DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
1. SAFIYAH KAMILAH 2021312002
2. NOVITA SARI 2021312021
3. SRI WAHYUNINGSIH 2021312023
DOSEN:
Ns. Deswita, M.Kep, Sp.Kep.An
2. PARADIGMA KEPERAWATAN
Konsep teori kenyamanan yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba,
dalam Alligood (2014) menjelaskan tentang metapradigma meliputi:
1. Manusia
Teori Kolcaba menjelaskan bahwa manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi atau komunitas
yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat mungkin juga bisa sebagai
penerima intervensi terkait kenyamanan dilingkungan tempat kerja ketika ada
inisiatif untuk meningkatkan kondisi kerja (Kolcaba, Tilton & Drouin, 2006
dalam Alligood 2014).
Setiap individu menunjukkan respons holistik terhadap stimulus kompleks
yang diterimanya yang akan mempengaruhi keyamananan. Kenyamanan adalah
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan dan harus dipenuhi oleh setiap individu
(Kolcaba, 1994 dalam Alligood, 2014). Sehingga pencapaian keyamanan seorang
individu akan memberikan kekuatan bagi pasien dalam membentuk sikap
kesadaran terkait kesehatan dirinya (Kolcaba & Kolcaba 1991; Kolcaba, 1994
dalam Alligood, 2014).
2. Lingkungan
Lingkungan adalah berbagai aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang
dapat dimanipulasi oleh perawat, orang yang dicintai, atau institusi untuk
meningkatkan kenyamanan. Integritas institusi didasarkan oleh orientasi sistem
nilai penerima asuhan begitupun sama pentingnya dengan promosi kesehatan,
asuhan holistik dalam konteks keluarga dan pemberi asuhan (Kolcaba, 1997, 2001
dalam Allgood, 2014).
3. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal dari pasien, keluarga, pemberi pelayanan
asuhan kesehatan atau komunitas dalam konteks individu atau kelompok. Pasien
yang menunjukkan kesadaran terkait kesehatan dirinya yang tinggi cenderung
memiliki kepuasan tersendiri dengan asuhan yang diperoleh (Kolcalba, 1997,
2001 dalam Alligood, 2014).
4. Keperawatan
Keperawatan adalah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang intensif
berupa intuisi atau subjektif atau keduanya, membuat intervensi untuk memenuhi
rasa nyaman, dan evaluasi tingkat kenyamanan setelah implementasi diberikan
kemudian membandingkan dengan tujuan hasil yang diinginkan. Kolcaba
menghubungkan jenis kenyamanan dari penelitian sebelumnya dengan empat
konteks kenyamanan berdasarkan asuhan keperawatan, yaitu konteks fisiologis,
psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.
2. FALSAFAH KEPERAWATAN
Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Hakekat manusia yang dimaksud disini adalah manusia sebagai makhluk
biologis, psikologis, sosial dan spiritual, sedangkan esensinya adalah falsafah
keperawatan yang meliputi :
Memandang bahwa pasien sebagai manusia yang utuh (holistik) yang
harus dipenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan biologis, psikologis,
sosial dan spiritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa
dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
Bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan harus secara langsung
dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaan
suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.
Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem
pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan
bukan sendiri-sendiri.
Pasien adalah mitra yang selalu aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan
seorang penerima jasa yang pasif.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan
kemungkinan. Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun
diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar
yang dikembangkan Maslow.
3) TINDAKAN KEPERAWATAN
Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien
berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya
sudah diketahui. Teori Orem mengidentifikasi beberapa metode bantuan, yaitu:
(1) Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan
orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan, (2) Membimbing dan
mengarahkan (3) Memberi dukungan fisik dan psikologis (4) Memberikan dan
mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu (5)
Pendidikan (6) Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien
akan kontak bantuan keperawatan (7) Kolaburasi, pelimpahan wewenang (8)
Melibatkan anggota masyarakat (9) Lingkungan.
4) EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan
yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan
keperawatan tercapai atau belum. Teori Orem sangat mungkin dikembangkan
karena masalah keperawatan semakin kompleks dan bantuan keperawatan sangat
dibutuhkan, sehingga klien diharapkan tidak selalu bergantung pada perawat
dalam self care.
BAB 3
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN DAN TEORI PERKEMBANGAN DALAM KEPERAWATAN ANAK DENGAN
MASALAH AKUT DAN MASALAH KRONIK DENGAN PENDEKATAN BERBASIS JURNAL
Kasus 2:
An. Aq usia 9 bulan perempuan dengan diagnosa Meningitis Tuberkulosa. Saat pengkajian pada tanggal 24 Februari 2014, didapatkan keadaan
umum anak lemah, pengukuran tingkat kesadaran apatis dengan GCS 12 (G3M5V4), napas sesak dan auskultasi suara napas ronchi ada. Hasil
pengukuran tanda-tanda vital pada anak adalah nadi 170 x/menit, suhu 38ºC dan frekuensi pernapasan 58 x/menit terpasang O2 1 L/menit
nasal kanul. Pengukuran tinggi badan didapatkan 70 cm dan berat badan 6600 gram dengan status gizi kurang. Kedua ekstremitas terlihat
spastik. Pada hidung anak terpasang naso gastric tube (NGT) dan nasal kanul. An. Aq juga terpasang intravena kateter dengan pemberian
Nutrimix 31,5 cc/jam. Pada anak juga terpasang kateter.
Perkembangan anak saat ini tidak sesuai dengan usia karena sebelum sakit anak baru bisa duduk. Untuk pemberian nutrisi sebelum dirawat
anak diberikan ASI ditambah susu formula dan saat ini diberikan progestimil 4x60 ml ditambah 4x75ml. Pengobatan yang didapatkan saat
anak dirawat melalui oral adalah INH 1x50 mg, Rifampisin 1x100 mg, Pirazinamide 1x150 mg, Etambutol 1x100 mg, Fenobarbital 1x15 mg,
Vit E 1x150 mg dan melalui intra vena yaitu Ranitidine 3x5 mg, Cefotaxime subactan 4x400 mg, Farmadol 1x75 mg, Flukorazol 1x90 mg
serta pemberian inhalasi Ventolin 1 resp+NaCl 0,9% setiap 8 jam.
Kasus:
Anak perempuan 7 tahun, dirawat di ruang Non Infeksi sejak tanggal 26 Maret 2014 dengan diagnosa medis ALL pro
konsolidasi+Hiperleukositosis. Klien didiagnosa ALL sejak enam bulan yang lalu dan menjalani kemoterapi fase konsolidasi. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data nyeri hilang timbul pada kaki, skala nyeri VAS 5, terdapat hematom di lengan kanan, kadar trombosit tanggal
23 Maret 2014 adalah 7.103/L. Terdapat mukositis di bibir atas, klien post koreksi Natrium Bicarbonat 25 mEq dalam KaEN 1B 500cc
90cc/jam, kadar leukosit tanggal 23 Maret 2014 adalah 20,06.10 3/L. Balans cairan per 24 jam adalah (+) 45 cc. Klien tampak pucat, Hb tanggal
23 maret 2014 adalah 5,9 gr/dL, CRT < 2 detik, SaO2 95%. BB: 19,5 kg, TB: 120 cm, status gizi anak berdasarkan IMT adalah
underweight. Klien mengatakan pada malam hari tidak dapat tidur karena nyeri di kakinya, klien tampak mengantuk dan tertidur di siang hari.
Masalah keperawatan yang muncul pada klien adalah: 1) Nyeri akut 2) Risiko perdarahan 3) Risiko gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit 4) Perubahan perfusi jaringan perifer 5) Perubahan mukosa oral 6) Hambatan mobilitas fisik 7) Gangguan pola tidur.
Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory and Their Work. 8th edition. St. Louis:
Mosby Elsevier. Inc.
Ananditha, C. A. (2015). SelfCare Deficit Care Nursing Theory (SCDNT):
Nursing Care pada Anak Leukimia Usia Tujuh Tahun. http://fik.um-
surabaya.ac.id.
Yeni, I.R. (2017). Aplikasi teori Comfort Katherine Kolcaba pada Anak dalam
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Perawatan.
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/4019.