OLEH:
NINING ATMAWATI
032001D17020
Hari :
Tanggal :
( ) ( )
Mengetahui
KepalaRuangan
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR TELINGA
DI RUANG MATA THT RSUD Dr.R.SOEDJONO SELONG
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN TUMOR TELINGA
Tumor pada telinga bisa bersifat bukan kanker (benign) atau bersifat kanker
(malignant). Tumor yang jinak bisa tumbuh di saluran telinga, menyebabkan
penyumbatan dan penibunan kotoran telinga serta ketulian. Contoh dari tumor jinak
pada saluran telinga adalah: kista sebasea (kantong kecil yang terisi sekresi dari
kulit), osteoma (tumor tulang), koleoid (pertumbuhan dari jaringan ikat yang
berlebihan). Banyak tumor telinga ditemukan pada saat seseorang memperhatikan
tumor tersebut, atau ketika seorang dokter memeriksa ke dalam telinga karena
seseorang merasa sepertinya pendengarannya berkurang
Tumoryang tidak bersfat kanker kemungkinan terjadi di saluran telinga,
menutup saluran telinga dan menyebabkan hilangnya pendengaran dan membentuk
kotoran telinga
Persepsi adalah suatu proses yang kompleks dimana kita menerima dan
menyadap informasi dari lingkungan (Fleming & Levie, 1978). Persepsi juga
merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari
kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Persepsi seseorang akan
mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong mahasiswa untuk melaksanakan
sesuatu (motivasi) belajar (Walgito (1981).
Neoplasma adalah suatu kelompok atau rumpun sel neoplastik. Istilah
Neoplasma Benigna mengacu pada sel sel neoplastik yang tidak menginvasi jaringan
sekitar dan tidak metastasis. Metastasis didefinisikan sebagai kemampuan sel kanker
untuk menyusup dan membangun pertumbuhan pada area yang lain yang jauh dari
asalnya. Istilah neoplasma maligna mengacu pada sel sel neoplastik yang tumbuh
dengan menginvasi jaringan sekitar dan mampu bermetastasis dan mempunyai
kemampuan untuk berm etastasis pada jaringan reseptif (Tambayong, 2000).
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker
terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehinggga
sel sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker,
karsinoma atau sarcoma tumbuh menyusup (Infiltratif) kejaringan sekitarnya sambil
merusaknya (destruktif), dapat menyebar kebagian lain tubuh dan umumnya fatal bila
dibiarkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak. Tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif) dan
umumnya tidak bermetastasis misalnya Lipoma (Jong, 2005)
2. ANATOMI TELINGA
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga, dan liang telinga luar. Kecuali lobuli,
seluruh daun telinga tersusun dari kartilago yang elastis dan kulit. Telinga tengah
adalah ruang berisi udara dengan dinding tulang, kecuali untuk membran timpani di
sebelah lateral.
Membran tempani pada dasarnya adalah sebuah struktur tiga lapis yang
tersusun dari selapis epitel skuamosa dibagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah,
dan selapis mukosa di bagian dalam. Telinga dalam terdiri dari organ-organ akhir
pendengaran dan keseimbangan. Keduanya terdapat di dalam sebuah kapsul tulang
kompak di dalam os temporale (Frank E. Luncente 2011).
3. KLASIFIKASI
Tumor telinga dibagi menjadi dua yaitu tumor jinak (benigna) dan tumor
ganas (maligna). Jenis Tumor jinak salah satunya adalah adenoma. Adenoma
disebabkan adanya Kondisi patologik yang menyebabkan hiperparatiroidisme primer
adalah adenoma, hiperplasia paratirroid,dan karsinoma paratiroid. Adenoma adalah
lesi jinak terutama yang terdiri dari sel utama dan pada 80-85% kasus menakibatkan
hiperparatiroid primer dan diagnosis adenoma di konfirmasi dengan munculnya
kelenjar normal kedua. Hiperplasia paratiroid adalah kelainan patologi kedua
terbanyak yang menyebabkan hiperparatiroidisme primer, ditemukan pada 10-15%
kasus. Suatu tanda hiperplasia yang paling tepat dipercaya adalah adanya
lebih dari satu kelenjar yang sakit. Karsinoma paratiroid merupakan penyakit yang
jarang. Manifestasi klinis penyakit ini dapat dibedakan dengan kelenjar paratiroid
jinak.
Tumor Telinga ganas (maligna) terdiri dari Karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa dan melanoma.
a. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang palilng sering muncul 90%
timbul di kepala dan leher terdapat tiga kalisifikasi utama karsinoma sel basal. Jenis
nodural menyebabkan 60-80% kasus. Jenis morfiformis, yang dapat menyerupai
parut, menyebabkan 10-20% kasus. Karsinoma sel basal superfisial sangat mirip
keratosis aktinik dan merupakan papul dan plak yang sedikit bersisik berwarna merah
muda – merah. Karsinoma sel basal cenderung tumbuh secara lambat dan mempunyai
insiden metastasis yang rendah, kurang dari 0,1%. Kanker tersebut mudah diobati
dengan eksisi bedah dengan batas minimal.
b. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa juga bersal dari kertinosit. Terdapat tiga jenis
histologi utama : adenoid, sel jernih (clear cell) dan sel gelendong (spindle cell).
Potensi metastatiknya berbeda beda, insiden metastasis adalah 8% pada karsinoma sel
skuamosa de novo dan antara 20-30% pada sel karsinoma sel skuamosa yang berasal
dari parut, ulkus kronik dan luka bakar serta tempat terapi radiasi. Penanganannya
adalah dengan eksisi lokal dengan hasil angka kesembuhan yang tinggi.
c. Melanoma
Melanoma terdiri dari tiga jenis: nodural, penyebaran superfisial dan
melanoma maligna lentigo. 20% melanoma timbul di kepala dan leher, hampir 80%
lesi tersebut berasal dari kulit sisanya berasal dari mata dan mukosa. Tempat yang
paling sering terkena adalah pipi, kulit kepala, telinga, leher. Kedalam invasi penting
untuk menentukan stadium kanker. Lesi yang menyerang lebih dalam lagi bersifat
agresif.
Lentigo maligna biasanya dimulai sebagai makula kecoklatan yang menyebar
ke perifer yang semakin gelap dan tidak rata yang berlangsung berlahan-lahan, selama
beberapa tahun. Lesi-lesi tersebut menyebar dan secara lambat menjadi gelap dan
dapat berubah menjadi gelap dan dapat berubah sebagai tumor ganas
infasif. Melanoma penyebaran superfasial lebih sering tejadi dari pada lentigo
maligna dan sering terjadi pada pasien muda. Lesi cenderung memiliki banyak warna
dan batasnya sering meninggi atau tertarik. Lesi-lesi tersebut tumbuh lebih cepat
dari pada lentigo maligna (Adams Goerge, 1997).
4. ETIOLOGI
Faktor penyebab kanker berbeda beda di berbagai negara. Yang berperan
penting antara lain makan (kelebihan kalori , kelebihan lemak, kekurangan serat) dan
peracunan diri (asap perokok). Selain itu, karsinogen melalui makanan, industry dan
tindak kedokteran tetap mengancam. Infeksi (hepatitis, sistomiasis) masih memegang
peran penting di berbagai Negara (Jong, 2005).
Selain penyebab penyebab tersebut, Neoplasma telinga 75% diantaranya
terjadi karena adanya iritasi radang kronis yaitu Otore dan disebabkan oleh adanya
udara panas diantaranya adalah paparan sinar matahari serta terpapar radiasi.
5. PATHOFISIOLOGI
Karsinoma telinga disebabkan oleh karena karena adanya iritasi radang kronis
yaitu Otore dan disebabkan oleh adanya udara panas diantaranya adalah paparan
sinar matahari serta terpapar radiasi. Bahan karsinogen kimia adalah faktor
lingkungan yang dapat mempercepat akumulasi kelainan genetik.
Neoplasma telinga terjadi karena kelainan gen yang berperan dalam perangkat
ynag melindungi genom. Malfungsi ini menciptakan untabilitas yang yang inheren
dalam genom dan meningkatkan laju kejadian mutasi genom atau perubahan
struktural spontan sehingga neoplasma selanjutnya memperoleh tambahan kelainan
gen dan menguntungkan pertumbuhan neoplasma tersebut (Stephen J Mc Phee,
2010).
6. MANIFESTASI KLINIS
Pada manifestasi lokal pasien dengan Neoplasma telinga gejala yang sering
timbul adalah adanya nyeri karena gangguan pendarahan diakibatkan massa tumor
bermetastasis dan membesar kemudian menekan jaringan sekitarnya. Tetapi, pada
gejala sistemik pasien akan mengalami sindrom praneoplastik meliputi 75% kasus
kejadian dengan gejala mual dan anoreksia, berat badan turun, letih, lesu dan terjadi
infeksi (Tambayong, 2000).
Nodul yang melekat erat dengan erosi pada permukaan tumor dan
pembentukan ulkus ditutupi krusta dengan pinggir yang tidak rata. Rasa nyeri telinga
tidak terlalu hebat, kecuali bila mengenai tulang rawan di bawahnya. Pada liang
telinga tampak bersamaan infeksi kronik telinga. Permukaan merah, kadang tampak
sebagai jaringan granulasi atau polip. Nyeri telinga hebat bila membuka mulut,
mengunyah, dan menguap. Kelejar limfe retrourikular dan preaurikular membesar
(Kapita Selekta, 2001).
7. PATHWAY
Dapat menyebar ke
Terjadi Perdarahan
tempat lain
MK : Resiko
MK : Gangguan Persepsi
Sensori Infeksi
8. KOMPLIKASI
Menurut (Arief Manjoer, 2001), Komplikasi yang terjadi bila karsinoma tidak
ditangani dengan benar akan mengakibatkan Penyebaran ke organ vital sekitarnya,
misalnya otak, mata, hidung dan lain-lain.
9. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya pengobatan yang berhasil pada karsinoma telinga bagian
tengah dan mastoid adalah dengan operasi pengangkatan tumor. Setelah menjalani
tindakan operasi biasanya pendengaran menjadi normal. Tetapi, jika karsinoma
terdapat pada telinga luar (meatus externa) terapi dapat dilakukan dengan
pembedahan atau dengan terapi Radiasi.
d) Pemeriksaan Fisik
1. TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu )
a. Suhu biasanya meningkat (normal : 36-37 0C)
Oral : dikatakan normal apabila suhu tubuh 37,0°C
Rectal : dikatakan normal apabila suhu 37,5°C
Aksila : dikatakan normal apabila suhu 36,7°C
Esophagus : dikatakn normal apabila suhu 37,3°C
b. Nadi biasanya normal : 80-100x/menit
c. RR biasanya normal : 16-24 x/m
Keadaan umum : Biasanya lemas
Kesadaran : Biasanya Komposmetis
d. Tekanan darah biasanya normal : sistolik = 90-120 dan diastolic = 60-
79 mmHg
2. Head To Toe
a. Pemeriksaan kepala dan leher:
1) Kepala dan rambut
(a) Tulang tengkorak
Inspeksi : ukuran cranium, deformitas, benjolan. Pembesaran
kepala pada hidrosefalus.
Palpasi : keseluruhan kepala, adakah nyeri tekan.
(b) Wajah
Perhatikan ekspresi wajah dan konturnya.
Perhatikan keadaan asimetris, edema, dan massa
(c) Rambut
Inspeksi: kuantitas, distribusi, tekstur, ketombe atau kutu.
Rambut yg halus èhipertiroidisme
Rambut kasarèhipotiroidisme
(d) Kulit kepala
Apakah ada skuama, benjolan, nevus, atau lesi
Kemerahan & skuama ditemukan pd dermatitis seboroika.
2) Mata (penglihatan):
(a) Inspeksi
Amati letak kesimetrisan mata, gerakan mata, lapang
pandang, & visus
Amati kelopak mata (palpebra)èLebar fisura palpebra, edema,
warna, lesi, keadaan & arah bulu mata, kemampuan
mengatup.
Amati konjungtivaèwarna (anemis, ikterik,merah), infeksi,
atau pus
Amati skeleraèwarna (ikterik, merah)
Amati warna iris, ukuran & bentuk pupil.
Amati reaksi pupil thdp cahaya. N= isokor. Bila mengecil
disebut miosis, melebar disebut midriasis, sangat kecil
disebut pin point.
Amati kornea dan lensa. Perhatikan kekeruhan.
Inspeksi gerakan mata : amati adakah nistagmus, strabismus ;
cek fungsi 6 otot mata.
(b) Palpasi
Tekanan bola mata : (intraokuler)èTonometer.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop.
3) Hidung (penciuman)
(a) Inspeksi :
Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung.
Tidak terdapat jaringan parut dalam hidung.
Tidak terdapat deviasi septum.
Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung.
Tidak tampak udem mukosa.
Mukosa hidung hiperemis.
Terdapat secret.
(b) Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan.
Tidak ada krepitasi.
4) Telinga (pendengaran)
(a) Inspeksi
Pinna : ukuran, bentuk, warna, lesi, ada massa.
Canalis : bersih, serumen ,nanah.
Reflek cahaya politzer : tarik daun telinga ke atas & belakang
(dewasa); ke bawah (anak-anak)èmembran timpani utuh atau
tidak.
(b) Palpasi
jaringan lunak, jaringan keras, tulang mastoid. Bila ada
peradangan akn terasa nyeri.
Tes pendengaran Garpu Tala: Rinne, Webber.
5) Mulut dan gigi
(a) Inspeksi
Bau mulut, stomatitis/ radang mukosa, kelembaban
Gigi : sisa makanan, karang, caries, gigi palsu/tdk
Lidah : lurus, warna, ulkus, kebersihan
Selaput Lendir : warna, bengkak, tumor, sekresi, ulkus,
berdarah
Faring : radang
Tonsil : ukuran
Uvula: simetris
6) Tenggorokan :
(a) Inspeksi :
Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran
peta.
Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).
Ovula : tidak ada kelainan.
Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis.
Detritus (-)
(b) Palpasi :
Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)
7) Leher
(a) Inspeksi
Lihat Bentuk, warna, bengkak, massa, jaringan parut pada
leher pasien.
(b) Palpasi
Raba pada nodul kelenjar limfe, vena jugularis, kelenjar
tiroid.
Pemeriksaan kaku kuduk/ tengkuk ciri adanya rangsang
/iritasi meningeal akibat perdarahan/ peradangan sub
arachnoid.
3. Pemeriksaan Thoraxs/dada
a) Pemeriksaan paru
Inspeksi : Bentuk dinding dada simetris, tidak ada retraksi atau
tidak ada lesi dan tanda sulit bernafas.
Palpasi : Bentuk normalnya tidak ada kreptasi, tidak ada nyeri
tekan, vocal fremitus kanan dan kiri sama.
Perkusi : Tidak ada pembesaran dinding dada sonor pada
kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler atau tidak, suara nafas tambahan
tidak ada, ronci (-), wheezing (-)
b) Pemeriksaan jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
3) Perkusi :
Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra
Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra
Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada
bunyi jantung tambahan,
dan tidak ada murmur.
c) Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi : Bentuk flat dan simetris, adanya distensi abdominal
2) Auskultasi : Peningkatan bising usus (>20x/mnt)
3) Palpasi : Terdapat nyeri tekan, adanya massa terutama pada
abdomen kuadran kanan bawah teraba agak kaku, tidak ada
pembesaran hepar dll.
4) Perkusi : Terdapat bunyi pekak.
e) Pemeriksaan penunjang
1. Tomografi computer
Untuk menunjukkan perluasan tumor
2. Biopsi jaringan atau jarum halus
Untuk mengetahui diagnosis pasti
3. Otoskopi
Untuk melihat warna, kontur, refleks cahaya dari membran timpani dan
melihat adanya sekret telinga
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan gangguan perdarahan pada telinga tengah.
2) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan bedah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
Fleming & Levie. 1978. Buku Sensori dan Persepsi. Jakarta : EGC.
Frank E, Lucente. 2001. Ilmu THT Esensial. Jakarta: EGC.
George L . ADAMS . 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.
Jong, R. S. 2005. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Lynda, J. C. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Mc Phee, Stephen 2010. Patofisiologi Penyakit. Jakarta EGC.
Syaifuddin, A. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Tambayong, Dr. Jan 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta EGC.
Walgito. 1981. Ilmu Pesepsi. Jakarta : EGC.