Anda di halaman 1dari 157

MAKALAH TENTANG ILMU KEPERAWATAN DASAR

makalah teori keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan
ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori ini sendiri
merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta -
fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut ( kurang adanya bukti ) secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari struktur
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang
pernah didapat di tempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat.
Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan
yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja. Mengingat
dalam model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti; adanya keyakinan
dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam
memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien, serta
adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori dan Model
Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu dan
praktek serta profesi keperawatan di Indonesia. Pada kesempatan kali ini penulis mencoba
memaparkan “Teori dan Model Keperawatan”, sekaligus untuk memenuhi tugas matakuliah
Konsep Dasar Keperawatan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori dan model konsep keperawatan, serta apakah tujuan
teori dan model konsep keperawatan tersebut?
2. Bagaimanakah karakteristik teori keperawatan dan apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhi teori keperawatan?
3. Bagaimanakah pandangan beberapa ahli tentang teori dan model konsep keperawatan?
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian teori dan model konsep keperawatan serta tujuan dari teori dan
model konsep keperawatan tersebut.
2. Mengetahui karakteristik teori keperawatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi teori
keperawatan.
3. Mengetahui pandangan beberapa ahli tentang teori dan model konsep keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi
yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-
fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan
maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan,
menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang
dilakukan. Teori keperawatan menurut Barnum 1990 merupakan usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Menurut Newman (1979),
ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan, yaitu
meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktik
keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan dengan praktik keperawatan serta
menciptakan suatu kerangka konsep yang memungkinkan pengembangan teori keperawatan.
Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang
di harapkan dapat membantu dan mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan
keperawatan.
Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian junci perkembangan ilmu keperawatan
dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:
. Tujuan Teori dan Model Konsep Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian junci perkembangan ilmu keperawatan
dan pengembangan profesi keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:

1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-


kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik untuk tindakan atau bentuk
model praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat untuk memahami
berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan kemudian dapat memberikan
dasar dalam penyelesaian berbagai masalah keperawatan.
3. Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesaian masalah dalam keperawatan
dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan tindakan keperawatan sehingga segala
bentuk dan tindakan dapat dipertimbangkan.
4. Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan
sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah
dan berkembang.
2.2 Karakteristik Teori Keperawatan dan Faktor yang Mempengaruhi Teori Keperawatan
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik dasar teori dan
konsep keperawatan, yaitu:
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari
konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit,
keperawatan dan konsep lingkungan.
b. Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan digunakan dengan
alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang
logis.
c. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori keperawatan dapat
digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai
dengan situasi praktek keperawatan.
d. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang
dilakukan melalui penelitian.
e. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktek
keperawatan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TEORI KEPERAWATAN:

1.Filosofi Florence Nigtingale


Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di dalam
perawatan orang yang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain Florence juga
membuat standar pada pendidikan keperawatan serta standar pelaksanaan asuhan
keperawatan yang efesien.Beliau juga membedakan praktek keperawatan dengan kedokteran
dan perbedaan perawatan pada orang yang sakit dengan yang sehat.

2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan
diantaranya dengan adanya pandangan bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan
akan lebih baik dilakukan oleh wanita karena wanita mempunyai jiwa yang sesuai dengan
kebutuhan perawat, akan tetapi perubahan identitas dalam proses telah berubah seiring
dengan perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mandiri, demikian juga yang dahulu
budaya perawat dibawah pengawasan langsung dokter, dengan berjalannya dan diakuinya
keperawatan sebagai profesi mandiri, maka hak dan otonomi keperawatan telah ada sehingga
peran perawat dan dokter bukan di bawah pengawasan langsung akan tetapi sebagai mitra
kerja yang sejajar dalam menjalankan tugas sebagai tim kesehatan.

3. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori
keperawatan. Dahulu pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum
keperawatan yang jelas, akan tetapi sekarang keperawatan telah memiliki sistem pendidikan
keperawatan yang terarah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit sehingga teori-teori
keperawatan juga berkembang dengan orientasi pada pelayanan keperawatan.

4. Pengembangan Ilmu Keperawatan


Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan
dasar menjadi ilmu keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan
cabang ilmu keperawatan yang terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan pada
tahun-tahun yang akan datang akan selalu ada cabang ilmu keperawatan yang khusus atau
subspesialisasi yang diakui sebagai bagian ilmu keperawatan sehingga teori-teori
keperawatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau lingkup bidang ilmu
keperawatan.
2.3 Pandangan Beberapa Ahli tentang Teori dan Model Konsep Keperawatan
2.3.1 TEORI NIGHTINGALE (1860)
Teori Nicghtingale ini memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan,
dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya
memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan atau tindakan keperawatan lebihketenangan, dan nutrisi yang adequate, dengan
dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya
teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktek keperawatan mandiri tanpa
tergantung dengan profesi lain.
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan lingkungan, kebersiahn, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale,
1860; Torres, 1986).
Torres (1986) mencatat bahan nightangle memberikan konsep dan penawaran yang
dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan.
2.3.2 TEORI PEPLAU
Teori Hildegrad Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif
( Peplau, 1952); yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien
(Torres,1986;Marriner-Tomey,1994).Berdasarkan teori ini klein adalah individu dengan
kebutuhan prasaan,dan keperawatan dalam proses interpersonal dan terapeutik.Oleh sebab itu
perawat berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana perawat
bertugas sebagai narasumber,konselor,dan wali.
Teori Peplau merupakan teori yang unik di mana hubungan kolaborasi perawat dan
klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubungan interpersonal yang
efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien (Beeber, Anderson dan Sills,1990).
Hubungan interpersonal perawat-klien digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang
tindih seperti berikut ini :Orientasi,identifikasi,penjelasan,dan resolusi( Chinn dan Jacobs,
1995)
2.3.3 TEORI HENDERSON
Teori keperawatan Virginia Henderson (Harmer dan Henderson, 1955) mencakup
seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Henderson (1964) mendefinisikan keperawatan
sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang
memiliki kon-tribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya... dimana individu tersebut
akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan
kembali kemandiriannya secepat mungkin.
Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar Henderson,
memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson, 1966):
1. Bernafas secara normal
2. Makan dan minum cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepaskan pakaian
7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi dengan orang lain
11. Beribadah menurut keyakinan
12. Bekerja yang menjanjikan prestasi
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingin tahuan yang mengacu pada perkembangan
dan kesehatan normal
2.3.4 TEORI ABDELLAH
Teori keperawatan yang di kembangkan oleh Faye Abdellah et al.(1960) meliputi
pemberihan asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan
fisik,emosi,intelektual,sosial,dan spiritual baik klien maupun keluarga. Dalam teori Abdellah
mengidentifikasi kebutuhan klien secara spesifik,yang sering dikenal sebagai 21 masalah
keperawatan abdellah:
1. Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan fisik yang baik
2. Mempertahankan aktifitas,istirahat dan tidur yang optimal
3. Mencegah terjadinya kecelakaan,cederah, atau trauma lain dan mencegah meluasnya infeksi
4. Menpertahankan mekanika tubuh yang baik serta mencagah dan memberbaiki defermitas
5. Memfasilitasi masukan oksigen ke seluruh sel tubuh
6. Mempertahankan nutrisi untuk seluruh sel tubuh
7. Mempertahankan eliminasi
8. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
9. Mengenali respons – respons fisiologos tubuh terhadap kondisi penyakit-patologis,fisiologis
dan kompensasi
10. Mempertahankan mekanisme dan fungsi regulasi
11. Mempertahankan fungsi sensorik
12. Mengidentifikasi dan menerima ekspresi,prasaan dan reaksi potif dan negatif
13. Mengidentifikasi dan menerima adanya hubungan timbal balik antara emosi dan penyakit
organik
14. Mempertahankan komunikasi verbal dan non verbal
15. Memfasilitasi perkembangan hubungan interpersonal yang produktif
16. Memfasilitasi pencapaian tujuan spiritual personal yang progresif
17. Menghasikan dan /atau mempertahankan lingkungan yang terapeutik
18. Memfasillitasi kesadaran akan diri sendiri sebagai individu yang memiliki kebutuhan
fisik,emosi dan perkembangan yang berbeda
19. Menerima tujuan oktimal yang dapat dicapai sehubungan dengan keterbatasan fisik dan
emosional
20. Menggunakan sumber-sumber di komunitas sebagai sumber bantuan dalam mengatasi
masalah yang muncul akibat dari penyakit
21. Memahami peran dari masalah sosial sebagai faktor-faktor yang mempengaruhui dalam
munculnya suatu penyakit
2.3.5 TEORI ORLANDO
Bagi Ida Orlando (1961),klien adalah individu dengan suatu kebutuhan,dimana bila
kebutuhan tersebut di penuhi maka stres akan berkurang,meningkatkan kepuasan atau
mendorong pencapaian kesehatan optimal (Chinn dan Jacobs,1995). Teori Jean Orlando
mengandung konsep kerangka kerja untuk perawat professional yang mengandung 3 elemen
yaitu : perilaku klien, reaksi dan tindakan keperawatan , mengubah situasi perawat setelah
perawat memperkirakan kebutuhan klien , perawat mengetahui penyebab yang
mempengaruhi derajat kesehatan , lalu bertindak secara spontan atau berkolaborasi untuk
memberikan pelayanan kesehatan.
2.3.6 TEORI LEVINA
Keperawatan adalah bagian budaya yang direfleksikan dengan ide-ide dan nilai-nilai,
dimana perawat memandang manusia itu sama, merupakan suatu rangkaian disiplin dalam
menguasai organisasi atau kumpulan yang dimiliki individu dalam menjalin hubungan
manusia sekitarnya.Intisari dari keperawatan adalah manusia. Asumsinya bahwa definisi teori
tersebut adalah sebagai berikut : KondisiKlien memasuki system pelayanan kesehatan dalam
bagian penyakit atau perubahan kesehatan. Responsibilitas tanggung jawabPerawat
bertanggung jawab dalam mengenal respon (perubahan tingkah laku atau tingkat fungsi
tubuh) sebagai adaptasi klien atau usaha untuk Rasa, Stress, Inflamasi beradaptasi terhadap
lingkungan. 4 Sensorio respon antara lain : Fungsi perawat memasukkan intervensi takut
untuk meningkatkan adaptasi terhadap penyakit dan evaluasi intervensi sebagai support
(dorongan) atau terapeutik koping. Intervensi membantu mempertahankan status kesehatan
dan mencegah penyakit lebih lanjut. Intervensi terapeutik meningkatkan penyembuhan dan
pemulihan kesehatan.4 prinsip perlindungan yang mendorong tujuan perawatan untuk
seseorang ke status mempertahankan atau memulihkan Perlindungan terhadap
energiKeseimbangan intake dan output energi untuk mencegah kesehatan : kelelahan
Perlindungan terhadap integritas strukturaMempertahankan atau struktur tubuh
(penyembuhan) pemulihan Perlindungan terhadap integritas personal. Mempertahankan atau
pemulihan rasa identitas dan harga diri Perlindunga (mengenali kualitas diri) terhadap
integritas sosialMemperkenalkan klien sebagai suatu makhluk sosial khususnya dengan orang
lain. Teori Levine berfokus pada satu orang klien, teori ini mempunyai implikasi utama
dalam pengaturan perawatan akut, dimana intervensi dapat bersifat mendorong atau
terapeutik

2.3.7 TEORI JOHNSON


Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien
beradaptasi terhadap kondosi sakitnya dan bagai mana stres aktual atau torensial dapat
mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuannya adalah menurunkan stres sehingga klien
dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya ( Johnson,1968). Teori Johnson
berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada pengelompokan perilaku berikut:

1. Perilaku mencari keamanan


2. Perilaku mencari perawatan
3. Menguasahi diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi
4. Mengakomodasi diet dengan cara yang di terima secara sosial dan kultural
5. Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara diterima secara sosial dan kultural
6. Perilaku seksual dan identitas peran
7. Perilaku melindungi diri sendiri
2.3.8 TEORI ROGERS
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan , pencegahan penyakit, perawatan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat. Teori Rogers berfokus pada proses
kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan
hidup manusia dan pola pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Asumsi dasar teori
rogers tentang manusia, Manusia adalah kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik . tidak ada
dua hal didalam kehidupan ini yang dapat diulang dengan cara yang sama dibawah keadaan
yang sama . jalan hidup seseorang berbeda dengan yang lain. Perkembangan manusia dapat
dinilai dari tingkah lakunya. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri
misalnya dalam hal sifat dan emosi. Pada intinya Rogers memandang keperawatan sebagai
ilmu dan m,endukung adanya penelitian keperawatan. Oleh sebab itu keperawatan
menggembangkan pengetahuan dari ilmu-ilmu dasar dan fisiologi,begitu juga dengan ilmu
keperawatan itu sendiri:
Ilmu keperawatan bertujuan untuk mengembangkan penelitian ilmia dan analisis logis
dan kemampuan menerapkanya dalam praktik keperawatan. Inti pengetahuan ilmiah
keperawatan merupakan hasil penemuan terbaru keperawatan . . . keperawatan merupakan
ilmu tentang humanispik.
2.3.9 TEORI OREM
Dorothea Orem (1971) Keperawatan adalah sebuah pertolongan atas pelayanan yang
diberikan untuk menolong orang secara keseluruhan ketika mereka atau orang yang
bertanggung jawab atas perawatan mereka tidak mampu memberikan perawatan kepada
mereka. Keperawatan merupakan salah satu daya atau usaha manusia untuk membantu
manusia lain dengan melakukan atau memberikan pelayanan yang professional dan tindakan
untuk membawa manusia pada situasi yang saling menyayangi antara manusia dengan bentuk
pelayanan yang berfokus kepada manusia seutuhnya yang tidak terlepas dari lingkungannya.
Menurut OREM asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
memperlajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini dikenal
dengan Perawatan Diri Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi,
lansia dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self care mereka.
Orem mengklasifikasikan self care dalam 3 syarat : Syarat universal : fisiologi dan
psikososial termasuk kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, sosial,
pencegahan bahaya. Syarat pengembangan : untuk meningkatkan proses perkembangan
sepanjang siklus hidup. Penyimpangan kesehatan berhubungan dengan kerusakan atau
penyimpangan cara, struktur norma dan integritas yang dapat mengganggu kemampuan
seseorang untuk melakukan self care. Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan
memperhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan pasien dan kemampuan pasien. Oleh
karena itu ada tiga tingkatan dalam asuhan keperawatan mandiri. Perawat memberi
keperawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena tingkat
ketergantungan pasien yang tinggi (system pengganti keseluruhan). Perawat dan pasien saling
berkolaborasi dalam tindakan keperawatan (system pengganti sebagian) Pasien merawat diri
sendiri dengan bimbingan perawat (system dukungan/pendidikan).
2.3.10 TEORI KING
Tujuan yang ingin dicapai dari teori Imogene King (1971, 1981, 1987) berfokus pad
interaksi tiga sistem: sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial. Ketiganya
membektuk hubungan personal antara perawat dan klien. Hubungan perawat dan klien
merupakan sarana dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal
dinamis yang ditampilkan oleh perawat dan klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan yang
lain, demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang berlaku (king, 1971, 1981). Tujuan
perawat adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu klien dalam menciptakan dan
mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan.
2.3.11 TEORI NEUMAN
Betty Neuman (1972), Keperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan
memperhatikan seluruh factor-faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab
stress, tekanan intra, inter dan ekstra personal.Perawatan berfokus kepada mencegah serangan
stress dalam melindungi klien untuk mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan yang
paling baik.Perawatan menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan tertiary.
Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan factor lingkungan dan
meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman, asuhan keperawatan dilakukan
untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya stressor. penyakit yang terdiri
dari pencegahanPeran ini disebut pencegahan primer, sekunder dan tertier. Primer =
meliputi tindakan keperawatan stressor, mencegah terjadinya reaksiuntuk mengidentifikasi
adanya tubuh karena adanya stressor. Sekunder = tindakan keperawatan untuk gejala
penyakit atau reaksi tubuh lainnyamengurangi atau menghilangkan karena adanya stressor.
Tersier = meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau
komplikasi dari suatu penyakit.
2.3.12 TEORI ROY
Keperawatan adalah sebagai ilmu pengetahuan melalui proses analisa dan tindakan
yang berhubungan untuk merawat klien yang sakit atau yang kurang sehat.Sebagai ilmu
pengetahuan keperawatan Metode yang digunakan adalah terapeutik, scientik dan knowledge
dalam memberikan pelayanan yang esensial untuk meningkatkan dan mempengaruhi derajat
kesehatan. Roy menggambarkan metode adaptasi dalam keperawatan. Individu adalah
makhluk biospikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika
mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial.seluruh individu
harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
2.3.13 TEORI WATSON
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia.Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan
dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional)
yang meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial,
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi,
dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga
dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik,
mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan dan
menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan serta berperan dalam membedakan
keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan
 Karakteristik dasar teori dan model keperawatan, yaitu: Teori keperawatan
mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep keperawatan,
harus bersifat alamiah, bersifat sederhana dan umum, sebagai pedoman, serta berperan dalam
memperbaiki kualitas praktek keperawatan
 Faktor yang mempengaruh teori dan model keperawatan, yaitu: Filosofi Florence
Nightingale, kebudayaan, sistem pendidikan, dan pengembangan ilmu keperawatan
 Teori dan model keperawatan menurut beberapa ahli, yaitu: teori Nightingale, teori
Peplau, teori Henderson, teori Abdellah, teori orlando, teori levina, teori Johnson, teori
Rogers, teori Orem, teori King, teori Neuman, teori Roy, teori Watson.
3.2 Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu:
Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-harinya.
DSDDDDD

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKWRTO
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “ Tren dan Isu Keperawatan” ini disusun untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan di Jurusan Keperawatan D3 Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Purwokerto, 30 November 2015


DAFTAR ISI
Kata pengantar..........................................................................................................................2

Daftar isi....................................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan..................................................................................................................4

1. Latar belakang...............................................................................................................4

2. Tujuan............................................................................................................................4

3. Manfaat..........................................................................................................................4

BAB II Pembahasan..................................................................................................................5

BAB II Penutup.......................................................................................................................10

1. Kesimpulan...................................................................................................................10

2. Saran.............................................................................................................................10

Daftar pustaka.........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan
system klien dan tenaga kesehatan lain dalam membrikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik
keperawatan individual dan berkelompok
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk memberikan
perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi jasa pelayanan
keperawatan. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan
dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.

2. Tujuan
a. Mengidentifikasi trend dalam keperawatan.
b. Mengidentifikasi isu dalam keperawatan yang berkaitan dengan etika.
c. Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan terhadap perawat di Indonesia

3. Manfaat
a. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan di
Indonesia.
b. Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan.
c. Mengetahui keterkaitan etika keperawatan dengan trend dan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

ISU DAN TREN DALAM KEPERAWATAN SAAT INI


1. Pengertian trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga dapat
didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang populer dikalangan masyarakat
2. Pengertian isu
Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih belum jelas
faktanya atau buktinya.
3. Pengertian keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan
bentuk pelayanan yang mencakup biopsikososial-spiritual yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan manusia
(Lokakarya keperawatan nasional(1983).
4. Pengertian trend dan isu keperawatan
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang
praktek/ mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak, trend dan isu
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan
etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan
semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-
nilai yang dimilikinya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang
Maha Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama.
Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.

2. Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

3. Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.


Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah
dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan
kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin
mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien
dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-
ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-
kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.

4. Faktor legislasi dan keputusan juridis.


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.

Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan
sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-
undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.

6. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan
dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi
sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia
mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.

7. Faktor Kode etik keperawatan.


Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan salah
satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan
dari masyarakat telah diterima oleh profesi.

Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang
menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-
permasalahan etis.

8. Faktor Hak-hak pasien.


Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia. Hak
merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan kepraktisan
suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak
hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998)
meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk
diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan
perawatan, hak untuk diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga
kesehatan yang menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk
diperlakukan dengan hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk
kompensasi terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas
(kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan bangga.
KONSEP ISU DAN KEPERAWATAN
1. Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya
Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan untuk
perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain. Misalnya klien yang tidak
mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan obat herbal yang
telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai obat untuk
menghilangkan rasa nyeri

2. Menghentikan kebiasaan buruk


Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan, maka perawat harus
dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan terapi
penyembuhan dapat mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa yakni jika
ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya
biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama – sama mengunjungi
saudaranya yang sakit tersebut.

3. Mengganti kebiasaan pengobatan yang buruk


Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui
“Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Misalnya dukun
pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah tulang , jatuh
atau salah urat.

NILAI NILAI DALAM TREN DAN ISU KEPERAWATAN


1. Nilai intelektual. Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari:
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2. Nilai komitmen moral


Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat


Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri.
Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa
perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian,
kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi
pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Trend dan issue etika dalam keperawatan yang berkaitan dengan informed consent, dapat
disadari bahwa belum seutuhnya diterapkan pada pelayanan kesehatan khususnya di
Indonesia. Karena pada dasarnya dalam praktik sehari hari, pasien yang datang untuk berobat
ke tempat praktik dianggap telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan tindakan
tindakan rutin seperti pemeriksaan fisik. Akan tetapi, untuk tindakan yang lebih kompleks
biasanya dokter akan memberikan penjelasan terlebih dahulu untuk mendapatkan kesediaan
dari pasien, misalnya kesediaan untuk dilakukan suntikan.

2. Saran
a. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan di Indonesia sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan.
b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset
sebagai dasar untuk pengembangan kedisiplinan di Lingkungan Rumah Sakit dalam ruang
lingkup keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://idsirtii.or.id/content/files/artikel/TREN%20KEAMANAN%20INTERNET%20INDON
ESIA%202011.pdf

http://hermawatiunyu.blogspot.co.id/2013/12/tren-dan-isu-dalam-keperwatan-dan.html

Diposting 4th December 2015 oleh Oktalina Dwi Abriyani


0

Tambahkan komentar

Wonderful World
 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Jan

25

MAKALAH KEWARGANEGARAAN
ISLAM, MUSYAWARAH DAN
DEMOKRASI
MAKALAH KEWARGANEGARAAN

ISLAM, MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PANCASILA

OLEH:

1. Siti Hardiani Pangestuti (1511010011)


2. Vita Ningsih. (1511010031)
3. Ju
JJJJJJJ

Ilmu Keperawatan Dasar


Jumat, 13 Januari 2012
Ilmu Keperawatan Dasar
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

rahmat, serta penyertaanNya, sehingga makalah Ilmu Keperewatan Dasar I ini dapat kami

selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang

sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya keluarga

STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA.

kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan

dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. maka kami berharap adanya masukan dari

berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan

dengan layak sebagaimana mestinya.


Palangkaraya, 19 Desember 2010

DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................ i

Kata pengantar ............................................................................ ii

Daftar isi ............................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN :

1.1 Latar belakang ................................................................

1.2 Rumusan masalah ................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................

1.5 Metode Penulisan ................................................................

BAB II PEMBAHASAN :

2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan .......

2.2 Menganalisis perkembangan sejarah keperawatan .......

2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara


holistik dalam konteks keperawatan .............................

2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis pada pengambilan

keputusan dalam konteks keperawatan. ................................

BAB III PENUTUP :

a. Kesimpulan .........................................................................

b. Saran .........................................................................

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Ilmu keperawatan dasar adalah ilmu penting dalam perawatan manusia yang saling

berhubungan. Ilmu Keperawatan dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai

macam model konseptual dalam keperawatan dengan beberapa model dan konsep yang di

kemukakan oleh beberapa tokoh, dan mempelajari juga tentang konsep, tahap, karakteristik,

dan tugas perkembangan serta mempelajari tentang berbagai macam cara dan teori

komunikasi dalam keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah.

D` alam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada dalam ilmu

keperawatan dasar, yaitu :

1.2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan.

1.2.2 Menganalisis perkembangan sejarah keperawatan.

1.2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara holistik dalam konteks keperawatan.

1.2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam

konteks keperawatan.

1.3. Tujuan Penulisan.

1.3.1 Tujuan Umum.

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar kita dapat lebih mengetahui tentang

bagaiamana konsep berpikir kritis dalam keperawatan, perkembangan sejarah keperawatan,

juga dapat menganalisis prinsip – prinsip pendekatan holistik dalam konteks keperawatan

serta mengerti bagaiamana menerapkan prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam

konteks keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus.


Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa keperawatan

mampu menerapkan berbagai konsep berpikir kritis, serta berbagai prinsip pendekatan dan

pengambilan keputusan yang tepat.

1.4. Manfaat Penulisan.

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para

mahasiswa keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP agar dapat lebih

mengetahui dan mengerti tentang sejarah perkembangan keperawatan serta dapat menerapkan

konsep berpikir kritis, pendekatan holistik, dan dapat menerapkan prinsip legal etis dalam

pengambilan keputusan serta mengerti dan mengaplikasikannya secara baik dan maksimal.

1.5. Metode Penulisan.

Metode penulisan makalah ini menggunakan Metode study kepustakaan. Study

kepustakaan adalah metode dengan cara membaca dan mengumpulkan data – data dari buku.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan.

2.1.1 Konsep berpikir kritis dalam keperawatan.

a. Pengertian berpikir kritis.


Berpikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk

mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe, 2002). Berpikir

kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi juga kebiasaan sesorang untuk

bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih

tentang suatu masalah (Facione,1990). Jika diterapkan pada keperawatan, maka inti dari

berpikir kritis menunjukan proses pengambilan keputusan yang klinis yang kompleks.

Perawat yang menerapkan pemikiran kritis dalam bekerja akan fokus terhadap penyelesaian

masalah dan membuat keputusan, serta tidak akan membuat keputusan yang terburu – buru

ataupun ceroboh.

b. Berpikir dalam proses belajar.

Belajar merupakan proses sepanjang hidup. Perkembangan intelektual dan emosional kita

meliputi pembelajaran terhadap pengetahuan baru dan memperbaiki kemampuan kita untuk

berpikir, menyelesaikan masalah, serta membuat keputusan. Untuk belajar, kita harus

bersikap fleksibel dan selalu terbuka pada semuaa informasi baru. Ilmu keperawatan

berkembang sangat cepat dan akan selalu ada informasi yang baru dapat diterapkan dalam

praktik. Makin banyak pengalaman dan penerapan pengetahuan yang kita pelajari akan

membuat kita menjadi lebih baik dalam membuat asumsi, mengemukakan ide, dan membuat

kesimpulan.

c. Model berpikir kritis.

Komponen pertama dari model pemikiran kritis adalah pengetahuan dasar spesifik

perawat. Pengetahuan ini bervariasi bergantung pada pengalaman pendidik, termasuk

pendidikan dasar keperawatan, khusus pendidikan berkelanjutan, dan kuliah tambahan.

Sebagai tambahan dibutuhkan inisiatif perawat untuk membaca literatur keperawatan

sehingga dapat mengikuti perkembangan terahirdalam ilmu keperawatan. Sebagai perawat

pengetahuan dasar anda meliputi informasi dan teori keperawatan. Perawat mengunakan
pengetaahuan dasar mereka dengan jalan yang berbeda dengan disiplin ilmu kesehatan yang

lain karena mereka memikirkan, masalah klien secara holistic. Sebagai contoh pengetahuan

luar seorang perawat akan memperhatikan segi fisik, psikologi, moral, etik, dan budaya

dalam perawat seorang klien.

d. Berpikir kritis dalam keperawatan.

Sebagai perawat, Anda akan menghadapi berbagai macam situasi klinis yang berhubungan

klien, anggotakeluarga, staf pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Penting untuk berfikir cerdas

dalam setiap situasi. Untuk berfikir cerdas, Anda harus mengembangkan cara berfikir

kritisdalam meghadapisetiap masalah dan pengalaman baru yang menyangkut klien degan

cara berfikiran terbuka, kreatif, percaya diri, dan bijaksana. Jika klien mengeluhkan gejala

yang baru, meminta Anda untuk menenangkan mereka, atau meminta suatu tindakan, maka

diperlukan pemikiran krtitis dan pengambilan keputusan yang tepat, sehingga klien sebisa

mungkin mendapatkan perawatan yang terbaik. Berpikir kritis bukan merupakan hal yang

udah atau proses linear yang dapat dipelajari dalam satu malam, melainkan proses yang harus

diperoleh melalui pengalaman, komitmen, dan rasa ingin tahu yang besar.

2.2 Menganalisis sejarah keperawatan.

2.2.1 Sejarah keperawatan nasional dan international.

a. Perkembangan Keperawatan Di Dunia.

Secara naluriah dapat dikatakan bahwa keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan

manusia yaitu Adam dan Hawa. Keberadaanya tidak pernah di pungkiri. Oleh karena itu

perkembangan keperawatan, termasu keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat di

pisahkan dan sangat di pengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban

manusia.

b. Perkembangan Keperawatan Di Inggris.


Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris

melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan

keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain. Florence Nightingle, lahir dari

keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia). Setahun setelah

kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence mendapatkan

pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan

Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth

(Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris. Kontribusi

Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi

merupakan satu bagian penting [ dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional

dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal

klien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,

mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan

keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit.

Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi

kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.

c. Perkembangan Sejarah Keperawatan Di Indonesia.

- Zaman Kuno.

Seperti juga di Negara-negara lainnya keperawatan diserahkan kepada perempuan yang

merawat keluarganya Penyakit dianggap perbuatan setan yaitu dukun, cara pengobatan

dengan menggunakan daun-daunan

- Zaman penjajahan Belanda.


Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam

penjajahan Belanda. Perawat Indonesia disebut sbg verpleger dengan dibantu oleh zieken

oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit

Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara

kesehatan staf dan tentara Belanda. Orang-orang Belanda datang ke Indonesia pertama kali

dengan maksud untuk berdagang. Dalam usaha perdagangannya itu di bentuklah VOC.

Sehubungan dengan adanya staf dan tentara maka dua usaha kesehatan. Untuk itu

didirikanlah rumah sakit yang pertama yang bernama " Binnen Hospital " didirikan pada

tahun 1641 bertempat di Batavia ( sekarang Jakarta) Tenaga perawatannya diambil dari

penduduk pribumi ( Bumi Putera ) yang diberi nama Zieken oppaser ( penjaga orang sakit)

Rumah sakit ini dibawah pengawasan dokter militer.

2.1.2 Keperawatan sebagai profesi.

a. ciri – ciri profesi.

Menurut Shortridge adalah sebagai berikut :

a. Berorientasi pada pelayanan masyarakat

b. Pelayanan keperawatan yang diberikan di dasarkan pada ilmu pengetahuan

c. Adanya otonomi

d. Memiliki kode etik

Menurut prof. Ma’rifin Husin adalah sebagai berikut :

a. Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan

keterampilan serta kode etik keperawatan

b. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi sehingga diharapkan mampu

untuk bersikap profesional, mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional, memberi

pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan menggunakan etika keperawatan dalam

memberi pelayanan
C. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam

bidang keseaahatan, yaitu :

1. Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan.

2. Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut.

3. Perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatn

registrasi/legislasi ).

4. Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara singkat keperawatan sebagai suatu profesi setidaknya harus mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

 Mempunyai ilmu pengetahuan dan dikembangkan secara terus menerus melalui penelitian

 Memiliki standar pendidikan

 Pelayanan dan praktek keperawatan

 Memiliki otonomi dan organisasi profesi

 Mempunyai kode etik profesi

2.1.2 Profil Keperawatan Profesional.

Profil keperawatan Profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat

dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

a. Peran pelaksana

dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector dan

advocat, communicator serta rehabilitator.

• Comforter : perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien.

• Protector dan advocat : kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar hak dan

kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan.


• Communicator : perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim

kesehatan lainnya, berkitan pula dengan keneradaan perawat mendampingi klien sebagai

pemberi ashuan keperawatan selama 24 jam.

b. Peran sebagai pendidik.

perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga

keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat

berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, kluarga, kelompok atau masyarakat)

maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperwatan, antara sesama perawat atau

tenag kesehatan lain.

c. Peran sebagai pengelola.

berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayan keperawatan serta

mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.

d. Peran sebagai peneliti.

Berperan dalam mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsif dan metode

penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau

pelayanan dan pendidikan keperawatan.

2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara holistic dalam konteks keperawatan.

2.3.1 Konsep dan teori keperawatan.

a. Teori keperawatan.

Teori keperawatan didefenisikan oleh Steven (1984), sebagai usaha untuk menguraikan

dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor. C., 1989).

Teori keperawatan beerperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan

bertujuan untuk mengambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan


dan pelayanan perawatan yang dilakukan. Menurut Newman (1979), ada tiga cara pendekatan

dalam pengembangan dan pembentukan teori keperawatan yaiti meminjam teori-teori dari

disiplin ilmu lain yang relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini kedalam

ilmu keperawatan, menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep

yang berkaitan dengan praktik keperawatan, seerta menciptakan suatu kerangka konsep yang

memungkinkan pengembangan teori keperawatan.Tujuan pengembangan teori keperawatan

adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang diharapkan dapat membantu dan

mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.

b. Karakteristik dasar teori keperawatan.

