Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRATIKUM ILMU DASAR KEPERAWATAN

NEOPLASIA

A. Hubungan antara neoplasia, tumor, neoplasma, kanker dan onkologi


Sesuai dengan definisi Wilis dikutip dalam Kumar, 2007. Neoplasma
merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan
tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal. Dalam istilah
kedokteran yang umum neoplasma sering disebut sebagai Tumor. Dalam
arti luas tumor berarti setiap benjolan abnormal pada tubuh tanpa
melihat penyebabnya, misalnya benjolan pada tangan karena terbentur benda
keras atau pembengkakan akibat infeksi. Tumor dalam arti sempit disebut
juga neoplasma, yakni pertumbuhan sel atau jaringan baru di luar kendali
tubuh. Onkologi ( oncos “tumor” dan logos “ilmu”). Jadi onkologi yaitu ilmu
yang mempelajari tentang tumor.
Disimpulkan Neoplasma merupakan suatu massa jaringan yang
abnormal dimana multiplikasi sel tidak terkontrol dan progresif. Neoplasma
yang sering digunakan dalam istilah kedokteran umum disebut Tumor.
Neoplasma dibedakan menjadi 2 yaitu jinak dan ganas. Neoplasma ganas
(maligna) yaitu pertumbuhannya membahayakan jaringan bahkan sistem di
sekitarnya, neoplasma maligna ini yang dikenal dengan sebutan kanker. Dan
ilmu yang mempelajari tumor disebut onkologi. oncos dari bahasa Yunani
berarti tumor dan logos berarti pelajaran/ilmu.
B. Perbedaan Benigna dan Maligna
Tumor Jinak (Benigna)
 Pertumbuhannya ekspansif
 Tidak bersifat residif
 Tidak bermetastase
 Pertumbuhan yang lambat
 Tidak menyebabkan kematian
Tumor Ganas ( Maligna atau Kanker )
 Pertumbuhan Infiltratif
 Residif (Tumbuh Kembali)
 Metastase
 Pertumbuhan yang cepat
 Tumor ganas bila tidak diobati akan menyebabkan kematian

Perbedaan Benigna dan Maligna

Benigna Maligna
Serupa Sel Asal Tidak sama dengan sel asal
Tepian Licin (berkapsul) Tepian tidak rata
Menekan Menyusup
Tumbuh perlahan Tumbuh cepat
Sedikit Vaskular Vaskulas / Sangat Vaskular
Jarang timbul ulang Sering residif setelah dibuang
Jarang nekrosis dan ulserasi Umumnya nekrosis dan ulserasi
Jarang efek sistemik kecuali neoplasma Umumnya efek sistemik
endokrin
C. Hubungan Onkogenesis dan Karsinogenesis
Onkogenesis adalah kelainan gen abnormal yang diaktivasi oleh zat
kimia tertentu sehingga menipu sel yang normal untuk tumbuh terus menerus
dan tidak terkendali menjadi sel tumor.
Karsinogenesis adalah proses terjadinya kanker melaui tahapan
mekanisme perubahan genetik dan menyebabkan transformasi progresif sel
normal menjadi sel malignan. Hubungan onkogenesis dan karsinogenesis
merupakan proses timbulnya pertumbuhan baru (neoplasma).
D. Pada gambar terjadi mitosis abnormal pada sel :

Apakah pleomorfisme dan hiperkromatinisme? Tunjukkan pada ciri-ciri


tersebut pada gambar!
Pleomorfisme adalah terdapatnya bentuk yang berbeda-beda pada
suatu organisme atau dalam satu spesies, dengan ciri-ciri jika dilihat melalui
mikroskop :
- Inti sel hiperkromatik (berwarna lebih gelap dari sel normal).
- Rasio inti sel dengan sitoplasma (cairan dalam sel) dapat mendekati 1 : 1,
yang normalnya 1 : 4 atau 1 : 6.
- Bentuknya dan ukuran inti sel tidak teratur.
- Kromatin kromatin terlihat kasar dan bergumpal serta anak inti sel
berukuran sangat mencolok.
- Terjadi banyak pembelahan sel (mitosis) dan dan jelas atipik (banyak
tipe).
- Terdapat banyak kumparan (spindle) kacau yang dapat memberi
bentukan tripolar atau pun kuadripolar, dan sering terdapat suatu
kumparan besar dan kumparan lain kecil.
Hiperkromatisme adalah degenarasi inti sel, dimana inti sel menjadi
penuh dengan adanya partikel pigmen (kromatin).
E. Apa tanda khas kanker payudara yang bisa diamati dari gambar

Tanda khas yang bisa diamati pada gambar adalah benjolan berukuran kurang
lebih 5 cm, kulit tertarik dan keriput seperti kulit jeruk sebagai akibat dari
kematian sel.

