Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS CIDERA KEPALA RINGAN (CKR) DI RUANG BEDAH
RSUD Dr. R. SOEDJONO SELONG
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

OLEH :

YULIAN RAHMAT ABINOWO


NIM.032001D16038

AKADEMI PERAWAT KESEHATAN PROVINSI


NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)

Hari :

Tanggal :

Disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns.L.Win Isvandiar,S.Kep.,Msi) (…………………………………)

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(……………………………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN

CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)

A. KONSEP DASAR
1. Definisi

Cedera kepala adalah cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan ota


k akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon terhadap cede
ra dan penyebab peningkatan tekanan intra kranial (TIK). (Brunner & Sud
darth, 2002).

2. Etiologi
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah
:
a. Kecelakaan lalu lintas.
b. Terjatuh
c. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
d. Olah raga
e. Benturan langsung pada kepala.
f. Kecelakaan industry

3. Patofisiologi

Cedera kepala dapat bersifat terbuka (menembus melalui durameter) at


au tertutup (trauma tumpul tanpa penetrasi menembus dura). Cedera kepala ter
buka memungkinkan patogen-patogen lingkungan memiliki akses langsung ke
otak.

Apabila terjadi perdarahan dan peradangan akan menyebabkan pening


katan tekanan intrakranial. (Elizabeth, J. 2001).

4. Jenis-jenis cedera kepala

Terdapat beberapa jenis cedera kepala sebagian langsung menyeba


bkan kehilangan kesadaran sedangkan yang lain menimbulakan efek yang
lambat.

Jenis-jenis cedera kepala yaitu :

a. Kontusio adalah cedera kepala tertutup ditandai oleh hilangnya


kesadaran
b.Hematoma epidura adalah penimbunan darah diatas durameter.
c. Hematoma subdura adalah penimbunan darah dibawah durame
ter, tetapi diatas membran arachnoid.
d.Perdarahan sub arachnoid adalah akumulasi darah dibawah me
mbran arachnoid, tetapi diatas piameter.
e. Hematoma intra serebrum adalah perdarahan di dalam otak itu
sendiri.
5. Manifestasi klinis
a. Pingsan tidak lebih dari sepuluh menit
b.TTV menurun
c. Setelah sadar timbul nyeri
d.Pusing
e. Muntah
f. GCS : 13-15
g.Tidak terdapat kelainan neurologis
h.Pernafasan secara progresif menjadi abnormal
i. Respon pupil lenyap atau progresif menurun
j. Nyeri kepala dapat timbul segera atau bertahap
(mansjoer,2000)

6. Komplikasi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2002).

Komplikasi yang muncul dari CKR yaitu dapat menyebabkan kem


unduran pada kondisi pasien karena perluasan hematoma intrakranial, ede
ma serebral progressif dan herniasi otak. Edema serebral adalah penyebab
paling umum dari peningkatan tekanan intrakranial pada pasien yang men
dapat cedera kepala.

Komplikasi lain yaitu defisit neurologi dan psikologi (tidak dapat


mencium bau-bauan, abnormalitas gerakan mata, afasia, defek memori da
n epilepsi).

7. Pemeriksaan diagnostik
a. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang
terjadi (perdarahan atau ruptur atau fraktur).

b.CT Scan
Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hemato
ma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya s
ecara pasti.
b. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan
dari spinal aracknoid jika dicurigai.
c. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan
posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
d. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
e. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang p
enting diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafa
san (medulla oblongata).
f. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafas
an.

8. Pengobatan
Penderita trauma saraf spinal akut yang diterapi dengan metilpredn
isolon (bolus 30 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan infus 5,4 mg/kg be
rat badan per jam selama 23 jam), akan menunjukkan perbaikan keadaan n
eurologis bila preparat itu diberikan dalam waktu paling lama 8 jam setela
h kejadian (golden hour). Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat bada
n dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam) tidak
memberikan perbaikan keadaan neurologis pada penderita trauma saraf spi
nal akut.
Metilprednisolon yang diberikan secara dini dan dalam dosis yang aku
rat, dapat memperbaiki keadaan neurologis akibat efek inhibisi terjadinya reak
si peroksidasi lipid. Dengan kata lain, metilprednisolon bekerja dengan cara:
a. Menyusup masuk ke lapisan lipid untuk melindungi fosfolipid dan ko
mponen membran lain dari kerusakan.
b. Mempertahankan kestabilan dan keutuhan membran.
c. Mencegah perembetan kerusakan sel-sel lain di dekatnya.
d. Mencegah berlanjutnya iskemia pascatrauma.
e. Memutarbalikkan proses akumulasi kalsiun intraseluler.
f. Menghambat pelepasan asam arakhidonat.

9. Penatalaksanaan
a. Kontusio ringan atau sedang biasanya diterapi dengan observas
i dan tirah baring.
b.Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah dan eva
kuasi hematoma searah bedah.
c. Untuk cedera kepala terbuka diperlukan antibiotik
d.Pemberian diuretik obat inflamasi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. identitas klien
Nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan. Terdapat identitas
lengkap penderita CKR
b. Keluhan utama
Sering terjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kese
hatan tergantung seberapa jauh dampak dari trauma kepala disertai
penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala yang akibat
dari kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung
ke kepala. Pengkajian yang didapat, meliputi tingkat kesadaran me
nurun, konfulse, muntah, sakit kepala, lemah, liquor dari hidung da
n telinga serta kejang.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu dipertanyakan meliputi adanya riwa
yat hipertensi, riwayat cidera sebelumnya, DM, dan penggunaan o
bat-obatan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertens
i dan DM
f. Pengkajian pola aktifitas sehari-hari
- Pola makan atau cairan
Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS biasanya
pada klien CKR timbul mual dan muntah serta mengalami seler
a makan
- Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur sebelum dan saat sakit. Biasa
nya klien mengalami perubahan pada pola istirahat tidur karen
a nyeri dan ansietas
- Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit
- Pola katifitas dan latihan
Klien dengan CKR biasanya mengalami kelemahan, leti
h, dan terkadang terjadi perubahan kesadaran.
- Pola presepsi dan konsep diri
Kaji bagaimana klien mamandang dirinya serta penyakit
yang dideritany
- Pola peran hubungan
kaji bagaimana peran dan fungsi serta hubungan dengan
masyarakat - Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yan
g dialami klien
- Pola kebersihan diri
Kaji bagaimana tidankan klien dalam menjaga kebersi
han dirinya
2. Diagnose keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin ti
mbul meliputi :
1. Kerusakan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adan
ya edema serebri
2. Intake nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan mual muntah
3. Gangguan pola nafas berhubungan dengan difusi oksigen terha
mbat
4. Resiko gangguan intregitas kulit berhubungan dengan tirah bari
ng lama
5. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan peni
ngkatan TIK
3. Intervensi
A. Diagnosa 1.
Tujuan : perfusi jaringan serebral kembali normal
Kriteria hasil (KH) :
 Vital sign membaik
 Fungsi motorik dan sensorik membaik
Intervensi :
 Monitor vital sign
Mengetahui adanya resiko peningkatan TIK
 Monitor status neurologi dan haemodinamik
Memantau perkembangan keadaan
 Posisikan kepala klien head up 30 derajat
Mengurangi edema cerebri
 Kolaborasi pemberian manitol sesuai advice dokter
Menutrisi otak
B. Dagnosa 2.
Tujuan: intake nutrisi adekuat
Kriteria hasil (KH) :
 Makan sesuai porsi yang disediakan
 Mual muntah berkurang
Intervensi :
 Kaji makanan kesukaan klien
 Meningkatkan nafsu makan klien
 Anjurkan makan dengan porsi sedikit namun sering
 Menghindari mual muntah
 Kolaborasi pemberian antiemetik
 Menghilangkan mual dan muntah

C. Diagnosa 3
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola nafas
Kriteria hasil (KH) :
 Memperlihatkan pola nafas efektif
 Tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Intervensi :
 Monitor vital sign
 Memantau keadaan klien
 Berikan posisi semi foler
 Memudahkan ekspansi paru
 Ajarkan teknik nafas dalam
 Mencegah atau menurunkan atelektasis
 Kolaborasi pemberian oksigen
 Mencegah hipoksia.
D. Diagnosa 4
Tujuan : klien mampu mempertahankan keutuhan
Kriteria hasil (KH) :
 Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahu
i enyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda kemerahan ata
u luka, kulit kering.
Intervensi :
 Anjurkan untuk melakukan latihan ROM
 Meningkatkan aliran darah ke semua tubuh
 Ubah posisi setiap 2 jam
 Menghindar tekanan dan meningkatkan aliran darah
 Bersihkan dan keringkan kulit.jaga linen tetap kering
 Meningkatkan integritas kulit.
E. Diagnosa 5
Tujuan: Nyeri teratasi
Kriteria Hasil (KH) :
 Klien tidak mengeluh nyeri
 TTV normal
 Grimace (-)
Intervensi :
 Observasi TTV
 Mengetahui perkembangan keadaan klien
 Observasi nyeri
 Mengetahui jenis nyeri yang dirasakan
 Berikan suasana lingkungan yang nyaman
 Mempercepat penyembuhan
 Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
 Mengurangi nyeri secara non farmakologis
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Mengurangi nyeri secara farmakologis

4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah tindakan yang diberikan oleh perawat ke
pada klien dengan tujuan mengatasi masalah yang terjadi pada manusia denga
n berdasar kepada perencanaan yang telah dibuat pada catatan intervensi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari re


ncana keperawatan. Untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif, dituntut pen
getahuan dan keterampilan yang luas dari tenaga perawat untuk memberikan p
elayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah ditentukan dan direnca
nakan.

a. Melaksanakan rencana keperawatan.


b. Segala informasi yang tercakup dalam rencana keperawatan merupaka
n dasar atau pedoman dalam intervensi perawatan.
c. Mengidentifikasikan reaksi / tanggapan klien
d. Dalam mengidentifikasi reaksi / tanggapan klien dituntut upaya yang ti
dak tergesa-gesa, cermat dan teliti, agar menemukan reaksi klien sebag
ai akibat tindakan keperawatan yang diberikan. Dengan melihat akan s
angat membantu perawat dalam mengidentifikasikan rekasi klien yang
mungkin menunjukkan adanya penyimpangan-penyimpangan.
e. Mengevakuasi tanggapan / reaksi klien.
5. Evaluasi
evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pa
sien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi membeerikan informasi sehing
ga memungkinkan revisi perawatan. Hidayat Alimul. A. A, (2002)
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mutaqin .(2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persyarafan, jakarta : salemba medika.
Price A, sylvia.(1994). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 4. Ja
karta : EGC.
Mansjoer arif.M.(2000).Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: media aeusculap
ius.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.(2000), buku ajar keperawatan medikal bed
ah burrner dan suddarth (ed.8,vol.1,2),alih bahasa oleh agung waluyo....(dkk).EGC.ja
karta.
Ella Martha di 18.44

Anda mungkin juga menyukai