Anda di halaman 1dari 14

Konsep Neoplasma Muskuloskeletal

Neoplasma merupakan masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan,


tidak terkoordinasi fengan jaringan normal, dan poliferasi berlangsung terus
meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Pada neoplasma, poliferasi
demikian disebut poliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif, tidak
bertujuan, tidak mempedulikan jaringan disekitarnya, tidak ada hubngan dengan
kebutuhan tubuh dan bersifat parasitik
Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal dan
kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah.
Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Poliferasi
neoplastik dari sel-sel neoplastik tumor membentuk suatu massa neoplasma,
menimbulkan pembengkakan atau benjolan pada jaringan tubuh yang disebut
tumor.
Sel-sel neoplasma atau tumor pada tulang menghasilkan factor-faktor yang
dapata merangsangfungsi osteoklas sehingga menimbulkan resorpsi tulang yang
dapat terlihat dalam radiogram. Selain itu, juga ada beberapa tumor yang
menyebabkan peningkatan aktivitas osteoblas dengan peningkatan desitas tulang
yang juga dapat terlihat pada radiogram. Pada umunya tumor-tumor tulang mudah
dikenali dengan adanya massa pada jaringan lunak disekitar tulang, deformitas
tulang, nyeri dan nyeri tekan atau fraktur patologis.

Etiologi
Secara umum penyebab neoplasma musculoskeletal tidak diketahui, tetapi ada
beberapa factor yang berhubungan dan memungkikan yang dapat menjadi factor
penyebab terjadnya neoplasma muskuluskeletal, yaitu sebagai berikut :
1. Genetik
Beberapa kelainan genetic dikaitkan dengan terjadinya keganasan
tulang misalnya pada sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma
(STS). Berdasarkan data penelitian, diduga mutasi genetic pada stem sel
mesenkim dapat menimbulkan sarcoma, ada beberapa gen yang sudah
diketahui mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen
RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam
terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui punya peranan adalah gen
MDM-2 (Murine Double Minute 2), gen p53 yang telah ,utasi dan
menginaktivasi gen tersebut.

2. Radiasi
Keganasan pada jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh
yang terpapar radiasi seperti pada penderita kanker mamma dan limfoma
malignum yang mendapat radioterapi. Halperin dkk, memperkirakan risiko
terjadinya sarcoma pada penderita Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringan lunak dan sarcoma tulang akibat
pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922, walaupun jarang ditemukan
mmiliki prognosi yang jelek dan umumnya memiliki tingkat yang tinggi.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah Malignant
Fibrous Hystiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau
lymphagiaosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarkoma
diperkirakan sekitar 11 tahun.
3. Bahan kimia
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga
dapatmenimbulkan sarcoma, tetapi belum bisa dibuktikan. Pemaparan
terhadap thorium Dioxide (Thorotrast) suatu bahan kontras bisa
menimbulkan angiosarkoma pada hepar. Salain itu, abses juga dapat
diduga dapat menimbulkan Mesothelioma, sedangakan polyvinyl chloride
dapat menyebakan Angiosarkoma hepatik.
4. Trauma
Sekitar 30% kasus keganasan pada jarinagn lunak mempunyai
riwayat trauma. Walaupun sarcoma kadang-kadang timbul pada jaringan
sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, tetapi semua ini tidak
pernah bisa dibuktikan.
5. Limphedema kronik
Limphedema kronik akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limphangiosarkoma dan kasus limphangiosarkoma pada ekskremitas
superior yang ditemukan pada penderita karsinoma mamma yang diberi
radioterapi pascamastektomi.
6. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan
oleh infeksi parasit yaitu filariasis. Pada penderita limphedema kronik
akibat obstruksi filariasis dapat menimbulkan Limphangiosarkoma.