F. Dilihat dari penamaan tumor, termasuk jenis apakah tumor payudara


tersebut?
Jenis tumor yang ada pada gambar adalah jenis karsinoma duktal dimana
melibatkanlimfatik dermal. karsinoma ini disebut juga karsinoma peradangan.
prognosis pada jenis ini buruk, angka harapan hidup 5 tahun dan biasanya
kurang dari 20%.
G. Apa yang dapat disimpulkan dari pertanyaan dan jawaban pada
gambar?

Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang


mempunyai kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.
dibagi ke dalam tiga subklas yaitu : osteolitik, osteoblastik, dan telangiektatik.
- Osteolitik osteosarkoma
Sering pada orang dewasa, sifat regenerative dari tulang lebih lemah
dibandingkan pada usia muda. terjadi kerusakan tulang dan diganti
dengan jaringan tumor yang terdiri dari sel-sel yang tidak terbentuk
sempurna
- Osteoblastik osteosarkoma
Jenis ini produksi tulang meningkat. Lebih sering terjadi pada anak-anak
dan orang dewasa muda.Tampak pembentukan periosteal yang tampak
seperti tangkai-tangkai, spikula-spikula atau lamellae yang membentang
dalam arah vertical dari tulang sampai ke batas luar dari tumor. Jenis
osteoblastik bukan merupakan tumor ganas pada mandibula seperti di
tulang-tulang yang lain.
- Telangiektatik osteosarkoma
Tumor ini ditandai dengan adanya pelebaran pembuluh darah dan sinus-
sinus darah yang banyak digolongkan sebagai teleangiektatik
osteosarkoma. Berkembang dengan cepat, menghancurkan tulang,
mengakibatkan fraktur, periosteum perforasi dengan cepat dan bercabang
melalui otot dan jaringan lunak.
H. Apakah daerah yang berwarna ungu gelap?

Daerah yang berwarna ungu gelap adalah stroma.

I. Mengapa hasil biopsi tersebut digolongkan sebagai adenokarsinoma?


Karena gambar tersebut adalah tumor ganas yang berasal dari epitel kelenjar,
dan dapat mengadakan penyebaran melalui limfogen dan hematogen.

J. Apakah tujuan dan fungsi pemeriksaan mamogram? Mengapa pada


hasil mammogram, daerah tumor berwarna putih?

Mammografi adalah pemeriksaan sinar x terhadap payudara untuk


mendeteksi kista atau tumor. Kista benigna terlihat dengan jelas pada
mammogram, yang mana lesi cenderung bilateral, sedangkan tumor maligna,
lesi ireguler dan yang susah ditentukan batasnya dan cenderung unilateral.
Mammogram dapat mendeteksi lesi payudara sekitar 2 tahun sebelum
dipalpasi. Wanita dianjurkan pada usia antara 35-40 tahun untuk
memeriksakan mammogram tiap dua tahun dan wanuta lebih dari 50 tahun
tiap 1 bulan

K. Selain biopsi dan mamogram, pemerisaan penunjang apalagi yang


direkomendasikan untuk klien dengan yang diduga menderita
keganasan?
Tidak ada metode untuk mendeteksi neoplasma kecil, serta dipandang
dari segi ekonomis tidak baik untuk terus menjalankan tes atau melakukan
pencitraan radiologis pada setiap orang. Skrining untuk kanker sporadis
didasarkan pada mencari efek dari kanker (darah dalam tinja, lesi massa pada
gambar radiologis, dll).
Hal ini didasarkan pada faktor risiko (perokok, orang yang
terkena karsinogen). Jika seseorang tahu bahwa kanker familial
dimungkinkan (dari sejarah) maka salah satu anggota keluarga dapat
diperiksa untuk gen abnormal, tetapi tes genetic mahal. Selain itu, tes
skrining genetik tidak akan memprediksi jika, kapan, dan di mana kanker
akan timbul.
- Metode Diagnostik untuk Neoplasia
metode Aplikasi
Pemeriksaan Fisik oleh petugas kesehatan melalui wawancara
dengan pasien dan melalui pemeriksaan langsung dapat memberikan
petunjuk adanya neoplasma. Tanda dan gejala seperti penurunan berat
badan, kelelahan, dan nyeri dapat hadir. Massa A dapat teraba atau
terlihat.
Teknik radiografi Penggunaan film polos (X-ray), computed
tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), mamografi, dan
ultrasonografi (AS) mungkin akan sangat membantu untuk mendeteksi
keberadaan dan lokasi lesi massa. Temuan dari metode ini dapat
membantu dalam pencegahan dan penentuan terapi.
Analisis Laboratorium
Temuan umum seperti anemia, kelainan enzim (seperti alkali
fosfatase meningkat), dan hematuria atau darah yang tersembunyi di
feces sangat membantu untuk menyarankan pemeriksaan lebih lanjut.
Penanda tumor dalam serum seperti antigen Carcinoembryonic (CEA),
alpha - fetoprotein (AFP), atau human chorionic gonadotropin (HCG)
dapat dilakukan. Sayangnya, mereka tidak semua spesifik atau sensitif,
terutama bila digunakan sebagai tes skrining untuk populasi umum.
Pengujian yang lebih spesifik, seperti pengukuran antigen prostat spesifik
(PSA) tingkat, dapat membantu untuk menentukan adanya neoplasma
tertentu, tetapi tes tersebut tidak alat skrining yang sempurna dalam
populasi umum.
Penanda genetic
Pengujian genetik termasuk perubahan kromosom (translokasi,
delesi, duplikasi, dll) ; cacat gen tertentu; polimorfisme nukleotida
tunggal, dan penyusunan ulang gen. Deteksi gen tertentu (seperti - BRCA
1 untuk kanker payudara) menunjukan peningkatan risiko untuk beberapa
keganasan.
Metode sitologi
Metode ini paling sederhana dan tidak mengeluarkan banyak
biaya dan meinimalkan prosedur invasif. Sebuah contoh yang baik adalah
Pap smear untuk diagnosis displasia serviks dan neoplasma. Sel
dikelupas ke dalam cairan tubuh agar dapat diperiksa. Aspirasi jarum
halus (FNA) dapat digunakan untuk melihat berbagai lesi massa.
Biopsi jaringan dan metode bedah
Potongan-potongan kecil sampel jaringan (biopsi) dari sel
tertentu, seringkali melalui teknik endoskopi (seperti kolonoskopi,
endoskopi atas, atau bronkoskopi) sering dapat menghasilkan diagnosis
spesifik keganasan. Pada operasi, bagian-bagian dari suatu organ atau
jaringan dapat diteliti, atau jaringan yang sakit dihapus dan diperiksa di
patologi bedah untuk menentukan tahap dan grade neoplasma.

Otopsi
Terkadang neoplasma tidak terdeteksi atau benar-benar
didiagnosis selama hidup. Autopsi berfungsi sebagai sarana jaminan
kualitas untuk metode diagnostik klinis, sebagai cara untuk
mengkonfirmasi diagnosis membantu dalam membangun risiko untuk
anggota keluarga, sebagai sarana untuk mengumpulkan statistik untuk
pengambilan keputusan tentang bagaimana pendekatan diagnosis dan
pengobatan neoplasma, dan untuk menyediakan bahan untuk penelitian
masa depan.

L. Jumlah kasus kanker serviks tergolong tinggi di Indonesia. Apa saja


yang menjadi faktor risiko kanker serviks? Sebagai perawat, apakah
yang akan anda sampaikan pada klien Anda saat memberikan edukasi
kesehatan untuk mencegah kanker serviks?

