KEJANG DEMAM
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh
salah satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada
bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,
demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang
2. Etiologi
Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak
1
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari
system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua
2
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan
dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk
piamater.
substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah
1) Thalamus
3
thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik.
Hypothalamus
tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila
2) Formation Reticularis
b. Serebellum
4
Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati
keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
mana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system
5
Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah :
symphatis
ganglion kolateral.
otak
4. Patofisiologi
membran sel neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat
6
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang
kejang tinggi baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih. Untuk lebih jelas
Kejang demam
Inflamasi
Infeksi
7
di dalam dan di luar sel
Kejang
Sembuh Apnea
O2 menurun
Kebutuhan O2 meningkat
Hiperkapnia
Metabolisme otak Hipoxemia
meningkat Hipotensi arterial
Hipoxia
Permeabilitas meningkat
Edema otak
Epilepsi
5. Manisfestasi klinis
8
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-data
antara lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah,
badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering (Ngastiyah, 1997).
6. Komplikasi
timbul spastisitas.
kejang demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
7. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan dalam
mengevaluasi
kejang demam, diantaranya sebagai berikut.
1.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam,
atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
9
elektrolit, gula darah dan urinalisis (Saharso et al., 2009). Selain itu,
glukosa
darah harus diukur jika kejang lebih lama dari 15 menit dalam durasi atau
yang sedang berlangsung ketika pasien dinilai (Farrell dan Goldman, 2011).
2.Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasein kejang
demam pertama (Soetomenggolo, 1999). Pungsi lumbal sangat dianjurkan
untuk bayi kurang dari 12 bulan, bayi antara 12 - 18 bulan dianjurkan untuk
dilakukan dan bayi > 18 bulan tidak rutin dilakukan pungsi lumbal. Pada
kasus kejang demam hasil pemeriksaan ini tidak berhasil (UKK Neurologi
IDAI, 2006).
3. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan setelah kejang demam sederhana
namun mungkin berguna untuk mengevaluasi pasien kejang yang kompleks
atau dengan faktor risiko lain untuk epilepsi (Johnston, 2007). EEG pada
kejang demam dapat memperlihatkan gelombang lambat di daerah belakang
yang bilateral, sering asimetris dan kadang-kadang unilateral
(Soetomenggolo, 1999).
4. Pencitraan (CT- Scan atau MRI kepala)Foto X-ray kepala dan pencitraan
seperti computed tomography scan(CT-scan) atau magnetic resonance
imaging(MRI) jarang sekali dikerjakan dan dilakukan jika ada indikasi
seperti kelainan neurologis fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali, spastisitas),
terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun,
muntah berulang, UUBmembonjol, paresis nervus VI, edema papil).
(Saharsoet al., 2009)
8. Penatalaksanaan / Pengobatan
10
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
b. Pengobatan Penunjang
Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar oksigen
c. Pengobatan di rumah
1) Profilaksis intermitten
campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan pada anak bila
kemudian hari.
11
d. Mencari dan mengobati penyebab
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
12
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah
1997).
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari klien, yaitu data tersebut diperoleh dari klien yang sadar
data tentang kebersihan diri atau data tentang kesadaran. Data sekunder
adalah data yang diperoleh selain dari klien, seperti dari perawat, dokter,
atau pemeriksaan diagnostik lainnya, dari keluarga atau dari kerabat dekat.
klien.
13
Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan
otot bantu pernafasan, inspeksi adanya lesi pada kulit dan sebagainya.
tengah kejari tengah yang lainnya untuk normal atau tidaknya suatu organ
tubuh.
seperti lokasi pada rongga abdomen untuk mengetahui lokasi nyeri atau
terhadap Kejang Demam yaitu dimulai dengan anamnesa kepada klien dan
dan alamat
dan bangsa
dan bangsa.
14
b. Kesehatan fisik
1) Pola nutrisi
2) Pola eliminasi
3) Pola tidur
5) Pola aktifitas
1) Riwayat prenatal
15
2) Riwayat kelahiran
4) Tumbuh kembang
5) Imunisasi
alasannya.
16
2) Keluhan utama : Timbul kejang (tonik, klonik, tonik klonik), suhu
badan meningkat
5) Riwayat psikologis
e. Pemeriksaan fisik
kepala
serta kebersihannya
Akut / Kronis
17
8) Hidung umumnya tidak ada kelainan
dikelompokkan. Pengelompokan data dapat dibagi atas data dasar dan data
khusus (Carpenito, 1997). Data dasar terdiri dari data fisiologis, data
psikologis, data sosial dan spiritual. Sedangkan data khusus adalah data
2. Analisa
keperawatan.
3. Masalah kepeawatan
18
Adapun masalah keperawatan pada klien dengan kasus Febrile
proses infeksi
kejang
informasi.
Convulsion adalah :
19
a. Resiko tinggi tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan
proses infeksi.
4. Diagnosa Keperawatan
atau masalah kesehatan aktual atau rester / resti (Gaffar, 1997). Pada tahap
tindakan keperawatan.
yaitu :
kesehatan yang nyata yang akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi
keperawatan, saat ini masalah belum ada tetapi etiologi sudah ada.
tambahan masalah
perubahan keperawatan
20
a. Diagnosa keperawatan, merupakan pernyataan yang menggambarkan
komunitas.
21
tiga tanda dan gejala sebagai bukti yang cukup untuk mendukung
5. Perencanaan
1997).
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien saat ini serta menuliskan
tujuan yang ditetapkan harus nyata, dapat diukur dan mempunyai batasan
waktu pencapaian.
22
dengan prioritas tingi membutuhkan perhatian yang cepat dibandingkan
1. Diagnosa keperawatan I
sesudahnya
Rencana Tindakan :
23
1.2 Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang
tidur
1.4 Tinggallah bersama klien dan keluarga dalam waktu beberapa lama
/ setelah kejang
gejala lanjut
1.5 Masukkan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik. Miringkan
kepala ke salah satu sisi dan lakukan suction pada jalan nafas
sesuia indikasi
1.6 Atur kepala, tempatkan di atas daerah yang empuk (lunak) atau
2. Diagnosa keperawatan II
24
Pola nafas efektif yang ditunjukkan dengan frekuensi nafas dalam
Rencana Tindakan :
melakukan suction
25
Suhu tubuh dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan
Rencana Tindakan :
4 Diagnosa keperawatan IV
26
Mengungkapkan pemahaman tentang gangguan berbagai rangsang
sederhana.
Rencana Tindakan :
ditangani
6. Pelaksanaan
27
Tahap pelaksanaan merupakan bentuk tindakan untuk direncanakan
kondisi yang sesuai dengan kebutuhan klien saat itu, tidak semata – mata
perawat kesehatan.
28
profesional lainnya tentang status klien. Dokumentasi klien
7. Evaluasi
dilakukan.
terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga
evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi
yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian
29
dan datanya ditulis di rencana asuhan keperawatan. Jika kriteria hasil
asuhan keperawatan.
tiga
tahap empat.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Susan Martin, dkk (1998), Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,
Diagnosa dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta
32