Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan disiplin ilmu profesional yang dikenal melalui bidang
keilmuan spesifik dan nilai tentang komitmen sosial dan sifat layanan kesehatan
yang diberikan. Sejarah keperawatan menunjukkan pentingnya teori untuk
keperawatan sebagai cabang dari pendidikan (disiplin) dan bidang praktik
(profesi). Keperawatan muncul dengan didasarkan pada perkembangan filosofi,
riwayat masa lampau dan cakupan praktik keperawatan yang terus berkembang.
Selain itu, pandangan yang dianut oleh kelompok ilmu keperawatan membentuk
suatu susunan yang mengatur hubungan di antara beberapa teori guna
mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka
kerja pemberian layanan keperawatan secara komprehensif.

Dalam disiplin ilmu keperawatan, pengetahuan ilmiah terdiri atas prinsip, teori,
dan model konseptual, serta temuan penelitian dari keperawatan dan disiplin
terkait (Parker, 2001). Pengetahuan tentang proses pengembangan teori
merupakan dasar untuk pemahaman terhadap karya teoritis tentang disiplin ilmu
keperawatan. Struktur hirarki ilmu keperawatan dibedakan atas 4 komponen dari
ilmu keperawatan menurut tingkat abstraksinya. Hirarki terdiri dari komponen-
komponen yang bersifat menyeluruh. Komponen disusun dari yang paling abstrak
sampai yang paling konkrit dalam urutan sebagai berikut: metaparadigma,
filosofi, model konseptual dan teori-teori (Fawcett, 1997, 2006). Keperawatan
mengikuti arah dari konsep ke kerangka kerja konseptual ke model-model teori,
kemudian ke teori middle-range, yang mana dalam middle-range theory terdapat
intervensi yang dapat diaplikasikan menjadi practice theory (Alligood, 2014).
Tipe teori-teori tersebut dalam keperawatan mulai dari yang paling abstrak
sampai yang paling konkrit, grand teori mengidentifikasi teori-teori yang abstrak,
practice theory yang paling konkrit dan middle range theory diantara grand teori
dan practice teori.
2

Model konseptual keperawatan diharapkan dapat menjadi kerangka berfikir


perawat, sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Pengembangan teori di keperawatan adalah bagian yang perlu
dikerjakan untuk memajukan disiplin ilmu pengetahuan keperawatan.

Pengembangan teori merupakan usaha ilmiah yang dilakukan secara sistematis.


Ketepatan pengembangan teori keperawatan merupakan prioritas untuk masa
yang akan datang dari disiplin dan praktik profesi keperawatan. Mengingat begitu
pentingnya mengetahui perkembangan teori dan model konseptual serta tingkatan
teori, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan topik
“Pengembangan Empiris Tentang Teori/Model Konseptual Keperawatan dan
Analisis Hubungan Falsafah dan Paradigma Keperawatan Dengan Model
Konseptual (Grand theory, middle-range theory, and practice theory)”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisa pengembangan empiris
tentang model konseptual dan teori keperawatan serta hubungannya dengan
falsafah, dan paradigma keperawatan dengan model konseptual (Grand theory,
middle-range theory, and practice theory).
1.2.2 Tujuan Khusus :
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Menjelaskan pengembangan empiris tentang model konseptual dan teori
keperawatan.
2. Menjelaskan tingkatan pengembangan teori keperawatan.
3. Menganalisa hubungan model konseptual atau teori keperawatan (Grand
theory, middle-range theory, and practice theory) dengan falsafah dan
paradigma keperawatan.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengembangan Empiris Teori atau Model Konseptual Keperawatan