Faktor resiko kanker serviks : Usia, Jumlah kehamilan dan partus, Jumlah
perkawinan, Infeksi virus, Sosial ekonomi, Hygiene dan sirkumsisi, Merokok,
Alat kontrasepsi, Berganti ganti pasangan.
Pada saat memberikan edukasi pada klien, tentunya kita tidak lepas dari
peran perawat sebagai educator dalam pencegahan, skrining dan deteksi
dini kanker serviks. Pencegahan terdiri dari :
- Pencegahan primer yang bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi pajanan terhadap zat karsinogen seperti merokok, hygiene
yang buruk harus dihilangkan.memodifikasi kebiasaan seksual yang
berbahaya menjadi aman bagi pasangan. dilakukan sebelum terjadinya
perubahan patologi pada serviks.
- Pencegahan sekunder merujuk pada deteksi dini dan skrining awal,
mendeteksi kemungkinan diagnose yang akan timbul pada awal
terjadinya kanker serviks sebelum terjadinya manifestasi klinis hal ini
dilakukan untuk mendeteksi dini kanker serviks diantaranya dengan
melakukan pemeriksaan rutin ,pap smear, dll.
Hal yang perlu disampaikan pada saat melakukan pendidikan kesehatan pada
klien diantaranya mempersiapkan materi yang akan disampaikan meliputi :
 Pengertian kanker serviks
 Penyebab
 Bagaimana terjadinya infeksi HPV dan kanker serviks/ leher rahim
 Siapa saja yang beresiko tinggi terkena kanker leherv rahim
 Bagaimana cara pencegahannya
 Mengapa harus menjalani tes penapisan
 Siapa saja yang dianjurkan untuk melakukan tes
 Apa saja tes penapisan untuk kanker leher rahim
 Bagaimana cara pemeriksaan tes penapisan tsb
 Dimana dapat dilakukan
 Pengobatan apa yang dapat dilakukan bia diketahui ada lesi pra kanker

M. Apakah perbedaan karsinoma in situ dan invasif?


Gambaran Mikroskopik kanker servik

Karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang


menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalisnya masih utuh. Pada lesi
prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal
kembali. Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat, lebih berpotensi berubah
menjadi kanker invasif.
Karsinoma invasif muncul di area bibir posterior atau anterior serviks dan
biasanya meluas ketiga jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri. Kemudian meluas perkontinuitatum ke dinding
vesika urinaria, rektum, ligamentum uterosakral dan organ sekitarnya. Dalam
pertumbuhan karsinoma serviks invasif dikenal tiga bentuk kelainan yaitu
pertumbuhan eksofitik, pertubuhan endofitik dan pertumbuhan nodul.
Pertumbuhan eksofitik berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam parametrium.Bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis danpendarahan.Pertumbuhan endofitik biasanya
lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progresif meluas ke forniks posterior dan
anterior ataupun ke corpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan Nodul (Tong)

biasanya dijumpai pada endoserviks yang lama kelamaan lesi berubah menjadi
berbentuk ulkus.

N. Bagaimana mekanisme karsinongenesis pada kanker serviks?


Kanker serviks yang disebabkan salah satu virus yang cukup
berbahaya salah satunya adalah Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) terjadi
pada wanita usia reproduksi. Infeksi ini dapat menetap, berkembang menjadi
displasi atau sembuh sempurna. Proses terjadinya kanker leher rahim sangat
erat berhubungan dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-
bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif
metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini
biasanya terjadi di daerah transformasi. Sekadar diketahui, kanker leher rahim
adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (leher rahim) yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang
senggama (vagina).

O. Melalui apakah cara penyebaran tumor tersebut?


Kebanyakan tumor yang terjadi di usus halus bersifat jinak. Tumor yang
terjadi di usus halus yang sering ditemukan yaitu limfoma dan tumor
karsinoid. Karsinoid tumor mayoritas ditemukan di usus halus yaitu ileum.
Tumor karsinoid ini akan bergabung dengan sel-sel neoplasma non-karsinoid.
hal ini khususnya menjadi alasan penyebab terjadinya penyebaran tumor
karsinoid di usus halus misalnya bagian jejenum dan duedenum. Jadi ada
sebuah hipotesa bahwa lingkungan sekitar perikarsinoid dapat meningkatkan
perkembangan kanker non-karsinoid baik hanya diarea regional tumor atau
bermetastase (Vincent, et.all, 2008)
P. Tampak pengurangan dan penggatian sel parenkim ginjal oleh sel
neoplastik. Klien dengan kondisi tersebut akan mengalami gangguan
fungsi ginjal, mengapa?
Gejala dari kanker di ginjal yaitu nyeri pinggang, teraba ada massa saat
palpasi, dan terdapat hematuria. Klien dengan kondisi kanker ginjal akan
mengalami gangguan fungsi ginjal. Misalnya ada sumbatan akibat masa
tumor dapat mempengaruhi aliran darah di ginjal. Sumbatan yang terdapat
pada artei renalis misalnya akan menyumbat aliran darah pada area tersebut
dan akan menyebabkan hipertensi ginjal.

Q. Mengapa pada keganasan dapat terjadi nekrosis? Nekrosis yang


ditemukan pada jaringan kanker dapat menjadi penanda apa?

bagaimana mengetahui bahwa gambar diatas merupakan hasil metastase


tumor primer?

jawab: seperti kita ketahui gambar di atas menunjukkan gambaran neoplasma


ganas yang mampu bermetastase. gambar diatas adalah metastase hati. dapat
dilihat dari perubahan warna dan manifestasinya yang tidak memiliki batas tegas,
dan tan-putih yang menunjukkan adanya nekrosis. sehingga tergolong tumor
ganas hasil metastase tumor primer. sebuah neoplasma primer mungkin terjadi
pada organ sebagai massa soliter.

mengapa keganasan dapat terjadi nekrosis? nekrosis pada jaringan kanker


dapat menjadi penanda apa?

jawab: seperti kita ketahui sebelumnya nekrosis adalah proses hancurnya atau
lisisnya sel dan organelnya karena berbagai faktor seperti faktor eksogen, iskemia
sel, dan rangsangan kimia. keganasan dapat terjadi nekrosis. karena keganasan
merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk terus menerus, tidak berbatas,
tidak terkoordinasi dengan jaringan di sekitarnya. makin banyak proses mitosis sel
makin meningkat derajat keganasanya. pada keganasan dapat diakibatkan salah
satunya oleh zat karsinogen yang merusak gen pengatur dan merusak enzim sel
sehingga merusak mekanisme sel yang stabil salah satu bentuknya adalah nekrosis
pada sel.

nekrosis pada jaringan kanker menunjukkan adanya infeksi sekunder atau


tidak. jika jaringan kanker tersebut tidak ada nekrosis maka tidak ada infeksi
sekunder.

R. Bagaimana mekanisme terjadinya penyebaran? Mengapa terjadinya di


rongga peritoneum?
(Yang berwarna putih adalah jari-jari pemeriksa)
Bagaimana mekanisme terjadinya penyebaran? Mengapa terjadinya di
rongga peritoneum?

Jawab : Penyebaran (manifestasi) terjadi pada tumor yang tergolong ganas,


sebagai salah satu cirinya yang memiliki kemampuan untuk bermanifestasi. Sel
primer yang mengalami displasia akan mengalami mitosis dan perkembangan ke
jalur-jalur pembuluh darah atau rongga-rongga tubuh. Karena aliran atau area ini
memiliki atau mudah untuk sel-sel bermitosisi. Kemudian sel setelah sel primer
bermitosis maka sel sekunder akan putus dan begitu seterusnya.Sel primer akan
menyebar dan melakukan mitosis, selain itu pada sat penyebarannya dan
perkangngannya pada saat sel terputus dan biasanya mudah tersangkut pada
daerah rongga-rongga sel tubuh, oleh karena itu sering terjadi di rongga
peritonium.

S. Apa dan terjadi di mana kelainan tersebut?


Yang terjadi pada gambar diatas adalah kelainan leiomioma
(tumor otot polos jinak) pada uterus

T. Jika dilihat dari strukturnya, ciri-ciri apakah yang khas menunjukkan


bahwa kelainan tersebut adalah tumor jinak?
1. Diferensiasi
Neoplasma jinak terdiri atas sel berdiferensiasi baik atau sel – sel tumor
yang sangat mirip dengan padanannya atau sel –sel jaringan yang normal.
Tumor jinak yang berdiferensiasi baik, mitosis masih sulit ditemukan dan
konfigurasinya normal.
2. Laju Pertumbuhan
Sebagian tumor jinak tumbuh lambat, secara klinis tidak mudah untuk
cepat membesar dan secara mikroskopis tidak ada ditemukan gambaran
mitosis yang tidak normal . Namun, pada laju pertumbuhan leiomioma (
tumor otot polos jinak) pada uterus dipengaruhi pada kadar estrogen dalam
darah. Tumor dapat cepat membesar selama kehamilan dan berhenti
tumbuh atau menciut dan umumya mengalami fibrokalsifikasi setelah
menopause.
3. Invasi lokal
Suatu tumor jinak biasanya kohesif dan dan ekspansif, massa berbatas
tegas yang tidak menginvasi atau menginfiltrasi jaringan normal
disekitarnya. Tumor ini tidak mempunyai kemampuan untuk
menginviltrasi, menginvasi, atau menyebar ke tempat jauh seperti yang
dilakukan oleh kanker.Kebanyakan tumor jinak terbungkus kapsul atau
simpai.
Pada leiomioma uterus dipisahkan secara jelas dari otot polos disekitarnya
oleh zona yang terdiri atas miometrium normal yang menggepeng dan
tipis, tetapi tidak terdapat kapsul sempurna.Bagaimanapun, disekitar lesi
ini terdapat bidang pemisah yang berbatas tegas.
4. Metastasis
Tumor jinak ini tidak bermetastasis

U. Apakah perbedaan fibroadenoma dan karsinoma payudara? Apa


hubungan antara angiogenesis dan pertumbuhan tumor?

Perbedaan fibroadenoma dengan karsinoma payudara

Klasifikasi Fibroadenoma karsinoma payudara


Tumor ganas/ maligana pada
payudara.

Keganasan yang berasal dari sel


Sifat Tumor jinak pada payudara
kelenjar,

saluran kelenjar dan jaringan


penunjang payudara
 Stadium 0 Kanker in situ
dimana sel sel kanker
berada ditempatnya
didalam jaringan
Berukuran 1-3 cm, jika
payudara
Ukuran berukuran lebih dari 5 cm
 Stadium 1 Tumor dengan
disebut Giant fibroadenoma
garis tengah kurang dari 2
cm dan belum menyebar
keluar dari payudara
 Stadium 2A Tumor
dengan garis tengah 2-5
cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening,
ketiak, atau tumor dengan
garis tengah 2 cm dan
sudah menyebar ke
kelenjar getah bening dan
ketiak.
 Stadium IIB Tumor
dengan garis tengah lebih
besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke
kelenjar getah bening,
ketiak.
 Stadium IIIA Tumor
dengan garis tengah
kurang dari 5 cm dan
sudah menyebar ke
kelenjar getah bening
ketiak disertai
perlengketan satu sama
lain atau perlengketan ke
struktur lainnya
 Stadium IIIB Tumor telah
menyusup keluar
payudara, yaitu ke dalam
kulit payudara atau ke
dinding dada.
 Stadium IV Tumor telah
menyebar keluar daerah
payudara dan dinding
dada misalnya ke hati,
tulang atau paru - paru.

padat, berbatas jelas, dan


berbentuk benjolan yang
Tekstur dapat bergerak bebas, elastis Keras dan tidak bergerak
lembut dan mudah bergerak
dibawah kulit
Lokasi kuadran atas payudara kuadran atas, duktus atau lobus
Penyebab Belum diketahui hormonal
 faktor genetik
 menstruasi dini
 Nullipara yaitu wanita
dengan usia kehamilan
diatas 35 tahun pada anak
pertama
 Usia maternal lanjut saat
kehamilan anak pertama
 Tidak pernah menyusui
 Menopouse usia lanjut
wanita usia 15-40 tahun,  Riwayat penyakit
Faktor resiko remaja perempuan, stimulasi payudara jinak,
estrogen  Obesitas
 Diit tingi lemak
 Penggunaan kontrasepsi
oral lebih dari 7 tahun
 Trauma terus menerus
 Terapi penggantian
hormon
 Faktor usia
 Konsumsi alkohol 2 gelas
perhari (Depkes, 2007)
 Nyeri, terlebih jika telah
terjadi metastasis
 Terdapat lesung dan
retraksi puting
 Eksema puting susu
 Keluar cairan pada
payudara
 Tampak seperti kulit
Biasanya tidak nyeri, tapi
jeruk di sekitar tumor
Gejala beberapa orang merasakan
 Perubahan bentuk
nyeri tekan
payudara
 Pembesaran kelenjar
getah bening, pembesaran
lengan, dan penyebaran
kanker di seluruh tubuh
(Brunner and Suddart,
2002)

 Pemeriksaan payudara  Deteksi dini


Pemeriksaan  Ultrasonografi  USG
penunjang  core biopsi atau FNA  Mammografi

 Stadium 1 dilakukan
operasi dan kemoterapi
 Stadium II Operasi
dilanjutkan dnegan
kemoterapi dan hormonal
Penatalaksanaan bedah pengangkatan benjolan
 Stadium III Operasi
dilanjutkan dengan
kemoterapi dilanjutkan
dengan radiasi dan
hormonal
 Stadium IV Dilakukan
kemoterapi dilanjutkan
dengan radiasi dan
hormonal
 Stadium lanjut Setelah
diobati harapan hidup
klien paling lama 4 tahun.

Hubungan angiogenesis dengan pertumbuhan tumor

Faktor angiogenesis tumor adalah bahan yang disekresikan oleh sel tumor yang
merangsang pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru. Untuk hidup, semua
sel memerlukan suplai darah yang adekuat untuk memberi mereka oksigen dan
makanan dan untuk membuang zat-zat sisa. Sekali sel tumor mencapai ukuran
tertentu (diameter sekitar 1-2 mm), maka suplai darah semula tidak mencukupi
sehingga pembuluh-pembuluh darah baru harus dirangsang pertumbuhannya agar
tumor tersebut dapat tumbuh lebih lanjut. Pengukuran faktor angiogenesis tumor
di darah atau urine memungkinkan diagnosis dini beberapa kanker. Eksperimen
terakhir memperlihatkan bahwa tanpa angiogenesis tumor segera menyusut dan
terkadang menghilang. Untuk itu maka sangat erat hubungannya angiogenesis
dengan pertumbuhan tumor.

V. Apakah perbedaan ciri-ciri nevus jinak dan melanoma maligna?

ciri - ciri Nevi Jinak:

1. bentuk teratur, bulat, oval atau polipoid

2. batas tegas

3. satu warna saja yaitu coklat


4. diameter < 6 mm

5. ukuran tidak berubah

Ciri- ciri Melanoma Malignan:

1. bentuk tidak beraturan

2. mempunyai batas yang tidak rata, kadang bergerigi dan timbul tonjolan
ditengahnya

3. beraneka warna yakni coklat, hitam, merah, biru dan putih

4. diameter > 6 mm

5. berkembang dan ukuran berubah dengan cepat

gambar nevus jinak

gambar melanoma malignan

DAFTAR PUSTAKA

dr. Tambayong Jan. 1999. Patofisiologis Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Bullock, B.A.(1994).Pathophysiology : Adaptation & alteration function.


Philadelphia : JB. Lippincott.
Coleman B william. 2009.Molecular Pathology. UK: Elsevier Inc.

Corwin. E.J. (2007).Buku saku patofisiologi.Jakarta : EGC

Emily Tapp. Melanoma Foundation. Inc. The ABCDE's of Skin Cancer diunduh
pada www. emilysfoundation.org.au

Giddens & Wilson.(2009). Health Assessment for Nursing Practice. (4th Ed).
Canada: Mosby Elseiver

Ganong, F.(1997). Fisiologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC.

J Crown, Elisabeth.2009.Buku Saku Patologi. Jakarta : EGC

Porth, C.Mattson & Matfin, Glenn.(2009).Pathophysiology: Concepts of Health


Altered Health States. (8th Ed). North America: Lippincott Williams &
Wilkins

Price, A., Sylvia.(2006). Patofisiologi : Clinical Concepts Of Disease


Processes. Eds 6. Jakarta: EGC

Pringgoutomo, S., dkk. (2006). Buku Ajar Patologi 1. Edisi 2.


Jakarta:Sagung Seto

Kumar, Cotran, dan Robbins. (2007). Patologi. Volume 1. Edisi 7.


EGC:Jakarta

Sudjono, J, Kurniadhi, B, Hendrawan, A, dan Djimantoro, B. (2003).


Ilmu Patologi. EGC:Jakarta

Shier,D.,Butler, J.,Lewis,R. (2000). Essential of Human Anatomy and


Physiology.7th ed. Boston: The Mc Graw - Hill Compaby

Vincent, et.all (2008). Cancer: princples & practice of onkology. USA: Lippincott

http://repository.usu.ac.id16MAret2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27466/3/Chapter%20II.pdf 17
Maret 2014
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-fatimahg2a-5306-3-
bab2.pdf diakses tanggal 19 maret 2014
https://www.breastcancercare.org.uk/breast-cancer.../fibroadenoma diakses
tanggal 17 maret 2014
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/bukusaku_kanker.pdf diakses
tanggal 17 maret 2014
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312056/bab2.pdf diakses
tanggal 17 maret 2014

Anda mungkin juga menyukai