Sifat Biologi Tumor


Berdasarkan sifat biologi tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak
(benigna),tumor ganas (maligna), serta tumor yang terletak antara jinak dan ganas
(intermediet).
1. Tumor Jinak (Benigna)
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai simpai (kapsul),
tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak
menyebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat
disembuhkan dengan sempurna kecuali yang menyekresi hormone atau
yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya di sumsum tulang
belakang yang dapat menimbulkan paraplegia atau pada saraf otak yang
menekan jaringan otak.
2. Tumor Ganas (Maligna)
Pada umumnya tumor ini tumbuh cepat, infiltratif dan merusak jaringan di
sekitarnya. Di samping itu, dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran
limfe atau aliran darah. Tumor ini sering menyebabkan kematian.
3. Intermediet
Di antara dua kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat segolongan
kecil tumor yang mempunyai invasive lokal, tetapi kemampuan
metastasisnya kecil. Tumor ini disebut tumor yang agresif lokal atau tumor
ganas derajat rendah. Sebagai contoh, karsinoma sel basal kulit.
Sifat Neoplasma Jinak dan Neoplasma Ganas
1. Diferensiasi dan Anaplasia
Istilah diferensiasi dipergunakan untuk sel parenkim tumor. Diferensiasi
yaitu derajat kemiripan sel tumor (parenkim tumor). Jaringan asalnya yang
terlihat pada gambaran morfologik dan fungsi tumor. Proliferasi neoplastik
menyebabkan penyimpangan bentuk. Tumor yang berdiferensiasi baik
terdiri atas sel-sel yang menyerupai sel dewasa jaringan normal asalnya,
sedangkan tumor berdiferensiasi buruk atau tidak berdiferensiasi
menunjukan gambaran sel primitif dan tidak memiliki sifat sel dewasa
normal jaringan asalnya.
a. Tumor jinak
Semua tumor jinak umumnya berdiferensiasi baik. Sebagai contoh,
lipoma yaitu tumor jinak berasal dari jaringan lemak, sel tumornya
terdiri atas sel lemak matur, menyerupai sel jaringan lemak normal.
b. Tumor ganas
Tumor ganas berkisar dari yang berdiferensiasi baik sampai kepada
yang tidak berdiferensiasi. Tumor ganas yang terdiri atas sel-sel yang
tidak berdiferensiasi disebut anaplastik. Anaplastik berasal tanpa
bentuk atau kemunduran, yaitu kemunduran dari tingkat diferensiasi
tinggi ketingkat diferensiasi rendah.
Anaplasia ditentukan oleh sejumlah perubahan gambaran morfologik
dan perubahan sifat. Pada anaplasia terkadung 2 jenis kelainan
organisasi yaitu kelainan organisasi sitologik dan kelainan organisasi
posisi. Anaplasia sitologik menunjukan pleomorfi yaitu beraneka
ragam bentuk dan ukuran inti sel tumor. Sel tumor berukuran besar dan
kecil dengan bentuk yang bermacam-macam. Anaplasia posisional
menunjukan adanya gangguan hubungan antara sel tumor yang satu
dengan yang lain.
2. Derajat Pertumbuhan
Pertumbuhan tumor jinak biasanya lambat, sedangkan tumor ganas cepat,
tetapi derajat kecepatan tumbuh tumor jinak tidak tetap, kadang-kadang
tumor jinak tumbuh lebih cepat daripada tumor ganas karena tergantung
pada hormon yang mempengaruhi dan adanya penyediaan darah yang
memadai. Pada dasarnya derajat pertumbuhan tumor berkaitan dengan
tingkat diferensiasi sehingga kebanyakan tumor ganas tumbuh lebih cepat
daripada tumor jinak.
Derajat pertumbuhan tumor ganas tergantung pada 3 hal, yaitu sebagai
berikut.
a. Derajat pembelahan sel tumor.
b. Derajat kehancuran sel tumor.
c. Sifat elemen non-neoplastik pada tumor.
Pada pemeriksaan mikroskopis, jumlah mitosis dan gambaran aktivitas
metabolism inti yaitu inti yang besar, kromatin kasar dan anak inti besar
berkaitan dengan kecepatan tumbuh tumor. Tumor ganas yang tumbuh
cepat sering memperlihatkan pusat-pusat daerah nekrosis/iskemik. Hal ini
disebabkan oleh kegagalanpenyajian daerah dari host kepada sel-sel tumor
ekspansif yang memerlukan oksigen.
3. Invasi lokal
Hampir semua tumor jinak tumbuh sebagai massa sel yang kohesif dan
ekspansif pada tempat asalnya dan tidak mempunyai kemampuan
menginfiltrasi, invasi, atau penyebaran ke tempat yang jauh seperti tumor
ganas. Oleh karena tumbuh dan menekan perlahan-lahan, maka biasanya
dibatasi jaringan ikat yang tertekan disebut kapsul atau simpai, yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat di sekitarnya. Simpai
sebagian besar timbul dari stroma jaringan sehat di luar tumor karena sel
parenkim mengalami atropi akibat tekanan ekspansi tumor. Oleh karena
ada simpai, maka tumor jinak memiliki batas tegas, mudah digerakan pada
oprasi. Akan tetapi, tidak semua tumor jinak berkapsul, ada tumor jinak
yang tidak berkapsul, misalnya hemangioma.
Tumor ganas tumbuh progresif, invasive, dan merusak jaringan sekitarnya.
Pada umumnya berbatas tidak tegas dari jaringan sekitarnya. Namun
demikian, ekspansi lambat dari tumor ganas dan terdorong ke daerah
jaringan sehat sekitarnya. Pada pemeriksaan histoogik, masa yang tidak
berkapsul menunjukan cabang-cabang invasi seperti kaki kepiting
mencengkeram jaringan sehat lainya.
4. Metastasis atau penyebaran
Metastasis adalah penanaman tumor yang tidak berhubungan dengan
tumor primer. Tumor ganas menimbulkan metastasis, sedangkan tumor
jinak tidak. Invasi sel kanker memungkinkan sel kanker menembus
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan rongga tubuh, kemudian terjadi
penyebaran. Dengan beberapa pengecualian semua tumor ganas dapat
bermetastasis.

Jenis Neoplasma

Jenis neoplasma yang bersifat osteogenik, kondrogenik, fibrogenik, angiognik,


mielogenik, osteoklastoma, dan hemangioma, yaitu :
1. Osteogenik
a. Osteoid Osteoma
Osteoid osteoma adalah suatu tumor osteoblastik jinak. Tumor ini
memiliki frekuensi sekitar 5% dari seluruh tumor primer tulang. Lokasi dari
tumor ini bisa dimana saja, tetapi paling sering terjadi pada korteks tulang
panjang (80-90%), khususnya terjadi pada ekstemitas bawah yaitu tibia dan
femur sekitar 50-60% kasus pada korteks tulang panjang. Pada tulang
belakan terjadi sekitar 7-20% kasus. Selebihnya terjadi pada
intertrokanterik atau intrakapsular hip, tangan, talus, dan tulang-tulang kaki.
b. Osteoblastoma
Osteoblastoma merupakan tumor primer tulang yang jarang terjadi.
Osteoblastoma merupakan tumor jinak, walaupun mempunyai kemampuan
untuk agresif menjadi osteosakoma. Secara umum osteoblastoma hamper
mirip dengan osteoid oesteoma, perbedaannya hanya pada kemampuan
pertumbuhan yang melebihi diameter 2 cm. secara klinik, osteoblastoma
sulit untuk didiagnosis karena tumor ini melakukan pertumbuhan yang
lambat atau bisa dengan karakteristik keganasan yang mirip seperti
osteosarkoma. Frekuensi osteoblastoma adalah 20 kali lebih jarang
dibandingkan dengan osteosarkoma. Lokasi tumor bisa terjadi pada
kolumna vertebra atatu pada tulang panjang.
c. Osteosarkoma
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah tumor maligna
yang berada pada tulang dan merupakan tumor tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Osteosarkoma atau osteogenik sarcoma ini
dipergunakan bukan karena tumor membentuk tulang, tetapi karena
pembentukan tumor ini berasal dari sel osteoblastik dari sel-sel mesenkim
primitif. Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar secara
cepat pada periosteum dan jaringan ikat diluarnya.
Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di mana
lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growthplate) yang sangat aktif yaitu
pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus, dan
pelvis. Pada orang tua dengan umur di atas 50 tahun, osteosarkoma dapat
terjadi akibat degenerasi ganas dari penyakit Paget, dengan prognosis
sangat jelek. Osteosarkoma sering terdapat di daerah lutut pada anak-anak
dan dewasa muda, terbanyak pada distal dari femur.
2. Kondrogenik
a. Ekondroma
Ekondroma adalah tumor jinak pada tulang, terdiri atas sel-sel
kartilago yang timbul pada tulang walau asalnya kartilago epifisis. Paling
sering pada tulang panjang yang berukuran pendek pada tangan yangan
yang cenderung memasuki medulla dan dikenal sebagai enkhondroma.
Kadang-kadang timbul pada tulang yang datar seperti pada ileum, yang
menonjol kea rah luar membentuk suatu ekkondroma.
b. Kondroblastoma
Kondroblastoma adalah tumor jinak pada tulang. Estimasi kejadian
dari kondroblastoma adalah 1% dari kejadian tumor tulang.
c. Fibroma kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid adalah suatu tumor jinak dengan
pertumbuhan yang lambat dan merupakan jenik yang jarang terjadi. Sekitar
39% kasus dari fibroma kondromiksoid terjadi pada ekstremitas bawah.
Bagian proksimal tibia merupakan tempat yang aling sering terjadi,
kemudian distal femur dan pelvis.
d. Kondromatosis sinovia
Kondromatosis sinovia merupakan suatu kondisi yang jarang
terjadi di mana terjadi perkembangan dari kartilago, membrane sinovia,
bursa, dan tendon oleh suatu metaplasia jeringan konektif subsinovia.
Kondidi ektopik pada kartilago ini memberikan menifestasi nyeri, efusi
sendi dan degenerasi.
3. Fibrogenik
a. Displasia Osteofibrosa
Displasia Osteofibrosa merupakan kondisi adanya lesi non
neoplastik pada tulang yang penyebabnya tidak diketahui dan jarang terjadi.
Sebagian besr lesi mempengaruhi korteks tulang panjang terutama tibia.
Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak masa pertumbuhan. Pasien sering
didapatkan adanya riwayat fraktur ptologi pada tibia.
b. Non-Ossifying Fibroma/Non-Osteogenik Fibroma
Non-Ossifying Fibroma/Non-Osteogenik Fibroma adalah suatu lesi
jinak yang oleh sebagian ahli dianggap sebagai suatu lesi reaktif, bukan
neoplasma sejati. Lesi ini bersifat self limiting didapat pada anak-anak dan
dewasa muda usia anatara 5-20 tahun. Lesi yang besar mencakup sebagian
dari diameter tulang yang ditunjukkan dengan adanya fraktur patologis.
Lokasi pada tumor ini biasanya mengenai tulang panjang, terutama tulang-
tulang ekstemitas bawah. Biasanya pada metafisis atau metadiafisis dari
tulang panjang, terutama pada distal femur, distal tibia, dan fibula.
c. Fibrosarkoma
Fibrosarkoma adalah tumor dari sel mesenkimal primitif yang
berisikan fibroblast ganas di dalam jaringan kolagen. Kondisi ini sering
terjadi pada massa primer jaringan lunak atau sekunder dari tumor tulang.
Fibroblas merupakan sel-sel yang secara normal menghasilkan jaringan
fibrous di seluruh tubuh. Fibrosarkoma memiliki kecenderungan untuk
bertumbuh secra lambat pada awalnya, di dalam mulut dapat terlihat
sebagai sebagai massa submukosa yang tidak berbahaya dengan batas
tegas, warna normal, dan tidak sakit.
4. Mielogenik
a. Sarkoma Ewing dan Tumor Neuroektodermal Perifer Primitif
Sarkoma ewing dan tumor neuroektodernal perifer primitif
keduanya memiliki kesamaan pada translokasi reprokal antara 11 dan 22,
pola biokimia dan ekspresi onkogenik. Tumor bia tumbuh di bagian tubuh
mana pun, lokasi yang paling sering erletak pada tulang panjang anggota
gerak, panggul, atau dada. Tumor juga bisa tumbuh di tulang tengkorak
atau tulang pipih lainnya. Tumor mudah menyebar, sering kali menyebar ke
paru-paru dan tulang lainny. Pada saat terdiagnosis, penyebarannya telah
terjadi hamper pada 30% penderita.
b. Sarkoma Sel Retikulum
Sarkoma sel reticulum adalah suatu tumor ganas yang gambaran
mikroskopisnya mirip sekali dengan sarkoma Ewing, tetapi mempunyi
perangai klinis yang berlainan. Didapat terutam pada usia dewasa, terutama
mengenai tulang-tukang panjang, pelvis, dan iga. Tumbuh lebih lambat
daripada sarkoma Ewing sehingga mengakibatkan rasa sakit yng lebih
sedikit. Secara lokal, proses destruksinya lebih banyak dibandingkan
sarkoma Ewing, dengan akibat dapat terjadi fraktur patologis.

c. Mieloma Multipel
Mieloma multipel (MM) adalah suatu keganasan sel plasma
(monoclonal paraprotein) dengan karakteristik selplasma yang abnormal,
dan membentuk tumor di sumsum tulang. Penyakit ini menyerang pria dan
wanita, dan biasanya ditemukan pada usia di atas 40 tahun. Keganasan sel
plasma (plasmasitoma) paling banyak ditemukan di tulang femur, tulang
panggul, tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang tengkorak.
d. Limfoma Maligna
Limfoma maligna (LM) adalah poliferasi abnormal system limfoid
dan struktur yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah
bening. Limfoma merupakan penyakit keganasan yang sering ditemukan
pada anak sepertiga leukemia dan keganasan susunan saraf pusat.
5. Osteoklastoma (Giant Cells Tumor)
Osteoklasoma merupakan tumor tulang yang berada pada tulang dan
mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi ganas dan agresif
sehingga tumor ini dikategorikan sebagai suatu umor ganas. Biasanya tumor ini
terdapat pada lengan bawah.
6. Hemangioma
a. Hemangioma
Hemangioma merupakan tumor jinak yang berasal dari system
vascular dan merupakan neoplasma tulang yang jarang di dapat. Kelainan
ini bersifat soliter atau multipel pada tulang, ditemukan terutama pada
tulang belakang dan tengkorak tanpa disertai gejala-gejala klinis yang jelas
dan harus dibedakan dengan hemangioma pada jaringan lunak. Lokasi
tumor sekitar 50% di dapat pada tulang vertebra dan 20% pada tulang
kalvaria.
b. Angiosarkoma (Hemangioedothelioma)
Angiosarkoma tulang sangat jarang ditemukan. Lesi pada kelainan
ini merupakan lesi multipel pada satu tulang, kemudian dengan sangat
cepat akan metastatis ke tulang sekitarnya atau menuju ke paru.
Angiosarkoma tulang dapat bersifat multipel, serta dapat terjadi pada tulang
dan jaringan lunak. Lokasi tumor terutama pada tulang panjang pada
diafisis tulang.

7. Neuroblastoma
Neoroblastoma adalah penyakit di mana sel-sel yang berbahaya
(kanker) terbentuk dalam jaringan saraf dari kelenjar adrenal, leher, dada atau
sumsum tulang belakang (spinal cord). Neuroblastoma sering kali mulai pada
jaringan saraf dan kelenjar-kelenjar adrenal. Ada dua kelenjar adrenal, satu di
ujung atas dari setiap ginjal di belakang dari perut bagian atas. Kelenjar-
kelenjar adrenal menghasilkan hormon-hormon penting yang membantu
mengontrol denyut jantung, tekanan darah, gula darah, dan cara tubuh bereaksi
pada stress. Neuroblastoma mungkin juga mulai di dada, pada jaringan saraf
dekat tulang belakang di leher, atau di sumsum belakang (spinal cord).

NEOPLASMA PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL


1. Osteoid Osteoma
a. Definisi
Osteoid Osteoma adalah tumor jinak osteoblastik yang berisi vaskular
jaringan osteoid dan area sklerotik tulang. Diduga tumor ini merupakan
lesi awal dari osteoblastoma. Biasanya lesi tumbuh di lengan atau tungkai,
tetapi dapat terjadi pada semua tulang.

b. Epidemiologi
Tumor ini jarang ditemukan. Insidennya hanya 1,8%, serta hanya 10% dari
seluruh neoplasma jinak tulang
(http://indonesian.orthopaedicclinic.com.sg/) . Terutama mengenai usia
10-25 tahun. Tumor ini juga lebih sering pada laki-laki dibandingkan
wanita dengan perbandingan 2:1. 80-90% kasus mengenai korteks tulang
panjang.

c. Etiologi, Faktor Risiko, Patogenesis dan Patofisiologi


Sama seperti neoplasma pada umumnya, penyebab pasti dari osteoid
osteoma tidak diketahui dengan pasti. Tetapi diyakini penyebabnya
multifactorial, seperti paparan radiasi, bahan kimia, trauma, infeksi,
genetik. Tetapi banyak hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya
pola genetik.

d. Manifestasi Klinis
- Tempat tersering adalah pada femur (25%), tibia (25%), dan sisanya di
daerah lain seperti tulang belakang.
- Nyeri yang terasa lebih berat pada malam hari dan membaik dengan
pemberian aspirin atau salisilat dosis rendah.
-
e. Pemeriksaan dan Diagnosis
Radiologi : pada foto rontgen ditemukan daerah yang bersifat radiolusen
yang disebut nidus di daerah diafisis dand ikelilingi oleh suatu daerah
sclerosis yang padat, serta penebalan kortikal yang merupakan reaksi
pembentukan tulang. Kadang perlu pemeriksaan tomogram untuk
membantu diagnosis
Patologi : kelainan terdiri atas jaringan seluler dengan tingkat
vaskularisasi yang tinggi dari jaringan tulang yang belum matang serta
jaringan osteoid.
DD : abses Brodie, sarcoma ewing, periostitis kronik.
f. Tatalaksana
- Pemberian NSAID
- Bedah
Pengobatan yang efektif adalah dengan mengeluarkan seluruh jaringan
nidus disertai eksisi sebagian tulang. Setelah itu evaluasi dengan
pemeriksaan foto rontgen untuk menilai apakah eksisi yang dilakukan
akurat.

g. Komplikasi, Prognosis
Komplikasi : gastritis NSAID, fraktur pasca terapi bedah
Prognosis : baik
h. Rujukan :

2. Osteosarkoma
a. Definisi
Osteosarkoma merupakan neoplasma ganas yang berasal dari sel
osteogenik.
b. Epidemiologi
Osteosarkoma merupakan 21% dari seluruh tumor ganas tulang. Tumor ini
lebih sering diderita laki-laki, terutama usia 20-an. Pada usia 60an insidens
osteosarcoma kembali meningkat akibat osteosarcoma sekunder yang
berasal dari penyakit paget. Osteosarcoma ini sering muncul di daerah
metafisis, terutama daerah yang pertumbuhannya cepat, yaitu di femur
distal (32%), tibia proksimal (16%), dan humerus proksimal.
c. Etiologi, Faktor Risiko, Patogenesis = yg lain
d. Manifestasi Klinis
- Penderita umumnya mengeluhkan benjolan yang nyeri, batas tidak
tegas
- Nyeri dirasakan terus menerus, meningkat di malam hari
- Kulit di atas tumor hangat dan vena kelihatan menonjol
- Tumor membesar dengan cepat sehingga bila tidak segera ditangani,
akan terjadi nekrosis pada kulit yang membentuk ulkus.
e. Pemeriksaan dan Diagnosis
Radiologis : destruksi tipe permiatif, reaksi periosteal (sunburst, codman
triangle), gambaran matriks osteoblastik bercampur osteolitik, gambaran
massa jaringan lunak di sekitar tumor.
Patologi : gambaran dari jaringan tulang atau osteoid, serta gambaran
pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan menghasilkan tulang
rawan, jaringan lunak, atau jaringan miksoid. Juga mungkin ada daerah
jaringan tumor dengan sel-sel spindle.
DD:osteomyelitis kronis, osteoblastoma, fraktur stress, osteoid osteoma,
parosteal osteosarkoma
f. Tatalaksana
Kemoterapi, Radioterapi, Bedah
g. Komplikasi dan Prognosis
Prognosis sangat buruk. 90% penderita meninggal sebelum tiga tahun
dengan pengobatan apapun yang diberikan. Biasanya terjadi metastasis
hematogen. Harapan hidup 5 tahun hanya 20%.
De Jong : angka kesembuhan osteosarcoma tanpa metastasis dapat
mencapai 70% dengan perkembangan terapi adjuvant (kemo dan radio).
h. Rujukan : Kompetensi 1

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan
Suddart. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-


proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta:
Salemba Medika.
Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai