Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi

Neoplasma adalah pertumbuhan abnormal, tetapi bukan kanker yang mungkin terjadi


di berbagai bagian tubuh. Kata “neoplasma” berasal dari kata Yunani “neo”, yang berarti
baru, dan “plasma”, yang berarti “pembentukan atau penciptaan”, dengan demikian
berkaitan dengan pertumbuhan abnormal jaringan baru. Neoplasma lebih sering disebut
sebagai tumor, namun karena diklasifikasikan bersifat jinak, neoplasma tidak
menyebabkan kanker, seperti tumor pra-kanker atau ganas. Neoplasma atau tumor juga
dikenal dengan nama “nodul” atau “massa”, tergantung pada ukurannya. Nodul adalah
neoplasma yang berukuran kurang dari 20 mm, sedangkan massa setidaknya berukuran
20 mm. (Taylor, Elizabeth, 2000)

Tumor atau Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami
proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal,
namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi
tertentu yaitu sel neoplastik tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan
kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tergantung pada pengawasan homeostasis
sebagian besar sel tubuh lainnya (Brunner & Suddart)

Tumor adalah benjolan jinak, secara mikroskopis dan makroskopik benjolan tidak
menyerang jaringan di sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak dapat dihentikan memalui
prosedur operasi lokal sehinggga pasien dapat bertahan hidup. Tumor jaringan lunak
adalah tumor yang di klasifikasikan berdasarkan jaringan berasal dari lemak,
neurovaskular, dan masih banyak lagi. Beberapa tumor jaringan lunak memiliki derivasi
yang tidak diketahui (Kumar, 2015).

Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses


pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi, atau dikenal dengan istilah
neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan atau pembelahan, jadi neoplasia
mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di
sekitarnya yang normal. Tipe tumor berdasarkan pertumbuhannya dapat dibedakan
menjadi tumor ganas (malignant tumor) dan tumor jinak (benign tumor). Terdapat
perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor (Edwyn sale, 2016)
Tidak seperti tumor ganas, tumor jinak tumbuh lebih lambat dan tidak diketahui dapat
bermetastasis atau menyebar ke jaringan di sekitarnya. Ketika terbentuk, tumor ini
membawa karakteristik dari jaringan asalnya dan dapat terbentuk sendiri atau
berkelompok. Karena tidak berbahaya bagi kehidupan penderitanya, sering kali tumor ini
tidak memerlukan pengobatan segera, tetapi masih harus dipantau karena terkadang dapat
tumbuh cukup besar dan menyebabkan masalah bagi fungsi tubuh. Dua bahaya utama
yang harus diperhatikan ketika tumor jinak muncul adalah ketika neoplasia berkembang
menjadi massa dan ketika tumbuh pada daerah kecil tubuh di mana tumor dapat
menyebabkan obstruksi. Dalam kasus tersebut, tumor jinak juga mungkin mengancam
jiwa sehingga pengobatan mungkin diperlukan

B. Etiologi
Neoplasma jinak yang diketahui disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1. Paparan radiasi dan racun lingkungan lainnya
2. Diet yang buruk
3. Genetika atau mutasi genetic
4. Stres
5. Infeksi
6. Cedera
7. Trauma

Pertumbuhan neoplasma jinak sebenarnya dipicu oleh proliferasi sel, migrasi sel, atau
sel mati. Terlepas dari penyebabnya, perilaku sel dan pertumbuhan jaringan abnormal
adalah tanda bahwa terdapat masalah dengan gen-gen tertentu, terutama gen penekan
tumor. Berikut ini adalah penyebab genetik yang telah dikaitkan dengan pertumbuhan
tumor jinak:

1. Sindrom PTEN hamartoma atau gangguan hamartoma melibatkan PTEN atau gen
penekan tumor
2. Adenomatosa poliposis familial atau mutasi yang melibatkan gen penekan tumor APC
3. Penyakit Von Hippel-Lindau atau kondisi turunan yang menyebabkan mutasi yang
melibatkan gen tumor penekan Von Hippel-Lindau
4. Sklerosis tuberosa kompleks atau mutasi yang melibatkan gen TSC1 dan TSC2 yang
bertanggungjawab untuk menghasilkan protein hamartin dan tuberin yang dapat
menyebabkan produksi protein berlebihan yang menyebabkan pertumbuhan sel
abnormal.

C. Patofisiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel. Sebuah penimbunan mutasi
dibutuhkan untuk tumor dapat muncul. Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan
gen penahan tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Sel memiliki mekanisme yang
memperbaiki DNA dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel untuk menghancurkan
dirinya melalui apoptosis bila DNA rusak terlalu parah. Mutasi yang menahan gen untuk
mekanisme ini dapat juga menyebabkan kanker. Sebuah mutasi dalam satu oncogen atau
satu gen penahan tumor biasanya tidak cukup menyebabkan terjadinya tumor. Sebuah
kombinasi dari sejumlah mutasi dibutuhkan. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta
fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme
tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.

D. Manifestasi Klinis
Neoplasma jinak dapat memiliki perilaku yang sangat beragam. Meskipun umumnya
asimtomatik, neoplasma jinak juga dapat menyebabkan beberapa gejala tergantung daerah
kemunculannya, jaringan asalnya dan penyebabnya.
1. Jaringan terkompres
2. Organ terkompres
3. Saluran terboklir
4. Iskemia atau berkurangnya aliran darah
5. Kerusakan saraf
6. Kematian jaringan atau nekrosis
7. Produks hormon abnormal
Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala, diantaranya:
1. nyeri saraf
2. sesak napas
3. pusing
4. pendarahan abnormal
5. kejang
6. terganggunya fungsi tubuh

E. Jenis – jenis
Berdasarkan jaringan asal (origin), tumor dapat dibagi menjadi:
1. Tumor epithelial
a. squamous epithelium: squamous cell papilloma, squamous cell carcinoma
b. transitional epithelium: transitional cell papilloma, transitional cell carcinoma
c. basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma
d. glandular epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma
e. tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal cell carcinoma (Grawitz
tumor)
f. hepatosit: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcinoma
g. bile ducts epithelium: cholangiocellular adenoma, cholangiocellular carcinoma
h. melanosit: melanocytic nevus, malignant melanoma
2. Tumor asal mesenchymal:
a. tissue berhubungan: fibroma, fibrosarcoma, myxoma, myxosarcoma, chondroma,
chondrosarcoma, osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma), lipoma,
liposarcoma
b. otot: leiomyoma, leiomyosarcoma, rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma
c. endothelium: hemangioma (capillary h., cavernous h.), glomus tumor,
hemangiosarcoma, Kaposi sarcoma, lymphangioma, lymphangiosarcoma
3. Tumor sel darah:
a. hematopoietic cells: leukemia
b. lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin lymphoma
4. Tumor sel germ
teratoma (mature teratoma, immature teratoma) Tumor epithelial dianggap
ganas bila dia menembus basal lamina dan dianggap jinak bila tidak.

F. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi tumor yaitu grading dan staging
1. Grading, klasifikasi tumor berdasarkan gambaran jaringan pada mikroskop, yaitu dari
hasil biopsy (gambaran histopatologik). Di sini dinilai tingkat anaplastik atau
differensiasi sel-sel kanker, semakin kacau gambaran sel (semakin anaplastik)
semakin tinggi derajatnya dan berarti semakin ganas kanker tersebut.
2. Staging didapatkan dari pemeriksaan klinis-penunjang, dan umumnya derajatnya
dinilai berdasarkan ukuran besar tumor induk, sudah menyebar ke kelenjar limfe atau
belum serta sudah bermetastasis atau belum. Yang lebih bermakna dalam terapi
adalah klasifikasi berdasarkan staging ini. Semakin tinggi staging, misalnya kanker
yang sudah bermetastasis, maka pengobatan akan menemukan jalan buntu dan
harapan hidup berkurang.

G. Pemriksaan penunjang
1. Plain X-Ray Plain X-Ray dapat digunakan untuk pencitraan massa, tetapi masih
kurang detail dan hanya dapat melihat bentuk kasarnya (sarcoma, 2016).
2. PET ( Positron Emission Tomography) Teknik pencitraan ini digunakan untuk
mengamati pencitraan metabolik (Zhang et al., 2018).
3. Ultrasonography Ultrasonografi (USG) berguna dalam membedakan cystic dari massa
padat. HF-USG (High frequency ultrasonography) ≥ 20 MHz dapat membantu
merencanakan perawatan dan apabila dilakukan 13 sebelum terapi photodynamic
maka dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas kekambuhan lokal setelah
perawatan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan korelasi tinggi antara pengukuran
ultrasonik dan histologis ketebalan tumor (Zhang et al., 2018).
4. CT-Scan ( Computed tomography scans) CT-Scan digunakan dalam kasus sarkoma
tulang dan jaringan lunak untuk memberikan keuntungan dalam pertumbuhan tumor
awal, pemeringkatan tumor, penilaian terapi, dan deteksi kekambuhan tumor (Zhang
et al., 2018).
5. MRI ( Magnetic resonance imaging scans ) MRI memberikan akurasi yang lebih besar
daripada prosedur pencitraan yang lain. MRI dapat digunakan sebagai prosedur
pencitraan dalam pertumbuhan dan evaluasi respon terapeutik pada tumor jaringan
lunak (Zhang et al., 2018).

H. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor ada berbagai macam, secara umum merupakan kombinasi antara
operasi, radiasi dan kimia (kemoterapi). Tumor jinak jika mengganggu dan
memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat. Dan selanjutnya kekambuhan jarang
terjadi. Tumor jinak tidak memerlukan terapi radiasi maupun kemoterapi. Berbeda
dengan tumor jinak, hanya kanker stadium sangat awal saja yang dapat diterapi dengan
operasi semata, selebihnya biasanya diterapi kombinasi antar ketiga macam jenis terapi di
atas. DNA microarray dapat digunakan untuk menentukan apakah oncogene atau gen
penahan tumor telah termutasi. Di masa depan kemungkinan tumor dapat dirawat lebih
baik dengan menggunakan DNA microarray untuk menentukan karakteristik terperinci
dari tumor.
I. Phatway

Neoplasma

depresi hemihiperitropi Gaguan ginjal

stres
kakeksia Menekan Perut Difungsi ginjal
jaringan membesar

Kekurangan Gangguan Kelebihan Gangguan Gangguan


nutrisi nyeri organ volume gomerulus asam basa
abdomen cairan

Resiko Asidosis
BB Status gizi kekurangan dan
lemah
buruk volume cairan alkolosis
Gangguan Gangguan
hati lambung
Intoleransi
aktivitas Gangguan Muntah
metabolisme muntah

Perubahan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh
J. Konsep Asuan Keperawatan
1. Pengkajian

Pengkajian merupakanpengumpulan informasi subjektif dan objektif (mis: tanda-

tanda vital, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik dan peninjauan informasi

riwayat pasien pada rekam medic (NANDA, 2018).

A. Identitas Klien

Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, status

perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

B. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama, biasanya ditemukan jantung berdebar-debar, kelemahan,

sesak napas, ataupun penurunan kesadaran.

2. Riwayat penyakit sekarang, yaitu tanda dan gejala yang menyertai keluhan

utama.

3. Riwayat penyakit dahulu, yaitu apakah klien pernah menderita penyakit yang

sama sebelumnya atau yang menjadi faktor risiko seperti pernah terpapar

radiasi ataupun gaya hidup

4. Riwayat penyakit keluarga, yaitu apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama sebelumnya.

C. Pengkajian Pola Sehari – hari

1. Pola persepsi

Persepsi pasien ini biasanya akan mengarah pada pemikiran negative

terhadap dirinya yang cenderung tidak patuh berobat dan perawatan.

2. Pola nutrisi metabolik

Kurangnya nafsu makan, BB menurun dan mudah lelah, Keadaan tersebut

dapat menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang

mempengaruhi status kesehatan.

3. Pola eliminasi

Adanya perubaan eliminasi fekal

4. Pola aktivitas dan latihan

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan

tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai

terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-

hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

5. Pola tidur dan istirahat

Nyeri pada neoplasma sehingga klien mengalami kesulitan tidur.

6. Kognitif persepsi

Keluhan pening hilang timbul, sakit kepala, pingsan. Temuan fisik, status

mental disorientasi, confusion, kehilangan memori, perubahan pola bicara.

7. Persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri.

8. Peran hubungan

Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan

(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah

tentang fungsi/tanggung jawab peran.

9. Seksualitas

Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat

kepuasan, Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, Mulgravida, pasangan

seks multipel, aktivitas seksual dini, Herpes genital.

10. Koping toleransi

Waktu peraatan yang lama, perjalanan penyakit kronik, tidak berdaya karena

ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif seperti marah,

cemas,mudah tersinggung, dapat mengakibatkan penderita kurang mampu

menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.

11. Nilai keprercayaan

Perubahan status kesehatan, turunnya fungsi tubuh penderita dalam

melakukan ibadah seingga mempengaruhi pola ibadahnya.

D. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang sering muncul

adalah kelemahan fisik.

b. Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma

c. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah (TD)


2) Nadi (N)

3) Pernapasan (RR)

4) Suhu (S)

d. Berat badan : pasien biasanya akan mengalami penuruan BB Kepala dan leher

1) Wajah : kaji simetris dan ekspresi wajah

2) Mata : kaji lapang pandang klien

3) Telinga : pengkajian adakah gangguan pendengaran, apakah telinga

kadang-kadang berdenging, dan tes ketajaman pendengaran dengan

garputala atau bisikan.

4) Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada sumbatan, serta

peningkatan pernapasan cuping hidung (PCH).

5) Mulut :

a. Bibir : sianosis (apabila mengalami asidosis atau penurunan perfusi

jaringan pada stadium lanjut).

b. Mukosa : kering, jika dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis osmosis.

c. Pemeriksaan gusi mudah bengkak dan berdarah, gigi mudah goyah.

6) Leher : pada inspeksi jarak tampak distensi vena jugularis, pembesaran

kelenjar limfe dapat muncul apabila ada infeksi sistemik

e. Thorax dan paru-paru

1. Inspeksi : bentuk dada simetris atau asimetris, irama pernapasan, nyeri

dada, kaji kedalaman dan juga suara nafas atau adanya kelainan suara

nafas, tambahan atau adanya penggunaan otot bantu pernapasan.

2. Palpasi : lihat adnya nyeri tekan atau adanya massa.

3. Perkusi : rasakan suara paru sonor atau hipersonor.

4. Auskultasi : dengarkan suara paru vesikuler atau bronkovesikuler.

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum

purulent (tergantung adanya infeksi atau tidak)

Tanda : frekuensi pernapasan meningkat dan batuk

f. Abdomen

1) Inspeksi : amati bentuk abdomen simetris atau asimetris.

2) Auskultasi : dengarkan apakah bising usus meningkat.

3) Perkusi : dengarkan thympany atau hiperthympany.


4) Palpasi : rasakan adanya massa atau adanya nyeri tekan.

g. Integumen

1) Kulit : biasanya kulit kering atau bersisik

2) Warna : tampak warna kehitaman disekitar luka karena adanya gangren,

daerah yang sering terpapar yaitu ekstremitas bagian bawah.

3) Turgor : menurun karena adanya dehidrasi

4) Kuku : sianosis, kuku biasanya berwarna pucat

5) Rambut : sering terjadi kerontokan karena nutrisi yang kurang.

h. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada

ektremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhan lama.

Tanda : adanya takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,

disritmia.

i. Genetalia : adanya perubahan pada proses berkemih, atau poliuria, nokturia,

rasanyeri seperti terbakarpada bagian organ genetalia, kesulitan berkemih

(infeksi).

j. Neurosensori : terjadi pusing, pening, sakit kepala, kesemutan, kebas pada

otot.

Tanda : disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi untuk mencapai hasil

yang menjadi tanggung gugat perawat (NANDA, 2018). Diagnosa keperawatan

pasien neoplasma diantaranya:

a. Ketakutan/Ansietas (Uraikan Tingkatan)

Dapat dihubungkan dengan : Krisis situasi (kanker), ancaman/perubahan pada

status kesehatan/sosioekonomik, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian,

perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan

interpersonal. Kemungkinan dibuktikan oleh : Peningkatan ketegangan, gemetar,

ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian

hidup, stimulasi simpatis, keluhan somatik.


b. Nyeri, (Akut)

Dapat dihubungkan dengan : Proses penyakit (kompresi/destruksi jantung

saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, memfokuskan pada diri

sendiri/pnyempitan fokus, distraksi/perilaku berhati-hati, respons autonomik,

gelisah

c. Nutrisi, Perubahan: Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Dapat dihubungkan dengan : Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker,

konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, misal anoreksia, iritasi lambung,

penyimpangan rasa mual, distres emosional, keletihan, kontrol nyeri buruk.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Keluhan masukan makanan tidak adekuat,

perubahan sensasi pengecap, kehilangan minat pada makanan, ketidakmampuan

untuk mencerna yang dirasakan/aktual, Berat badan 20% atau lebih dibawah berat

badan ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh, penurunan lemak subkutan/massa otot,

sariawan, rongga mulut terinflamasi, diare dan/atau konstiasi, kram abdomen.

d. Kekurangan Volume Cairan, Risiko tinggi terhadap

Faktor risiko meliputi : Kehilangan berlebihan melalui rute normal dan/atau

abnormal (misal selang indwelling, luka), status hipermetabolik, kerusakan

masukan cairan. Kemungkinan dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan: adanya

tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

e. Keletihan

Dapat dihubungkan dengan : Penurunan produksi energi metabolik,

peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik), kebutuhan

psikologis/emosional berlebihan, perubahan kimia tubuh: efek samping obat-

obatan, kemoterapi. Kemungkinan dibuktikan oleh : Kekurangan energi yang

tidak terpenuhi berulang/berlebihan, ketidak mampuan untuk mempertahankan

rutinitas biasanya, penurunan kinerja, kerusakan kemampuan untuk

berkonsentrasi, letargi/gelisah, tidak berminat terhadap sekitarnya.

f. Infeksi, Risiko tinggi terhadap

Faktor risiko meliputi : Ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan

imunosupresi misal, supresi sumsum tulang (efek samping pembatasan dosis baik

kemoterapi dan radiasi), malnutrisi proses penyakit kronis, prosedur invasif.


Kemungkinan dibuktikan oleh : Tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda dan

gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

g. Integritas Kulit/Jaringan, Kerusakan, Risiko Tinggi

Faktor risiko meliputi : Efek radiasi dan kemoterapi, penurunan imunologis,

perubahan status nutrisi, anemia. Kemungkian dibuktikan oleh : Tidak dapat

diterapkan: adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual.

h. Kurang Pngetahuan (Kebutuhan Belajar), Mengenai Penyakit Prognosis dan

Kebutuhan Pengobatan

Dapat dihubungkan dengan : Kurang pemajanan/mengingat: kesalahan

interpretasi informasi, mitos, tdak megenal sumebr informasi, keterbatasan

kognitif. Kemungkinan dibuktikan oleh : Pernyataan /meminta informasi,

mengungkapkan masalah, pernyataan salah konsepsi, ketidakakuratan mengikuti

instruksi/terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi merupakan langkah awal dalam menentukan apa yang akan dilakukan

untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi masalah keperawatan yang

telah ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas

masalah keperawatan penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi

keperawatan. (Potter, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Brunner & Suddart, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8.Penerbit

RGC:Jakarta

Edwyn Saleh. 2016. Neoplasma,26 Januari 2022. Makalah

Herdman, T.Heather . (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014:

alih bahasa, Sumarwati M , Subekti N.B ; Jakarta; EGC

Juall,Lynda,Carpenito. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC

Marilynn E. Doenges.1999. Rencana Asuhan keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

Dan pendokumentasian Pasien, ed.3. Jakarta: EGC

Taylor, Elizabeth J. (2000). Dorland's Illustrated medical dictionary. edisi ke-29

Anda mungkin juga menyukai