Anda di halaman 1dari 11

TEORI KEPERAWATAN NIGHTINGALE

Tugas Mata Kuliah Falsafah Keperawatan

DI SUSUN OLEH

Kelompok III:

Indra

Muhammad Amin Fauzi

Muslikah

Nira Ayih Norma Y.

Pondang Amriyadi

Villa Rossi Pangestika

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
TEORI KEPERAWATAN NIGHTINGALE

1. Latar Belakang

Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan


disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan
yang dilakukan. Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu
model konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini
mengadung arti aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam
batas kewenangan sebagai perawat.

Pandangan model konsep dan teori merupakan gambaran dari bentuk


pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan
dasar manusi berdasarkan tindakan dan lingkup pekerjaan dengan arah
yang jelas dalam pelayanan keperawatan.

Era modern keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari


keperawatan menuju kepada keperawatan sebagai profesi. Bermula dari
pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi
yang sangat maju tentang keperawatan dalam perkembangan teori
keperawatan (Kusnanto, 2004).

Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep keperawaratan


berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, yang memiliki
keyakinan, dan nilai yang mendasarinya, tujuan yang hendak dicapai serta
pengetahuan dan keterampilan yang ada. Salah satunya adalah “Model
Konsep Dan Teori Keperawatan Florence Nightingale”.

Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam


suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence
merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau
Florence dalam bahasa Inggris. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku
Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan, dia merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-
keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya

2
serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan
rumah sakit. Meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan
tetapi ayahnya tidak ingin Florence menjadi perawat. Karena pada masa
itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina.
Adapun alasannya adalah sebagai berikut:
a. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut”
(keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara
pergi,
b. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh
dalam keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai
profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu
banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan
yang berada di rumah sakit dengan tidak sopan (tidak senonoh),
c. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan di atas,
d. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak
dibandingkan menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat.

Florence melaksanakan pekerjaan keperawatan pertamanya


sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle
Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan
pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan
beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap
lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para
pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan
menekan bel.

Florence Nightingale meninggal dalam tugasnya pada tanggal 13


Agustus 1910 pada usia 90 tahun karena penyakit tifus. Florence
telah berjasa besar bagi dunia medis, khususnya menetapkan
fondasi keperawatan. Betapa perawat adalah profesi yang
penting dan harus diperlengkapi dengan pendidikan khusus.
Tidak heran, bila profesi ini kini menjadi profesi yang sangat
mulia, jauh melebihi pandangan masyarakat Inggris sebelumnya.
Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah
sistem kesehatan publik. Sistem tersebut menunjukkan
keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya,
selain itu pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan

3
pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara
konsisten. Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan:
1. Rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya,
bahkan bagi mereka yang hidup makmur);
2. Air dan udara yang bersih;
3. Nutrisi yang baik;
4. Kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses
kelahiran maupun pasca kelahiran karena demam, lebih
tinggi);
5. Perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak
satu anak pun yang menjadi pekerja.

2. Sumber/ Konsep Teori Keperawatan Nightingale

Teori merupakan kumpulan konsep, definisi, dan usulan yang


memproyeksikan sebuah pandangan sistematis tentang suatu fenomena
dengan merancang hubungan khusus antar-konsep guna
menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengendalikan
fenomena yang ada (Asmadi, 2008).

Untuk memudahkan alur berpikir mengenai hubungan dan pengaruh logis


antar-konsep serta untuk merealisasikan teori keperawatan ke dalam
praktik, diperlukan suatu model keperawatan. Keperawatan sebagai ilmu
dan profesi harus didukung oleh teori dan model konseptual agar
pelayanan keperawatan yang diberikan semakin professional (Asmadi,
2008).

Adapun sumber/Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai


fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu
memahami seluruh proses penyakit merupakan upaya awal untuk
memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak
memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi
yang adekuat ( Nightingale, 1860; Torres, 1986). Berangkat dari factor
lingkungan dan juga melalui proses observasi dan pengumpulan data,
Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor

4
lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi
higiene dan sanitasi selama perang Crimea.

Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk


mendokumentasikan dampak lingkungan yang dibangun terhadap pasien.
Selain menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan ventilasi, Nightingale
memahami bahwa aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya,
bersama dengan kehadiran perawat, memberikan kontribusi untuk
mendapatkan kesehatan.

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks


lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan
psiklologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (Physical environment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi
pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih,
ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-
bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya
sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan
bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian
rupa supaya mendapat ventilasi.

b. Lingkungan psikologi (Psychology environment)


Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang
negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk
terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat
merangsang semua faktor untuk dapat mempertahankan
emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu

5
konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan
dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.

Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan


keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan
kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang
terlalu muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi
lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa nyaman.

c. Lingkungan Sosial (Social environment)


Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama
hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-data yang spesifik
dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus
menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih sekadar
data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.

Torres mencatat bahwa nightingale memberikan konsep dan


penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan
praktik keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan
cara berpikir tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus
pada klien dan lingkungannya ( Torres, 1986).

Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang


membangun landasan teori bagi profesi keperawatan, mengembangkan
dan menerbitkan suatu filosofi dan suatu teori tentang hubungan antara
kesehatan dan keperawatan (Soemowinoto, 2008). Nightingale berpikir
dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi
[pengkajian] bukan demi berbagai informasi atau fakta yang
mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan
kesehatan dan keamanan.

6
3. Paradigma Keperawatan Teori F.Nightingale

Paradigma keperawatan menurut Florence Nightingale diantaranya:


a. Manusia
Manusia mencerminkan tiga komponen, yaitu body, mind, and spirit.
Ketiga komponen tersebut saling berpengaruh dan menjadi satu
kesatuan. Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus
terpenuhi. Kebutuhankebutuhan tersebut melipupi kebutuhan bio-
psiko,sosio,spiritual, kultural (Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Ners, 2012).

Keperawatan melihat manusia sebagai seorang klien yang menjadi


sasaran utama dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini tidak
jauh berbeda dengan pandangan Nightingale mengenai manusia.
Nightingale melihat manusia sama seperti seorang klien. Konsep
manusia menurut Nightingale, yaitu hubungan timbal balik manusia
dengan lingkungannya (Yetti, 2014).

Nightingale menekankan bahwa perawat mengontrol dan bertanggung


jawab terhadap lingkungan internal dan eksternal klien. Hal ini secara
langsung mengharuskan perawat untuk mampu mengendalikan
keinginan pribadi dan perilaku masing-masing individu. Nightingale
menekankan untuk dapat menghargai setiap orang dari berbagai latar
belakang dan tidak menghakimi orang lain.

b. Konsep Sehat-Sakit
Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat memenuhi kebutuhan
pokoknya sebagai umat manusia sesuai dengan tingkat dan derajat
masing-masing. Sehat yaitu individu yang mampu memanipulasi
pengaruh lingkungan tanpa menimbulkan ketegangan serta tidak
menimbulkan ketidak seimbangan pada dirinya. Sehat adalah adanya
keseimbangan komponen-komponen biologis, psikologis, sosial budaya
dan spritual individu.

Nightingale mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan baik dan


menggunakan semua kekuatan atau sumber untuk memenuhi
kebutuhan hidup (Alligood dan Tomey, 2010). Nightingale juga
mendefinisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera dan mampu

7
memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga batas maksimal,
sedangkan penyakit merupakan proses perbaikan yang dilakukan tubuh
untuk membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga individu
dapat kembali sehat (Asmadi, 2008).

Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh berbagai macam dapat


menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, baik fungsi
jaringan itu sendiri maupun fungsi tubuh. Nightingale melihat penyakit
sebagai proses pergantian atau perbaikan (reparative process)
(Kusnanto, 2004).

Konsep sehat-sakit Nightingale berfokus pada perbaikan untuk sehat.


Asumsi sehat-sakit Nightingale ialah perawatan sebagai wujud
tanggung jawab seseorang terhadap kesehatan. Manfaat teori ini ialah
menjadi suatu pijakan bagi pengembangan teori keperawatan
sesudahnya, dapat diterapkan dengan modifikasi dalam banyak tatanan
keperawatan, mendorong pemikiran produktif bagi perawat dan profesi
keperawatan (Asmadi, 2008).

c. Lingkungan
Lingkungan adalah semua kondisi yang mungkin mempengaruhi klien,
terdapat hubungan berkelanjutan antara klien dan lingkungan.
Hubungan tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negatif pada
tingkat kesehatan manusia dan kebutuhan pelayanan kesehatan. Selain
itu, semua faktor-faktor di rumah, tempat kerja, atau komunitas juga
mempengaruhi tingkat kesehatan klien dan kebutuhan pelayanan
kesehatan.

Pada Meleis (2006) menyebutkan bahwa konsep Nightingale tentang


lingkungan berfokus pada pelayanan keperawatan dan sarannya,
bahwa perawata tidak perlu mengatahui semua tentnag proses penyakit
yang merupakan awal usaha untuk membedakan antara keperawatan
dengan kedokteran, seperti penyediaan udara segar, pencahayaan,
kehangatan, sanitasi, ketenangan, dan nutrisi yang kuat (Nightingale,
1860)

8
d. Keperawatan
Teori Nightingale dan kaitannya dengan keperawatan, Nightingale
merupakan pelopor model awal keperawatan. Keperawatan adalah
suatu profesi yang mengabdi pada manusia dan kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat diatas kepentingan
sendiri, menggunakan pendekatan holistic, bentuk pelayanannya
bersifat humanistik, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan berpegang pada standar asuhan keperawatan serta
menggunakan kode etik keperawatan sebagai tuntutan utama
melaksanakan asuhan keperawatan.

4. Kesimpulan
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai
fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh
proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/
tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada aspek lingkungan seperti
pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang
cukup). Upaya teori keperawatan Nightingale ini dalam rangka perawat
mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung
dengan profesi lain. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.

9
Contoh soal terkait Konsep Keperawatan Nightingale:
1. Inti konsep Florence Nightingale menekankan pada pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan. Konteks lingkungan yang
dimaksud terdiri dari:
a. Semua jawaban benar
b. Physical Environment, Cultural Environment, dan Psicologycal
Environment
c. Psicologycal Environment, Money Environment, dan Climate
Environment
d. Social Environment, Psicologycal Environment, Physical Environment
e. Bukan salah satu diatas

2. Seorang perawat berkebangsaan Inggrin bernama Florence Nightingale


memberikan pandangan besar terkait keperawatan dengan teorinya yang
mengemukakan bahwa:
a. Profesi dokter dan perawat merupakan mitra dalam pelayanan
kesehatan
b. Perawat dapat berdiri sendiri dalam melakukan asuhan keperawatan
tanpa memerlukan kolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain
c. Kesembuhan pasien bukan hanya akibat dari intervensi physical saja,
melainkan juga sangat dipengaruhi oleh factor environment
d. Konsep sehat-sakit Nightingale ialah pasien sebagai wujud tanggung
jawab seseorang terhadap kesehatannya sendiri
e. Dengan menguasai konsep lingkungan, maka perawat akan dapat
bekerja secara mandiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Asmandi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC.


2. Potter,P.A. & Perry, A.G. (2010).Fundamental Keperawatan (3-vol set).
Edisi Bahasa Indonesia 7 Edition. Elseiver (Singapore) Pte.Ltd.
https://ahmadjamal09.blogspot.com/2017/12/teori-florence-
nightingale.html?m=1
3. https://mediaangkona.blogspot.com/2013/12/sejarah-
florencenightingale.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai