A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
2. Etiologi
a. Riwayat trauma kepala
b. Faktor genetik
c. Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
d. Virus tertentu
3. Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat
cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak
jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis
(gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
Tumor otak
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
Acoustic neuroma
Meningioma
Pituitary adenoma
Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
Astrocytoma (grade 2,3,4)
Oligodendroglioma
Apendymoma
b. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a) Ekstramedular
Cleurofibroma
Meningioma
a) Intramedular
Apendymoma
Astrocytoma
Oligodendroglioma
Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru
– paru, ginjal dan lambung.
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat
sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktifitas, yang
biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata
c. Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat
penekanan oleh tumor.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi.
3. Rencana Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat
penekanan oleh tumor.
Data penunjang: peruabhan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon
sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda
peningaktan TIK.
Intervensi Rasional
Pantau status neurologis secara teratur Mengkaji adanya perubahan pada tingkat
dan bandingkan dengan nilai kesadran dan potensial peningaktan TIK dan
standar. bermanfaat dalam menentukan okasi,
perluasan dan perkembangan kerusakan
SSP.
Pantau tanda vital tiap 4 jam. Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran
darah ke otak yang stabil. Kehilanagn
autoregulasi dapat mengikuti kerusakan
vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
Kepala yang miring pada salah satu sisi
Pertahankan posisi netral atau posisi menekan vena jugularis dan menghambat
tengah, tinggikan kepala 200-300. aliran darah vena yang selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
Pantau ketat pemasukan dan Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total
pengeluaran cairan, turgor kulit dan tubuh yang terintegrasi dengan perfusi
keadaan membran mukosa. jaringan.
Bantu pasien untuk Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra
menghindari/membatasi batuk, toraks dan intra abdomen yang dapat
muntah, pengeluaran feses yang meningkatkan TIK.
dipaksakan/mengejan.
Perhatikan adanya gelisah yang Petunjuk non verbal ini mengindikasikan
meningkat, peningkatan keluhan dan adanya penekanan TIK atau mennadakan
tingkah laku yang tidak sesuai adanya nyeri ketika pasien tidak dapat
lainnya. mengungkapkan keluhannya secara verbal.
Intervensi Rasional
Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan
lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
dan meredakan. karakteristik nyeri dan faktor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok
dan untuk mengevaluasi keefektifan dari
terapi yang diberikan.
Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak
Observasi adanya tanda-tanda nyeri non langsung yang dialami.
verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Instruksikan pasien/keluarga untuk Pengenalan segera meningkatkan intervensi
melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri dini dan dapat mengurangi beratnya
timbul. serangan.
Berikan kompres dingin pada kepala. Meningkatkan rasa nyaman dengan
menurunkan vasodilatasi.
Intervensi Rasional
Diskusikan etiologi individual dari sakit Mempengaruhi pemilihan terhadap
kepala bila diketahui. penanganan dan berkembnag ke arah proses
penyembuhan.
Bantu pasien dalam mengidentifikasikan Menghindari/membatasi faktor-faktor yang
kemungkinan faktor predisposisi. sering kali dapat mencegah berulangnya
serangan.
Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak
tubuh yang normal. Menurunkan regangan pada otot daerah leher
dan lengan dan dapat menghilangkan
ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
Diskusikan tentang obat dan efek Pasien mungkin menjadi sangat
sampingnya. ketergantungan terhadap obat dan tidak
mengenali bentuk terapi yang lain.
Bahan bacaan:
1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996),
Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
3. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.
Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ANAK ST. RML DENGAN TUMOR OTAK ( S O P ): TUMOR FOSSA
POSTERIOR MEDULO BLASTOMA
DI RUANG SYARAF A, RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 21-23 JANUARI 2002
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Siti Romlah Tgl MRS : 5 Desember 2001
Umur : 5 tahun Register : 10110587
Jenis kelamin : Perempuan Diagnose :Tu.fossa post.meduloblastoma
Suku Bangsa : Madura
Agama : Islam
Pekerjaan : --
Pendidikan : --
Alamat : Desa Duko, Rubane, Sumenep
Identitas orang tua:
Nama Ibu : Marwati Nama ayah : Abu Fadlal
Umur : 25 tahun Umur : 35 tahun
Pendidikan : tidak sekolah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat :idem Alamat :idem
Alasan di rawat : Pembesaran kepala sejak 2 bulan yll ( mulai bulan Oktober) disertai
dengan sakit pada kepala, anak sering jatuh dan jalannya sempoyongan.
II Riwayat Keperawatan
Genogram:
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan: menurut keluarga, keadaan lingkungan rumah cukup
bersih.
2.5 Riwayat perkembangan anak St : anak St. lahir di dukun bayi, spontan, menangis,
BBL tidak diketahui, menyususi sampai umur 25 bulan, imm lengkap di puskesmas, mulai belajar
berjalan umur 1,5 tahun, setelah itu mulai mulai belajar bicara. Menurut keluarga sejak kecil anak
St. jarang sakit tidak seperti kakaknya (umur 10 tahun) sejak kecil umur 4 bulan tidak bisa melihat
dan mendengar, hyperaktif, sering bermain menyendiri, bicara sendiri.
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : --
Pusing : --
Kram kaki : --
Sakit kepala : ++
Palpitasi : --
Clubing finger : --
Suara jantung : sinus rythem.
Edema : --
Kapilari refill : dbn, 2 dtk
Lainnya : --
3.3 Persarafan
Kesadaran : CM
GCS : E4V5M6
Kepala dan wajah : bekas luka operasi pemasangan VP shunt sudah kering, luka op
trepanasi (+) belum kering.
Mata : penglihatan kabur, visus 1/6
Sklera : putih, hiperemis (-)
Konjunctiva : merah muda, anemis (-)
Pupil : isokor.
Leher : terpasang tracheostomy.
Reflek fisiologis : patela (+), biceps/triceps (+)
Reflek patologis : babinsky (+).
Pendengaran : dbn
Penciuman : dbn
Pengecapan : dbn
Penglihatan : kabur, visus 1/6
Perabaan : dbn
Lainnya : --
3.9 Reproduksi
Laki – laki: --
Perempuan: dbn
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
- Tanggapan tentang tubuh: --
- Bagian tubuh yang disukai:--
- Bagian tubuh yang tidak disukai:--
- Persepsi thd kehilangan bagian tubuh:--
- Lainnya, sebutkan:--
Identitas:
- Status klien dalam keluarga:anak kedua.
- Kepuasan klien thd status dan posisi dlm keluarga: --
- Kepuasan klie thd jenis kelamin:--
- Lainnya, sebutkan:--
Peran:
- tanggapan klien thd perannya:--
- Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya:--
- Kepuasan klien melaksanakan perannya:--
Ideal diri/harapan:
- harapan klien thd:
= Tubuh:--
= Posisi (dlm pekerjaan):--
= Status dlm keluarga:--
= Tugas/pekerjaan:--
- Harapan klien thd lingkungan:--
- Harapan klien thd penyakit yg diderita:ingin cepat sembuh dan bisa pulang.
Harga diri:
- Tanggapan klien thd harga dirinya:--
- Lainnya, sebutkan:--
Sosial/interaksi:
- Hubungan dengan klien: orang tua
- Dukungan keluarga: baik
- Dukungan kelompok/teman/masyarakat:baik
- Reaksi saat interaksi: komunikasi kooperatif, jelas dan terarah.
- Konflik yang terjadi terhadap:--
3.11 Spiritual:
- Konsep tentang penguasa kehidupan: Tuhan SWT
- Sumber kekuatan/harapan saat sakit: Tuhan SWT
- Ritual agama yg berarti/diharapkan saat ini: sembahyang (sholat).
- Sarana/peralatan/orang yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat
ini: --
- Upaya keseatan yang bertentangan dgn keyakinan agama:--
- Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat
ini: yakin Tuhan akan membantu penyembuhan.
- Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: yakin.
- Persepsi thd penyebab penyakit: karena pernikahan antar saudara.
Pemeriksaan penunjang:
1. Tgl 22 Desember 2001:LP
Makroskopis: warna --, kekeruhan: jernih.
Mikoskopis: jml sel: 54/cm, jenis sel: mononuklear 80%, polinuklear 20%.
Uji kimiawi: none (-), pandy (-), kadar gula : 68 mg/dl, protein: 6 mg/dl.
2. Tgl 9 Januari 2002: foto thoraks
Tidak ada keluhan, inspirasi kurang, cor: besar, bentuk kesan normal, pulmo: tidak ada
keluhan, kedua sinus phrenicocostesis tajam.
3. Tgl 23 Januari 2002: DL
Hasil belum.
Terapi pada tanggal 21 Januari: Inj Ceftriaxon 1x1 gr iv, Novalgin 3x1/2 amp.
Analisa Data:
I. DATA Etiologi Patofosiologi Masalah
S: -- Ketidakmampuan Batuk tidak efektif Bersihan jalan
O: klien batuk-batuk, batuk (batuk ketidakmampuan nafas tidak efektif.
terpasang tracheostomy, tidak efektif). mengeluarkan benda asing
sekret (+), sesak (+), pada saluran nafas
RR:32x/mnt, N: 120 inspirasi < ekspirasi
x/mnt. hiperventilasi bersihan
jalan nafas tidak efektif.
S: -- Prosedur invasif. Prosedur invasif post de Resiko infeksi
O: klien terpasang entry masuknya kuman skunder.
tracheostomy, terpasang penyebab infeksi nosokomial
dower catheter, terpasang daya tahan tubuh
penvlon, batuk (+), sekret melemah infeksi skunder.
0
(+), S: 38,4 C, N: 120
x/mnt.
S: -- Desak ruang Desak ruang pada otak Resiko
O: terdapat tu. Pada pada otak. peningkatan volume otak peningkatan TIK.
ventrikel IV, post op penurunan kemampuan
trepanasi, riwayat kejang jaringan otak dlm absorbsi
(+), liqour otak (+), liqour yg diproduksi secara
terpasang VP shunt, berlebihan peningkatan
penglihatan kabur (+), TIK.
parese pada ekstremitas
bawah (+).
S: -- Intake cairan Intake cairan tidak adekuat Resiko defisit
0
O:S: 38,4 C, N: 120 kurang adekuat. sel-sel menarik cairan cairan
x/mnt, mi/ per sendok. ekstrasel masuk ke dalam
sel volume cairan
ekstrasel menurun defisit
cairan tubuh.
S: -- Kelemahan. Kelemahan Gangguan
O: terdapat tu. Pada ketidakmampuan beraktifitas pemenuhan ADL.
ventrikel IV, post op secara normal
trepanasi, terpasang pemenuhan ADL terganggu.
tracheostomy (+),
terpasang dower catheter
(+), terpasang VP shunt,
penglihatan kabur (+),
parese pada ekstremitas
bawah (+).
S: Orangtua banyak Ketidakmampuan Ketidakmampuan mengenal Cemas.
bertanya tentang proses mengenal informasi tentang
penyakit dan informasi tentang pengobatan dan perawatan
kemungkinan sembuh pengobatan dan ketidakmampuan
anaknya, kleuarga perawatan. mengatasi keadaan
mengatakan sudah psikologis yang negatif
pasrah dengan keadaan cemas.
anaknya.
O: Ibu klien menangis,
orang tua banyak diam.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Ketidakmampuan batuk (batuk tidak efektif).
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, batuk (+), sekret (+), S: 38,4 0C, N: 120 x/mnt.
Tujuan jangka pendek: klien dapat batuk.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, jalan nafas
efektif.
Kriteria hasil: batuk (+), sekret (-), sesak (-), pergerakan otot bantu pernafasan (-).
Intervensi Rasional
P
Observasi bunyi nafas, catat adanya eningakatn sekret dalam saluran nafas
kelainan suara nafas. dapat diobservasi dengan cepat.
P
Pantau VS tiap 4 jam. eningaktan frekuensi nafas
mengindikasikan adanya kesulitan
inspirasi dan ekspirasi.
Observasi karakteristik batuk. B
atuk tidak efektif karena kesulitan klien
mengeluarkan sekret.
Tingkatkan intake cairan hangat. H
idrasi membantu mengencerkan sekret dan
mempermudah pengeluaran.
Lakukan nebulizer dan penghisapan N
lendir tiap 6 jam atau saat produksi ebulizer membantu mengencerkan sekret
sekret banyak. dan memudahkan pengeluaran sekret
dengan slym zuiger.
Lakukan clapping saat melakukan C
zlym zuiger secara perlahan. lapping membnatu merontokkan sekret
kental yang menempel pada saluran nafas.
3. Resiko infeksi skunder b/d Prosedur invasif.
Data penunjang:
S: --
O: klien terpasang tracheostomy, terpasang dower catheter, terpasang penvlon, batuk (+),
sekret (+), S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ per sendok.
Tujuan jangka pendek: tanda dan gejala infeksi tidak terjadi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi
skunder tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda infeksi skunder tidak ada, luka post op kering, phlebitis (-).
Intervensi Rasional
M
Observasi VS tiap 4 jam dan adanya embantu mengindikasikan adanya proses
tanda infeksi. infeksi skunder karena pemakaian alat
bantu perawatan.
M
Beri kompres hangat embantu meningkatkan vasodilatasi dan
meningkatkan sirkulasi darah ke
hypothalamus.
K
Beri penjelasan keluarga tentang: eluarga selalu berada di sisi klien dan
- Pentingnya minum banyak dapat melaporkan adanya perubahan pada
pada klien. kondisi umum klien.
- Mengawasi batuk dan produksi
sekret klien.
H
Beri minum hangat semau klien. idrasi hangat membantu vasodilatasi dan
mengencerkan sekret.
P
Rawat tracheostomy, catheter tiap erawatan alat bantu perawatan penting
hari. Rawat penvlon dan luka untuk mencegah infeksi skunder sebagai
operasi tiap 2 hari. akibat adanya port de entry sebagai akibat
proses keperawatan dan pengobatan.
P
Observasi produksi sekret: warna, erubahan pada sekret mengindikasikan
kekentalan, jumlah. adanya proses infeksi skunder pada
saluran nafas.
P
Observasi keadaan luka operasi: erubahan pada keadaan luka operasi
kekeringan, tanda infeksi. mengindikasikna adanya proses infeksi
pada penyembuhan luka operasi.
P
Kolaborasi : pemberian kombinasi emberian antibiotika kombinasi untuk
antibiotika (Ciproxin 2x250 mg). mempercepat proses penyembuhan dan
mencegah infeksi skunder.
P
Kolaborasi px. DL untuk memantau emeriksaan darah putih dan laju endap
leukosit dan LED. darah menginformasikan adanya proses
infeksi dalam tubuh.
6. Cemas pada orangtua b/d Ketidakmampuan mengenal informasi tentang pengobatan dan
perawatan.
Data penunjang:
S: Orangtua banyak bertanya tentang proses penyakit dan kemungkinan sembuh anaknya,
kleuarga mengatakan sudah pasrah dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang tua banyak diam.
Tujuan jangka pendek: cemas berkurang.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan penjelasan selama 2x10 menit, keluarga mampu
mengenal pengobatan dan perawatan yang diberikan.
Kriteria hasil: keluarga tenang, gelisah (-), kooperatif (+).
Intervensi Rasional
M
Diskusikan dengan kleuarga etiologi emberikan informasi kepada kleuarga
penyakit klien. perihal penyebab penyakit klien sehingga
menimbulkan respon psikologis yang
positif.
Diskusikan tentang: K
- pentingnya mempertahankan eluarga dapat memehami proses
posisi tubuh klien. perawatan yang diberikan kepada klien
- Keteraturan minum obat. bermanfaat untuk menurunkan regangan
- Pentingnya minum banyak. otot daerah leher.
Implementasi keperawatan:
Implementasi keperawatan mulai dilaksanakan pada tanggal 21 Januari 2002 pukul 11.30
WIB. s/d 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.
II. TGL/HARI No Dx Implementasi Evaluasi
21-1-2002 -- Memperkenalkan diri kepada Keluarga kooperatif.
11.30 WIB klien dan kleuarga.
2,3 Membantu perawatan Luka bersih, infeksi (-).
tracheostomy.
2,3 Membantu pelaksanaan Sekret (+), klien sesak (-).
nebulizer.
2,3 Membantu pelaksanaan slym Produksi sekret sedikit, encer,
zuiger. warna putih bening.
2,3 Melakukan clapping. Klien batuk-batuk.
2,3 Merawat anak canule. Anak canule bersih dan telah
dipasang.
3,6 Memberikan penjelasan Kleuraga mengatakan
kepada keluarga agar mengerti.
memberi minum hangat pada
6 klien.
Menjelaskan kepada kleuarga Keluarga mengatakan
mengenai perawatan dan mengerti.
rencana pengobatan yang
1,2,3,4 akan dilakukan terhadap
klien.
3 Mengukur vital sign. S: 38,40C, N: 120 x/mnt, RR:
32 x/mnt.
Memberi kompres hangat di Klien kooperatif, kompres
5 ketiak dan kompres dingin di terpasang baik.
kepala.
2,3,5 Membantu memberi makan Bubur habis ½ porsi, mual (-),
1,5 bubur. muntah (-).
Memberi minum per oral. Minum lk. 10 sdm.
4,5 Memberi obat Dilantin 1 caps. Obat sudah diminum, muntah
5 (-).
Membuang urine. CK: 400 cc.
Melakukan masage pada Klien tenang.
punggung klien.
22-1-2002 5 Membantu klien makan pagi Bubur habis ¾ porsi.
(bubur).
2,3,5 Memberi minum per sendok. Minum lk. 100 cc.
1,5 Memberi obat Dilantin 1 caps. Obat sudah diminum, muntah
(-).
2,3 Membantu melakukan Klien gelisah, batuk (+).
nebulizer.
Melakukan clapping pada Klien batuk-batuk, cyanosis
2,3 dada dan punggung. (-).
2,3 Membantu melakukan slym
zuiger. Produksi sekret banyak,
2,3 Merawat anak canule. warna putih bening, bau (-).
Anak canule bersih dan telah
2,3 Membnatu merawat dipasang kembali.
tracheostomy. Luka tracheostomy bersih,
5 Membersihkan tempat tidur kering (+), tanda infeksi (-).
penderita. Tempat tidur klien bersih dan
1,2,3,4 Mengukur vital sign. rapi.
S: 36,80C, N: 120 x/mnt, RR:
3,5 Merawat catheter. 28 x/mnt.
1,3,5 Memberi obat per iv: Vulva bersih, infeksi (-).
- Ceftriaxon 1 gr. Reaksi alergi (-).
- Novalgin inj ½ amp.
5 Memberi makan pisang.
2,3,5 Memberi minum bubur Pisang habis 1 buah, muntah
kacang hijau. (-).
1,2,3,4 Mengukur vital sign. Minum 200 cc.
BAK: 50 cc.
TT rapi dan bersih.
Klien tidur, sesak (-), gelisah
(-).
Evaluasi keperawatan:
Evaluasi keperawatan dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2002 pukul 14.00 WIB.
III. DIAGNOSA Evaluasi
KEPERAWATAN
1. Resiko peningkatan TIK Tanggal 23 Jnauari 2002, pukul 14.00 WIB.
b/d Desak ruang pada otak. S: Keluarga mengatakan pengliahtan klien masih kabur, lemas
Data penunjang: pada kaki (+), sakit pada kepala sudah berkurang.
S: -- O: klien tenang, muntah (-), kejang (-), bradikardia (-), N; 120
O: terdapat tu. Pada x/mnt, RR: 28 x/mnt.
ventrikel IV, post op A: Masalah belum teratasi, karena klien belum CT scan ulang,
hasil PA belum ada.
trepanasi, riwayat kejang
P: lanjutkan rencana secara keseluruhan.
(+), liqour otak (+),
terpasang VP shunt,
penglihatan kabur (+),
parese pada ekstremitas
bawah (+).
4. Resiko defisit cairan b/d Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
Intake cairan kurang S: kleuarga mengatakan klien sudah mau minum banyak.
adekuat. O: S: 37,50C, N: 120 x/mnt, RR: 28 x/mnt, CM: 350 cc, CK: 100
Data penunjang: cc., turgor baik, mata cowong (-).
S: -- A: masalah belum teratasi.
O: S: 38,40C, N: 120 x/mnt, mi/ P: lanjutkan rencana.
per sendok.
5. Gangguan pemenuhan Tanggal 23 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
ADL. b/d Kelemahan. S: keluarga mengatakan klien sudah tidak rewel lagi saat dilap.
Data penunjang: O: Klien sudah mau belajar duduk, pusing (-), dower cath aff,
S: -- penvlon aff, penglihatan kabur, visus 1/6, parese pada
O: terdapat tu. Pada ventrikel ekstremitas (+) nilai 4.
IV, post op trepanasi, A: masalah belum teratasi.
terpasang tracheostomy (+), P: lanjutkan rencana.
terpasanag dower catheter
(+), terpasang VP shunt,
penglihatan kabur (+),
parese pada ekstremitas
bawah (+).
6. Cemas b/d Tanggal 22 Januari 2002, pukul 14.00 WIB.
Ketidakmampuan mengenal S; keluarga mengatakan mengerti denagn penjelsana petugas,
informasi tentang kleuarga mengiyakan penjelasan petugas.
pengobatan dan perawatan. O: kleuarga tenang, ibu sudah tidak menangis lagi, keluarga
Data penunjang: mengikuti petunjuk petugas seperti: cara mengompres,
S: Orangtua banyak memberi klien minum setiap saat, membantu klien
mengerakkan kaki dan tangannya.
bertanya tentang proses
A: masalah teratasi.
penyakit dan
P: pertahankan keadaan psikologis kleuarga secara maksimal.
kemungkinan sembuh
anaknya, kleuarga
mengatakan sudah pasrah
dengan keadaan anaknya.
O: Ibu klien menangis, orang
tua banyak diam.