Meskipun banyak penulis yang membahas teori keperawatan, tulisan Torres (1985) dan

Chinn dan Jacob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan.

Menurut mereka, ada lima karakteristik dasr teori keperawatan yaitu:

Pertama, teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan

yang spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konseo

sehat-sakit, keperawatan dan konsep lingkungan.

Kedua, teori keperawatan harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan

dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir

yang logis.

Ketiga, teori keperawatan bersipat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat

digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai

dengan situasi praktik keperawatan.

Keempat, teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan

yang dilakukan melalui penilitian.

Kelima, teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas

praktik keperawatan.
c. Konsep dan teori dalam keperawatan.

Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat konsep yang berpengaruh dan

menentukan kualitas praktik keperawatan yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-

sakit dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori

keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda antara teori

yang satu dengan teori yang lain. Berikut ini diuraikan beberapa teori keperawatan.

- Sister Calista Roy: Model Adaptasi Roy

Pada tahun 1964 model ini banyak di gunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep

dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi roy adalah system model yang esensial dalam

keperawatan. Asumsi dasar model ini adalah:

1. Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan

sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan social.

2. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang bersifat positif maupun negative untuk

dapat beradaptasi. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu

penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi yang ada serta keyakinandan

pengalaman dalam beradaptasi.

3. Setiap individu berespons terhadap kubutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri yang

positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan

melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara intergritas diri.

4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan

koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi.

Menurut roy, respons yang menyebabkan penurunan integritas tubuh menimbulkan adanya

suatu kebutuhan dan menyebabkan individu berespons terhadap kebutuhan tersebut melalui

upaya atau perilaku tertentu. Menurutnya, kebutuhan fisiologis meliputi oksigenisasi dan
sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan , tidur dan istirahat, pengaturan suhu,

hormonal dan fungsi sensoris. Kebutuhan akan konsep diri yang positif berfokus pada

persepsi diri yang meliputi kepribadian, norma, etika dan keyakinan seseorang. Kemandirian

lebih di fokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi social termasuk

kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada

perilaku individu dalam menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.

Singkatnya, Roy menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu

kesatuan utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan. Individu selalu berinteraksi secara konstan atau selalu beradaftif terhadap

perubahan lingkungan. Roy mengidentifikasi lingkungan sebagai semua yang ada disekeliling

kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Sehat adalah suatu keadaan atau

proses dalam menjaga integritas diri. Menurutnya, peran perawat adalah membantu pasien

beradaptasi terhadap perubahan yang ada.

- Teori Martha E. Roger

Teori Roger didasarkan pada pengetahuan tentang asal usul manusia dan alam semesta

seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan

mitologi. Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia. Menurutnya kehidupan

seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia dan poola pertumbuhan dan

perkembangan seseorang.

Asumsi dasar teori roger tentang manusia adalah:

1. Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.

2. Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan di sekelilingnya.

3. Kehidupan setiap manusia adalah sesuatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda dengan

orang lain.

4. Perkembangan manusia dapat di nilai dari tingkah lakunya.


5. Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Misalnya dalam hal sifat

dan emosi.

Secara singkat disimpulkan bahwa teori Roger berfokus pada manusia sebagai satu

kesatuan yang utuh dalam siklus kehidupannya. Menurutnya, lingkungan adalah segala hal

yang berada di luar diri individu.

- Teori Dorothy E. Johnson

Dorothy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu

individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efesien untuk mencegah timbulnya

penyakit. Manusia adalah mahluk yang utuh dan terdiri dari dua system yaitu system biologi

dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah system eksternal yang

berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespons

adaptif baik pisik, mental, emosi, dan social terhadap lingkungan internal dan eksternal

dengan harapan dapat memelihara kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk

membantu keseimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah yang

dilakukan ketika ia sakit.

- Teori Dorothea E. Orem

Menurut orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang

mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi

kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini

dikenal sebagai self Care/Self care Defisit. Ada tiga prinsip dalam perawatan diri sendiri atau

perawatan mandiri.

1. Perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistic meliputi kebutuhan oksigen, air,

makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat, mencegah trauma serta kebutuhan hidup lainya.

2. Perawatan mandiri yang dilakukan harus sesuai dengan tumbuh kembangnya manusia.
3. Perawatan mandiri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau penyakit untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan.

Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat ketergantungan

atau kebutuhan dan kemampuan pasien. Oleh karena itu terdapat tiga tingkatan dalam asuhan

keperawatan mandiri.

1. Perawat memberi perawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena

tingkat ketergantungan pasien yang tinggi.

2. Perawat dan pasien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan.

3. Pasien merawat diri sendiri dengan bimbingan perawat.

- Model Betty Neuman

Model neuman berfokus pada individu dan respons atau reaksi individu terhadap stress

termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi dan kemampuan adapts pasien. Menurut neuman

asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat adanya

stressor. Peran ini disebut pencegahan penyakit yang terdiri dari pencegahan primer,

sekunder,dan tersier. Pencegahan primer meliputi tindakan keperawatan untuk

mengidentifikasi adanya stressor, mencegah terjadinya reaksi tubuh karena adanya stressor

serta mendukung koping pasien yang konstruktif. Pencegahan sekunder seperti tindakan

keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit atau reaksi tubuh lainnya

karena adanya stressor. Sedangkan pencagahan tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur

serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit.

- Kerangka Konsep Imogene M King

Kerangka ini di kenal sebagai kerangka system terbuka. Asumsi yang mendasari kerangka

ini adalah:
1. Asuhan keperawatan berfokus pada manusia termasuk berbagai hal yang mempengaruhi

kesehatan seseorang.

2. Tujuan asuhan keperawatan adalah kesehatan bagi individu, keloompok dan masyarakat.

3. Manusia selalu berinteraksi secara konstan terhadap lingkungan.

Menurut King tujuan pemberian asuhan keperawatan dapat tercapai jika perawat dan

pasien saling bekerjasama dalam mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama

yang hendak dicapai.

- Teori Myra E Levine

Teori Levine berfokus pada interaksi manusia. Asumsi dasar Teori Levin adalah:

1. Pasien membutuhhkan pelayanan keperawatan atau kesehatan jika mempunyai masalah

kesehatan.

2. Perawat bertanggung jawab untuk mengenali respons/reaksi dan perubahan tingkah laku

serta perubahan fungsi tubuh pasien. Respons pasieen terjadi ketika ia mencoba beradaptasi

dengan perubuhan lingkungan atau suatu penyakit. Bentuk respons tersebut dapat bearupa

khetakutan, stress, inflamasi dan respons panca indra.

3. Fungsi perawat adalah melakukan intervensi keperawatan serta membina hubungan

terapeutik. Intervensi keperawatan bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan

mencegah penyakit serta memperbaiki status kesehatan.

2.3.2 Paradigma keperawatan.

a. Konsep Manusia.

Manusia adalah biopsikososial dan spritual yang utuh, dalm arti merupakan satu kesatuan

utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempuyai berbagai macam kebutuhan

sesuai dengan tingkat perkembangannya.


Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara

lain dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai

dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Pandangan tentang manusia dipengerahi

oleh falsafah dan kebudayaan suatu bangsa. Contoh bangsa rusia terutama penduduk asli dan

tradisonal tidak menganut suatu agama (atheisme ) Sebagai sasaran pelayanan atau asuhan

keperawatan dan pratek keperawatan, manusia adalah klien yang dibedakan menjadi

individu,keluarga, dan masyarakat.

b. Individu sebagai klien.

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, sosial, dan spiritual. Peran perawat kepada induvidu sebagai klien, pada dasarnya

memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual

karena adanya kelemahan pisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan

menuju kemandirian pasien.

c. konsep sehat sakit.

Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat

dinamis dan selalu berubah dalam setiap waktu. Melalui rentang ini dapat diketahui batasan

perawat dalam melakukan praktek keperawatan dengan jelas.

- Rentang Sehat

Batasan sehat itu dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,

mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

- Tahapan Proses Sakit

1) Tahap gejala

2) Tahap asumsi terhadap penyakit


3) Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

4) Tahap ketergantungan

5) Tahap penyembuhan

- Dampak Sakit

1) Terjadi perubahan peran pada keluarga

2) Terjadinya gangguan psikologis

3) Masalah keuangan

4) Kesepian akibat perpisahan

5) Terjadinya perubahan kebiasaan sosial

6) Terganggunya privasi seseorang

7) Otonomi

8) Terjadinya perubahan sosial

- Perilaku Pada Orang Sakit

1) Adanya perasaan ketakutan

2) Menarik diri

3) Egosentris

4) Sensitif terhadap persoalan kecil

5) Reaksi emosional tinggi

6) Perubahan persepsi

d. konsep lingkungan.

Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb) yang

termasuk didalamnya. lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap

perkembangan manusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan

kesehatan. Konsep tentang lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada

lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial budaya dan spritual.
1) Lingkungan Fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat

mempengaruhi perubahan status kesehatan, contohnya adanya daerah-daerah wabah,

lingkungan kotor, pembuangan air limbah, sampah dan lain-lain.

2) Lingkungan Psikologis artinya keadaan yang menjdikan terganggunya psikologis seseorang

seperti lingkungan yang kurang aman, yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan akan

bahaya yang ditimbulkan.

3) Lingkungan Sosial budaya dan spritual dalam hal ini adalah masyarakat luas serta budaya

yang ada juga dapat mempergaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan,

spritual juga mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama serta

meningkatkan keyakinan.

Untuk memahami hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga,

kelompok, dan komunitas) dapat digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau

agent-host-enviroment triangel model yang di kemukakan oleh Leavell 1965. ketiga

komponen saling berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk

Model ini dapat digunakan untuk memprediksi atau memperkirakan penyakit atau faktor

yang beresiko tinggi menyebabkan terjadinya masalah kesehatan sehingga membantu

perawat meningkatkan kesehatan dam mncegahnya timbul penyakit serta memelihara

kesehatan masyarakat.

- Model Leavell meliputi : agen, hospes dan lingkungan

1. Agen adalah suatu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Seperti faktor

biologi, kimiawi, fisik, mekanik atau psikologis ( kuman penyakit seperti bakteri, virus,

jamur, dan cacing). Senyawa kimia yang menyebabkan polusi udara dan air, lingkungan

kerja yang berpontensi menimbulkan kecelakaan kerja, serta stres yang berkepanjangan.

2. Hospes/ Manusia adalah mahluk hidup yaitu manusia, hewan yang dapat terinfeksi atau

dipengaruhi oleh agen. Misalnya balita dan anak usia berisiko tinggi terifeksi cacing
3. Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan

perumahan kumuh, polusi udara, air dan udara; lingkungan kerja yang tidak nyaman; tingkat

sosial ekonomi yang rendah; pendidikan masyarakat yang rendah; terbatasnya jumlah fasilitas

pelayanan kesehatan; letak fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari pemukiman

penduduk dan sebagainya.

e. teori System.

sistem secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1) Sistem sebagai suatu wujud

Apabila bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud

yang ciri-cirinya dapat dideskripsikan dengan jelas. Sistem wujud dapat di bedakan atas dua

macam yaitu :

a. Sistem sebagai suatu wujud yang konkret

b. Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak

2) Sistem sebagai suatu metode

Apabila bagian-bagian yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metode

yang dapat digunakan sebagai alat dalam melakukan pekerjaan administrasi.

- Ciri-ciri sistem

Menurut Elias M. Awad (1979)

Sistem bukanlah sesuatu yang berada diruanghampa melainkan selalu berinteraksi dengan

lingkungan. Bergantung pada pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut sistem di

bedakan atas dua maacam yaitu :

a. Sistem bersifat terbuka

b. Sistem bersifat tertutup

- Unsur-unsur sistem

sistem terbentuk atas bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
1) Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang

diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2) Proses (proces) adalah kumpulan bagian yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi

untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses

sistem

4) Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian yang merupakan keluaran dari sistem

sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

5) Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem

6) Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi

mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

Sebuah sistem merupakan kumpulan dari berbagai komponen. Komponen tersebut saling

berhubungan dan merupakan bagian dari suatu tujuan umum untuk membentuk satu kesatuan.

Ada dua jenis sistem, yaitu terbuka dan tertutup. Sistem terbuka, seperti organ tubuh manusia

atau suatu proses seperti proses keperawatan, interaksi dengan lingkungan, serta perubahan

antara sistem dan lingkungan. Sistem tertutup, seperti reaksi kimia dalam suatu tabung uji

tidak berhubungan dengan lingkungan. Layaknya semua sistem, proses keperawatan

mempunyai tujuan khusus. Tujuan proses keperawatan adalah ubtuk mengatur dan

menyampaikan pendekatan individual kepada asuhan keperawatan.

Sebagai suatu sistem, proses keperawatan mempunyai komponen-komponen, berikut :

1) Masukan
masukan dalam proses keperawatan adalah data atau informasi yang berasal dari pengkajian

klien (misalnya bagaimana klien berhubungan dengan lingkungan dan fungsi fisiologis

klien).

2) Hasil

hasil merupakan produk akhir dari sistem dan dalam hal proses keperawatan adalah dimana

status kesehatan klien mengalami kemajuan atau tetap stabil sebagai hasil asuhan

keperawatan.

3) Umpan balik

Umpan balik berperan untuk memberikan informasi sebuah sistem tentang bagaimana sistem

berfungsi. Sebagai contoh, dalam proses keperawatan hasil menggambarkan respons klien

terhadap intervensi keperawatan.

4) Isi

Isi adalah produk dan informasi yang berasal dari sistem. Selain itu, penggunaan proses

keperawatan sebagai sampel, isi merupakan informasi tentang pelayanan keperawatan untuk

klien dengan masalah kesehatan tertentu. Sebagai contoh, klien dengan gangguan mobilitas

memerlukan kebutuhan dan intervensi perawatan kulit ( misalnya higienis dan pengaturan

perubahan posisi tubuh) yang dapat mengurangi resiko terjadinya ulkus akibat tekanan.

Beberapa teori keperawatan menggunakan sistem teori sebagai dasar. Sebagai contoh.

Neuman (1995) menggambarkan sebuah model manusia keseluruhan dan pendekatan sistem

terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan

eksternal maupun internal, dan interaksi manusia terhadap tekanan lingkungan, dapat

mempengaruhi kesejahteraan klien.

f. konsep Berubah.

Banyak definisi pakar tentang berubah , dua diantaranya yaitu :


1) Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda

dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987)


2) Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau

institusi (Brooten,1978)

Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku,

individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya.

Maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat

berguna. Hersey dan Blanchard (1977) menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan

perubahan.

1) Perubahan pertama dalam pengetahuan cenderung merupakan perubahan yang paling mudah

dibuat karena bisa merupakan akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen.

Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan

atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih sulit dibandingkan dengan perubahan

pengetahuan.

2) perilaku individu. Misalnya seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa

keperawatan primer jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan

lainnya, tetapi tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan,

misalnya merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

3) Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena melibatkan

banyak orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga harus mencoba

mengubah kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.

4) Dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita tinjau dari dua sudut pandang

yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang diarahkan. Perubahan Partisipatif akan

terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku kelompok. Pertama-

tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka akan mengembangkan sikap

positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa orang berperilaku berdasarkan sikap-

sikap mereka maka seorang pemimpin akan menginginkan bahwa hal ini memang benar.
Sesudah berprilaku dalam cara tertentu maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya

mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

- Respon Terhadap Suatu Perubahan

Faktor-faktor yang akan merangsang penolakan terhadap perubahan misalnya, kebiasaan,

kepuasan akan diri sendiri dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-orang biasanya takut

berubah karena kurangnya pengetahuan, prasangka yang dihubungkan dengan pengalaman

dan paparan dengan orang lain serta ketakutan pada perlunya usaha yang lebih besar untuk

menghadapi kesulitan yang lebih tinggi. Beberapa contoh ketakutan yang mungkin dialami

seseorang dalam suatu perubahan antara lain :

1) Takut karena tidak tahu

2) Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan

pekerjaannya

3) Takut karena kehilangan kepercayaan / kedudukan

4) Takut karena kehilangan imbalan

5) Takut karena kehilangan penghargaan,dukungan dan perhatian orang lain.

- Perawat Sebagai Pembaharu

Menurut Oslan dalam Kozier (1991) mengatakan perawat sebagai pembaharu harus

menyadari kebutuhan sosial, berorientasi pada masyarakat dan kompeten dalam hubungan

interpersonal. Pembaharu juga perlu memahami sikap dan perilakunya, bagaimana ia

menjalin kerjasama dengan orang lain dan bagaimana perasaannya terhadap perubahan

tersebut. Maukseh dan Miller dalam Kozier menyebutkan karakteristik seorang pembaharu

adalah :

1) Dapat mengatasi/ menaggung resiko. Hal ini berhubungan dengan dampak yang mungkin

muncul akibat perubahan.


2) Komitmen akan keberhasilan perubahan. Pembaharu harus menyadari dan menilai

kefektifannya

3) Mempunyai pengetahuan yang luas tentang keperawatan termasuk hasil-hasil riset dan data-

data ilmu dasar, menguasai praktik keperawatan dan mempunyai keterampilan teknik dan

interpersonal.

Fungsi pembaharu sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi yang efektif dalam

proses berubah, agar efektif seorang pembaharu sebaiknya :

1) Mudah ditemui oleh mereka yang terlibat dalam proses berubah

2) Dapat diercaya oleh mereka yang terlibat

3) Jujur dan tegas dalam menetapkan tujuan, perencanaan dan dalam mengatasi masalah

4) Selalu melihat tujuan dengan jelas

5) Menetapkan tanggung jawab dari mereka yang terlibat

6) Menjadi pendengar yang baik

g. Konsep holistik care : caring, holisme, humamise.

- Konsep Holistic Care


Holistic merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi

dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Holistik terkait dengan

kesejahteraan (Wellnes).

Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi

yaitu:

1) fisik,

2) emosional,

3) intelektual,

4) sosial.

5) dan spiritual.
Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu

adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus.

- Perbedaan Konsep Holistic Care Dengan Konsep Ilmiah Lainnya

Pandangan medis ilmiah hanya melihat hal-hal fisik saja dalam penanganan penyakit

ataupun pencegahannya. Namun pandangan holistik berpendapat bahwa semua aspek fisik,

mental, emosional, dan spiritual berpengaruh terhadap pemeliharaan kesehatan, datangnya

penyakit, maupun dalam upaya penyembuhan dari sakit.

- Konsep Caring

Sebuah perilaku perawatan yang didasari dari beberapa aspek diantaranya :

1) Human altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan),

2) Menanamkan kepercayaan-harapan,

3) Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,

4) Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya,

5) Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,

6) Sistematis dalam metode pemecahan masalah

7) Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal,

8) Meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan spiritual

9) Senang membantu kebutuhan manusia,

10) Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal.

- Konsep Holisme

Holisme adalah filsafat yang menganggap manusia sebagai suatu kesatuan yang berfungsi

dan bukan gabungan dari beberapa system Pikiran dan tubuh bukan merupakan bagian yang

terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah

satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan.

- Konsep Humanisme
Humanisme adalah suatu gerakan filosofis yang berfokus pada alam dan hakikat manusia

sebagai individu. Teori humanistik percaya bahwa manusia memiliki potensi diri untuk sehat

dan kreatif, jika kita mau menerima tanggung jawab bagi kehidupan diri kita sendiri.

Humanisme merupakan salah satu gerakan filosofis utama yang melandasi teori-teori

mutakhir mengenai praktik keperawatan

2.3.3 Pelayanan Keperawatan.

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi antar individu atau

kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menimbulkan respon timbal

balik antara pengirim dengan penerima informasi.

a. System pelayanan kesehatan menyeluruh

Sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari elemen-elemen atau berbagai komponen yang

terpisah dan mempunyai fungsiyang berbeda tetapi saling berinteraksi,interelasi,

interdependensi dalam upaya mencapai tujuan yang sama berdasarkan kebutuhan dan

kepentingan bersama.

b. Upaya Kesehatan secara menyeluruh.

Sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Komponen atau elemen-elemen didalam sistem saling berhubungan, berinteraksi dan

saling bergantung dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan kebutuhan

bersama.

1) Pengorganisasian komponen didalam sistem bersifat teratur dan memiliki struktur yang

diakui keberadaannya.

2) Terdapat komunikasi yang berhubungan antara satu komponen lainnya didalam sistem.
3) Terdapat batasan yang memisahkan sistem dari lingkungan. Batasan ini berfungsi mengatur

pertukaran energi dan informasi yang berlangsung antara sistem dan lingkungannnya.

- Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan

keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Terdapat 3 bentuk pelayanan kesehatan

yaitu :

- Primary health care (pelayanan kesehatan tingkat pertama)

1) Dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan/masyarakat

sehat sehingga kesehatan optimal dan sejahtera.

2) Sifat pelayanan kesehatan yaitu berupa pelayanan kesehatan dasar

3) Puskemas, balai kesehatan.

- Secondary health care (pelayanan kesehatan tingkat 2)

1) Untuk klien yang membutuhkan perawatan rawat inap tapi tidak dilaksanakan dipelayanan

kesehatan utama.

2) Rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis

- Tertiary health care (pelayanan kesehatan tingkat 3)

1) Tingkat pelayanan Tertinggi

2) Membutuhkan tenaga ahli/subspesialis dan sebagai tempat rujukan utama seperti RS tipe A

atau B.

c. Upaya Kesehatan Secara Menyeluruh


Untuk mendapat gambaran tentang upaya peningkatan kesehatan secara menyeluruh

maka perlu diketahui faktor-faktor dalam masyarakat yang ikut terlibat (lingkup mobilisasi

masyarkat). Lingkup mobilisasi masyarakat terdiri dari 3 komponen utama, yaitu :

1) Sasaran, yang mencakup individu, keluarga dan masyarakat.

2) Sarana, yang mencakup tenaga dan dana yang tersedia


3) Masalah kesehatan, baik yang mampu diatasi sendiri oleh orang yang bersangkutan, mampu

diatasi sebagian maupun yang tidak dapat diatasi sama sekali.

Setelah lingkup mobilisasi masyarakat diketahui maka tugas penyelenggara upaya

peningkatan kesehatan – puskesmas bekerja sama dengan sektor swasta non-kesehatan –

antara lain :

1) Mematangkan kondisi dan menstimulasi individu, keluarga, dan masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam upaya peningkatan kesehatan;

2) Membentuk dan melatih kader serta menhimpunkan dari berbagai sumber potensial dalam

masyarakat;

3) Mengatasi masalah kesehatan, melalui pelayan profesional dan bantuan non-medis;

c. Pendekatan Strategi Pembinaan Fungsi Puskesmas

2.5.5.1 Fungsi Puskesmas

(Kepmekes No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas)

1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan :

(1) Berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk

oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta

mendukung pembangunan kesehatan.

(2) Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari setiap penyelenggaraan

pembangunan di wilayah kerjanya.

2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat :

(1) Selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat

termasuk dunia usaha memilki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri

dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan.


(2) Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan

memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama :

c. Puskemas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi: Pelayanan Kesehatan Perorangan dan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

d. Pelayanan Dan Pengembangan Upaya Kesehatan

Pelayanan dan upaya untuk meningkatkan kesehatan (termasuk layanan kesehatan) harus

dikembangkan secara bersamaan dan mengikuti pola yang telah ditentukan pengembangan

layanan dan upaya kesehatan masyarakat dilakukan melalui rujukan, upaya peningkatan

kesehatan ditingkat puskesmas, dan peningkatan peran serta masyarakat.

e. Unsur Pelayanan Kesahatan Primer (PHC)

PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, dan pengalaman dalam perkembanagan

kesehatan dibanyak negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam

pemberantasan penyakit menular. Oleh karena itu, timbulah pemikiran untuk

menegemnbangakan konsep upaya dasar kesehatan. Tahun 1977 pada sidang kesehatan dunia

dicetuskan kesepakatan untuk melahirkan “Health for All by the Year 2000”, yang sasaran

utamanya dalam bidang sosial pada tahun 2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.

f. bentuk pelayanan keperawatan

prof. Dr.Azrul azwar membagi bentuk pelayanan dalam 6 aspek penanganan, yaitu :

1) Jumlah tanaga pelaksana

(1) Pelayanan keperawatan tunggal yang dilaksanakan oleh perorangan


(2) pelayanan keparawatan berkelompok yang dilaksanakan secara kelompok

2) Keahlian tenaga pelaksana

(1) Pelayanan keperawatan umum yang dilaksanakan oleh perawat umum

(2) Pelayanan keperwatan spesialis dilaksanakan oleh tenaga keperawatan spesialis

3) Hubungan pelayanan dengan rumah sakit.

(1) pelayanan keparawatan di dalam rumah sakit

(2) pelayanan keparawatan di diluar rumah sakit

4) Kondisi klien

(1) Pelayanan keperawatan klien sakit

(2) Pelayanan keperawatan klien sehat

5) Jumlah klien

(1) pelayanan kesehatan individual

(2) pelayanan kesehatan keluarga

(3) pelayanan kesehatan kelompok

(4) pelayanan kesehatan komunitas

6) Orientasi pelayanan

(1) pelayanan keperawatan medis

(2) pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

g. Komponen pelayanan keperawatan dasar

pelayanan keperawatan yang bersifat langsung kepada pasien/ klien disebut asuhan

keperawatan. asuhan keperawatan individu umumnya mencakup komponen dasar untuk

membantu pasien/klien dalam hal berikut ini.

1) Bernapas secara normal

2) Makan dan minum

3) Kebersihan Diri Dan Lingkungan


4) Menggerakkan dan menjaga kondisi tubuh yang diinginkan dalam berjalan, duduk, dan

berbaring

5) Tidur dan beristirahat

6) Memilih pakaian yang cocok, mengenakan pakaian, dan membuka pakaian

7) Menjaga agar suhu badan normal

8) Menjaga kebersihan badandan badan terawat dengan baik, dan melindungi kulit.

9) Mencegah bahaya di sekitar pasien dan mencegah pasien melukai orang lain

10) Berkomunikasi dengan orang lain

11) Menjalankan ibadah

12) Bekerja dengan baik

13) Melakukan kegiatan yang kreatif

Mengikuti program latihan dan penyuluhan

h. Pelayanan Keperawatan Keluarga

Pengertian
S.G Baillon (1978), Kesehatan keluarga merupakan bentuk perawatan kesehatan
masyarakat dengan sasaran keluarga sebagai unit pelayanan keperawatan. Sehat sebagai
tujuan dan keperawatan sebagai media, penyalur, atau memberi pelayanan perawatan.
i. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat

1) Pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat umum

dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

2) Pelayanan keerawatan tersebut diberikan setelah melalui proses berikut :

(1) Pertemuan penjajakan kepada pemuka masyarakat agar dicapai kesepakatan tentang ide yang

ditemukan.

(2) Pengumpulan data pada masyarakat melalui survei dengan menggunakan daftar pertanyaan.

(3) Analisis data dan perumusan masalah.

(4) Pembahasan hasil analisis dalam forum lokakarya mini dengan masyarakat, untuk kemudian

ditetapkan prioritas masalah serta penyelesaian.


(5) Perumusan rencana tindakan penyelesaian masalah bersama dengan wakil masyarakat.

(6) Pelaksanaan tindakan pemecahan masalah.

(7) Evaluasi.

(8) Tindak lanjut.

2.3.4 Proses Keperawatan.


2.3.9.1 Pengkajian Keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian dilakukan

oleh perawat dalam rangka pengumpulan data klien. Data klien diperlukan sebagai dasar

pijakan dalam melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikutnya. data klien diperoleh

melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik (laboratorium,

foto, dan sebagainya), informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien.

Hampir dipastikan bahwa semua data yang didapat tersebut diperoleh melalui proses

komunikasi, baik komunikasi secara langsung (verbal, tertulis) maupun secara tidak langsung

(nonverbal ). Pada tahap ini dapat dikatakan bahwa proses komunikasi berlangsung paling

banyak dibanding komunikasi pada berikutnya.

Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim/memberikan informasi,

menerima, dan memahami pesan yang diterima klien. Hambatan klien dalam berkomunikasi

yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain:

a) Language deficits

Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena

penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dalam

menerima pesan secara adekuat.

b) Sensory deficits

Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor penting dalam

komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan

sensor klien berfungsi dengan baik. Untuk klien yang mengalami kelemahan mendengar,
maka ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari

kepastian medik yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar, memperhatikan

apakah klien menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan apakah

klien mampu melihat muka dan bibir kita saat berbicara, dan memperhatikan apakah klien

mampu menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non verbal.

c) Cognitive impairments

Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan

klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang

mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat menilai apakah klien merespon ketika

ditanya, apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar, apakah klien dapat

mengingat dengan baik, dan sebagainya.

d) Structural deficits

Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung

dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi

komunikasi.

e) Paralysis

Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektrenitas atas akan menghambat

kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan. Perawat perlu

memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukkan dalam rangka

memberikan informasi pada perawat.

2.3.7.2 Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam

tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaan perawat

dengan melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang masalah yang

dialami klien. Proses penentuan masalah klien dengan melibatkan beberapa pihak tersebut
adalah upaya untuk memvalidasi, memperkuat dan menentukan prioritas masalah klien

dengan benar. Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien dapat berakibat

salahnya penilaian perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang

komunikatif dan sikap klien yang kooperatif merupakan faktor penting dalam diagnosa

keperawatan yang tepat.

2.9.3.3 Rencana Keperawatan.

Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan

komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan pilihan rencana keperawatan

yang akan dilakukan. Misalnya, sebelum perawat memberikan diet makanan bagi klien,

perawat perlu mengetahui makanan pilihan, yang disukai, atau yang alergi bagi klien

sehingga tindakan yang dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat perawat

merupakan media komunikasi antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang disusun

perawat dinas pagi dapat dievaluasi atau dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya.

Model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara

berkesinambungan, terukur dan efektif.

2.3.9.4 Tindakan Keperawatan.

Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Selama aktifitas pada tahap ini menuntut perawat untuk terampil dalam

berkomunikasi dengan klien. Umumnya ada dua kategori aktifitas perawat dalam

berkomunikasi, yaitu saat mendekati klien untuk membantu memenuhi kebutuhan pisik klien

dan ketika klien mengalami masalah psikologis.

Berikut adalah tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien.

 Menunjukkan muka yang jujur dengan klien. Hal ini penting agar tercipta suasana saling

percaya saat berkomunikasi.


 Mempertahankan kontak mata dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat

dilihat dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien.

 Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan

dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

 Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan

keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

 Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan

menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga

dan satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan berkomunikasi

dilaksanakan dengan perbandingan 2 : 1, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Sikap

ini akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.

 Relatif rileks saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak membawa

pengaruh yang baik dalam hubungan perawat klien.

Pada tahap ini petugas kesehatan (perawat / bidan) juga harus meningkatkan kemampuan

nonverbalnya dengan “SOLER” yang merupakan singkatan dari:

- S = Sit (duduk) menghadap klien. Postur ini memberi kesan bahwa perawat ada di sana untuk

mendengarkan dan tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien.

- O = Observe (mengamati) suatu postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan tidak

menyilang). Postur ini menyatakan bahwa perawat adalah “terbuka” terhadap apa yang

dikatakan klien. Suatu yang “tertutup” dapat menghambat klien untuk menyampaikan

perasaannya.

2.3.9.5 Evaluasi.

Komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah
tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau
hasil yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap
sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan
yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal. Tanpa komunikasi perawat
tidak cukup dalam menilai apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak. Pada tahap ini
juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana
tindakan yang telah dilakukan.
2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam proses
keperawatan.
2.4.1. Prinsip – prinsip etika keperawatan.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam

hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang

baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.

Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi

yang berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan

filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku

aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat

digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan

sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup

moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang

digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang

seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

2.7.1. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis

dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki

kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus

dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau

dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi

merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek

profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat

keputusan tentang perawatan dirinya.


2.7.2 Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,

terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

2.7.3 Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain

yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam

prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar

praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

2.7.4 Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

2.7.5 moral right

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan

kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa

klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif

untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang

sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya

selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan

adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk

pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu

memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang

kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

2.4.2. Isue etik dalam keperawatan.


Setiap orang menghadapi isu moral yang sama dalam lingkungan perawatan kesehatan. Hal

ini berarti bahwa etika keperawatan adalah istilah yang sah hanya selama sah itu mengacu

pada sub kategori dalam etika kedokteran.

2.8.1 Euthanasia

Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup

seseorang atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri

hidup seorang pasien, dan ini untuk kepentingan pasien sendiri. Perkembangan euthanasia

tidak terlepas dari perkembangan konsep tentang kematian.

2.8.1.1 Jenis Euthanasia

Euthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut.Euthanasia dapat dibedakan atas :

1) Euthanasia pasif

2) Euthansia aktif

Di tinjau dari pemerintahan, Euthanasia dapat dibedakan atas :

1) Euthanasia voluntir (atas permintaan pasien)

2) Euthanasia ivoluntir (tidak atas permintaan pasien)

2.8.2. Aborsi

Aborsi didefinsikan sebagai pengeluaran janin atau produk konsepsi secara spontan sebelum

usia kehamilan 24 minggu, yang bisa terjadi keguguran (abortus). Menurut WHO aborsi

merupakan pengeluaran embrio atau janin yang berat badannya 500 gr atau kurang, yang

setara dengan usia kehamilan 22 minggu.

