Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN (TOMUR

ORBITA MATA)

DISUSUN OLEH:
MUHAMAD PARIS (033SYE22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
MATARAM
2023

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR ORBITA MATA

I. MASALAH KEPERAWATAN DASAR

A. KONSEP FISIOLOGIS
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul di dalam tubuh akibat
pengaruh multifaktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen
kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya yang terbentuk dalam jangka waktu
lama dan mengalami kemajuan melalui stadium berbeda-beda. Faktor nutrisi
merupakan satu aspek yang sangat penting, komplek, dan sangat dikaitkan dengan
proses patologis tumor.
Secara garis besar, tumor mata disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1) mutasi gen pengendali pertumbuhan (contoh: kehilangan kedua kromosom dari
satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14);
2) malformasi kongenital;
3) kelainan metabolisme (hormon);
4) penyakit vaskuler;
5) inf lamasi intraokuler;
6) Neoplasma. Dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma jinak tumbuh
dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan
jaringan di sekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis;
7) trauma;
8) gaya hidup, seperti merokok, diet, dan minum-minuman keras (alkohol). Hal ini
merupakan faktor risiko independen;.
9) paparan sinar matahari dan ultraviolet (UV); dan
10) infeksi virus (papilloma dan neoplasia intraepitel konjungtiva).

Menurut penyebabnya atau secara malformasi kongenital, kelainan metabolisme,


penyakit vaskuler, infeksi virus, atau apapun, dipercaya bahwa awal munculnya sel
asal tumor atau kanker tersebut melalui proses mutasi gen akibat hit, baik itu mengacu
pada teori two hit Knudson atau multiple hit pada kromosom sel asalnya.
Tumor orbita jenis intraokuler dan retrobarbital yang muncul di rongga orbita akan
meningkatkan volume intraokuler dan memengaruhi massa di dalamnya. Walaupun
massa tumor tersebut secara histologis jinak, kemunculannya dapat mengganggu
struktur dan fungsi orbita itu sendiri atau organ lain yang berdekatan dengan mata.
Secara sifat, tumor tersebut nantinya bisa juga dianggap ganas apabila mengenai
struktur anatomisnya.

B. DEFINISI
Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata)
sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar
air mata.
Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar
sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan
sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid besar. Sebelah
inferior oleh atap sinus maksilaris. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon)
Tumor sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas sering disebut sebagai
kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Berdasarkan posisinya tumor
mata dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tumor external yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti :
i. tumor palpebra (tumor yang tumbuh pada kelopak mata)
ii. tumor konjungtiva (tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang
melapisi mata bagian depan)
2. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
3. Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh dibelakang bola mata
Apabila ada massa tumor yang mengisi rongga mata maka bola mata akan
terdorong ke arah luar yang dalam bahasa kedokteran disebut proptosis (mata
menonjol). Arah tonjolan bola mata bergantung pada asal massa tumor.
Tumor mata bisa berasal dari semua jaringan disekitar bola mata atau karena
penyebaran dari sinus, otak, rongga hidung atau penyebaran dari organ lain
ditubuh. Tumor mata dapat terjadi pada orang dewasa ataupun anak-anak.

C. KLASIFIKASI
Tumor mata bisa berasal dari semua jaringan, jaringan mata sendiri (primer), di
sekitar bola mata (sekunder), atau karena metastasis dari sinus, otak, rongga hidung,
atau penyebaran dari organ lain di seluruh tubuh. Menurut American Cancer Society
(2018), terminologi neoplasma mata adalah pertumbuhan sel kanker di setiap bagian
mata (bola mata, orbita, atau struktur- struktur adneksanya). Menurut Brown,
Charles H. (2015), kanker mata dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori dasar
menurut lokasinya, yaitu tumor kelopak mata dan konjungtiva, tumor intraokuler,
dan tumor orbita. Tumor primer jaringan mata muncul dari sel-sel struktur orbita
yang bervariasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Tumor Developmental: dermoid, epidermoid, lipodermoid, dan teratoma.
Dermoid sering muncul pada anak-anak, tetapi terdapat juga pada orang dewasa.
Tumor ini sering disebut kista karena bentukannya berupa kantong yang berisi cairan
atau bubur dalam golongan tumor nonneoplasma. Dermoid ini merupakan teratoma
jinak di mana struktur ektodermalnya dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel
kulit, rambut, gigi, dan hasil ekskresi glandula sebasea yang berwarna putih
kekuningan menyerupai lemak dan nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen
ektoderm dan mesoderm. Lokasi kista dermoid biasanya berada di orbita
superotemporal, tetapi dapat juga berada di tempat lain, yaitu di daerah superonasal
dan umumnya terletak subkutan. Karakteristik dermoid ini halus dan secara
mikroskopis, dermoid berbentuk padat bercampur dengan komponen kista berisi
materi seperti keju. Pada gambar histologis, dinding kista terdiri dari epitel skuamosa
berlapis dan kista berisi kelenjar keringat, folikel rambut, serta kelenjar sebasea.
Epidermoid secara struktur sama dengan dermoid, tetapi berbeda dalam hal
komposisinya saja, yaitu tidak terdapat kelenjar-kelenjar, sedangkan teratoma
berbeda dengan dermoid strukturnya. Teratoma tidak hanya berisi jaringan ektoderm
saja, tetapi juga mesoderm. Biasanya, tumor ini berbentuk kista dengan eksoftalmos
yang luar biasa besarnya. Teratoma memiliki sifat tidak tentu karena ada yang jinak,
ganas, dan tidak menentu.
Selain itu, ada bentukan lain berupa tumor nonneoplasma yang sering muncul di
orbita, yaitu nevus. Nevus ini umumnya disebut nevus pigmentosus, yaitu suatu
tumor yang berwarna hitam atau hitam kecoklatan karena sel-sel melanosit yang
mengandung pigmen melanin. Biasanya, tumor jenis ini berbentuk nodus atau
plaque kecil dan sebagian besar tipe intradermal.
2) Tumor Vaskular: hemangioma dan limfangioma.
Kedua jenis tumor ini jinak. Hemangioma terdiri dari hemangioma kapiler (capillary
hemangioma) dan hemangioma cavernosa.
3) Tumor Jaringan Adiposa: liposarcoma
4) Tumor Jaringan: fibroma, fibrokarsinoma, dan fibromatosis.
5) Tumor Osseous dan Cartilage: osteoma, kondroma, osteoblastoma,
sarkoma osteogenik, displasia fibrous dari tulang, dan Ewing’s sarcoma.
6) Tumor Myomatous: Rabdomyoma, leomyoma, dan Rabdomio-
sarkoma.
7) Tumor Saraf Optik: glioma dan meningioma.
Glioma dan maningioma ini berasal dari saraf optik, sedangkan tumor saraf perifer
yang sering muncul adalah neurilemmoma dan neurofibroma.
8)Tumor Kelenjar Lakrimal: benign mixed tumor, malignant mixed tumor, dan limfo
9) Tumor Jaringan Limfositik: limfoma benigna dan maligna.
Tumor orbita sekunder merupakan tumor yang berasal dari luar orbita (sekitar
orbita) yang menyebar ke area orbita, misalnya tumor yang berasal dari otak
intrakranial yang menyebar secara lokal ke dalam orbita. Selain itu, tumor yang
berasal dari hidung dan sinus paranasal juga sering menyebar ke orbita (50%). Tumor
nasofaring, tersering dari sinus maksilaris, melibatkan orbita dan 30% kasus tumor
menunjukkan gejala proptosis.
Tumor metastase mencapai orbita melalui penyebaran aliran darah. (hematogen)
karena orbita tidak memiliki saluran limfe. Metastase paling sering berdasarkan jenis
kelamin biasanya berasal dari kanker payudara pada wanita dan kanker paru pada
pria. Pada anak-anak, tumor metastase di orbita yang paling sering terjadi adalah
neuroblastoma, yang sering berkaitan dengan pendarahan periokular spontan saat
tumor yang tumbuh cepat mengalami nekrosis. Tumor metastase jauh lebih sering
terdapat di koroid dan retina daripada di dalam orbita. Hal ini mungkin dikarenakan
sifat aliran darah yang paling dekat dan cepat.

D. ETIOLOGI
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu
pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14)
2. Malformasi congenital
3. Kelainan metabolism
4. Penyakit vaskuler
5. Inflamasi intraokuler
6. Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas
tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan
biasanya tidak mengalami metastasis
7. Trauma

E. PATOFISIOLOGIS
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang
diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita
pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada
anak-anak jarang, tetapibila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat
dan prognosisnya jelek.
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun
masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang
berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur
anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas
luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital
sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak berfungsinya katup mata atau
disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan
penipisan kornea.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat
bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di
permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.

F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri orbital : jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga
merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
Proptosis : pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai,
berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak)
atau cepat (lesi ganas).
Pembengkakan kelopak : mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin
atau fistula karotid-kavernosa.
Palpasi : bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola
mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
Pulsasi : menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi
arteriovenosa, dengarkan adanya bruit.
Erak mata : sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin
akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura
orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.
Ketajaman penglihatan : mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf
optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler. (Dr. Syaiful Saanin,
Neurosurgeon)

H. KOMPLIKASI
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi
pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya
atau lebih tua.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata
yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan
mati.

I. PENATALAKSANAAN
Cara Pengobatannya:
Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan
hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservativ.
Apabila terjadi eksisi atau pembedahan, akan dilakukan perawatan di rumah sakit,
yaitu :
1.Tirah baring dan aktivitas dibatasi agar pasien tidak mengalami komplikasi pada
bagian tubuh lain. tirah baring dilaksanakan kurang lebih 5 hari setelah operasi atau
tergantung pada kebutuhan klien.
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhannya untuk mencegah cidera.
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina.
4. Pasien tidak boleh terbaring telungkup.
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska
operasi (atropin). (Sidarta, Ilyas. 2019)
Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik
dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)
memerlukan reseksi radikal. (Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon)
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan tumor orbita kasus basalioma
antara lain:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori dari organ penerima.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan kepala leher, efek samping
penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan
penampilan.

K. INTERVENSI
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori dari organ penerima.
Tujuan : Mempertahankan ketajaman lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
b. Mengenal gagguan sensori dan berkompensasi terhadap pengobatan.
c. Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.
R/ memberikan peningkatan, kenyamanan, dan kekeluargaan, serta mampu
menurunkan cemas.
Letakkan barang yang dibutuhkan atau posisi bell pemanggil dalam jankauan.
R/ memungkinkan pasien melihat objek lebih muda dan memudahkan panggilan
untuk pertolongan bila dibutuhkan.
Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan
penglihatan.
R/ sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan
atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun
kehilangan penglihatan telah terjadi dan tidak dapat diperbaiki, kehilangan lebih
lanjut dapat dicegah.
Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan,
contoh : atur perabot/ permainan, terutama perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
R/ menurunkan bahaya, keamanan, berhubungan dengan perubahan lapang pandang
atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan kepala leher, efek samping
penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan
penampilan.
Tujuan : tidak terjadi gangguan citra diri
Kriteria hasil :
a. Menyatakan penerimaan situasi diri.
b. Memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif.
Intervensi :
Gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya.
R/ meningkatkan keterbukaan klien.
Dukung sosialisasi dengan orang-orang disekitar klien.
R/ meningkatkan harga diri klien.
Anjurakan untuk memakai kacamata hitam.
R/ menutupi kekurangan dan meningkatkan citra diri klien.
Beriakan umpan balik positif terhadap perasaan anak.
R/ umpan balik dapat membuat klien berusaha lebih keras lagi mengatasi masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adjisuwandono, 2010 .Introducing-Neoplasma. Didownload pada 20 November
2020 pada https://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducing-
neoplasma.pdf
Akmal, Muslim & Masyitah, Dian & Hafizuddin, Hafizuddin & Fitriani,.
(2015). Epididimis Dan Perannya Pada Pematangan Spermatozoa (Epididymis And
Its Role In The Spermatozoa Mature). Jurnal Universitas Syiiah Kuala Vol 4. 1-9.
Anonim. Reproduksi manusia. Didownload pada tanggal 20 November di
laman https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/a111827bd036753b61
b3a63e7580e8a4.pdf\
Bulecek, gloria M dkk. (2016). Nursing Intervention Classification. Singapur: elsevier
global right
Gani, Ersandi Yojanvia dkk. (2019). Hubungan Antara Asupan Lemak Dan Obesitas
Dengan Kejadian Kanker Payudara Di Rsud Kota Yogyakarta. Tesis. Politeknik
Kesehatan Jogja, Sleman
Hartono, melyza (2016). “Pengaruh Pemberian Kopi Terhadap Motilitas Spermatozoa
Tikus Wistar Yang Dipapar Sinar Ultraviolet”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas
Diponegoro.Semarang
Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I dagnosis keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Kim, Howard H.; Goldstein, Marc (2010). "Chapter 53: Anatomy of the epididymis,
vas deferens, and seminal vesicle". Dalam Graham, Sam D.; Keane, Thomas E.;
Glenn, James F. Glenn's urological surgery (edisi ke-7th). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. hlm. 356. ISBN 978-0-7817-9141-0.
Moorhead, sue dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification. Singapur: elsevier
global right

Anda mungkin juga menyukai