PROGRAM A 2019
Mata kuliah:
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Dian Tiara
1911110439
KELOMPOK 3 A 2019 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
Kasus: Cidera Kepala:
Tn. A berusia 23 tahun dirawat hari ke-2 di ruang rawat neurologi dengan penurunan kesadaran
sejak 2 hari lalu kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian: terpasang OPA, oksigen NRM 8 L/mnt,
terpasang infus NaCl 0,9% 4 kolf/24 jam, Manitol 125 ml/ 6 jam, terdapat luka robek lebar 3 cm
didaerah temporal kanan dengan perdarahan aktif, distraksi dinding dada (+), GCS 7, PUPIL 2/4,
reflex cahaya +/+. Tanda vital TD: 150/95 mmHg, frekuensi nadi 69 x/menit, frekuensi nafas 29
x/menit, suhu 36,1oC. Hasil pemeriksaan CT Scan adanya area terang pada temporal kiri.
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A (L)
Tempat/Tgl Lahir :-
Usia : 23 Tahun
Gol Darah :-
Pendidikan Terakhir :-
Agama :-
Suku :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Diagnosa Medik :-
3. Pernah Dirawat : -
7. ELIMINASI : -
8. NEUROSENSORI DAN KOGNITIF
a. Tanda (Obyektif)
1) Status mental
Kesadaran : somnolen
2) Skala koma glasgow (gcs) : 7
3) Reaksi pupil terhadap cahaya : (+)
4) Ukuran pupil : 2/4
9. KEAMANAN
a. Tanda (Obyektif)
1) Adanya luka : Terdapat luka robek lebar 3 cm didaerah temporal kanan
dengan perdarahan aktif
B. DATA PENUNJANG
1. Ct Scan : Area terang pada temporal kiri.
2. Obat-obatan : Terpasang infus NaCl 0,9% 4 kolf/24 jam, Manitol 125 ml/ 6 jam
3. Pemeriksaan lainnya:
1. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
2. EEG : memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
3. BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak
4. PET (Positron Emission Tomography) : menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak
5. AGD : PO2, pH, HCO3 : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (mempertahankan
AGD dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atau
untuk melihat masalah oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
6. Elektrolit serum : cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi
natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa hari, diikuti diuresis Na, peningkatan
letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit
7. Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum
8. CSS : menentukan kemungkinan adanya perdarahn subarachnoid (warna, komposisi,
tekanan)
9. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunan
kesadaran.
10. Kadar antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
mengatasi kejang
C. ANALISIS DATA
O2
gangguan metabolism
Asam laktat
Asam laktat
g
5. Terpasang
oksigen
Kerusakan sel otak
NRM 8
L/mnt
Kebocoran cairan
Edema paru
darah
Nyeri akut
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
2. Ketidak efektifan Pola Nafas
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Terapeutik
1. Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi
Fowler
3. Hindari maneuver
valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan
PEEP
6. Hindari pemberian cairan
IV hipotonik
7. Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu
c. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika
perlu
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja , jika perlu
2 Ketidak Setelah dilakukan tindakan selama a. manajemen jalan napas
efektifan Pola 1x12jam status pernafasan klien 1. Monitor status
Nafas tidak terganggu dengan kriteria pernafasan dan
hasil: oksigenisasi
1. Tidak ada suara nafas tambahan 2. Buka jalan nafas dengan
2. Frekuensi pernafasan normal teknik chin lift atau jaw
thrust
3. Identifikasi kebutuhan
aktual/ potensial untuk
memasukkan alat
membuka jalan nafas
4. Masukkan alat
nasopharingeal airway
(NPA) atau
oropharingeal airway
(OPA)
5. Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi
6. Lakukan penyedotan
melalui endotrakea dan
nasotrakea
7. kelola nebulizer
ultrasonic
8. posisikan untuk
meringankan sesak napas
9. auskultasi suara nafas,
catat area yang
ventilasinya menurun
atau tidak ada dan
adnaya suara tambahan
b. Edukasi
1. Edukasi keluarga klien
tentang keadaan klien
c. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
timdokter dala
pemberian obat
3 Nyeri akut Setelah dilakukanasuhan a. Menejemen Nyeri
berhubungan keperawatan 1. Lakukan pengkajian
dengan agen Selama 2x 24 jam, nyeri komperhensif
cedera fisik klien dapat :. 2. Berikan edukasi
1. Mengontrol nyeri, dengan mengenai nyeri dan
indikator: Mengenal faktor penyebab nyeri
faktor-faktor penyebab 3. Ajarkan teknik non
2. Mengenal onset nyeri farmakologi berupa
3. Tindakan pertolong-an non teknik relaksasi nafas
farmakologi dalam dan teknik
4. Menggunakan anal-getik distraksi
5. Melaporkan gejala-gejala 4. Kurangi faktor pencetus
nyeri kepada tim nyeri (misalnya, aktivitas
kesehatan belebih atau gerakan )
b. Kolaborasi pemberian
farmakologi
1. berupa analgesic dengan
pemantauan ketat
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia