Anda di halaman 1dari 87

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA DI


RW 19 KELURAHAN SRI MERANTI KECAMATAN RUMBAI
KOTA PEKANBARU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Danu Mangippu P, S.Kep 2311437702 Azimah, S.Kep 2311437571


M. Alwari, S.Kep 2311437699 Rahma Safitri, S.Kep 2311437598
Dian Tiara, S.Kep 2311437573 Rukit Altan Pinari, S.Kep 2311437600
Friskha Andini Y. S, S.Kep 2311437578 Dina Oktavia, S.Kep 2311437738
Rahmayuni Putri, S.Kep 2311437748 Sinta Bella U, S.Kep 2311437602
Siti Rahmi Indri W, S.Kep 2311437604

Pembimbing Akademik:
Ns. Ari Rahmat Aziz, M. Kep

Pembimbing Klinik:
Ns. Deby, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas ini.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas untuk bisa memperoleh gelar Ners di
Fakultas Keperawatan Universitas Riau. Dalam pembuatan laporan ini kami banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan
kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Usman M Tang. MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan universitas
Riau.
2. Dr. Reni Zulfitri, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
3. Ns. Ari Rahmat Aziz, M.Kep selaku koordinator mata ajar Praktik Profesi
Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Riau.
4. Ns. Ari Rahmat Aziz, M.Kep dan Ns. Dheby, S.Kep selaku Preseptor Akademik
dan Preseptor Klinik yang telah bersedia memberikan masukan, bimbingan, serta
dukungan kepada kelompok.
5. Lurah beserta staf Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai yang telah
mengizinkan kami untuk melakukan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas ini.
6. Kepala Puskesmas dan staf Puskesmas Umban Sari yang telah memberikan
kesempatan dan kerja sama yang baik sehingga laporan ini dapat selesai dengan
baik dan lancar.
7. Ketua Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT) dan Masyarakat RW 19
Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai yang telah menerima dan
mendukung semua kegiatan yang kami laksanakan.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan masukan
kepada kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan demi kebaikan laporan ini.

ii
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bermanfaat dalam dunia keperawatan
umumnya dan keperawatan komunitas khususnya.

Pekanbaru, Februari 2024

Kelompok 3

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
C. Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI5
A. Konsep Keperawatan Komunitas5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas....................................................11
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok.....................................................17
D. Konsep Asuhan Keperawatan Agregat Remaja...........................................20
E. Konsep RW Siaga........................................................................................36

BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS42


A. Tahap Persiapan43
B. Tahap Pengkajian43
C. Tahap Diagnosa Keperawatan69
D. Prioritas Masalah Kesehatan/Keperawatan Agregat Remaja74
E. Tahap Intervensi76
DAFTAR PUSTAKA82

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas adalalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan dan promotif dan preventif secara berkesinambungan dan tanpa
mengabaikan pelayanan uratif dan rehabilitative. Secara menyeluruh dan
terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungus kehidupan manusia secara optimal (Ifa & Nurhadi
2018).
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk keperawatan
profesional yang diberikan secara holistic (menyeluruh) dan difokuskan pada
kelompok dengan resiko tinggi dan melibatkan seluruh mitra dalam
penyelesaian masalah (Stanhope & Lancaster, 2016). Keperawatan komunitas
adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan
ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, dan bantuan sosial. Sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar. Ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana
hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan (WHO dalam Ifa &
Nurhadi 2018).
Pelayanan Keperawatan Komunitas dilakukan kepada seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi
seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia, dan ibu hamil
(Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017). Pelayanan kesehatan di masyarakat
mempunyai beberapa sasaran yaitu individu, keluarga atau kelompok dan

1
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder, dan tersier.
Peran serta aktif masyarakat merupakan suatu proses dimana individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat bertanggung jawab terhadap
kesehatannya sendiri. Peran perawat komunitas adalah merubah perilaku
masyarakat kearah positif dalam memelihara kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan masalah
melalui perencanaan yang dibuat serta menilai hasil yang telah dicapai
(Efendi, 2019).
Remaja merupakan masa transisi antara transisi masa anak-anak dan
dewasa. Secara psikologis pada masa awal remaja akan mengalami berbagai
perubahan fisik dan psikis tahap ini disebut pubertas. Remaja akan mengalami
perubahan fisik, emosional, dan sosial sebagai ciri masa pubertas, salah satu
tanda pubertas pada remaja putri yaitu terjadinya menstruasi (Nuryani,
Saefudin dan Sri, 2019).
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat tertuang pada visi
Indonesia Sehat 2025 yaitu lingkungan strategis pembangunan kesehatan
jasmani, rohani maupun sosial. Perilaku masyarakat dalam Indonesia Sehat
2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh Ners Muda
Fakultas Keperawatan Universitas Riau di RW 19 Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai yang dilaksanakan mulai tanggal 19 Februari 2024 – 30
Maret 2024, ditemukan bahwa masyarakat pada kelompok remaja Kelurahan
Sri Meranti Kecamatan Rumbai khususnya di RW 19 sebanyak 69 orang,
diantaranya didapatkan remaja lelaki sejumlah 41 orang dan remaja
perempuan sejumlah 28 orang. Mayoritas remaja saat ini sedang bersekolah
SMP sebanyak 33 orang, SMA 17 orang dan SMK sebanyak 19 orang.

2
Mayoritas remaja beragama islam sebanyak 47 orang, kristen 21 orang dan
katolik 1 orang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada
remaja didapatkan hasil bahwa mayoritas remaja laki-laki pernah mencoba
rokok karena iseng namun saat ini memilih untuk tidak melanjutkan merokok.
Pada remaja perempuan didapatkan hasil bahwa mayoritas remaja saat sedang
menstruasi mengalami nyeri haid atau dismenore yang mengganggu saat
beraktivitas. Berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan oleh Ners Muda
Fakultas Keperawatan yang melakukan Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas di RW 19 Kelurahan Sri Meranti, maka pemecahan masalah
kesehatan yang ditemukan akan dibahas secara bersama-sama dalam kegiatan
Loka Karya Mini Masyarakat I (LKMM I). Kemudian akan diuraikan hasil
pelaksanaan dari pengkajian, merumuskan masalah keperawatan yang akan
muncul di masyarakat sesuai rencana tindakan yang telah disepakati bersama
masyarakat sampai dengan evaluasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas
mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan komunitas pada
remaja di RW 19 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai.
2. Tujuan khusus
a Melaksanakan pengkajian yang meliputi observasi, winshield survey,
wawancara, pengumpulan data, tabulasi data serta mempersentasikan
data yang diperoleh di lapangan.
b Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran analisa
data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah disusun.
c Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan dijumpai dan diprioritaskan.
d Mengimplementasi tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.

3
e Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
C. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan
Untuk dinas keseahatan diharapkan, penulisan laporan hasil kegiatan
ini dapat menjadi gambaran umum tentang kondisi kesehatan remaja
masyarakat kota Pekanbaru, khususnya RW 19 ,Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai.
2. Pihak Puskesmas
Untuk Pihak Puskesmas diharapkan laporan hasil kegiatan ini dapat
dijadikan bahan maupun data untuk menyusun kebijakan dan program
kerja dibidang kesehatan di masa yang akan datang.
3. Masyarakat
Untuk masyarakat diharapkan penulisan laporan hasil kegiatan ini
dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mengatasi masalah kesehatan remaja dan masyarakat di RW 19 Kelurahan
Sri Meranti Kecamatan Rumbai.
4. Institusi Pendidikan
Untuk institusi pendidikan diharapkan laporan hasil kegiatan ini
menjadi bahan perbandingan untuk profesi berikutnya dan menjadi
evaluasi terhadap program atau kurikulum keperawatan yang telah di
tetapkan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia Dan
Perkembangan Kesehatan Komunitas
Salah satu program yang digalakkan dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat adalah kesehatan komunitas. Konferensi di
Ottawa yang diselenggarakan tahun 1986 berfokus pada promosi
kesehatan komunitas, yang dikenal sebagai kebijakan publik sehat dalam
Ottawa Charter for Health Promotion. Dalam konferensi tersebut
disepakati 9 persyaratan untuk sehat, yaitu: perdamaian, perumahan,
pendidikan, pangan, pendapatan, ekosistem, ketersediaaan sumber,
keadilan sosial, dan pemerataan.
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam hal ini juga
tertuang pada visi Indonesia Sehat 2025 yaitu lingkungan strategis
pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial.
Perilaku masyarakat dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sadar hukum, serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI,2009).
Konferensi dunia ketiga diselenggarakan di Adelaide, Australia
tahun 1988 dengan tema kebijakan publik sehat. Konferensi ini
merekomendasikanpembangunan pemerataan kebutuhan dalam bidang
kesehatan dan membangun kemitraan dengan pengusaha serikat buruh
organisasi non pemerintah, dan berbagai lapisan masyarakat (Effendi,
2009). Konferensi yang keempat dilakukan di Jakarta tahun 1997

5
menghasilkan Jakarta Declaration, yang berisi 5 prioritas promosi
kesehatan:
a. Peningkatan tanggungjawab sosial terhadap kesehatan.
b. Peningkatan investasi untuk pengembangan kesehatan.
c. Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan.
d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberdayaan individu.
e. Pengamanan infrastruktur dalam promosi kesehatan.

Pusat kesehatan masyarakat sebagai bentuk pelayanan komunitas


memberikan program yang konprehensif dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan, pendidikan dan manajemen serta koordinasi
asuhan keperawatan dalam komunitas. Praktik keperawatan komunitas di
Indonesia memiliki beberapa dasar hukum, yaitu: UU Nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan, PP Nomor 32 tahun 1996, dan SK Menkes No.
647 tahun 2000 tentang registrasi praktik keperawatan. Praktik
keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Effendi,
dkk., 2010).

Pelayanan kesehatan komunitas merupakan suatu pelayanan yang


komprehensif yang dapat diterapkan diberbagai tatanan pelayanan, seperti:
a. Lingkungan sekolah atau kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi:
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dan
pendidikan seksual. Selain itu perawat sekolah dapat memberikan
perawatan pada kasusdarurat, seperti ISPA maupun infeksi virus,
setelah itu dilakukan rujukan ke pelayanan kesehatan.

6
b. Lingkungan kesehatan kerja
Perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjadi pusat kesehatan okupasi dalam gedung perusahaan. Perawat
mengembangkan program dengan tujuan:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan risiko penyakit akibat kerja.
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antar pekerja.
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus akut non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan.
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan rumah merupakan bentuk pelayanan yang
dilakukan di rumah. Lembaga ini memberikan perawatan kesehatan
dengan melakukan kunjungan rumah atau saat ini lebih dikenal dengan
home care (Mubarak dkk, 2010).
2. Konsep Komunitas
Komunitas atau masyarakat merupakan salah satu sasaran dalam
asuhan keperawatan komunitas. komunitas adalah suatu kelompok sosial
yang terbentuk dari satu kesatuan wilayah yang terdiri dari beberapa sub
sistem di dalamnya seperti organisasi formal, institusi sosial, kelompok
informal, dan perkumpulan budaya (Anderson, 2011). Salah satu faktor
yang mempengaruhi kegiatan suatu komunitas adalah status kesehatan.
Berikut ini merupakan beberapa pengertian tentang kesehatan,diantaranya:
a. Sehat sebagai suatu proses kreatif dan kualitas hidup
termasukkesehatan sosial, emosional, mental, spiritual, dan biologis
dari individu, yang disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungan
(Dubos, 1968 dalam Blais, et.al., 2007).

7
b. Sehat merupakan suatu kondisi dinamis manusia yang mencapai
potensi perkembangan dan perilaku individu hingga tingkat yang
setinggi mungkin (ANA, 1980 dalam Blais, et.al., 2007).Sehat
menurut UU kesehatan Nomor 23 tahun 1992 adalah kondisi yang
sempurna, baik fisik maupun psikis, serta mempunyai kemampuan
untuk produktifitas
c. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Depkes, 2009).