2.8.1.1 Definisi Aborsi

Apa Yang Dimaksud Dengan Pengguguran Kandungan(Aborsi)

Secara medus, aborsi (baik keguguran maupun pengguguran) berarti terhentinya kehamilan

yang terjadi diantara tertanamnya sel telur yang sudah dibuahi dirahim sampaI kehamilan 20

minggu.
Dengan kata lain, keguguran atau pengguguran kandungan adalah keluarnya janin dan rahim

sebelum janin itu mampu hidup mandiri.

2.8.1.2. Pengertian Aborsi

Aborsi/abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu).

Aborsi adalh suatu kontrovensial dan isu yang memicu emosi yang bias menimbulkan

permusuhan antara ke dua belah pihak.

Menurut Fak About Abortion, info kit on women’s health oleh institute for social, maret

1991. dalam istilah kesehatan aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah

tertanamnta telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fesus)

mencapai 20 minggu.

Siapa saja yang melakukan pengguguran kandungan berarti telah membuat dosa dan

telah melakukan tindakan criminal yang mewajibkan pembayaran diyat dari janin yang gugur

yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan diyat manusia sempurna (10 ekor onta),

sebagai mana telah diterangkan dalam hadis shahih dalam masalah tersebut. Rasullulah SAW

bersabda : ‘’Rasullulah SAW memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang

perempuan Bahni Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu ghurrah, taitu serang

budak laki-laki atau perempuan’’ (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Huairah RA Abdul

Qadim Zallum, 1998).

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya

boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum

menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah),

sebelum sampai pada fase penciptaan yang menunjukan cirri-ciri minimal sebagai manusia.
Aborsi tetap saja menjadi masalah controversial, tidak hanya dari sudut pandang

kesehatan tetapi juga dari sudut pandang hukum dan agama. Aborsi biasanya dilakukan atas

imedis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan

yang berat pada diri si ibu, misalnya tuberkulosis paru-paru berat, asma, diabetes, gagal

ginjal, hipertens, bahkan biasanya terdapat dikalangan tercandu atau ibu yang terinpeksi

virus.

2.8.1.3. Dasar-dasar aborsi

Aborsi pada dasarnya menghentikan kehamilan sebelum janin mampu hidup mandiri.

Standar aborsi terjadi antara empat sampai dua belas minggu kehamilan, tetapi prosedur ini

sah secara hukum di Amerika Serikat sampai kehamilan dua puluh empat minggu. Memang

ada kasus yang jarang terjadi dimana bayi dapat hidup sejak usia dua puluh minggu

kehamilan, namun sebagian besar diantaranya mendapatkan kerusakan yang permanent dan

nyata. Sebagian besar aborsi terjadi sebelum garis batas dua belas minggu.

Saat ini di Amerika Serikat terdapat dua pilihan ketika menghadapi aborsi. Secara

medis atau operatif. Operatif adalah cara yang tradisional, dimana seorang dokter melebarkan

serviks, mengeluarkan isinya, dan pasien pulang kerumah. Aborsi medis mengharuskan

oasien memakan beberapa pil, yang akan menyebabkan aborsi spontan atau keguguran.

2.8.1.4. Aborsi Operatif

Standar aborsi operatif menyangkut melebarkan serviks secara perlahan-lahan dan

menyedot isinya keluar dengan alat seperti vakum. Kita menyebutnya kuretase isap (suction

curettage). Biasanya cara ini memakan waktu sepuluh menit, dan tergantung dimana Anda

berada, bias menggunakan anestesi umum atau local.

Pertama, dokter melakukan pemeriksaan pelvis untuk menetapkan ukuran dan posisi

rahim , di mana kedua hal ini , tetapi juga dari minggu ke minggu kehamilan. Dokter

kemudian membersihkan vagina dengan cairanantiseptik untuk mengurangi bakteri.


Alat pertama yang digunakan dalam aborsi adalah tenakulum, yang kelihatannya seperti

penjepit es kecil. Benda ini menahan serviks untuk tetap berada di tempatnya-ini

kedengarannya lebih buruk dari pada yang sebenarnya. Serviks yang tetap diam mengurangi

trauma pada serviks.

Setelah dokter menahan serviks, dia akan mulai melebarkannya dengan dilator. Dilator

adalah batang dengan gradasi ukuran yang digunakan untuk membuka serviks secara

perlahan-lahan. Dilator dimasukkan kedalam kanal serviks untuk meregangkannya, agar

evakuasi isi rahim dapat dilakukan. Hal ini dilakukan dengan perlahan-lahan dan lembut.

Idenya adalah untuk menghindari robekan otot atau luka permanent pada serviks.

Dilator yang pertama dan terkecil berukuran kurang lebih sebesar batang pengsil. Dan

yang terbesar sebesar ibu jari Anda. Dilatasi serviks yang diingkan tergantung pada seberapa

besar kehamilan si pasien. Pada usia 6 minggu, dilatasi akan sangat kecil karena hanya pada

sedikit jaringandan sifatnya tak terbentu. Pada usia 12 minggu, ada lebih banyak struktur dan

jaringan, jadi, biasanya serviks diperbesar 2 kali lipat.

Setelah memperbesar serviks, dokter memasukan kateter (selang kecil) kedalam rongga

rahim, yang menempel pada alat penyedot. Benda ini membersihkan seluruh isi rahim.

Setelah itu, sendok kuret (alat yang terbuat dari besi, langsing, danmelengkung) dimasukkan

untuk mengerok dengan lembut dinding rahim dan untuk memastikan semua jaringan telah

keluar.

Pasien kemudian di bawa ke ruang penyembuhan, dimana dia beristirahat selama kurang

lebih setengah jam, dan kemudian tim dokter akan memastikan tidak ada pendarahan yang

berlebihan atau nyeri. Setelah aborsi operatif, instruksi saya kepada pasien adalah “Jangan

menaruh apa pun atau siapa punkedalam vagina Anda selama 2 minggu.‘ Serviks biasanya

tertutup rapat, namun setelah aborsi, serviks akan terbuka lebar dan bakteri apapun di vagina
bias masuk. Aktivitas utama yang di kwatirkan dari perspektif medis adalah seks-ejakulasi

yang mungkin membawa bakteri langsung kedalam rahim adalah ide yang sangat buruk.

Karena vagina adalah tempat yang relative kotor, fasilitas aborsi dan/atau ginekolog

akan memberikan anti biotik pencegahan pascaaborsi selama satu sampai tujuh hari.tingkat

infeksi untuk aborsi kurang lebih dua sampai tiga persen, tetapi anda dapat menguranginya

sampai setengah dengan snit biotik.

Dua minggu setelah aborsi, pasien harus kembali ke ginekolog untuk pemeriksaan ulang

yang akan memastikan bahwa dia tidak masih hamil dan tidak merasakan nyeri atau tanda-

tanda infeksi. Waktu tersebut juga merupakan kesempatan baik untuk mendiskusikan dan

mengevaluasi pilihan kontrasepsi pasien.

2.8.1.5. Komplikasi:

Merupakan kewajiban dokter untuk mengirim semua produk hasil konsepsi (dalam

dunia medis disebut POC kepada ahli potologi untuk mengidentifikasikan jaringan plasenta.

Bila ahli potologi tidak menemukan jaringan plasenta, ini berarti pasiennya 1) tidak hamil; 2)

dia masih hamil disuatu tempat di luar rahim, biasanya di tuba polopii, misalnya pada

kehamilan ektopik; atau 3 dia masih hamil di dalam rahim dan dokternya tidak

membersihkannya dengan sempurna.

Kehamilan ektopik yang tidak diterapi dapat menyebbkan pendarahan internal, syok,

atau kematian. Nyeri yang hebat, pusing, pingsan, atau perut kembung dapat menjadi

petunjuk pertama bahwa komplikasi ini terjadi pada Anda. Namun, sudah menjadi standar

praktik bagi ahli patologi untuk memberi tahu dokter bila tidak ditemukan jaringan plasenta,

pada saat pasien datang ke kamar dokter, mengulangi tes kehamilan, dan melakukan

sonogram (USG).
Aborsi inkomplit (tidak lengkap) adalah komplikasi lain, yang berarti dokter gagal

mengeluarkan semua jaringan di dalam rahim. Ini dapat terjadi karena doktermelakukannya

pada posisi yang empuk tapi salah, karena rahim yang hamil merupakan organ yang lunak

dan rapuh. Tindakan yang tepat tergantung pada ukuran lubang, lokasi, dan saat di mana

prosedur itu berlangsung. Terapinya berkisarantara tidak di apa-apakan sampai operasi

reparasi.

Aborsi yang sangat kasar dengan kuretase yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya

jaringan parut di dinding rahim dapat menempel satu sama lain dan menghentikan

menstruasi. Bila Anda melakukan aborsi dan tidak mengalami menstruasi dalam waktu empat

sampai enam minggu, temuilah genekolog Anda. Masalah ini dapat di obati, tetapi semakin

cepat didiagnosis semakin baik. Infeksi setelah aborsi, meskipun jarang, juga dapat

menyebabkan terbentuknya jaringan parut di dalam rahim.

2.8.4. Transplantasi organ

Transplantasi organ adalah jaringan tubuh manusia. Transplantasi organ merupakan tindakan

medis yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat.

2.8.4.1 Jenis-jenis tranplantasi :

1) Authograft.

2) Anograft

3) Isograft

4) Xenograft

2.8.5. Supporting

Supporting adalah dukungan yang bersifat fisik seperti kedua tangan diatas luka pada

perut sewaktu batuk, dapat juga bersifat psikologis seperti perawat yang mau mendengarkan

pasien secara aktif atau memegang tangan pasien yang sedang sekarat.
2.4.3 prinsip – prinsip legal dalam praktik keperawatan
Malpraktik

2.9.1.1 Pengertian

1) Praktik yang tidak benar atau mencelakakan, tindakan medis atau pembedahan yang tidak

trampil atau keliru.

2) Salah satu bentuk kelalaian dan sering disebut sebagai kelalaian profesional.

3) Malpraktik dalam keperawatan

Adalah akibat dari pelayanan keperawatan yang dilakukan di bawah standar. Untuk

menetapkan suatu tindakan sebagai malpraktik keperawatan digunakan kriteria

sebagai berikut:

3) (1) Perawat (terdakwa) memiliki kewajiban terhadap klien (penuntut)

3) (2) erawat tidak melaksanakan kewajiban tersebut

3) (3) Klien mengalami cedera, dan

3) (4) Kegagalan perawat dalam melaksanakan kewajibannya menyebabkan cedera.

Cara terbaik bagi perawat untuk menghindari kelalaian adalah dengan:

 Mengikuti standar pelayanan

 Memberikan pelayanan kesehatan yang kompeten

 Berkomunikasi dengan penyelenggara layanan kesehatan lain

Malpraktik adalah ‘kesalahan/kegagalan pelaksanaan professional karena keterampilan yang

tidak memadai dan tidak beralasan, ketaatan terhadap profesi atau hokum, praktik kejahatan,

tindakan melanggar hokum atau tidak bermoral’ (Creighton,1986). Salah satu contoh

malpraktik yang potensial yang terjadi di lingkungan perioperatif adalah melaksanakan

praktik yang melebihi otoritas seseorang. Contohnya adalah pembukaan luka bedah oleh

asisten pertama yang belum mendapat mandate dari institusi.


Strategi yang efektif bagi perawat perioperatif dalam upaya menghindari perkara

malpraktik adalah memberikan perawatan yang aman untuk klien mereka. Kllien tidak dapat

menjadi pengugat, kecuali dan sampai mereka menngalami cedera. Jika perawat telah

melakukan tindaakn yang beralasan dan cermat, ia tidak akan bertanggung jawab atas cedera

akibat tindakan atau kelalaiannya. Dalam kasus malpraktik tindakan perawat yang kurang

beralasan akan dinilai sebagai bukti yang diperoleh dari saksi ahli, kebijakan dan prosedur

institusi, UU dan aturan administrative, standar asosiasi professional dan literature

professional. Oleh karena itu, strategi kedua untuk mencegah malpraktik adalah mengetahui

dan mematuhi standar keperawatan.

Perkara hokum malpraktik merupakan risiko yang dapat terjadi dalam berbagai

praktik perawat perioperatif. Risiko ini tidak perlu ditanggapi dengan rasa takut dan cemas,

karena hal ini akan memengaruhi penilaian professional berdasarkan prinsip disiplin lain.

Asuhan keperawatan yang baik bagi klien secara simultan merupakan pelindung perawat

yang terbaik dari perkara hokum malpraktik.

- Upaya Pencegahan Malpraktik

Berikut beberapa tips agar terhindar dari tuntutan malpraktik:

1) Senantiasa berpedoman pada standar pelayanan medic dan standar prosedur professional.

2) Bekerjalah secara professional, berlandaskan etik dan moral yang tinggi.

3) Jangan berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan dalam bidang yang

ditekuni.

4) Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan, sesame sejawat.

5) Ikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku terutaam tentang memkesehatn.

- Penanganan Dugaan Malpraktik

Dengan terbitnya UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran,

diharapkan bahwa setiap orang yang merasa kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter
dapat mengadukan kasusnya ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(MKDKI) secara tertulis atau lisan. MKDKI dapat memberikan sanksi disipsilin berupa

peringatan tertulis, rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau Surat Ijin Praktik(SIP).

Tujuannya adalah untuk penegakkan isiplin dokter, yaitu penegakkan aturan-aturan atau

ketentuan penerapan keilmuan dalam hubungannya dengan pasien.

2.9.2. Neglected

Pengabaian adalah kelalaian individu dalam melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat dia

lakukan atau melakukan sesuatu yang dihindari orang lain (Creighton,1986). Undang –

undang tentang ngabaian diruang bedah mencakup identifikasi kesalahan terhadap klien atau

lokasi yang dibedah, maka akibat tekanan karena kesalahan dalam member posisi, cedera

akibat alat yang rusak karena kesalahan pemeriksaan, dan tertinggalnya benda asing.

Kompetensi yang kurang dalam penggunaan alat juga dapat diinterpretasikan sebagai

pengabaian.

Kegagalan penggugat memenuhi salah satu elemen untuk menyakinkan hakim,

tuntutan tidak akan berhasil dan tergugat terbebas dari tuduhan. Kasus benda asing yang

tertinggal ini relative mudah dibuktikan dengan kasih perhitungan instrument dan rasa oleh

penggugat. Serupa dengan hal tersebut, kasus kesalahan medikasi lebih bersifat langsung.

Ada sedikit silang pendapat dikalangan perawat mengenai pemberian medikasi yang tepat

dengatn dosis dan rute yang tepat,untuk klien yang tepat. Apabila prosedur pemberian obat

ini tidak diikuti dank lien cedera, relative mudah untuk menetapkan apakah pemberian

mediakasi menyebabkan cedara atau tidak. Luka cedera akibat pemberian posisi juga menjadi

kasus yang beresiko menimpa perawat. Kompleksitas bukti bahwa klien mengalami

penderitaan akibat tindakan medis pada awal penanganan dan semuanya berlangsung

simultan belum tentu merupakan tanggung jawab perawat perioperatif sepenuhnya.


Perawat perioperatif mempunyai tanggung jawab hokum untukl memberikan

informasi, memastikan pemahaman klien tentang informasi tersebut, dan memperoleh

persetujuan klien dari pihak yang melakukan prosedur tersebut.

2.9.3. Pertanggugatan ( mandiri dan limpahan ) dan pertanggujawaban.

Akuntabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu

keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi – konsekuensi, perawat hendaknya

memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang mengugat ia menyatakan siap dan

berani menghadapinya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan – kegiatan Profesinya

Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya, hal ini

bisa dijelaskan dengan mengaju tiga pertayaan berikut :

1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan.

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat.

3. Dengan kriteria apa saja tanggung gugat perawat diukur dengan baik.(Barbara Kozier,

Fundamental of Nursing 1983 )

PERTANGGUNGJAWABAN

Kata tanggung jawab merujuk pada keinginan untuk melaksanakan kewajiban dan memenuhi

janji. Sebagai perawat, kita bertanggung jawab terhadap tindakan kita. Kita berperan aktif

dalam membentuk praktik kita. Kita harus memiliki kompetensi praktik agar mampu

melakukan tanggung jawab kita dengan baik.

2.4.4 Dokumentasi Asuhan Keperawatan


4.4.1 Tujuan Dokumentasi Keperawatan

4.4.1.1 Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi dalam

askep.

4.4.1.2 Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama perawat atau pihak

lain melalui komunikasi tulisan.


4.4.1.3 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.

4.4.1.4 Terjaminnya kualitas askep.

4.4.1.5 Perawat mendapat perlindungan secara hukum.

4.4.1.6 Memberikan data bagi penelitian, penulisan karya ilmiah, dan penyempurnaan

standar askep.

4.4.2 Sistem Dokumentasi

4.4.2.1 Catatan Berorientasi pada Sumber (Source Oriented Record )

1) Pencatatan menurut sistem ini adalah khas untuk setiap profesi yang memberi kemudahan

dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh. Komponen SOR meliputi:

(1) Lembar penerimaan

(2) Lembar instruksi dokter

(3) Lembar riwayat medik

(4) Catatan perawat

(5) Catatan dan laporan khusus

4.4.2.2 Catatan Berorientasi pada Masalah (Problem Oriented Record)

Pada bagian catatan disusun berdasarkan masalah yang terjadi pada klien. Seluruh

data yang didapat dari dr, perawat atau kesehatan lain diintegrasikan menjadi satu bagian.

Dari setiap masalah disusun menjadi rencana intervensi dan implementasinya. Sistem POR

memiliki 4 komponen:

1) Data dasar

2) Daftar masalah

(1) Sublist, yaitu dengan membuat subdaftar

(2) Cross referencing, yaitu mencatat semua masalah secara terpisah dengan menggunakan nomor

urut dan menuliskan nomor masalah klien

4.4.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Sistem dokumentasi ini berorientasi pada maslah aktif. Rencana asuhan ditulis

oleh tenaga kesehatan yang menyusun daftar masalah, misalnya dr menuliskan instruksi dan

rencana asuhan medik sedangka perawat menuliskan rencana asuhan keperawatan.

Sistem rencana asuhan keperawatan terbagi atas 3 bagian:

4.4.3.1 Diagnostik

4.4.3.2 Terapeutik/usulan terapi

4.4.3.3 Pendidikan klien

4.4.4 Catatan Perkembangan (progress notes)

4.4.4.1 Lembar SOAP dan PIE

Catatan perkembangan ini berorientasi pada masalah dan disusun oleh anggota tim

kesehatan. Setiap anggota menuliskan setiap perkembangan yang terjadi pada lembaran yang

sama, yaitu lembar SOAP (Subjective and Objective data, Analysis, Planning) atau lembar

PIE (Problem, Intervension, Evaluation).

S (Data subjektif): data yang didapat dari klien secara langsung.

O (Data objektif): data yang didapat dari pengamatan dan pemeriksaan.

A (Analisis): didapat berdasarkan data subjektif dan objektif analisis berfungsi untuk

merumuskan kesimpulan mengenai perkembangan kondisi klien, dan mengevaluasi

keefektifkan tindakan yang talah dilakukan

P (Perencanaan): perawat menuliskan rencana asuhan, mencakup instruksi khusus unutk

mengatasi masalah, mencari data tambahan, dan pendidikan bagi pasien dan keluarga.

Rencana ini mengacu pada rencana sebelumnya

Model catatan perkembangan memiliki keuntungan, antara lain:

1) Berfokus pada klien dan masalahnya


2) Proses pengumpulan data menjadi lebih efisien

3) Evaluasi dan revisi berkesinambungan

4) Asuhan yang berkesinambungan antara berbagai anggota tim kesehatan

5) Meningkatkan komunikasi diantara anggota tim

4.4.4.2 Catatan Berorientasi pada Perkembangan (Progress Oriented Report)

Bentuk pencatatan ini berorientasi pada perkembangan yang terjadi pada klien.

Contoh bentuk pencatatan yang termasuk kategori ini:

1) catatan perawat; selama 24 jam mencakup pengkajian, tindakan keperawatan mandiri,

pendelegasian, evaluasi keberhasilan setiap tindakan keperawatan, tindakan kolaborasi

dokter-perawat, dan kunjungan berbagai anggoata tim kesehatan lain.

2) Lembar alur (Flow Sheet); bentuk format yang mencantumkan angka dan grafik.

3) Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan; mencakup masalah kesehatan aktif,

pengobatan terakhir, tindakan yang harus dilanjutkan, pola makan dan istirahat dan asuhan

mandiri.

4.4.4.3 Charting by Exception ( CBE )

CBE adalah sistem dokumentasi yang mencatat hasil atau temuan klinis tertentu

secara naratif, yang tergabung dari tiga komponen:

1) lembar alur, yang berisi kesimpulan atau penjabaran terhadap indikator pengkajian dan

temuan klinis.

2) dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan.

3) biasanya ditempatkan diujung tempat tidur klien

4.4.4.4 Kardeks dan Rencana Asuhan Keperawatan

Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada file induk yang dapat

dipindahkan dengan mudah. Isi kardeks mencakup data demografi, diagnosis medik, instruksi

dokter, rencana askep instruksi keperawatan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan.
2.4.5 Perlindungan Hukum dlam praktik keperawatan.
Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para

perawat. PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai

merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum

bagi tenaga keperawatan.

Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat

secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.

Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat

lulusan pendidikan tingi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi

dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan

dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

2.11.1 Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik

keperawatan :

2.11.1.1 UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah

mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

2.11.1.2 UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga

kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan

apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan

dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan

tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada

tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan

pekerjaannya tanpa pengawasan langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang karena hanya

mengkalasifikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana).

UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan
pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan

seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak

mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

2.11.1.3 UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah

dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun.

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan

yang dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri sehingga

peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya.

UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam

mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut

sebagai contoh bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila

seseorang tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam

UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan

akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih

jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

2.11.1.4 SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan

(temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu

dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga

keperawatan.

2.11.1.5 Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga

keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta,
sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Dokter dapat membuka praktik

swasta untuk mengobati orang sakit dan bidang dapat menolong persalinan dan pelayanan

KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi keperawatan. Kita

ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak

perawat harus menggatikan atau mengisi kekurangan tenaga dokter untuk menegakkan

penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum hal tersebut

tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan di rumah. Bila

memang secara resmi tidak diakui, maka seyogyanya perawat harus dibebaskan dari

pelayanan kuratif atau pengobatan utnuk benar-benar melakukan nursing care.

2.11.1.6 SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,

tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem

kredit point.

Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau

naik pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.

Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan,

yang sudah mencapai golingan II/a, Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana

Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S1 Keperawatan.

Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak

tergantung kepada pangkat/golongan atasannya

2.11.1.7 UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992,

merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan termasuk

praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik,
hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk

keperawatan.

Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan

pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :

1) Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

2) Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau

melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya

Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga
kesehatan.

- Nursing advocacy

- Pengambilan keputusan Legal Etis


BAB III

PENUTUP

2. Kesimpulan.

Ilmu keperawatan dasar adalah merupakan suatu kualifikasi yang dimiliki oleh seorang

perawat. Karena, dengan menguasai ilmu keperawatan dasar, kita dapat mengetahui

bagaimana dalam menentukan sikap sesuai dengan situasi yang terjadi.

Kita juga bisa mengetahui bagaimana tingkat perkembangan yang terjadi pada bayi,

anak – anak, remaja, dewasa, dan lansia serta cara – cara komunikasi yang bersifat terapeutik

dan holistik.

3. Saran.

Seorang mahasiswa dan mahasiswi keperawatan hendaknya dapat mengerti dan

menguasai cara – cara berkomunikasi dan berbagai model konseptual dalam keperawatan

serta mengerti tingkat perkembangan komunikasi pada klien agar dalam penanganan dan

pelayanannya tidak dianggap terjadi Neglegted.


DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Hidayat, A.Aziz Alimul. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta: Salemba

Medika.

Nursalam. (2008).Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Arwani. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Agung Seto.

Tamsuri, Anas. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ellis, Roger B. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nasir, Abdul. (2009). Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Salemba Medika.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

rahmat, serta penyertaanNya, sehingga makalah Ilmu Keperewatan Dasar I ini dapat kami

selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang

sederhana, singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya keluarga

STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA.


kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan

dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. maka kami berharap adanya masukan dari

berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan

dengan layak sebagaimana mestinya.

Palangkaraya, 19 Desember 2010

DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................ i

Kata pengantar ............................................................................ ii

Daftar isi ............................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN :

1.1 Latar belakang ................................................................

1.2 Rumusan masalah ................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................


1.4 Manfaat Penulisan ................................................................

1.5 Metode Penulisan ................................................................

BAB II PEMBAHASAN :

2.1 Menerapkan konsep berpikir kritis dalam keperawatan .......

2.2 Menganalisis perkembangan sejarah keperawatan .......

2.3 Menganalisis prinsip – prinsip pendekatan secara

holistik dalam konteks keperawatan .............................

2.4 Menerapkan prinsip – prinsip legal etis pada pengambilan

keputusan dalam konteks keperawatan. ................................

BAB III PENUTUP :

a. Kesimpulan .........................................................................

b. Saran .........................................................................

Daftar pustaka

Diposting oleh Wiirnaa_rhirii di 18.14


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

1 komentar:

1.

Morinda Independen7 April 2017 18.52

Terimakasih Ya Ilmunya Sudah Membantu dengan makalahnya

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ► 2014 (2)

 ▼ 2012 (1)
o ▼ Januari (1)
 Ilmu Keperawatan Dasar

Mengenai Saya

Wiirnaa_rhirii
Blog ini saya buat untuk menambah informasi dan wawasan bagi yang membutuhkan
apa yang saya apdate dalam blog..
Lihat profil lengkapku
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

ilmu keperawatan dasar 1

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Dec

29

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN


DASAR II “ KOMUNIKASI PADA
LANSIA ”

Tugas Kelompok

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR II


“ KOMUNIKASI PADA LANSIA ”
OLEH : KELOMPOK III
NARSI SIRAJUDDIN ASWAR

AZLINA AYU
ANDIRA

DENNIAR NIHRA
NASIR

ELI MELINDA NIRMA


ALWI

NASRIANI NOVITA
HASBAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANRITA HUSADA BULUKUMBA

T/A 2012-2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ILMU KEPERAWATAN
DASAR I ,ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.
Bulukumba, Oktober
2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................................

Kata pengantar...........................................................................................................

Daftar isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN :

A. Latar belakang.................................................................................................

B. Rumusan masalah............................................................................................

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN :

A. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia................................................

B. Komunikasi pada lansia...................................................................................

C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia................

D. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi

dan pada reaksi penolakan..............................................................................

E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.......................................

F. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia. ...............................

BAB III PENUTUP :

A. Kesimpulan.....................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................

Daftar pustaka............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien
terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner &
Suddart, 2001 : 188)

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan


non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi
juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-
Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi
pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian
dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul
“ komunikasi pada lansia.
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia ?

2. Komunikasi pada lansia ?

3. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia ?

4. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan ?

5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ?

6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia.

2. Komunikasi pada lansia.

3. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia.

4. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.

5. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.

6. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi dan lansia

Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang


berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-
menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar
dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005
: 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam


ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60
tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun
sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah
kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi,
1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam
tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut
Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia.

2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

B. Komunikasi pada lansia

Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik,


psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran
penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
a). Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

b). Tekhnik komunikasi dengan lansia

1. Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.

Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik
pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan
pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih
keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti
pembicaraan,pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau
tidak..

Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi


,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik
pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila
lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah
makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.

2. Teknik nonverbal komunikasi


1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh,
perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan
tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.

3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.

1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.


2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal
dan merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang
akan diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk
berfokus pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan
akan mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

c.) Lingkungan wawancara.


a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.

C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia

1. Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat


juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.

2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan,


mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.

3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut
membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.

4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling


percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya

6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.

7. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak
orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.

8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus
pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan
lain-lain.

9. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek


pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau
dimensia, gangguan kontak dengan realita.
10. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan
budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes

7. Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada
reaksi penolakan.

a. teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi

1. Pendekatan fisik

Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami,


perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.

2. Pendekatan psikologis

Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini,
perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
pena,pung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.

3. Pendekatan sosial

Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan


lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia
maupun dengan petugas kesehatan,

4. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan
atau agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

b. teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara
sadar terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian
nyata sesuatu yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang
terjadi pada dirinya.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia
dengan penolakan antara lain :

1. Penolakan segera reaksi penolakan klien.

Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.


Langkah – langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :

a. Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila
sedang mengalami puncak reaksinya.

b. Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan
yang merisaukan.

c. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok
bagi klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.

Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap


perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain :

a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat
dan macam, perawatan.

b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal
kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya
dengan mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu
bersamanya.

3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan


memperolah sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau
tindakan dapat terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan
dengan cara – cara sebagai berikut :

a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.

b. Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang


apa yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal – hal yang dapat di lakukan dalam
rangka membantu.

c. Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.

d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila
klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

8. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.

a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :

1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan


tujuan dan lama wawancara

2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.

3 Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam
berfikir abstrak

5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan


respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.

6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan


distress yang ada

7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian. 8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan
dengan cermat dan tetap mengobservasi.

9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi
pasien.

10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.

11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif
terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.

12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau
orang lain yang sangat mengenal pasien.

13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi

• Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.

• Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

• Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.

• Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

• Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik.
• Berdiri di depan klien.

• Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana

• Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.

• Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua,


kegiatan rohani.

• Berbicara pada tingkat pemahaman klien.

• Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian

9. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia
lanjut adalah:
• Empati :istilah empati menyangkut pengertian :“simpati atas dasar pengertian yang
mendalam”.Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang
seorang lansia yang sakit dengan pengertian,kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.Tindakan empati harus dilaksanakan
dengan wajar,tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan
belas kasihan.Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses
fisiologi dan patologik dari penderita lansia.
• Yang harus dan “jangan”: prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-
malefecience dan beneficence,pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan
untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang
menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere
(“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“).Dalam pengertian ini,
upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri,pemberian
analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup,pengucapan kata-kata
hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
• Otonomi :yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.Tentu sekali saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada
keadaan,apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri/bebas.
• Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara
wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yan
maknanya dipacu dan ditransmisikan.

Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri


untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan
diantaranya :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

B. Saran

Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah


dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam
perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak
menyinggung perasaannya.
DAFTAR PUSTAKA

 http//komunikasi pada lansia.com


 http//konsep komunikasi .co.id

Diposting 29th December 2012 oleh narsi sirajuddin

Tambahkan komentar

2.

Dec

14
Tugas Kelompok

ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

MAKALAH
PERTANGGUNG JAWABAN DAN
PERTANGGUNG GUGATAN
Kelompok VII
MUH.ISMAR

MUH.ARIF

MUH.ARIF.J

MUH.IKHSAN

NARSI SIRAJUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PENRITA HUSADA BULUKUMBA
T/A 2012-2013

MAKALAH PERTANGGUNG
JAWABAN DAN PERTANGGUNG
GUGATAN

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ILMU KEPERAWATAN
DASAR 1, ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Bulukumba, Oktober
2012

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................................

Kata pengantar...........................................................................................................

Daftar isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN :

A. Latar belakang.................................................................................................

B. Rumusan masalah............................................................................................

C. Tujuan..............................................................................................................

D. Manfaat ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN :

A. Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas...................

B. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat.................................................

BAB III PENUTUP :

A. Kesimpulan.....................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................

Daftar pustaka............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.

Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara

hati – hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.Kepercayaan akan

tumbuh, apabila perawat memiliki kemampuan, terampil, dan keahlian yang relevan

dengan disiplin ilmunya. Kecemasan klien akan timbul apabila klien merasa bahwa

perawat yang merawatnya kurang terampil, tidak memiliki keahlian, dan pendidikan

tidak memadai. . Pengertian Tanggung Gugat (Akuntability) Akuntability dapat

diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan

belajar dengan keputusan itu konsekuensi – konsekuensinya. Perawat hendaknya

memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia mengatakan siap
dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan segala

tindakannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas?

2. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, kami menentukan tujuan dalam pembuatan

makalah ini, adalah:

1. Utuk mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab perawat

2. Untuk mengetahui tanggung gugat seorang perawat.

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat lebih mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat seorang

perawat dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

2. memberikan informasi lebih lanjut kepada mahasiswa tentang arti tanggung gugat

dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai perawat.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab dalam Keperawatan

Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing

1983:25)

Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates

that the professional nurse carries out required nursing activities conscientiously and

that nurse’s actions are honestly reported (Koziers, 1983:25)

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.

Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara

hati-hati, teliti dan kegiatan.

Perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat

bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan

dengan disiplin ilmunya.

Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila

klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil,

pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa

perawat memiliki integritas dalam sikap keterampilan, pengetahuan (integrity) dan

kompetensi.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :


1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)

Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan

mengganti balutan atau mengganti spreinya”..

2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan

penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya

Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga

harus meninggalkan bapak sejenak”.

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan

perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk,

bersalaman dsb.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens

desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan

bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada

kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak,

dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina

(derogatory) misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil

dibanding pasien yang tadi”

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang

klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat

klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

1. Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA


Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-

tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten

dalam Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).

Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat

diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai

standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas,

memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat

ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau

perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.

2. Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)

Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk

tidak. Mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara

retrosfektif atau prosfektif (Bertens,1993:133). Berdasarkan pengertain di atas

tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-

tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan

berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang

alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien.

Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua

manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun

tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

3. Jenis tanggung jawab perawat

Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)


2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)

3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat

dan atasan)

4. Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien

Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling

utama adalah Tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan,

pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan.

Dalam sudut pandang Etik pertanggung. jawaban perawat terhadap Tuhannya

terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini :

1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?

2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk

kesembuhannya ?

3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?

4. Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?

5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?

6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?

7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul

khotimah?

5. Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien.


Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab

adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk

sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah

dilakukannya dalam melaksanakan tugas.

Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada

perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab

perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap

kliennya.

Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya

selama melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat.

Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat

dituntut untuk bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat.

Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji

dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.

Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas;

Mengenal kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan

selama jam dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab

dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan

pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa

pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpa

sepengetahuan perawat. dsb.


Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas

perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat

adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring).

Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di

lapangan adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter,

farmasi, ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti

pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang

memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus

kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun

tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah

etika dikenal dengan Respondeath Superior. Istilah tersebut merujuk pada

tanggungjawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat

dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang

pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan,

skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan

kesalahandan bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.

Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu

memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar

manusia. Konsep Kebutuhan dasar yang paling terkenal salah satunya menurut

Maslow sebagai berikut :

Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow.

Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang tanggung jawab

dalam memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat diharapkan memandang klien


sebagai mahluk unik yang komprehensif dalam memberikan perawatan.

Komprehensif artinya dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus

pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau Belonging/loving

Need,Self,Actualization,Self Esteem,Safety,Security Need,Physiologies Need,

psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggungjawab perawat.

Sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak hanya memenuhi

kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari nyeri (sleep and comport need),

tetapi memandang klien sebagai mahluk utuh yang berdampak pada gangguan

psikologisnya seperti cemas, takut, sedih, terasing sebagai dampak dari fraktur, atau

masalah-masalah sosial seperti (tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari

teman, sampai masalah spiritual seperti berburuk sangka pada Allah, tidak mau

berdo’a dan perasaan berdosa. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan

tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan perawat memilki tanggung

jawab (responsibility) terhadap-tugastugasnya terutama keharusan memandang

manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya memiliki kebutuhan dasar

yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan lainnya, unik

artinya setiap individu bersipat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu

lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien

memiliki riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh,

lingkungan, pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat

memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know

Life span History dan kemampuan perawat dalam memandang individu dalam rentang

yang panjang dan berlainan dikenal dengan Holistic.

6. Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan


Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap

rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan

melakukan tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa

yang melakukan. Misalnya : perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan

kanan vena brchialis, dan pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut

malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00. keadaan umum klien Compos

Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m S=37C.kemudian dibubuhi tanda

tangan dan nama jelas perawat.

2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu

atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang

EKG diajar oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari

kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun

secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan

lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.

3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi

standar. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan,

memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan

tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan

keperawatan di luar standar, misalnya memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.

4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien.

Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski

nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh,

overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi

saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.


B. TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY)

Acountability : The Nurse participates in making decisions and learns to live

with these decisions (Barbara Kozier, Fundamental of Nursing 1983:7, 25, ). Means

being answerable Nurses have tobe answerable for all their professional activities.

They must be able to explain their professional action and accept responsibility for

them. Three question naturally arise

1. To whom the nurse accountable?

2. For what the nurse accountable?

3. By what criteria is accountable measured ?

Akontabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat

suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya.

Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat

ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau

tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan

dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :

1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?

1) Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?


Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap

klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab

terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap

ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat

terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh: perawat memberikan injeksi

terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter,

perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang

harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki

tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.

2) Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional

yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan

pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

3) Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?

Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah

menyusun

standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa

yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses

atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5

tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air

mengalir selama 3 kali dsb.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sering kali perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan. Sebagai perawat yang professional kita di tuntut untuk dapat
bertanggung jawab dan tanggung gugat dalam melayani klien.
Dengan mengenal dan mempelajari apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat
seorang perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Seorang perawat juga akan mampu
mengambil keputusan yang terbaik dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang
ada.

B. Saran

1. Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam keperawatn.
2. Dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan,
seorang perawat harus mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma hukum
yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA

 Ismani Nila. (2000). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika


 Yosep Iyus. (2009). Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Sudut Pandang
Etik.
Tugas Kelompok
ILMU KEPERAWATAN DASAR 1
MAKALAH
PERTANGGUNG JAWABAN DAN
PERTANGGUNG GUGATAN
Kelompok VII
MUH.ISMAR
MUH.ARIF
MUH.ARIF.J
MUH.IKHSAN
NARSI SIRAJUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PENRITA HUSADA BULUKUMBA
T/A 2012-2013

Diposting 14th December 2012 oleh narsi sirajuddin

Tambahkan komentar

3.

Dec

14

MAKALAH PERTANGGUNG
JAWABAN DAN PERTANGGUNG
GUGATAN

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah ILMU KEPERAWATAN
DASAR 1, ini dapat kami selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Bulukumba, Oktober
2012

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul.............................................................................................................

Kata pengantar...........................................................................................................

Daftar isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN :

A. Latar belakang.................................................................................................

B. Rumusan masalah............................................................................................

C. Tujuan..............................................................................................................

D. Manfaat ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN :

A. Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas...................

B. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat.................................................

BAB III PENUTUP :

A. Kesimpulan.....................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................

Daftar pustaka............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.

Sebutan ini menunjukkan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara

hati – hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.Kepercayaan akan

tumbuh, apabila perawat memiliki kemampuan, terampil, dan keahlian yang relevan

dengan disiplin ilmunya. Kecemasan klien akan timbul apabila klien merasa bahwa

perawat yang merawatnya kurang terampil, tidak memiliki keahlian, dan pendidikan

tidak memadai. . Pengertian Tanggung Gugat (Akuntability) Akuntability dapat

diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan

belajar dengan keputusan itu konsekuensi – konsekuensinya. Perawat hendaknya

memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia mengatakan siap
dan berani menghadapinya. Perawat harus mampu dalam menjelaskan segala

tindakannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab perawat dalam melaksanakan tugas?

2. Bagaimana tanggung gugat seorang perawat?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, kami menentukan tujuan dalam pembuatan

makalah ini, adalah:

1. Utuk mengetahui apa saja yang menjadi tanggung jawab perawat

2. Untuk mengetahui tanggung gugat seorang perawat.

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat lebih mengetahui tanggung jawab dan tanggung gugat seorang

perawat dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

2. memberikan informasi lebih lanjut kepada mahasiswa tentang arti tanggung gugat

dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai perawat.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab dalam Keperawatan

Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing

1983:25)

Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates

that the professional nurse carries out required nursing activities conscientiously and

that nurse’s actions are honestly reported (Koziers, 1983:25)

Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.

Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara

hati-hati, teliti dan kegiatan.

Perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat

bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan

dengan disiplin ilmunya.

Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila

klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil,

pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa

perawat memiliki integritas dalam sikap keterampilan, pengetahuan (integrity) dan

kompetensi.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya :


1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)

Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan

mengganti balutan atau mengganti spreinya”..

2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan

penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya

Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga

harus meninggalkan bapak sejenak”.

3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan

perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk,

bersalaman dsb.

4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens

desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan

bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada

kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak,

dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”

5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina

(derogatory) misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil

dibanding pasien yang tadi”

6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang

klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat

klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.

1. Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA


Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-

tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten

dalam Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985).

Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat

diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai

standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan kegiatan kriminalitas,

memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dsb. Tanggung jawab perawat

ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau

perawat terbukti bersalah atau melanggar hukum.

2. Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)

Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk

tidak. Mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara

retrosfektif atau prosfektif (Bertens,1993:133). Berdasarkan pengertain di atas

tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-

tindakan yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan

berakibat di masa yang akan datang. Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang

alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien.

Klien tidak akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua

manusia. Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun

tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

3. Jenis tanggung jawab perawat

Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya)


2. Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat)

3. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat

dan atasan)

4. Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien

Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling

utama adalah Tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan,

pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan.

Dalam sudut pandang Etik pertanggung. jawaban perawat terhadap Tuhannya

terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini :

1. Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena Allah ?

2. Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon kepada Allah untuk

kesembuhannya ?

3. Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?

4. Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?

5. Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?

6. Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien?

7. Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju Khusnul

khotimah?

5. Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien.


Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung jawab

adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk

sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap apa-apa yang sudah

dilakukannya dalam melaksanakan tugas.

Tanggung jawab seringkali bersipat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada

perilaku perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab

perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat terhadap

kliennya.

Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap tindakannya khususnya

selama melaksanakan tugas di rumah sakit, puskesmas, panti, klinik atau masyarakat.

Meskipun tidak dalam rangka tugas atau tidak sedang meklaksanakan dinas, perawat

dituntut untuk bertangung jawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat.

Perawat memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji

dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-tugasnya.

Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas;

Mengenal kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan

selama jam dinas, tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab

dalam menjaga keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan

pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa

pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpa

sepengetahuan perawat. dsb.


Tanggung jawab perawat erat kaitanya dengan tugas-tugas perawat. Tugas

perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar. Peran penting perawat

adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan (caring).

Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di

lapangan adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter,

farmasi, ahli gizi, atau fisioterapi. Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti

pemberian obat maka tanggung jawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang

memberikan tugas tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus

kesalahan pemberian obat maka perawat harus turut bertanggung-jawab, meskipun

tanggung jawab utama ada pada pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah

etika dikenal dengan Respondeath Superior. Istilah tersebut merujuk pada

tanggungjawab atasan terhadap perilaku salah yang dibuat bawahannya sebagai akibat

dari kesalahan dalam pendelegasian. Sebelum melakukan pendelegasian seorang

pimpinan atau ketua tim yang ditunjuk misalnya dokter harus melihat pendidikan,

skill, loyalitas, pengalaman dan kompetensi perawat agar tidak melakukan

kesalahandan bisa bertanggung jawab bila salah melaksanakan pendelegasian.

Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu

memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar

manusia. Konsep Kebutuhan dasar yang paling terkenal salah satunya menurut

Maslow sebagai berikut :

Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow.

Berdasarkan konsep kebutuhan dasar tersebut, perawat memegang tanggung jawab

dalam memenuhi kebutuhan dasar klien. Perawat diharapkan memandang klien


sebagai mahluk unik yang komprehensif dalam memberikan perawatan.

Komprehensif artinya dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, tidak hanya berfokus

pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau Belonging/loving

Need,Self,Actualization,Self Esteem,Safety,Security Need,Physiologies Need,

psikologisnya saja, tetapi semua aspek menjadi tanggungjawab perawat.

Sebagai contoh ketika merawat klien fraktur perawat tidak hanya memenuhi

kebutuhan istirahat, rasa nyaman dan terhindar dari nyeri (sleep and comport need),

tetapi memandang klien sebagai mahluk utuh yang berdampak pada gangguan

psikologisnya seperti cemas, takut, sedih, terasing sebagai dampak dari fraktur, atau

masalah-masalah sosial seperti (tidak bisa bekerja, rindu pada keluarga, terpisah dari

teman, sampai masalah spiritual seperti berburuk sangka pada Allah, tidak mau

berdo’a dan perasaan berdosa. Etika perawat melandasi perawat dalam melaksanakan

tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika keperawatan perawat memilki tanggung

jawab (responsibility) terhadap-tugastugasnya terutama keharusan memandang

manusia sebagai mahluk yang utuh dan unik. Utuh artinya memiliki kebutuhan dasar

yang kompleks dan saling berkaitan antara kebutuhan satu dengan lainnya, unik

artinya setiap individu bersipat khas dan tidak bisa disamakan dengan individu

lainnya sehingga memerlukan pendekatan khusus kasus per kasus, karena klien

memiliki riwayat kelahiran, riwayat masa anak, pendidikan, hobby, pola asuh,

lingkungan, pengalaman traumatik, dan cita-cita yang berbeda. Kemampuan perawat

memahami riwayat hidup klien yang berbeda-beda dikenal dengan Ability to know

Life span History dan kemampuan perawat dalam memandang individu dalam rentang

yang panjang dan berlainan dikenal dengan Holistic.

6. Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan


Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap

rekan sejawat atau atasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan

melakukan tindakan keperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa dan siapa

yang melakukan. Misalnya : perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan

kanan vena brchialis, dan pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut

malam senin tanggal 30 juni 2007 jam 21.00. keadaan umum klien Compos

Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m S=37C.kemudian dibubuhi tanda

tangan dan nama jelas perawat.

2. Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu

atau belum mahir melakukannya. Misalnya perawat belum mahir memasang

EKG diajar oleh perawat yang sudah mahir. Untuk melindungi masyarakat dari

kesalahan, perawat baru dilatih oleh perawat senior yang sudah mahir, meskipun

secara akademik sudah dinyatakan kompeten tetapi kondisi lingkungan dan

lapangan seringkali menuntut adaptasi khusus.

3. Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau menyalahi

standar. Perawat bertanggung jawab bila perawat lain merokok di ruangan,

memalsukan obat, mengambil barang klien yang bukan haknya, memalsukan

tanda tangan, memungut uang di luar prosedur resmi, melakukan tindakan

keperawatan di luar standar, misalnya memasang NGT tanpa menjaga sterilitas.

4. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami klien.

Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi, infeski

nosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh,

overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi

saksi dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.


B. TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY)

Acountability : The Nurse participates in making decisions and learns to live

with these decisions (Barbara Kozier, Fundamental of Nursing 1983:7, 25, ). Means

being answerable Nurses have tobe answerable for all their professional activities.

They must be able to explain their professional action and accept responsibility for

them. Three question naturally arise

1. To whom the nurse accountable?

2. For what the nurse accountable?

3. By what criteria is accountable measured ?

Akontabiliti dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat

suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya.

Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat

ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau

tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan

dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut :

1. Kepada siap tanggung gugat itu ditujukan

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?

1) Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan ?


Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap

klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab

terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap

ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat

terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh: perawat memberikan injeksi

terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter,

perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang

harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki

tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.

2) Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional

yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan

pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

3) Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?

Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah

menyusun

standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa

yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses

atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5

tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air

mengalir selama 3 kali dsb.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sering kali perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk
mengambil tindakan. Sebagai perawat yang professional kita di tuntut untuk dapat
bertanggung jawab dan tanggung gugat dalam melayani klien.
Dengan mengenal dan mempelajari apa saja tanggung jawab dan tanggung gugat
seorang perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku. Seorang perawat juga akan mampu
mengambil keputusan yang terbaik dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang
ada.

B. Saran

1. Sebaiknya seorang perawat harus lebih memahami apa saja tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam keperawatn.
2. Dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil tindakan,
seorang perawat harus mampu memberikan tindakan sesuai dengan norma hukum
yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA

 Ismani Nila. (2000). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika


 Yosep Iyus. (2009). Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat dalam Sudut Pandang
Etik.
Diposting 14th December 2012 oleh narsi sirajuddin

Tambahkan komentar

4.

Dec

12

SAP ( BAHAYA MEROKOK )

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAHAYA MEROKOK

Bidang Studi : IKD II

Tanggal : Senin, 29 - OKTOBER - 2012

Pokok bahasan : Bahaya Dari Merokok

Sub Pokok Bahasan : Bahaya Yang Ditimbulkan Karena Merokok dan Bagaimana
Cara Berhenti Merokok Dikalangan Mayarakat.

Waktu : 35 Menit

Penyuluh : Kelompok IV

A. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat buruknya
bagi tubuh perokok maupun orang yang berada disekitar perokok (perokok pasif)
yang menjadi masalah kesehatan dimasyarakat sampai saat ini.Dengan persepsi oleh
perokok yang bermacam-macam padahal telah jelas akibat bagi organ-organ tubuh
seperti jalan pernafasan, paru, jantung, ginjal dan mata.

Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya merokok berpengaruh


terhadap tingkat kebiasaan merokok pada masyarakat yang cukup tinggi.

B. TUJUAN
1.) TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Bahaya Dari Merokok selama 35 menit,
diharapkan bagi peserta penyuluhan dapat mengerti tentang bahaya dari merokok bagi
kesehatan tubuh.

