Anda di halaman 1dari 91

CLINICAL REASONING

Kasus Integrasi

Dosen Pengampu :
Ns. Elsa Naviati, M.Kep.Sp.Kep An

Elis Hartati, S.Kep.M.Kep

Ns. Henni Kusuma, S.Kep.M.Kep.Sp.KMB

Disusun oleh :

Riska Dewi Ariyanti 22020117120009

Dewi Pertiwi 22020117120043

Nabila Wahyu SP 22020117140032

Eli Ermawati 22020117120034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSIdTAS DIPONEGORO
2019
KASUS 3 (KMB, HOLISTIK, PALIATIF)
Seorang wanita usia 56 tahun dengan diagnosa kanker colorectal post colonoscopy hari ke-13
dengan stoma dirawat di rumah. Keluarga pasien telah diberikan perawatan stoma di rumah.
Luka stoma terletak pada abdomen kiri, ukuran 5cm, merah muda, discharge pada kantong
stoma cair sebanyak 50cc. Kulit disekitar stoma lembab. Pasien mengeluhkan turun nafsu
makan, perut terasa kembung dan lemah. Pasien telah menjalani terapi radiasi 2 kali di rumah
sakit. Pasien merasa lemah dan hanya terbaring di tempat tidur. Pasien merasa ragu dengan
perawatan stoma yang dilakukan oleh keluarganya. Pasien  tinggal dengan suami, anak
perempuannya yang berusia 37 tahun dan cucu laki-laki berusia 15 tahun.

STEP 1
1. Pertimbangkan situasi klien: jelaskan fakta, konteks, maupun tentang kondisi
personal
1) Seorang wanita usia 56 tahun terdiagnosa kanker colorectal post colonoscopy hari ke
13 dengan stoma dirawat dirumah
2) Klien tinggal bersama suami, anak perempuan usia 37 tahun dan cucu laki-laki
berusia 15 tahun
3) Data Pemeriksaan fisik :
- Klien memiliki luka stoma terletak pada abodomen kiri, ukuran 5 cm, warna
merah muda, discharge pada kantong stoma cair sebanyak 50 CC dan kulit
di sekitar stoma lembab.
- Klien hanya terbaring ditempat tidur
4) Data anamnesis :
- Klien mengatakan merasa lemah
- Klien mengatakan tidak nafsu makan
- Klien mengatakan perut terasa kembung
- Klien mengatakan merasa ragu dengan perawatan stoma yang dilakukan
oleh keluarganya
- Keluarga klien mengatakan telah menjalani terapi radiasi sebanyak 2 kali di
Rumah Sakit.
- Keluarga klien mengatakan telah diberikan pengetahuan mengenai
perawatan stoma dirumah
- Klien mengatakan melakukan perawatan stoma dirumah dengan dibantu
keluarga
STEP 2

1. Informasi dan Tanda-tanda Khusus


A. Informasi saat ini
1) Kondisi Psikologi
- Klien merasa ragu dengan perawatan stoma yang dilakukan oleh
keluarganya
2) Kondisi Fisiologi
- Klien terdiagnosa kanker colorectal post coloscopy hari ke 13
- Klien memiliki luka stoma terletak pada abodomen kiri, ukuran 5 cm, warna
merah muda, discaharge pada kantong stoma cair sebanyak 50 CC dan kulit di
sekitar stoma lembab.
- Klien mengeluhkan nafsu makan menurun, perut kembung, lemas dan hanya
berbaring di tempat tidur
- Klien telah menjalani terapi radiasi sebanyak 2 kali di Rumah Sakit
B. Mengumpulkan infomasi Baru
a) Pengkajian lebih lanjut pada pasien dengan kanker kolorectal
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan kenker kolorectal menurut
Wijaya dan Putri (2013)
1. Riwayat kesehatan dahulu
- Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan
kolitis ulseratif yang tidak teratasi
- Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar
- Diet atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak,
dan rendah serat
2. Riwayat kesehatan keluarga
- Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker yang
menyerang tubuh atau organ termasuk kanker kolorectal adalah
diturunkan secara dominan
3. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva anemis
- Leher : Distensi vena jugularis (JVP)
- Mulut : Mukosa mulu kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan bau yang
tidak enak
- Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi/malnutrisi)
4. Pengkajian fungsional gordon
a) Aktivitas/istirahat
Gejala : Cepat lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tidur semalaman
karena diare, pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit.
b) Pernafasan
Nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri yang dirasakan) yang
ditandai dengan takipneu dan frekuensi menurun.
c) Sirkulasi
Tanda : takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri) hipotensi, kulit/membran : turgor buruk, kering, lidah pecah-
pecah (dehidrasi/malnutrisi).
d) Integritas ego
Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, kesal Misal : perasaan tak berdaya,
tak ada harapan.
Faktor stress akut atau kronis : misal hubungan dengan
keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal.
e) Makan/cairan
Gejala : Mual, muntah, penurunan berat badan.
f) Hygine
Tanda : ketidakmmapuan melakukan perawatan diri, menunjukkan
kekurangan vitamin.
g) Nyeri/kenyamanan
Nyeri, atau nyeri tekan pada kuadran bawah.
h) Muskuloskeletal
Penurunan kekuatan otot, kelemahan dan malaise (diare, dehidrasi dan
malnutrisi).
i) Seksualitas
Gejala : Tidak bisa melakukan hubungan seksual/frekuensi menurun.
j) Interaksi sosial
Gejala : masalah hubungan /peran sehubungan dengan kondisi
ketidakmampuan aktif dalam sosial.
b) Pengkajian dalam aspek bio (fisik), psikologi, sosial dan spiritual
1. Pengkajian Status fisik
- Pengkajian aspek fisik pada pasien dengan stoma
Pengkajian stoma dapat difokuskan pada perindungan terhadap
kulit, pemilihan kantong stoma (Lewis, 2005). Mengidentifikasi adanya
edema sedang-berat menunukkan adanya obstruksi stoma, reaksi allergi
terhadap makanan atau oleh karena gastroentritis. Perdarahan pada
stoma perlu dikaji. Perdarahan dengan jumlah sedikit akibat sentuhan
pada mukosa stoma adalah normal karena tingginya vaskularisasi.
Perdarahann dengan jumlah sedang-banyak bisa terjadi karena
defisiensi faktor pembekuan darah atau adanya varises stoma sekunder
dari hipertensi portal. Perdarahan dengan jumlah sedang-banyak dari
stoma usus dapat mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna
bawah.

Pasien dengan stoma permanen mengalami perubahan fisik yang


besar. Berubahnya saluran pembuangan ini akan mempengaruhi kualitas
hidup pasien stoma.Kelelahan merupakan suatu hal yang wajar karena
pasien sedang mengalami terapi lanjutan seperti kemoterapi dan
radioterapi. Kesulitan tidur sering dialami oleh pasien dengan
ileustomi,karena mereka harus lebih sering membuang isi kantong
stoma. Kesulitan dan gangguan tidur sering terjadi pada satu bulan
pasca operasi karena ketakutan akan masa depan.

- Pengkajian aspek fisik pada pasien kanker kolorectal


Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan dan
pertumbuhan sel dalam tubuh secara tidak normal ,pertumbuhan dan
pertahankan sel kanker ini dapt bersifat destruktif atau merusak sel-sel
sehat dengan cara menginfiltrasi ke jaringan lain melalui pembuluh
limfe atau pembuluh darah (Smelter et al.2010;Rasjidi 2013;Nasional
cancer Institute 2015). Tanda gejala yang biasanya muncul pada kanker
kolon adalah nyeri pada abdomen, perubahan pola eliminasi fekal,
adanya darah dalam feses,dan adanya masa di area abdomen.
- Pengkajan aspek fisik pada pasien dengan terapi radiasi
Efek samping yang mungkin terjadi dari terapi radiasi untuk kanker
usus besar dan kanker rektum bisa meliputi:
 Iritasi kulit di lokasi target sinar radiasi, yang bisa berkisar dari
kemerahan hingga melepuh dan mengelupas
 Mual 
 iritasi rektum, yang bisa menyebabkan diare, nyeri saat buang air
besar, atau darah pada feses
 Inkontinensia usus (kebocoran feses)
 Iritasi kandung kemih, yang bisa menyebabkan gangguan seperti
dorongan untuk sering buang air kecil, rasa terbakar atau nyeri saat
buang air kecil, atau darah pada urin
 Kelelahan/keletihan
 Gangguan seksual (impotensi pada pria dan iritasi vagina pada
wanita)
- Pengkajian aspek seksualitas pada pasien dengan stoma
 Pengkajian seksualitas pada pasien dengan adalah mungkin akan
mengalami perubahan dalam lubrikasi dan ekspansi vagina karena
terganggunya saraf dan suplai darah pelvic.
 Pada pasien yang terpasang stoma juga membuat individu merasa
cemas da ketakutan jika kantong sotma lepas saat berhubungan
seksual. Hal ini bisa mengakibatkan kecemasan dan stress bagi
pasien sehingga menurunkan hasrat seksualnya. Kecemasan dapat
mengakibatkan impotensi psikologis bagi laki-laki dan membuat
wanita tidak bisa mencapai kepuasan seksual (Blackly, 2003).
 Setelah menjalani pembedahan pasein sering merasa fatigue karena
dalam proses pemulihan fisik, dan bagi individu yang terdiagnosa
kanker akan sering merasa ketakutan akan prognosisnya dan ini
membuat keinginan untuk berhubungan seksual menurun.
2. Pengkajian status psikososial
- Gambaran diri
Gambaran diri adalah kumpulan dari sikap individu yang
disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa
lalu dan masa sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
Gambaran diri (body image) berhubungan erat dengan kepribadian.
Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada
aspek psikologisnya, pandangan yang realistis terhadap dirinya
menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa cemas dan
meningkatkan harga diri.
Penderita kanker kolorektal biasanya memiliki gambaran diri
yang pesimis sehingga individu tersebut kurang stabil, kurang realistis,
dan kurang konsisten terhadap gambaran diriya. Masalah utama pasien
kolostomi adalah masalah kemampuan self care dan respon psikologis
pasien terhadap perubahan gambaran dirinya yang akan berpengaruh
terhadap mental emosional dan seksual pasien (Wittaneuer, 2003 dalam
Nurhidayah dan Simanjuntak, 2007).
- Ideal diri
Menurut Stuart & Sundeen, (1998) ideal diri adalah persepsi
individu tentang bagaimana ia seharusnya berprilaku sesuai standar,
aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Ideal diri akan mewujudkan
cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial
dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
Hasil penelitian Harahap, (2014) menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki ideal diri yang positif. Hal tersebut dapat dilihat
dari ungkapan pasien yang mengatakan bahwa mereka tetap
merencanakan hidup walaupun terpasang kolostomi dan yakin aspirasi
mereka masih ditanggapi. Namun Hal ini bertentangan dengan pendapat
Tarwoto & Wartonah, (2011) orang yang terdiagnosis kanker kolorektal
akan melenceng dari perilaku yang sesuai dengan standart pribadi,
aspirasi, tujuan, ataupun penilaian personal tertentu sehingga tidak
dapat dipungkiri bahwa pasien kanker kolorektal tidak bertindak sesuai
apa yang diinginkannya.
- Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan tetap merasa sebagai seorang yang
penting dan berharga ( Stuart & Sundeen, 1998).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Milahopoulos dkk,
(1994) dalam Potter dan Perry, (2005) bahwa klien dengan kolostomi
sering mempersepsikan kolostomi sebagai suatu bentuk
pemotongan/perusakan. Faktor penting dalam reaksi klien adalah
karakter sekresi feses dan kemampuan untuk mengontrolnya. Bau
busuk, ataupun bocoran feses yang encer dan ketidakmampuan
mengatur defekasi membuat klien kehilangan harga dirinya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Harahap, (2014)
menyatakan bahwa responden tidak pernah memandang negatif
terhadap tubuhnya dan keluarga tetap menerima dengan tulus walaupun
terpasang kolostomi.
- Peran diri
Peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana sesorang
tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang
terpilih atau dipilih individu.
Berdasarkan penelitian Harahap, (2014) mayoritas responden
memiliki peran yang negatif. Dengan alasan sejak terpasang kolostomi
dia tidak dapat membantu keluarga, tidak dapat peran penting dalam
kehidupan sosial, dan tidak dipercaya untuk memegang peran yang
melakukan aktifitas berat. Hal ini sesuai dengan penelitian Pratiwi
(2014) yang menyatakan bahwa klien yang mengalami perubahan peran
karena rasa sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan
keluarga dan lingkungannya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan
dan konflik. Akibatnya anggota keluarga dan lingkungan akan merubah
interaksi dengan klien.
- Identitas diri
Identitas diri adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian
yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi
dan keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai dari masa bayi
dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama
pada masa remaja ( Stuart & Sundeen, 1998).
Berdasarkan penelitian Harahap, (2014) mayoritas responden
memiliki identitas diri yang positif. Dalam hal ini responden menyadari
bahwa dirinya membutuhkan pertolongan orang lain dan kebanyakan
responden tidak merasa minder walaupun dengan adanya stoma. Namun
menurut Hidayat, (2006) dalam Hartati, (2008) mengemukakan bahwa
orang yang terkena kanker kolorektal dengan tindakan kolostomi akan
memiliki identitas diri yang negatif. Karena individu hanya melihat
dirinya dari ketidaksempurnaannya, serta menilai dirinya sendiri
memiliki keadaan yang buruk dan berbeda dari orang lain.
3. Pengkajian aspek sosial
- Pengkajian aspek sosial pada pasien kanker kolorectal
Menurut penelitian yang dilakukan ambarwati (2017) oleh
aspek sosial yang dapat terganggu pada pasien dengan kanker adalah
tidak aktif dalam kegiatan dan menghindar dari masyarakat. Perubahan
fisik dan psikologis yang dialami oleh pasien akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial pasien seperti dalam perubahan status
pekerjaan, perubahan hubungan dalam masyarakat. Selain itu penderita
kanker memandang negatif terhadap dirinya terkait peran jenis kelamin
yang dimiliki, baik sebagai seorang ibu rumah tangga, ibu dari anak-
anaknya maupun sebagai seorang istri.
- Pengkajian aspek sosial pada pasien yang menjalani terapi radiasi
Menurut Erfina (2010) masalah sosial klien yang menjalani
terapi radiasi dan kembali ke masyarakat juga dihadapkan pada masalah
hubungan interpersonal baik dengan suami, keluarga maupun
masyarakat. Adanya efek samping akibat terapi menyebabkan gangguan
citra tubuh dan merasa harga diri rendah sehingga malu berhubungan
dengan orang lain disekitarnya. Hal ini juga mengakibatkan masalah
saat kembali ke tempat kerja karena perempuan yang menjalani terapi
akan membeutuhkan waktu pemulihan. Selain itu kadang perempuan
juga mengalami deskriminasi atau kehilangan pekerjaan akibat
keterbatasan setelah menjalani terapi (Otto, 2001)

- Pengkajian aspek sosial pada pasien dengan stoma


Masalah sosial yang dialami pada pasien dengan stoma adalah
akan merasa harga dirinya rendah karena terdapat pemasangan stoma di
bagian abdomennya sehingga membuat klien merasa malu karena
memakai kantong stoma dan takut dijauhi oleh orang disekitarnya
karena bau yang dikeluarkan feses (Bulkey et all, 2013).
4. Pengakajian aspek spiritual
Pasien terpasang stoma merasa malu bertemu Tuhan saat ibadah
tidak bisa mengendalikan flatulen dan feses keluar. Berdasarkan penelitian
Bulkey menyatakan bahawa perubahan fisik dengan pembuatan stoma
mempengaruuhi spiritual well being, yang terdiri dari aspek ketenangan
pribadi, ketenangan batin, rasa memiliki. Dimensi positif adalah iman dan
kepercayaan kuat kepada Tuhan merupakan sumber kekuatan untuk
penyembuhan (Bulkey, et all, 2013).
Pasien awalnya membersihkan kotoran dengan tangan kiri, setelah
terpadang stoma membersihkan kotoran dengn Hal ini dapat menyebabkan
distress spiritual pada klien karena tangan kiri itu untuk menyentuh kotoran
seperti cebok dan tangan kanan untuk makan atau menyentuh benda-benda
bersih. Stoma juga dapat menurunkan kepercayaan diri klien berupa bau
yang ditimbulkan feses sehigga klien malu dan dihindari teman. Hal
tersebut akan menimbulkan distress spiritual karena klien merasa tidak
punya teman untuk berbagi. Distress spiritual mengacu pad kesejahteraan
spiritual, keyakinan yang memberi kekuatan, harapan, dan makna hidup
(kozier, et all, 2010).
C. Mengingat pengetahuan sebelumnya
1. Diagnosa medis klien
1) Kanker kolorectal
a) Pengertian
Kanker usus besar adalah tumor ganas yang ditemukan pada kolon
atau rektum. Kanker usus besar disebut juga dengan kanker kolorektal
atau kanker kolon. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran
pencernaan di mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi
tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna. (Gontar Alamsyah,
2007:2). Sama halnya dengan kanker lainnya, awalnya kanker kolorektal
bukan jaringan kanker yang membahayakan. Diperlukan sebuah proses
untuk menjadi jaringan kanker yang membahayakan.
Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal /
neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono,
2010). Kanker kolorektal ditunjukan pada tumor ganas yang
ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan rectum adalah bagian dari
usus besar pada sistem pencernaan yang disebut traktus
gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus
besar dan rektum dibagian distal sekitar 5- 7 cm diatas anus. Kolon
dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran
gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi
bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna (Penzzoli dkk,
2007).

Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang


muncul pada jaringan ephitelial dari colon/rectum. Umumnya tumor
kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip
adenoma (Wijaya dan Putri, 2013).

b) Anatomi Fisiologi
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan
rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang
sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri" Diyono (2013).

c) Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam
struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus
serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,
serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relatif baik bila
lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan
jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke kelenjar limfe (Japaries,
2013).
d) Faktor Risiko Kanker Kolorektal
Setiap orang mempunyai risiko terkena kanker kolorektal.
Banyak yang berkata jika buang air besar bisa menyehatkan usus,
anggapan tersebut ada benarnya. Tinja yang sering ditahan bisa
menyebabkan toksin yang berbahaya bagi usus besar. Berikut ini ada
beberapa orang yang rentan terkena kanker kolorektal.
- Mutasi genetik
Keturunan bisa menyebabkan kanker. Hal tersebut dikarenakan kanker
bisa melakukan mutasi genetik. Misalnya gen dari ibu memiliki gen
kanker. Gen kanker tersebut melakukan mutasi dan bisa berada pada gen
keturunan dari sang ibu. Penyakit kanker kolorektal banyak menyerang
gen orang Amerika, Afrika, dan juga Eropa Timur. Tidak heran jika
kanker kolorektal dianggap sebagai pembunuh paling banyak di negara-
negara tersebut. Angka kematian usus besar menjadi pembunuh nomor
satu di Negara Amerika, Afrika, dan Eropa Timur (Alteri et al, 2001:9).
- Berumur lebih dari 50 tahun
Wanita maupun pria bisa terkena penyakit ini. Orang dengan usia lebih
dari 50 tahun dapat dengan rentan terkena penyakit kanker kolorektal.
Hal tersebut dikarenakan pencernaan seseorang dengan usia lebih dari 50
tahun sudah berkurang fungsinya. Begitu pula dengan usus besar. Saat
memakan makanan yang mengandung banyak lemak serta kolesterol
tinggi, organ pencernaan tidak menguraikannya akibatnya adalah usus
besar tidak dapat menyerap sari-sari makanan dan tinja tidak dapat
dibusukkan. Hal itulah yang menyebabkan orang dengan usia lebih dari
50 tahun rentan terkena diare (Gontar Alamsyah, 2007:11)
- Pola makan yang tidak sehat
Pola makan yang tidak sehat berasal dari pola makan yang tidak teratur
dan kaya lemak. Contoh makanan yang dapat menyebabkan kanker usus
besar adalah makanan yang tinggi lemak, makanan cepat saji, makanan
kaya minyak (gorengan), makanan mengandung bahan pengawet,
makanan yang diolah kemudian diawetkan (sarden, kornet, dan nugget),
daging olahan, dan daging merah kaya lemak (Alteri et al, 2001:10)
- Pola hidup tidak sehat
Secara tidak sadar pola hidup seseorang bisa menyebabkan terkena
kanker kolorektal. Namun banyak masyarakat yang tahu namun pura-
pura tidak tahu serta ada masyarakat yang benar-benar tidak tahu.
Kurangnya informasi hidup sehat yang diperoleh membuat masyarakat
tidak tahu bagaimana cara melakukan pola hidup sehat. Pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok dan alkohol.
Merokok merupakan penyebab dari berbagai penyakit kronis.
Selama ini bahaya tentang merokok terus digalakkan, namun banyak
masyarakat yang mengindahkannya. Asap rokok yang masuk ke dalam
tubuh tidak dapat diuraikan oleh usus akibatnya asap tersebut menjadi
toksin yang menempel erat di dinding-dinding usus. Sedangkan alkohol
memiliki kandungan zat yang sangat berbahaya. Jika alkohol dibarengi
dengan merokok akan menciptakan efek sinergis. Sehingga faktor risiko
terkena kanker kolorektal semakin besar (Alteri et al, 2001:10).
- Riwayat keluarga polip kolorektal
Riwayat warisan berupa polip kolorektal bisa menyebabkan
seseorang terkena penyakit kanker kolorektal. Jika ada keluarga yang
pernah mengalaminya, maka anggota keluarga yang lain juga memiliki
risiko besar untuk terkena polip tersebut. Jika sudah terkena polip
diharapkan untuk selalu melakukan tes skrining (Bostean et al,
2013:1494).
- Riwayat keluarga kanker payudara
Ada jenis kanker tertentu yang dapat menjadi kanker tertentu. Di
dalam keluarga ada yang pernah menderita kanker payudara, risiko untuk
terkena kanker kolorektal sama besar. Sama halnya dengan riwayat
keluarga kanker serviks, bisa berubah menjadi kanker rahim (Alteri et al,
2001:9).
- Obesitas atau Kegemukan
Kelebihan berat badan atau obesitas dikaitkan dengan risiko yang lebih
tinggi dari kanker kolorektal. Namun faktor risiko untuk pria lebih besar
daripada wanita. Aktifitas fisik yang kurang karena kegemukan
mengakibatkan sel kanker berkembang lebih cepat.
- Buang air besar tidak teratur
Meskipun terdengar sepele, orang dengan buang air besar yang tidak
teratur berisiko terkena kanker usus. Hal itu dikarenakan banyak tinja
yang menumpuk di usus besar sehingga menimbulkan racun untuk usus
besar.

e) Gejala-gejala Kanker Kolorektal


Pada tahap awal, kanker kolorektal tidak menimbulkan gejala. Bahkan
di negara maju seperti Amerika, kanker kolorektal menjadi penyebab utama
kematian seseorang yang diakibatkan oleh kanker. Memang kanker kolorektal
merupakan kanker yang penyebarannya susah dihentikan. Adapun gejala-
gejala kanker kolorektal adalah sebagai berikut (Tatsuo et al, 2006:325):
a. Kebiasaan buang air besar berubah
Saat kanker berada di dalam usus besar, kebiasaan buang air
besarseseorang pun akan berubah. Hal ini dikarenakan tumor telah
menghalangi usus besar seseorang. Frekuensi buang air besar seseorang
pun akan semakin sedikit. Saat tumor menghalangi usus besar, orang
akan susah buang air besar.
b. Sembelit
Sembelit merupakan ciri-ciri kanker kolorektal juga penyakit lainnya.
Orang yang terkena sembelit percernaannya akan terganggu. Untuk kasus
usus besar, penyebab sembelit adalah karena tumor yang berada pada
usus besar sehingga menahan tinja yang akan dikeluarkan. Sembelit
akan muncul pada saat tumor sudah membesar.
c. Perut terasa penuh
Sembelit akan membuat perut terasa penuh, namun tidak bisa
dikeluarkan.
d. Keluar darah saat buang air besar
Saat seseorang buang air besar disertai dengan adanya darah, seseorag
itu patut khawatir dan curiga. Tinja yang disertai darah bisa menjadi
indikasi kanker kolorektal. Namun perlu tes yang lebih spesifik
untuk mengetahui apakah darah yang dikeluarkan akibat kanker
kolorektal, wasir, atau penyakit yang lainnya.
e. Diare
Pencernaan manusia ketika terkena kanker kolorektal akan menjadi
bermasalah. Salah satunya adalah terkena diare secara terus menerus.
f. Berat badan menurun
Penderita kanker kolorektal akan mengalami penurunan berat badan
secara tiba-tiba. Perut yang terasa penuh dan sembelit membuat nafsu
makan mejadi menurun. Diare yang terus menerus juga yang
mengakibatkan berat badan menurun drastis. Dari sekian banyak uraian
di atas, ciri-ciri kanker kolorektal yang paling perlu di waspadai adalah
berupa tinja yang disertai dengan keluarnya darah dari anus, selain itu
diare terus menerus tanpa jeda dan sembelit yang mengakibatkan
turunnya berat badan secara drastis dan signifikan.
f) Klasifikasi Kanker Kolorektal
Stadium kanker kolorektal dimulai dari stadium 0 sampai dengan
stadium IV. Stadium 0 disebut juga dengan stadium awal atau dini
sedangkan stadium IV merupakan stadium akut (Yulianti Soleha, 2015).
Ciri dan gejala setiap stadium kanker kolorektal berbeda-beda. (Gontar
Alamsyah, 2007:14).
1. Kanker kolorektal stadium 0
Stadium kanker kolorektal dimulai dari angka 0, berbeda dengan
kanker lainnya yang dimulai dengan tahap I. Dalam tahap 0 dikenal
juga dengan karsinoma. Penyakit kanker kolorektal dalam stadium 0
sel kanker hanya berada di dalam lapisan usus besar atau di rektum
saja. Gejala dan ciri kanker kolorektal di stadium 0 adalah seperti
penyakit lambung biasa, rasa mual dan muntah, diare berlebihan, dan
sembelit.
2. Kanker kolorektal stadium 1
Gejala yang dirasakan pun sama dengan stadium 0 namun yang
berbeda adalah penderita mengalami penurunan berat badan yang
sangat drastis dan diare akut.
3. Kanker kolorektal stadium 2
Dalam tahap ini penderita akan merasakan sembelit, diare, mual, dan
muntah secara berkepanjangan. Tidak hanya itu saja, mulai dari tahap
ini tinja atau feses akan bercampur dengan darah karena jaringan
tumor sudah mempengaruhi tinja.
4. Kanker kolorektal stadium 3
Gejala yang akan dialami oleh pasien adalah perasaan mual dan
muntah, berat badan berkurang drastis, sembelit dan juga tinja
yang bercampur dengan darah. Tidak hanya itu saja penderita
mengalami perut kembung dan nyeri
5. Kanker kolorektal stadium 4
Jika sudah memasuki stadium IV, penyakit kanker kolorektal sudah
memasuki tahapan akut. Penyebarannya sudah sampai ke organ-organ
vital di dalam tubuh misalnya hati, paru-paru, dan juga ovarium atau
indung telur.
g) Deteksi Dini Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal ditemukan lebih awal melalui pemeriksaan
deteksi dini sehingga dapat disembuhkan. Deteksi dini juga dapat
mencegah terjadinya kanker kolorektal karena polip atau pertumbuhan
pra kanker dapat ditemukan serta diangkat sebelum menjadi kanker.
Deteksi dini pada orang sehat dengan faktor risiko sedang, sebaiknya
dilakukan secara teratur mulai usia 40 tahun. Deteksi dini untuk orang
sehat dengan risiko tinggi sebaiknya dilakukan sebelum umur 40 tahun.
Menurut Asril Zahari, 2011:103 ada beberapa cara untuk mendeteksi
dini kanker kolorektal yaitu.
1. Sigmoidoscopy,
yaitu suatu pemeriksaan dengan alat berupa kabel seperti kabel
kopling yang ujungnya terpasang alat petunjuk yang diberi cahaya dan
bisa meneropong yang disebut sigmoidoscope. Alat ini dimasukkan
melalui lubang dubur ke dalam rektum sampai kolon sigmoid,
sehingga dinding dalam rektum dan kolon sigmoid dapat terlihat.
Sigmoidoscopy dilakukan saat usia menginjak 50 tahun. Bila
ditemukan adanya polip, dapat sekalian diangkat. Apabila dalam dua
kali pemeriksaan hasilnya tidak terdapat polip, maka pemeriksaan
dapat diperpanjang setiap 3-5 tahun.
2. Colonscopy
Colonosopy, sama seperti sigmoidoscopy namun menggunakan
kabel yang lebih panjang, sehingga seluruh rektum dan usus besar
dapat dilihat dan diperiksa. Alat yang digunakan adalah
colonoscope.
Pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon
umumnya memberikan hasil yang normal. Perdarahan intermitten
dan polip yang besar dapat dideteksi melalui darah samar pada feses
atau anemia defisiensi Fe. Pada pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip
kolon dengan spesifisitas 85%. Bagian rektosigmoid sering sulit
divisualisasi sehingga sangat diperlukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi. Pemeriksan lumen barium teknik kontras
ganda merupakan alternatif untuk kolonoskopi namun pemeriksaan
ini tidak bisa mendeteksi lesih ukuran kecil. Enema barium cukup
efektif untuk memeriksa bagian kolon di balik struktur yang tak
terjangkau dengan kolonoskopi.
Pemeriksaan kolonoskopi merupakan cara pemeriksaan mukosa
kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus melakukan biopsi
pada lesi yang mencurigakan. Rasa tidak nyaman yang timbul
sangat bergantung pada operator, oleh karena itu dibutuhkan sedikit
obat penenang intravena meskipun ada resiko perforasi dan
perdarahan.
Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien yang
diperkirakan ada polip kolon. Kolonokopi memiliki sensitivitas
(95%) dan spesifisitas (99%) untuk mendeteksi polip adenomatesus.
Di samping itu dapat melakukan biopsi dan polipektomi untuk
mengangkat polip.
3. Pemeriksaan Colok Dubur
Pemeriksaan yang sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh
semua dokter dengan memasukkan jari yang sudah dilapisi sarung
tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian memeriksa bagian
dalam rektum. Bila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui
dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan dapat dilakukan sekali pada usia
lebih dari 50 tahun. Pemeriksaan ulang dilakukan jika sudah muncul
gejala klinis. Pemeriksaan ini bermanfaat terutama pada tumor rektum
distal. Untuk akurasi penentuan stadium dari pemeriksaan colok dubur
sangat tergantung kepada pengalaman dokter pemeriksa. Pemeriksaan
colok dubur lebih akurat dalam penetapan stadium lokal lanjut
daripada stadium tumor dini, sehingga nilainya untuk kriteria
pemilihan pasien yang akan mendapat terapi lokal adalah terbatas.
4. Double-contrast barium enema, yakni pemeriksaan radiologi dengan
sinar-X
pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema dengan
larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum,
kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat dilihat
apakah normal atau terdapat kelainan
5. Pemeriksaan Guaiac-Based Fecal Occult Blood Tests (gFOBTs),
Fecal Immunochemical Tests (FITs) dan Pemeriksaan Feses Untuk
Exfoliated DNA
Pemeriksaan ini bermanfaat pada kanker kolorektal stadium
dini, tetapi hasil yang positif belum tentu disebabkan oleh kanker
kolorektal, sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Bila
ditemukan kelainan pada colok dubur atau FOBT, maka pasien harus
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
h) Penatalaksanaan
1) Pembedahan
Intervensi pembedahan tergantung dari jenis kanker, okasi,
stdaium dan keadaaan umum pasien (Black & Hawks, 2009).
Kontraindikasi operasi apabila kondisi fisik umum tidak baik. Jenis
operasi yang sering dilakukan adalah operasi radikal, paliatif, dan
operasi untuk mengurangi gejala. Selain itu penatalaksanaan
surgery pada pasien kanker kolon adalah operasi kolostomi
(pembuatan stoma) (Grace & Borley, 2007). Colostomy merupakan
sebab ostomy yang dibuat di colon (Lempne, & Burke 2008.
Kolostomi adalah apabila bagian dari stoma yang diangkat adalah
bagian dari colon. Produksi dari kolostomi biasanya berbentuk semi
padat Kolostomi sendiri terdiri atas beberapa tipe, antara lain :

- Kolostomi pada Colon ascenden


Jenis kolostomi ini merupakan jenis kolostomi yang jarang.
Produksi dari kolostomi berbentuk cair hingga semi cair dan
dapat menyebabkan iritasi dari kulit. Stoma jenis ini biasanya
diletakkan pada sisi kanan dari abdomen. Perawatan dari
kolostomi ascenden hampir sama dengan ileostomi.
- Kolostomi pada colon transversum
Produksi yang dihasilkan dari jenis kolostomi ini berbentuk semi
padat dan biasanya merupakan jenis loop kolostomi dan
diletakkan pada bagian atas abdomen. Penyebab terjadinya
dilakukan kolostomi transversum adalah divetikulitis,
inflamatory bowel desease, kanker, obstruksi, cedera maupun
gangguan kongenital. Satu kegunaan kolostomi adalah untuk
mengistirahatkan area pada colon yang mengalami inflamasi,
infeksi atau untuk membantu penyembuhan luka operasi.
- Kolostomi pada colon desenden
Produksi stoma yang dihasilkan oleh kolostomi jenis ini berupa
semi padat. Hal ini dikarenakan airtelah lebih dahulu di
reabsobsi di colon ascenden dan transversum. Stoma pada
kolostomi colon desenden diletakkan pada bagian kiri bawah
dari abdomen
- Kolostomi Sigmoid.
Produksi stoma pada kolostomi jenis ini memiliki konsitensi
padat dan biasanya diletakkkan pada kiri bawah abdomen. Jenis
kolostomi ini merupakan kolostomi yang tersering
- Pada kolostomi sigmoid stoma dapat berupa singel barrel
ataupun double barrel walaupun jenis single barrel merupakan
jenis yang lebih sering dilakukan. Komplikasi yang sering
terjadi pada jenis kolostomi desenden dan sigmoid adalah
konstipasi oleh karena itu peting untuk sering dilakukan irrigasi.
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran feses dan
flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu diberikan kepada pasien
agar terhindar dari gangguan konsistensi feses yang tidak normal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan
kolostomi ialah (Gutman, 2011) :
- Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, misal seperti kubis, kol,
keju, telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete.
- Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan brokoli,
kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan secara perlahan
dengan mulut tertutup untuk meminimalkan udara yang masuk ke
dalam sistem pencernaan.
- Menambah makanan yang mengandung potassium seperti pisang,
daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika mengalami diare.
Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan susu.
- Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah makanan tinggi
serat.
- Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas usus dan
mencegah produksi gas.
- Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional,
stress, atau kurangnya aktivitas fisik.
2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker secara farmakologi
dengan menggunakan obat yang bersifat toksik dengan cara
dimasukkan melalui pembuluh darah. Obat kemoterapi ini masuk ke
dalam tubuh bersifat sistemik, mengalir melalui pembuluh darah
menuju sel kanker dan organ tubuh yang sehat. Pemberian obat
kemoterapi ini berdasarkan stadium kanker kolon yang diderita serta
kondisi klien dalam pemberian obat kemoterapi (Billiau, 2013).
Kemoterapi digunakan untuk menurunkan metastase dan
mengontrol manifestasi kanker kolon (Black & Hawks, 2009).
Umumnya digunakan sebagai terapi adjuvan intra dan paska operasi
serta dapat digunakan pada pasien dengan stadium lanjut. Obat yang
sering dipakai adalah fluorourasil (5FU, FT-207, UFT, dll), nitrosourea
(CCNU, MeCCNU), dan sekarang xeloda, oksaliplatin, irinoteka,
avastin dll. Obat ini secara klinis terbukti berefek terapeutik tertentu
terhadap kanker kolorektal stadium lanjut. Formula kombinasi dan
tambahan mempunyai efektifitas 46-57% dapat menghambat aktifasi
tiroksinkinase yang berefek pada antitumor (Desen, 2011).
Pemberian kemoterapi seharusnya dilakukan oleh perawat yang
teregister dan mempunyai kompetensi untuk melakukan pemberian
kemoterapi ke pasien. Minimal perawat yang sudah menyelesaikan
pelatihan pemberian kemoterapi. Idealnya perawat onkologi atau
perawat yang sudah tersertifikasi seperti OAN (oncology association
nursing) yang mempunyai ketrampilan dan kemampuan dalam
mengelola pasien kanker kolon yang menerima pengobatan.
Pentingnya mengetahui efek samping pemberian kemoterapi sehingga
pemberian kemoterapi harus hati-hati sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan oleh oncology nursing society (ONC).
3) Terapi radiasi
Dalam terapi radiasi, radiasi ionisasi digunakan untuk
mengganggu pertumbuhan selular. Terapi radiasi mungkin digunakan
sebagai suatu cara untuk menyembuhkan kanker, seperti pada penyakit
Hodgkin, seminoma testikular, kanker setempat pada kepala dan leher,
dan kanker serviks uterus. Tetapi radiasi juga dapat digunakan untuk
mengontrol penyakit malignansi apabila tumor tidak dapat diangkat
melalui pembedahan atau bila ada metastasis pada nodus lokal, atau
terapi radiasi dapat digunakan secara profilaksis untuk mencegah
infiltrasi leukemik ke otak atau medulla spinalis.
Tindakan terapi radiasi digunakan sebelum tindakan operasi
adalah untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga tumor dapat
direseksi (Black & Hawks, 2009). Tujuan radioterapi pre, paska atau
intra operasi radikal karsinoma kolorektal bertujuan untuk memperkuat
kontrol lokal, mengurangi angka rekuensi lokal dan meningkatkan
survival. Radioterapi murni memiliki survival 5 tahun (Desen, 2011).
Ada dua tipe radiasi ionisasi yaitu sinar elektromagnetik (sinar-
x dan sinar gamma) dan radiasi partikel yang lebih berat (elektron,
proton, neutron dan partikel alfa). Tiap tipe ionisasi dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan. Keusakan yang paling berbahaya
adalah perubahan molekul DNA di dalam sel jaringan. Radiasi ionisasi
juga dapat mengionisasi cairan tubuh sehingga akan terbentuk radikal
bebas yang menyebabkan kerusakan DNA yang ireversibel. Apabila
DNA tidak segera diperbaiki, sel-sel segera akan mati atau sel akan
mati jika berusaha untuk membelah diri saat mitosis. Sel tumor juga
dapat mati jika sel tersebut menjadi steril sebagai akibat dari radiasi.
Sel-sel paling rentan terhadap efek pengrusakan dari radiasi
selama sintesis dan mitosis DNA. Oleh sebab itu, jaringan yang sering
menjalani pembelahan sel paling sensitif terhadap terapi radiasi.
Jaringan tersebut termasuk sumsum tulang belakang, jaringan limfe,
epitelium dari saluran pencernaan, dan gonad. Jaringan yang tumbuh
lebih lambat atau dalam keadaan istirahat lebih resisten terhadap
pengaruh radiasi, seperti otot, kartilago, dan jaringan ikat.
Manajemen Keperawatan pada Pasien yang Menerima
Radioterapi Semua staf departemen radioterapi termasuk perawat harus
mengerti dan melaksanakan managemen dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Memberikan edukasi tentang dampak radioterapi dan
memberikan kesempatan kepada klien untuk menceritakan pengalaman
akan rasa takut terbakar saat terkena radiasi. Klien kadang tidak
merasa saat diberikan radioterapi karena radiasi tidak dapatdilihat
selama pengobatan dan klien takut pengobatannya tidak berdampak
baik. Edukasi diharapkan memberikan persepsi yang sama dalam
pengobatan radioterapi.
Efek samping pada umumnya terjadi reaksi kulit sekitar radiasi
dan kelelahan dapat terjadi setelah radiasi. Respon kulit normal yang
terkena radiasi akan mengalami eritema dan sampai terjadi seperti luka
bakar stadium dua. Berikan perawatan kulit dan edukasi tentang
perawatan kulit secara mandiri. Manifestasi lain yang mungkin muncul
adalah mucositis, mulut kering, gigi berlobang, disfagia, mual dan
muntah alopesia, dan supresi sumsum tulang belakang (Black &
Hawks, 2009).
i) Gangguan Nutrisi pada pasien kanker kolorectal
Pasien kanker dapat mengalami kondisi-kondisi akibat dari
pertumbuhan kanker ataupun terapi yang diterima oleh pasien, seperti:
1. Anoreksia: sebagai asupan makanan yang kurang baik, ditunjukkan
dengan asupan energi kurang dari 20 kkal/kg BB/hari atau kurang
dari 70% dari asupan biasanya atau hilangnya selera makan pasien.
Anoreksia juga dapat diartikan sebagai gangguan asupan makan yang
dikaitkan dengan perubahan sistem saraf pusat yang mengatur pusat
makan, yang diikuti dengan satu dari gejala berikut, yaitu:
- Cepat kenyang
- Perubahan indera pengecap
- Perubahan indera penghidu
- Meat aversion(timbul rasa mual setelah konsumsi daging)
2. Mual dan muntah: mual yang disertai muntah dapat disebabkan
karena kemoterapi atau radiasi, maupun karena sebab lain
(gastroparesis, gastritis, obstruksi usus, gangguan metabolik).
Pengobatan mual dan muntah dilakukan berdasarkan penyebabnya.
3. Diare: terapi kanker dan obat-obatan dapat menyebabkan diare. Diare
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan dehidrasi, penurunan berat
badan, menurunnya selera makan, dan kelemahan otot. Diare
dibedakan menjadi 4 tingkat, yaitu:
- Tingkat 1: peningkatan frekuensi buang air besar (BAB) <4
kali/hari, atau peningkatan ringan produksi ostomy
dibandingkan sebelumnya
- Tingkat 2: frekuensi buang air besar (BAB) 4–6 kali/hari, atau
peningkatan sedang produksi ostomi dibandingkan sebelumnya
- Tingkat 3: frekuensi buang air besar (BAB) 7 kali atau lebih per
hari, atau peningkatan berat produksi ostomi dibandingkan
sebelumnya, mengganggu aktivitas sehari-hari
- Tingkat 4: kondisi yang mengancam jiwa, perlu intervensi
segera.

Penting untuk menjaga kecukupan hidrasi dengan cara minum 1


gelas air setelah BAB, meningkatkan asupan natrium dan kalium
yang berasal dari buah pisang, sup, atau cairan elektrolit, dan
konsumsi makanan porsi kecil dan sering.

4. Konstipasi:
Konstipasi umumnya disebabkan oleh obat-obatan, seperti opioid,
anti emetik, antidepresan, antikolinergik, antikonvulsan, dll.
Meningkatkan asupan serat larut dan minum air hingga 2 liter atau
lebih per hari dapat mengurangi gejala konstipasi, namun disesuaikan
dengan klinis pasien dan tidak disarankan jika ada obstruksi usus.
i) Tata laksana umum nutrisi pada pasien kanker kolorectal
Berikut ini merupakan penatalaksanaan pasien kanker menurut buku panduan
penatalaksaanaan kanker kolorectal kementerian keesehatan RI
1. Kebutuhan nutrisi umum pada pasien kanker
Berikut ini merupakan tujuan pemberian diet pada pasien
kanker menurut Kusumawardani (1996)
- Mencegah terjadinya penurunan berat badan (jangka pendek).
- Mencapai dan memelihara berat badan normal (jangka panjang ).
- Mengganti zat gizi yang hilang karena efek pengobatan.
- Memenuhi kebutuhan kalori, protein, KH, L, Vitamin dan mineral
yang seimbang
- Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi lebih lanjut
- Memenuhi kebutuhan mikronutrien
- Menjaga keseimbangan kadar glukosa darah

Dietyang dianjurkan :
- Tinggi protein : 1,5 - 2,0 g /kg BB untuk mengganti kehilangan berat
badan.
- Tinggi kalori : 25 - 35 kcal/ kg BB,dan 40 - 50 kcal/ kg BB untuk
mengganti simpanan dalam tubuh bila pasien berat badan kurang.
Bila terjadi infeksi perlu tambahan kalori sesuai dengan keadaan
infeksi.
- Makanan sebaiknya diberikan lebih banyak pada pagi hari. Diberikan
porsi kecil dan sering. Makanan formula sonde dapat diberikan
sesuai dengan kondisi pasien. Bila kehilangan berat badan mencapai
lebih dari 20 °/o dapat diberikan ·Total Parenteral Nutrition (TPN),
sesuai dengan kondisi pasien.
- Bila perlu dapat diberikan suplemen vitamin B kompleks ( vitamin
86, Asam pantotenik 1 asam folat, dll) vitamin A, dan vitamin C.
Syarat terapi diet secara khusus bervariasi sesuai dengan kondisi
pasien dan penyakit penyertanya.
- Dianjurkan juga untuk memenuhi kebutuhan asam amino Leucine
dan Methionin. Glutamin diperlukan bagi pasien pasca opearasi atau
radiasi pada abdomen.
- Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar:
- Usia kurang dari 55 tahun : 30−40 mL/kgBB/hari
- Usia 55−65 tahun : 30 mL/kgBB/hari
- Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kgBB/hari
Kebutuhan cairan pasien kanker perlu diperhatikan dengan baik,
terutama pada pasien kanker yang menjalani radio-dan/atau kemo-
terapi, karena pasien rentan mengalami dehidrasi. Dengan demikian,
kebutuhan cairan dapat berubah, sesuai dengan kondisi klinis pasien.
2. Terapi nutrisi perioperative
- Pra pembedahan: makanan padat dapat diberikan hingga 6 jam dan
makanan cair hingga 2 jam sebelum induksi anestesi. Jika klinis dan
fasilitas memungkinkan, pasien dapat diberikan karbohidrat oral pra
pembedahan pada pasien non-diabetes. Sedangkan pada pasien
diabetes, karbohidrat oral diberikan bersama dengan obat diabetes
- Pasca pembedahan: bila kondisi klinis memungkinkan, pasien dapat
diberikan nutrisi secara dini berupa makanan biasa, sedangkan oral
nutritional supplement diberikan untuk mendukung pencapaian
nutrisi total (Rekomendasi tingkat A).
3. Farmakoterapi
Pasien kanker yang mengalami anoreksia memerlukan terapi multimodal
- Progestin
Menurut studi meta-analisis MA bermanfaat dalam meningkatkan
selera makan dan meningkatkan BB pada kanker kaheksia, namun
tidak memberikan efek dalam peningkatan massa otot dan kualitas
hidup pasien.Dosis optimal penggunaan MA adalah sebesar 480–800
mg/hari. Penggunaan dimulai dengan dosis kecil, dan ditingkatkan
bertahap apabila selama dua minggu tidak memberikan efek optimal.
- Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan zat oreksigenik yang paling banyak
digunakan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian
kortikosteroid pada pasien kaheksi dapat meningkatkan selera makan
dan kualitas hidup pasien.
- Siproheptadin
Siproheptadin merupakan antagonis reseptor 5-HT, yang dapat
memperbaiki selera makan dan meningkatkan berat badan pasien
dengan tumor karsinoid. Efek samping yang sering timbul adalah
mengantuk dan pusing. Umumnya digunakan pada pasien anak
dengan kaheksia kanker, dan tidak direkomendasikan pada pasien
dewasa.
- Antiemetik
Berikan anti emetik 5-HT3 antagonis (ondansetron) 8 mg atau 0,15
mg/kg BB (i.v) atau 16 mg (p.o). Jika keluhan menetap ditambahkan
deksametason. Pertimbangkan pemberian antiemetik intravena secara
kontinyu jika keluhan masih berlanjut. Penanganan antiemetic
dilakukan berdasarkan penyebabnya
- Antidiare
Pemberian hidrasi melalui oral dan intravena dilakukan untuk
mengganti kehilangan cairan dan elektrolit. Selain itu, dapat
diberikan loperamid 4 mg (p.o) hingga 16 mg per hari. Jika diare
disebabkan oleh infeksi diberikan antibiotik.
2) Kelemahan/fatigue
Kelemahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan
fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga menghasilkan
efektivitas dan efisinsi kerja menurun (Saito, 1999). Beberapa tanda dan gejala
fatigue yang dirasakan pasien kanker yakni keletihan yang signifikan,
berkurangnya energi, meningkatnya kebutuhan untuk istirahat, kelemahan
secara umum, konsentrasi berkurang, insomnia atau hipersomnia, terjadi
reaktifitas emosional seperti perasaan sedih, frustasi yang berhubungan
dengan perasaan lelah (Mitchell, 2014).
a) Penyebab Kelemahan
Menurut American Cancer Society, 2016 penyebab kelemahan pada
pasien kanker adalah sebagai berikut:
1. Nutrisi buruk
Tubuh membutuhkan protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral, dan air untuk melakukan tugasnya. Perubahan nutrisi dapat
mempengaruhi kelelahan, termasuk seberapa baik tubuh dapat
memproses nutrisi dan kebutuhan energi yang lebih banyak daripada
biasanya dan juga berkaitan dengan asupan makanan, cairan, dan
mineral yang buruk. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh
perubahan metabolisme (kemampuan tubuh untuk memecah dan
menggunakan makanan), peningkatan energi yang dibutuhkan untuk
memperbaiki sel yang rusak, pertumbuhan tumor yang tidak terkontrol
dan bersaing untuk mendapatkan nutrisi (mengambil energi, protein,
vitamin, dan sejenisnya untuk pertumbuhannya sendiri), nafsu makan
yang buruk (hilanya nafsu makan), mual dan muntah, serta diare
(American Cancer Society, 2016).
2. Anemia
Kanker itu sendiri dapat menyebabkan kelelahan dengan
menyebar ke sumsum tulang dan menyebabkan anemia (jumlah sel
darah merah yang rendah). Sel darah merah membawa oksigen untuk
mengisi semua sel didalam tubuh. Terlalu sedikit sel darah merah
artinya kurangnya energi dalam memenuhi kebutuhan tubuh.
Kemoterapi dan radiasi juga dapat mempengaruhi sumsum tulang dan
jumlah sel darah. Anemia didefinisikan sebagai tingkat hemoglobin
darah (Hgb) kurang dari 12 gram per desiliter (g/dL). Gejala anemia
cenderung memburuk ketika kadar hemoglobin rendah dan
mengakibatkan seperti detak jantung cepat,sesak napas, pusing, kulit
pucat, dan kelelahan (American Cancer Society,2016).
3. Nyeri
Nyeri kanker dapat membuat seseorang kurang aktif,
kehilangan nafsu makan, menyebabkan gangguan tidur, dan
menyebabkan depresi yang semuanya dapat menyebabkan kelelahan.
4. Gangguan emosional
Pasien kanker mengalami banyak emosi yang tidak
menyenangkan. Terdapat banyak perasaan yang berbeda, dari marah
hingga depresi. Perasaan tidak nyaman ini disebut distress. Distress
dapat mencakup perasaan sedih tentang kehilangan kesehatan yang
baik atau ketakutan tentang yang akan terjadi dimasa depan, dan
perasaan tersebut normal untuk dimiliki. Namun terkadang distress
menjadi lebih besar sehingga menyebabkan masalah fisik seperti
fatigue. Depresi dan kecemasan adalah jenis gangguan yang umum
menyebabkan atau memperparah kelelahan.
5. Masalah tidur
Perubahan tidur dapat menyebabkan kelelahan seperti sering
bangun dimalam hari, sulit tidur, atau bangun pagi-pagi dan tidak dapat
tidur kembali. Pasien kanker akan mengalami masalah tidur ini
sehingga dapat menyebabkan fatigue.
6. Kurang berolahraga
Perawatan kanker berhubungan dengan sedikitnya aktivitas
fisik dapat membuat tidak mampu melakukan kegiatan atau hal-hal
biasa yang sebelumnya dilakukan, karena harus membutuhkan lebih
banyak energi untuk melakukannya. Aktivitas fisik dapat membantu
mengurangi fatigue dan meningkatkan stamina untuk melakukan
aktivitas yang biasa dilakukan
b) Alat ukur Fatigue
Beberapa alat ukur spesifik yang digunakan untuk mengukur tingkat
kelelahan atau fatigue seseorang terhadap penyakit kanker, yaitu (Bruera
dkk., 2006) :
1. Unidimensial Instruments
- Rhoten Fatigue Scale
Rhoten Fatigue Scale adalah skala analog visual ordinal. RFS
termasuk item tunggal yang meminta pasien untuk menilai
kelelahan pada 11 poin dengan kriteria 0-10. Nol menunjukkan
tidak lelah, perasaan semangat dan energi, dan 10 menunjukkan
kelelahan total. (Seyidova-Khoshknabi dkk., 2011).
- Visual Analog Fatigue Scale
Visual Analog Fatigue Scale (VAFS) adalah skala analog
visual terdiri dari 14-16 item dengan skala linier 10cm dalam 2
titik akhir. Individu diminta menandai keparahan kelelahan antara
2 jarak titik tersebut. Titik pertama menandai saya tidak lelah
sama sekali dan titik akhir menunjukkan saya benar-benar
kelelahan. VAFS telah divalidasi pada kanker payudara, populasi
heterogen kanker, pasien kanker, dan individu yang sehat.
Instrumen ini memiliki konsistensi internal, namun untuk uji
realibilitas perlu dilakukan tes ulang (Seyidova-Khoshknabi dkk.,
2011)
- Brief Fatigue Inventory
Brief Fatigue Inventory (BFI) adalah kuesioner
unidimensial yang dikembangkan di Amerika Serikat dan
digunakan untuk menilai keparahan dan dampak kelelahan terkait
kanker dengan cepat. Tujuan BFI ini untuk menilai keparahan
kelelahan dan dampak kelelahan pada fungsi sehari-hari dengan
nilai realibilitas Cronbach Alpha berkisar antara 0,82 sampai 0,97.
Populasi yang digunakan yaitu pasien kanker yang mengalami
kelelahan akibat perawatan (Paramita dkk., 2016). BFI terdiri dari
3 pertanyaan yang mengukur tingkat keparahan kelelahan dan 6
pertanyaan untuk menentukan dampak kelelahan pada aktivitas
fisik sehari-hari. Scoring BFI dapat diperoleh dengan
menjumlahkan semua item lalu di rata-rata. Terdapat tiga hal
penting pada alat ukur ini dengan karakteristik yaitu pendek dan
mudah dijawab, mudah
- Functional Assessment of Cancer Theraphy Fatigue Subscale
(FACT-F)
Functional Assessment of Cancer Theraphy Fatigue
Subscale (FACT-F) adalah alat ukur yang mampu menilai aspek
fisik dan psikologis pasien kanker. Kuesioner ini memiliki 13 item
dengan menggunakan 5 poin skala linkert dengan waktu
penyelesaian 5-10 menit. FACT-F sudah diuji validitas pada pria
dan wanita, sedangkan uji relibilitas perlu dilakukan tes ulang
(Schwartz, 2002).
2. Alat ukur multidimensional
- Fatigue Symtomp Inventory
Fatigue Symtomp Inventory (FSI) adalah kuesioner untuk
mengevaluasi intensitas dan durasi gangguan terkait kelelahan
yang terdiri dari 14 item. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan
untuk menilai tingkat kelelahan yang dirasakan selama satu
minggu sebelumnya. 12 pertanyaan kuesioner menggunakan skala
likert 11 poin, sedangkan dua pertanyaan yang tersisa
menggunakan skala likert 4 poin. (Schwartz, 2002; Donovan dan
Jacobsen, 2010).
- Revised Piper Fatigue Scale
Revised Piper Fatigue Scale (RPFS) adalah alat ukur yang
digunakan untuk meniali aspek fisik dan psikologis. Kuesioner ini
terdiri dari 27 item, dengan22 item menggunakan skala Likert 0-
10 dan 5 item dengan pertanyaan terbuka pada keparahan
perilaku, makna afektif, sendoris, dan kognitif. Validasi formal
belum dipublikasikan dan realibilitas tidak dievaluasi ulang
(Schwartz, 2002).
- Fatigue Questionnaire
Fatigue questionnaire merupakan alat ukur untuk menilai
keparahan kelelahan dalam pengaturan latihan umum. yang terdiri
dari 11 item dengan 4 skala likert. Instrumen ini menjumlahkan
skor total dari semua item yang terdiri dari 2 dimensi. dimensi
pertama terkait kelelahan fisik (1-7 item) dan dimensi kedua
untuk kelelahan mental (8-11 item). Waktu yang dibutuhkan 2-5
menit. (Neuberger, 2003).
- Multidimensional Fatigue Inventory
Multidimensional Fatigue Inventory (MFI) adalah instrumen
laporan diri yang terdiri dari 20 item dirancang untuk mengukur
kelelahan. Hal ini mencakupbeberapa dimensi seperti kelelahan
umum, kelelahan fisik, kelelahan mental, penurunan motivasi dan
penurunan aktivitas (Lin dkk., 2009).

c) Tata laksana gangguan mobilisasi


Berikut ini merupakan aktifitas fisik untuk mempertahankan atau
meningkatkan aktivitas fisik pada pasien kanker selama dan setelah
pengobatan untuk membantu pembentukan massa otot, fungsi fisik dan
metabolisme tubuh
- Pasca operasi:
Latihan pernapasan, terapi latihan, latihan ketahanan kardiopulmonar,
latihan keseimbangan dan latihan ambulasi/mobilisasi dini
- Metastasis tulang dengan atau tanpa fraktur patologis:
Edukasi pencegahan fraktur patologis, latihan mobilisasi aman dengan
alat fiksasi eksternal / ortosis dan atau dengan alat bantu jalan;
pemilihan alat sesuai lokasi metastasis tulang
- Cedera medula spinalis dan saraf tepi. Tatalaksana sesuai gangguan
fungsi pada hendaya yang ada fungsi mobilisasi, sensasi, berkemih
dan defekasi, dan kebugaran kardiorespirasi serta adaptasi aktivitas
hidup
- Kelemahan umum, fatigue, tirah baring lama dengan sindrom
imobilisasi: Pencegahan dan tatalaksana sindrom dekondisi latihan
pernapasan, lingkup gerak sendi, penguatan otot, ketahanan
kardiopulmonar, ambulasi, dan Electrical Stimulation (ES / NMES).
3) Stoma
a) Pengertian Stoma
Stoma merupakan lubang terbuka dari suatu saluran berongga yang
menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit (Grace &
Borley, 2007). Stoma adalah perlubangan sementara atau pemanen pada
dinding abdomen pada waktu pembedahan untuk mengeluarkan
pembuangan air besar atau air seni (Ditjen Yankes, 2018). Pembuatan
stoma sering dilakukan pada kondisi kegawatan obstruksi pada kolon atau
perforasi kolon dengan peritonitis. Obstruksi kolon dapat terjadi pada
penderita kanker kolon atau rektum, diverkular disease, atau trauma pada
kolon distal dengan perforasi.
b) Jenis Stoma
Menurut Harkness and Dincher (1995), terdapat 3 tipe stoma :
a. End stoma
End stoma dibuat dengan memotong usus dan membawa ujung bagian
proksimal yang masih berfungsi keluar dari kulit sebagai single stoma.
Sedangkan bagian distalnya diangkat atau tetap berada diabdomen.
b. Double-barreled stoma
Double barrel stoma dibuat ketika bagian proksimal dan distal dari
usus yang telah dipotong dikeluarkan ke permukaan kulit sebagai dua
stoma yang terpisah. Ujung proksimal merupakan bagian yang
berfungsi sebagai usus dan bagian distal sebagai fsitula mucous
c. Loop stom
Pada kasus kasus trauma, penyakit atau obstruksi pada usus sering
dibuat stoma jenis jenis ini. Loop dari usus halus dibawa keluar
melalui pembedahan melalui dinding abdomen. Usus tidak dipotong
tetapi dibuka pada sepanjang permukaan usus yang keluar. Bagian tepi
yang terbuka kemudian dibiarkan everted dan sutured pada kulit.
c) Indikator stoma yang sehat
Menurut Rull (2011) indikator stoma yang sehat adalah sebagai berikut:
a. Stoma berada di atas kulit
b. Berwarna merah dan lembab
c. warna pucat menunjukkan adanya anemia dan warna hitam
menunjkkan iskemia
d. Tidak ada aritmia, ruam, ulserasi atau peradangan di sekitar kulit

d) Komplikasi Stoma
Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah
pembedahan kolostomi. Komplikasi pada stoma meliputi nekrosis, stenois,
retraksi, prolaps, herniasi, dermatitis peristoma, perdarahan (Grace &
Borley, 2007).
a. Nekrosis
Nekrosis merupakan komplikasi akut dini akibat gangguan
aliran darah, stoma akan tampak berwarna hitam atau ungu gelap.
Penatalaksanaannya dengan reoperasi untuk membuat stoma kembali.
b. Stenois
Stenosis merupakan penyempitan stoma atau orifisium kutan,
akibat defek kecil pada kulit atau iskemia kronis stoma.
Penatalaksanaannya dengan dilatasi menggunakan dilator probe atau
perbaikan stoma dengan pembedahan.
c. Retraksi
Retraksi adalah berkurang atau hilangnya tangkai atau masuknya
stoma ke dalam dinding abdomen, akibat tegangan pada usus yang
digunakan. Penatalaksanaannya dengan alat stoma yang cembung dan
perbaikannya dengan pembedahan.
d. Prolaps
Prolaps merupakan keadaan dengan panjang tangkai stoma
berlebihan, akibat defek kulit yang longgar atau efek kronis peristaltik
usus, lebih sering terjadi pada stoma loop khususnya kolostomi loop.
Penatalaksanaannya dengan mengganti alat stoma atau memperbaiki
stoma.
e. Herniasi
Herniasi merupakan keadaan terdapatnya usus pada jaringan
subkutan, biasanya akibat lubang terbuka yang terlalu besar pada
dinding otot abdomen, herniasi merupakan komplikasi stoma jangka
panjang yang paling sering terjadi, herniasi sering menyebabkan
masalah dengan perlekatan alat stoma. Penatalaksanaannya dengan
memperbaiki stoma, dan penempatan ulang stoma.

f. Dermatitis peristoma
Dermatitis peristoma dapat terjadi akibat tumpahnya isi stoma
ke kulit di sekitarnya atau trauma pada penggantian alat.
Penatalaksanaannya dengan perawatan stoma yang lebih baik,
penggantian alat, dan pemberian antiinflamasi topical.
g. Perdarahan
Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh
hemostasis yang tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab lain
yang mungkin mengakibatkan perdarahan adalah adanya penyakit
penyerta hipertensi portal, trauma oleh ujung tube saat irigasi atau
pencukuran area sekitar abdomen atau cedera. Perdarahan ringan
kadang memerlukan agen hemostasis topical, atau hanya penekanan
langsung. Perdarahan masif atau berulang memerlukan penanganan
factor penyebab perdarahan, sedangkan pasien dengan hipertensi portal
memerlukan sclerotheraphy atau portosystemic shunting.
e) Perawatan Stoma
Perawatan stoma adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma
dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
Perawatan stoma yang rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun care giver
baik di rumah sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong kolostomi
dan membersihkan stoma. Kantong kolostomi sebaiknya dikosongkan atau
diganti ketika kantong sudah terisi 1/3 bagian agar pasien tetapa nyaman
dengan kantong kolostominya. Kulit disekitar stoma harus dijaga tetap
kering. Tujuan dari perawatan stoma adalah untuk menjaga kebersihan
klien, mencegah terjadinya infeksi, mencegah iritasi kulit sekitar stoma, dan
mempertahankan kenyamanan klien.
Kantong kolostomi yang dapat dikosongkan, dibersihkan dan
digunakan kembali adalah jenis kantong kolostomi two-piece system atau
kantong yang memiliki lubang drainase di bawahnya. Kantong kolostomi
drainable dapat dikosongkan dengan menekan bagian bawah kantong,
kemudian mengeluarkan feses langsung ke dalam toilet. Kemudian kantong
dapat dibersihkan atau dibilas (Truven Health Analytics Inc, 2012). Ketika
akan mengganti dengan kantong yang baru, perhatikan ukuran dari lubang
kantong kolostomi.
Ukuran lubang kantong kolostomi harus sesuai dengan stoma, beri
kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar 0,3 cm. Penggantian kantong
kolostomi dimulai dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan
kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit abdomen yang
menempel dengan kantong, kemudian bersihkan stoma. Stoma dibersihkan
dengan air, jika ingin menggunakan sabun, gunakan sabun yang tidak
mengandung minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi (Truven
Health Analytics Inc, 2012). Kulit di sekitar stoma harus dijaga agar tetap
kering.
Irigasi memungkinkan pasien untuk menjadwalkan pengeluaran
feses dari stomanya. Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan
bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi
tidak dapat dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps
stoma, hernia peristomal ataupun komplikasi stoma lainnya (Putri, 2011).
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer
atau wadah air, tube (selang untuk mengalirkan cairan), cone dan plastic
sleeve (Burch, 2013). Plastic sleeve berguna untuk mengalirkan keluaran
feses dan cairan irigasi ke dalam toilet.
Ada beberapa tujuan perawatan stoma (Menurut Suratun &
Lusianah, 2010) antara lain : menjaga kebersihan klien, mencegah terjadinya
infeksi, mencegah iritasi kulit disekitar stoma, mempertahankan
kenyamanan klien dan lingkungannya.

Ada beberapa persiapan pasien untuk perawatan kolostomi (Menurut


Suratun & Lusianah, 2010) yaitu :
a. Memberi penjelasan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Mengatur posisi tidur klien (supinasi)
c. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan (menutup gorde jendela,
pintu, memasang penyekat tempat tidur)
d. mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar, kecuali jika
diperlukan untuk belajar merawat kolostomi

d) SOP Perawatan Stoma


1. Menyiapkan alat : sarung tangan bersih, air hangat, sabun mandi
yang lembut, kantong kolostomi, bengkok, handuk, kassa, kantong
plastik, dan perlak
2. Mengucapkan salam, identitas diri dan tujuan prosedur kepada
klien
3. Menjaga privasi dan persiapkan klien
4. Cuci tangan
5. Pasang handuk / selimut mandi
6. Letakkan perlak dan bengkok dengan kantong plastik di atasnya ke
dekat klien (samping stoma)
7. Pasang sarung tangan bersih
8. Buka kanton g stoma dan buang di kantong plastik (perhatikan
jumlah, warna, dan karaketeristik feses)
9. Bersihkan stoma dan kulit di sekitar stoma dengan sabun lembut
dan air hangat
10 Keringkan kulit di sekitar stoma dengan kassa dan handuk
.
11 Kaji keadaan stoma (warna : hiperemis/sianosis, bentuk : retraksi /
. masuk ke dalam atau erupsi/usus menonjol keluar) dan kondisi
kulit peristoma (adanya kemerahan/lesi/laserasi pada 4 kuadran
area sekeliling stoma)
11 Pasang kantong stoma yang baru (sesuaikan dengan ukuran
. diameter stoma)
13 Buka sarung tangan, bereskan alat, dan rapikan klien
.
14 Komunikasi terapeutik dan monitor respon klien
.
15 Cuci tangan
.
16 Dokumentasi
.

STEP 3

1. Memproses informasi yang ada


A. Meginterpretasikan
- Penurunan nafsu makan
Nafsu makan merupakan keadaan yang mendorong seseorang untuk
memuaskan keinginan untuk makan selain rasa lapar (Guyton, Hall, 2011).
Nafsu makan berkurang ketika berkeinginan untuk makan tidak sebanyak
kondisi sebelumnya, atau disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu.
Berdasarkan kasus klien mengalami penurunan nafsu makan. Penurunan
nafsu makan pada pasien kanker dapat terjadi karena adanya stress psikologi,
ataupun karena penyakit kanker itu sendiri. Penurunan nafsu makan
(anoreksia) pada penderita kanker dapat ditimbulkan oleh senyawa-senyawa
yang disekresikan oleh sel kanker berupa senyawa serotin dan bombensin
yang bisa mengurangi nafsu makan sehingga terjadi anoreksia dan dapat
menyebabkan penderita kanker kekurangan asupan makan serta berdampak
secara tidak langsung pada kehilangan berat badan (Wilkes, 2000). Selain itu
kanker juga dapat menyebabkan perubahan metabolisme di dalam tubuh, dan
bisa menyebabkan penurunan produksi insulin sehingga bisa mengakibatkan
kadar glukosa darah tinggi. Peningkatan kadar glukosa darah dapat
menyebabkan gerakan peristaltik di usus menurun sehingga merasa cepat
kenyang dan tidak nafsu makan (Kusumawardani, 1996).
kanker kolorectal juga bisa mengakibatkan perubahan stress psikologi
yang bisa menimbulkan dampak penurunan nafsu makan. Stress psikologi
dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, jika terjadi peningkatan
asam lambung maka akan menyebabkan iritasi pada mukosa lambung dan
menyebabkan peradangan pada mukosa lambung yang bisa menyebabkan
klien mengalami penurunan nafsu makan.

- Perut Kembung
Menurut Tuti, M. (2011) dalam Caesandri & Adiningsih (2017)
kembung (meteorism, tympanities) adalah suatu simtom/gejala yang
menunjukkan adanya udara atau gas dalam rongga abdomen atau usus. Pada
klien yang menderita kanker kolorectal dapat menyebabkan penurunan nafsu
makan. Penurunn nafsu makan yang dialami oleh klien dapat menyebabakan
kurangnya intake makanan ke lambung. Penurunan intake makanan ke
lambung dapat menyebabkan penurunan tekanan di usus sehingga bisa
menyebabkan peningkatan volume gas (hidrogen, nitrogen, metana,CO2)
diusus yang bisa menyebabkan perut kembung.
- Lemah
Menurut Rian 2019 dalam Septiwi, C. (2013) Kelemahan merupakan
merupakan suatu respon yang normal akibat adanya respon terhadap aktivitas
fisik, stres, kebosanan atau kurang tidur. Berdasarkan kasus kelemahan yang
dialami pasien bisa terjadi karena penurunan nafsu makan yang dialami klien
sehingga bisa membuat klien memiliki status nutrisi yang buruk dan akan
berdampak terhadap pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh tubuh,
Penurunan berat badan dan protein pada pasien kanker bermanifestasi pada
pengecilan atau menurunnya massa otot. Pengecilan otot atau penurunan
massa otot yang terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan degradasi
dan sintesa protein yang dapat menyebabkan fatigue/kelemahan.
B. Membedakan informasi-informasi penting
- Klien mengalami penurunan nafsu makan sehingga bisa menyebabkan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
- Penurunan nafsu makan yang dialami klien bisa menyebabkan klien lemah
dan hanya terbaring di tempat tidur.
- Klien yang mengalami kelemahan dan hanya terbaring ditempat tidur bisa
menyebabkan atau menimbulkan luka dekubitus.
- Klien mengalami keraguan dalam perawatan stoma yang dilakukan oleh
keluarganya.
- Kulit sekitar stoma yang lembab bisa menyebabkan resiko kerusakan pada
integritas kulit, karena seharusnya kulit disekitar stoma harus dijaga tetap
kering.
- Penyakit kanker kOloretal yang dialami oleh sesesorang dapat menyebabkan
stress psikologi yang bisa menimbulkan ketidakeektian koping dan bisa
menyebabkan perilaku yang destruktif salah satunya dengan penurunan nafsu
makan.
C. Membuat Hubungan
a) Berdasarkan kasus klien di diagnosa kanker kolorectal. Pasien dengan kanker
kolorectal akan mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini terjadi karena sel
kanker pada penderitanya dapat mensekresikan senyawa serotin dan
bombensin yang bisa mengurangi nafsu makan sehingga terjadi anoreksia dan
dapat menyebabkan penderita kanker kekurangan asupan makan serta dampak
berdampak secara tidak langsung pada kehilangan berat badan (Wilkes,
2000). Selain itu kanker juga dapat menyebabkan perubahan metabolisme di
dalam tubuh, dan bisa menyebabkan penurunan produksi insulin yang bisa
mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa darah.
Peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan gerakan
peristaltik di usus menurun sehingga merasa cepat kenyang dan tidak nafsu
makan (Kusumawardani, 1996). Kanker kolorectal juga bisa mengakibatkan
perubahan stress psikologi yang bisa menimbulkan dampak penurunan nafsu
makan. Stress psikologi dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, jika
terjadi peningkatan asam lambung maka akan menyebabkan iritasi pada
mukosa lambung dan menyebabkan peradangan pada mukosa lambung yang
bisa menyebabkan klien mengalami penurunan nafsu makan. Dari beberapa
hal tersebut yang dapat mempengaruhi penurunan nafsu makan pada
penderita kanker koloretal dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat menyebabkan status nutrisi yang
buruk pada pasien kanker dan akan berdampak terhadap pengeluaran energi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Penurunan berat badan dan protein pada pasien
kanker akan menyebabkan menurunnya massa otot. Penurunan massa otot
yang terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan degradasi dan sintesa
protein yang dapat menyebabkan fatigue/kelemahan sehingga bisa
memunculkan masalah keperawatan keletihan. Fatigue/kelemahan yang
dialami klien membuatnya hanya terbaring di tempat tidur, sehingga hal ini
akan memunculkan masalah keperawatan resiko dekubitus.
c) Berdasarkan kasus klien telah terpasang stoma dengan perawatan di rumah.
Keluarga pasien telah dberikan perawatan stoma dirumah, namun klien
merasa ragu terhadap perawatan yang dilakukan oleh keluarganya. Stoma
adalah perlubangan sementara atau pemanen pada dinding abdomen pada
waktu pembedahan untuk mengeluarkan pembuangan air besar atau air seni
(Ditjen Yankes, 2018). Berdasarkan kasus, kulit disekitar stoma adalah
lembab, padahal seharusnya kulit disekitar stoma harus dijaga tetap kering.
Oleh karena itu dapat memunculkan masalah resiko kerusakan integritas kulit.
Hal ini dapat dilakukan intervensi pelaksanaan keperawatan berupa perawatan
ostomi selain itu juga memberikan pengetahuan perawatan stoma pada klien
agar bisa melakukan perawatan stoma sendiri apabila masih ragu dengan
perawatan yang dilakukan oleh keluarganya. Selain itu keluarga juga dapat
diberikan pendidikan kesehatan juga agar lebih mengetahui bagaimana
perawatan stoma yang benar.
a) Pada pasien kanker kolorectal terdapat perubahan status kesehatan yang dapat
menyebabkan stress psikolgi. Reaksi pada sebagian orang yang menderita
kanker sangat bervariasi misal syok, takut, cemas, perasaan berduka, marah,
sedih dan sampai ada yang menarik diri (Gale,1999). Apabila seorang
penderita kanker yang tidak dapat menerapkan pola koping yang adaptif maka
juga akan menimbulkan perilaku yang destruktif, salah satunya adalah
penurunan nafsu makan. Oleh karena itu dalam kasus akan menimbulkan
masalah keperawatan ketidakefektifan koping.

D. Kesimpulan
Kanker kolorectal adalah adalah tumor ganas yang ditemukan pada kolon
atau rektum. Kanker usus besar disebut juga dengan kanker kolorektal atau
kanker kolon. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan di
mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang
zat-zat yang tidak berguna. (Gontar Alamsyah, 2007:2). Penatalaksanaan kanker
kolorectal dapat dilakukan dengan pembedahan dan terapi radiasi. Pembedahan
pada pasien dilakukan di abdomen bagian kiri yang merupakan kolostomy
(pembedahan di kolon).Kolostomy biasnya dilakukan untuk menghentikan
infeksi, mengatasi penyumbatan, atau mencegah kerusakan lebih lanjut pada usus
besar. Lubang terbuka dari suatu saluran berongga yang menghubungkan saluran
tersebut dengan permukaan kulit setelah dilakukan pembedahan disebut stoma.
Luka stoma pada pasien terletak pada abdomen kiri, ukuran 5cm, merah muda,
discharge pada kantong stoma cair sebanyak 50cc. Kulit disekitar stoma lembab.
Berdasarkan kasus kulit disekitar stoma klien lembab, padahal seharusnya kulit
disekitar stoma harus dijaga tetap kering, oleh karena itu dapat memunculkan
masalah keperawatan resiko keruskan integritas kulit.
Berdasarkan kasus klien juga mengalami penurunan nafsu makan.
Penurunan nafsu makan pada pasien kanker dapat terjadi karena adanya stress
psikolgi, ataupun karena penyakit kanker itu sendiri. Hal ini terjadi karena sel
kanker pada penderitanya dapat mensekresikan senyawa serotin dan bombensin
yang bisa mengurangi nafsu makan sehingga terjadi anoreksia dan dapat
menyebabkan penderita kanker kekurangan asupan makan serta dampak
berdampak secara tidak langsung pada kehilangan berat badan (Wilkes, 2000).
Selain itu kanker juga dapat menyebabkan perubahan metabolisme di dalam
tubuh, dan bisa menyebabkan penurunan produksi insulin yang bisa
mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa darah.
Peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan gerakan peristaltik
di usus menurun sehingga merasa cepat kenyang dan tidak nafsu makan
(Kusumawardani, 1996). Kanker kolorectal juga bisa mengakibatkan perubahan
stress psikologi yang bisa menimbulkan dampak penurunan nafsu makan. Stress
psikologi dapat menyebabkan peningkatan asam lambung, jika terjadi
peningkatan asam lambung maka akan menyebabkan iritasi pada mukosa
lambung dan menyebabkan peradangan pada mukosa lambung yang bisa
menyebabkan klien mengalami penurunan nafsu makan. Selain itu apabila pasien
kanker tidak dapat menerapkan pola koping yang adaptif juga bisa menimbulkan
perilaku yang destruktif seperti penurunan nafsu makan atau anoreksia. Oleh
karena itu hal ini bisa menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektian koping.
Dari beberapa hal tersebut yang dapat mempengaruhi penurunan nafsu makan
pada penderita kanker koloretal dapat menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Status nutrisi yang buruk pada pasien kanker dan akan berdampak terhadap
pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penurunan berat badan dan
protein pada pasien kanker akan menyebabkan menurunnya massa otot.
Penurunan massa otot yang terjadi merupakan akibat dari ketidakseimbangan
degradasi dan sintesa protein yang dapat menyebabkan fatigue/kelemahan
sehingga bisa memunculkan masalah keperawatan keletihan. Fatigue/kelemahan
pada pasien menyebabkan klien hanya berbaring ditempat tidur, sehingga hal ini
juga dapat memuculkan masalah keperawatan resiko dekubitus.
E. Menyesuaikan dengan situasi saat ini dan situasi terakhir

Situasi Terakhir Situasi Saat Ini

1. Diagnosa medis klien kanker 1. Luka stoma terletak pada abdomen


colorectal post colonoscopy hari ke- kiri, ukuran 5cm, merah muda,
13 dengan stoma dirawat di rumah. discharge pada kantong stoma cair
2. Keluarga pasien telah diberikan sebanyak 50cc.
perawatan stoma di rumah. 2. Kulit disekitar stoma lembab.
3. Pasien telah menjalani terapi radiasi 3. Pasien mengeluhkan turun nafsu
2 kali di rumah sakit. makan, perut terasa kembung dan
4. Pasien  tinggal dengan suami, anak lemah
perempuannya yang berusia 37 4. Pasien merasa lemah dan hanya
tahun dan cucu laki-laki berusia 15 terbaring di tempat tidur
tahun.

F. Memprediksi Outcome
a) Klien mengalami peningkatan nafsu makan
b) Klien dapat melakukan perawatan stoma sendiri karena klien masih ragu
dengan perawatan stoma yang dlakukan oleh keluarganya, sehingga
diharapkan klien bisa melakukan perawatan stomanya. Saat perawat
melakukan perawatan stoma, juga bisa melibatkan keluarganya agar keluarga
juga lebih menambah pengetahuan mengenai perawatan stoma.
c) Klien dapat mempertahankan, atau memelihara kekuatan otot dan memelihara
mobilitas persendian.
d) Klien dapat meningkatkan pola koping yang adaptif. Karena penurunan nafsu
makan yang dialami klien juga bisa merupakan salah satu dampak dari stress
psikologi yang dialami pasien kanker.
e) Klien tidak mengalami kerusakan integritas kulit akibat kulit disekitar stoma
yang lembab
f) Klien tidak mengalami luka dekubitus
Faktor Genetik Faktor Usia > Kurang asupan buah dan Diet/ kebiasaan makanan,
50 tahun sayuran (serat ↓) rendah serat, tinggi kemak

Mutasi Abnormal
Asam empedu ↑
DNA
Aktivitas bakteri
Polip
Adenomasota anaerob ↑

Zat karsinogen↑
Obstruksi lapisan
epitel lumen usus Karsinogenesis

Adenokasinoma
Zat antioksidan ↓

KankerPerlindungan
Kolorektal sel dari
(KKR)
efek karsinogen ↓

Pembedahan Perubahan Sekresi senyawa Perubahan status


metabolisme didalam serotin dan kesehatan
tubuh bombesin oleh sel
Pembuatan stoma
kanker Stress psikologis
Produksi insulin ↓
Luka sekitar stoma
lembab Kadar glukosa darah Ketidakefektifan
↑ koping

Resiko Kerusakan Gerakan pristaltik di


Integritas Kulit lambung ↓

Penurunan nafsu
Merasa cepat kenyang makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Keletihan lemah

Kurangnya intake
makanan ke lambung
Resiko Dekubitus
Nutrisi tidak adekuat Penurunan tekanan
di usus
STEP 4
Analisis data dan Diagnosa

No Data Masalah Etiologi Paraf


.

2. Data Objektif: Nutrisi kurang dari kebutuhan Asupan diet kurang Kelompok 10
- Klien lemah tubuh
Data Subjektif:
- Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu
makan
- Klien mengatakan merasa lemah
4. Keletihan Kurangnya intake Kelompok 10
Data Objektif :
nutrisi

- Klien hanya terbaring di tempat tidur

Data Subyektif :

- Klien mengeluh lemah


5. Data Objektif : Ketidakefektifan koping Derajad ancaman yang Kelompok 10
- Kesulitan mengorganisasi informasi (tidak tinggi
terkaji)
- Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
(tidak terkaji)
- Ketidakmampuan menghadapi situasi (tidak
terkaji)
- Ketidakmampuan mengikuti informasi (tidak
terkaji)
- Kurang perilaku yang berfokukus pada
pencapaian tujuan (tidak terkaji)
Data Subyektif
- Klien mengatakan tidak nafsu makan atau
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
(nafsu makan turun)
- Klien mengatakan letih atau lemah
- Klien mengatakan terjadi perubahan pola tidur
(tidak terkaji)
Data Objektif: Resiko kerusakan integritas kulit Kulit disekitar stoma Kelompok 10
- Kulit disekitar stoma lembab lembab
Data Subyektif :
Tidak terkaji

5. Data Obyektif : Resiko dekubitus Penurunan mobiitas Kelompok 10


- Klien hanya terbaring di tempat tidur
Data Subyektif :
- Klien mengatakan lemah
STEP 5,6

Intervensi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa NOC NIC Paraf


Keperawatan

1 Senin ,07 Ketidakseimbangan Status nutrisi : asupan nutrisi Manajemen Cairan


Desember nutrisi kurang dari
Setelah dilakukan tindakan - Tingkatkan asupan oral
2019 kebutuhan tubuh
keperawatan selama 1 x 24 jam
berhubungan dengan Manajemen nutrisi
diharapakan status nutrisi klien dapat
asupan diet kurang
teratasi dengan kriteria hasil : - Tentukan ststus gizi pasien dan
dan kemampan pasien untuk
- Asupan kalori (dari skala 1 tidak
memenuhi kebutuhan gizi
adekuat menjadi skala 3 cukup
- Berikan obat kortikosteroid untuk
adekuat)
meningkatkan nafsu makan pada
- Asupan Proterin dari skala 1 tidak
pasien kanker
adekuat menjadi skala 3 cukup
- Ajarkan pasien mengenai
adekuat)
modifikasi diet yang diperlukan
- Asupan lemak (dari skala 1 tidak
(pemberian pendkes mengenai
adekuat menjadi skala 3 cukup
terapi diet pada pasien kanker)
adekuat)
- Asupan karbohidrat dari skala 1 Monior Cairan
tidak adekuat menjadi skala 3
cukup adekuat) - Tentukan jumlah dan jenis
- Asuan karbohidrat (dari skala 1 intake/output cairan serta
tdak adekuat menjadi skala 3 kebiasaan eliminasi
cukup adekuat) - Tentukan faktor-faktor resiko yang
- Asupan serat (dari skala 1 tidak bisa menyebabkan
adekuat menjadi skala 3 menjadi ketidakseimbangan cairan
cukup adekuat) - Monitor membran mukosa, turgor
- Asupan vitamin serat (dari skala 1 kulit, dan respon haus
tidak adekuat menjadi skala 3 - Konsultasikan ke dokter jika
menjadi cukup adekuat) pengeluaran urine kurang dar 0,5
- Asupan mineral serat (dari skala 1 mk/kg.jam atau asupan orang
tidak adekuat menjadi skala 3 dewasa kurang dari 2000 dalam 24
menjadi cukup adekuat) jam
- Asupan zat besi serat (dari skala 1
Monitor Nutrisi
tidak adekuat menjadi skala 3
menjadi cukup adekuat) - Identifikasi perubahan berat badan
terakhir
- Monitor adanya mual muntah
- Identifikasi adanya eliminasi
bowel
- Monitor diet dan asupan kalori
- Monitor status mental
Identifikasi abnormalitas yang ada
dalam sistem muskuloskleteal

2 Senin ,07 Keletihan Setelah diberikan asuhan dalam waktu Manajemen Energi (0180)
Desember berhubungan dengan 1 x 24 jam, diharapkan masalah klien - Kaji status fisiologis pasien yang
2019 kelesuan fisiologis dapat teratasi dengan kriteria hasil : memyebabkan kelelahan sesuai
dengan konteks usia dan
Pergerakan
perkembangan
- Gerakan otot (dari skala 3 cukup
- Anjurkan pasien mengungkapkan
terganggu menjadi skala 4 sedikit
perasaan secara verbal mengenai
terganggu)
keterbatasan yang dialami
- Gerakan sendi (dari kala 3 cukup
- Gunakan instrumen yang valid
terganggu menjadi skala 4 sedikit
untuk mengukur kelelahan
terganggu)
- Tentukan persepsi pasien/orang
- Berjalan (dari skala 3 cukup
terdekat dengan pasien mengenai
terganggu menajdi skala 4 sedikit
penyebab kelelahan
terganggu)
- Monitor intake/ asupan nutrisi
- Keseimbangan (dari skala 3
untuk mengetahui sumber energi
cukup terganggu menjadi skala 4
yang dekuat
sedikit terganggu)
- Monitor sember kegiatan
- koordinasi (dari skala 3 cukup
olahraga dan kelelahan emosional
terganggu menjadi skala 4 sedikit
terganggu) yang dialami pasien
- Monitor sistem kardiorespirasi
pasien selama kegiatan (misal,
takikardia, disritmia yang lain,
dyspnea, diaphoresis, pucat,
tekanan hemodinamik, frekuensi
pernapasan)
- Lakukan ROM aktif untuk
menghilangkan ketegangan otot
- Anjurkan aktivitas fisik (missal
ambulasi, ADL) sesuai dengan
kemampuan pasien
- Evaluasi secara bertahap
kenaikan level aktivitas pasien

3 Senin ,07 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan koping


Desember koping berubungan keperawatan selama 1 x 24 jam klien - Bantu pasien dalam
2019 dengan derajad dapat menerapkan pola koping yang mengidentifikasi tujuan jangka
ancaman yang tinggi adaptif dengan kriteria hasil : panjang dan jangka pendek
- Bantu pasien dalam memeriksa
Koping
sumber-sumber yang tersedia
- Klien mampu mengidentifikasi untuk memenuhi tujuannya
pola koping yang efektif - Berikan penilaian
- Klien mampu megidentifikasi pola (kemmampuan) penyesuain klien
koping yang destruktif terhdap perubahan dalam citra
- Klien mampu menyatakan tubuh sesuai indikasi
perasaan akan kontrol diri - Dukung pasien untuk
- Klien mampu menyatakan mengidentifikasi deskripsi yang
penerimaan terhadap situasi realistik terhadap aanya
- Klien mampu memodifikasi gaya perubahan dalam peran
hidup untuk mengurangi strss - Berikan penilaian pasien terhdap
- Klien mampu beradaptasi terhadap proses penyakit
perubahan hidup - Bantu pasien dalam
- Klien mampu menggunakan mengebangkan penilaian terkait
perilaku untuk mengurangi stress dengan kejadian lebh obyektif
(misal terapi SEFT) - Dukung sikap (pasien) terkait
- Klien mamp melaporkan dengan kejdian yang lebih
penurunan gejala fisik akibat strss obyektif
- Bantu pasien dalam
- Klien mampu melaporkan mengidentifikasi respon positif
peningkatan kenyamanan dari orang lain
psikologis - Dukung identifikasi nilai hidup
yang spesifik
- Dukung verbalisaisperasaan,
persepsi dan rasa takut
- Dukung pasien untuk
mengidentfikasi kekuatan dan
kemampuan diri
- Bantu pasien untuk melewati
proses berduka atau meliwati
kondisi kehilangan karena
penyakit kronik dan atau
kecacatan dengan tepat
- Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasein
- Dukung penggunaan spiritualitas
jika diinginakan
- Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik rileksasi
yang sesuai (Misal terapi SEFT)
4 Senin ,07 Resiko Kerusakan Setelah dilakukan tidakam Perawatan Ostomi 0480
Desember integritas kulit keperawatan selama 1 x 24 jam - Anjurkan pasien orang terdekat
2019 berhubungan dengan masalah pasien dapat teratasi dengan lainnya terkait penggunaan alat
kulit disekitar stoma
kiteria hasil : perawatan ostomi
lembab
- Seluruh pasien orang terdekat
Integritas Jaringan : Kulit &
menunjukkan (bagaimana)
membran mukosa
penggunaan alat ostomi
- Suhu kulit (dari skala 3 cukup - Monitor luka sayatan /
terganggu menjadi skala 5 penyembuhan stoma
tidak terganggu) - Monitor stoma penyembuhan
- Integritas kulit (dari skala 3 jaringan sekitar serta adaptasi
cukup terganggu menjadi skala terhadap alat ostomi dengan tepat
5 tidak terganggu) - Ganti kosongkan kantung ostomi

Perawatan Ostomy Sendiri dengan tepat


- Irigasi ostomi dengan tepat
- Klien dan keluarga dapat
- Bantu pasien dalam perawatan
mengetahui tujuan ostomi
diri
- Klien dan keluarga dapat
- Jelaskan kepada pasien
mengetahui fungsi ostomi
perawatan ostomi dalam rutinitas
- Klien dan keluarga dapat
sehari-hari
mengetahui barang-barang yang
- Dorong pasien untuk
dibutukan untuk perawatan ostomy
mengekspresikan perasaan dan
- Klein dan keluarga dapat ke khawatiran mengenai
mengetahui prosedur untuk perubahan citra tubuh
mengganti kantung ostom - Observasi kondisi luka
- Klien dan keluarga dapat - Monitor tanda dan gejala infeksi
mengetahui jadwal untuk - Dorong pasien untuk
mengganti kantung ostomy meningkatkan intake nutrisi
- Klien dan keluarga dapat
mengetahui cara mengukur stoma
- Klien dan keluarga dapat
mengetahui komplikasi terkait
stoma
- Klien dan keluarga dapat
mengetahui prosedur
mengosongkan kantung ostomi
- Klien dan keluarga dapat
mengetahui perawatan kulit yang
diperlukan sekitar area ostomy
5 Senin ,07 Resiko dekuibitus Setelah dilakukan tindakan Pengecekan kulit
Desember berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 jam klien - Periksa kulit dan selaput lendir
2019 immobilisasi tida mengalami dekubitus dengan terakt dengan adanya kemerahan,
kriteria hasil : kehangatan ekstrim, edema atau
drainase
- Suhu kulit (dari skala 3 cukup - Gunakan alat pengakajian untuk
terganggu menjadi skala 4 sedikit mengidentifikasi pasien yang
terganggu) beresiko mengalami kerusakan
- Sensasi (dari skala 3 menjadi skala kulit (Skala braden)
4 sedikit terganggu) - Dokumentasikan perubahan
- Tekstur (dari skala 3 menjadi skala membran mukosa
4 sedikit terganggu) - Anjurkan anggota keluarga
- Perfusi jaringan (dari skala 3 mengenai tanda-tanda kerusakan
cukup terganggu menjadi skala 4 kulit dengan tepat
sedikit terganggu) Pengaturan posisi
- Tempatkan pasien diatas matras
atau tempat tidur yang lembut
- Dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahan posisi
- Monitor status oksigenasi
(setelah perubahan posisi)
STEP 7
Evaluasi
No Tanggal/Jam Dx.Kep Evaluasi TTD

1. Senin ,07 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S :


Desember 2019 kebutuhan tubuh berhubungan dengan
- Keluarga klien mengatakan klien mengalami peningkatan
asupan diet kurang nafsu makan (follow up)
- Klien minum obat kortikosteroid dengan teratur (follow
up)
- Keluarga klien mampu menyebutkan makanan yang
dianjurkan untuk penderita kanker

O:

- Klien tampak memperhatikan


- Keluarga klien tampak memperhatikan

A:

- Masalah teratasi

P:

- Intervensi dihentikan

2 Kamis, 10 Keletihan berhubungan dengan S :


desember 2019 kelesuan fisiologis
- Klien mengatakan lebih nyaman setelah latihan ROM
- Klien mengatakan telah melakukan ROM (follow up)

O:

- Klien tampak kooperatif


- Keluarga klien tampak memperhatikan

A:

- Masalah teratasi

P:

- intervensi dihentikan

3 Sabtu, 12 Ketidakefektifan koping berhubungan S :


Desember 2019 dengan derajad ancaman yang tinggi
- Klien mengatakan sudah lebih tenang

O:
- Klien tampak kooperatif
- Keluarga klien tampak memperhatikan

A:
- Masalah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
Selasa, 08 Resiko Kerusakan integritas kulit S :
Desember 2019 berhubungan dengan kulit disekitar
- Klien mengatakan sudah melakukan perawatan stoma
stoma lembab
sendiri
- Klien mengatakan sudah tidak ragu dengan perawatan
stoma yang dilakukan keluarganya

O:
- Klien tampak kooperatif
- Keluarga klien tampak memperhatikan

A:
- Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Senin, 07 Resiko dekuibitus berhubungan S :


desember 2019 dengan immobilisasi
- Keluarga klien mengatakan sudah melakukan perubahan
poisis miring kanan/miring kiri kepada klien (follow up)

O:
- Klien tampak koopeeratif
- Kelurga klien tama memperhatikan
- Tidak ada luka dekubitus (follow up)

A:
- Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
LAMPIRAN SKALA BRADEN

Lampiran 8
SKALA BRADEN UNTUK MEMPREDIKSI RESIKO DEKUBITUS
Nama
Nama Responden : ........................ Evaluator : ............................ Tanggal Pengkajian : ......................

Nilai
Kategori Skore
1 2 3 4
Persepsi Sensori Keterbatasan Penuh Sangat Terbatas Keterbatasan Ringan Tidak Ada Gangguan

Kadang- Kadang
Kelembaban Selalu Lembab Umumnya Lembab Lembab Jarang Lembab

Tidak Mampu
Mobilitas Bergerak Sangat Terbatas Tidak Ada Masalah / Tanpa Keterbatasan
Sama Sekali Keterbatasan Ringan

Aktivitas Total Di Tempat Tidur Dapat Duduk Berjalan kadang-kadang Dapat Berjalan

Nutrisi Sangat Buruk Kurang Mencukupi Mencukupi Sangat Baik

Gesekan Bermasalah Potensi Bermasalah Keterbatasan Ringan

Total skore
Keterangan :
< 9 : resiko sangat tinggi
10 – 12 : resiko tinggi
13 – 14 : resiko menengah
15 – 18 : resiko rendah
Faktor Deskripsi Score
Persepsi Sensori 1. Keterbatasan Penuh
Kemampuan untuk merespon Tidak ada respon (tidak mengerang
secara tepat terhadap rasa menyentak atau menggenggam) terhadap
tidak nyaman yang rangsangan nyeri karena menurunnya tingkat
berhubungan dengan tekanan kesadaran atau sedasi, atau terbatasnya
kemampuan untuk merasakan nyeri yang
sebagian besar pada permukaan tubuh.
2. Sangat Terbatas
Hanya dapat merespon terhadap rangsangan
nyeri. Namun tidak dapat menyampaikan rasa
tidak nyaman kecuali dengan mengerang atau
gelisah, atau mempunyai gangguan sensori
yang menyebabkan terbatasnya kemampuan
untuk merasakan nyeri atau tidak nyaman
pada lebih dari ½ bagian tubuh.
3. Keterbatasan Ringan
Dapat merspon panggilan tetapi tidak selalu
dapat menyampaikan respon rasa tidak
nyaman atau keinginan untuk merubah posisi
badan. Memiliki beberapa gangguan sensori
yang membatasinya untuk dapat merasakan
nyeri atau tidak nyaman pada satu atau kedua
ekstremitas.
4. Tidak Ada Gangguan
Dapat merespon panggilan. Tidak memiliki
penurunan sensori sehingga dapat menyatakan
rasa nyeri atau rasa tidak nyaman.
Kelembaban 1. Selalu Lembab
Tingkat keadaan dimana kulit Kulit selalau dalam keadaan lembab oleh
menjadi lembab/terpapar keringat, urine dan lainnya, keadaan lembab
kelembaban dapat dilihat pada saat pasien di gerakkan atau
dibalik.
2. Umumnya Lembab
Kulit sering terlihat lembab akan tetapi tidak
selalu. Pakaian pasien dan atau alas tempat
tidur harus di ganti setidaknya setiap kali
setiap pergantian dinas.
3. Kadang- Kadang Lembab
Kulit kadang-kadang lembab. Penggantian
pakaian pasien dan atau alas tempat tidur,
perlu di ganti minimal satu kali sehari.
4. Jarang Lembab
Kulit biasanya dalam keadaan kering, pakaian
dan atau alas tempat tidur di ganti sesuai
dengan jadwal rutin penggantian
Mobilitas 1. Tidak Mampu Bergerak Sama Sekali
Kemampuan untuk merubah Tidak dapat merubah posisi badan atau
dan mengatur posisi ekstremitas bahkan posisi yang ringan
sekaligus tanpa adanya bantuan.
2. Sangat Terbatas
Kadang-kadang merubah posisi badan atau
ekstremitas, akan tetapi tidak dapat merubah
posisi sesering mungkin atau bergerak secara
aktif (merubah posisi badan terhadap tekanan)
secara mandiri.
3. Tidak Ada Masalah/Keterbatasan Ringan
Bergerak secara mandiri baik di kursi maupun
di atas tempat tidur dan memiliki kekuatan
otot yang cukup untuk menjaga posisi badan
sepenuhnya selama bergerak. Dapat mengatur
posisi yang baik di tempat tidur ataupun di
kursi kapan saja
4. Tanpa Keterbatasan
Dapat merubah posisi badan secara tepat dan
sering mengatur posisi badan tanpa adanya
bantuan
Aktivitas 1. Total Di Tempat Tidur
Tingkat aktivitas Hanya terbaring di tempat tidur.
2. Dapat Duduk
Kemampuan untuk berjalan sangat terbatas
atau tidak bisa sama sekali dan tidak mampu
menahan berat badan dan atau harus dibantu
untuk kembali ke kursi atau kursi roda.
3. Berjalan kadang-kadang
Selama siang hari kadang-kadang dapat
berjalan, tetapi jaraknya sangat dekat dengan
atau tanpa bantuan. Lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat tidur atau
dikursi pada setiap pergantian dinas.
4. Dapat Berjalan
Berjalan keluar ruangan sedikitnya 2 (dua)
kali sehari dan berjalan di dalam ruangan
sedikitnya sekali setiap 2 jam selama waktu
terjaga.
Nutrisi 1. Sangat Buruk
Pola kebiasaan makan Tidak pernah menghabiskan makanan. Jarang
makan lebih dari 1/3 dari makanan yang
diberikan. Makan mengandung protein
sebanyak 2 porsi atau kurang setiap harinya.
Kurang mengkonsumsi cairan. Tidak
mengkonsumsi cairan suplemen atau pasien di
puasakan, dan atau mengkunsumsi makanan
cairan atau mendapatkan cairan infuse melalui
intra vena lebih dari lima hari.
2. Kurang Mencukupi
Jarang sekali menghabiskan makanan dan
biasanya hanya menghabiskan kira-kira ½
porsi makanan yang diberikan. Pemasukan
makanan yang mengandung protein hanya tiga
porsi setap harinya. Kadang-kadang
mengkonsumsi makanan suplemen atau
mendapatkan makanan cairan atau selang
NGT dengan jumlah yang kurang dari
kebutuhan optimum per hari.
3. Mencukupi
Satu hari makan 3 (tiga) kali. Setiap makan
mengkonsumsi lebih dari setengah porsi.
Mengkonsumsi sebanyak 4 porsi makanan
yang mengandung protein setiap harinya.
Kadang menolak untuk makan, tapi biasanya
mengkonsumsi makanan suplemen bila
diberikan atau mendapatkan makanan melalui
selang NGT atau cairan infus berkalori tinggi
yang dapat memenuhii kebutuhan nutrisi.
4. Sangat Baik
Menghabiskan setiap makanan yang
diberikan. Tidak pernah menolak.
Mengkonsumsi 4 porsi atau lebih menu
protein. Kadang mengemil, tidak memerlukan
makanan suplemen
Pergeseran dan 1. Bermasalah
gesekan Memerlukan bantuan sedang sampai
maksimal untuk bergerak. Tidak mungkin
memindahkan badan tanpa pergesekan dengan
alas tempat tidur. Sering merosot kebawah di
atas tempat tidur atau kursi, dan sering sekali
memerlukan bantuan yang maksimal untuk
pengembalian posisi semula. Kekakuan pada
otot, kontraktur atau gelisah yang sering
menimbulkan terjadinya gesekan yang terus
menerus.
2. Potensi Bermasalah
Bergerak lemah atau memerlukan bantuan
minimal. Selama bergerak kulit kemungkinan
bergesekan dengan alas tempat tidur, kursi,
sabuk pengekangan atau alat bantu lain.
Hampir selalu menjaga badan dengan cukup
baik di kursi ataupun di tempat tidur, namun
kadang-kadang merosot kebawah.
3. Keterbatasan Ringan
Dapat merubah posisi badan atau ekstremitas
secara mandiri meskipun dengan gerakan
ringan.

Barbara Braden dan Nancy Bergstrom, (1988), penerjemah Suriadi, (2002)


DAFTAR PUSTAKA
AMBARWATI, G., Anggorowati, A., & Ropyanto, C. B. (2017). Studi
fenomenologi: pemenuhan kebutuhan psikososial pasien kanker yang
menjalani kemoterapi di rsud tugurejo semarang (Doctoral dissertation,
FACULTY OF MEDICINE

American Cancer Society. 2016a. Sign an Symtomps of Cancer.


https://www.cancer.org/cancer/cancer-basics/signs-and-symptoms ofcancer.
html

American Cancer Society. 2016b. What Causes Cancer-Related Fatigue.


https://www.cancer.org/treatment/treatments-and-side-effects/physical-
sideeffects/ fatigue/what-causes-cancer-related-fatigue.html

Backy P. (2000) Holistic stoma care.London: Bailirre Tindall


Bulkley J, Mcmullen CK, Hornbrook MC, Grant M, Altschuler A, Wendel CS, et al.
Spiritual well-being in long-term colorectal cancer survivors with ostomies.
2013;2521(June):2513–21.

Burch, J. (2013). Care of patients with a stoma. Nursing Standart: 27 (32) : 49-56.

Bruera, E., I. J. Higginsen, C. Ripamonti, dan C. F. Von Guten. 2006. Textbook of

Blackley, P. (2003). Practical stoma wound and continence management. Edisi


kedua. Vermont Vic Australia: Research Publications Pty Ltd.

Caesandri, S. D. P., & Adiningsih, S. (2017). Peranan dukungan pendamping dan


kebiasaan makan pasien kanker selama menjalani terapi. Media Gizi
Indonesia, 10(2), 157-165.

Ditjen Yankes. (2018). Perawatan Stoma. Jakarta: Kemenkes RI

Erfina, E., Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2010). Pengalaman Perempuan


Setelah Menjalani Terapi Kanker kolorectal. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 13(3), 153-159.

Grace, P. A., & Borley, N. R. (2007). At a Glance: Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta:
EMS
Harahap, P. A. (2014). Gambaran konsep diri pasien kanker kolorektal dengan
tindakan kolostomi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Hartati, A.S. (2008). Skripsi, Konsep diri dan kecemasan wanita penderita kanker
payudara di poli bedah onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Tidak dipublikasikan.

Hadjam. (2000). Tinjauan Psikologis Tenatang Kanker : Yogyakarta : Fakultas


Psikologi UGM

Harkness, G. A. & Dincher, J. R. (1995). Medical surgical nursing total patient care.
Edisi 9. St. Louis: Mosby.

Helen , Yossie S (2016)Kualitas Hidup Pasien dengan Stoma Permanen di Rumah


Sakit Kanker ,Departemen keperawatan jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia

Kusumawardani, N. (1996). Penanganan nutrisi pada penderita kanker. Media


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 6(04 Des).

Kozier Barbara, Erb, Berman S. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC;
2010.

Lin, J. M. S., D. J. Brimmer, E. M. Maloney, E. Nyarko, R. BeLue, dan W. C.


Reeves. 2009. Further validation of the multidimensional fatigue inventory
ina us adult population sample. Population Health Metrics. 7:1–12

Latifa , Christantie E, Henny S 2007kualitas hidup pasien kanker kolorektal dengan


kolostomi permanen pasca pengobatan,Program studi ilmu keperawatan ,FK
UGM,YOGYAKARTA

Mitchell, S. A. 2014. Cancer-related fatigue. Cancer Symptom Management. 25–


42.of cancer-related fatigue measurement questionnaires. American Journal
of Hospice and Palliative Medicine. 28(2):119–129.

Nurhidayah, Simanjuntak. (2007). Kemampuan self care dan gambaran diri pasien
kolostomi di RSUPH Adam Malik Medan

Neuberger, G. B. 2003. Measures of fatigue: the fatigue questionnaire, fatigue


severity scale, multidimensional assessment of fatigue scale, and short form-
36 vitality (energy/fatigue) subscale of the short form health survey. Arthritis
& Rheumatism. 49(S5):S175–S183.

Paramita, N., N. Nusdwinuringtyas, S. A. Nuhonni, T. D. Atmakusuma, R. I. Ismail,


T. R. Mendoza, dan C. S. Cleeland. 2016. Validity and reliability of the
indonesian version of the brief fatigue inventory in cancer patients. Journal of
Pain and Symptom Management. 52(5):744–751.
Pratiwi, Y. (2014). Gambaran konsep diri pada klien dewasa muda dengan
kolostomi permanen di Yayasan Kanker Jakarta Pusat.

Potter, Perry (2005). Fundamental keperawatan. Edisi 4. Jakarta. EGC

Putri, R. H. (2011). Irigasi Kolostomi. 5 Oktober 2019.


http://www.perawatluka.com/irigasi-kolostomi/.

Stuart, G. W., Laraia, M. T., & Sundeen, S. J. (Eds.). (1998). Stuart &Sundeen’s
principles and practice of psychiatric nursing. Mosby incorporated.

Septiwi, C. (2013). Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien


Hemodialisis Di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 9(2).
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.
Sudoyo, A. W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (2007). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.

Seyidova-Khoshknabi, D., M. P. Davis, dan D. Walsh. 2011. A systematic review

Schwartz, A. H. 2002. Validity of cancer-related fatigue


instruments.Pharmacotherapy. 22(11):1433–1441.

Septiwi, C. (2013). Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien


Hemodialisis Di Rspad Gatot Subroto Jakarta. Jurnal Keperawatan
Soedirman. (The Soedirman Journal Of Nursing), 8(1), 14–21.

Tarwoto & Wartonah. (2013). Kebutuhan dasar manusia & Proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Truven Health Analytics. (2012). Colostomy care. 5 Oktober 2019.


http://www.drugs.com/org/colostomy-care.html

Wilkes, G. M. (2000). Buku saku gizi pada kanker dan infeksi HIV. Jakarta: EGC
GAMBARAN SKENARIO ROLEPLAY

HOMECARE

Seorang wanita usia 56 tahun dengan diagnosa kanker colorectal post colonoscopy hari ke-13
dengan stoma dirawat di rumah. Pasien telah menjalani terapi radiasi 2 kali di rumah sakit.
Pasien mengeluhkan nafsu makan turun, perut terasa kembung, lemah dan hanya terbaring
ditempat tidur dan merasa ragu dengan perawatan stoma yan dilakukan oleh keluarganya.
Keluarga berinisiatif untuk memanggil perawat home care. Selama pasien menjalani terapi
radiasi di Rumah Sakit ada beberapa perawat rumah Sakit yang memfasilitasi atau
menawarkan untuk melakukan perawatan home care jika klien mengalami keluhan-keluhan
yang dirasakan dan untuk melakukan perawatan dirumah. Oleh karena itu anak klien
meminta bantuan perawat Home Care untuk melakukan perawatan kepada klien selama
beberapa hari ke depan. Sebelumnya anak perempuan klien telah bertemu dengan perawat di
Rumah Sakit untuk menceritakan keluhan keluhan yang dirasakan oleh klien dan melakukan
kontrak dengan perawat untuk melakukan perawatan home care. Sebelumnya perawat telah
berdiskusi kepada dokter mengenai keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien.
HARI PERTAMA (SENIN PAGI JAM 09.00 WIB)
Senin, jam 09.00 WIB perawat Home care mendatangi rumah klien untuk melakukan
perawatan home care kepada klien yang sebelumnya telah melakukan perjanjian dengan anak
klien.
Tokoh :
Perawat 1 : Bibia
suami : Dewi
anak perempuan : Riska
cucu : sukarelawan kelompok lain
Klien : Eli

Perawat 1 : Assalamualaikum wr.wb permisi


Cucu :Iya waalaikumsallam, dengan siapa ya mbak?
Perawat 1 : Saya perawat Ita. Benarkah ini dengan rumah Ny.A (anak perempuan
klien)”
Cucu : Iya benar, mbak. Silahkan masuk dulu mbak. saya panggil ibu saya
dulu.
Perawat 1 : Iya terimakasih dek
(beberapa saat kemudian anak klien, saumi klien, dan cucu klien menemui perawat Ita yang
sedang duduk di ruang tamu)
Anak : Mohon maaf menunggu lama ya mbak?
Perawat 1 : Oh tidak mbak, ini baru saja sampai kok
Suami : Ini perawatnya ya nak?
Anak : Iya pak, ini namannya perawat Ita. Perkenalkan terlebih dahulu ya
mbak, ini bapak saya dan ini anak saya. (salaman)
Anak : Terimakasih ya mbak, sudah mau datang ke rumah saya
Perawat 1 : Iya mbak sama-sama. Sesuai dengan janji kemarin ya mbak hari ini
saya akan melakukan perawatan pada ibunya mbak ya.
Anak : Iya mbak, kemarin saya sudah bilang ke mbak ya kalau ibu saya itu
sekarang tidak nafsu makan, lemes, sama terbaring di tempat tidur
mbak.
Suami : Iya mbak, istri saya kan didiagnosis kanker kolorectal, kadang istri
saya itu juga mikirin penyakitnya kadang sampai nggak mau makan
gitu mbak. jadi saya kan juga bingung mbak. Sama istri saya kan
sekarang dipasang kantong di perutnya itu mbak, dulu pas awal sih dia
kayak malu gitu tapi sekarang udah enggak sih mbak.
Cucu : Iya mbak, biasanya ibu atau enggak kakek yang bersihin kantungnya
mbak
Perawat 1 : Iya baik pak dek, jadi saya kesini kan sudah kontrak dengan anak
bapak ya. Jadi insyaAllah nanti saya akan melakukan perawatan
kepada istri bapak sesuai dengan kontrak waktu yang telah ditentukan
berdasarkan keluhan-keluhan yang mbak, bapak dan adik ceritakan
tadi.
Anak : Baik mbak
Perawat1 : baik untuk pertemuan hari ini nanti sekitar 30 menit ya pak, mbak.
Apakah bersedia?
Suami : Iya mbak bersedia
Anak : iya mbak
Perawat 1 : Baik kalau begitu saya boleh langsung bertemu dengan ibunya mbak?
Anak : Baik mari saya antar mbak
(Perawat 1, anak, suami dan cucu menuju ke kamar klien)
Anak : ini ibu saya mbak. Ibu perkenalkan ini perawat Ita yang. Saya
meminta bantuan mbak Ita untuk merawat ibu, dan mungkin nanti juga
akan memberikan informasi2 terkait dengan kondisi ibu saat ini
Perawat 1 : Iya benar bu, saya perawat Ita. Beberapa hari kedepan nanti saya akan
bertemu dengan ibu dan melakukan peawatan kepada ibu. Saya harap
ibu senang dengan kedatangan saya ya bu
Klien : Iya mbak, saya senang kok. Terimakasih sudah mau datang ya
Perawat 1 : Iya ibu sama-sama.
Suami, cucu, anak dan perawat duduk di samping pasien
Perawat 1 : Bagaimana keadaan ibu saat ini?
Klien : Ya begini mbak, saya lemes dan tidak nafsu makan terus perut saya
kembung.
Perawat 1 : Sejak kapan ibu mengalami gejala seperti itu bu?
Klien : Sejak 3 hari yang lalu mbak
Anak : Iya mbak
Perawat 1 : Baik, Untuk tidak nafsu makannya di waktu waktu tertentu atau
bagaimana bu?
Klien : Yaa setiaap hari mbak, rasanya kalau mau makan itu udah ngga
nafsu lagi. Tapi ya kadang tetep saya makan tapi sedikit saja mbak.
soalnya kalau nggak makan kan di marahin anak saya nanti. Sekarang
perut saya kan juga kembung mbak, jadi rasanya sekarng tambah
nggak nafsu makan lagi.
Perawat 1 : Baik untuk minumnya sendiri bagimana bu?
Klien : Kalau minum mau mbak, tapi ya sedikit sedikit
Perawat 1 : Sehari bisa berapa gelas bu?
Anak : paling ya 2 gelas yang kecil gitu mbak
Perawat 1 : Baik permisi saya lihat tangannya dulu ya bu (Mengecek turgor kulit,
mukosa bibir) dehidrasi
Perawat 1 : Baik selain itu menurut keterangan dari suami ibu, apakah benar ibu
juga dipasang kantung diperut bagian kiri ya bu?
Klien : Iya benar mbak
Peawat 1 : Biasanya yang melakukan perawatannya siapa bu?
Klien : Anak dan suami saya mbak.
Perawat 1 : Apakah sebeluumnya kelurga ibu sudah pernah mendapat
pengetahuan mengenai perawatan stoma?
Anak : Sudah mbak, dari perawat rumah sakit pas ibu setelah dilakukan
operasi di perutnya.
Klien : Iya mbak, tapi saya masih ragu dengan perawatan stoma yang
dilakukan anak saya
Perawat1 : Apa yang membuat ibu ragu?
Klien : Yaa takut salah aja mbak perawatannya soalnya kan orang biasa gitu
mbak, nggak perawat atau dokter jadi ya saya ragu aja
Perawat 1 : Baik bu, sebelumnya mohon maaf apakah ibu juga sudah mengetahui
apa penyakit yang ibu alami?
klien : Sudah mbak, kanker kolorectal
Perawat 1 : Bagaimana pandangan ibu terhadap penyakit yang ibu alami?
Klien : Yaa sedih mbak, kadang yang kepikiran gitu sampai nggak mau
makan
Perawat 1 : Baik selain itu ada keluhan lain lagi?
Klien : Yaa gini mbak saya lemes, saya hanya terbaring di tempat tidur
seperti ini.
Perawat1 : Baik boleh saya cek ya bu
(perawat mengecek resiko dekubitus dengan skala braden, mengecek
respon sensori (ya/berespon/2), ditanya : Bu ini untuk kulit disekitar
yang tertekan lembab atau tidak? (jawaban : kadang lembab/3. Ditanya
: ini untuk aktivitasnya apakah hanya ditempat tidur ata bisa berjalan
disekitar sini bu (jawaban sekarang hanya ditempat tidur/1) ditanya :
kalau misal mau berubah posisi butuh bantuan atau bisa sendiri bu?
(jawaban butuh bantuan mbak, soalnya kadang saya pengen miring
kanan tapi nggak pas gitu jadi butuh bantuan supaya bisa nyaman/2)
ditanya : Nutrisi nilainya 2 (tidak usah ditanya). Ditanya : kalau misal
mau mengangkat tubuhnya membutuhkan bantuan atau tidak bu, atau
bisa sendiri? (jawaban butuh bantuan mbak/2) NILAI SKALA
BRADEN 14 = Resiko Menengah
Perawat 1 : Nah jadi gini ya bu, karena ibu kan sekarang hanya terbaring
ditempat tidur jadi nanti ibu atau bisa juga dibantu oleh anak ibu atau
suami ibu untuk melakukan perubahan posisi pada tubuh ibu untuk
mencegah dekubitus
Anak : Dekubitus itu apa ya mbak?
Perawat 1 : Dekubitus itu kerusakan kulit karena tekanan pada yang berlebihan
dengan waktu yang lama ,karena ibu berbaring setiap hari di kasur
tanpa adanya sebuah kegiatan itu bisa mengakibatkan dekubitus atau
luka
Suami : Ohh begitu ya mbak
Perawat 1 : Nanti untuk posisinya ibu bisa miring kanan atau miring kiri ya bu
Nanti untuk mbak dan juga bapak bisa memban ibu untuk miring
kanan atau miring kiri ya.
Suami : Oh iya mbak
Anak : Baik mbak
Perawat 1 : Baik saya akan miringkan ibu terlebih dahulu ya bu
Ibu : Baik mbak (perawat memiringkan pasien)
Perawat 1 : Baik, apakah ibu sudah nyaman?
Klien : Sudah mbak
Perawat 1 : Baik bu, sebelumnya ibu kan juga tidak nafsu makan ya, ini saya ada
obat untuk meningkatkan nafsu makan ya bu. Kemarin berdasarkan
penjelasan dari anak ibuk saya sudah berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat ini. Ibu bisa minum obat ini 3 x sehari ya!
Ibu : Baik mbak.
Anak : Iya mbak, terimakasih
Perawat 1 : Baik sebelumnya dalam pemberian makan pada ibu juga harap
diperhatikan ya bu
Anak : Diperhatikan bagaimana ya mbak?
Perawat 1 : jadi begini bu makanan itu sangat penting bu agar ada energi yang
masuk bu buat kekuatan bu agar ibu nanti tidak lemas bu
Anak : ohh begitu mb..
Perawat 1 : iya mbak ,ibunya mbak nanti bisa mengonsumsi nasi dan sayur
dengan sedikit- sedikit tapi sering ya bu yang penting ada makanan
yang masuk mbak,nanti mbk bisa memberikan ibu makan dan di jeda
2-3 jamya mbak nasinya setengah kepal tangan aja tidak apa – apa
mbak
Anak : ohh iya iya. harus nasi sama sayur ya mb??
Perawat 1 : tidak mb nanti tambah lauk mb seperti daging, ayam atau tahu dan
tempe .Nasi bisa di ganti umbi – umbian mb karena sama – sama
karbohidrat jadi setiap hari bisa ganti menunya agar ibu tidak bosan.
Nah selain itu makanannya dianjurkan tinggi protein ya bu misal
seperti tempe atau tahu. Kemudian untuk pemberian makanannya bisa
diberikan lebih banyak dipagi hari ya bu. kemudian untuk kebutuhan
cairan bisa 30-40 ml ya bu.
Anak : Ohh baik mbak. Apa saya harus membuat jadwal makanan setiap
harinya ya mb biar tidak bingung?
Perawat 1 : Nah bisa banget mbak biar lebih bervariasi
Anak : Ohh baik mbak
Perawat 1 : Baik bu karena waktunya sudah habis untuk pertemuan hari ini kita
akhiri sampai disini dulu ya bu, mungkin dari beberapa hal yang saya
sampaikan apakah ada pertanyaan?
Suami : Tidak mbak
Anak : Tidak sih mbak
Perawat 1 : Baik sebelum itu mbak bisa ulangi mengenai informasi yang saya
sampaikan tadi?
Anak : Minum obat ini ya mbak 3 kali sehari sama mengonsumsi nasi dan
sayur bu dengan sedikit- sedikit tapi sering yang penting ada makanan
yang masuk. terus tambah lauk mb seperti daging, ayam atau tahu dan
tempe.
Suami : Oh ya sama, perubahan posisi ya mbak miring kanan atau miring kiri
untuk mencegah luka
Perawat 1 : Iya betul pak, mbak. Baik kalau begitu saya ijin permisi dulu ya pak
bu, besok pagi sekitar jam 9 saya akan kesini lagi ya bu untuk
melakukan perawatan stoma pada ibu. Karena tadi ibu bilang kan
masih ragu ya dengan perawaan yang dilakukan oleh keluarga ibu jadi
nanti dengan pemberian informasi mengenai perawatan stoma ibu juga
bisa melakukan perawatan stoma sendiri dan ibu serta keluarga ibu biar
bertambah pengetahuannya mengenai perawatan stoma sehingga ibu
tidak ragu lagi.
Anak : Iya mbak benar
Perawat 1 : Baik kalau begitu saya permisi dulu ya. Terimakasih
Waasslamualaikum wr.wb
semuanya : Waalaikumsallam wr.wb

HARI KEDUA (SELASA PAGI JAM jam 09.00 WIB )

Perawat 2 : Eli
suami : Dewi
anak perempuan : Riska
Klien : bibia

Pada hari kedua Perawat melakukan kunjungan kembali kerumah klien untuk melakukan
pengkajian dan perawatan penggantian stoma. Perawat juga memberikan edukasi perawatan
stoma lagi kepada keluarga pasien.
Perawat : “Assalamualaikum, selamat siang Bapak, Ibu.”

Suami : “Wa’alaikumsalam Sus, silahkan masuk, mari duduk Sus.”

Perawat : “Baik, terima kasih Pak.” (Perawat duduk di ruang tamu)

Suami : “Nak, tolong ambilkan minum untuk Perawat Ita.” (Teriak sang Bapak
memerintah anaknya)

Perawat : “Oh, tidak perlu repot-repot Pak.”

Suami : “Tidak apa-apa Sus, Cuma minuman saja.”

Perawat : “Baiklah Pak, terima kasih ya Pak. Bapak gimana kabarnya?”

Suami : “Alhamdulilah baik mbak, Suster sendiri gimana kabarnya?”

Perawat : “Alhamdulillah, saya juga baik Pak.”

Perawat : “Seperti yang saya bilang pas kunjungan kemarin ya Pak, hari ini saya datang
lagi ke rumah Bapak untuk melakukan pengkajian dan perawatan stoma
sekligus mengajari lagi Bapak dan Mbak Mirna tentang perawatan stoma
mandiri. Naniti kurang lebih waktunya ya sekitar 1 jam Pak, apakah diizinkan
Pak?”

Suami : “Iya boleh sekali Sus, terima kasih ya Sus, sudah mau repot-repot datang ke
rumah saya.”
Perawat : “Iya Pak, sama-sama sudah menjadi tugas dan pekerjaan saya. Oh iya Pak,
bagaimana keadaan istri bapak, apakah nafsu makannya sudah mulai
bertambah Pak?”

Suami : “Ya, alhamdulillha Sus, sudah mau makan sedikit-sedikit tadi sore sempat
minta di masakin soto makanan kesukaanya, dimasakin sama anak saya.”

Perawat : “Wah, alhamdulillah ya Pak, Ibu Y sudah mau makan.”

Anak klien datang memberikan minuman dan sedikit jamuan untuk Perawat Ita.

Anak : “Ini Sus, minumannya monggo diminum, maaf ya Sus.. cuma ada teh anget
sama gorengan ini masakan saya tadi pagi.”

Perawat : “Wah, terima kasih banyak Mbak malah jadi ngerepotin.”

Anak : “Ah, tidak Sus tidak repot kok.

Perawat : “gimana kabarnya mbak, anaknya sehat juga kan mbak?”

Anak : “Alhamdulillah, kabar saya baik Sus, anak saya pun sehat ini sekarang lagi
main di rumah temennya.”

Perawat : “Alhamdulillah ya mbak, sehat semua. Tadi saya dengar dari Bapak. Ibunya
sudah mau makan ya mbak?”

Anak : “Iya Sus, Alhamdulilha tadi sore Ibu pengen makan soto jadi saya buatkan
soto. Tadi sore makan soto semangkok tapi ya engga dihabisin. Tadi pagi juga
sudah mau sarapan, tapi porsinya ya masih sedikit Sus, belum terlalu lahap
makannya, tapi mendingan Sus, daripada kemaren cuma makan dikit banget.”

Perawat : “Oh, begitu ya mbak,.. ya Alhamdulillah Ibu Y, sudah bertambah nafsu


makannya, meskipun masih sedikit ya mbak, nanti kalau Ibunya meminta
makanan kesukaannya lagi minta tolong ditururti dulu ya mbak, supaya bisa
menambah nafsu makannya.

Anak : “Iya Sus.”

Perawat : “Kalau begitu Pak, mbak, saya boleh langsung ketemu istrinya pak?”

Suami : “Oh iya Sus boleh, mari sini langsung masuk ke kamar istri saya saja ya
Sus.”

Perawat : “Oh iya, baik Pak.”

(Perawat masuk ke dalam kamar Ny.Y, Ny.Y terlihat senang melihat kedatangan Perawat)

Perawat : “Assalamualaikum, selamat siang Ibu?”

Klien : “Wa’alaikumsalam, wah perawat Ita datang lagi ya..”


Perawat : “Iya Ibu, saya datang berkunjung lagi seperti janji saya kemarin ya Buk,
untuk mengkaji keadaan Ibu dan melakukan perawatan stoma. Bagaimana Ibu
kabarnya hari ini, sepertinya Ibu Y tampak lebih segar ya Bu?

Klien : “Alhamdulillah baik, ya masih seperti ini keadaannyalah Sus, iya ini saya r
asanya sedikit seger dibandingkan kemarin.”

Perawat : “Alhamdulillah, saya dengar dari Bapak dan anak ibu tadi nafsu makan Ibu
sudah bertambah ya Bu, sudah mau makan soto katanya, apa benar Ibu?”

Klien : “Iya Sus, setelah minum obat nafsu makan yang Suster beri kemarin, Saya
jadi pengen makan, tapi masih nambahnya ya... sedikit-sedikit Sus, belum
langsung lahap gitu.”

Perawat : “Wah bagus Buk, sudah ada peningkatan. Nanti ditingkatkan lagi ya Bu
nafsu makannya, makannya yang teratur sehari 3 kali. Kalau minumnya
bagimana Buk, sampai siang ini sudah minum berapa gelas Bu?”

Klien : “Kayaknya ya dari pagi tadi saya baru minum 2 gelas, tadi pas sarapan
dibuatin susu anget sama anak saya, terus tadi ya.. saya sempet minum air
putih sudah segelas.”

Perawat : “Bagus Buk, nanti ditambah lagi ya Buk minumnya mungkin ditambah
sambil nyemil-nyemil amkanan ringan begitu Buk.

Klien : “Baik Sus, nanti saya usahakan ya Sus.”

Perawat : “Ibu ada keluhan yang dirasakan tidak Bu?”

Klien : “Ini Sus semenjak nafsu makan saya sedikit bertambah, sepertinya kantung
stomanya sudah mau penuh ini mbak, rasanya jadi kurang nyaman di bagian
stomanya.

Perawat : “Oh begitu ya Bu, boleh saya periksa Buk?

Klien : “Iya boleh Sus, silahkan.”

Perawat : “Maaf ya Bu, izin membuka baju atasan Ibu. Iya ini Bu, kantung stomanya
sudah sepertiga penuh. Bagaimana kalau langsung saya bantu untuk
mengganti stomanya saja ini Bu?”

Klien : “Iya Sus, diganti sama Suster saja. Soalnya saya masih edikit ragu kalau
yang menggantikan kantung stoma itu suami atau anak saya. Rasanya malah
kulit disekitar stomanya lembab gitu ee Sus.”

Perawat : “Oh, seperti ya Buk, baik ini sambil saya mengganti kantung stomanya,
sekalian saya panggil Bapak sama anak ibu dulu ya Bu, biar sekaligus
mengajari suami dan anak bapak tentang cara melakukan perawatan stoma
yang benar. Bagaimana Bu?”
Klien : “Wah, boleh itu mbak, seklaian biar nanti suami dan anak saya paham dan
bisa marawat saya dengan benar.

(Perawat memanggil anak dan suaminya untuk masuk ke kamar juga.)

Perawat : “Bapak dan Mbak kesini, saya bantu ajari cara melakukan perawatan dan
penggantian stoma yang benar. Nanti saya coba praktikan langsung ke Ibu,
Bapak dan Mbak bisa sambil melihat apa yang saya lakukan, begitu ya Pak..
Mbak.. apakah bersedia?

Anak dan suami : “Wah boleh mbak, baik saya akan belajar cara yang benar.”

Perawat melakukan penggantian kantung stoma sesuai prosedur yang benar. Dan
melakukan pengkajian stoma, mengukur jumlah cairan di kantung stoma dan
mendokumentasikannya.

Sambil sesekali menjelaskan kepada anak klien dan suami klien tentang cara
mengganti stoma.

Perawat : “Ibu, ini kantung stomanya sudah saya ganti dengan yang baru. Nanti semisal
cairannya sudah sepertiga penuh, nanti Ibu bisa minta tolong ke suami Ibu atau
ke anak ibu untuk membantu mengganti kanatung stoma yang baru seperti
yang saya ajarkan tadi. Bagaimana perasaanyya BU, setelah diganti yang baru
kantung stomanya?”

Klien : “Baik, terima kasih Sus. Alhamdulillah jadi lebih nyaman, dan terasa penuh
lagi.”

Perawat : “Alhamdulillah, akalu begitu Bu. Bagaimana Bapak dan Mbak apakah sudah
jelas terkait cara mengganti kantung stoma? Kalau ada yang kurang jelas bisa
langsung ditanyakan ya Pak.. Mbak Mirna.”

Anak : “Saya mau tanya Sus, itu kalau untuk mengetahui stoma yang sehat atau
tidak infeksi cirinya seperti apa ya Sus?”

Perawat : “Pertanyaan yang bagus mbak, oh iya kalau kulit yang sehat di sekitar stoma
itu kulit di sekitar stoma kering tidak lembab. Jadi kulit di sekitar stoma dijaga
tetap kering. Sedangkan untuk ciri stoma yang sehat sendiri itu stomanya
berada di atas kulit, berwarna merah dan lembab, kalau warnanya pucat
menunjukkan adanya anemia, kalau warnanya hitam menunjukkan adanya
iskemia (kekurangan oksigen di area stoma), tidak ada ruam, tidak ada ulesasi
atau pertumbuhan di stomanya, tidak ada peradangan di sekitar kulit. Begitu
mbak, bagaimana mbak Mirna apakah jelas?”

Anak : “Oh, jadi seperti itu ya Sus. Baik terima kasih Sus. Oh iya satu lagi Sus,
sehari perlu diganti kantung stomanya berapa kali ya Sus?”
Perawat : “Untuk mengganti kantung stoma itu berdasarkan jumlah cairan yang
dikeluarkan ke kantung stomanya Mbak, kalau sudah sepertiga penuh
sebaiknya langsung diganti ya mbak, jadi tidak pasti berapa kalinya tergantung
dari jumlah cairannya tadi apakah banyak atau sedikit sepeti itu mbak.”

Anak : “Oh begitu ya Sus, baik mbak terima kasih lagi Sus.”

Perawat : “Iya sama-sama Ibu, Bapak dan Mbak Mirna. Ada yang ingin ditanyakan lagi
kah Pak.. Mbak Mirna, atau dari Ibu mungkin?”

Klien, suami & anak : tidak mbak

Klien : “Oh baik Sus, terima kasih banyak ya Sus.”

Perawat : “Bapak, Ibu, dan Mbak Mirna ini perwatan stomanya sduah selesai. Alat-alat
saya sudah saya bereskan. Besok saya akan datang kesini lagi ya Bu, Bapak
dan Mbak Mira untuk melakukan kunjungan dan memantau kondisi Ibu Y.
Bagaimana apakah diperbolehkan?”

Anak : “Iya boleh mbak.”

Perawat : “Baik Bapak Ibu, besok waktunya seperti sekarang saja gimana Pak, di siang
hari begitu ya Pak, sekitar jam 10 an saya akan datang kesini lagi.”

Suami : “Baik Sus..”

Perawat : “Kalau begitu saya pamit dulu ya Pak, Ibu, dan Mbak. Sampai ketemu besok
ya Bu, semoga keadannya bia lebih nyaman lagi dan gejala-gejala lain tidak
kambuh lagi.

Suami : “Iya mak, mari saya antar sampai depan rumah Sus.”

Perawat : “Saya pamit dulu ya Ibu,”

Klien : “Iya Sus, hati-hati di jalan ya Sus.”

Perawat : “Wassalamualaikum Bapak dan Mbak Mirna, saya pamit dulu.”


HARI KETIGA (KAMIS JAM 09.00 WIB)
Pada hari ketiga Perawat melakukan kunjungan kembali kerumah klien untuk melakukan
latiahn ROM kepada klien.

Tokohnya :
Perawat 3 : Dewi
Anak perempuan : Riska
suami : Biba
Klien : Eli

Perawat 3 : Assalamualaikum ibu, bapak


Anak : Waalaikumsallam. Oh perawat Ita ya?
Perawat 3 : Iya mbak
Anak : Mari silahkan masuk mbak
Perawat 3 : Iya terimakasih mbak. Bagaimana dengan kedaan ibu mbak hari ini.
Anak : Ya sudah lebih baik dari kemarin mbak. Mari saya antar ke kamarnya mbak
Perawat 3 : Baik mbak
Perawat dan anak memasuki kamar klien
Perawat : Assalamualaikum pak bu
Suami & klien : Waalaikumsallam
Perawat 3 : ibu masih inget dengan saya?
Pasien : masih mba. Perawat yang kemarin datang dan merawat saya kan?
Perawat : iya ibu benar. Saya perawat Ita yang akan merawat ibu pada hari ini ya bu
pak.
Suami : iya mba, silakan.
Perawat 3 : Bagaimana kabar ibu hari ini?
Pasien : alhamdulillah mba marasa lebih baik.
Perawat 3 : alhamdulillah bu kalau sudah merasa lebih baik. Nah, kalau boleh tahu,
bagaimana perasaan ibu setelah kemarin dilakukan pendidikan kesehatan
mengenai makanan yang baik dikonsumsi oleh ibu, sertan nafsu makan ibuk
dan cara perawatan stoma yang baik dan benar?
Pasien : merasa lebih tenang mbak dan sekarang saya sudah isa mana sihmbak tapi ya
mash sedit-edikit Karena bisa mengetahui makanan yang boleh dan tidak
boleh dimakan jadi gak makan sembarangan. Dan untuk perawatan stoma
kadang saya melakukan sendiri dan saya merasa lebih tenang dan gak merasa
ragu lagi terhadap perawatan stoma yang dilakukan oleh suami atau anak saya.
Perawat 3 : wah bagus sekali bu kalau begitu. Lalu bagaimana mengenai kelemahan yang
ibu alami kemarin? Apakah sekarang masih merasa lemah ?
Pasien : iya mba masih sedikit lemas.
Perawat 3 : lalu untuk perubahan posisi yang kemarin sudah dipelajari seperti miring
kanan atau miring kiri, apakah sudah dilakukan secara teratur bu?
Pasien : iya sudah mba, kadang saya melakukannya sendiri tapi masih merasa
kesulitan untuk melakukan sesuatu.
Perawat 3 : lalu ketika merasa kesulitan apa yang ibu lakukan?
Pasien : ketika saya ingin melakukan sesuatu, saya minta bantuan suami atau anak
saya, terkadang juga minta bantuan cucu saya.
Perawat 3 : begitu ya bu.
Perawat 3 : bapak, apakah benar yang barusan dikatakan ibu?
Suami : iya mba benar. Kadang itu kalau posisi nya lagi dekat dengan ibu, ibu sering
memanggil untuk meminta bantuan atau mengambilkan sesuatu.
Perawat 3 : ohh begitu ya pak, lalu apakah setiap ibu membutuhkan sesuatu ibu
memanggil keluarga terus menerus?
Suami : tidak mba, ibu meminta bantuan keluarga ketika ibu tidak bisa melakukannya
sendiri. Jadi tidak terus menerus.
Perawat 3 : baiklah kalau begitu pak. Boleh saya lihat sebnetar ya bu
Perawat 3 : nah ibu, sekarang ibu kan masih merasa lemas. Bagaimana kalau sekarang
kita melakukan latihan ROM (Range of Motion). Nah latihan ROM ini
merupakan latihan menggerakkan persendian ibu seperti tangan, kaki, dan
anggota tubuh lainnya. Latihan ROM yang akan kita lakukan ini bertujuan
untuk meningkatkan fleksibilitas persendian ibu sehingga nantinya persendian
ibu lebih kuat tidak merasa lemas bu. Bagaimana bu? Apakah ibu bersedia?
Pasien : iya bersedia mba. Saya tidak ingin merasa lemah lagi dan menyusahkan
keluarga
Perawat 3 : baiklah bu. Untuk waktunya sekitar satu jam ya bu
Pasien : iya mba
Perawat 3 : nah bapak dan mbak bisa memperhatikan saya ya. Jadi nanti bapak dan mbak
bisa membantu ibu untuk melakukan latihan ROM secara mandiri di rumah
atau misal kalau ibu sudah tidak lemas lagi ROM ini bisa dilakukan sendiri
oleh ibu.
Suami dan anak : iya mba, saya akan memperhatikan
Perawat : baiklah pak bu. Langsung kita mulai saja ya latihan ROM nya. Ibu posisinya
sudah nyaman?
Pasien : sudah mba.
Perawat : baik bu sekarang kita mulai saja ya bu untuk latihan ROM nya. Mungkin
nanti saya akan menekuk area persendiannya ibu, apabila ibu merasa nyeri
bisa bicara dengan saya. Bagaimana bu? Apakah ibu mengerti? Atau ada yang
ingin ditanyakan?

Pasien : tidak mba, sudah cukup mengerti.

Perawat : baiklah ibu ingin melakukan gerakan sendiri atau saya bantu bu?

Pasien : Saya ingin coba sendiri dulu mbak, nanti kalau misal lelah saya dibantu ya
mbak

Perawat 3 : Baik bu
Perawat : ibu ini latihan ROM nya sudah selesai ya bu. Bagaimana bu perasaannya
setelah dilakukan latihan?
Pasien : Lebih enakan mbak tapi agak sedikit capek ya mba.
Perawat 3 : iya ibu, mungkin efeknya akan sedikit capek, namun latihan cukup efektif
untuk meningkatkan aktivitas, nah setelah ini ibu boleh beristirahat ya bu
Pasien : ohh begitu ya mba
Perawat 3 : nah latihan ROM ini bisa dilakukan minimal 2 kali/ hari ya bu
Pasien : iya mba, akan saya lakukan secara rutin, tapi terkadang saya itu lupa mba
Perawat 3 : kalau ibu merasa lupa, ibu bisa minta tolong suami atau keluarga ibu yang
lain untuk mengingatkan jadwal latihannya
Pasien : Ohh begitu. Baik mba
Perawat 3 : Nah untuk bapak dan mbak bisa nih mengingatkan ibu untuk latihan ROM
atau kegiatan yang lain ketika ibu lupa, sekalian bapak atau mbak bisa
membantu untuk melakukannya.
Anak : iya mba saya akan mengingatkan ibu untuk rutin melakukan latihan.
Perawat : bagus mbak. Jangan lupa ya pak latihan ROM ini dilakukan minimal 2 kali/
hari. Namun jangan dipaksakan ya pak kalau ibu merasa tidak kuat atau
merasa capek. Lalu bapak bisa memnta ibu untuk menghentikan latihan ROM
ini apabila ibu merasakan nyeri dibagian yang digerakkan. Jadi tidak boleh
memaksakan gerakan. Begitu pak, apakah bapak sudah mengerti?
Suami : iya mba mengerti. Lalu untuk tiap gerakan dilakukan berapa kali ya mba?
Perawat : Untuk tiap gerakan bisa dilakukan 3-5 kali ya pak.
Suami : Ohh baiklah mba.
Perawat : baik pak, kalau bapak sudah mengerti, coba bapak ulangi apa yang tadi sudah
kita diskusikan.
Suami : begini mba, jadi ibu kan merasa lemah dan kurang bisa beraktivitas secara
normal. Nah untuk meningkatkan kekuatan otot atau sendi dilakukan latihan
ROM seperti yang mba tadi lakukan dengan menekuk tangan, kaki, atau tubuh
lainnya. Terus latihannya dilakukan minimal 2 kali/ hari, tapi tidak boleh
memaksakan apabila ibu merasa capek atau tidak kuat. Begitu mba?
Perawat : iya pak benar. Jadi bapak sudah mengerti ya pak. Lalu apakah ada yang ingin
ditanyakan lagi pak?
Suami : sepertinya sudah cukup mba.
Perawat : baiklah pak.
Perawat 1 : Nah mungkin dai ibu ada yang ingin ditanyakan lagi, atau yangingin
disampaikan?
Pasien : hmmm.. gini mbak, saya kadang masih merasa tidak percaya dengan
penyakit yang saya alami. Kenapa saya harus mengalami penyakit yang cukup
berat ini sampai-sampai kalau saya kepikiran dengan penyakit saya kadang
saya sampe nggak mau makan
Perawat : ibu yang sabar ya, saya yakin setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Pasien : iya mba, saya sudah sabar, namun saya masih belum menerima penyakit saya
ini mba
Perawat : ibu yang tenang ya. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi bu untuk
membicarakan masalah ini bu?
Pasien : iya boleh mba
Perawat : baiklah bu. Jadi untuk besok kita akan bertemu untuk memberikan motivasi
kepada ibu agar ibu bisa lebih semanat lagi dalam menjal kehidupan sehari
hari da mmeberikan terapi SEFT agar ibu bisa lebih ikhlas dan pasrah kepada
Allah terhadap penyakit yang dialmi oleh ibu
Pasien : Terapi SEFT itu apa ya mbak?
Perawat : Nanti akan saya jelaskan kepada ibu dan bapak dipertemuan selanjutnya ya.
Bagaimana kalau pertemuannya selanjutnya sekitar jam 10.00 WIB apakah
bersedia?
Semua : Iya bersedia mbak
Perawat 3 : Baik kalau begitu saya mau pamit dulu ya bu, bapak, mbak.
Assalamualaikum.
Pasien : waalaikumsalam. Terima kasih banyak ya mba
Suami : waalaikumsalam. Terima kasih ya mba
Perawat : iya ibu bapak. Sama-sama.

HARI KEEMPAT (SABTU JAM 10.00 WIB)


Pada hari keempat Perawat melakukan kunjungan kembali kerumah klien untuk memberikan
motivasi dan terapi SEFT kepada klien.

Tokohnya :
Perawat 4 : Riska
Anak perempuan : Eli
suami : Bibia
Klien : Dewi
Cucu : Sukarelawan kelompok lain

Perawat 4 : Assalamualaikum
Suami : Waalaikumsallam. ohh Perawat Ita. Silahkan masuk mbak!
Perawat 4 : Baik pak terimakasih
Suami : Terimakasih sudah bisa datang kerumah ya mbak
Perawat 4 : Iya pak sama-sama, kan sudah sesuai dengan kontrak kemarin ya pak.
Bagaimana keadaan istri bapak saat ini
Suami : Alhamdulillah sudah lebih baik mbak. tapi ya kadang masih kepikiran sama
penyakitnya gitu mbak
Perawat 4 : Boleh saya melihatnya pak
Suami : Boleh mbak, mari
Perawat 4 dan suami menuju ke kamar, di kamar sudah ada anak dan juga cucu klien yang
sedang berbincang-bincang
Perawat 4 : Assalamualaikum ibu,Masih ingat dengan saya bu?
Pasien : Waalaikumsallam Masih mbak, Perawat Ita kan ?
Perawat 4 : Iya buk saya Ita. Sesuai janji di pertemuan sebelumnya kita ketemu lagi ya.
Anak : Iya mbak.Terimakasih ya mbak sudah bisa datang kerumah
Perawat 4 : Iya sama sama mbak
Perawat 4 : Sebelumnya, bagaimana keadaan ibu saat ini?
Pasien : Sudah sedikit lebih enakan kok mbak, sudah tidak lemas lagi.
Perawat 4 : Baik untuk nafsu mkannya sendiri apakah sudah meningkat bu?
Pasien : Sdah lebih meningkat kok mbak
Perawat 4 :Baik untuk perubahan posisi untuk mencegah luka dan latihan ROM masih
sering dilakukan tidak bu?
Pasien : Masih mbak
Perawat 4 : Baik untuk latian ROM nya sudah bisa sendiri atau masih dibantu bu?
Pasien : Ya kadang sendiri kadang dibantu mbak. Tapi sering sendiri sih mbak
Perawat4 : Alhamdulillah ya buk. Tapi ibu sampai saat ini masih kepirkiran terus sama
penyakit yang ibuk alami?
Pasien : Iya mbak, namanya juga penyakit, nggak dipikirin juga pasti tetep kepikiran
Perawat 4 : Baik buk, sesuai dengan janji kemarin ya buk, hari ini kita akan berbincang-
bincang mengenai perasaan ibuk terhadap penyakit yang dialami ibuk. ibuk kemarin kan
bilang kalau masih nggak percaya ya atas penyakit yang dialami oleh ibuk?
Pasien : Iya mbak, sebenernya masih nggak percaya. Tapi ya mau gimana lagi udah
terlanjur
Perawat 4 : Iya bu, pasti ibu kuat menghadapai cobaan yang diberikan Tuhan. Ibu ini kan
juga tidak sendiri masih ada suaminya, anaknya, sama cucunya ya buk (sambil menunjuk).
Jadi ibu harus bersyukur masih ada mereka yang peduli terhadap ibu.
Pasien : Iya mbak
Perawat 4 : Baiklah jadi begini bu, pak, dek. Sekarang kita bisa mulai ya untuk
berbincang- bincangnya.
Semuanya : Iya mbak.
Perawat 4 : Nanti untuk waktunya sekitar 45 menit apakah bersedia?
Pasien : Iya mbak boleh
Perawat 4 : Baik untuk posisinya sudah nyaman semua?
Semua : Sudah mbak
Perawat 4 : Baik kalau begitu langsung kita mulai saja
Perawat 4 : Sebelumnya apakah keluarga ibu juga sudah mengetahui tentang penyakit
yang ibu alami?
Suami : Sudah mbak. Kanker kolorektal atau kanker usus
Anak : Iya mbak, kanker usus.
Perawat ``4 : Untuk pengobatan yang sudah dijalani apa saja mbak?
Anak : Terapi radiasi
Perawat 4 : Sudah berapa kali mbak?
Anak : baru 2 kali di rumah sakit mbak
Perawat 4 : Bagaimana pendapat ibu terhadap penyakit yang diderita oleh ibu?
Pasien : Yaa gimana mbak, saya itu sebenernya masih nggak percaya kalau saya
punya kanker usus. Awal mulanya saya itu sering konsumsi makanan2 instan sama minum2
man yang langsung jadi gini, sama jarang konsumsi buah. Terus saya sering merasa nyeri di
bagian perut saya, setelah periksa ternyata ada kanker usus.
Perawat 4 : Lalu bagaimana perasaan ibu saat itu?
Pasien : Ya kaget lah mbak, dan nggak percaya. Tapi ya keluarga saya, terutama
suami saya itu selalu menguatkan saya
Perawat 4 : Lalu bagaimana ibu memaknai penyakit yang dialami oleh ibu?
Pasien : Yaa mungkin ini sebuah ujian dari Allah mbak, saya harus terima
Suami : Iya mbak yang namanya ujian ya pasti dihadapi, sambil terus berdoa sama
Allah supaya diberi kekuatan.
Perawat 4 : Iya benar pak bu, ujian dari Allah memang harus kita terima dan harus bisa
melewati. Selain itu peran keluarga juga penting untuk membantu memberikan semangat
dalam melewati ujian dari Allah. Keluarga bisa memberikan dukungan dan selalu berada
disamping ibu agar selalu kuat dan tabah menjalani ujian dari Tuhan. Nah sebelumnya saya
ada video, kita lihat vidoenya dulu!
Melihat Video Semangat Seorang Penderita Kanker Dan Stoma
Perawat 4 : Nah videonya sudah selesai, bagaimana isi video tadi?
Pasien : Dia menderita kanker ya mbak, tapi tetep semangat menjalani kehidupannya.
Sama tadi dia juga di pasang stoma juga ya mbak?
Perawat 4 : Iya bu betul. Ibu kan juga di pasang stoma ya, apakah aktivitas ibu merasa
terganggu dengan pemasangan stoma tersebut atau tidak?
Pasien : Nggak sih mbak, lagian kan saya juga jarang keluar karena lemes dan usia
saya juga sudah 56 tahun. Jadi ya nggak terlalu dipikir gitu mbak. Tapi dulu pas awal
pemasangan sebenernya juga masih belum terima kalau harus dipasang kantung seperti ini,
tapi ya saya harus bisa menyesuaikan diri mbak, soalnya kalau tidak dilakukan seperti ini
nanti saya tidak bisa buang air besar
Anak : Iya mbak, dulu pas awal2 pemasangan juga malu, tapi sekarang sudah biasa
Perawat 4 : Untuk aktivitas yang lain seperti beribadah ataupun hubungan dengan suami
ibu mengalami hambatan?
Pasien : kalau mau beribadah, anak saya yang membersikan kantungnya dulu mbak.
terus kalau berhubungan saat ini jarang mbak, karena saya masih sakit dan lemas.
Perawat 4 : Baiklah bu, Berdasarkan video yang saya tampilkan tadi bagaimana menurut
pendapat ibu?
Pasien : Dia beraktivitas seperti biasa mabak meskipun dipasang stoma dan
sepertinya dia menerima dan pasrah dengan penyakitnya ya mbak.
Perawat 4 : Iya betul bu, jadi meskipun dia menderita kanker mereka terus semangat
menjalani kehidupannya. dia tidak peduli dengan omongan orang-orang yang menghinanya
dan mereka berpikiran positif. Selain itu mereka juga beraktivitas seperti biasa meskipun juga
dipasang stoma, karena hal tersebut untuk kebaikan diri mereka sendiri.
Cucu : Iya nek, nenek harus semangat
Pasien : Iya.
Perawat 4 : Nah ibu harus seangat ya, itu sudah disemangatin sama cucunya
Pasien : Iya mbak. Tapi mbak, kadang-kadang saya kalau lagi kepikiran sama
penyakit saya, saya sering jarang makan rasanya itu udah kayak putus asa udah nggak mau
apa-apa lagi.
Perawat 4 : Nah perilaku tidak mau makan itu merupakan salah satu perilaku yang tidak
baik, juga bu, karena nantinya juga bisa memperburuk keadaan ibu. Nah apakah saat ini ibu
masih kepikirian dengan penyakit yang ibu alami?
Pasien : Iya mbak
Suami : Iya mbak, tadi bilang sama saya, katanya kepikiran sama penyakitnya pas
sebelum mbak dateng kesini tadi
Perawat 4 : Baik kalau begitu bagaimana kalau saya akan memberikan terapi SEFT
untuk membantu ibu supaya merasa lebih tenang dan ikhlas menerima terhadap penyakit
yang ibu alami?
Pasien : Boleh mbak
Perawat 4 : Apakah sebelumnya ibu dan dan keluarga ibu pernah mendengar tentang
terapi SEFT ?
Suami : Belum mbak
Anak : Pernah mbak, tapi belum terlalu mendalam sih, cuma tau-tau aja
Perawat 4 : Terapi SEFT ini kepanjangan dari Spiritual Emotional Freedom Technique
dimana terapi ini menggabungkan antara kekuatan do’a dengan spiritualitas sambil
mengetuk-ngetuk pada titik-titik syaraf tertentu pada tubuh ibu.
Suami : Kalau untuk pelaksanaannya sendiri nanti gimana ya ners?
Perawat 4 : Nanti pelaksanaannya ibu mengetuk-ngetuk pada bagian atas kepala, wajah,
dada, bawah ketiak sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang berhubungan dengan
keyakinan ibu.
Suami : Oh iyaaiya
Perawat 4 : Nah sekiraya dari ibu dan keluarga pelaksaanan terapi SEFT mau
dilaksanakan sekarang atau bagaimana?
Pasien : Iya sekarang saja mbak
Anak : Iya tidak apa-apa sekarang saja mbak, lagian ibu juga sudah bersedia
Perawat 4 : Baik untuk pelaksanaannya sekitar 30 menit ya bu, apakah bersedia?
Pasien : Iya mbak
Perawat 4 : Baik berarti nanti untuk pelaksanaannya diikuti dengan mengucapkan kata-
kata yang berhubungan dengan kepercayaan ibu. Intinya dalam terapi ini ibu
harus ikhlas, khusyu’ dan pasrah dalam pelaksanaanya ya bu.
Pasien : Baik ners
Perawat 4 : Nah sebelum itu, untuk benda-benda seperti hp atau alat alat lain yang nanti
bisa megganggu konsetrasi ibu, bisa di simpan terlebh dahulu ya bu, mbak
Anak : Baik ners
Perawat 4 : Sebelum kita memulai terapinya ini ibu bisa minum air putih terlebih dahulu
ya, agar bisa lebih tenang dan rileks
Pasien : Iya baik ners (meminum air putih)
Perawat 4 : Apakah psosisi ibu sudah nyaman?
Pasien : Ini ners sudah
Perawat 4 : Baik bu, untuk membantu ibu bisa lebih tenang dan rileks, ibu bisa mulai
memejamkan mata kemudian tarik nafas dalam lalu hembuskan kurang 3 kali
atau sampai merasa tenang seperti ini ya bu (perawat mencontohkan). Nah
sekarang ibu bisa mulai tarik nafas sambil memejamkan mata.. Tarik nafas
dalam kurang lebih sampai 3 kali atau sampai merasa lebih tenang.
Pasien : (Pasien mulai memejamkan mata, traik nafas dalam 3 kali)
Perawat 4 : (ketika pasien melakukan tarik nafas dalam, perawat mengatakan
“Bayangkan berkah Allah mulai mengalir masuk melalui ubun-ubun, masuk
ke dada, mengalir dan keluar melalui jari-jari”
Perawat 4 : Sekarang ibu pikirkan kekhawatiran yang saat ini ibu rasakan. Lalu ibu
silakan cari area nyeri di bagian dada menyilang seperti ini bu (perawat
sambil mencontohkan) jika ibu tidak mendapatkan titik nyeri dibagian dada
sebelah kanan atau kiri ibu bisa mengetuk di tangan sebelah sini ya bu
(perawat menunjukkan titik ketukkannya/titik karate chop) . Setelah ibu
menemukan titik nyerinya ibu bisa menggosok titik nyeri tersbut sambil
mengatakan “Ya Allah, meskipun saya menderita penyakit kanker, saya ikhlas
menerima, dan saya pasrah kepada-Mu sepenuhnya” Ibu bisa mengucapka
kata-kata tersebut sebanyak 3x dengan keras atau dalam hati sambil
memejamkan mata .
Pasien : (Pasien mulai melakukan, mengucapkan kata-kata dengan keras)
Perawat 4 : Kemudian ibu bisa mengatakan “YaAllah, saya ikhlas, saya pasrahkan
semua kepadamu” Sambil ibu mengetuk-ngetuk bagian tubuh kanan yaitu
diatas kepala, tengah alis, pelipis, bawah mata, bawah hidung, dagu, dada
bagian atas, bawah ketiak, bagian tangan (jempol, telunjuk, jari temgah,
kelingking dan karate chop). Nah ibu bisa mengucakan kata-kata tersebut
dengan keras atau di dalam hati. Bagaimana bu, apakah ibu bisa
melakukannya sendiri?
Pasien : Saya belum hafal ners,
Perawat 4 : Baik kalau begitu, ibu bisa mengikuti saya, sambil mengucakan kata-kata
“YaAllah saya ikhlas, saya pasrahkan semua kepadamu Ya Allah”
Pasien : (pasien mulai melakukannya bersama perawat, sambil mengucapkan kata-
kata dalam hati)
Perawat 4 : Nah selanjutnya, ibu bisa mencari titik antara jari manis dan jari kelingking
kemudian ibu mengetuknya sambil memejamkan mata dengan keras lalu
membuka mata dengan melotot, lalu menggerakkan mata dengan kuat ke
kanan bawah, menggerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata
searah jarum jam, memutar bola mata berlawanana arah jarum jam, bergumam
dengan berirama selama 3 detik, mengtung 1 2 3 4 5 kemudian akhiri dengan
gumaman berirama yang sama selama 3 detik”.
Bagaimana bu apakah bisa melakukannya sendiri?
Pasien : Iya ners bisa (Pasien mulai mempraktikan)
Perawat 4 : Selanjutnya ibu bisa mengulangi ketukan-ketukan di titik titik tubuh yang
telah ibu lakukan tadi tapi di baaian tubuh sebelah kiri. Bagaimana apakah ibu
ingin melakukan sendiri atau saya bantu?
Pasien : Dibantu aja ners. (pasien mulai melakukannya bersama perawat, sambil
mengucapkan kata-kata dalam hati)
Perawat 4 : Nah sekarang ibu bisa tarik nafas dalam, lalu hembskan sambil memejamkan
mata sebanyak 3 kali
Pasien : (Pasien melakukannya, sambil perawat mengatakan : “Bayangkan semua
pikiran negatif ibu tentang penyakit yang dialami, keluar bersamaan dengan
nafas yang ibu buang, lalu ibu ucapkan Alhamdulillah )
Perawat 4 : Ibu bisa mulai membuka mata, lau ibu minum air putih ini terlebih dahulu ya
bu. Bagaimana perasaan ibu setelah melakukan terpi ini?
Pasien : Sudah lebih tenang ners
Perawat 4 : Alhamdulillah. Apakah ada yang ingin ditanyakan terakit pertemuan ini bu?
Pasien : Tidak ada ners
Perawat 4 : Baik kalau misalkan merasa kepikiran dengan penyakit ibu sampai tidak mau
makan, ibu bisa menggunakan terapi SEFT ini ya ibu. Kuncinya ibu harus
ikhlas dan pasrah ya bu supaya ibu merasa lebih tenang.
Anak : Baik mbak, terimakasih sudah membantu ibu saya ya mbak
Perawat 4 : Iya mbak sama sama. Baik kalau begitu saya permisi dulu ya bu. Ibu harus
tetap semangat ya dan semoga keadaan ibu bisa lebih baik ya
Pasien : Iya mbak terimakasih ya
Perawa, suami, anak dan cucu menuju ruang tamu
Perawat 4 : Baik bu, untuk perawatan home care sudah sesaui dengan kontrak waktu
yang telah ditentukan ya, yaitu selama 4 hari ya bu.
Anak : Iya mbak, sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan
Perawat Ita untuk merawat ibu saya dan memberikan berbagai informasi
terkait dengan kondisi ibu saya
Suami : Iya mbak sebelumnya saya jugamengucapkan terimakasih atas perawatan
yag dilakukan oleh mbak kepada istri saya. Dan Alhmdulillah kondisi istri
saya sudah lebih baik nafsu makannya sudah meningkat, terus lemasnya juga
sudah berkurang jadi bisa lebih beraktivitas terimakasih ya mbak
cucu : Iya mbak terimakasih sudah mau membantu nenek saya
Perawat 4 : Iya sama-sama. Saya juga minta maaf jika selama perawatan ini ada
perbuatan yang kurang berkenan di hati bapak, mbak dana adik ya. Dan
semoga ibuknya mbak, bisa lebih baik kedepannya
Semua : Aamiin.
Perawat 4 : Baik kalau begitu saya permisi dulu ya mbak, pak dek. Assalamualaikum
Semua : Waalaikumsaallam

Anda mungkin juga menyukai