Kasus Integrasi
Dosen Pengampu :
Ns. Elsa Naviati, M.Kep.Sp.Kep An
Disusun oleh :
STEP 1
1. Pertimbangkan situasi klien: jelaskan fakta, konteks, maupun tentang kondisi
personal
1) Seorang wanita usia 56 tahun terdiagnosa kanker colorectal post colonoscopy hari ke
13 dengan stoma dirawat dirumah
2) Klien tinggal bersama suami, anak perempuan usia 37 tahun dan cucu laki-laki
berusia 15 tahun
3) Data Pemeriksaan fisik :
- Klien memiliki luka stoma terletak pada abodomen kiri, ukuran 5 cm, warna
merah muda, discharge pada kantong stoma cair sebanyak 50 CC dan kulit
di sekitar stoma lembab.
- Klien hanya terbaring ditempat tidur
4) Data anamnesis :
- Klien mengatakan merasa lemah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan perut terasa kembung
- Klien mengatakan merasa ragu dengan perawatan stoma yang dilakukan
oleh keluarganya
- Keluarga klien mengatakan telah menjalani terapi radiasi sebanyak 2 kali di
Rumah Sakit.
- Keluarga klien mengatakan telah diberikan pengetahuan mengenai
perawatan stoma dirumah
- Klien mengatakan melakukan perawatan stoma dirumah dengan dibantu
keluarga
STEP 2
b) Anatomi Fisiologi
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan
rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang
sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri" Diyono (2013).
c) Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam
struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus
serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,
serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relatif baik bila
lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan
jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke kelenjar limfe (Japaries,
2013).
d) Faktor Risiko Kanker Kolorektal
Setiap orang mempunyai risiko terkena kanker kolorektal.
Banyak yang berkata jika buang air besar bisa menyehatkan usus,
anggapan tersebut ada benarnya. Tinja yang sering ditahan bisa
menyebabkan toksin yang berbahaya bagi usus besar. Berikut ini ada
beberapa orang yang rentan terkena kanker kolorektal.
- Mutasi genetik
Keturunan bisa menyebabkan kanker. Hal tersebut dikarenakan kanker
bisa melakukan mutasi genetik. Misalnya gen dari ibu memiliki gen
kanker. Gen kanker tersebut melakukan mutasi dan bisa berada pada gen
keturunan dari sang ibu. Penyakit kanker kolorektal banyak menyerang
gen orang Amerika, Afrika, dan juga Eropa Timur. Tidak heran jika
kanker kolorektal dianggap sebagai pembunuh paling banyak di negara-
negara tersebut. Angka kematian usus besar menjadi pembunuh nomor
satu di Negara Amerika, Afrika, dan Eropa Timur (Alteri et al, 2001:9).
- Berumur lebih dari 50 tahun
Wanita maupun pria bisa terkena penyakit ini. Orang dengan usia lebih
dari 50 tahun dapat dengan rentan terkena penyakit kanker kolorektal.
Hal tersebut dikarenakan pencernaan seseorang dengan usia lebih dari 50
tahun sudah berkurang fungsinya. Begitu pula dengan usus besar. Saat
memakan makanan yang mengandung banyak lemak serta kolesterol
tinggi, organ pencernaan tidak menguraikannya akibatnya adalah usus
besar tidak dapat menyerap sari-sari makanan dan tinja tidak dapat
dibusukkan. Hal itulah yang menyebabkan orang dengan usia lebih dari
50 tahun rentan terkena diare (Gontar Alamsyah, 2007:11)
- Pola makan yang tidak sehat
Pola makan yang tidak sehat berasal dari pola makan yang tidak teratur
dan kaya lemak. Contoh makanan yang dapat menyebabkan kanker usus
besar adalah makanan yang tinggi lemak, makanan cepat saji, makanan
kaya minyak (gorengan), makanan mengandung bahan pengawet,
makanan yang diolah kemudian diawetkan (sarden, kornet, dan nugget),
daging olahan, dan daging merah kaya lemak (Alteri et al, 2001:10)
- Pola hidup tidak sehat
Secara tidak sadar pola hidup seseorang bisa menyebabkan terkena
kanker kolorektal. Namun banyak masyarakat yang tahu namun pura-
pura tidak tahu serta ada masyarakat yang benar-benar tidak tahu.
Kurangnya informasi hidup sehat yang diperoleh membuat masyarakat
tidak tahu bagaimana cara melakukan pola hidup sehat. Pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok dan alkohol.
Merokok merupakan penyebab dari berbagai penyakit kronis.
Selama ini bahaya tentang merokok terus digalakkan, namun banyak
masyarakat yang mengindahkannya. Asap rokok yang masuk ke dalam
tubuh tidak dapat diuraikan oleh usus akibatnya asap tersebut menjadi
toksin yang menempel erat di dinding-dinding usus. Sedangkan alkohol
memiliki kandungan zat yang sangat berbahaya. Jika alkohol dibarengi
dengan merokok akan menciptakan efek sinergis. Sehingga faktor risiko
terkena kanker kolorektal semakin besar (Alteri et al, 2001:10).
- Riwayat keluarga polip kolorektal
Riwayat warisan berupa polip kolorektal bisa menyebabkan
seseorang terkena penyakit kanker kolorektal. Jika ada keluarga yang
pernah mengalaminya, maka anggota keluarga yang lain juga memiliki
risiko besar untuk terkena polip tersebut. Jika sudah terkena polip
diharapkan untuk selalu melakukan tes skrining (Bostean et al,
2013:1494).
- Riwayat keluarga kanker payudara
Ada jenis kanker tertentu yang dapat menjadi kanker tertentu. Di
dalam keluarga ada yang pernah menderita kanker payudara, risiko untuk
terkena kanker kolorektal sama besar. Sama halnya dengan riwayat
keluarga kanker serviks, bisa berubah menjadi kanker rahim (Alteri et al,
2001:9).
- Obesitas atau Kegemukan
Kelebihan berat badan atau obesitas dikaitkan dengan risiko yang lebih
tinggi dari kanker kolorektal. Namun faktor risiko untuk pria lebih besar
daripada wanita. Aktifitas fisik yang kurang karena kegemukan
mengakibatkan sel kanker berkembang lebih cepat.
- Buang air besar tidak teratur
Meskipun terdengar sepele, orang dengan buang air besar yang tidak
teratur berisiko terkena kanker usus. Hal itu dikarenakan banyak tinja
yang menumpuk di usus besar sehingga menimbulkan racun untuk usus
besar.
4. Konstipasi:
Konstipasi umumnya disebabkan oleh obat-obatan, seperti opioid,
anti emetik, antidepresan, antikolinergik, antikonvulsan, dll.
Meningkatkan asupan serat larut dan minum air hingga 2 liter atau
lebih per hari dapat mengurangi gejala konstipasi, namun disesuaikan
dengan klinis pasien dan tidak disarankan jika ada obstruksi usus.
i) Tata laksana umum nutrisi pada pasien kanker kolorectal
Berikut ini merupakan penatalaksanaan pasien kanker menurut buku panduan
penatalaksaanaan kanker kolorectal kementerian keesehatan RI
1. Kebutuhan nutrisi umum pada pasien kanker
Berikut ini merupakan tujuan pemberian diet pada pasien
kanker menurut Kusumawardani (1996)
- Mencegah terjadinya penurunan berat badan (jangka pendek).
- Mencapai dan memelihara berat badan normal (jangka panjang ).
- Mengganti zat gizi yang hilang karena efek pengobatan.
- Memenuhi kebutuhan kalori, protein, KH, L, Vitamin dan mineral
yang seimbang
- Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi lebih lanjut
- Memenuhi kebutuhan mikronutrien
- Menjaga keseimbangan kadar glukosa darah
Dietyang dianjurkan :
- Tinggi protein : 1,5 - 2,0 g /kg BB untuk mengganti kehilangan berat
badan.
- Tinggi kalori : 25 - 35 kcal/ kg BB,dan 40 - 50 kcal/ kg BB untuk
mengganti simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang.
Bila terjadi infeksi perlu tambahan kalori sesuai dengan keadaan
infeksi.
- Makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan
porsi kecil dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan
sesuai dengan kondisi pasien. Bila kehilangan berat badan mencapai
lebih dari 20 °/o dapat diberikan ·Total Parenteral Nutrition (TPN),
sesuai dengan kondisi pasien.
- Bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks ( vitamin
86, Asam pantotenik 1 asam folat, dll) vitamin A, dan vitamin C.
Syarat terapi diet secara khusus bervariasi sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakit penyertanya.
- Dianjurkan juga untuk memenuhi kebutuhan asam amino Leucine
dan Methionin. Glutamin diperlukan bagi pasien pasca opearasi atau
radiasi pada abdomen.
- Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar:
- Usia kurang dari 55 tahun : 30−40 mL/kgBB/hari
- Usia 55−65 tahun : 30 mL/kgBB/hari
- Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kgBB/hari
Kebutuhan cairan pasien kanker perlu diperhatikan dengan baik,
terutama pada pasien kanker yang menjalani radio-dan/atau kemo-
terapi, karena pasien rentan mengalami dehidrasi. Dengan demikian,
kebutuhan cairan dapat berubah, sesuai dengan kondisi klinis pasien.
2. Terapi nutrisi perioperative
- Pra pembedahan: makanan padat dapat diberikan hingga 6 jam dan
makanan cair hingga 2 jam sebelum induksi anestesi. Jika klinis dan
fasilitas memungkinkan, pasien dapat diberikan karbohidrat oral pra
pembedahan pada pasien non-diabetes. Sedangkan pada pasien
diabetes, karbohidrat oral diberikan bersama dengan obat diabetes
- Pasca pembedahan: bila kondisi klinis memungkinkan, pasien dapat
diberikan nutrisi secara dini berupa makanan biasa, sedangkan oral
nutritional supplement diberikan untuk mendukung pencapaian
nutrisi total (Rekomendasi tingkat A).
3. Farmakoterapi
Pasien kanker yang mengalami anoreksia memerlukan terapi multimodal
- Progestin
Menurut studi meta-analisis MA bermanfaat dalam meningkatkan
selera makan dan meningkatkan BB pada kanker kaheksia, namun
tidak memberikan efek dalam peningkatan massa otot dan kualitas
hidup pasien.Dosis optimal penggunaan MA adalah sebesar 480–800
mg/hari. Penggunaan dimulai dengan dosis kecil, dan ditingkatkan
bertahap apabila selama dua minggu tidak memberikan efek optimal.
- Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan zat oreksigenik yang paling banyak
digunakan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian
kortikosteroid pada pasien kaheksi dapat meningkatkan selera makan
dan kualitas hidup pasien.
- Siproheptadin
Siproheptadin merupakan antagonis reseptor 5-HT, yang dapat
memperbaiki selera makan dan meningkatkan berat badan pasien
dengan tumor karsinoid. Efek samping yang sering timbul adalah
mengantuk dan pusing. Umumnya digunakan pada pasien anak
dengan kaheksia kanker, dan tidak direkomendasikan pada pasien
dewasa.
- Antiemetik
Berikan anti emetik 5-HT3 antagonis (ondansetron) 8 mg atau 0,15
mg/kg BB (i.v) atau 16 mg (p.o). Jika keluhan menetap ditambahkan
deksametason. Pertimbangkan pemberian antiemetik intravena secara
kontinyu jika keluhan masih berlanjut. Penanganan antiemetic
dilakukan berdasarkan penyebabnya
- Antidiare
Pemberian hidrasi melalui oral dan intravena dilakukan untuk
mengganti kehilangan cairan dan elektrolit. Selain itu, dapat
diberikan loperamid 4 mg (p.o) hingga 16 mg per hari. Jika diare
disebabkan oleh infeksi diberikan antibiotik.
2) Kelemahan/fatigue
Kelemahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan
fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga menghasilkan
efektivitas dan efisinsi kerja menurun (Saito, 1999). Beberapa tanda dan gejala
fatigue yang dirasakan pasien kanker yakni keletihan yang signifikan,
berkurangnya energi, meningkatnya kebutuhan untuk istirahat, kelemahan
secara umum, konsentrasi berkurang, insomnia atau hipersomnia, terjadi
reaktifitas emosional seperti perasaan sedih, frustasi yang berhubungan
dengan perasaan lelah (Mitchell, 2014).
a) Penyebab Kelemahan
Menurut American Cancer Society, 2016 penyebab kelemahan pada
pasien kanker adalah sebagai berikut:
1. Nutrisi buruk
Tubuh membutuhkan protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral, dan air untuk melakukan tugasnya. Perubahan nutrisi dapat
mempengaruhi kelelahan, termasuk seberapa baik tubuh dapat
memproses nutrisi dan kebutuhan energi yang lebih banyak daripada
biasanya dan juga berkaitan dengan asupan makanan, cairan, dan
mineral yang buruk. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh
perubahan metabolisme (kemampuan tubuh untuk memecah dan
menggunakan makanan), peningkatan energi yang dibutuhkan untuk
memperbaiki sel yang rusak, pertumbuhan tumor yang tidak terkontrol
dan bersaing untuk mendapatkan nutrisi (mengambil energi, protein,
vitamin, dan sejenisnya untuk pertumbuhannya sendiri), nafsu makan
yang buruk (hilanya nafsu makan), mual dan muntah, serta diare
(American Cancer Society, 2016).
2. Anemia
Kanker itu sendiri dapat menyebabkan kelelahan dengan
menyebar ke sumsum tulang dan menyebabkan anemia (jumlah sel
darah merah yang rendah). Sel darah merah membawa oksigen untuk
mengisi semua sel didalam tubuh. Terlalu sedikit sel darah merah
artinya kurangnya energi dalam memenuhi kebutuhan tubuh.
Kemoterapi dan radiasi juga dapat mempengaruhi sumsum tulang dan
jumlah sel darah. Anemia didefinisikan sebagai tingkat hemoglobin
darah (Hgb) kurang dari 12 gram per desiliter (g/dL). Gejala anemia
cenderung memburuk ketika kadar hemoglobin rendah dan
mengakibatkan seperti detak jantung cepat,sesak napas, pusing, kulit
pucat, dan kelelahan (American Cancer Society,2016).
3. Nyeri
Nyeri kanker dapat membuat seseorang kurang aktif,
kehilangan nafsu makan, menyebabkan gangguan tidur, dan
menyebabkan depresi yang semuanya dapat menyebabkan kelelahan.
4. Gangguan emosional
Pasien kanker mengalami banyak emosi yang tidak
menyenangkan. Terdapat banyak perasaan yang berbeda, dari marah
hingga depresi. Perasaan tidak nyaman ini disebut distress. Distress
dapat mencakup perasaan sedih tentang kehilangan kesehatan yang
baik atau ketakutan tentang yang akan terjadi dimasa depan, dan
perasaan tersebut normal untuk dimiliki. Namun terkadang distress
menjadi lebih besar sehingga menyebabkan masalah fisik seperti
fatigue. Depresi dan kecemasan adalah jenis gangguan yang umum
menyebabkan atau memperparah kelelahan.
5. Masalah tidur
Perubahan tidur dapat menyebabkan kelelahan seperti sering
bangun dimalam hari, sulit tidur, atau bangun pagi-pagi dan tidak dapat
tidur kembali. Pasien kanker akan mengalami masalah tidur ini
sehingga dapat menyebabkan fatigue.
6. Kurang berolahraga
Perawatan kanker berhubungan dengan sedikitnya aktivitas
fisik dapat membuat tidak mampu melakukan kegiatan atau hal-hal
biasa yang sebelumnya dilakukan, karena harus membutuhkan lebih
banyak energi untuk melakukannya. Aktivitas fisik dapat membantu
mengurangi fatigue dan meningkatkan stamina untuk melakukan
aktivitas yang biasa dilakukan
b) Alat ukur Fatigue
Beberapa alat ukur spesifik yang digunakan untuk mengukur tingkat
kelelahan atau fatigue seseorang terhadap penyakit kanker, yaitu (Bruera
dkk., 2006) :
1. Unidimensial Instruments
- Rhoten Fatigue Scale
Rhoten Fatigue Scale adalah skala analog visual ordinal. RFS
termasuk item tunggal yang meminta pasien untuk menilai
kelelahan pada 11 poin dengan kriteria 0-10. Nol menunjukkan
tidak lelah, perasaan semangat dan energi, dan 10 menunjukkan
kelelahan total. (Seyidova-Khoshknabi dkk., 2011).
- Visual Analog Fatigue Scale
Visual Analog Fatigue Scale (VAFS) adalah skala analog
visual terdiri dari 14-16 item dengan skala linier 10cm dalam 2
titik akhir. Individu diminta menandai keparahan kelelahan antara
2 jarak titik tersebut. Titik pertama menandai saya tidak lelah
sama sekali dan titik akhir menunjukkan saya benar-benar
kelelahan. VAFS telah divalidasi pada kanker payudara, populasi
heterogen kanker, pasien kanker, dan individu yang sehat.
Instrumen ini memiliki konsistensi internal, namun untuk uji
realibilitas perlu dilakukan tes ulang (Seyidova-Khoshknabi dkk.,
2011)
- Brief Fatigue Inventory
Brief Fatigue Inventory (BFI) adalah kuesioner
unidimensial yang dikembangkan di Amerika Serikat dan
digunakan untuk menilai keparahan dan dampak kelelahan terkait
kanker dengan cepat. Tujuan BFI ini untuk menilai keparahan
kelelahan dan dampak kelelahan pada fungsi sehari-hari dengan
nilai realibilitas Cronbach Alpha berkisar antara 0,82 sampai 0,97.
Populasi yang digunakan yaitu pasien kanker yang mengalami
kelelahan akibat perawatan (Paramita dkk., 2016). BFI terdiri dari
3 pertanyaan yang mengukur tingkat keparahan kelelahan dan 6
pertanyaan untuk menentukan dampak kelelahan pada aktivitas
fisik sehari-hari. Scoring BFI dapat diperoleh dengan
menjumlahkan semua item lalu di rata-rata. Terdapat tiga hal
penting pada alat ukur ini dengan karakteristik yaitu pendek dan
mudah dijawab, mudah
- Functional Assessment of Cancer Theraphy Fatigue Subscale
(FACT-F)
Functional Assessment of Cancer Theraphy Fatigue
Subscale (FACT-F) adalah alat ukur yang mampu menilai aspek
fisik dan psikologis pasien kanker. Kuesioner ini memiliki 13 item
dengan menggunakan 5 poin skala linkert dengan waktu
penyelesaian 5-10 menit. FACT-F sudah diuji validitas pada pria
dan wanita, sedangkan uji relibilitas perlu dilakukan tes ulang
(Schwartz, 2002).
2. Alat ukur multidimensional
- Fatigue Symtomp Inventory
Fatigue Symtomp Inventory (FSI) adalah kuesioner untuk
mengevaluasi intensitas dan durasi gangguan terkait kelelahan
yang terdiri dari 14 item. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan
untuk menilai tingkat kelelahan yang dirasakan selama satu
minggu sebelumnya. 12 pertanyaan kuesioner menggunakan skala
likert 11 poin, sedangkan dua pertanyaan yang tersisa
menggunakan skala likert 4 poin. (Schwartz, 2002; Donovan dan
Jacobsen, 2010).
- Revised Piper Fatigue Scale
Revised Piper Fatigue Scale (RPFS) adalah alat ukur yang
digunakan untuk meniali aspek fisik dan psikologis. Kuesioner ini
terdiri dari 27 item, dengan22 item menggunakan skala Likert 0-
10 dan 5 item dengan pertanyaan terbuka pada keparahan
perilaku, makna afektif, sendoris, dan kognitif. Validasi formal
belum dipublikasikan dan realibilitas tidak dievaluasi ulang
(Schwartz, 2002).
- Fatigue Questionnaire
Fatigue questionnaire merupakan alat ukur untuk menilai
keparahan kelelahan dalam pengaturan latihan umum. yang terdiri
dari 11 item dengan 4 skala likert. Instrumen ini menjumlahkan
skor total dari semua item yang terdiri dari 2 dimensi. dimensi
pertama terkait kelelahan fisik (1-7 item) dan dimensi kedua
untuk kelelahan mental (8-11 item). Waktu yang dibutuhkan 2-5
menit. (Neuberger, 2003).