2.) TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan Bahaya Dari Merokok selama 35 menit,
diharapkan bagi peserta penyuluhan mampu :

1. Menyebutkan Pengertian merokok dengan benar

2. Menyebutkan Zat-zat yang terkandung dalam rokok dan asap rokok

3. Menjelaskan beberapa faktor penyebab merokok

4. Menjelaskan Bahaya merokok

5. Menjelaskan Cara mencegah merokok


6. Menjelaskan Cara berhenti merokok

C. SASARAN

Bagi perokok dikalangan masyarakat sekitar,Tanggal, 29 – OKTOBER – 2012, JAM :


13.00 Wib.

D. STRATEGI

1. Ceramah
2. Diskudi
3. Tanya jawab
4. Demonstrasi

E. PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Keg
1. 5 menit Pendahuluan :
1. M 1. Memberi salam Menjawab s
2. Meperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
2. 4. Menjelaskan tujuan materi yang akan disampaikan Mendengark
5. melakukan apersepsi dengan masyarakat tentang bahaya dari Menberikan
merokok
2 20 Menit Kegiatan Inti : Mendengark
 Menberikan penjelaskan tentang bahaya merokok yang meliputi : memperhatik
1. Pengertian merokok
2. Zat-zat yang terkandung dalam rokok dan asap rokok
3. Faktor penyebab merokok
4. Bahaya merokok
5. Cara mencegah merokok
6. Cara berhenti merokok
 Memberikan kesempatan bertanya
 Menjelaskan hal-hal yang ditanyakan
 Mendemonstrasikan cara berhenti merokok Memberikan
Memperhati
Memperhati
 Memeberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan
Mengulamn
redemonstrasi
petunjuk pet

.
3. 10 Menit Penutup :
1. Menyimpulkan isi pokok penyuluhan Mendengar
2. Melakukan evaluasi tentang materi yang sudah Menjawab
disampaikan secara verbal
3. Memotivasi masyarakat untuk mengidentifikasi tentang
bahaya dari merokok Memperha
4. Mengucapkan salam

Menjawab

F. MEDIA

1. Leaflet
2. Gambar
3. Bahan demonstrasi :

G. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi struktur
a) Masyarakat mau menerima petugas dan pembimbing
b) Keluarga mengerti maksud dan tujuan penyuluhan setelah setelah di
lakukan kontrak
2. Evaluasi proses
a) Masyarakat mau menepati kontark waktu selama 35 menit
b) Petugas dan pembimbing datang tepat waktu
c) Saat peyuluhan masyarakat aktif bertanya tentang masalah yang belum
dimengerti

3. Evaluasi hasil
a) Masyarakat dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
b) Masyarakat dapat memberikan pendapat tentang masalah dalam
merokok
c) Terminasi, masyarakat bersedia untuk kontrak selanjutnya

BULUKUMBA, 29 –
OKTOBER – 2012

PENYULUH

KELOMPOK IV
LAMPIRAN MATERI

MATERI PENYULUHAN

TENTANG BAHAYA DARI MEROKOK

a. Pengertian Merokok
Merokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pada organ
tubuh

b. Zat-zat yang terkandung dalam rokok dan asap rokok


Kandungan Rokok :
1. Tar

Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui menjadi


penyebab kanker (karsinogen).Bahan seperti benzopyrene yaitu sejenis policyclic
aromatic hydrocarbon (PAH) telah lama disahkan sebagaipenyebab kanker.

2. Nikotin

Heroin, amfetamin dan kokain, bertindak balas di dalam otak dan mempunyai kesan
kepada systemmesolimbik yang menjadi penyebab utama ketagihan. Nikotin turut
menjadi punca utama risiko serangan penyakit jantung dan strok. Hampir satu
perempat pasien penyakit jantung adalah karena kebiasaan merokok.

3. Karbon Monoksida

adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh knalpot kendaraan.Apabila racun
rokok itu memasuki tubuh manusia , akan membawa kerusakkan pada setiap organ
yang dilaluinya, bermula dari hidung, mulut, tenggorokan, saluran pernafasan, paru-
paru, saluran darah, jantung,organ reproduksi, sehinggalah ke saluran kencing dan
kandung kemih , yaitu apabila sebahagian dari racun-racun itu dikeluarkan dari badan
dalam bentuk air seni.

Kandungan asap rokok :

1. Bahan radioaktif (polonium-201)

2. Bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone)

3. Pencuci lantai (ammonia)

4. Racun serangga (DDT)

5. Tar mengandung racun anai-anai (arsenic)


6. Gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di “kamar gas maut” bagi
narapidana yang menjalani hukuman mati.

c. Faktor penyebab merokok


1. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya danmemberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah
untuk merubah remaja menjadi perokok (Baer dan Corado dalam Atkinson, pengantar
psikologi, 1999;294). Remaja yang berasal dari keluarga konserfatif yang
menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang
lebih sulit terlibat dengan rokok dibanding dengan keluarga permisif dengan
penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat
pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figure sebagai perokok berat, maka
anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku perokok lebih
banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent).
Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari
para ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putrid (Al Bachri, Buletin
RSKO,tahun IX, 1991).
2. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin banyak kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan sebaliknya.
Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi
terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja yang non perokok (Al Bachri,
1991).

3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat
kepribadian yang prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas
sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki
skor yang rendah (Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour. Hal ini membuat seringkali remaja
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti,
Buletin RSKO tahun IX, 1991)

d. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok

1. Rambut rontok

Rokok memperlemah system kekebalan sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit
yang menyebabkanrambut rontok, sariawan mulut ,dll.

2. Katarak

Merokok dipercaya dapat memperburuk kondisis mata yaitu memutihnya lensa mata
yang menghalangi masuknya cahaya dan menyebabkan kebutaan, 40 % lebih terjadi
pada perokok. Rokok dapat menyebabkankatarak dengan 2 cara, yaitu cara
mengiritasi mata dan dengan terlepasnya zat-zat kimia dalam paru yang olehaliran
darah dibawa sampai ke mata. Merokok dapat juga dihubungkan dengan degrasi
muscular yang berhubungan dengan usia tua yaitu penyakit mata yang tak
tersembuhkan yang disebabkan oleh memburuknya bagian pusat retina yang disebut
Mucula. Mucula ini berfungsi untuk memfokuskan pusat

penglihatan di dalam mata dan mengontrol kemampuan membaca, mengendarai


mobil, mengenal wajah dan warna dan melihat objek secara detail.

3. Kulit keriput
Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena rusaknya protein yang
berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A, terhambatnya aliran
darah. Kulit perokok menjadi kering dan keriput terutama disekitar bibir dan mata.

4. Hilangnya pendengaran

Karena tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada dinding pembuluh darah
sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam telinga bagian dalam . perokok
dapat kehilangan pendengaran lebih awal dari pada orang yang tidak merokok atau
lebih mudah kehilangan pendengaran karena infeksi telinga atau suara yang keras.
Resiko untuk terkena infeksi telinga bagian tengah yang dapt megarah kepada
kompliksi yang lebih jauh disebut Meningitis dan Paralysis wajah bagi perokok 3 kali
lebih besar dari pada orang yang tidak merokok.

5. Kanker kulit

Merokok tidak menyebabkan melanoma (sejenis kanker kulit yang kadang-kadang


menyebabkan kematian) tetapi merokok mengakibatkan meningkatnya kemungkinan
kematian akibat penyakit tersebut. Ditengarai bahwa perokok berisiko menderita
Custaneus Scuamus Cell Cancer sejenis kanker yang meninggalkan bercak merah
pada kulit 2 kali lebih besar dibandingkan dengan non perokok

6. Caries

Rokok mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut membentuk plak yang


berlebihan, membuat gigi menjadi kuning dan terjadinya caries, perokok berisiko
kehilangan gigi mereka 1,5 kali lipat.

7. Enfisema

Selain kanker paru, merokok dapat menyebabkan enfisema yaitu pelebaran dan
rusaknya kantong udara pada paru-paru yang menurunkan kapasitas paru untuk
menghisap oksigen dan melepaskan CO 2. Pada kasus yang parah dugunakan
Tracheotomy untuk membantu pernafasan pasien. Ibarat suatu asyatn untuk lubang
ventilasi pada tenggorokan sebagai jalan masuk udara ke dalam paru-paru. Pada kasus
Bronkhitis kronis terjadi penumpukan muncus sehingga mengakibatkan batuk yang
terasa nyeri dan kesulitan bernafas.

8. Kerusakan paru

Selain kanker paru dan jantung merokok dapat pula menyebabkan batuk. Dikarenakan
rusaknya kantung udara pada paru yang menurunkan kapasitas paru dan oksigen
untuk melepas O2. bila keadaan ini belanjut akan terjadi penumpukan lender sehingga
mengakibatkan batuk yang tersa nyeri dan kesulitan bernafas.

9. Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung

Satu diantara tiga kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Pemakaian
tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini. Telah ditetapkan
bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam zat racun. Kemungkinan
timbulnya kanker paru dan jantung pada perokok 22 kali lebih besar dariyang tidak
merokok.

10. Osteoporosis

Karbon monoksida (CO) yaitu zat kimia beracun yang banyak terdapat pada gas
buangan mobil,dan asap rokok lebihmudah terikat pada darah dari pada oksigen
sehingga kemampuan darah untuk mengangkat oksigen turun 15% pada perokok.
Akibatnya tulang pada perokok kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah patah
atau retak dan penyembuhannya 805 lebih lama. Perokok jiga menjadi lebih rentan
terhadap masalah tulang punggung. Perokok juga menjadi lebih retan terhadap
masalah tulang punggung. Sebuah studi menunjukkan bahwa buruh pabrik yang
merokok 5 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung setelah terjadi trauma.

11. Penyakit jantung

Satu diantara tiga kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler.


Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini. Di
Negara yang sedang berkembang penyakit membunuh lebih dari satu juta orang setiap
tahun. Penyakit kardiovaskuler yang menyangkut pemakaian tembakau di Negara-
negara maju membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahun. Rokok menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat, menaikkkan tekanan darah dan meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi dan penyumbatan arteri yang akhirnya menyebabkan serangan
jantung dan stroke.

12. Tukak lambung

Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri yang menyebabkan tukak


lambung juga meminimalisasi kemampuan lambung untu menetralkan asam lambung
setelah makan sehingga sisa asam akan mengerogoti dinding lambung. Tukak
lambung yang diderita para perokok lebih sulit dirawat dan disembuhkan.

13. Diskolori jari-jari

Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari dan kuku yang
meninggalkan warna coklat kekuningan.

14. Kanker uterus

Selain meningkatkan resiko kanker serviks dan uterus rokok meneyebabkan timbulnya
masalah kezsuburan pada wanita dan berbagai komplikasi selama masa kehamilan
dan kelahiran bayi. Merokok selama masa kehamilan meningkatkan resiko kelahiran
bayi dengan BBLR dan masalah kesehatan sesudahnya. Kegagalan hamil atau abortus
terjadi 2-3 kali lebih besar pada wanita perokok. Angka yang sama berlaku juga untuk
kelahiran atau kematian karena kekurangan oksigen pada janin dan plasenta yang
menjadi abnormal karena tercemar oleh Karbon Monoksida dan Nikotin dalam asap
rokok. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death) juga dihubungkan
dengan pemakaian tembakau. Tambahan pula, rokok dapat menurunkan kadar
estrogen yang menyebabkan terjadinya menopause dini.

15. Kerusakan sperma

Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan pada DNAnya
sehiungga mengakibatkan aborsi. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang
merokok meningkatkan resiko menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok
juga memperkecil jumlah sperma dan infertilitas banyak terjadi pada perokok.
16. Penyakit Buerger

Terjadinya inflamasi pada arteri, vena, dan saraf terutama di kaki, yang mengakibatkan
terhambatnya aliran darah. Dan jika dibiarkan tanpa perawatan akan mengarah ke
gangrene (matinya jaringan tubuh) sehingga pasien perlu diamputasi.

d. Cara mencegah merokok

1. Agar dibuat peta merokok selama 20 jam

2. setiap merokok agar ditulis waktu dan apa yang dilakukan pada saat itu. Hal ini
agar dilakukan setiap

merokok dalam satu hari.

3. Peta dan situasi ketika merokok agar dicatat dan dipelajari

4. Untuk menghitung jumlah rokok setiap hari agar dicatat pada setiap dimana kita
menikmati

5. Merubah situasi merokok. Apakah merokok ketika jenuh, konsentrasi penuh,


istirahat, minum dengan teman, dan sesudah makan?

6. Sekarang perlu dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan lain pada situasi


tersebut diatas untuk merubah kebiasaan merokok pada saat itu

7. Apabila jenuh, tangani pekerjaan yang sudah lama tertunda

8. Apabila konsentrasi, kunyah sebatang wortel atau apel

9. Luangkan lebih bannyak waktu dengan orang yang tidak merokok dan
mendiskusikan masalah menarik yang sedang terjadi

10. Setelah makan, jalan-jalan atau membaca buku.


e. Cara berhenti merokok

1. Belilah merk rokok yang harganya murah dan kualitas pas-pasan.

Biasanya kalau orang yang sudah terbiasa merokok dengan rokok enak, dan suatu saat
merokok dengan rokok yang tidak enak akan merasa gatal di tenggorokan dan seperti
gak ada rasa di lidah, hambar. Diharapkan ini dapat mengurangi intensitas merokok.
Selain itu, biasanya orang akan malu merokok di tempat umum jika rokoknya rokok
murahan, jadi kalau mau merokok harus cari tempat yang sepi, beda jika rokoknya
merk mahal. Dengan santainya, kebul-kebul di tempat umum.

2. Hentikan kebiasaan menunggu atau diam tanpa aktifitas.

Biasanya para perokok suka membunuh waktu luangnya dengan merokok. Begitu tak
ada kegiatan, langsung deh buka tuh bungkus rokoknya. Nah, untuk itulah selalu isi
waktu luang dengan kesibukan.

3. Biasakan merokok sambil minum, entah kopi atau es.

Jika sudah terbiasa merokok ditemani kopi atau es, maka kalau tak ada minuman
merokok pun malas.

4. Jika kebelet merokok tundalah beberapa menit sampai keinginan itu hilang.

Kalau masih ingin merokok, tariklah napas dalam-dalam melalui mulut, lalu keluarkan
secara perlahan dengan menyempitkan bibir Anda. Ulangi 5-10 kali.

5. Cobalah membawa permen mint di saku.

Kalau rasa ingin merokok muncul, cobalah emut permen yang ada di saku anda.
Diharapkan, permen dapat mengurangi ketagihan akan rokok.

6. Beritahu orang di sekeliling anada kalau anda berniat berhenti merokok.

Beritahu teman, keluarga dan lain lain kalau tekad anda untuk berhenti merokok sudah
bulat. Jadi, selain mereka yang masih merokok merasa malu merokok di depan anda,
juga akan mendapat support yang membuat anda merasa tidak sendirian sehingga
muncul power yang luar biasa untuk mewujudkan keinginan anda itu.

7. Bergaullah dengan orang-orang yang telah berhasil berhenti merokok.

Diharapkan anda akan bisa share tips-tips terampuh dari mereka untuk berhenti
merokok.

8. Pindahkan semua barang-barang yang berhubungan dengan rokok.

Barang seperti asbak, korek api hanya akan mengingatkan untuk merokok.

9. Jangan pedulikan provokasi orang lain.

Jika anda termasuk perokok yang hanya buat gaya-gayan atau takut dibilang banci oleh
temanmu. Yakinlah, bahwa kamu itu pria sejati. Bayangkan, jika karena merokok
kemudian mereka terkena impotensi di usia muda sedang kamu yang tidak merokok
sampai umur di atas 70 tahun masih greng. Siapa yang pria sejati coba?

10. Cobalah introspeksi diri.

Tanya dirimu sendiri, apa yang sudah anda dapatkan dengan merokok. Renungkan satu
persatu untungruginya dari merokok tersebut.

11. Semuanya kembali pada diri kita sendiri.

KESIMPULAN

Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek
maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu
sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: orangtua)
TUGAS KELOMPOK

SATUAN ACARA PEYULUHAN

“ BAHAYA DARI MEROKOK “

OLEH : KELOMPOK IV

NARSI SIRAJUDDIN ERNI ANGGRAENI

NUR ASWANI RAUF NIRMA ALWI

MUH.ARIF J HENDRI ARIYANTO

AYU ANDIRA IRMAYANTI

DENNIAR ANDI IRMAL


SETIAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

T/A 2012-2013

GAMBAR

BAHAYA ROKOK

STRUKTUR KANDUNGAN DALAM ROKOK


Diposting 12th December 2012 oleh narsi sirajuddin

Lihat komentar

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai