macro theory, micro theory, middle-range theory, mid-range theory, practice
theory, praxis theory, dan theoretical framework (Fawcett, 2005).
Metode yang digunakan dalam pengembangan teori keperawatan yaitu deduktif, induktif, dan
retroduktif (Tomey & Alligood, 2010):
a. Deduktif merupakan bentuk penalaran logis dari umum ke spesifik. Proses ini melibatkan
sederetan pernyataan teoritis yang diperoleh dari pernyataan – pernyataan umum atau aksioma.
Hubungan – hubungan teoritis yang abstrak digunakan untuk memperoleh hipotesis empiris
yang spesifik (theory then research strategy).
b. Induktif merupakan bentuk penalaran dari spesifik beralih ke umum. Kejadian – kejadian
khusus diamati dan dianalisis sebagai landasan untuk merumuskan pernyataan teoritis umum
(research then research strategy ).
c. Retroduktif yaitu menggabungkan deduksi dengan induksi. Retroduktif menggunakan
analogi yang menghasilkan teori. Para ahli teori memperbaiki pengembangan teori ketika
mereka mengalihkan aspek – aspek materi atau struktur teori tersebut ke dalam bidang mereka
untuk membentuk suatu teori baru.
Berdasarkan tujuan teori dibagi menjadi factor isolating theories (descriptive), factor – relating
theories(explanatory), situation – relating theories (predictive),situation – producting theories
(prescriptive) (Dickhoff & James, 1995 dalam Peterson & Bredow , 2004). Sementara itu
Waljkker dan ayant (1995) dalam McKenna (1997) mengidentifikasi empat level teori yaitu
matatheories, grand theory, mid – range theory dan practice theory.
Para ahli juga menjelaskan bahwa empirisme adalah suatu aliran dalam ilmu filsafat yang
menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan mengecilkan
peranan akal. Ada dua ciri pokok empiris yaitu : teori tentang makna dan teori pengetahuan.
Teori Pertama yaitu teori makna, pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori
tentang asal ilmu pengetahuan, yaitu asal usul idea atau konsep. Pada abad pertengahan teori
ini diringkaskan dalam rumus nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu (tidak ada
sesuatu di dalam pikiran kita selain di dahului oleh pengalaman). Sebenarnya pernyataan ini
adalah pernyataan tesis Locke yang terdapat di dalam bukunya An essay concerning human
understanding yang diterbitkannya tatkala ia menentang ajaran idea bawaan / innate idea pada
orang-orang rasionalis.
“Jiwa itu, tatkala orang dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas putih atau tabula rasa,
yang belum ada tulisan diatasnya, dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang dari
pengalaman”
John Locke (1690)
Teori Kedua yaitu teori pengetahuan, mengenai teori ini kaum empiris berbeda pendapat
dengan kaum rasionalis. Kaum rasionalis berpendapat bahwa ada beberapa kebenaran umum
seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip
dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah
kebenaran a priori / secara harafiah diartikan dari yang terakhir, frasa (Latin) ini digunakan
sebagai sinonim untuk metoda penalaran induktif yang diperoleh lewat intuisi rasional itu.
Namun kaum empiris menolak pendapat tersebut, menurul kaum empiris tidak ada intuisi
rasioanl itu. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat
observasi / kebenaran a posteriori, secara harafiah diartikan sejak yang pertama, biasa frasa
(Latin) ini digunakan sebagai sinonim untuk metoda penalaran deduktif.
Kemudian tinjauan empiris juga melakukan evaluasi terhadap kelebihan model konseptual
dalam situasi praktik keperawatan, dan sebuah tinjauan sistematik pada aplikasi dan hasil dari
penerapannya. Carper (1987) dalam Fitzpatrick 1989 juga mengemukakan, sebagai tambahan
pada penilaian empiris, didalamnya juga terdapat estetika atau “art of Nursing”, serta etika atau
“the moral knowledge of nursing” dan personal sebagai intuisi untuk proses memahami.
Pada disiplin ilmu keperawatan hasil pengujian empiris dari falsafah menghasilkan model-
model konseptual, sementara pengujian empiris terhadap model konseptual akan menghasilkan
hal yang lebih konkrit yaitu teori-teori keperawatan.
Philosophical Theory merupakan karya awal yang mendahului era teori dan menyajikan makna
umum dari keperawatan dan fenomenanya melalui penalaran logis dan penjelasan ide
(Alligood, 2010). Penjelasan lengkap untuk masing-masing jenis teori adalah sebagai berikut:
1. Metatheory
Metatheory bersifat abstrak dan umum. Metatheory difokuskan pada filosofi dan
pertanyaan-pertanyaan metodologi yang dihubungkan dengan perkembangan teori-teori dasar
keperawatan. Metatheory kadang disebut juga philosophical theory. Philosophical theory
merupakan pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang fenomena sebagai pusat
perhatian suatu disiplin, tuntutan epistemik tentang bagaimana fenomena muncul dan tuntutan
etik tentang nilai suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005).
2. Grand Theory
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep yang spesifik yang didapatkan dari
model konseptual, preposisi yang didapatkan dari konsep tersebut dan preposisi tersebut nyata
dan hubungan yang spesial antara dua konsep atau lebih. Grand theory kurang abstrak dan lebih
spesifik dibanding model konseptual tetapi tidak se-konkrit dan sespesifik middle range theory
(Fawcett, 2005). Grand theory merupakan teori yang cakupannya luas dan kompleks, terdiri
dari kerangka kerja konseptual global yang mendefinisikan perspektif praktek keperawatan dan
melibatkan perbedaan cara dalam melihat fenomena keperawatan, memuat konsep yang
menggabungkan teori-teori dengan cakupan lebih kecil (Tomey & Aligood, 2010).
Grand theory menyebutkan tujuan, misi dan aturan nursing care yang dihasilkan dari
observasi/insight. Tujuan dari grand theory adalah untuk mengatur beberapa informasi dan
mengidentifikasi konsep atau point penting serta menghubungkannya dengan praktik
keperawatan. Manfaat grand theory adalah sebagai alternatif panduan untuk praktik selain
tradisi/intuisi, kerangka kerja untuk pendidikan dengan mengusulkan fokus dan struktur
kurikulum, dan bantuan untuk profesional keperawatan dengan menyediakan dasar praktek
(McKenna, 1997).
Meskipun grand theory masih sangat abstrak dan normatif sehingga sulit untuk
mengaplikasikannya secara empiris, namun grand teory lebih mudah dijadikan dasar untuk
perkembangan dari middle range theory dan teori praktis yang lebih spesifik. Berdasarkan
sebab inilah grand theory berhasil memenuhi fungsi penting sebagai pembeda keperawatan dari
profesi lain dan menyediakan legitimasi untuk ilmu pengetahuan keperawatan (Peterson &
Bredow, 2004). Contohnya, dari model konseptual Rogers’s Science of Unitary Human Beings
dihasilkan tiga grand theory yaitu Theory of Accelerating Evolution, Theory of Rhythmical
Correlates of Change, dan Theory of Paranormal Phenomena (Fawcett, 2005). Contoh grand
theory lainnya yaitu King’s theory of goal attainment, Leininger’s theory of culture care and
universality, Newman ‘s theory of health as expanding consciousness, Orem’s self care deficit
theory, Parse’s theory of human becoming (Peterson & Bredow, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, menurut kelompok grand theory merupakan teori yang masih
bersifat abstrak dengan cakupan yang masih luas, belum bisa secara langsung diuji secara
empiris, tapi merupakan dasar bagi perkembangan teori yang lebih spesifik.
3. Middle Range Theory
Fawcett (2005) menggambarkan middle range theory sebagai teori yang lebih konkret dari
grand theory dan memberikan batasan konsep dan preposisi dengan relatif lebih konkret dan
spesifik. Middle range theory memberikan cara penyelesaian masalah dan dapat diuji secara
empiris. Middle range theory membantu praktek dengan memfasilitasi pemahaman tenatng
perilaku klien, saran intervensi dan memberikan penjelasan untuk keefektifan intervensi
(Peterson & Bredow, 2004).
Setiap middle range theory menyebutkan fenomena yang spesifik dengan lebih kongkrit
atau kurang kongkrit dibanding middle range theory lainnya yang menggambarkan apa itu
fenomena, menjelaskan mengapa fenomena terjadi atau memprediksi bagaimana cara
fenomena terjadi, sehingga middle range theory dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu
descriptive theory, explanatory theory dan predictive theory. 1) Desciptive theory merupakan
tipe paling dasar dari middle range theory, menggambarkan atau mengklasifikasikan sebuah
fenomena dan mungkin hanya mencakup satu fenomena atau konsep saja. Contohnya Peplau’s
theory of interpersonal realtionship. 2) Explanatory theory merupakan teori yang menjelaskan
hubungan antara dua atau lebih konsep. Contohnya Watson’s theory of human caring. 3)
Predictive Theory menjelaskan lebih luas tentang hubungan antara konsep–konsep atau
pengaruh satu konsep terhadap konsep lainnya. Tipe ini menunjukkan bagaimana perubahan-
perubahan dalam suatu fenomena terjadi. Contohnya Orlando’s theori of deliberative nursing
process (Fawcett, 2005). Contoh middle range theory lainnya yaitu Pender’s health promotion
in nursing practice, Beck’s postpartum depression theory, dll (Peterson & Bredow, 2004).