- Multidimensional Fatigue Inventory
Multidimensional Fatigue Inventory (MFI) adalah instrumen
laporan diri yang terdiri dari 20 item dirancang untuk mengukur
kelelahan. Hal ini mencakupbeberapa dimensi seperti kelelahan
umum, kelelahan fisik, kelelahan mental, penurunan motivasi dan
penurunan aktivitas (Lin dkk., 2009).
d) Komplikasi Stoma
Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah
pembedahan kolostomi. Komplikasi pada stoma meliputi nekrosis, stenois,
retraksi, prolaps, herniasi, dermatitis peristoma, perdarahan (Grace &
Borley, 2007).
a. Nekrosis
Nekrosis merupakan komplikasi akut dini akibat gangguan
aliran darah, stoma akan tampak berwarna hitam atau ungu gelap.
Penatalaksanaannya dengan reoperasi untuk membuat stoma kembali.
b. Stenois
Stenosis merupakan penyempitan stoma atau orifisium kutan,
akibat defek kecil pada kulit atau iskemia kronis stoma.
Penatalaksanaannya dengan dilatasi menggunakan dilator probe atau
perbaikan stoma dengan pembedahan.
c. Retraksi
Retraksi adalah berkurang atau hilangnya tangkai atau masuknya
stoma ke dalam dinding abdomen, akibat tegangan pada usus yang
digunakan. Penatalaksanaannya dengan alat stoma yang cembung dan
perbaikannya dengan pembedahan.
d. Prolaps
Prolaps merupakan keadaan dengan panjang tangkai stoma
berlebihan, akibat defek kulit yang longgar atau efek kronis peristaltik
usus, lebih sering terjadi pada stoma loop khususnya kolostomi loop.
Penatalaksanaannya dengan mengganti alat stoma atau memperbaiki
stoma.
e. Herniasi
Herniasi merupakan keadaan terdapatnya usus pada jaringan
subkutan, biasanya akibat lubang terbuka yang terlalu besar pada
dinding otot abdomen, herniasi merupakan komplikasi stoma jangka
panjang yang paling sering terjadi, herniasi sering menyebabkan
masalah dengan perlekatan alat stoma. Penatalaksanaannya dengan
memperbaiki stoma, dan penempatan ulang stoma.
f. Dermatitis peristoma
Dermatitis peristoma dapat terjadi akibat tumpahnya isi stoma
ke kulit di sekitarnya atau trauma pada penggantian alat.
Penatalaksanaannya dengan perawatan stoma yang lebih baik,
penggantian alat, dan pemberian antiinflamasi topical.
g. Perdarahan
Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh
hemostasis yang tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab lain
yang mungkin mengakibatkan perdarahan adalah adanya penyakit
penyerta hipertensi portal, trauma oleh ujung tube saat irigasi atau
pencukuran area sekitar abdomen atau cedera. Perdarahan ringan
kadang memerlukan agen hemostasis topical, atau hanya penekanan
langsung. Perdarahan masif atau berulang memerlukan penanganan
factor penyebab perdarahan, sedangkan pasien dengan hipertensi portal
memerlukan sclerotheraphy atau portosystemic shunting.
e) Perawatan Stoma
Perawatan stoma adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma
dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
Perawatan stoma yang rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun care giver
baik di rumah sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong kolostomi
dan membersihkan stoma. Kantong kolostomi sebaiknya dikosongkan atau
diganti ketika kantong sudah terisi 1/3 bagian agar pasien tetapa nyaman
dengan kantong kolostominya. Kulit disekitar stoma harus dijaga tetap
kering. Tujuan dari perawatan stoma adalah untuk menjaga kebersihan
klien, mencegah terjadinya infeksi, mencegah iritasi kulit sekitar stoma, dan
mempertahankan kenyamanan klien.
Kantong kolostomi yang dapat dikosongkan, dibersihkan dan
digunakan kembali adalah jenis kantong kolostomi two-piece system atau
kantong yang memiliki lubang drainase di bawahnya. Kantong kolostomi
drainable dapat dikosongkan dengan menekan bagian bawah kantong,
kemudian mengeluarkan feses langsung ke dalam toilet. Kemudian kantong
dapat dibersihkan atau dibilas (Truven Health Analytics Inc, 2012). Ketika
akan mengganti dengan kantong yang baru, perhatikan ukuran dari lubang
kantong kolostomi.
Ukuran lubang kantong kolostomi harus sesuai dengan stoma, beri
kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar 0,3 cm. Penggantian kantong
kolostomi dimulai dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan
kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit abdomen yang
menempel dengan kantong, kemudian bersihkan stoma. Stoma dibersihkan
dengan air, jika ingin menggunakan sabun, gunakan sabun yang tidak
mengandung minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi (Truven
Health Analytics Inc, 2012). Kulit di sekitar stoma harus dijaga agar tetap
kering.
Irigasi memungkinkan pasien untuk menjadwalkan pengeluaran
feses dari stomanya. Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan
bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi
tidak dapat dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps
stoma, hernia peristomal ataupun komplikasi stoma lainnya (Putri, 2011).
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer
atau wadah air, tube (selang untuk mengalirkan cairan), cone dan plastic
sleeve (Burch, 2013). Plastic sleeve berguna untuk mengalirkan keluaran
feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.
Ada beberapa tujuan perawatan stoma (Menurut Suratun &
Lusianah, 2010) antara lain : menjaga kebersihan klien, mencegah terjadinya
infeksi, mencegah iritasi kulit disekitar stoma, mempertahankan
kenyamanan klien dan lingkungannya.
STEP 3
- Perut Kembung
Menurut Tuti, M. (2011) dalam Caesandri & Adiningsih (2017)
kembung (meteorism, tympanities) adalah suatu simtom/gejala yang
menunjukkan adanya udara atau gas dalam rongga abdomen atau usus. Pada
klien yang menderita kanker kolorectal dapat menyebabkan penurunan nafsu
makan. Penurunn nafsu makan yang dialami oleh klien dapat menyebabakan
kurangnya intake makanan ke lambung. Penurunan intake makanan ke
lambung dapat menyebabkan penurunan tekanan di usus sehingga bisa
menyebabkan peningkatan volume gas (hidrogen, nitrogen, metana,CO2)
diusus yang bisa menyebabkan perut kembung.
- Lemah
Menurut Rian 2019 dalam Septiwi, C. (2013) Kelemahan merupakan
merupakan suatu respon yang normal akibat adanya respon terhadap aktivitas
fisik, stres, kebosanan atau kurang tidur. Berdasarkan kasus kelemahan yang
dialami pasien bisa terjadi karena penurunan nafsu makan yang dialami klien
sehingga bisa membuat klien memiliki status nutrisi yang buruk dan akan
berdampak terhadap pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh tubuh,
Penurunan berat badan dan protein pada pasien kanker bermanifestasi pada
pengecilan atau menurunnya massa otot. Pengecilan otot atau penurunan
massa otot yang terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan degradasi
dan sintesa protein yang dapat menyebabkan fatigue/kelemahan.
B. Membedakan informasi-informasi penting
- Klien mengalami penurunan nafsu makan sehingga bisa menyebabkan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- Penurunan nafsu makan yang dialami klien bisa menyebabkan klien lemah
dan hanya terbaring di tempat tidur.
- Klien yang mengalami kelemahan dan hanya terbaring ditempat tidur bisa
menyebabkan atau menimbulkan luka dekubitus.
- Klien mengalami keraguan dalam perawatan stoma yang dilakukan oleh
keluarganya.
- Kulit sekitar stoma yang lembab bisa menyebabkan resiko kerusakan pada
integritas kulit, karena seharusnya kulit disekitar stoma harus dijaga tetap
kering.
- Penyakit kanker kOloretal yang dialami oleh sesesorang dapat menyebabkan
stress psikologi yang bisa menimbulkan ketidakeektian koping dan bisa
menyebabkan perilaku yang destruktif salah satunya dengan penurunan nafsu
makan.
C. Membuat Hubungan
a) Berdasarkan kasus klien di diagnosa kanker kolorectal. Pasien dengan kanker
kolorectal akan mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini terjadi karena sel
kanker pada penderitanya dapat mensekresikan senyawa serotin dan
bombensin yang bisa mengurangi nafsu makan sehingga terjadi anoreksia dan
dapat menyebabkan penderita kanker kekurangan asupan makan serta dampak
berdampak secara tidak langsung pada kehilangan berat badan (Wilkes,
2000). Selain itu kanker juga dapat menyebabkan perubahan metabolisme di
dalam tubuh, dan bisa menyebabkan penurunan produksi insulin yang bisa
mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa darah.
Peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan gerakan
peristaltik di usus menurun sehingga merasa cepat kenyang dan tidak nafsu
makan (Kusumawardani, 1996). Kanker kolorectal juga bisa mengakibatkan
perubahan stress psikologi yang bisa menimbulkan dampak penurunan nafsu
makan. Stress psikologi dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, jika
terjadi peningkatan asam lambung maka akan menyebabkan iritasi pada
mukosa lambung dan menyebabkan peradangan pada mukosa lambung yang
bisa menyebabkan klien mengalami penurunan nafsu makan. Dari beberapa
hal tersebut yang dapat mempengaruhi penurunan nafsu makan pada
penderita kanker koloretal dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat menyebabkan status nutrisi yang
buruk pada pasien kanker dan akan berdampak terhadap pengeluaran energi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Penurunan berat badan dan protein pada pasien
kanker akan menyebabkan menurunnya massa otot. Penurunan massa otot
yang terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan degradasi dan sintesa
protein yang dapat menyebabkan fatigue/kelemahan sehingga bisa
memunculkan masalah keperawatan keletihan. Fatigue/kelemahan yang
dialami klien membuatnya hanya terbaring di tempat tidur, sehingga hal ini
akan memunculkan masalah keperawatan resiko dekubitus.
c) Berdasarkan kasus klien telah terpasang stoma dengan perawatan di rumah.
Keluarga pasien telah dberikan perawatan stoma dirumah, namun klien
merasa ragu terhadap perawatan yang dilakukan oleh keluarganya. Stoma
adalah perlubangan sementara atau pemanen pada dinding abdomen pada
waktu pembedahan untuk mengeluarkan pembuangan air besar atau air seni
(Ditjen Yankes, 2018). Berdasarkan kasus, kulit disekitar stoma adalah
lembab, padahal seharusnya kulit disekitar stoma harus dijaga tetap kering.
Oleh karena itu dapat memunculkan masalah resiko kerusakan integritas kulit.
Hal ini dapat dilakukan intervensi pelaksanaan keperawatan berupa perawatan
ostomi selain itu juga memberikan pengetahuan perawatan stoma pada klien
agar bisa melakukan perawatan stoma sendiri apabila masih ragu dengan
perawatan yang dilakukan oleh keluarganya. Selain itu keluarga juga dapat
diberikan pendidikan kesehatan juga agar lebih mengetahui bagaimana
perawatan stoma yang benar.
a) Pada pasien kanker kolorectal terdapat perubahan status kesehatan yang dapat
menyebabkan stress psikolgi. Reaksi pada sebagian orang yang menderita
kanker sangat bervariasi misal syok, takut, cemas, perasaan berduka, marah,
sedih dan sampai ada yang menarik diri (Gale,1999). Apabila seorang
penderita kanker yang tidak dapat menerapkan pola koping yang adaptif maka
juga akan menimbulkan perilaku yang destruktif, salah satunya adalah
penurunan nafsu makan. Oleh karena itu dalam kasus akan menimbulkan
masalah keperawatan ketidakefektifan koping.
D. Kesimpulan
Kanker kolorectal adalah adalah tumor ganas yang ditemukan pada kolon
atau rektum. Kanker usus besar disebut juga dengan kanker kolorektal atau
kanker kolon. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan di
mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang
zat-zat yang tidak berguna. (Gontar Alamsyah, 2007:2). Penatalaksanaan kanker
kolorectal dapat dilakukan dengan pembedahan dan terapi radiasi. Pembedahan
pada pasien dilakukan di abdomen bagian kiri yang merupakan kolostomy
(pembedahan di kolon).Kolostomy biasnya dilakukan untuk menghentikan
infeksi, mengatasi penyumbatan, atau mencegah kerusakan lebih lanjut pada usus
besar. Lubang terbuka dari suatu saluran berongga yang menghubungkan saluran
tersebut dengan permukaan kulit setelah dilakukan pembedahan disebut stoma.
Luka stoma pada pasien terletak pada abdomen kiri, ukuran 5cm, merah muda,
discharge pada kantong stoma cair sebanyak 50cc. Kulit disekitar stoma lembab.
Berdasarkan kasus kulit disekitar stoma klien lembab, padahal seharusnya kulit
disekitar stoma harus dijaga tetap kering, oleh karena itu dapat memunculkan
masalah keperawatan resiko keruskan integritas kulit.
Berdasarkan kasus klien juga mengalami penurunan nafsu makan.
Penurunan nafsu makan pada pasien kanker dapat terjadi karena adanya stress
psikolgi, ataupun karena penyakit kanker itu sendiri. Hal ini terjadi karena sel
kanker pada penderitanya dapat mensekresikan senyawa serotin dan bombensin
yang bisa mengurangi nafsu makan sehingga terjadi anoreksia dan dapat
menyebabkan penderita kanker kekurangan asupan makan serta dampak
berdampak secara tidak langsung pada kehilangan berat badan (Wilkes, 2000).
Selain itu kanker juga dapat menyebabkan perubahan metabolisme di dalam
tubuh, dan bisa menyebabkan penurunan produksi insulin yang bisa
mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa darah.
Peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan gerakan peristaltik
di usus menurun sehingga merasa cepat kenyang dan tidak nafsu makan
(Kusumawardani, 1996). Kanker kolorectal juga bisa mengakibatkan perubahan
stress psikologi yang bisa menimbulkan dampak penurunan nafsu makan. Stress
psikologi dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, jika terjadi
peningkatan asam lambung maka akan menyebabkan iritasi pada mukosa
lambung dan menyebabkan peradangan pada mukosa lambung yang bisa
menyebabkan klien mengalami penurunan nafsu makan. Selain itu apabila pasien
kanker tidak dapat menerapkan pola koping yang adaptif juga bisa menimbulkan
perilaku yang destruktif seperti penurunan nafsu makan atau anoreksia. Oleh
karena itu hal ini bisa menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektian koping.
Dari beberapa hal tersebut yang dapat mempengaruhi penurunan nafsu makan
pada penderita kanker koloretal dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Status nutrisi yang buruk pada pasien kanker dan akan berdampak terhadap
pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penurunan berat badan dan
protein pada pasien kanker akan menyebabkan menurunnya massa otot.
Penurunan massa otot yang terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan
degradasi dan sintesa protein yang dapat menyebabkan fatigue/kelemahan
sehingga bisa memunculkan masalah keperawatan keletihan. Fatigue/kelemahan
pada pasien menyebabkan klien hanya berbaring ditempat tidur, sehingga hal ini
juga dapat memuculkan masalah keperawatan resiko dekubitus.
E. Menyesuaikan dengan situasi saat ini dan situasi terakhir
F. Memprediksi Outcome
a) Klien mengalami peningkatan nafsu makan
b) Klien dapat melakukan perawatan stoma sendiri karena klien masih ragu
dengan perawatan stoma yang dlakukan oleh keluarganya, sehingga
diharapkan klien bisa melakukan perawatan stomanya. Saat perawat
melakukan perawatan stoma, juga bisa melibatkan keluarganya agar keluarga
juga lebih menambah pengetahuan mengenai perawatan stoma.
c) Klien dapat mempertahankan, atau memelihara kekuatan otot dan memelihara
mobilitas persendian.
d) Klien dapat meningkatkan pola koping yang adaptif. Karena penurunan nafsu
makan yang dialami klien juga bisa merupakan salah satu dampak dari stress
psikologi yang dialami pasien kanker.
e) Klien tidak mengalami kerusakan integritas kulit akibat kulit disekitar stoma
yang lembab
f) Klien tidak mengalami luka dekubitus
Faktor Genetik Faktor Usia > Kurang asupan buah dan Diet/ kebiasaan makanan,
50 tahun sayuran (serat ↓) rendah serat, tinggi kemak
Mutasi Abnormal
Asam empedu ↑
DNA
Aktivitas bakteri
Polip
Adenomasota anaerob ↑
Zat karsinogen↑
Obstruksi lapisan
epitel lumen usus Karsinogenesis
Adenokasinoma
Zat antioksidan ↓
KankerPerlindungan
Kolorektal sel dari
(KKR)
efek karsinogen ↓
Penurunan nafsu
Merasa cepat kenyang makan
↑
Keletihan lemah
Kurangnya intake
makanan ke lambung
Resiko Dekubitus
Nutrisi tidak adekuat Penurunan tekanan
di usus
STEP 4
Analisis data dan Diagnosa
2. Data Objektif: Nutrisi kurang dari kebutuhan Asupan diet kurang Kelompok 10
- Klien lemah tubuh
Data Subjektif:
- Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu
makan
- Klien mengatakan merasa lemah
4. Keletihan Kurangnya intake Kelompok 10
Data Objektif :
nutrisi
Data Subyektif :
Intervensi Keperawatan
2 Senin ,07 Keletihan Setelah diberikan asuhan dalam waktu Manajemen Energi (0180)
Desember berhubungan dengan 1 x 24 jam, diharapkan masalah klien - Kaji status fisiologis pasien yang
2019 kelesuan fisiologis dapat teratasi dengan kriteria hasil : memyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan
Pergerakan
perkembangan
- Gerakan otot (dari skala 3 cukup
- Anjurkan pasien mengungkapkan
terganggu menjadi skala 4 sedikit
perasaan secara verbal mengenai
terganggu)
keterbatasan yang dialami
- Gerakan sendi (dari kala 3 cukup
- Gunakan instrumen yang valid
terganggu menjadi skala 4 sedikit
untuk mengukur kelelahan
terganggu)
- Tentukan persepsi pasien/orang
- Berjalan (dari skala 3 cukup
terdekat dengan pasien mengenai
terganggu menajdi skala 4 sedikit
penyebab kelelahan
terganggu)
- Monitor intake/ asupan nutrisi
- Keseimbangan (dari skala 3
untuk mengetahui sumber energi
cukup terganggu menjadi skala 4
yang dekuat
sedikit terganggu)
- Monitor sember kegiatan
- koordinasi (dari skala 3 cukup
olahraga dan kelelahan emosional
terganggu menjadi skala 4 sedikit
terganggu) yang dialami pasien
- Monitor sistem kardiorespirasi
pasien selama kegiatan (misal,
takikardia, disritmia yang lain,
dyspnea, diaphoresis, pucat,
tekanan hemodinamik, frekuensi
pernapasan)
- Lakukan ROM aktif untuk
menghilangkan ketegangan otot
- Anjurkan aktivitas fisik (missal
ambulasi, ADL) sesuai dengan
kemampuan pasien
- Evaluasi secara bertahap
kenaikan level aktivitas pasien
O:
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
O:
A:
- Masalah teratasi
P:
- intervensi dihentikan
O:
- Klien tampak kooperatif
- Keluarga klien tampak memperhatikan
A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Selasa, 08 Resiko Kerusakan integritas kulit S :
Desember 2019 berhubungan dengan kulit disekitar
- Klien mengatakan sudah melakukan perawatan stoma
stoma lembab
sendiri
- Klien mengatakan sudah tidak ragu dengan perawatan
stoma yang dilakukan keluarganya
O:
- Klien tampak kooperatif
- Keluarga klien tampak memperhatikan
A:
- Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
O:
- Klien tampak koopeeratif
- Kelurga klien tama memperhatikan
- Tidak ada luka dekubitus (follow up)
A:
- Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
LAMPIRAN SKALA BRADEN
Lampiran 8
SKALA BRADEN UNTUK MEMPREDIKSI RESIKO DEKUBITUS
Nama
Nama Responden : ........................ Evaluator : ............................ Tanggal Pengkajian : ......................
Nilai
Kategori Skore
1 2 3 4
Persepsi Sensori Keterbatasan Penuh Sangat Terbatas Keterbatasan Ringan Tidak Ada Gangguan
Kadang- Kadang
Kelembaban Selalu Lembab Umumnya Lembab Lembab Jarang Lembab
Tidak Mampu
Mobilitas Bergerak Sangat Terbatas Tidak Ada Masalah / Tanpa Keterbatasan
Sama Sekali Keterbatasan Ringan
Aktivitas Total Di Tempat Tidur Dapat Duduk Berjalan kadang-kadang Dapat Berjalan
Total skore
Keterangan :
< 9 : resiko sangat tinggi
10 – 12 : resiko tinggi
13 – 14 : resiko menengah
15 – 18 : resiko rendah
Faktor Deskripsi Score
Persepsi Sensori 1. Keterbatasan Penuh
Kemampuan untuk merespon Tidak ada respon (tidak mengerang
secara tepat terhadap rasa menyentak atau menggenggam) terhadap
tidak nyaman yang rangsangan nyeri karena menurunnya tingkat
berhubungan dengan tekanan kesadaran atau sedasi, atau terbatasnya
kemampuan untuk merasakan nyeri yang
sebagian besar pada permukaan tubuh.
2. Sangat Terbatas
Hanya dapat merespon terhadap rangsangan
nyeri. Namun tidak dapat menyampaikan rasa
tidak nyaman kecuali dengan mengerang atau
gelisah, atau mempunyai gangguan sensori
yang menyebabkan terbatasnya kemampuan
untuk merasakan nyeri atau tidak nyaman
pada lebih dari ½ bagian tubuh.
3. Keterbatasan Ringan
Dapat merspon panggilan tetapi tidak selalu
dapat menyampaikan respon rasa tidak
nyaman atau keinginan untuk merubah posisi
badan. Memiliki beberapa gangguan sensori
yang membatasinya untuk dapat merasakan
nyeri atau tidak nyaman pada satu atau kedua
ekstremitas.
4. Tidak Ada Gangguan
Dapat merespon panggilan. Tidak memiliki
penurunan sensori sehingga dapat menyatakan
rasa nyeri atau rasa tidak nyaman.
Kelembaban 1. Selalu Lembab
Tingkat keadaan dimana kulit Kulit selalau dalam keadaan lembab oleh
menjadi lembab/terpapar keringat, urine dan lainnya, keadaan lembab
kelembaban dapat dilihat pada saat pasien di gerakkan atau
dibalik.
2. Umumnya Lembab
Kulit sering terlihat lembab akan tetapi tidak
selalu. Pakaian pasien dan atau alas tempat
tidur harus di ganti setidaknya setiap kali
setiap pergantian dinas.
3. Kadang- Kadang Lembab
Kulit kadang-kadang lembab. Penggantian
pakaian pasien dan atau alas tempat tidur,
perlu di ganti minimal satu kali sehari.
4. Jarang Lembab
Kulit biasanya dalam keadaan kering, pakaian
dan atau alas tempat tidur di ganti sesuai
dengan jadwal rutin penggantian
Mobilitas 1. Tidak Mampu Bergerak Sama Sekali
Kemampuan untuk merubah Tidak dapat merubah posisi badan atau
dan mengatur posisi ekstremitas bahkan posisi yang ringan
sekaligus tanpa adanya bantuan.
2. Sangat Terbatas
Kadang-kadang merubah posisi badan atau
ekstremitas, akan tetapi tidak dapat merubah
posisi sesering mungkin atau bergerak secara
aktif (merubah posisi badan terhadap tekanan)
secara mandiri.
3. Tidak Ada Masalah/Keterbatasan Ringan
Bergerak secara mandiri baik di kursi maupun
di atas tempat tidur dan memiliki kekuatan
otot yang cukup untuk menjaga posisi badan
sepenuhnya selama bergerak. Dapat mengatur
posisi yang baik di tempat tidur ataupun di
kursi kapan saja
4. Tanpa Keterbatasan
Dapat merubah posisi badan secara tepat dan
sering mengatur posisi badan tanpa adanya
bantuan
Aktivitas 1. Total Di Tempat Tidur
Tingkat aktivitas Hanya terbaring di tempat tidur.
2. Dapat Duduk
Kemampuan untuk berjalan sangat terbatas
atau tidak bisa sama sekali dan tidak mampu
menahan berat badan dan atau harus dibantu
untuk kembali ke kursi atau kursi roda.
3. Berjalan kadang-kadang
Selama siang hari kadang-kadang dapat
berjalan, tetapi jaraknya sangat dekat dengan
atau tanpa bantuan. Lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat tidur atau
dikursi pada setiap pergantian dinas.
4. Dapat Berjalan
Berjalan keluar ruangan sedikitnya 2 (dua)
kali sehari dan berjalan di dalam ruangan
sedikitnya sekali setiap 2 jam selama waktu
terjaga.
Nutrisi 1. Sangat Buruk
Pola kebiasaan makan Tidak pernah menghabiskan makanan. Jarang
makan lebih dari 1/3 dari makanan yang
diberikan. Makan mengandung protein
sebanyak 2 porsi atau kurang setiap harinya.
Kurang mengkonsumsi cairan. Tidak
mengkonsumsi cairan suplemen atau pasien di
puasakan, dan atau mengkunsumsi makanan
cairan atau mendapatkan cairan infuse melalui
intra vena lebih dari lima hari.
2. Kurang Mencukupi
Jarang sekali menghabiskan makanan dan
biasanya hanya menghabiskan kira-kira ½
porsi makanan yang diberikan. Pemasukan
makanan yang mengandung protein hanya tiga
porsi setap harinya. Kadang-kadang
mengkonsumsi makanan suplemen atau
mendapatkan makanan cairan atau selang
NGT dengan jumlah yang kurang dari
kebutuhan optimum per hari.
3. Mencukupi
Satu hari makan 3 (tiga) kali. Setiap makan
mengkonsumsi lebih dari setengah porsi.
Mengkonsumsi sebanyak 4 porsi makanan
yang mengandung protein setiap harinya.
Kadang menolak untuk makan, tapi biasanya
mengkonsumsi makanan suplemen bila
diberikan atau mendapatkan makanan melalui
selang NGT atau cairan infus berkalori tinggi
yang dapat memenuhii kebutuhan nutrisi.
4. Sangat Baik
Menghabiskan setiap makanan yang
diberikan. Tidak pernah menolak.
Mengkonsumsi 4 porsi atau lebih menu
protein. Kadang mengemil, tidak memerlukan
makanan suplemen
Pergeseran dan 1. Bermasalah
gesekan Memerlukan bantuan sedang sampai
maksimal untuk bergerak. Tidak mungkin
memindahkan badan tanpa pergesekan dengan
alas tempat tidur. Sering merosot kebawah di
atas tempat tidur atau kursi, dan sering sekali
memerlukan bantuan yang maksimal untuk
pengembalian posisi semula. Kekakuan pada
otot, kontraktur atau gelisah yang sering
menimbulkan terjadinya gesekan yang terus
menerus.
2. Potensi Bermasalah
Bergerak lemah atau memerlukan bantuan
minimal. Selama bergerak kulit kemungkinan
bergesekan dengan alas tempat tidur, kursi,
sabuk pengekangan atau alat bantu lain.
Hampir selalu menjaga badan dengan cukup
baik di kursi ataupun di tempat tidur, namun
kadang-kadang merosot kebawah.
3. Keterbatasan Ringan
Dapat merubah posisi badan atau ekstremitas
secara mandiri meskipun dengan gerakan
ringan.
Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standart: 27 (32) : 49-56.
Grace, P. A., & Borley, N. R. (2007). At a Glance: Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta:
EMS
Harahap, P. A. (2014). Gambaran konsep diri pasien kanker kolorektal dengan
tindakan kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Hartati, A.S. (2008). Skripsi, Konsep diri dan kecemasan wanita penderita kanker
payudara di poli bedah onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Tidak dipublikasikan.
Harkness, G. A. & Dincher, J. R. (1995). Medical surgical nursing total patient care.
Edisi 9. St. Louis: Mosby.
Kozier Barbara, Erb, Berman S. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC;
2010.
Nurhidayah, Simanjuntak. (2007). Kemampuan self care dan gambaran diri pasien
kolostomi di RSUPH Adam Malik Medan
Stuart, G. W., Laraia, M. T., & Sundeen, S. J. (Eds.). (1998). Stuart &Sundeen’s
principles and practice of psychiatric nursing. Mosby incorporated.
Tarwoto & Wartonah. (2013). Kebutuhan dasar manusia & Proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Wilkes, G. M. (2000). Buku saku gizi pada kanker dan infeksi HIV. Jakarta: EGC
GAMBARAN SKENARIO ROLEPLAY
HOMECARE
Seorang wanita usia 56 tahun dengan diagnosa kanker colorectal post colonoscopy hari ke-13
dengan stoma dirawat di rumah. Pasien telah menjalani terapi radiasi 2 kali di rumah sakit.
Pasien mengeluhkan nafsu makan turun, perut terasa kembung, lemah dan hanya terbaring
ditempat tidur dan merasa ragu dengan perawatan stoma yan dilakukan oleh keluarganya.
Keluarga berinisiatif untuk memanggil perawat home care. Selama pasien menjalani terapi
radiasi di Rumah Sakit ada beberapa perawat rumah Sakit yang memfasilitasi atau
menawarkan untuk melakukan perawatan home care jika klien mengalami keluhan-keluhan
yang dirasakan dan untuk melakukan perawatan dirumah. Oleh karena itu anak klien
meminta bantuan perawat Home Care untuk melakukan perawatan kepada klien selama
beberapa hari ke depan. Sebelumnya anak perempuan klien telah bertemu dengan perawat di
Rumah Sakit untuk menceritakan keluhan keluhan yang dirasakan oleh klien dan melakukan
kontrak dengan perawat untuk melakukan perawatan home care. Sebelumnya perawat telah
berdiskusi kepada dokter mengenai keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien.
HARI PERTAMA (SENIN PAGI JAM 09.00 WIB)
Senin, jam 09.00 WIB perawat Home care mendatangi rumah klien untuk melakukan
perawatan home care kepada klien yang sebelumnya telah melakukan perjanjian dengan anak
klien.
Tokoh :
Perawat 1 : Bibia
suami : Dewi
anak perempuan : Riska
cucu : sukarelawan kelompok lain
Klien : Eli
Perawat 2 : Eli
suami : Dewi
anak perempuan : Riska
Klien : bibia
Pada hari kedua Perawat melakukan kunjungan kembali kerumah klien untuk melakukan
pengkajian dan perawatan penggantian stoma. Perawat juga memberikan edukasi perawatan
stoma lagi kepada keluarga pasien.
Perawat : “Assalamualaikum, selamat siang Bapak, Ibu.”
