Oleh :
G2A219065
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, maka penyusun dapat menyelesaikan
makalah keperawatan keluarga yang membahas tentang “Penerapan Teori Self Care
Orem Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus”, Mengingat keterbatasan
penyusun, maka dalam penyelesaian makalah ini penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
A. Pengertian
B. Etiologi/Predisposisi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinik
E. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
F. Pengkajian Fokus
G. Pathways Keperawatan
H. Diagnosa Keperawatan
I. Fokus Intervensi dan Rasional
J. Implementasi
K. Evaluasi
BAB III : Ebnp Dan Pembahasan
A. Judul
B. Diagnosa Keperawatan
C. Analisa Sintesa
D. Pembahasan
E. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut Padila, (2012) Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak
yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan
trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat
lain di tubuh.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
B. Etiologi / Predisposisi
Menurut Muttaqin (2008), penyebab stroke iskemik ada lima, yaitu :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia Darah bertambah kental , peningkatan
viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri ).
2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral.Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari
10-30 detik.
3. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest c) Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
C. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai
darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor
seperti lokasi dan besarnya pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi Trombus dapat pecah dari
dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus
mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang
bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan
perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak terjadi
perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat.
Menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh
kompresi batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder
atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak
terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan
pons . Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara
lain: 1. Hipertensi
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
6. Nyeri kepala (migran, vertigo)
7. Muntah
8. Disatria (kesulitan berbicara)
9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor,
koma).
E. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Menurut (Aru W Sudoyo, 2009) pasien yang koma dalam pada saat
masuk rumah sakit dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk.
Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat
diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48-72 jam. Dengan mempertahankan
jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini. Selain
itu tindakan yang dapat dilakukan untuk menstabilkan keadaan pasien dengan
konsep gawat darurat yang lain dengan konsep ABC diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala
hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun
sebagai akibat strokenya sendiri. Contoh tindakannya adalah pasien
dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis,
pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan refleks jalan
napas, imobilitas, atau hipoventilasi dan jangan biarkan adanya makanan
ataupun minuman yang masuk melewati hidung.
2. Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di
pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran
napas. Contoh tindakannya adalah intubasi endotrakea dan ventilasi
mekanik perlu untuk pasien dengan stroke masif, karena henti pernapasan
biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini dan berikan
oksigen 2-4 L/menit melalui kanul nasal
3. Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular), yaitu fungsi jantung dan
pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus,
atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat.
Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi
juga bisa merupakan komplikasi dari stroke tersebut. Contoh tindakannya
adalah pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang dan jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan
irama serta tanda gagal jantung kongestif.
F. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada penderita stroke yang mengalami penurunan kesadaran periksa
jalan napas ada tidaknya sumbatan dengan cara periksa ada tidaknya
cidera servikal, jika ada lakukan Jaw trust dan lakukan Head tilt chin
lift kemudian bersihkan jalan nafas dari sumbatan.
b. Breathing
1) Inspeksi
Terdapat retraksi otot pernafasan lebih dari 20x/menit, kesulitan
bernafas, sesak nafas atau apnea, kemungkinan pernapasan
cheynestokes.
2) Palpasi
Focal fremitus umumnya tidak seimbang antara kanan dan kiri
selama ada penumpukan secret.
3) Perkusi
Terdapat bunyi hipersonor jika terdapat secret dalam lapang paru.
4) Auskultasi
Terdapat suara nafas tambahan ronkhi, wheezing jika pasien
stroke mengalami penurunan kesadaran (Mubarak,dkk,2015).
c. Circulation
1) Tekanan Darah
Dapat ditemukan tekanan darah tinggi / hipertensi dengan tekanan
darah > 200mmHg.
2) Nadi
Frekuensi nadi dapat bervariasi.
3) Suhu
Hipertermia
4) Capilary Refill Time
CRT > 1-2 detik
5) Sianosis / pucat
Pada pasien stroke non hemoragik yang mengalami perfusi
serebral tidak efektif menyebabkan kadar PaO2 < 95% sehingga
menyebabkan sianosis.
6) Akral
Pada pasien stroke non hemoragik mengalami diaphoresis
sehingga dapat ditemukan akral dingin.
7) Kelembapan
Pada pasien stroke non hemoragik mengalami diaphoresis dan
akral dingin sehingga mengalami kelembapan pada kulitnya.
d. Dissability
1) Menilai GCS / AVPU
2) Pupil
Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak mata yang terkena.
3) Gangguan motorik
Hemiplegia, hemiparesis, flasiditas (tidak adanya tonus otot),
spastisitas (peningkatan tonus otot).
4) Angguan sensorik
Defisit dalam penglihatan, pendengaran rasa, dan indra penciuman.
e. Exposure / Enviromental / Event
Pada pasien stroke non hemoragik biasanya akan terjadi ketika selama
tidur atau segera setelah bangun tidur sehingga jarang adanya trauma.
2. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Keadaan umum: mengelami penurunan kesadaran, Suara bicara :
kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara/afasia: tanda-tanda vital: TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Pemeriksaan integument:
a) Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu.
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
3) Pemeriksaan leher dan kepala:
a) Kepala: bentuk normocephalik
b) Wajah: umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi.
c) Leher: kaku kuduk jarang terjadi.
4) Pemeriksaan dada: Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas
terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan,
pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan
menelan.
5) Pemeriksaan abdomen: Didapatkan penurunan peristaltik usus
akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
6) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus: Kadang terdapat
incontinensia atau retensio urine.
7) Pemeriksaan ekstremitas: Sering didapatkan kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan neurologi:
a. Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan
nervus cranialis VII dan XII central.
b. Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/
kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
c. Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi.
d. Pemeriksaan refleks: Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang
lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan reflex
patologis.
b. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan ialah sebagai berikut :
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan darah rutin
b) Pemeriksaan kimia darah lengkap
Gula darah sewaktu
Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim
SGOT/SGPT/CPK dan Profil lipid (trigliserid, LDL-HDL serta
total lipid).
J. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia
(komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan
sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan
klien.
K. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana
mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.lldikti10.id/index.php/endurance/article/download/4421/1611.
Diakses Pada Rabu 20 Mei 2020, Pukul : 08.00 WIB.
https://www.academia.edu/18542086/ASKEP_STROKE_NON_HEMORAGIK.
Diakses Pada Rabu 20 Mei 2020, Pukul : 08.10 WIB.
https://www.academia.edu/33160019/ASKEP_STROKE_HEMORAGIK_and_NO
N-_HEMORAGIK. Diakses Pada Rabu 20 Mei 2020, Pukul : 08.15 WIB.