4. Practice Theory
Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle range theory, teori
pada level ini juga didefinisikan juga sebagai prescriptive theory, situations-spesific theory,
dan micro theory. Practice theory menetukan tindakan atau intervensi keperawatan yang cocok
untuk mencapai tujuan tertentu, fokus pada fenomena keperawatan yang spesifik dengan
memberikan arahan langsung pada praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis
yang jelas, hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomone. Practice theory menyediakan
kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan memprediksi hasil dan efek dari praktek
keperawatan itu sendiri (Peterson & Bredow, 2004).
Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman praktik keperawatan
dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat dapat menjadi sumber utama untuk
pengembangan practice theory keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas teori keperawatan
digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara mendalam terhadap fenomena
keperawatan dan hubungan antara aspek pada situasi keperawatan (McKenna, 1997). Contoh
Practice theory yaitu bonding attachment theory, therapeutic touch, exercise as selfcare, caring
for patient with chronic skin disease, quality of care, dll (Peterson & Bredow, 2004).
3.1 Analisis Hubungan Model Konseptual / Teori Keperawatan dengan Filosofi dan
Paradigma Keperawatan
Model konsep maupun teori keperawatan yang didasari filosofi sangat erat
hubunganya dengan paradigma keperawatan. Penerapan konsep maupun teori
keperawatan harus selalu dikawal oleh paradigma, sehingga interaksinya jelas dan
terarah. Interaksinya adalah sebagai berikut :
Dari skema tersebut terlihat bahwa terdapat hubungan yang saling terkait antara
model konseptual / teori keperawatan dengan filosofi dan paradigma
keperawatan, dimana falsafah keperawatan merupakan sistem nilai yang
mendasari munculnya beberapa teori seperti Methatory, Grand theory, Middle
range theory, dan Practice theory.
Falsafah keperawatan sebagai keyakinan dasar dalam menerapkan teori
keperawatan terhadap metaparadigma keperawatan yang terdiri dari manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Dalam hal ini paradigma dapat
dijadikan parameter dasar dan kerangka kerja untuk mengatur sebuah disiplin
ilmu pengetahuan, hal ini berarti paradigma keperawatan akan memberikan
banyak kontribusi terhadap pengembangan teori-teori keperawatan. Fungsi
paradigma selain sebagai parameter adalah untuk mengidentifikasi batas-batas
materi subjek yang menjadi perhatian sebuah disiplin ilmu, paradigma juga
memberikan kesimpulan intelektual dan tujuan sosial dalam penerapan disiplin
ilmu.
Pada skema di atas digambarkan bahwa grand theory yang merupakan konsep
paling abstrak karena hanya terdiri dari konsep global yang menguraikan
perspektif yang luas tentang praktek dan cara melihat fenomena keperawatan.
Untuk menerapkan teori tersebut dalam praktik keperawatan masih perlu
penjabaran lebih spesifik .
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan makalah adalah :
1. Falsafah Keperawatan yang meyakini manusai sebagai individu yang
unik dan holistik dan melalui Model konseptual keperawatan yang berlandaskan
paradigma keperawatan (manusia, sehat, kesehatan dan lingkungan) pada
akhirnya akan melandasi lahirnya teori – teori keperawatan mulai dari yang
paling abstrak (grand theory) sampai dengan teori yang lebih konkret dan
aplikatif (practice theory).
2. Teori-teori keperawatan akan selalu berkembang melalui pengalaman
empiris yang menunjang masing-masing bidang dan tujuan utama teori
keperawatan. Proses pengembangan teori keperawatan dapat meliputi pengujian
teori, memperbaiki teori maupun memodifikasi serta menggunakan penelitian
dalam penerapan teori tersebut.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Perawat diharapkan mampu mengembangan ilmu yang menjadi satu
kewajiban dilandasi dengan ilmu pengetahuan / body of knowledge, falsafah
dan paradigma keperawatan.
2. Perawat diharapkan mampu terus mengembangkan riset dan menelaah
teori keperawatan guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan / asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aligood, Martha R & Tomey, Marriner A,. (2014). Nursing Theorists and Their
Work 8th ed. St.Louis : Mosby Inc, USA