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang yang dalam


keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan
dan kesehatan masyarakat dengan dukungan serta peran aktif masyarakat.
Salah satu konsep dari keperawatan komunitas di dalam puskesmas adalah
perkesmas. Tujuan dari perkesmas adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah perkesmas secara optimal.

3. Konsep Pemberdayaan Masyarakat dan Peran Serta Masyarakat


Proses pendekatan keperawatan komunitas meliputi pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan sehingga masyarakat memiliki kemandirian
untuk hidup sehat. Masyarakat memiliki peran penting dalam memelihara
kesehatan, terlibat aktif dalam perencanaan dan pengawasan program
kesehatan serta ikut aktif dalam mengindentifikasi masalah dan solusi
terhadap permasalahan yang ada (Isbandi, 2007).
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah
timbulnya kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan;
timbulnya kemauan atau motivasi untuk memelihara atau meningkatkan
kesehatan; timbulnya kemampuan dan kemandirian masyarakat
untukhidup sehat (IPKKI, 2017). Prinsip pemberdayaan masyarakat

8
adalah menumbuh kembangkan potensi masyarakat, mengembangkan
gotong royong masyarakat, menggali kontribusi masyarakat, menjalin
kemitraan, dan desentralisasi. Metode yang digunakan untuk mewujudkan
peran serta masyarakat adalah pendekatan masyarakat, pengorganisasian
masyarakat, survey diri, perencanaan program, pelatihan, dan rencana
evaluasi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat memfungsikan
masyarakat, sebagai berikut:
a. Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja
untuk membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah-masalah
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
b. Menyusun rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat.
c. Melakukan upaya penyebaran rencana agar masyarakat dapat
melaksanakan kegiatan tersebut (Mubarak dkk, 2010).
4. Keperawatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas adalah area pelayanan
keperawatan professional yang diberikan secara holistik (bio-psiko-sosio-
spiritual) dan difokuskan pada kelompok risiko tinggi yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya promotif, preventif, tanpa
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan komunitas
sebagai mitra dalam menyelesaikan masalah (Hithcock, Scubert &
Thomas, 1999; Allender & Spradley, 2001, Stanhope & Lancaster, 2016).
Tujuan dilakukannya asuhan keperawatan komunitas adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam upaya mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri dan mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Sasaran utama asuhan keperawatan komunitas adalah seluruh
masyarakat individu, keluarga, kelompok risiko tinggi baik dalam kondisi
sehat maupun sakit (Stanhope & Lancaster, 2010).

9
Falsafah keperawatan komunitas tergambar dalam 4 aspek, yaitu:
manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Falsafah keperawatan
komunitas menyatakan bahwa manusia adalah komunitas sebagai klien
pada wilayah tertentu yang mempunyai nilai, keyakinan, minat relatif
sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan. Lingkungan merupakan
faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi klien (komunitas)
mencakup bio-psiko- sosio-kultural dan spiritual. Konsep
kesehatanmerupakan kondisi seimbang yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan dalam mengatasi stresor. Konsep keperawatan adalah
tindakan yang bertujuan untuk menekan stresor atau meningkatkan
kemampuan komunitas mengatasi stresor melalui tiga level prevensi
(primer, sekunder, tersier).
Prinsip etik praktik keperawatan komunitas yang harus diperhatikan
dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas yaitu:
a. Prinsip otonomi, yaitu memberi kebebasan pada komunitas untuk
memilih alternatif yang terbaik dan disesuaikan dengan kondisi
masyarakat.
b. Prinsip pemanfaatan, yaitu intervensi komunitas yang diberikan harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk komunitas.
c. Prinsip keadilan, yaitu dalam melakukan intervensi harus sesuai
dengan kemampuan dan kapasitas komunitas, sehingga diharapkan
semua pelayanan keperawatan kesehatan komunitas yang diberikan
dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2010).
Menurut Mubarak (2010), peran perawat kesehatan komunitas adalah
sebagai berikut:
a. Care provider, memberikan asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan tahapan proses keperawatan.
b. Educator, memberikan pendidikan kesehatan bagi klien.

10
c. Counselor, membantu klien dalam mengidentifikasi suatu masalah dan
bersama dengan klien mencari solusi terhadap masalah tersebut.
d. Role model, menunjukkan suatu perilaku yang dapat dipelajari
olehmasyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
e. Advocate, melindungi dan membela kepentingan klien melalui tahapan
menentukan kebutuhan advokasi.
f. Case manager, mengelola kasus di komunitas yang dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, membuat rencana perawatan,
mengawasi pelaksanaan, dan melakukan evaluasi.
g. Collaborator, berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain,
berpartisipasi dan bekerjasama dalam mengambil keputusan serta
menyelesaikan masalah klien.
h. Case finder, menemukan kasus di masyarakat menyediakan follow up
care untuk identifikasi kasus.
i. Change agent and leader, sebagai perubah perawat mampu
menimbulkan motivasi untuk berubah, membantu pelaksanaan
perubahan, dan membantu kelompok menginternalisasikan perubahan.
Sedangkan, sebagai pemimpin perawat memotivasi untuk mengambil
tindakan, mengkoordinir aktifitas kelompok dalam perencanaan dan
pelaksanaan tindakan, membantu dalam mengevaluasi efektifitas
tindakan, serta memfasilitasi adaptasi anggota kelompok.
j. Researcher, mereview hasil riset secara kritis, mengaplikasikan hasil
riset dalam praktik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan
langsung dengan fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang
terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat
ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkunagan internal dan
exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan proses
keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan,

11
pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry point pada individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program
perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan
dikerjakan bersama-sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari
sosialisasi ini meliputi tokoh masyarakat baik formal maupun informal,
kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat (PKK,
karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan dengan
dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan kegiatan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan
pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat
di bawah bimbingan petugas kesehatan atau perawat di desa (Depkes RI,
2007). Informasi tentang masalah-masalah kesehatan di desa dapat
diperoleh sebanyak mungkin dari kepala keluarga yang bermukim di lokasi
terpilih tersebut. Waktu pelaksanaan SMD dilaksanakan sesuai dengan
hasil kesepakatan pertemuan desa.
Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan
survey mawas diri meliputi :
a. Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya
b. Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan
dalam mengenal masalah kesehatan
c. Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah
akan mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara
memperoleh informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah
ke rumah atau melalui pertemuan kelompok sasaran
d. Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi
kesehatan. Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner)
yang akan dipergunakan dalam wawancara atau membuat daftar hal-

12
hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan.
e. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang
direncanaakan
f. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengolah informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan
sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas
masalah kesehatan di wilayahnya.
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian
utama, yaitu inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang
melengkapinya. Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang
dijabarkan dalam demografi, vital statistik, sejarah komunitas, nilai dan
keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem lainnya
meliputi lingkingan fisik, pendidikan, keamanan, dan
transportasi, politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan sosial,
komunitas, ekonomi, dan rekreasi.
2. Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas
Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara
lain Windshield survery, informant interview, observasi partisipasi, dan
focus group discussion (FGD).
a. Windshield Survery
Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan
komunitas untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang
terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan
komunitas, dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survai
dilakukan.
b. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara

13
lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa
percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan
komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan
(informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap
jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan
komunitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian
terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara
dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.
c. Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi.
Tentukan berapa lama observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu,
dan tempat komunitas yang akan di observasi. Kegiatan observasi dapat
dilakukan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih
dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan
penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh
menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di
komunitas. Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas,
norma, nilai, kekuatan, dan proses pemecahan masalah di komunitas.
d. Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
mengenai satu topic melaui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu institusi/produk
tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus serta
tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan.
Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan
berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social
ekonomi (pendidikan,suku, status perkawinan, dsb). Lama diskusi

14
maksimal 2 jam. Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman
dan nyaman sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan
wajar
FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator,
moderato, notulen, dan observer. Fasilitator dapat menggunakan
prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan
diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk
berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan
terbuka terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya
partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat
merangkap pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat
adalah tanggal diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah
peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi,
pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab atau
membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan sebagainya.
Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin
dari responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas
seperti kuisioner, pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau
windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya dibuat
terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada
komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih
efektif dan efisian
3. Diagnosis Keperawatan Komunitas
Data primer, data sekunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen
yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas
kesehatan, musalnya laporan tahunan puskesmas, monografi desa, profil
kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari komunitas. Setelah

15
dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga
perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan. Diagnosis dirumuskan
terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi terancam. Ancaman
terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis potensial;
terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik; dan terhadap garis
pertahanan resisten memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data
dibuat dalam bentuk matriks
4. Intervensi: Plan Of Action (POA)
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai
serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan
dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi
dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk
memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk
memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & McFarlane, 2000).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART
(S= spesifik, M= measurable/dapat diukur, A= achievable/dapat dicapai,
R= reality, T= time limited/ punya limit waktu)
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat
dijabarkan secara operasional dalam planning of action (POA) yang
disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini
masyarakat.

5. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah


perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah masyarakat. Sering kali, perencanaan program yang sudah baik

16
tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi.
Implementasi melibatkan aktivitas tertentu sehingga program yang ada
dapat dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi
keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas
menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan
(partnership), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat
komunitas menggali dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat
mandiri dalam memelihara kesehatannya.

Tujuan akhir setiap program dimasyarakat adalah melakukan


perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di masyarakat
dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang,
situasi politik, dan kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan
eksternal ini juga dapat dijadikan daya pendorong bagi tindakan kelompok
untuk melakukan perubahan prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat
menggunakan model social planning dan locality development untuk
melakukan perubahan, menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan
sumber daya internal dan sumber daya eksternal.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan individu yang berinteraksi pada suatu
daerah atau mempunyai karakteristik pada suatu daerah atau mempuyai
karakteristik khusus yang merupakan bagian dari masyarakat (Stanhope &
Lancaster, 2016). Asuhan keperawatan kelompok adalah suatu langkah
penyelesaian masalah kesehatan yang ditujukan kepada suatu kelompok yang
berfokus kepada upaya promotif dan preventiftanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Sasaran asuhan kelompok adalah kelompok
masyarakat khusus yang berisiko terhadap munculnya masalah kesehatan baik
yang terikat ataupun tidak terikat dalam suatu institusi.

17
Sasaran kelompok terdiri dari:

1. Sasaran yang terikat oleh institusi, seperti kelompok Pasangan baru


menikah, Bayi, balita, kelompok ibu hamil, kelompok lansia atau
kelompok dengan penyakit tertentu
2. Kelompok masyarakat khusus yang terikat institusi, seperti sekolah, tempat
kerja, pesantren, panti asuhan, panti lansia, rumah tahanan atau lembaga
pemasyarakatan.

Asuhan keperawatan kelompok terdiri dari pengkajian, penegakkan


diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian keperawatan kelompok


Pengkajian adalah fasel awal proses asuhan keperawatan kelompok.
Tujuannya adalah mengidentifikasi kebutuhan kelompok, mengklarifikasi
masalah kesehatan kelompok, mengidentifikasi kekuatan dan sumber-
sumber yang ada di kelompok serta mengidentifikasi risiko masalah
kesehatan yang dapatterjadi pada kelompok.
2. Diagnosis keperawatan kelompok
Tahapan sebelum merumuskan diagnosis keperawatan adalah
melakukan analisis data dari hasil pengkajian. Diagnosis keperawatan
merupakan clinical judgment yang berfokus pada respon manusia terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan (vulnerability)
terhadap respon dari individu., keluarga, kelompok atau komunitas. Label
diagnosis keperawatan kelompok, yaitu actual, potensial, dan risiko.
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok ditulis tanpa
menyebutkan penyebab (etiologi) dari masalah kesehatan yang dialami.
Cara menentukan diagnosis keperawatan adalah:
a Mengidentifikasi keluhan klien
b Memasukkan domain

18
c Memasukkan kelas
d Melihat definisi diagnosis
e Melihat batasan karakteristik

Dalam menetapkan prioritas masalah perlu melibatkan kelompok


dalam suatu pertemuan dengan anggota kelompok. Perawat menentukan
prioritas masalah hendaknya memperhatikan 6 kriteria, yaitu:
a Kesadaran masyarakat akan masalah
b Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
c Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
d Ketersediaan ahli atau pihak terkait terhadap penyelesain masalah
e Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
f Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
3. Perencanaan Keperawatan Kelompok
Tahapan menyusun perencanaan keperawatan adalah:
a Melakukan analisis data hasil pengkajian
b Menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA atau ICNP
c Menentukan hasil (Outcome) yang terukur dan dapat dicapai
berdasarkan NOC dengan cara menentukan diagnosis keperawatan,
memilih kriteria, memilih indikator dan menentukan skala
d Menentukan intervensi berdasarkan NIC.
4. Implementasi Keperawatan Kelompok
Fokus implementasi adalah mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Implementasi yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan kelompok antara lain:
a Promosi kesehatan: melaksanakan pendidikan atau penyuluhan kesehatan
sesuai kebutuhan kelompok
b Proses kelompok: memotivasi pembentukan dan membimbing kelompok
swabantu atau per grup

19
c Pemberdayaan masyarakat: memantau kegiatan kader kesehatan sesuai
dengan jenis kelompoknya
d Kemitraan: melakukan negosiasi dan menjalin kerjasama dengan pihak
terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan) dalam
melakukan implementasi
5. Evaluasi Keperawatan Kelompok
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
dalam mengukur keberhasilan asuhan keperawatan kelompok.
D. Konsep Asuhan Keperawatan Agregat Remaja
1. Perkembangan Remaja
Remaja merupakan tahapan seseorang yang berada di antara fase
anak dan dewasa. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik, perilaku,
kognitif, biologis, dan emosional. Seorang remaja akan diberikan
tanggungjawab yang lebih besar dari kedua orang tuanya agar semakin
mempelajari dunia dewasa dan perlahan meninggalkan jiwa kekanak-
kanakannya. Remaja yang baik akan mulai mengaktualkan dirinya di
dunia sosial. Selain itu, remaja mulai mengenal dan memahami lawan
jenisnya dan timbul rasa ingin diperhatikan oleh lingkungan. Tidak sedikit
remaja melakukan hal-hal ekstrim untuk menarik perhatian
lingkungannya.
Pada remaja, terjadi perubahan fisik dan kognitif yang sangat cepat.
Arti kata kognitif dalah penalaran, penilaian, penangkapan makna,
imajinasi, persepsi. Pengertian kognitif secara umun mencakup aktivitas
menilai, menduga, memperkirakan, membayangkan, menyangka,
memperhatikan, melihat, mengamati. Menurut Piaget (1952) dalam
Djiwandono (2005) definisi kognitif adalah kemampuan berfikir individu
yang terdiri atas kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan,
menganalisa/mensintesis, mengevaluasi dan menciptakan. Pengertian
kognitif atau teori perkembangan kognitif Piaget menggambarkan tahapan
anak dalam beradaptasi dan mengintepretasikan berbagai objek, kejadian,

20
dan realitas di sekitarnya yang terdiri atas tahapan sensorik-motorik, pra
operasional, operasional konkrit, dn operasional formal.
Tujuan aspek kognitif adalah meningkatkan kemampuan intelektual
seseorang mulai dari kemampuan sederhana seperti mengingat hingga
kemampuan kompleks untuk menggabungkan sejumlah prosedur, metode,
gagasan, ide untuk memecahkan suatu masalah. Enam aspek kognitif
menurut Blomm yaitu: Pengetahuan (Knowledge), Pemahaman
(Comprehension), Penerapan (Application), Analisis (Analysis),
Penilainan/penghargaan/evaluasi dan Kreasi (Kyle,2008)
Menurut Piaget dalam Djiwandono (2005), tahapan perkembangan
kognitif pada remaja adalah operasional formal. Remaja tidak serta-merta
menerima informasi secara pasif. Sebenarnya mereka mencari kebenaran
informasi tersebut dengan berbagai kemampuan mereka. Setelah itu
mereka akan membuat konsep dari informasi tersebut yang diyakini paling
benar. Konsep tersebut akan selalu dipahami dan dijadikan pedoman
dalam mengembangan informasi lainnya. peran orangtua dalam hal ini
adalah menanamkan banyak informasi penting kepada anak sejak dini agar
saat remaja mereka sudah tidak kebingungan dalam mengembangkan
kognitif mereka.(Nursalam, 2007)
Pembatasan usia bagi remaja memang tidak dapat dipastikan.
Seorang dikataka remaja saat sudah mulai timbul perubahan fisik menjadi
pubertas. Namun pada teori Piaget, perkembangan kognitif seorang remaja
berkembang antara usia 14 tahun hingga 18 tahun. Secara umum, semakin
tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur dan semakin abstrak
pula cara berpikirnya. Dengan adanya teori ini, menunjukkan bahwa
pengajar di tingkat sekolah menengah pertama harus mampu
memunculkan keabstrakan yang dimiliki muridnya agar perkembangan
kognitif dapat berkembang dengan baik (Arvin,2000).
Pada awal tahap operasional formal, remaja berpikir sangat egois,
idealis, tertantang dengan berbagai hal baru dan khawatir jika tidak bisa

21
melakukannya dan merubahnya. Hal ini menyebabkan remaja lebih
merasa hebat. Pada dasarnya remaja harus memikirkan cara paling bijak
dan benar, jika tidak maka remaja akan mudah frustasi dan mencoba hal-
hal yang tidak baik. Remaja yang mampu mengendalikan pikirannya
dengan baik memiliki banyak support sistem yang terus mengajarkan
tentang kebaikan. Support sistem tersebut berada pada orang tua,
lingkungan,budaya, agama dan komunitas yang diikutinya (Kyle, 2008).
Batasan usia remaja hingga saat ini menjadi bervariasi dari masing-
masing referensi yang terkait lingkungan budaya dan sejarahnya. Remaja
sebagai tahap perkembangan yang dimulai pada pubertas dari umur 13-20
tahun (DeLaune & Ladner, 2011). Rentang usia remaja menurut Santrock
(2007), sekitar dimulai dari 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22
tahun. Rentang usia tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yakni masa
remaja awal (early adolescence) dan masa remaja akhir (late adolescence).
Masa remaja awal berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau
sekolah menengah akhir dan perubahan pubertas terbesar terjadi di masa
ini, adapun masa remaja akhir terjadi pada pertengahan dasawarsa yang
kedua dari kehidupan.
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), periode remaja pada
rentang umur 10 hingga 21 tahun yang dibagi menjadi 3 kategori, yakni
remaja awal (early adolescence) (10-13 tahun), remaja tengah (middle
adolescence) (14-17 tahun), dan remaja akhir (late adolescence) (18-21
tahun). Adapun remaja menurut WHO (2012a), yang telah diadopsi pula
oleh Kemenkes RI (2012), adalah berusia 10-19 tahun. Secara spesifik,
WHO (2012b), memberikan istilah young people (10-24 tahun) yang
dibagi menjadi early adolescent (remaja awal) yang berusia 10-14 tahun,
late adolescent (remaja akhir) yang berusia 15-19 tahun, dan young
adulthood (dewasa muda) yang berusia 20-24 tahun. Jadi, rentang usia
remaja (adolescent) yang dijadikan acuan dalam penelitian ini merujuk
pada ketentuan WHO dengan rentang usia 10-19 tahun. Remaja pada

22
sekolah menengah ke atas berada pada rentang usia 15-19 tahun atau
remaja akhir.
a. Perkembangan Moral
Perkembangan seorang individu dimulai pada masa anak-anak
awal, namun akan membentuk sebagai kepribadian pada masa remaja.
Remaja menggunakan pertimbangannya sendiri untuk menilai
peraturan dan tidak lagi menggunakan peraturan hanya untuk
menghindari hukuman seperti pada masa anak-anak. Remaja berbeda
dengan anak pada tahap usia sebelumnya dalam hal penerimaan
keputusan. Anak pada tahap usia sebelum remaja hanya dapat
menerima sudut pandang orang dewasa, sedangkan seorang remaja
harus mengganti seperangkat moral dan nilai mereka sendiri untuk
memperoleh otoritas dari orang dewasa. Saat prinsip yang lama tidak
lagi diikuti, tetapi nilai yang baru belum muncul, remaja akan mencari
peraturan moral yang sesuai dengan jati diri mereka dan mengatur
tingkah laku mereka, terutama dalam menghadapi tekanan yang kuat
untuk melanggar keyakinan yang lama. Keputusan mereka yang
melibatkan dilema moral harus berdasarkan pada prinsip-prinsip
moral awal yang ditanamkan dalam diri mereka sebagai sumber untuk
mengevaluasi tuntutan situasi dan merencanakan serangkaian
tindakan yang konsisten dengan ide mereka.
Masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius
mengenai nilai moral yang telah ada dan keterkaitannya terhadap
masyarakat dan individu. Remaja dengan mudah dapat mengambil
peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak
timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep keadilan
yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan
perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan
yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-
peraturan moral yang telah ditetapkan sebagai akibat dari observasi

23
remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa
tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. Remaja memahami
bahwa peraturan sebenarnya merupakan suatu persetujuan bersama
yang dapat disesuaikan dengan situasi dan tidak bersifat absolut.
b. Perkembangan Spiritual
Menurut Fowler dalam Kozier (2009), remaja atau individu
dewasa muda mencapai tahap sintetik-konvensional perkembangan
spiritual. Saat menghadapi berbagai kelompok di masyarakat, remaja
terpapar dengan berbagai jenis pendapat, keyakinan, dan perilaku
terkait masalah agama. Menurut Kozier (2009), remaja dapat
menyelesaikan perbedaan dengan cara memutuskan bahwa perbedaan
adalah hal yang salah atau mengelompokkan perbedaan. (misalnya
seorang teman tidak dapat pergi hangout pada setiap malam jumat
karna menghadiri acara keagamaan, namun teman tersebut dapat
melakukan kegiatan bersama pada harilain). Remaja sering percaya
bahwa berbagai keyakinan dan praktik keagamaan lebih memiliki
kesamaan daripada perbedaan. Pada tahap ini, remaja berfokus pada
persoalan interpersonal, bukan konseptual.
Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi
melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar
mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap
konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan
agama orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan
kepercayaaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya akan menghasilkan
perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
c. Perkembangan Psikososial
Masa remaja terdiri atas tiga subfase yang jelas, yaitu remaja
awal atau early adolescence (11-14 tahun), remaja pertengahan atau
middle adolescence (15-17 tahun), dan remaja akhir atau late
adolescence (18-20 tahun) (Wong, 2001). Remaja awal (early

24
adolescence) biasanya masih terheran-heran dengan perubahan fisik
yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Pada tahap remaja awal terdapat
tekanan untuk memiliki suatu kelompok dan memiliki hubungan
persahabatan dengan teman sesame jenis. Remaja menganggap
memiliki sebuah kelompok adalah hal yang penting karena mereka
merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi
mereka rasa status. Remaja akan mulai mencocokan cara dan minat
berpenampilan sesuai dengan kelompoknya dan cemas terhadap
penampilan fisiknya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan
remaja tidak diterima oleh kelompoknya. Pada tahap remaja awal,
remaja akan menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang
individu, bukan hanya sebagai seorang anggota keluarga. Proses
perkembangan identitas pribadi ini memakan waktu dan penuh
dengan periode kebingungan, depresi, dan keputusasaan. Dampak
negatif proses perkembangan identitas tersebut adalah perilaku
memberontak, kasar dan melawan. Pada tahap ini, remaja mulai
menentukan batasan ketergantungan dari orang tua dan berusaha
mandiri (Wong, 2001).
Remaja pertengahan (middle adolescence) biasanya merasa
senang jika banyak teman yang menyukainya. Remaja cenderung
mencintai dirinya sendiri dan menyukai teman yang mempunyai sifat-
sifat yang sama dengan dirinya. Remaja ingin menghabiskan waktu
lebih banyak dengan teman-temannya daripada dengan keluarga,
mulai berpacaran, dan menolak campur tangan orang tua dalam
mengendalikannya. Remaja pada tahap ini terus-menerus
bereksperimen untuk mendapatkan diri yang dirasakan nyaman bagi
mereka. Hal ini dapat dilihat dari cara berpakaian dan penampilan
seperti baju, gaya rambut, dan lain-lain yang berubah-ubah. Hal yang
postif dari remaja pertengahan adalah lebih tenang, sabar, toleransi,
dapat menerima pendapat orang lain walaupun berbeda dengan

25
pendapatnya, lebih bersosialisasi, tidak lagi pemalu, belajar berpikir
independen dan membuat keputusan sendiri, dan ingin tahu banyak
hal. Pada tahap ini merupakan titik rendah dalam hubungan orang tua-
anak. Terdapat konflik besar mengenai kemandirian remaja dengan
orang tua (Wong, 2001).
Remaja akhir (late adolescence) merupakan masa konsolidasi
menuju periode dewasa dan ditandai dengan minat yang makin
mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, terbentuk identitas sesksual
yang tidak akan berubah lagi, egosentris (terlalu memusatkan
perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan Antara
kepentingan diri sendiri. Remaja lebih mampu mengendalikan
emosinya. Mereka amou menghadapi masalah dengan tenang dan
rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan
mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang.
Remaja akan belajar mengatasi stress yang dihadapinya, dan biasanya
lebih suka mengatasinya dengan pergi bersama teman dibandingkan
dengan keluarganya. Rasa takut dan stressor yang umum terjadi pada
remaja adalah hubungan dengan lawan jenis, kecenderungan atau
perasaan homoseksual, dan kemampuan untuk menerima peran orang
dewasa (Muscari, 2001) Remaja juga akan cenderung menggeluti
masalah sosial politik bahakan agama. Pada tahap ini remaja akan
memiliki pasangan yang lebih serius dan banyak mengahabiskan
waktu dengan mereka. Jika terdapat kecemasan dan ketidakpaastian
masa depan, maka hal tersebut dapat merusak harga diri dan
keyakinan diri remaja tersebut. Pada tahap ini, pemisahan emosional
dan fisik dari orang tua telah dilakukan daan tercapainnya
kemandirian remaja jika berasal dari keluarga dengan konflik yang
minimal (Wong, 2001).
2. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

26
a. Menerima citra tubuhSeringkali sulit bagi remaja untuk menerima
keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan
konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya.
Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk
mempelajari cara- cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih
sesuai dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1998).
b. Menerima identitas seksualMenerima peran seks dewasa yang diakui
masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki,
mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak.
Tetapi berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong untuk
memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari peran
feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun
(Hurlock, 1998).
c. Mengembangkan sisitem nilai personalRemaja megembangkan sistem
nilai yang baru misalnya remaja mempelajari hubungan baru dengan
lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana harus bergaul dengan mereka (Hurlock, 1998).
d. Membuat persiapan untuk hidup mandiriBagi remaja yang sangat
mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri harus didukung oleh
orang terdekat (Hurlock, 1998).
e. Menjadi mandiri atau bebas dari orangtuaKemandirian emosi berbeda
dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri,
tetapi juga membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari orang tua atau
orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota
kelompok dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua
(Hurlock, 1998).
f. Mengembangkan ketrampilan mengambil Keputusan. Ketrampilan
mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan ketrampilan

27
intelektual remaja itu sendiri, misal dalam mengambil keputusan untuk
menikah di usia remaja (Hurlock, 1998).
g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasaRemaja erat
hubungannya dengan masalah pengembangan nilai- nilai yang selaras
dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk
mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock,
1998).
3. Masalah Kesehatan Pada Remaja dan Peran Perawat Komunitas dalam
Mengatasi Masalah
Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual,
kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. WHO mendefinisikan remaja
sebagai perkembangan dari saat timbulnya tanda seks sekunder hingga
tercapainya maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses pencapaian
mental dan identitas dewasa, serta peralihan dari ketergantungan
sosioekonomi menjadi mandiri. Terdapat berbagai masalah kesehatan di
usia remaja yang saat ini marak terjadi di komunitas masyarakat (Wong,
2008).
a. Merokok
Bahaya merokok pada setiap tingkat usia tidak diragukan lagi;
namun demikian, pendekatan pencegahan terhadap remaja yang
merokok sangat penting. Merokok di kalangan remaja merupakan
perilaku kompleks yang tidak dapat dijelaskan oleh satu faktor
penyebab. Dampak yang paling berbahaya dari merokok adalah
terjadinya adiksi seumur hidup. Sekitar 90% dari semua pengguna
tembakau mulai merokok ketika mereka masih anak-anak dan remaja
di bawah usia 18 tahun (Office of Smoking and Health, 1996 dalam
Wong, 2008). Selain itu, hasil riset menunjukkan adanya hubungan
yang jelas antara penggunaan tembakau, penggunaan alkohol dan
obat-obatan lain, dan perilaku berisiko tinggi (Willard dan
Schoenborn, 1995 dalam Wong, 2008). Banyak penyebab yang

28
membuat para remaja mulai merokok, yaitu karena meniru sifat orang
dewasa, tekanan dari sebaya, dan meniru sifat orang yang terkenal
yang biasanya merokok.
Program paling efektif yang dilakukan oleh perawat adalah
program komunitas luas yang melibatkan orangtua, teman sebaya,
media cetak, dan organisasi masyarakat. Dua area fokus program
antirokok adalah program mengajak teman sebaya untuk menekankan
akibat-akibat dari merokok dan menggunakan media, seperti film,
untuk pencegahan merokok.
b. Kehamilan Remaja
Aktivitas seksual remaja dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan yang serius. Remaja yang aktif secara seksual rentan
mengalami hamil di luar nikah dan tertular penyakit menular seksual.
Pada tahun 1995 lebih dari satu dari lima remaja putri yang aktif
secara seksual mengalami kehamilan (Kaufmann dkk, 1998 dalam
Wong, 2008). Remaja yang hamil dan bayinya berisiko tinggi
mengalami morbiditas, mortalitas, kemiskinan, dan residivisme.
Selain itu, penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan di usia
muda (usia kurang dari 20 tahun) sering kali berkaitan dengan
munculnya kanker rahim. Hal ini berkaitan erat dengan belum
sempurnanya perkembangan dinding uterus. Kehamilan yang tidak
diinginkan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
kurangnya pengetahuan mengenai proses terjadinya kehamilan dan
metode pencegahan kehamilan, akibat terjadinya tindak pemerkosaan,
dan kegagalan alat kontrasepsi. Perawat dapat menganjurkan kepada
orangtua untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku anak
dengan menanyakan aktivitas harian mereka
c. Penyakit Menular Seksual
Remaja yang aktif secara seksual berisiko tinggi tertular PMS.
Secara fisiologis, serviks remaja putri memiliki ektropion (eversi

29
kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel epitelial kolumnar
yang jauh lebih rentan tertular PMS, terutama HPV dan klamidia.
Faktor perilaku juga berpengaruh dalam meningkatkan risiko, faktor
tersebut antara lain memulai hubungan seksual pada usia dini,
prevalensi yang tinggi di antara pasangan seksual, dan penggunaan
pelindung atau kontrasepsi yang tidak konsisten. Sebagai contoh,
kebanyakan infeksi HIV yang didiagnosis di masyarakat usia 20-an
tahun ternyata diperoleh ketika remaja (Centers for Disease Control
and Prevention, 1996 dalam Wong, 2008).
Tanggung jawab keperawatan meliputi semua aspek
pendidikan, kerahasiaan, pencegahan, dan penanganan PMS.
Pendidikan seks pada remaja harus terdiri atas informasi tentang
PMS, termasuk gejala, dan penanganannya. Usaha pencegahan primer
untuk mencegah PMS, yaitu mendorong untuk tidak melakukan
hubungan seksual, mendorong menggunakan kondom, dan vaksinasi
hepatitis B. Selain itu, terdapat pencegahan sekunder yang dapat
dilakukan perawat, yaitu dengan membantu mengidentifikasi kasus
secara dini dan merujuk remaja untuk menerima pengobatan. Perawat
juga terlibat dalam pencegahan tersier dengan menurunkan efek-efek
medis dan psikologis akibat PMS, menghubungi kelompok
pendukung untuk remaja yang terinfeksi HIV, virus herpes simpleks,
dan HPV, dan dengan membantu remaja yang hamil dalam
memperoleh skrining serta pengobatan yang adekuat.
d. Penyalahgunaan Zat
Pemakaian zat, terutama obat-obatan oleh anak-anak dan
remaja untuk mengakibatkan perubahan status kesadaran diyakini
dapat merefleksikan perubahan yang terjadi dalam hidup mereka dan
stres yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut. Secara tidak
langsung, narkoba dan alkohol biasanya terkait erat dengan pergaulan
seksual bebas. Penyalahgunaan obat adalah pemakaian teratur obat-

30
obatan selain untuk tujuan pengobatan dan sampai tingkat
penyalahgunaan yang menyebabkan cedera fisik atau psikologik pada
pengguna dan/atau merusak masyarakat. Pada akhirnya, remaja dapat
ketagihan terhadap narkotik dengan atau tanpa kebergantungan secara
fisik, dan seseorang mungkin secara fisik bergantung pada narkotik
tanpa merasa ketagihan. Beberapa jenis penyalahgunaan obat dapat
berupa alkohol, kokain, narkotik (meliputi opiat seperti heroin,
morfin, fentanil, hidromorfon, dan kodein), depresan dan stimulan
sistem saraf pusat, dan obat-obatan yang memengaruhi pikiran
(halusinogen).
Perawat sekolah dan perawat yang bekerja di komunitas
berperan penting dalam mengidentifikasi keluarga dengan masalah
penyalahgunaan zat. Identifikasi awal pada keluarga dengan masalah
penyalahgunaan zat adalah hal penting untuk mencegah
penyalahgunaan zat pada anak-anak dan remaja (Werner, Joffe, dan
Graham, 1999 dalam Wong, 2008).
4. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa
sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan
pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu :
pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
Prinsip pengkajian communnity as partner:
1) Menggunakan proses yang sistematis dan komprehensif
2) Bekerja didalam kemitraan dengan komunitas
3) Berfokus pada prevensi primer

31
4) Promosi lingkungan sehat
5) Target untuk semua yang mungkin merasakan manfaat
6) Memberikan prioritas pada kebutuhan komunitas
7) Meningkatkan alokasi sumber yang optimal
8) Bekerjasama dengan berbagai pihak di komunitas

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:


1) Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas,
data demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas
2) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas,
batas-batas wilayah, dan kondisi geografis
3) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan,
fasilitas social (pasar, toko, dan swalayan)
4) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata
tiap bulan, jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja
dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
5) Keamanan dan transportasi
6) Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur
organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta
kelompok organisasi dalam kesehatan
7) Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat
komunikasi yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran
informasi
8) Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas
pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan
9) Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki

32
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
1) Menetapkan kebutuhan komunitas
2) Menetapkan kekuatan
3) Mengidentifikasi pola respon komunitas
4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
c. Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria
penapisan, diantaranya:
1) Sesuai dengan perawat komunitas
2) Jumlah yang berisiko
3) Besarnya resiko
4) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5) Minat masyarakat
6) Kemungkinan untuk diatasi
7) Sesuai dengan program pemerintah
8) Sumber daya tempat
9) Sumber daya waktu
10) Sumber daya dana
11) Sumber daya peralatan
12) Sumber daya orang
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala
pembobotan, yaitu : 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup, 4 =
tinggi, 5 = sangat tinggi. Kemudian masalah kesehatan
diprioritaskan berdasarkan jumlah keseluruhan scoring tertinggi.
d. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari:

33
1) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
2) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial
serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
3) Tanda dan Gejala (Sign and Symptom)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan
yang bisa ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1. Risiko cedera yang berhubungan dengan:
a. Pilihan gaya hidup
b. Penggunaan alcohol, rokok dan obat
c. Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi
d. Aktivitas seksual
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Aktivitas seksual
b. Malnutrisi
c. Kerusakan imunitas
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:
a. Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk mendukung
pertumbuhan
b. Melewati waktu makan; ikut mode makanan
c. Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah
atau mesin penjual makanan
d. Kemiskinan

34
e. Efek penggunaan alcohol atau obat
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:
a Tidak berpengalaman dengan peralatan rekreasional yang tidak
dikenal
b Kurang informasi tentang kurikulum sekolah
5. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perasaan negatif tentang tubuh
b. Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju
pertumbuhan adolesens
e. Intervensi (Perencanaan) Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan
keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai
tujuan.
f. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
komunitas yang telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, yaitu :
1) Berdasarkan respon masyarakat.
2) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri
sendiri serta lingkungannya.
4) Bekerja sama dengan profesi lain.
5) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
6) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
7) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan.

35
g. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut.
E. Konsep RW Siaga
1. Definisi RW Siaga
RW Siaga adalah RW yang warganya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri (Kemenkes RI, 2017). RW Siaga merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi
berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi,
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian
luar biasa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya dan potensi
setempat secara gotong royong.
2. Tujuan Pembentukan RW Siaga
RW Siaga terbentuk berdasarkan Permenkes No.564/2006:
a Maksud
1) Menata kesiapan warga masyarakat dalam karya bakti nyata
melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian bencana serta
pertolongan kesehatan bagi masyarakat
2) Penyelenggaraan RW Siaga merupakan suatu upaya untuk
menyediakan wadah bantuan solidaritas sosial kemanusiaan dalam
membantu mengatasi setiap keadaan gawat darurat yang menimpa
warga di lingkungannya.

36
3) Organisasi RW Siaga mampu melakukan kegiatan yang dapat
meringankan beban biaya proses persalinan masyarakat yang
belum mampu serta pengawas8an gizi keluarga.

b Tujuan
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan
2) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam mengantisipasi dan
melakukan tindakan penyelamatan terhadap ibu hamil, , bayi, anak
dan masyarakat.
3) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam pengamatan penyakit,
dan faktor resiko, kesiapsiagaan bencana dan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
4) Meningkatnya kadar gizi keluarga dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Meningkatnya sanitasi dasar (RAKSA)
5) Meningkatnya UKBM.
3. Struktur Organisasi RW Siaga
Struktur organisasi/kepengurusan RW Siaga terdiri dari:
a. Pembina
1) Memberikan pembinaan secara berkala terhadap kegiatan RW Siaga
2) Memberikan bimbingan terhadap anggota RW Siaga
3) Mengevaluasi program dan pelaksanaan kegiatan RW Siaga
b. Ketua
1) Mengkoordinasikan kegiatan RW Siaga
2) Memimpin kegiatan pertemuan RW Siaga
3) Membagi tugas kegiatan RW Siaga pada anggota setiap unit
4) Membantu anggota RW Siaga untuk melakukan kegiatan
pengawasan
5) Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan RW Siaga

37
6) Mengevaluasi kegiatan RW Siaga
c. Petugas Kesehatan
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa

d. Sekretaris
1) Mencatat seluruh kegitan RW Siaga
2) Melaporkan kegiatan hasil kepada seluruh anggota RW Siaga
3) Menginformasikan kepada tiap anggota pada setiap pertemuan
4) Pengurusan surat menyurat dan pengarsipan
e. Bendahara
1) Bertanggung jawab terhadap pengeluaran dan pemasukan dana
2) Menghimpun semua dana yang masuk
3) Mencatat pemasukan dan pengeluaran dana RW Siaga
4) Melaporkan keuangan kepada ketua dan seluruh anggota RW Siaga
f. Anggota
1) Melaksanakan kegiatan RW Siaga sesuai dengan unitnya
2) Melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan unit unit RW Siaga
kepada koordinator tiap unit
3) Bekerjasama dengan anggota yang lain dalam kegiatan RW Siaga
4) Pemilihan perangkat /pengurus RW Siaga ini beranggotakan wakil
dari masing-masing RT.
4. Indikator RW Siaga
a. Memiliki forum komunikasi masyarakat RW, jika terdapat minimal
fasilitator masyarakat kelurahan, susunan pengurus RW Siaga
b. Memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan, jika
terdapat fasilitas kesehatan dasar, misalnya pustu, polindes atau rumah
bersalin
c. Memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang
dikembangkan, jika terdapat 1 posyandu per RW.

38
d. Memiliki sistem pengamatan penyakitdan faktor risiko berbasis
masyarakat, jika terdapat kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan
di tingkat masyarakat yang mencakup minimal 80% kegiatan
dilaporkan secara lengkap, tepat waktu (dengan periode 24 jam atau
rutin tiap bulan) adanya data pemantauan wilayah setempat yang
berisiko.
e. Memiliki penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis
masyarakat, jika minimal terdapat stimulasi atau gladi bencana,
minimal 1 kali setahun di daerah tidak rawan dan 2 kali setahun di
daerah rawan bencana.
f. Adanya upaya mewujudkan lingkungan sehat, jika terdapat gerakan
masyarakat untuk meningkatkan atau memelihara kualitas lingkungan
yang dilaksanakan secara rutin, minimal 1 kali seminggu di setiap rt.
g. Adanya upaya mewujudkan PHBS jika minimal terdapat pendataan
dan visualisasi data PHBS rumah tangga minimal 1 kali setahun,
kegiatan promosi PHBS minimal 1 kali sebulan, kegiatan tindak lanjut
dari hasil pendataan dan promosi PHBS.
h. Adanya upaya mewujudkan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) dan
terbentuknya kadarzi, jika minimal terdapat pendataan dan visualisasi
data kadarzi minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi kadarzi minimal
1 kali sebulan, dan kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan
promosi kesehatan.
5. POKJA (Kelompok Kerja RW Siaga)
a. Pokja Kadarzi (KIA dan LANSIA)
1) Mengidentifikasi dan memantau kondisi gizi balita (penimbangan,
PMT, penyuluhan, pemberian vitamin A)
2) Mengidentifikasi status gizi balita (BGM, gizi kurang, gizi buruk)
melalui pemantauan KMS (kartu menuju sehat)
3) Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan balita

39
4) Mengidentifikasi dan memantau kadarzi (contoh memantau
keluarga dengan balita yang kurang gizi)
5) Membantu pemanfaatan perkarangan untuk meningkatkan gizi
keluarga (misalnya penanaman TOGA)
6) Mengidentifikasi dan memantau gizi ibu hamil
7) Mengidentifikasi dan memantau gizi lansia
b. Pokja PHBS (KIA, Lansia, Remaja)
1) Melakukan kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat) yang dikembangkan seperti:
a) Posyandu balita, misalnya melalui penyuluhan tentang tumbuh
kembang balita
b) Posyandu lansia, misalnya melakukan penkes tentang penyakit
pada lansia ataupun kondisi kondisi yang dapat membuat lansia
cidera
c) TOGA, melalui penanaman tanaman obat yang bermanfaat
bagi kesehatan
d) Pos UKK, melalui identifikasi masalah kesehatan pekerjaan
yang dominan di wilayah RT
c. Pokja Lingkungan
1) Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan
2) Membantu pengelolaan sampah air bersih
3) Membantu pengelolaan kebersihan lingkungan (gotong royong),
pemantauan jentik
d. Surveilance
1) Mengamati perkembangan penyakit yang berpotensi wabah di
masyarakat seperti DBD, malaria, diare, campak, ISPA, keracunan,
HIV/AIDS, NAPZA.
2) Menggalakkan imunisasi di posyandu dan anak sekolah
e. Pokja Kegawatdaruratan

40
1) Menyelenggarakan tindakan tanggap bencana alam (banjir,
longsor) bencana karena kelalaian manusia (kebakaran,
keracunan)bencana karena penyakit (bencana yang berpotensi
wabah). Seperti pemberian pertolongan pertama pada korban
banjir.
2) Menyelenggarakan pertolongan pertama pada hal-hal yang dapat
menyebabkan kematian

41
BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas adalah praktik keperawatan professional yang


bekerja sama dengan individu, keluarga, kelompok, komunitas, populasi, sistem dan
atau kelompok sosial melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan
praktik asuhan keperawatan komunitas terdiri dari beberapa tahapan diantaranya
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana intervensi
keperawatan, implementasi, dan evaluasi kegiatan.
Praktik asuhan keperawatan komunitas di RW 19 Kel. Sri Meranti, Kec.
Rumbai, Kota Pekanbaru dilaksanakan selama 6 minggu yaitu dimulai dari tanggal 19
Februari 2024 – 30 Maret 2024. Praktik asuhan keperawatan komunitas ini berfokus
pada agregat remaja di wilayah RW 19 Kel. Sri Meranti, Kec. Rumbai, Kota
Pekanbaru, dimana jumlah populasi remaja berjumlah 69 orang.
Praktik komunitas ini dilaksanakan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap
pertama yaitu tahap persiapan mencakup penyusunan instrument (alat pengumpul
data berupa kuesioner data winshield survey, data demografi kelompok, pengkajian
kesehatan reproduksi remaja, pengkajian menstruasi, pengkajian perilaku merokok,
pengkajian pengetahuan seks bebas dan pengkajian pengetahuan napza) yang dimulai
dari tanggal 14 Februari – 17 Februari 2024. Sedangkan pengkajian dimulai dari
tanggal 21 Februari – 24 Februari 2024. Tahapan kedua yaitu merumuskan diagnosa
keperawatan komunitas. Tahapan ketiga adalah intervensi untuk mengatasi masalah
Kesehatan. Tahapan keempat pelaksanaan intervensi (implementasi) dan tahap
terakhir evaluasi atau evaluasi masalah yang telah diatasi bersama masyarakat RW 19
Kel. Sri Meranti Kec. Rumbai Kota Pekanbaru.
Pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas di RW 19 Kel. Sri
Meranti, Kec. Rumbai, Kota Pekanbaru selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:

42
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
diantaranya yaitu penetapan lahan praktik, survey lokasi lahan praktik, serta
penyusunan instrument (alat pengumpulan data kesehatan masyarakat) yang
mengacu pada pengkajian asuhan keperawatan komunitas. Penentuan lahan
praktik asuhan keperawatan komunitas ditetapkan di RW 19 berdasarkan
kesepakatan pihak Kelurahan Sri Meranti dimulai pada 19 Februari 2024 – 30
Maret 2024.
Kegiatan pada tahap persiapan adalah melakukan temu ramah kepada
lurah Kel. Sri Meranti serta pengenalan mahasiswa ners muda kepada
masyarakat RW 19 dan perangkat RT serta masyarakat yang berada di RW 19
Kel. Sri Meranti Kec. Rumbai, Kota Pekanbaru. Tujuan kegiatan temu ramah
ini untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan melaksanakan praktik
profesi keperawatan komunitas dan keluarga. Pada pelaksanaan praktik
keperawatan komunitas akan dilakukan kegiatan dalam rangka meningkatkan
kesehatan kelompok remaja di RW 19 Kel Sri Meranti. Melalui asuhan
keperawatan yang diberikan diharapkan terjadi peningkatan kesehatan
khususnya pada kelompok remaja di RW 19 Kel. Sri Meranti, Kec. Rumbai
Kota Pekanbaru.
B. Tahap Pengkajian
Tahapan pengumpulan data adalah untuk mengetahui data winshield
survey, data demografi kelompok, pengkajian kesehatan reproduksi remaja,
pengkajian menstruasi, pengkajian perilaku merokok, pengkajian pengetahuan
seks bebas dan pengkajian pengetahuan napza serta melihat kondisi wilayah,
lingkungan fisik, status kesehatan, sosial, ekonomi dan rekreasi dalam
meningkatkan upaya kesehatan di RW 19 Kel. Sri Meranti, Kec. Rumbai,
Kota Pekanbaru. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan beberapa
teknik yaitu dengan cara mewawancarai remaja dengan kuesioner yang sudah
dibuat oleh ners muda. Teknik selanjutnya melakukan winshield survey di

43
wilayah RW 19 Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru.
Melalui hasil pengumpulan data didapatkan data-data sebagai berikut:
1. Hasil Winshield Survey
a. Luas wilayah : Kelurahan Sri Meranti : 9.019 Km2
RW 19 :
b. Batas Wilayah

Timur Laut : RT 3
Timur : RT 4 dan 5
Utara : RT 1
Barat : RT 6
Barat Laut : RT 2
c. Jumlah KK : 410 KK
d. Fasilitas Kesehatan : Puskesmas dan posyandu

44
e. Fasilitas Perdagangan: Toko barang harian, warung harian, dan
warung makan.

Warung harian dan warung makan Toko barang harian

f. Fasilitas Transportasi : Situasi jalan yaitu sebagian semen dan


sebagian masih ada yang tanah. Jenis alat transportasi yang digunakan
oleh warga RW 19 diantaranya mobil dan sepeda motor.

Jalan semen Jalan tanah

45
g. Fasilitas Keamanan: Terdapat Pos Ronda di RW 19.

h. Fasilitas Ibadah : Masjid dan Musholla

i. Fasilitas Olahraga: Fasilitas olahraga terdapat lapangan olahraga di


RW 19, yaitu Lapangan Sepak Bola

46
j. Kondisi Lingkungan: Kondisi lingkungan sudah cukup bersih namun
terdapat tumpukan sampah yang terbuka dan berserakan dibeberapa
tempat. Kondisi saluran pembuangan air sudah bersih namun masih
ada beberapa selokan yang terdapat sampah. Hewan ternak ayam, serta
hewan peliharaan seperti anjing, dan kucing yang dibiarkan
berkeliaran di lingkungan RW 19.

k. Kondisi Kesehatan Lingkungan yang ada di RW 19


1) Ventilasi pada rumah warga RW 19 rata-rata sudah ada tetapi dari
hasil observasi banyak yang tidak dibuka (tertutup) sehingga
sirkulasi udara menjadi tidak baik dan cahaya matahari tidak
masuk ke rumah.

47
2) Selokan dan parit: Kondisi saluran pembuangan air sebagian besar
lancar dan bersih, namun ada beberapa selokan yang tampak kotor
dan ada tumpukan sampah berserakan.

3) Tempat penampungan sampah akhir: Dari hasil yang didapatkan


rata-rata sebagian besar masyarakat mengelola sampah dengan
menunggu diangkut oleh petugas kebersihan.

l. Sumber Air Bersih Sumber air bersih di RW 19 yang mayoritas


berasal dari Sumur cincin yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk
air minum dan kebutuhan sehari-hari.

48
m. Kegiatan UKK Ada beberapa masyarakat yang memiliki UKK berupa
Laundry, dan berjualan barang harian.

2. Hasil Angket
a. Jumlah Remaja Putra dan Putri
Diagram 1
Distribusi Frekuensi Jumlah Remaja Per RT (n=69)

Remaja Putra dan Remaja Putri

23% 25%

RT 01 RT 02

RT 03 RT 04

23%
29%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu jumlah


remaja di RW 19 sebanyak 69 orang, di RT 01 sebanyak 17 orang
(25%), di RT 02 sebanyak 16 orang (23%), di RT 03 sebanyak 20
orang (29%), dan RT 04 sebanyak 16 orang (23%). Hal ini

49
menunjukkan bahwa remaja terbanyak di RW 19 yaitu berada di RT
03.
b. Usia
Diagram 2
Distribusi Frekuensi Usia Remaja di RW 19 (n=69)

Usia Remaja
10%
17%

16% 13 th 14 th

15 th 16 th

22%
17 th 18 th
14%

20%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu usia remaja


pada usia 13 tahun sebanyak 7 orang (10%), usia 14 tahun sebanyak
11 orang (16%), usia 15 tahun sebanyak 10 orang (15%), usia 16 tahun
sebanyak 14 orang (20%), usia 17 tahun sebanyak 15 orang (22%),
dan usia 18 tahun sebanyak 12 orang (17%). Hal ini menunjukkan
bahwa usia terbanyak pada remaja di RW 19 ialah usia 17 tahun.

c. Jenis Kelamin

50
Diagram 3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Remaja di RW 19 (n=69)

Jenis Kelamin Remaja

41% Laki-Laki
Perempuan

59%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja


yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 orang (59%) dan
remaja yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 28 orang
(41%). Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin yang terbanyak pada
remaja di RW 19 ialah laki-laki.

d. Agama
Diagram 4
Distribusi Frekuensi Agama Remaja di RW 19 (n=69)

Agama Remaja
1%

30%
Islam
Kristen
Katolik

68%

51
Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja
yang beragama islam sebanyak 47 orang (68%), remaja yang
beragama kristen sebanyak 21 orang (30%), dan remaja yang
beragama katolik sebanyak 1 orang (2%). Hal ini menunjukkan bahwa
agama yang terbanyak pada remaja di RW 19 ialah islam.

e. Pendidikan
Diagram 5
Distribusi Frekuensi Pendidikan Remaja di RW 19 (n=69)

Pendidikan Remaja

28%

SMP SMA
48%
SMK

25%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja


yang berpendidikan SMP sebanyak 33 orang (48%), remaja yang
berpendidikan SMA sebanyak 17 orang (25%), dan remaja yang
berpendidikan SMK sebanyak 19 orang (27%). Hal ini menunjukkan
bahwa pendidikan yang terbanyak pada remaja di RW 19 ialah SMP.

52
f. Pengetahuan Reproduksi Remaja
Diagram 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Reproduksi Remaja di RW 19
(n=69)

Pengetahuan Reproduksi Remaja

4%

20%
Baik
Cukup
Kurang

75%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil pengetahuan


remaja mengenai reproduksi yaitu baik sebanyak 52 orang (76%),
cukup sebanyak 14 orang (20%), dan kurang sebanyak 3 orang (4%).
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai reproduksi remaja
pada remaja di RW 19 sebagian besar ialah baik.

53
g. Keluhan Menstruasi
Diagram 7
Distribusi Frekuensi Keluhan Menstruasi Remaja Putri di RW 19
(n=28)

Keluhan saat Menstruasi

21%

Nyeri Menstruasi
Menstruasi Tidak Teratur
4% Tidak ada

75%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang


mengalami masalah kesehatan remaja wanita yaitu keluhan yang
dirasakan saat menstruasi jawaban terbanyak Nyeri Menstruasi
sebanyak 21 orang (75%), Tidak ada sebanyak 6 orang (21%), dan
Menstruasi Tidak Teratur sebanyak 1 orang (4%). Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di RW 19 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru memiliki masalah
kesehatan remaja wanita yaitu keluhan nyeri menstruasi saat sedang
menstruasi.

54
h. Nyeri Menstruasi
Diagram 8
Distribusi Frekuensi Nyeri Menstruasi Remaja Putri di RW 19 (n=28)

Nyeri Menstruasi

14%

Tidak terlalu sakit


Sangat sakit

86%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang


mengalami masalah kesehatan remaja wanita nyeri menstruasi yang
terasa oleh remaja jawaban terbanyak Tidak terlalu sakit sebanyak 24
orang (86%), dan Sangat sakit sebanyak 4 orang (14%). Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di RW 19 Kelurahan Sri
Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru merasakan nyeri yang
tidak terlalu sakit saat menstruasi.
i. Cara Mengatasi Nyeri Menstruasi
Diagram 9
Distribusi Frekuensi Cara Mengatasi Nyeri Menstruasi Remaja Putri
di RW 19 (n=28)

Cara Mengatasi Nyeri Menstruasi

4% Dibawa istirahat/tidur saja


11%

11% Membeli obat sendiri

Minuman ramuan herbal


74%

Kompres hangat

55
Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang
mengalami masalah kesehatan yaitu cara mengatasi keluhan
menstruasi jawaban terbanyak Dibawa istirahat/tidur saja sebanyak 20
orang (74%), Membeli obat sendiri sebanyak 3 orang (11%),
Minuman ramuam herbal sebanyak 3 orang (11%), dan Kompres
hangat sebanyak 1 orang (4%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
remaja wanita di RW 19 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai
Kota Pekanbaru saat ada keluhan menstruasi dibawa istirahat/tidur
saja.
j. Keluhan Nyeri setelah Penenganan
Diagram 10
Distribusi Frekuensi Keluhan Nyeri setelah Penanganan pada Remaja
Putri di RW 19 (n=28)

Keluhan Nyeri setelah Penanganan

4%

Tidak nyeri lagi

44% 52% Kadang masih nyeri

Masih tetap nyeri

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang


mengalami masalah saat menstruasi dan sudah dilakukan intervensi
yaitu jawaban terbanyak Tidak nyeri lagi sebanyak 14 orang (52%),
Kadang masih nyeri sebanyak 12 orang (44%), dan Masih tetap nyeri
sebanyak 1 orang (4%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja
wanita di RW 19 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota

56
Pekanbaru saat menstruasi dan susah diberikan intervensi sudah tidak
merasakan nyeri lagi.
k. Jumlah Mengganti Pembalut dalam Sehari
Diagram 11
Distribusi Frekuensi Jumlah Mengganti Pembalut dalam Sehari pada
Remaja Putri di RW 19 (n=28)

Mengganti Pembalut saat Menstruasi

14%
21%
<1 kali/hari
3 - 4 kali/hari
2 kali/hari

64%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa kebiasaan


remaja wanita mengganti pembalut dalam sehari jawaban terbanyak 3-
4 kali/hari sebanyak 18 orang (64%), 2 kali/hari sebanyak 6 orang
(22%), dan ,1 kali/hari sebanyak 4 orang (14%). Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata remaja wanita di RW 19 Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru saat menstruasi memiliki
kebiasaan untuk mengganti pembalut sebanyak 3-4 kali/hari.

57
l. Mendapatkan Informasi terkait Masalah Menstruasi
Diagram 12
Distribusi Frekuensi Mendapatkan Informasi terkait Masalah
Menstruasi pada Remaja Putri di RW 19 (n=28)

Mendapatkan Informasi terkait Masalah


Menstruasi

11%

Ya Tidak

89%

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa remaja yang


mendapatkan informasi terkait masalah menstruasi dengan jawaban
terbanyak Ya sebanyak 25 orang (89%), dan Tidak sebanyak 3 orang
(11%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di RW 19
Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru sudah
pernah mendapatkan informasi terkait masalah menstruasi.
m. Sumber Informasi
Diagram 13
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi pada Remaja Putri di RW 19
(n=28)
Sumber Informasi

19% Orang tua


35% Tenaga Kesehatan
Sekolah
12% Media Sosial

35%

58
Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa sumber
informasi terkait masalah menstruasi dengan jawaban terbanyak Media
Sosial sebanyak 9 orang (35%), Sekolah sebanyak 9 orang (35%),
Orang tua sebanyak 5 orang (19%) dan Tenaga Kesehatan sebanyak 3
orang (11%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja wanita di
RW 19 Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru
sumber informasi terkait masalah kesehatan menstruasi didapatkan
dari Media Sosial dan Sekolah.
n. Remaja Putra Merokok
Diagram 14
Distribusi Frekuensi Remaja Putra Pernah Merokok di RW 19 (n=41)

Remaja Laki-Laki Pernah Merokok

44%
Ya Tidak

56%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja


putra yang pernah merokok sebanyak 23 orang (56%) dan tidak pernah
merokok sebanyak 18 orang (44%). Hal ini menunjukkan bahwa
remaja putra di RW 19 ialah pernah merokok.

59
Diagram 15
Distribusi Frekuensi Remaja Putra Masih Merokok di RW 19 (n=23)

Masih Merokok

48% Ya Tidak
52%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja


putra yang masih merokok sebanyak 12 orang (52%) dan tidak
merokok lagi sebanyak 11 orang (48%). Hal ini menunjukkan bahwa
remaja putra di RW 19 ialah masih banyak yang merokok.

o. Usia Pertama Kali Merokok


Diagram 16
Distribusi Frekuensi Usia Pertama Kali Merokok Remaja Putra di RW
19 (n=23)

Usia Pertama Kali Merokok

26%

Lebih dari usia 10 tahun


kurang dari usia 10 tahun

74%

60
Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu usia
pertama kali merokok pada remaja yaitu lebih dari usia 10 tahun
sebanyak 17 orang (74%) dan kurang dari usia 10 tahun sebanyak 6
orang (26%). Hal ini menunjukkan bahwa usia remaja putra di RW 19
pertama kali merokok ialah pada usia lebih dari 10 tahun.

p. Alasan Merokok
Diagram 17
Distribusi Frekuensi Alasan Merokok Remaja Putra di RW 19 (n=23)

Alasan Merokok

4%

Penasaran/Ingin coba-coba
26%
Iseng

Dipaksa/Diajak teman
57%

Biar suara berat


13%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu alasan


merokok pada remaja putra karena penasaran/ingin coba-coba
sebanyak 13 orang (57%), karena dipaksa/diajak teman sebanyak 6
orang (26%), karena iseng sebanyak 3 orang (4%). Hal ini
menunjukkan bahwa alasan merokok pada remaja putra di RW 19
ialah karena penasaran/ingin coba-coba.

61
q. Rata-Rata Merokok dalam Sehari
Diagram 17
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Merokok pada Remaja Putra di RW
19 (n=23)

Rata-rata Merokok Sehari

17%

4% 1-10 batang
11-20 batang

9% 21-30 batang
Lainnya

70%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu rata-rata


remaja putra merokok dalam sehari yaitu 1-10 batang sebanyak 16
orang (70%), 11-20 batang sebanyak 2 orang (9%), 21-30 batang
sebanyak 1 orang (4%), dan lainnya seperti tidak sampai 1 batang,
kurang dari 5 batang sebanyak 4 orang (17%). Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata remaja putra di RW 19 merokok dalam sehari yaitu
sebanyak 1-10 batang.

r. Situasi yang Membuat Remaja Merokok


Diagram 18
Distribusi Frekuensi Situasi yang Membuat Remaja Merokok pada
Remaja Putra di RW 19 (n=23)

62
Situasi yang Membuat Remaja Merokok

17%
22%
Saat merasa bosan

Saat berkumpul dengan teman

Saat stress/kesal/marah
17%

Saat santai/iseng

26%
Lainnya

17%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja


merokok saat merasa bosan sebanyak 5 orang (22%), saat berkumpul
dengan teman sebanyak 6 orang (26%), saat stress/kesal/marah
sebanyak 4 orang (18%), saat santai/iseng sebanyak 4 orang (17%),
dan lainnya sebanyak 4 orang (17%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja merokok saat berkumpul dengan teman.

s. Remaja Menggunakan Rokok Elektrik


Diagram 19
Distribusi Frekuensi Remaja Menggunakan Rokok Elektrik pada
Remaja Putra di RW 19 (n=41)

Remaja Menggunakan Rokok Elektrik

41%
Ya Tidak

59%

63
Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil yaitu remaja
yang menggunakan rokok elektrik sebanyak 17 orang (41%) dan
remaja yang tidak menggunakan rokok elektrik sebanyak 24 orang
(59%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putra di
RW 19 tidak menggunakan rokok elektrik.

t. Pengetahuan Menegenai Merokok


Diagram 20
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mengenai Merokok pada Remaja
Putra di RW 19 (n=41)

Pengetahuan Mengenai Merokok

10%

Baik
Cukup
24% Kurang

66%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil pengetahuan


remaja putra mengenai merokok yaitu baik sebanyak 27 orang (66%),
pengetahuan cukup sebanyak 10 orang (24%), pengetahuan kurang
sebanyak 4 orang (10%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
mengenai merokok pada remaja putra di RW 19 sebagian besar ialah
baik.

64
u. Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja
Diagram 21
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja pada
Remaja di RW 19 (n=69)

Pengetahuan Seks Bebas pada Remaja


1%

17%

Baik
Cukup
Kurang

81%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil pengetahuan


seks bebas pada remaja baik sebanyak 56 orang (81%), pengetahuan
cukup sebanyak 12 orang (17%), dan pengetahuan kurang 1 orang
(2%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan seks bebas pada
remaja di RW 19 sebagian besar ialah baik.

v. Pernah Melihat Teman Menggunakan Narkoba


Diagram 22
Distribusi Frekuensi Pernah Melihat Teman Menggunakan Narkoba
pada Remaja di RW 19 (n=69)

65
Pernah Melihat Teman Menggunakan Narkoba

3%

Ya
Tidak

97%

Berdasarkan diagram di atas, didapatkan hasil bahwa sebanyak


67 orang remaja (97%) tidak pernah melihat teman menggunakan
narkoba dan sebanyakan 2 orang remaja (3%) pernah melihat teman
yang menggunakan narkoba. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar remaja putra di RW 19 tidak pernah melihat teman
menggunakan narkoba.

3. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Ners Muda di RW 19
Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, didapatkan
hasil mayoritas warga bekerja atau beraktivitas di luar rumah dari pagi
hingga sore. Anak-anak banyak bermain di dalam rumah dan sebagian di
luar rumah, seperti bermain sepeda, bermain gambar, dan bermain bola di
lapangan.
Warga RW 19 sebagian besar melakukan ibadah di Mesjid Al-Hirah
dan Musholla Al-Fath. Di belakang Musholla Al-Fath dan di depan rumah
Pak RT 04, terdapat sarana fasilitas olahraga yaitu lapangan bola/volly.
Untuk kebersihan lingkungan di RW 19 terdapat bekas pembakaran

66
sampah. Sebagian besar warga mengatakan pengelolaan sampah dengan
cara dibakar di depan atau belakang perkarangan rumah.
Aktivitas remaja setelah pulang sekolah sebagian besar adalah tidur,
bermain hp, dan sebagian bermain bola kaki, lari-lari atau jogging. Selain
itu, didapatkan beberapa remaja merokok ketika berada di kedai atau
berkumpul dengan temannya.
4. Hasil Wawancara
a. Lurah Sri Meranti
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lurah dan
Sekretaris Lurah diperoleh data jumlah penduduk di kelurahan Sri
Meranti ini terdapat kurang lebih 24.596 jiwa dengan 7.245 kartu
keluarga, terdapat 20 RW dengan jumlah RT sebanyak 90 RT.
b. Ketua RW 19
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW 19 yang
bertempat di Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru
sekaligus sebagai ners muda untuk berkoordinasi. Hasil wawancara
didapatkan bahwa untuk RW 19 terdiri dari 4 RT yakni mulai dari RT
01 berjumlah 120 KK, RT 02 berjumlah 161 KK, RT 03 berjumlah 43
KK, RT 04 berjumlah 86 KK, dengan jumlah seluruhnya di RW 19
terdapat sebaanyak 410 KK. Pada RW 19 sudah terbentuk RW Siaga,
tetapi setelah adanya Covid-19 RW Siaga tidak berjalan lagi.
Berdasarkan hasil wawacara dengan Ketua masing-masing RT di RW
19, didapatkan hasil bahwa kegiatan yang sering dilakukan di wilayah
ialah kegiatan keagamaan seperti wirid, arisan, dan senam. Menurut
pak RW dan pak RT kegiatan yang dilakukan oleh remaja sudah tidak
aktif lagi, seperti bermain volley. Namun sebagian remaja cukup aktif
terlibat dalam remaja masjid.
c. Kader Posyandu
Berdasarkan hasil wawancara bersama kader posyandu di RW
19, didapatkan hasil bahwa posyandu memiliki tempat khusus

67
tersendiri di RW 19. Posyandu sudah memiliki fasiltas seperti
posyandu pada umumnya yang dapat menunjang kegiatan posyandu.
Kegiatan posyandu dilaksanakan 1 bulan sekali, yakni disetiap tanggal
19. Untuk kegiatan di posyandu ini berfokus pada pemeriksaan balita
dengan mengukur tinggi, berat badan, pemberian imunisasi, serta
vitamin. Berdasarkan hasil wawancara, kader posyandu mengatakan
bahwa belum terbentuk atau belum ada posyandu remaja.
d. PJ PKPR Puskesmas Umban Sari
Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak Puskesmas,
didapatkan hasil bahwa remaja jarang berkunjung ke puskesmas
dikarenakan puskesmas hanya buka dari pagi hingga sore, sehingga
bagi remaja yang mengeluh sakit pada malam hari, ini yang membuat
kunjungan remaja ke puskesmas menjadi berkurang. Pihak Puskesmas
juga mengatakan bahwa sedang dalam tahap studi banding untuk
pembentukan posyandu remaja.
e. Remaja RW 19
Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa remaja di RW
19, didapatkan hasil bahwa memiliki smartphone, aktivitas yang
dilakukan ketika pulang sekolah adalah bermain hp, lalu sebagian
remaja mengikuti organisasi atau ekstrakurikuler di sekolah. Remaja
putri mengatakan bahwa ketika menstruasi sering nyeri di bagian
perutnya dan beberapa dari mereka mengatakan tidak tahu mengenai
kompres hangat untuk meredakan nyeri menstruasi. Remaja putri juga
mengatakan bhawa pihak sekolah rutin memberikan tablet tambah
darah setiap minggu, namun mereka sesekali tidak meminumnya
karena malas. Remaja putri di RW 19 juga mengatakan bahwa terdapat
teman sekolahnya yang keluar dari sekolah akibat hamil di luar nikah.
Berdasarkan hasil wawancara bersama beberapa remaja putra,
didapatkan hasil bahwa sebagian dari mereka mengatakan tahu bahaya
merokok namun tetap merokok dikarenakan susah untuk berhenti.

68
Remaja putra juga mengatakan bahwa kegiatan di wilayah RW 19
seperti bermain volley sudah lama vakum atau tidak aktif. Sehingga
sebagian dari mereka banyak menghabiskan waktu bermain hp, game,
membantu orang tua di rumah, dan sebagian bekerja di bengkel pada
hari sabtu-minggu dan jarang melakukan aktivitas fisik.
C. Tahap Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

No Analisa Data Masalah Keperawatan


1. Hasil Angket: Perilaku cenderung beresiko:
 Berdasarkan hasil angket didapatkan Gaya hidup tidak sehat
sebanyak 41 orang (59%) berjenis (merokok dan jarang aktivitas)
kelamin laki-laki pada agregat remaja di wilayah
 Berdasarkan hasil angket didapatkan RW 19
sebanyak 33 orang (48%)
berpendidikan SMP
 Berdasarkan hasil angket didapatkan
sebanyak 23 orang remaja putra
(56%) pernah mrokok dan sebanyak
12 orang (52%) masih merokok
 Berdasarkan hasil angket didapatkan
sebanyak 17 orang (74%) remaja
putra pertama kali merokok pada
usia lebih dari 10 tahun dan 6 orang
(26%) pertama kali merokok pada
usia kurang dari 10 tahun
 Berdasarkan hasil angket didapatkan
sebanyak 13 orang remaja (57%)
merokok karena penasaran/ingin
coba-coba

69
 Berdasarkan hasil angket didapatkan
sebanyak 16 orang remaja (70%)
rata-rata merokok 1-10 batang sehari
 Berdasarkan hasil angket didapatkan
sebanyak 6 orang remaja (26%)
merokok di saat berkumpul dengan
teman
 Berdasarkan hasil angket didapatkan
sebanyak 27 orang (66%)
pengetahuan mengenai merokok baik
Hasil Wawancara:
 Berdasarkan hasil wawancara
dengan Ketua RW 19 didapatkan
hasil kegiatan yang dilakukan oleh
remaja sudah tidak aktif lagi, seperti
bermain volley. Namun sebagian
remaja cukup aktif terlibat dalam
remaja masjid.
 Berdasarkan hasil wawancara
dengan kader posyandu dan pihak
Puskesmas, didapatkan hasil bahwa
tidak ada posyandu remaja dan
kunjungan remaja ke Puskesmas
berkurang
 Berdasarkan hasil wawancara
dengan remaja RW 19 didapatkan
hasil bahwa mereka mengatakan tahu
bahaya merokok namun tetap
merokok dikarenakan susah untuk
berhenti dan sebagian dari mereka

70
banyak menghabiskan waktu
bermain hp, game, membantu orang
tua di rumah, dan sebagian bekerja di
bengkel pada hari sabtu-minggu dan
jarang melakukan aktivitas fisik
Hasil Observasi:
 Berdasarkan hasil observasi terlihat
sebagian besar remaja khususnya
laki-laki merokok di rumah dan
terlihat sebagian besar remaja tidak
melakukan aktivitas fisik di waktu
luang
Hasil Winshield Survey:
 Berdasarakan hasil winshield survey
didapatkan hasil banyak putung
rokok berserakan di rumah remaja
ketika Ners Muda datang mengkaji
 Berdasarkan hasil winshield survey
didapatkan hasil bahwa terdapat
warung atua kedai yang menjual
rokok

2. Hasil Angket: Ketidakefektifan pemeliharaan


 Berdasarkan data angket, mayoritas kesehatan: masalah menstruasi
keluhan yang dirasakan saat pada agregat remaja di wilayah
menstruasi jawaban terbanyak Nyeri RW 19
Menstruasi sebanyak 21 orang
(75%)
 Berdasarkan data angket, mayoritas
remaja yang mengalami masalah

71
kesehatan remaja wanita nyeri
menstruasi yang terasa oleh remaja
jawaban terbanyak Tidak terlalu
sakit sebanyak 24 orang (86%)
 Berdasarkan data angket, mayoritas
remaja yang mengalami masalah
kesehatan yaitu cara mengatasi
keluhan menstruasi jawaban
terbanyak dibawa istirahat/tidur saja
sebanyak 20 orang (74%)
 Berdasarkan data angket, mayoritas
remaja yang mengalami masalah saat
menstruasi dan sudah dilakukan
intervensi yaitu jawaban terbanyak
Tidak nyeri lagi sebanyak 14 orang
(52%)
 Berdasarkan data angket, mayoritas
kebiasaan remaja wanita mengganti
pembalut dalam sehari jawaban
terbanyak 3-4 kali/hari sebanyak 18
orang (64%)
 Berdasarkan data angket, mayoritas
remaja yang mendapatkan informasi
terkait masalah menstruasi dengan
jawaban terbanyak Ya sebanyak 25
orang (89%)
 Berdasarkan data angket, mayoritas
remaja mendapatkan sumber
informasi terkait masalah menstruasi
dengan jawaban terbanyak Media

72
Sosial sebanyak 9 orang (35%)
Hasil Wawancara:
 Berdasarkan hasil wawancara
bersama pihak Puskesmas,
didapatkan hasil bahwa remaja
jarang berkunjung ke puskesmas
dikarenakan puskesmas hanya buka
dari pagi hingga sore, sehingga bagi
remaja yang mengeluh sakit pada
malam hari, ini yang membuat
kunjungan remaja ke puskesmas
menjadi berkurang. Pihak Puskesmas
juga sedang dalam tahap studi
banding untuk pembentukan
posyandu remaja.
 Berdasarkan hasil wawancara
bersama Remaja putri mayoritas
mengatakan bahwa ketika menstruasi
sering nyeri di bagian perutnya dan
beberapa dari mereka mengatakan
tidak tahu mengenai kompres hangat
untuk meredakan nyeri menstruasi.
Remaja putri juga mengatakan
bahwa pihak sekolah rutin
memberikan tablet tambah darah
setiap minggu, namun mereka
sesekali tidak meminumnya karena
malas.
Hasil Observasi:
 Saat dikaji ners muda dari 3 orang

73
remaja putri yang sedang mengalami
menstruasi, 1 remaja putri tampak
sering bertanya dan kebingungan
saat ditanyakan seputar menstruasi, 2
remaja putri tampak meringis
kesakitan dan 1 tidak ada keluhan
mengenai menstruasinya.
Hasil Winshield Survey:
 Remaja putri tahu tempat fasilitas
kesehatan untuk sarana konsultasi
terkait konseling kesehatan
reproduksi remaja yaitu puskesmas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku cenderung beresiko: Gaya hidup tidak sehat (merokok dan
jarang aktivitas) pada agregat remaja di wilayah RW 19
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan: masalah menstruasi pada
agregat remaja di wilayah RW 19

3. Prioritas Masalah Kesehatan/Keperawatan Agregat Remaja

No Masalah Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total Ranking


1. Perilaku cenderung

74
beresiko: Gaya hidup tidak
sehat (merokok dan jarang
aktivitas) pada agregat
remaja di wilayah RW 19
2. Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan:
masalah menstruasi pada
agregat remaja di wilayah
RW 19

Keterangan :
1 = Kesadaran masyarakat akan masalah
2 = Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah
3 = Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
4 = Ketersediaan ahli / pihak terkait solusi masalah
5 = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
6 = Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai

Kriteria hasil :
1 – 3 = Rendah
4 – 6 = Sedang
7 – 10 = Tinggi

Berdasarkan prioritas masalah dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada


kelompok dewasa di RW 11 Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Kota
Pekanbaru, yaitu:

75
D. Tahap Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Kegiatan


1. Perilaku cenderung beresiko: Setelah dilakukan Pendidikan
Gaya hidup tidak sehat tindakan keperawatan kesehatan:
(merokok dan jarang aktivitas) selama 2 minggu, Edukasi tentang
pada agregat remaja di wilayah diharapkan bahaya dan
RW 19 pemeliharaan pencegahan merokok
kesehatan terhadap Partnership:
masalah merokok Bekerjasama dengan
pada remaja efektif puskesmas mengenai
sosialisasi layanan
berhenti merokok
Empowerment :
Pembentukan duta
remaja anti merokok
Proses kelompok :
Membentuk
kelompok dan lomba
membuat poster anti
merokok
Intervensi
keperawatan
profesional :
Pembentukan pojok
berhenti merokok
2. Ketidakefektifan pemeliharaan Setelah dilakukan Pendidikan
kesehatan: masalah menstruasi tindakan keperawatan kesehatan:
pada agregat remaja di wilayah selama 2 minggu, Edukasi tentang
RW 19 diharapkan penanganan masalah

76
pemeliharaan menstruasi
kesehatan terhadap Partnership:
masalah menstruasi Melakukan kerjasama
pada remaja efektif dengan puskesmas
terkait penyediaan
tablet tambah darah
Empowerment :
Pembentukan kader
remaja bebas anemia;
Penanaman TOGA
Proses kelompok :
Membentuk
kelompok dan lomba
membuat poster anti
Intervensi
keperawatan
profesional :
Terapi kompres
hangat untuk
meredakan nyeri
menstruasi

77
PLANNING OF ACTION (POA)
KEGIATAN PRAKTIK PROFESI KOMUNITAS KELOMPOK 3 WILAYAH KERJA RW 19 KELURAHAN SRI
MERANTI
Diagnosa
Rencana Strategi Penanggung Penanggung Waktu dan Sumber
Keperawatan
Kegiatan Kegiatan Jawab RW 19 Jawab Tempat daya
Mahasiswa

Perilaku Edukasi Pendidikan Ners Muda Sinta Bella Maret 2024 Mahasiswa
cenderung tentang kesehatan Ulandia, S.Kep di
beresiko: Gaya bahaya dan lingkungan
hidup tidak sehat pencegahan RW 19
(merokok dan merokok
jarang aktivitas)
pada agregat
remaja di wilayah
RW 19
Bekerjasama Partnership Ners Muda Rukit Altan Maret 2024 Mahasiswa
di
dengan Pinari
lingkungan
puskesmas Mukendah, RW 19

78
mengenai S.Kep
sosialisasi
layanan
berhenti
merokok

Pembentukan Empowerment Ners Muda M. Alwari, Maret 2024 Mahasiswa


di
duta remaja S.Kep
lingkungan
anti merokok RW 19
Membentuk Proses Ners Muda Friskha Andini Maret 2024 Mahasiswa
di
kelompok kelompok Yuni Sari,
lingkungan
dan lomba S.Kep RW 19
membuat
poster anti
merokok
Pembentukan Intervensi Ners Muda Siti Rahmi Indri Maret 2024 Mahasiswa
di
pojok keperawatan Wulandari,
lingkungan
berhenti profesional S.Kep RW 19
merokok Rahmayuni

79
Putri, S.Kep
Ketidakefektifan Edukasi Pendidikan Ners Muda Rahma Safitri, Maret 2024 Mahasiswa
di
pemeliharaan tentang kesehatan S.Kep
lingkungan
kesehatan: penanganan RW 19
masalah masalah
menstruasi pada menstruasi
agregat remaja di
wilayah RW 19
Melakukan Partnership Ners Muda Dina Oktavia, Maret 2024 Mahasiswa
di
kerjasama S.Kep
lingkungan
dengan RW 19
puskesmas
terkait
penyediaan
tablet tambah
darah

Penanaman Empowerment Ners Muda Dian Tiara, Maret 2024 Mahasiswa


di
TOGA: Jahe S.Kep
lingkungan
RW 19

80
Membentuk Proses Ners Muda Azimah, S.Kep Maret 2024 Mahasiswa
di
kelompok kelompok
lingkungan
dan lomba RW 19
membuat
poster anti
Terapi Intervensi Ners Muda Danu mangippu Maret 2024 Mahasiswa
di
kompres keperawatan Pasaribu, S.Kep
lingkungan
hangat untuk profesional RW 19
meredakan
nyeri
menstruasi

81
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A & Spradley, B. W. (2001). Community Health Nursing: Concept and


Practice, Fifth Edition. Lippincott: Philadelphia.
Allender, Judith A., & Spardley, Barbara W. (2004). Communiti health nursing:
Promoting and protecting the public’s health 6th ed. Lippincott: Philadelphia.
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community Health Nursing;
Promoting & Protecting The Public’s Health. (7th ed). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Anderson, E., & McFarlane, J. (2011). Community as partner: Theory and practice in
nursing (6th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health / Lippincott Williams
& Wilkins.
Bulechek, Gloria. M, et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth
Edition. United States of America: Elsevier.
Depkes RI. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-
2025. Jakarta: Depkes RI.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Effendi. (2009). Manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika.
Henny, Achjar Komang Ayu. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas: Teori dan
praktek. Jakarta: EGC.
Heriandi. 2004. Laporan Tugas Khusus Telaah Kemitraan Program Akademi Fantasi
Indosiar (AFI), Program Pasca Sarjana, Kesehatan Masyarakat, FKM UI.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E, Thomas, S.A., (1999). Community Health Nursing:
Caring in Action. Boston: Delmar.
Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPPKI). (2017). Panduan Asuhan
Keperawatan: Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi
NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: UI Press.
Maurer, F.A., & Smith, C.M. (2005). Community/public health nursing practice: health
for families and populations. (3th ed). St. Louis: Elsevier Saunders.

82
Moorhead, Sue. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
United States of America: Elsevier.
NANDA. (2018). Nursing Diagnosis. EGC: Jakarta.
Northouse, Peter Guy dan Northouse, Laurel Lindhout. 1985. Health Communication. A
Handbook for Health Professionals. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New
Jersey.
Pratomo, Hadi. 2004. Laporan Akhir Pengembangan Jejaring Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) dan Rujukannya di Tingkat Kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur, Laporan Konsultan Proyek SMPFA), Depkes RI.
Santrock, J.W. (2007). Adolesence (Remaja). (Edisi ke-11). Terjemahan oleh
Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. (6th ed). St
Louis: Mosby.
Stanhope, M and Lancaster, J. (2016). Community Public Health Nursing. St Louis-
Misouri: Mosby.
Wong, D. L., Marilyn H., David W., Marilyn L. W., & Patricia S. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Vol.1. Jakarta: EGC.

83

Anda mungkin juga menyukai