Definisi
Tumor atau Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami
proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal,
namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi
tertentu yaitu sel neoplastik tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan
kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tergantung pada pengawasan homeostasis
sebagian besar sel tubuh lainnya (Brunner & Suddart)
Tumor adalah benjolan jinak, secara mikroskopis dan makroskopik benjolan tidak
menyerang jaringan di sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak dapat dihentikan memalui
prosedur operasi lokal sehinggga pasien dapat bertahan hidup. Tumor jaringan lunak
adalah tumor yang di klasifikasikan berdasarkan jaringan berasal dari lemak,
neurovaskular, dan masih banyak lagi. Beberapa tumor jaringan lunak memiliki derivasi
yang tidak diketahui (Kumar, 2015).
B. Etiologi
Neoplasma jinak yang diketahui disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Paparan radiasi dan racun lingkungan lainnya
2. Diet yang buruk
3. Genetika atau mutasi genetic
4. Stres
5. Infeksi
6. Cedera
7. Trauma
Pertumbuhan neoplasma jinak sebenarnya dipicu oleh proliferasi sel, migrasi sel, atau
sel mati. Terlepas dari penyebabnya, perilaku sel dan pertumbuhan jaringan abnormal
adalah tanda bahwa terdapat masalah dengan gen-gen tertentu, terutama gen penekan
tumor. Berikut ini adalah penyebab genetik yang telah dikaitkan dengan pertumbuhan
tumor jinak:
1. Sindrom PTEN hamartoma atau gangguan hamartoma melibatkan PTEN atau gen
penekan tumor
2. Adenomatosa poliposis familial atau mutasi yang melibatkan gen penekan tumor APC
3. Penyakit Von Hippel-Lindau atau kondisi turunan yang menyebabkan mutasi yang
melibatkan gen tumor penekan Von Hippel-Lindau
4. Sklerosis tuberosa kompleks atau mutasi yang melibatkan gen TSC1 dan TSC2 yang
bertanggungjawab untuk menghasilkan protein hamartin dan tuberin yang dapat
menyebabkan produksi protein berlebihan yang menyebabkan pertumbuhan sel
abnormal.
C. Patofisiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel. Sebuah penimbunan mutasi
dibutuhkan untuk tumor dapat muncul. Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan
gen penahan tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Sel memiliki mekanisme yang
memperbaiki DNA dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel untuk menghancurkan
dirinya melalui apoptosis bila DNA rusak terlalu parah. Mutasi yang menahan gen untuk
mekanisme ini dapat juga menyebabkan kanker. Sebuah mutasi dalam satu oncogen atau
satu gen penahan tumor biasanya tidak cukup menyebabkan terjadinya tumor. Sebuah
kombinasi dari sejumlah mutasi dibutuhkan. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme
tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
D. Manifestasi Klinis
Neoplasma jinak dapat memiliki perilaku yang sangat beragam. Meskipun umumnya
asimtomatik, neoplasma jinak juga dapat menyebabkan beberapa gejala tergantung daerah
kemunculannya, jaringan asalnya dan penyebabnya.
1. Jaringan terkompres
2. Organ terkompres
3. Saluran terboklir
4. Iskemia atau berkurangnya aliran darah
5. Kerusakan saraf
6. Kematian jaringan atau nekrosis
7. Produks hormon abnormal
Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala, diantaranya:
1. nyeri saraf
2. sesak napas
3. pusing
4. pendarahan abnormal
5. kejang
6. terganggunya fungsi tubuh
E. Jenis – jenis
Berdasarkan jaringan asal (origin), tumor dapat dibagi menjadi:
1. Tumor epithelial
a. squamous epithelium: squamous cell papilloma, squamous cell carcinoma
b. transitional epithelium: transitional cell papilloma, transitional cell carcinoma
c. basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma
d. glandular epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma
e. tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal cell carcinoma (Grawitz
tumor)
f. hepatosit: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcinoma
g. bile ducts epithelium: cholangiocellular adenoma, cholangiocellular carcinoma
h. melanosit: melanocytic nevus, malignant melanoma
2. Tumor asal mesenchymal:
a. tissue berhubungan: fibroma, fibrosarcoma, myxoma, myxosarcoma, chondroma,
chondrosarcoma, osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma), lipoma,
liposarcoma
b. otot: leiomyoma, leiomyosarcoma, rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma
c. endothelium: hemangioma (capillary h., cavernous h.), glomus tumor,
hemangiosarcoma, Kaposi sarcoma, lymphangioma, lymphangiosarcoma
3. Tumor sel darah:
a. hematopoietic cells: leukemia
b. lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin lymphoma
4. Tumor sel germ
teratoma (mature teratoma, immature teratoma) Tumor epithelial dianggap
ganas bila dia menembus basal lamina dan dianggap jinak bila tidak.
F. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi tumor yaitu grading dan staging
1. Grading, klasifikasi tumor berdasarkan gambaran jaringan pada mikroskop, yaitu dari
hasil biopsy (gambaran histopatologik). Di sini dinilai tingkat anaplastik atau
differensiasi sel-sel kanker, semakin kacau gambaran sel (semakin anaplastik)
semakin tinggi derajatnya dan berarti semakin ganas kanker tersebut.
2. Staging didapatkan dari pemeriksaan klinis-penunjang, dan umumnya derajatnya
dinilai berdasarkan ukuran besar tumor induk, sudah menyebar ke kelenjar limfe atau
belum serta sudah bermetastasis atau belum. Yang lebih bermakna dalam terapi
adalah klasifikasi berdasarkan staging ini. Semakin tinggi staging, misalnya kanker
yang sudah bermetastasis, maka pengobatan akan menemukan jalan buntu dan
harapan hidup berkurang.
G. Pemriksaan penunjang
1. Plain X-Ray Plain X-Ray dapat digunakan untuk pencitraan massa, tetapi masih
kurang detail dan hanya dapat melihat bentuk kasarnya (sarcoma, 2016).
2. PET ( Positron Emission Tomography) Teknik pencitraan ini digunakan untuk
mengamati pencitraan metabolik (Zhang et al., 2018).
3. Ultrasonography Ultrasonografi (USG) berguna dalam membedakan cystic dari massa
padat. HF-USG (High frequency ultrasonography) ≥ 20 MHz dapat membantu
merencanakan perawatan dan apabila dilakukan 13 sebelum terapi photodynamic
maka dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas kekambuhan lokal setelah
perawatan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan korelasi tinggi antara pengukuran
ultrasonik dan histologis ketebalan tumor (Zhang et al., 2018).
4. CT-Scan ( Computed tomography scans) CT-Scan digunakan dalam kasus sarkoma
tulang dan jaringan lunak untuk memberikan keuntungan dalam pertumbuhan tumor
awal, pemeringkatan tumor, penilaian terapi, dan deteksi kekambuhan tumor (Zhang
et al., 2018).
5. MRI ( Magnetic resonance imaging scans ) MRI memberikan akurasi yang lebih besar
daripada prosedur pencitraan yang lain. MRI dapat digunakan sebagai prosedur
pencitraan dalam pertumbuhan dan evaluasi respon terapeutik pada tumor jaringan
lunak (Zhang et al., 2018).
H. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor ada berbagai macam, secara umum merupakan kombinasi antara
operasi, radiasi dan kimia (kemoterapi). Tumor jinak jika mengganggu dan
memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat. Dan selanjutnya kekambuhan jarang
terjadi. Tumor jinak tidak memerlukan terapi radiasi maupun kemoterapi. Berbeda
dengan tumor jinak, hanya kanker stadium sangat awal saja yang dapat diterapi dengan
operasi semata, selebihnya biasanya diterapi kombinasi antar ketiga macam jenis terapi di
atas. DNA microarray dapat digunakan untuk menentukan apakah oncogene atau gen
penahan tumor telah termutasi. Di masa depan kemungkinan tumor dapat dirawat lebih
baik dengan menggunakan DNA microarray untuk menentukan karakteristik terperinci
dari tumor.
I. Phatway
Neoplasma
stres
kakeksia Menekan Perut Difungsi ginjal
jaringan membesar
Resiko Asidosis
BB Status gizi kekurangan dan
lemah
buruk volume cairan alkolosis
Gangguan Gangguan
hati lambung
Intoleransi
aktivitas Gangguan Muntah
metabolisme muntah
Perubahan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh
J. Konsep Asuan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
B. Riwayat kesehatan
2. Riwayat penyakit sekarang, yaitu tanda dan gejala yang menyertai keluhan
utama.
3. Riwayat penyakit dahulu, yaitu apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya atau yang menjadi faktor risiko seperti pernah terpapar
1. Pola persepsi
3. Pola eliminasi
terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-
6. Kognitif persepsi
Keluhan pening hilang timbul, sakit kepala, pingsan. Temuan fisik, status
8. Peran hubungan
9. Seksualitas
Waktu peraatan yang lama, perjalanan penyakit kronik, tidak berdaya karena
D. Pemeriksaan fisik
c. Tanda-tanda vital
3) Pernapasan (RR)
4) Suhu (S)
d. Berat badan : pasien biasanya akan mengalami penuruan BB Kepala dan leher
4) Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada sumbatan, serta
5) Mulut :
dada, kaji kedalaman dan juga suara nafas atau adanya kelainan suara
f. Abdomen
g. Integumen
h. Sirkulasi
disritmia.
(infeksi).
otot.
2. Diagnosa Keperawatan
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial. Diagnosa
saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi.
gelisah
untuk mencerna yang dirasakan/aktual, Berat badan 20% atau lebih dibawah berat
badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh, penurunan lemak subkutan/massa otot,
e. Keletihan
imunosupresi misal, supresi sumsum tulang (efek samping pembatasan dosis baik
Kebutuhan Pengobatan
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan langkah awal dalam menentukan apa yang akan dilakukan
untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi masalah keperawatan yang
Brunner & Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8.Penerbit
RGC:Jakarta