Penggunaan model konseptual keperawatan dan teori keperawatan menumbuhkan
pendekatan sistematis untuk kegiatan perawat. Penggunaan salah satu model
keperawatan atau teori, atau secara komprehensif yaitu sistem konseptual-teoritis-
empiris (C-T-E sistem) tentang pengetahuan keperawatan (Fawcett, 2005).
Model konseptual keperawatan terdiri dari karya keperawatan oleh ahli teori yang
disebut sebagai pelopor dalam keperawatan (Chinn & Kramer,2011;Fawcett,
2005, Meleis, 2007). Fawcett (2005) menjelaskan bahwa sebuah model
konseptual memberikan kerangka rujukan yang berbeda untuk para penganutnya,
menggambarkan bagaimana mengamati dan mengartikan fenomena yang
menarik. Model keperawatan bersifat komprehensif, dan masing-masing
membahas konsep paradigma tentang orang, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.
Teori adalah satu atau lebih konsep konkrit dan spesifik yang diperoleh dari model
konseptual, dalil yang menjelaskan model konseptual tersebut dan dalil yang
menetapkan secara konkrit dan spesifik hubungan antara dua konsep atau lebih
(Fawcet, 2006). Pengembangan teori melalui pendekatan empiris dapat melalui 3
bentuk penalaran, yaitu: induktif, deduktif dan retroduktif. Induktif merupakan
suatu bentuk penalaran dari spesifik beralih ke umum, dalam penelitian induktif
kejadian khusus diamati dan dianalisis sebagai landasan untuk merumuskan teori
umum, sering disebut Grounded Theory. Deduktif merupakan penalaran umum
yang berkembang dari umum ke khusus, menampilkan hubungan-hubungan
teoritis yang abstrak, digunakan untuk memperoleh hipotesis empiris yang
spesifik, kemudian dapat dihasilkan teori untuk pendekatan riset. Retroduktif,
menggabungkan deduktif dan induktif, menggunakan analogi untuk
menghasilkan teori (Marriner, 1986).
4

Teori keperawatan adalah suatu rangkaian asumsi, interpretasi, prinsip, atau dalil
yang membantu menjelaskan atau mengarahkan tindakan keperawatan (Young,
Taylor, dan Renpenning, 2001 dalam McEwen & Wills, 2011). Teori keperawatan
merupakan turunan dari falsafah keperawatan ataupun model konseptual, dimana
menghubungkan konsep yang mengajukan hasil yang lebih spesifik dan dapat
diuji kebenarannya. Teori keperawatan telah tersusun dalam beberapa kategori
dan tipe. Secara umum tipe teori keperawatan meliputi grand theory, middle range
theory, dan practice theory. Penjelasan teori diatas akan dibahas sebagai berikut:
1. Grand Theory
Grand theory merupakan teori yang cakupannya luas dan kompleks,
terdiri dari kerangka kerja konseptual umum yang mendefinisikan
perspektif praktik keperawatan dan melibatkan perbedaan cara dalam
melihat fenomena keperawatan, memuat konsep yang menggabungkan
teori-teori dengan cakupan lebih kecil (Tomey & Aligood, 2010). Grand
theory memiliki cakupan paling luas yang menyajikan konsep dan dalil
secara umum. Teori pada tingkatan ini mencerminkan dan memberikan
wawasan yang berguna untuk praktik keperawatan namun tidak dirancang
untuk pengujian empiris (Parker, 2001).
Model konseptual merupakan seperangkat konsep yang relatif abstrak dan
umum yang membahas fenomena khusus untuk suatu disiplin, proposisi
non-relasional yang secara luas mendefinisikan konsep-konsep tersebut,
dan proposisi relasional yang menyatakan hubungan yang relatif abstrak
dan umum antara dua atau lebih konsep (Fawcett , 2000 dalam Fawcett
2001). Setiap model konseptual menyediakan kerangka acuan yang jelas
sebuah “cakrawala harapan” (Popper, 1965, dalam Fawcett 2001 ) dan
“cara berpikir terpadu dan terpadu secara internal tentang peristiwa dan
proses” (Frank, 1968, dalam Fawcett 2001). Dengan demikian, setiap
model konseptual menyediakan orientasi kognitif yang berbeda-beda
untuk melihat fenomena yang berada dalam domain penyelidikan disiplin
tertentu.
5

Setiap model konseptual juga memberikan aturan epistemik dan


metodologis yang berbeda tentang bagaimana model dapat digunakan
dalam dunia nyata penelitian, termasuk yang berikut: tujuan yang harus
dipenuhi dalam sebuah pencarian data; fenomena yang akan diteliti,
kemudian menjadi penyebabnya dipelajari; sumber data (individu,
kelompok, hewan, dokumen); desain penelitian, instrumen, dan prosedur
yang akan digunakan, serta pengaturan dalam mana data-data tersebut,
mereka telah mengidentifikasi dan menganalisis data; dan sifat kontribusi
yang penelitian akan buat untuk kemajuan pengetahuan (Laudan, 1981;
Schlotfeldt, 1975 dalam fawcett, 2001).
Meskipun terdapat perdebatan tentang teori keperawatan mana yang
mempunyai cakupan yang luas, teori-teori berikut ini biasanya dianggap
berada pada tingkat ini : Leininger’s theory of culture care and
universality, Newman ‘s theory of health as expanding consciousness,
Rogers’s Science of Unitary Human Beings, Orem’s self care deficit
nursing theory, and Parse’s theory of human becoming (Parker, 2001).

Dari paparan di atas kelompok menyimpulkan bahwa grand theory


merupakan suatu dasar pemikiran terhadap suatu disiplin ilmu yang
memberikan gambaran dan konsep namun masih dalam suatu kondisi
yang abstrak serta masih dalam konteks yang sangat luas.

2. Middle Range Theory


Middle range theory ini mampu menstimulasi dan mengembangkan
pemikiran rasional terhadap penelitian dan dapat digunakan dalam
pemilihan variabel dan pertanyaan ilmiah (Lenz, 1998, p, 26), Middle
range theory sebagian besar berasal dari berbagai disiplin ilmu lain.
Middle range theory mengandung nilai abstrak tidak terlalu luas dan tidak
terlalu sempit, dia berada di tengah-tengah, sehingga mereka harus
memberikan Identitas teori terhadap konsep teori yang akan disampaikan
itu.
6

Tokoh-tokoh dari middle range theory adalah :


a. Ramona T. Mercer mengembangkan teori mengenai Maternal Role
Attainment Becoming a Mother yang memfokuskan terhadap
peran ibu yang mendasari dan dapat di aplikasikan pada perawatan
bayi baru lahir terutama kondisi psikososial dan emosionalnya
Ramona T. Mercer adalah salah satu tokoh teori middle yang
mengembangkan teori Mercer-pencapaian peran maternal. Mercer
melandasi penelitiannya pada teori yang diteliti sebelumnya oleh
Reva Rubin (1977,1984) tentang pengertian dan penjabarannya
mengenai pencapaian dalam peranan sebagai ibu. Selain
berdasarkan konsep Rubin, Mercer juga melandasi peneletiannya
pada toeri peran dan perkembangan, yaitu teori pendekatan
interaksi dalam teori peran Teori Mead(1934) Role Enactment dan
teori Turner (1978) Core Self.
Pencapaian Peran Maternal adalah interaksi dan proses
perkembangan yang terjadi selama seorang ibu melakukan kontak
dengan bayinya, membutuhkan kompetensi dalam melaksanakan
berbagai tugas merawat anak, dan mengekspresikan kepuasan dan
kesenangannya selama menjalankan peranannya tersebut
(Mercer,1986). “Perubahan status personal yaitu seorang
perempuan merasakan harmonisasi, kepercayaan diri dan
kompetensi dalam menjalankan peranannya sebagai seorang ibu-
identitas maternal” (Mercer,1981).
7

b. Katharine Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan yang


memiliki 3 komponen, yaitu :
1) Induksi yaitu suatu kejadian yang diamati secara spesifik.
2) Deduksi yaitu dari umum ke khusus
3) Retroduksi dimana pemikiran ini terkait pengembangan ide
dalam melihat suatu fenomena yang terjadi
c. Pamela G.Reed (Teori Self Transendensi), dia mengembangkan
teori mengenai :
1) Vulnerabily yaitu kesadaran seseorang akan kematian
2) Self-Transcendence yaitu pergerakan ke arah yang lebih baik
3) Well being yaitu suatu keadaan yang lebih baik yang meliputi
biopsikososial spiritual
4) Moderating-Mediating Factors yaitu faktor-faktor pendukung
yang membuat suatu keadaan menjadi lebih baik meliputi :
usia, jenis kelamin, kognitif, persepsi spritual, lingkungan
sosial dan riwayat masa lalu
d. Carolyn L Wiener, mengembangkan teori mengenai trajectory
illnes, menjelaskan bahwa didalam hubungan antara sehat sakit,
pasien sebagai pusatnya dan perawat, dokter dll sebagai total
organisasi
e. Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN, menjelaskan tentang
teori depresi post partum, bahwa depresi merupakan hasil
kombinasi stress fisiologis, psikologis dan lingkungan
d. Merle Helaine Mishel, menjelaskan teori Uncertainty in Illness
Theory bahwa keraguan dalam diri sesorang berpengaruh terhadap
adaptasi terhadap suatu penyakit
e. Phil Barker, mengemukakan teory Tidal Model, dimana memiliki
10 komponen yang meliputi : menghargai suara, menghormati
bahasa, mengembangkan rasa keingintahuan, become apprentice,
Reveal personal wisdom, menjadi pribadi yang terbuka,
menggunakan sumber daya yang ada, menentukan langkah yang
sebaiknya diambil serta memberikan waktu bersama dengan klien
8

f. Kristen Swanson mengemukakan teori mengenai adaptasi bahwa


seorang perawat bukan hanya pemberi asuhan secara medis tetapi
merupakan pendamping atau mitra dalam membantu klien
berdasarkan kemampuan dan keinginannya, meliputi caring yaitu
peduli terhadap klien, knowing yaitu melibatkan semua pihak
untuk berperan serta dalam proses pengenalan, being with yaitu
bersama klien dalam berbagi emosional atau terhadap sesuatu hal
yang melibatkan emosi, doing for yaitu melakukan bersama-sama
dengan klien, enabling yaitu bersama-sama dengan klien dalam
melewati peristiwa dan memberikan dukungan, umpan balik,
penjelasan dll, maintaining belief adalah menyakinkan dan
menumbuhkan rasa kepercayaan diri untuk dapat mengambil
hikmah dari kejadian yang dialami (Swanson, 1991)
g. Shirly M. Moore mengemukakan teori End Of Life bahwa di akhir
kehidupannya klien harus terbebas dari rasa sakit dan penderitaan
h. Georgene Gaskill Eakes teori Cronic Sorrow yaitu kesenjangan
yang berlangsung sebagai akibat dari kehilangan dan dapat
berulang secara periodik dan dapat berulang secara progresif
(Alligood, 2014)
i. Benner mengemukakan teori mengenai lima tahap keterampilan
dalam aplikasi keperawatan yang meliputi : Novice, advance
beginner, competen, proficient
9

3. Practice Theory
Practice theory dapat berkembang dari middle range theory, pengalaman
praktik keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat
dapat menjadi sumber utama untuk pengembangan practice theory
keperawatan. Practice theory juga dikenal sebagai mikro teori, memiliki
cakupan dan tingkat abstraksi yang lebih sempit. Teori ini dikembangkan
untuk digunakan pada situasi keperawatan. Pengembangan teori ini
memiliki dampak langsung pada praktik keperawatan bila dibandingkan
dengan teori yang lebih abstrak. Practice theory menyediakan kerangka
kerja untuk intervensi keperawatan dan dapat memprediksi hasil atau
pengaruh dari intervensi keperawatan, sehingga teori ini dapat
dikembangkan dari pertanyaan, tindakan, dan prosedur keperawatan
(Mckenna, Pajnkihar, & Murphy, 2014; Parker, 2001).
Practice theory memiliki keterkaitan dengan Middle range theory,
dikatakan bahwa practice theory merupakan hasil deduktif dari middle
range theory. Practice theory lebih spesifik dibanding middle range
theory karena pada practice theory ini merupakan pengaplikasian dari
middle range theory. Practice theory menentukan tindakan atau intervensi
keperawatan yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, fokus pada fenomena keperawatan
yang spesifik dengan memberikan arahan langsung pada praktek
keperawatan (Peterson & Bredow, 2004).
Practice theory dapat diturunkan melalui model grand dan middle theory.
Untuk dapat menggunakan grand atau middle theory ke dalam practice
theory perawat harus dapat melihat keterkaitan antara teori dan kasus atau
tindakan yang akan dilakukan. Salah satu contoh grand theory adalah
Orem, yang terkenal dengan teori self care. Perawat menemui klien dengan
masalah ginekologi dan abortus, sangat tidak tepat jika perawat
menggunakan teori self care Orem. Karena fokus utama perawat adalah
keselamatan klien dalam menghadapi tindakan prosedur operasi.
10

Oleh karena itu perawat mentolerir kemampuan self care klien sampai
klien bisa mandiri dan perawat kembali merencanakan untuk
meningkatkan kemampuan self care klien (Mckenna, Pajnkihar, &
Murphy, 2014).
Pada contoh kasus ini, akan sangat tepat bila perawat menggunakan model
middle range theory Swanson. Teori Swanson lebih difokuskan pada
kebutuhan psikologis klien yang mengalami masalah, dalam hal ini
masalah ginekologi dan abortus. Teori Swanson mengarahkan perawat
untuk fokus dan caring pada kebutuhan emosional klien, mendengarkan
klien, dan konseling klien.
Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa practice theory dapat
berangkat dari middle atau grand theory. Perawat harus dapat melihat
keterkaitan antara teori dengan kasus atau tindakan yang dihadapi dan
dilakukan pada klien. Sehingga terjadi kesinambungan yang nantinya
bermanfaat dan efektif dalam mengatasi masalah klien.
11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis hubungan falsafah dan paradigma dengan model konseptual dan
teori keperawatan (Grand, Middle & Practice theory)
Metaparadigma merupakan konsep global untuk mengidentifikasi fenomena yang
terkait disiplin ilmu, dan secara umum digunakan sebagai dasar dalam
menggambarkan hubungan antar beberapa konsep. Falsafah tidak mengikuti garis
metaparadigma dan juga tidak mendahului model konseptual (Fawcett, 2005).
Bisa diartikan bahwa model konseptual maupun teori keperawatan yang didasari
falsafah juga sangat erat hubunganya dengan metaparadigma keperawatan.
Penerapan konsep maupun teori keperawatan harus selalu dikawal oleh
metaparadigma. Falsafah adalah dasar bagi formula lain seperti model konseptual,
grand theory dan middle range theory. Kredibilitas model konseptual ditentukan
oleh pengujian empiris middle range theory yang berasal dari model. Indikator
empiris secara langsung berhubungan dengan teori sebagai definisi operasional
untuk setiap konsep middle range theory. Tidak ada koneksi langsung antara
indikator empiris dengan model konseptual, falsafah, atau metaparadigma
sehingga tidak bisa diuji secara empiris. Alur dari metaparadigma keperawatan
hingga indikator empiris disebut dengan disiplin keperawatan. (Fawcett, 2005).
Marchuk (2014) menjelaskan bahwa falsafah keperawatan menitikberatkan pada
seni dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan dengan kasih sayang dan
mengedepankan martabat manusia. Filosofi didasarkan pada konsep paradigma
keperawatan yang mengutamakan pentingnya memberikan asuhan keperawatan
secara utuh kepada pasien dan keluarganya.
Model konseptual membahas tentang fenomena yang diidentifikasi oleh
metaparadigma keperawatan yang terdiri dari empat komponen antara lain :
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan (Fawcett, 2005). Dalam
Practice Theory meskipun sebagai mikro teori, di dalamnya juga masih
mengandung dasar paradigma keperawatan, yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Katharine Kolcaba merupakan salah satu pakar teori
dari middle-range theory, dimana dalam teorinya tersebut terdapat intervensi
12

keperawatan yang dapat diaplikasikan baik pada setiap individu. Kolcaba


mengemukakan teori mengenai kenyamanan pasien. Fokus studi Kolcaba
mencakup intervensi dan dokumentasi terkait kenyamanan berdasarkan praktik
berbasis bukti (Alligood, 2014). Selain mengemukakan teorinya tentang
kenyamanan, Kolcaba pun memiliki asumsi berdasarkan paradigma keperawatan,
yaitu :
1. Kolcaba mengasumsikan manusia sebagai pasien yang menerima asuhan
keperawatan, baik individu, keluarga, institusi, atau komunitas. Perawat
dapat pula menjadi penerima intervensi terkait kenyamanan di lingkungan
tempat bekerja.
2. Dalam hal lingkungan, merupakan segala aspek pasien, keluarga, atau
institusi yang dapat dimanipulasi oleh perawat untuk meningkatkan
kenyamanan.
3. Kesehatan menurut Kolcaba, merupakan status fungsi optimal seorang
pasien, keluarga, pemberi asuhan kesehatan, atau komunitas dalam
konteks individu atau kelompok. Sedangkan keperawatan merupakan
salah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang intensif, intervensi
yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan, dan evaluasi
tingkat kenyamanan setelah implementasi diberikan.
4. Keperawatan menurut Kolcaba merupakan salah satu pengkajian
kebutuhan kenyamanan yang intensif, intervensi yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan kenyamanan, dan evaluasi tingkat kenyamanan
setelah implementasi diberikan.
13

Adapun contoh intervensi yang diuji dalam studi Kolcaba, sebagai berikut :
1. Guided imagery dapat digunakan pada pasien psikiatrik (Apostolo &
Kolcaba, 2009 dalam Alligood, 2014).
2. Sentuhan yang menyembuhkan (Healing touch) dan dukungan untuk
mengurangi stres pada mahasiswa (Dowd, Kolcaba, Steiner & Fashnipaur,
2007).
3. Pijat dengan tangan (hand massage) untuk pasien dengan lama perawatan
(Kolcaba, Dowd, Steiner & Mitzel, 2004; Kolcaba, Schirm & Steiner,
2006).
4. Pakaian hangat dengan suhu yang dapat dikendalikan pasien (patient-
controlled heated gowns) untuk mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan pada pasien perioperatif (Wagner, Byrne, &
Kolcaba, 2006).
Teori middle range lain yang dapat diaplikasikan pada practice theory adalah
Cheryl Tatano Beck yang terkenal dengan teori depresi postpartum. Beck
memiliki asumsi berdasarkan paradigma keperawatan (Alligood, 2014), yaitu :
1. Manusia yang memiliki komponen bio, psiko, dan sosio.
2. Lingkungan sebagai suatu kejadian, situasi, budaya, ekosistem fisik, dan
sistem sosial politik
3. Kesehatan mencangkup sehat fisik dan mental
4. Keperawatan sebagai sosok yang caring terhadap sesama
Beck bersama rekannya mengembangkan teori depresi postpartum kedalam suatu
instrumen penilaian depresi postpartum yang dikenal dengan PDSS (Postpartum
Depresi Screening Scale). PDSS ini telah berkembang dan banyak digunakan
pada praktik keperawatan untuk menilai tingkat depresi Ibu postpartum.
Teori lain yakni milik Ramona T Mercer tentang paradigma yakni tentang
Keperawatan, Perawat adalah tenaga kesehatan profesional yang memiliki
interaksi yang berkesinambungan dengan perempuandalam siklus
maternal(Mercer 1995). Perawat memiliki tanggung jawab kesehat
mempromosikan kesehatan keluarga dan anak.
14

Pada artikelnya Mercer menekankan bahwa adanya bantuan atau pemberian


perawatan yang diterima seorang perempuan selama periode kehamilan dan tahun
pertama pasca persalinan dapat memberikan efek jangka panjang bagi perempuan
tersebut dan bayinya. Perawat mempunyai peranan penting dalam memberikan
asuhan keperawatan tersebut dan informasi selama periode tersebut kepada setiap
perempuan.
Selanjutnya adalah manusia, pandangan Mercer mengenai manusia diartikan
sebagai diri sendiri atau inti diri.Inti diri berasal dari konteks budaya dan
menjabarkan bagaimana situasi diartikan dan dibentuk(Mercer,1985b). Konsep
diri merupakan bagian yang penting dalam pencapaian peran sebagai ibu. Ibu
merupakan orang berinteraksi dengan bayi dan ayahnya atau dengan orang lain.
Seorang ibu mendapatkan pengaruh dan dipengaruhi oleh faktor tersebut.
Kesehatan, status kesehatan sebagi persepsi ibu dan ayah atau orang lain tentang
kesehatan sebelumnya. Status kesehatan adalah faktor tidak langsung yang sangat
penting dalam mempengaruhi tingkat kepuasan hubungan keluarga ketika proses
mengasuh bayi atau anak. Kesehatan diartikan juga sebagi tujuan yang diharapkan
dari sebuah keluarga. Mercer(1995) berfokus kepada arti penting kesehatan
selama proses mengasuh dan mendidik bayi atau anak.
Lingkungan, adanya interaksi lingkungan ekologis dalam pencapaian peran
sebagai ibu. Selama proses komunikasi personal, Mercer menjelaskan peran
seseorang tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan. Ada hubungan antara
perkembangan individu dengan perubahan secara cepat di lingkungannya,
hubungan antara pengaturan, dan konteks yang lebih luas lainnya. Stress dan
dukungan sosial di dalam lingkungan mempengaruhi pencapaian peranan sebagai
seorang ibu dan orangtua serta perkembangan anak.
Penelitian Risjord mengemukakan bahwa ketika ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktek, perawat sering kebingungan. Hal ini diakibatkan karena
sulitnya memahami teori-teori yang ada, sehingga berdampak pada sulitnya
mengaplikasikan dalam praktik (Blasckwell, W, 2010).
15

Theofanidis & Fountouki (2008) menjelaskan bahwa terjadi ambiguitas terhadap


tingkat menganalisa teori keperawatan. Artinya teori yang ada masih harus
dievaluasi lebih lanjut. Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam mengevaluasi
teori yang ada, yaitu secara kritik internal dan kritis eksternal. Kritik internal
dilakukan melalui empat kriteria yang mengevaluasi konstruksi internal teori,
yaitu: kejelasan, elaborasi logis, konsistensi, dan tingkat signifikan evolusi teori.
Sedangkan kritik eksternal berkaitan dengan aspek eksternal dari teori berkaitan
dengan dunia nyata yang berasal dari manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan. Kritik eksternal terdiri dari enam kriteria, yaitu: kecukupan,
kegunaan, signifikansi, perbedaan, ruang lingkup dan kesederhanaan dari teori
tersebut. Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek juga menghambat
perkembangan pengetahuan keperawatan, karena untuk menemukan identitas
pengetahuan sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi apa yang
menghambat suatu kemajuan (Anonymous, 2010).
Middle theory menjelaskan fenomena yang terjadi secara semi general dan
diperlukan hipotesis kerja yang berkembang dalam upaya secara sistematis agar
dapat menjelaskan keseragaman perilaku sosial, sosial organisasi dan perubahan
sosial (Merton,1968).
Untuk pengembangan ilmu dan praktek keperawatan Benner membagi dalam 5
tahap pengembangan dari pemula yang tidak memiliki keterampilan dan
kepercayaan diri dalam memberikan suatu pelayanan asuhan yang aman sampai
dapat melakukan praktek yang aman.
16

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Falsafah keperawatan merupakan keyakinan tentang keperawatan yang mengkaji
tentang penyebab-penyebab dan hukum-hukum yang mendasari suatu fenomena
keperawatan yang terjadi. Hal ini memunculkan paradigma atau cara pandang
dimana manusia, lingkungan dan kesehatan serta keperawatan menjadi fokus
kajian dan dilihat dari berbagai konsep. Konsep-konsep tersebut kemudian
diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci kemudian dituangkan dalam suatu
model konseptual. Hubungan sebab akibat antara beberapa konsep akan
menghasilkan teori keperawatan berdasarkan tingkatannya.
Teori keperawatan meliputi grand, middle, dan practice telah dikembangkan oleh
pelopor keperawatan di dunia. Setiap teori keperawatan yang tercipta, terkandung
didalamnya paradigma keperawatan, yang mengartikan bahwa teori dipandang
dari 4 aspek yaitu: manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan. Setiap teori
ini terkandung nilai keyakinan atau yang disebut dengan filosofi. Teori dapat
diaplikasikan ke dalam praktik keperawatan dengan melihat keterkaitan teori
dengan kasus atau tindakan yang dihadapi perawat.

4.2 Saran
Sebagai tenaga profesional, perawat harus memiliki integritas dan didukung oleh
perkembangan ilmu keperawatan. Perawat dituntut untuk dapat mengembangkan
ilmu keperawatan secara ilmiah. Model konseptual keperawatan dianalisa dan
dievaluasi oleh perawat yang dipandang sebagai suatu karya ilmiah. Perawat juga
harus menjiwai falsafah-falsafah atau keyakinan-keyakinan terhadap nilai-nilai
keperawatan yang menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan.
Perawat harus mampu memahami paradigma keperawatan yang menghubungkan
berbagai teori yang membentuk suatu susunan antara teori guna mengembangkan
model konseptual dan teori-teori sebagai kerangka kerja keperawatan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Aligood, Martha R & Tomey, Marriner A. (2014). Nursing Theorists and Their Work 8th
ed. St.Louis : Mosby Inc, USA.
Anonymous. (2010). Nursing philosophy; research conducted at mcmaster
university has provided new information about nursing philosophy. Health &
Medicine Week, 1, 18-38.
Blackwell, W. (2010). Mark, Risjord, nursing knowledge, science, practice and
philosophy. Theoretical Medicine and Bioethics, 32, 129-131.
Fawcett J dan Gigliotti, E. (2001). Using Conceptual Models of Nursing to Guide Nursing
Research : The Case of the Neuman System Model. Loyola University : Chicago
Fawcet, J. (2006). Contemporary and Evaluation of Nursing Models and Theorist 2th ed.
Philadelphia: F. A. Davis
Lasiuk, Ferguson. (2005). From practice to midrange theory and back again: Beck's
theory of postpartum depression. vol. 28: l27-136
Marchuk, A. (2014). A personal nursing philosophy in practice. Journal of
Neonatal Nursing. 20, 266-273.
Marriner, Ann. (1986). Nursing theorist and their works. Toronto: Comosby company
McEwen, Melanie & Wills, Evelyn M. (2011). Thereotical basis for nursing ed.3rd.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Mckenna., Pajnkihar., & Murphy. (2014). Fundamentals of nursing models,
theories and practice 2nd ed. West sussex: John Wiley & Sons, Ltd
Parker, Marilyn. (2001). Nursing theories and nursing practice. Philadelphia: F. A. Davis
Company
Peterson, Sandra J dan Timothy S Bredow. (2004). Middle Range Theories Aplication To
Nursing Research Second Edition. Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins.
Phillips, K. (2010). Roy Adaptation Model: Sister Callista Roy. Nursing Theorists and
Their Work, 129–140.
Theofanidis, D &Fountouki, A. (2008). Nursing theory: a discussion on an
ambiguous concept. International Journal of Caring Sciences, 1, 15-20.

Anda mungkin juga menyukai