Suami : “Nak, tolong ambilkan minum untuk Perawat Ita.” (Teriak sang Bapak
memerintah anaknya)
Perawat : “Seperti yang saya bilang pas kunjungan kemarin ya Pak, hari ini saya datang
lagi ke rumah Bapak untuk melakukan pengkajian dan perawatan stoma
sekligus mengajari lagi Bapak dan Mbak Mirna tentang perawatan stoma
mandiri. Naniti kurang lebih waktunya ya sekitar 1 jam Pak, apakah diizinkan
Pak?”
Suami : “Iya boleh sekali Sus, terima kasih ya Sus, sudah mau repot-repot datang ke
rumah saya.”
Perawat : “Iya Pak, sama-sama sudah menjadi tugas dan pekerjaan saya. Oh iya Pak,
bagaimana keadaan istri bapak, apakah nafsu makannya sudah mulai
bertambah Pak?”
Suami : “Ya, alhamdulillha Sus, sudah mau makan sedikit-sedikit tadi sore sempat
minta di masakin soto makanan kesukaanya, dimasakin sama anak saya.”
Anak klien datang memberikan minuman dan sedikit jamuan untuk Perawat Ita.
Anak : “Ini Sus, minumannya monggo diminum, maaf ya Sus.. cuma ada teh anget
sama gorengan ini masakan saya tadi pagi.”
Anak : “Alhamdulillah, kabar saya baik Sus, anak saya pun sehat ini sekarang lagi
main di rumah temennya.”
Perawat : “Alhamdulillah ya mbak, sehat semua. Tadi saya dengar dari Bapak. Ibunya
sudah mau makan ya mbak?”
Anak : “Iya Sus, Alhamdulilha tadi sore Ibu pengen makan soto jadi saya buatkan
soto. Tadi sore makan soto semangkok tapi ya engga dihabisin. Tadi pagi juga
sudah mau sarapan, tapi porsinya ya masih sedikit Sus, belum terlalu lahap
makannya, tapi mendingan Sus, daripada kemaren cuma makan dikit banget.”
Perawat : “Kalau begitu Pak, mbak, saya boleh langsung ketemu istrinya pak?”
Suami : “Oh iya Sus boleh, mari sini langsung masuk ke kamar istri saya saja ya
Sus.”
(Perawat masuk ke dalam kamar Ny.Y, Ny.Y terlihat senang melihat kedatangan Perawat)
Klien : “Alhamdulillah baik, ya masih seperti ini keadaannyalah Sus, iya ini saya r
asanya sedikit seger dibandingkan kemarin.”
Perawat : “Alhamdulillah, saya dengar dari Bapak dan anak ibu tadi nafsu makan Ibu
sudah bertambah ya Bu, sudah mau makan soto katanya, apa benar Ibu?”
Klien : “Iya Sus, setelah minum obat nafsu makan yang Suster beri kemarin, Saya
jadi pengen makan, tapi masih nambahnya ya... sedikit-sedikit Sus, belum
langsung lahap gitu.”
Perawat : “Wah bagus Buk, sudah ada peningkatan. Nanti ditingkatkan lagi ya Bu
nafsu makannya, makannya yang teratur sehari 3 kali. Kalau minumnya
bagimana Buk, sampai siang ini sudah minum berapa gelas Bu?”
Klien : “Kayaknya ya dari pagi tadi saya baru minum 2 gelas, tadi pas sarapan
dibuatin susu anget sama anak saya, terus tadi ya.. saya sempet minum air
putih sudah segelas.”
Perawat : “Bagus Buk, nanti ditambah lagi ya Buk minumnya mungkin ditambah
sambil nyemil-nyemil amkanan ringan begitu Buk.
Klien : “Ini Sus semenjak nafsu makan saya sedikit bertambah, sepertinya kantung
stomanya sudah mau penuh ini mbak, rasanya jadi kurang nyaman di bagian
stomanya.
Perawat : “Maaf ya Bu, izin membuka baju atasan Ibu. Iya ini Bu, kantung stomanya
sudah sepertiga penuh. Bagaimana kalau langsung saya bantu untuk
mengganti stomanya saja ini Bu?”
Klien : “Iya Sus, diganti sama Suster saja. Soalnya saya masih edikit ragu kalau
yang menggantikan kantung stoma itu suami atau anak saya. Rasanya malah
kulit disekitar stomanya lembab gitu ee Sus.”
Perawat : “Oh, seperti ya Buk, baik ini sambil saya mengganti kantung stomanya,
sekalian saya panggil Bapak sama anak ibu dulu ya Bu, biar sekaligus
mengajari suami dan anak bapak tentang cara melakukan perawatan stoma
yang benar. Bagaimana Bu?”
Klien : “Wah, boleh itu mbak, seklaian biar nanti suami dan anak saya paham dan
bisa marawat saya dengan benar.
Perawat : “Bapak dan Mbak kesini, saya bantu ajari cara melakukan perawatan dan
penggantian stoma yang benar. Nanti saya coba praktikan langsung ke Ibu,
Bapak dan Mbak bisa sambil melihat apa yang saya lakukan, begitu ya Pak..
Mbak.. apakah bersedia?
Anak dan suami : “Wah boleh mbak, baik saya akan belajar cara yang benar.”
Perawat melakukan penggantian kantung stoma sesuai prosedur yang benar. Dan
melakukan pengkajian stoma, mengukur jumlah cairan di kantung stoma dan
mendokumentasikannya.
Sambil sesekali menjelaskan kepada anak klien dan suami klien tentang cara
mengganti stoma.
Perawat : “Ibu, ini kantung stomanya sudah saya ganti dengan yang baru. Nanti semisal
cairannya sudah sepertiga penuh, nanti Ibu bisa minta tolong ke suami Ibu atau
ke anak ibu untuk membantu mengganti kanatung stoma yang baru seperti
yang saya ajarkan tadi. Bagaimana perasaanyya BU, setelah diganti yang baru
kantung stomanya?”
Klien : “Baik, terima kasih Sus. Alhamdulillah jadi lebih nyaman, dan terasa penuh
lagi.”
Perawat : “Alhamdulillah, akalu begitu Bu. Bagaimana Bapak dan Mbak apakah sudah
jelas terkait cara mengganti kantung stoma? Kalau ada yang kurang jelas bisa
langsung ditanyakan ya Pak.. Mbak Mirna.”
Anak : “Saya mau tanya Sus, itu kalau untuk mengetahui stoma yang sehat atau
tidak infeksi cirinya seperti apa ya Sus?”
Perawat : “Pertanyaan yang bagus mbak, oh iya kalau kulit yang sehat di sekitar stoma
itu kulit di sekitar stoma kering tidak lembab. Jadi kulit di sekitar stoma dijaga
tetap kering. Sedangkan untuk ciri stoma yang sehat sendiri itu stomanya
berada di atas kulit, berwarna merah dan lembab, kalau warnanya pucat
menunjukkan adanya anemia, kalau warnanya hitam menunjukkan adanya
iskemia (kekurangan oksigen di area stoma), tidak ada ruam, tidak ada ulesasi
atau pertumbuhan di stomanya, tidak ada peradangan di sekitar kulit. Begitu
mbak, bagaimana mbak Mirna apakah jelas?”
Anak : “Oh, jadi seperti itu ya Sus. Baik terima kasih Sus. Oh iya satu lagi Sus,
sehari perlu diganti kantung stomanya berapa kali ya Sus?”
Perawat : “Untuk mengganti kantung stoma itu berdasarkan jumlah cairan yang
dikeluarkan ke kantung stomanya Mbak, kalau sudah sepertiga penuh
sebaiknya langsung diganti ya mbak, jadi tidak pasti berapa kalinya tergantung
dari jumlah cairannya tadi apakah banyak atau sedikit sepeti itu mbak.”
Anak : “Oh begitu ya Sus, baik mbak terima kasih lagi Sus.”
Perawat : “Iya sama-sama Ibu, Bapak dan Mbak Mirna. Ada yang ingin ditanyakan lagi
kah Pak.. Mbak Mirna, atau dari Ibu mungkin?”
Perawat : “Bapak, Ibu, dan Mbak Mirna ini perwatan stomanya sduah selesai. Alat-alat
saya sudah saya bereskan. Besok saya akan datang kesini lagi ya Bu, Bapak
dan Mbak Mira untuk melakukan kunjungan dan memantau kondisi Ibu Y.
Bagaimana apakah diperbolehkan?”
Perawat : “Baik Bapak Ibu, besok waktunya seperti sekarang saja gimana Pak, di siang
hari begitu ya Pak, sekitar jam 10 an saya akan datang kesini lagi.”
Perawat : “Kalau begitu saya pamit dulu ya Pak, Ibu, dan Mbak. Sampai ketemu besok
ya Bu, semoga keadannya bia lebih nyaman lagi dan gejala-gejala lain tidak
kambuh lagi.
Suami : “Iya mak, mari saya antar sampai depan rumah Sus.”
Tokohnya :
Perawat 3 : Dewi
Anak perempuan : Riska
suami : Biba
Klien : Eli
Perawat : baiklah ibu ingin melakukan gerakan sendiri atau saya bantu bu?
Pasien : Saya ingin coba sendiri dulu mbak, nanti kalau misal lelah saya dibantu ya
mbak
Perawat 3 : Baik bu
Perawat : ibu ini latihan ROM nya sudah selesai ya bu. Bagaimana bu perasaannya
setelah dilakukan latihan?
Pasien : Lebih enakan mbak tapi agak sedikit capek ya mba.
Perawat 3 : iya ibu, mungkin efeknya akan sedikit capek, namun latihan cukup efektif
untuk meningkatkan aktivitas, nah setelah ini ibu boleh beristirahat ya bu
Pasien : ohh begitu ya mba
Perawat 3 : nah latihan ROM ini bisa dilakukan minimal 2 kali/ hari ya bu
Pasien : iya mba, akan saya lakukan secara rutin, tapi terkadang saya itu lupa mba
Perawat 3 : kalau ibu merasa lupa, ibu bisa minta tolong suami atau keluarga ibu yang
lain untuk mengingatkan jadwal latihannya
Pasien : Ohh begitu. Baik mba
Perawat 3 : Nah untuk bapak dan mbak bisa nih mengingatkan ibu untuk latihan ROM
atau kegiatan yang lain ketika ibu lupa, sekalian bapak atau mbak bisa
membantu untuk melakukannya.
Anak : iya mba saya akan mengingatkan ibu untuk rutin melakukan latihan.
Perawat : bagus mbak. Jangan lupa ya pak latihan ROM ini dilakukan minimal 2 kali/
hari. Namun jangan dipaksakan ya pak kalau ibu merasa tidak kuat atau
merasa capek. Lalu bapak bisa memnta ibu untuk menghentikan latihan ROM
ini apabila ibu merasakan nyeri dibagian yang digerakkan. Jadi tidak boleh
memaksakan gerakan. Begitu pak, apakah bapak sudah mengerti?
Suami : iya mba mengerti. Lalu untuk tiap gerakan dilakukan berapa kali ya mba?
Perawat : Untuk tiap gerakan bisa dilakukan 3-5 kali ya pak.
Suami : Ohh baiklah mba.
Perawat : baik pak, kalau bapak sudah mengerti, coba bapak ulangi apa yang tadi sudah
kita diskusikan.
Suami : begini mba, jadi ibu kan merasa lemah dan kurang bisa beraktivitas secara
normal. Nah untuk meningkatkan kekuatan otot atau sendi dilakukan latihan
ROM seperti yang mba tadi lakukan dengan menekuk tangan, kaki, atau tubuh
lainnya. Terus latihannya dilakukan minimal 2 kali/ hari, tapi tidak boleh
memaksakan apabila ibu merasa capek atau tidak kuat. Begitu mba?
Perawat : iya pak benar. Jadi bapak sudah mengerti ya pak. Lalu apakah ada yang ingin
ditanyakan lagi pak?
Suami : sepertinya sudah cukup mba.
Perawat : baiklah pak.
Perawat 1 : Nah mungkin dai ibu ada yang ingin ditanyakan lagi, atau yangingin
disampaikan?
Pasien : hmmm.. gini mbak, saya kadang masih merasa tidak percaya dengan
penyakit yang saya alami. Kenapa saya harus mengalami penyakit yang cukup
berat ini sampai-sampai kalau saya kepikiran dengan penyakit saya kadang
saya sampe nggak mau makan
Perawat : ibu yang sabar ya, saya yakin setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Pasien : iya mba, saya sudah sabar, namun saya masih belum menerima penyakit saya
ini mba
Perawat : ibu yang tenang ya. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi bu untuk
membicarakan masalah ini bu?
Pasien : iya boleh mba
Perawat : baiklah bu. Jadi untuk besok kita akan bertemu untuk memberikan motivasi
kepada ibu agar ibu bisa lebih semanat lagi dalam menjal kehidupan sehari
hari da mmeberikan terapi SEFT agar ibu bisa lebih ikhlas dan pasrah kepada
Allah terhadap penyakit yang dialmi oleh ibu
Pasien : Terapi SEFT itu apa ya mbak?
Perawat : Nanti akan saya jelaskan kepada ibu dan bapak dipertemuan selanjutnya ya.
Bagaimana kalau pertemuannya selanjutnya sekitar jam 10.00 WIB apakah
bersedia?
Semua : Iya bersedia mbak
Perawat 3 : Baik kalau begitu saya mau pamit dulu ya bu, bapak, mbak.
Assalamualaikum.
Pasien : waalaikumsalam. Terima kasih banyak ya mba
Suami : waalaikumsalam. Terima kasih ya mba
Perawat : iya ibu bapak. Sama-sama.
Tokohnya :
Perawat 4 : Riska
Anak perempuan : Eli
suami : Bibia
Klien : Dewi
Cucu : Sukarelawan kelompok lain
Perawat 4 : Assalamualaikum
Suami : Waalaikumsallam. ohh Perawat Ita. Silahkan masuk mbak!
Perawat 4 : Baik pak terimakasih
Suami : Terimakasih sudah bisa datang kerumah ya mbak
Perawat 4 : Iya pak sama-sama, kan sudah sesuai dengan kontrak kemarin ya pak.
Bagaimana keadaan istri bapak saat ini
Suami : Alhamdulillah sudah lebih baik mbak. tapi ya kadang masih kepikiran sama
penyakitnya gitu mbak
Perawat 4 : Boleh saya melihatnya pak
Suami : Boleh mbak, mari
Perawat 4 dan suami menuju ke kamar, di kamar sudah ada anak dan juga cucu klien yang
sedang berbincang-bincang
Perawat 4 : Assalamualaikum ibu,Masih ingat dengan saya bu?
Pasien : Waalaikumsallam Masih mbak, Perawat Ita kan ?
Perawat 4 : Iya buk saya Ita. Sesuai janji di pertemuan sebelumnya kita ketemu lagi ya.
Anak : Iya mbak.Terimakasih ya mbak sudah bisa datang kerumah
Perawat 4 : Iya sama sama mbak
Perawat 4 : Sebelumnya, bagaimana keadaan ibu saat ini?
Pasien : Sudah sedikit lebih enakan kok mbak, sudah tidak lemas lagi.
Perawat 4 : Baik untuk nafsu mkannya sendiri apakah sudah meningkat bu?
Pasien : Sdah lebih meningkat kok mbak
Perawat 4 :Baik untuk perubahan posisi untuk mencegah luka dan latihan ROM masih
sering dilakukan tidak bu?
Pasien : Masih mbak
Perawat 4 : Baik untuk latian ROM nya sudah bisa sendiri atau masih dibantu bu?
Pasien : Ya kadang sendiri kadang dibantu mbak. Tapi sering sendiri sih mbak
Perawat4 : Alhamdulillah ya buk. Tapi ibu sampai saat ini masih kepirkiran terus sama
penyakit yang ibuk alami?
Pasien : Iya mbak, namanya juga penyakit, nggak dipikirin juga pasti tetep kepikiran
Perawat 4 : Baik buk, sesuai dengan janji kemarin ya buk, hari ini kita akan berbincang-
bincang mengenai perasaan ibuk terhadap penyakit yang dialami ibuk. ibuk kemarin kan
bilang kalau masih nggak percaya ya atas penyakit yang dialami oleh ibuk?
Pasien : Iya mbak, sebenernya masih nggak percaya. Tapi ya mau gimana lagi udah
terlanjur
Perawat 4 : Iya bu, pasti ibu kuat menghadapai cobaan yang diberikan Tuhan. Ibu ini kan
juga tidak sendiri masih ada suaminya, anaknya, sama cucunya ya buk (sambil menunjuk).
Jadi ibu harus bersyukur masih ada mereka yang peduli terhadap ibu.
Pasien : Iya mbak
Perawat 4 : Baiklah jadi begini bu, pak, dek. Sekarang kita bisa mulai ya untuk
berbincang- bincangnya.
Semuanya : Iya mbak.
Perawat 4 : Nanti untuk waktunya sekitar 45 menit apakah bersedia?
Pasien : Iya mbak boleh
Perawat 4 : Baik untuk posisinya sudah nyaman semua?
Semua : Sudah mbak
Perawat 4 : Baik kalau begitu langsung kita mulai saja
Perawat 4 : Sebelumnya apakah keluarga ibu juga sudah mengetahui tentang penyakit
yang ibu alami?
Suami : Sudah mbak. Kanker kolorektal atau kanker usus
Anak : Iya mbak, kanker usus.
Perawat ``4 : Untuk pengobatan yang sudah dijalani apa saja mbak?
Anak : Terapi radiasi
Perawat 4 : Sudah berapa kali mbak?
Anak : baru 2 kali di rumah sakit mbak
Perawat 4 : Bagaimana pendapat ibu terhadap penyakit yang diderita oleh ibu?
Pasien : Yaa gimana mbak, saya itu sebenernya masih nggak percaya kalau saya
punya kanker usus. Awal mulanya saya itu sering konsumsi makanan2 instan sama minum2
man yang langsung jadi gini, sama jarang konsumsi buah. Terus saya sering merasa nyeri di
bagian perut saya, setelah periksa ternyata ada kanker usus.
Perawat 4 : Lalu bagaimana perasaan ibu saat itu?
Pasien : Ya kaget lah mbak, dan nggak percaya. Tapi ya keluarga saya, terutama
suami saya itu selalu menguatkan saya
Perawat 4 : Lalu bagaimana ibu memaknai penyakit yang dialami oleh ibu?
Pasien : Yaa mungkin ini sebuah ujian dari Allah mbak, saya harus terima
Suami : Iya mbak yang namanya ujian ya pasti dihadapi, sambil terus berdoa sama
Allah supaya diberi kekuatan.
Perawat 4 : Iya benar pak bu, ujian dari Allah memang harus kita terima dan harus bisa
melewati. Selain itu peran keluarga juga penting untuk membantu memberikan semangat
dalam melewati ujian dari Allah. Keluarga bisa memberikan dukungan dan selalu berada
disamping ibu agar selalu kuat dan tabah menjalani ujian dari Tuhan. Nah sebelumnya saya
ada video, kita lihat vidoenya dulu!
Melihat Video Semangat Seorang Penderita Kanker Dan Stoma
Perawat 4 : Nah videonya sudah selesai, bagaimana isi video tadi?
Pasien : Dia menderita kanker ya mbak, tapi tetep semangat menjalani kehidupannya.
Sama tadi dia juga di pasang stoma juga ya mbak?
Perawat 4 : Iya bu betul. Ibu kan juga di pasang stoma ya, apakah aktivitas ibu merasa
terganggu dengan pemasangan stoma tersebut atau tidak?
Pasien : Nggak sih mbak, lagian kan saya juga jarang keluar karena lemes dan usia
saya juga sudah 56 tahun. Jadi ya nggak terlalu dipikir gitu mbak. Tapi dulu pas awal
pemasangan sebenernya juga masih belum terima kalau harus dipasang kantung seperti ini,
tapi ya saya harus bisa menyesuaikan diri mbak, soalnya kalau tidak dilakukan seperti ini
nanti saya tidak bisa buang air besar
Anak : Iya mbak, dulu pas awal2 pemasangan juga malu, tapi sekarang sudah biasa
Perawat 4 : Untuk aktivitas yang lain seperti beribadah ataupun hubungan dengan suami
ibu mengalami hambatan?
Pasien : kalau mau beribadah, anak saya yang membersikan kantungnya dulu mbak.
terus kalau berhubungan saat ini jarang mbak, karena saya masih sakit dan lemas.
Perawat 4 : Baiklah bu, Berdasarkan video yang saya tampilkan tadi bagaimana menurut
pendapat ibu?
Pasien : Dia beraktivitas seperti biasa mabak meskipun dipasang stoma dan
sepertinya dia menerima dan pasrah dengan penyakitnya ya mbak.
Perawat 4 : Iya betul bu, jadi meskipun dia menderita kanker mereka terus semangat
menjalani kehidupannya. dia tidak peduli dengan omongan orang-orang yang menghinanya
dan mereka berpikiran positif. Selain itu mereka juga beraktivitas seperti biasa meskipun juga
dipasang stoma, karena hal tersebut untuk kebaikan diri mereka sendiri.
Cucu : Iya nek, nenek harus semangat
Pasien : Iya.
Perawat 4 : Nah ibu harus seangat ya, itu sudah disemangatin sama cucunya
Pasien : Iya mbak. Tapi mbak, kadang-kadang saya kalau lagi kepikiran sama
penyakit saya, saya sering jarang makan rasanya itu udah kayak putus asa udah nggak mau
apa-apa lagi.
Perawat 4 : Nah perilaku tidak mau makan itu merupakan salah satu perilaku yang tidak
baik, juga bu, karena nantinya juga bisa memperburuk keadaan ibu. Nah apakah saat ini ibu
masih kepikirian dengan penyakit yang ibu alami?
Pasien : Iya mbak
Suami : Iya mbak, tadi bilang sama saya, katanya kepikiran sama penyakitnya pas
sebelum mbak dateng kesini tadi
Perawat 4 : Baik kalau begitu bagaimana kalau saya akan memberikan terapi SEFT
untuk membantu ibu supaya merasa lebih tenang dan ikhlas menerima terhadap penyakit
yang ibu alami?
Pasien : Boleh mbak
Perawat 4 : Apakah sebelumnya ibu dan dan keluarga ibu pernah mendengar tentang
terapi SEFT ?
Suami : Belum mbak
Anak : Pernah mbak, tapi belum terlalu mendalam sih, cuma tau-tau aja
Perawat 4 : Terapi SEFT ini kepanjangan dari Spiritual Emotional Freedom Technique
dimana terapi ini menggabungkan antara kekuatan do’a dengan spiritualitas sambil
mengetuk-ngetuk pada titik-titik syaraf tertentu pada tubuh ibu.
Suami : Kalau untuk pelaksanaannya sendiri nanti gimana ya ners?
Perawat 4 : Nanti pelaksanaannya ibu mengetuk-ngetuk pada bagian atas kepala, wajah,
dada, bawah ketiak sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang berhubungan dengan
keyakinan ibu.
Suami : Oh iyaaiya
Perawat 4 : Nah sekiraya dari ibu dan keluarga pelaksaanan terapi SEFT mau
dilaksanakan sekarang atau bagaimana?
Pasien : Iya sekarang saja mbak
Anak : Iya tidak apa-apa sekarang saja mbak, lagian ibu juga sudah bersedia
Perawat 4 : Baik untuk pelaksanaannya sekitar 30 menit ya bu, apakah bersedia?
Pasien : Iya mbak
Perawat 4 : Baik berarti nanti untuk pelaksanaannya diikuti dengan mengucapkan kata-
kata yang berhubungan dengan kepercayaan ibu. Intinya dalam terapi ini ibu
harus ikhlas, khusyu’ dan pasrah dalam pelaksanaanya ya bu.
Pasien : Baik ners
Perawat 4 : Nah sebelum itu, untuk benda-benda seperti hp atau alat alat lain yang nanti
bisa megganggu konsetrasi ibu, bisa di simpan terlebh dahulu ya bu, mbak
Anak : Baik ners
Perawat 4 : Sebelum kita memulai terapinya ini ibu bisa minum air putih terlebih dahulu
ya, agar bisa lebih tenang dan rileks
Pasien : Iya baik ners (meminum air putih)
Perawat 4 : Apakah psosisi ibu sudah nyaman?
Pasien : Ini ners sudah
Perawat 4 : Baik bu, untuk membantu ibu bisa lebih tenang dan rileks, ibu bisa mulai
memejamkan mata kemudian tarik nafas dalam lalu hembuskan kurang 3 kali
atau sampai merasa tenang seperti ini ya bu (perawat mencontohkan). Nah
sekarang ibu bisa mulai tarik nafas sambil memejamkan mata.. Tarik nafas
dalam kurang lebih sampai 3 kali atau sampai merasa lebih tenang.
Pasien : (Pasien mulai memejamkan mata, traik nafas dalam 3 kali)
Perawat 4 : (ketika pasien melakukan tarik nafas dalam, perawat mengatakan
“Bayangkan berkah Allah mulai mengalir masuk melalui ubun-ubun, masuk
ke dada, mengalir dan keluar melalui jari-jari”
Perawat 4 : Sekarang ibu pikirkan kekhawatiran yang saat ini ibu rasakan. Lalu ibu
silakan cari area nyeri di bagian dada menyilang seperti ini bu (perawat
sambil mencontohkan) jika ibu tidak mendapatkan titik nyeri dibagian dada
sebelah kanan atau kiri ibu bisa mengetuk di tangan sebelah sini ya bu
(perawat menunjukkan titik ketukkannya/titik karate chop) . Setelah ibu
menemukan titik nyerinya ibu bisa menggosok titik nyeri tersbut sambil
mengatakan “Ya Allah, meskipun saya menderita penyakit kanker, saya ikhlas
menerima, dan saya pasrah kepada-Mu sepenuhnya” Ibu bisa mengucapka
kata-kata tersebut sebanyak 3x dengan keras atau dalam hati sambil
memejamkan mata .
Pasien : (Pasien mulai melakukan, mengucapkan kata-kata dengan keras)
Perawat 4 : Kemudian ibu bisa mengatakan “YaAllah, saya ikhlas, saya pasrahkan
semua kepadamu” Sambil ibu mengetuk-ngetuk bagian tubuh kanan yaitu
diatas kepala, tengah alis, pelipis, bawah mata, bawah hidung, dagu, dada
bagian atas, bawah ketiak, bagian tangan (jempol, telunjuk, jari temgah,
kelingking dan karate chop). Nah ibu bisa mengucakan kata-kata tersebut
dengan keras atau di dalam hati. Bagaimana bu, apakah ibu bisa
melakukannya sendiri?
Pasien : Saya belum hafal ners,
Perawat 4 : Baik kalau begitu, ibu bisa mengikuti saya, sambil mengucakan kata-kata
“YaAllah saya ikhlas, saya pasrahkan semua kepadamu Ya Allah”
Pasien : (pasien mulai melakukannya bersama perawat, sambil mengucapkan kata-
kata dalam hati)
Perawat 4 : Nah selanjutnya, ibu bisa mencari titik antara jari manis dan jari kelingking
kemudian ibu mengetuknya sambil memejamkan mata dengan keras lalu
membuka mata dengan melotot, lalu menggerakkan mata dengan kuat ke
kanan bawah, menggerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata
searah jarum jam, memutar bola mata berlawanana arah jarum jam, bergumam
dengan berirama selama 3 detik, mengtung 1 2 3 4 5 kemudian akhiri dengan
gumaman berirama yang sama selama 3 detik”.
Bagaimana bu apakah bisa melakukannya sendiri?
Pasien : Iya ners bisa (Pasien mulai mempraktikan)
Perawat 4 : Selanjutnya ibu bisa mengulangi ketukan-ketukan di titik titik tubuh yang
telah ibu lakukan tadi tapi di baaian tubuh sebelah kiri. Bagaimana apakah ibu
ingin melakukan sendiri atau saya bantu?
Pasien : Dibantu aja ners. (pasien mulai melakukannya bersama perawat, sambil
mengucapkan kata-kata dalam hati)
Perawat 4 : Nah sekarang ibu bisa tarik nafas dalam, lalu hembskan sambil memejamkan
mata sebanyak 3 kali
Pasien : (Pasien melakukannya, sambil perawat mengatakan : “Bayangkan semua
pikiran negatif ibu tentang penyakit yang dialami, keluar bersamaan dengan
nafas yang ibu buang, lalu ibu ucapkan Alhamdulillah )
Perawat 4 : Ibu bisa mulai membuka mata, lau ibu minum air putih ini terlebih dahulu ya
bu. Bagaimana perasaan ibu setelah melakukan terpi ini?
Pasien : Sudah lebih tenang ners
Perawat 4 : Alhamdulillah. Apakah ada yang ingin ditanyakan terakit pertemuan ini bu?
Pasien : Tidak ada ners
Perawat 4 : Baik kalau misalkan merasa kepikiran dengan penyakit ibu sampai tidak mau
makan, ibu bisa menggunakan terapi SEFT ini ya ibu. Kuncinya ibu harus
ikhlas dan pasrah ya bu supaya ibu merasa lebih tenang.
Anak : Baik mbak, terimakasih sudah membantu ibu saya ya mbak
Perawat 4 : Iya mbak sama sama. Baik kalau begitu saya permisi dulu ya bu. Ibu harus
tetap semangat ya dan semoga keadaan ibu bisa lebih baik ya
Pasien : Iya mbak terimakasih ya
Perawa, suami, anak dan cucu menuju ruang tamu
Perawat 4 : Baik bu, untuk perawatan home care sudah sesaui dengan kontrak waktu
yang telah ditentukan ya, yaitu selama 4 hari ya bu.
Anak : Iya mbak, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan
Perawat Ita untuk merawat ibu saya dan memberikan berbagai informasi
terkait dengan kondisi ibu saya
Suami : Iya mbak sebelumnya saya jugamengucapkan terimakasih atas perawatan
yag dilakukan oleh mbak kepada istri saya. Dan Alhmdulillah kondisi istri
saya sudah lebih baik nafsu makannya sudah meningkat, terus lemasnya juga
sudah berkurang jadi bisa lebih beraktivitas terimakasih ya mbak
cucu : Iya mbak terimakasih sudah mau membantu nenek saya
Perawat 4 : Iya sama-sama. Saya juga minta maaf jika selama perawatan ini ada
perbuatan yang kurang berkenan di hati bapak, mbak dana adik ya. Dan
semoga ibuknya mbak, bisa lebih baik kedepannya
Semua : Aamiin.
Perawat 4 : Baik kalau begitu saya permisi dulu ya mbak, pak dek. Assalamualaikum
Semua : Waalaikumsaallam