Anda di halaman 1dari 24

TUGAS CYTOHISTOLOGI

KELAINAN PADA JARINGAN TUBUH (Epitel, Ikat, Saraf dan Otot)

Dosen Pembimbing :
Ari Kusuma, S.Si,. M.Biomed

Disusun oleh :
Nama : Sri Utami Yunita
NIM : P07134117048
Prodi : D-IV Analis Kesehatan
Kelas :A

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017/2018
KLASIFIKASI KERUSAKAN PADA JARINGAN

Jenis Kanker/Tumor/Neoplasma Jaringan


Kanker Mata Epitel, Saraf, Ikat
Kanker Penis Epitel
Neoplasia Otot, Ikat
Meningioma Spinal Saraf, Ikat, Otot

.
.
.
.
.
.
.
.

Berikut penjelasan leBih lengkap…


silahkan Baca seterusnya hingga selesai !!!
A. DEFINISI TUMOR, NEOPLASMA, DAN KANKER

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul di dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat
gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Pada waktu tertentu di dalam
tubuh, adakalanya proses pertumbuhan sel yang alamiah mengalami pertumbuhan yang
di luar kendali karena mekanisme yang belum diketahui. Pertumbuhan tersebut
terbentuk dengan tidak memiliki tujuan dan bukan atas perintah yang normal dari
dalam tubuh. Sel-sel tersebut membelah lebih cepat daripada sel normal dan tidak pada
jalur yang semestinya. Sel-sel yang membelah tersebut menumpuk dan membentuk
massa yang tidak terstruktur atau biasa disebut dengan tumor.
Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna yang sama dengan
tumorerminologeoplaemiliki arti “new growth atau pertumbuhan baru (neo=new;
plasm=protoplasma, atau material penting pada sel tumbuhan daeewan). Terminologi
tumor sebenarnya lebih umum diartikan sebagai “swelling” atau suatu
pembengkakan/pertumbuhan yang abnormal daripada istilah neoplasma. Pada
praktiknya, terminologi tumor dan neoplasma seringkali digunakan secara bergantian.
Ketika suatu kanker telah didiagnosis, neoplasma diartikan sebagai keadaan sel yang
ganas (malignant). Keganasan tersebut merujuk pada segala penyakit yang ditandai
dengan hiperplasia sel ganas, termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.
Sel-sel tumor sebenarnya terbentuk dari sel-sel tubuh itu sendiri yang dimulai
dengan pertumbuhan perlahan-lahan lalu membesar dan mendesak struktur jaringan di
sekitarnya, tetapi tidak menyebar ke bagian lain dalam tubuh. Kadang-kadang, sel yang
terbentuk cenderung terlokalisasi dalam suatu lapisan pelindung atau jaringan
pembungkus. Bentukan ini biasa disebut sebagai tumor yang memiliki sifat jinak
(tumor benigna; benign tumor).
Akan tetapi, adakalanya tumor tersebut terbentuk tidak diam di satu lokasi. Mereka
menyerang bagian tubuh lain di luar tempat asal selnya dan menyebar ke bagian tubuh
yang lain serta memulai pertumbuhan yang baru, kemudian memulai destruksi yang
baru. Terminologi sel yang seperti ini disebut sebagai tumor yang memiliki sifat ganas
atau biasa disebut dengan tumor ganas atau kanker (tumor maligna; malignant tumor).
Proses penyebaran sel tumor ganas atau sel kanker ini biasa disebut sebagai metastasis.
Metastasis sel kanker pada umumnya akan membunuh si penderitanya.
B. KARAKTERISTIK SEL KANKER

Menurut sifatnya, tumor atau neoplasma terbagi atas dua jenis, yaitu tumor jinak
dan tumor ganas atau yang biasa disebut kanker. Sel kanker mengalami pertumbuhan
secara infiltratif di mana sel tersebut menyebar ke jaringan sehat di sekitarnya serta
mengakar kuat ke jaringan dasarnya. Berbeda dengan sel kanker, pertumbuhan sel
tumor jinak tidak menyebar ke jaringan sehat di sekitarnya, tetapi hanya mendesak
jaringan sehat tersebut.

Secara seluler, sel kanker atau tumor memiliki dua komponen penyusun utama,
yaitu parenkim yang terdiri atas sel tumor yang berproliferasi dan stroma yang terdiri
atas jaringan ikat dan pembuluh.

Tabel 1.2 Karakteristik Umum Tumor Ganas (Sel Kanker) (Sumber: Characteristic of
Cancer Cells, 2014; http://sphweb. bumc. bu. edu)

SEL NORMAL SEL KANKER KARAKTERISTIK


ukuran sel lebih besar; inti besar dengan bentuk inti
bervariasi

terbagi menjadi banyak sel; susunan sel tidak beraturan

ukuran dan bentuk bervariasi

gambaran sel normal sudah hilang

parenkim berdiferensiasi terus-menerus, bahkan sudah mengalami perubahan-


perubahan dan tidak menyerupai sel asalnya lagi. Keadaan tersebut disuplai oleh sel-sel
stroma dengan memberikan nutrisi melalui pembuluh darah.

C. JENIS-JENIS KANKER MATA

a. Pendahuluan Tumor Dan Kanker Mata


Tumor, seperti diketahui dalam bab sebelumnya, memiliki pengertian suatu
jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor
penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali
normal atas pertumbuhannya. Menurut sifatnya, tumor dibagi menjadi dua jenis, yaitu
tumor jinak (benigna) dan ganas (maligna). Tumor ganas sering disebut kanker.

Tumor mata adalah tumor yang tumbuh di setiap bagian mata (struktur adneksa,
bola mata, dan orbita). Secara anatomi, mata tersusun atas dua bagian utama, yaitu
rongga orbita dan kelopak mata beserta kelenjar dan penyusunnya (seperttot matayaraf
mataaejair mata/adneksa).

Gambar 1.1 Anatomi Mata (Sumber: American Cancer Society, 2018. (https://www.
cancer.org/cancer/eye-cancer/about/what-is-eye-cancer.html))

Berdasarkan urutan dari luar ke dalam, susunan mata adalah kelopak mata,
konjungtiva, sklera, kornea, bilik mata depan (anterior chamber), iris dan badan silier,
lensa, bilik mata belakang (posterior chamber), retina,roid,n saraf optik (optic nerve).

b. Klasifikasi Serta Jenis-Jenis Tumor Dan Kanker Mata


Tumor mata bisa berasal dari semua jaringan, jaringan mata sendiri (primer), di
sekitar bola mata (sekunder), atau karena metastasis dari sinus, otak, rongga hidung,
atau penyebaran dari organ lain di seluruh tubuh. Menurut American Cancer Society
(2018). Tumor primer jaringan mata muncul dari sel-sel struktur orbita yang bervariasi,
di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Tumor Developmental: dermoid, epidermoid, lipodermoid, dan teratoma.


Dermoid sering muncul pada anak-anak, tetapi terdapat juga pada orang dewasa.
Tumor ini sering disebut kista karena bentukannya berupa kantong yang berisi
cairan atau bubur dalam golongan tumor nonneoplasma. Dermoid ini merupakan
teratoma jinak di mana struktur ektodermalnya dengan diferensiasi sempurna,
seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan hasil ekskresi glandula sebasea yang
berwarna putih kekuningan menyer upai lemak dan nampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen ektoderm dan mesoderm. Lokasi kista dermoid biasanya
berada di orbita superotemporal, tetapi dapat juga berada di tempat lain, yaitu di
daerah superonasal dan umumnya terletak subkutan. Karakteristik dermoid ini
halus dan secara mikroskopis, dermoid berbentuk padat bercampur dengan
komponen kista berisi materi seperti keju. Pada gambar histologis, dinding kista
terdiri dari epitel skuamosa berlapis dan kista berisi kelenjar keringat, folikel
rambut, serta kelenjar sebasea.
Epidermoid secara struktur sama dengan dermoid, tetapi berbeda dalam hal
komposisinya saja, yaitu tidak terdapat kelenjar-kelenjar, sedangkan teratoma
berbeda dengan dermoid strukturnya. Teratoma tidak hanya berisi jaringan
ektoderm saja, tetapi juga mesoderm. Biasanya, tumor ini berbentuk kista dengan
eksoftalmos yang luar biasa besarnya. Teratoma memiliki sifat tidak tentu karena
ada yang jinak, ganas, dan tidak menentu.
Selain itu, ada bentukan lain berupa tumor nonneoplasma yang sering muncul
di orbita, yaitu nevus. Nevus ini umumnya disebut nevus pigmentosus, yaitu suatu
tumor yang berwarna hitam atau hitam kecoklatan karena sel-sel melanosit yang
mengandung pigmen melanin. Biasanya, tumor jenis ini berbentuk nodus atau
plaque kecil dan sebagian besar tipe intradermal.
2. Tumor Vaskular: hemangioma dan limfangioma. Kedua jenis tumor ini jinak.
Hemangioma terdiri dari hemangioma kapiler (capillary hemangioma) dan
hemangioma cavernosa.
3. Tumor Jaringan Adiposa: liposarcoma
4. Tumor Jaringan: fibroma, fibrokarsinoma, dan fibromatosis.
5. Tumor Osseous dan Cartilage: osteoma, kondroma, osteoblastoma, sarkoma
osteogenik, displasia fibrous dari tulang, dan Ew’sma .
6. Tumor Myomatous: Rabdomyoma, leomyoma, dan Rabdomio-sarkoma.
7. Tumor Saraf Optik: glioma dan meningioma. Glioma dan maningioma ini berasal
dari saraf optik, sedangkan tumor saraf perifer yang sering muncul adalah
neurilemmoma dan neurofibroma.
8. Tumor Kelenjar Lakrimal: benign mixed tumor, malignant mixed tumor, dan
tumor limfoid.
9. Tumor Jaringan Limfositik: limfoma benigna dan maligna.
Pemeriksaan patologis pada tumor berfungsi untuk mengetahui jenis, sifat, dan
karakteristik tumor guna menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium untuk
tumor pada umumnya terdiri atas tiga pemeriksaan rutin, yaitu hematologi, urinalisis,
dan feses. Pada kanker atau tumor mata, tindakan yang paling sering dilakukan adalah
uji darah lengkap atau hematologi. Laju endap darah, alkali fosfatase, laktat
dehidrogenase, dan lain-lain merupakan parameter yang termasuk dalam pemeriksaan
rutin pasien tumor.
Pemeriksaan histopatologi menggunakan bahan utama, yaitu jaringan untuk
pemeriksaan. Pengambilan jaringan biasa disebut biopsi. Biopsi memiliki berbagai
jenis, tergantung dari lokasi dan jenis tumor. Jenis-jenis biopsi di antaranya adalah
biopsi jepit untuk tumor di kulit atau mukosa, biopsi insisi pada jaringan tumor padat
yang telah diekstraksi, biopsi eksisi untuk tumor kecil permukaan, biopsi aspirasi jarum
(Fine needle asation psy (FNAB)) , dan biopsi kerok pada tumor permukaan. Pada
tumor atau kanker mata biasanya menggunakan biopsi insisi, eksisi, dan aspirasi jarum.
Khusus melanoma maligna yang akan menjadi metastasis apabila dilakukan biopsi,
harus dilakukan eksisi secara utuh dan luas sekaligus.
Teknik diagnostik sitologi memiliki tahapan prinsip, yaitu mengambil sel dari
jaringan tumor kemudian dibuat pulasan dan diwarnai (PAS atau HE) lalu diperiksa
morfologinya. Periodic Acid-Schiff (PAS) adalah metode pewarnaan yang digunakan
untuk mendeteksi adanya polisakarida, seperti

Gambar 1.2 Gambaran histopatologi karsinoma konjungtiva mukoepidermoid. A:


Pewarnaan HE; B: Pewarnaan PAS + Alcian Blue. (K: keratinisasi; Panah: gambaran
musin; pembesaran 200x) (Sumber: Jastrzebski et al., 2012)

Glikogen dan substansi mukus, seperti glikoprotein, glikolipid, dan musin pada
jaringan. Polisakarida dan mukus tersebut akan terwarnai magenta dengan inti sel
berwarna biru. Pewarnaan ini dapat dikombinasikan dengan enzim diastase yang
berfungsi memecah glikogen. Beberapa tumor yang dapat terwarnai dengan pewarnaan
ini adalah adenokarsinoma yang menyekresi musin normal dan jenis tumor sarkoma.
Selanjutnya, pewarnaan Haematoxylin-Eosin (HE) merupakan jenis pewarnaan
yang banyak dipakai serta menjadi gold standard dalam penentuan diagnosis melalui
sitologi dan histopatologi. Pewarnaan ini merupakan kombinasi haematoxylin yang
berwarna biru violet dan eosin yang berwarna merah. Haematoxylin bersifat basa dan
akan mewarnai substansi sel yang bersifat asam, seperti inti sel. Oleh karena itu, inti sel
pada pewaranaan HE akan terwarnai biru. Berkebalikan dengan haematoxylin, eosin
bersifat asam dan akan mewarnai substansi sel yang bersifat basa, seperti substansi
asam amino atau protein sel, yaitu filamen-filamen sitoplasmik, sel otot, membran
intersel, dan serabut ekstraseluler yang terwarnai pink.

Salah satu teknik pewarnaan yang merupakan teknik paling maju dalam bidang
diagnosis tumor adalah pewarnaan Imunohistokimia (IHC). Prinsip IHC adalah reaksi
antara antigen dan antibodi. Dengan menggunakan antibodi mono atau poliklonal yang
sudah diketahui bereaksi dengan antigen target dalam jaringan yang akan diperiksa, hal
tersebut akan bereaksi membentuk kompleks antigen-antibodi dan menampilkannya
dengan warna. Beberapa teknik IHC yang umum dipakai adalah teknik ABC(Avidin-
Biotin Complex); 2) LSAB (Labelled StreptAvidin Biotin); dan 3) teknik dua tahap
EnVision. Pemanfaatan teknik IHC ini dapat membantu memperkirakan sifat tumor
guna penentuan diagnosis dan terapi, khususnya pada tumor mata, misalnya
pemeriksaan terhadap ekspresi berbagai onkogen, supresor onkogen, gen resisten obat
multipel, dan gen reseptor hormon. Pewarnaan teknik ini juga memiliki berbagai
macam jenis antibodi spesifikuntuk tumor marker tertentu.

Selain itu, teknik pemeriksaan yang lebih canggih dan maju saat ini adalah teknik
yang menggunakan teknologi biomolekuler, seperti rekombinasi DNA, cloning,
persilangan asam nukleat dan poly-chain reaction (PCR), DNA sekuensing, dan lain-
lain. Teknik-teknik ini dipakai dalam penelitian sel tumor dan genetika molekuler untuk
mendeteksi variasi kromosom dan gen

D. KANKER MATA YANG TERBANYAK


a. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal kelopak mata (Basal Cell Carcinoma CC) merupakan jenis tumor
eksternal yang tumbuh di bagian luar mata pada palpebra. Tumor ini merupakan jenis
tumor ganas yang berasal dari kulit. Karsinoma ini merupakan kanker yang paling
umum terjadi di seluruh dunia dengan predileksi terbesar terjadi di region kepala-
leher sebesar 80% dan 20% muncul di kelopak mata. Lebih dari 70% tumor ganas
epitel kulit merupakan karsinoma sel basal. Karsinoma sel basal umumnya tidak fatal,
tetapi jika tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama, fungsi dan penampakan kelopak
mata akan terganggu.
b. Manifestasi Klinis
Pada karsinoma sel basal, 50% bermanifest pada kelopak bawah, 30 % pada
kantus medial, 15 % pada kelopak atas, dan 5 % pada kantus lateral. Gambaran klinis
utama dari karsinoma sel basal dengan keganasan epidermal di antaranya adalah
adanya ulserasi, permukaan agak kasar, indurasi, batas
A B

Gambar 1.3 Karsinoma sel basal tipe nodular. (A: Klinis; B:Histopatologis)
(Sumber: Karsten et al., 2003 & Dutton et al., 2007)
tidak teratur, serta terdapat destruksi pada batas kelopak. Tumor ini jarang
bermetastasis dan menembus daerah bagian dalam karena terdapat fasia yang bertindak
sebagai barier. Lesi tumor tersebut kadang-kadang tidak nyeri saat ditekan. Selain itu,
biasanya muncul epifora, yaitu kecenderungan mata terus berair dan apabila terlalu
lama dibiarkan dapat muncul gejala penurunan visus. Karsinoma ini memiliki variasi
lesi benjolan yang muncul, di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Tipe Nodular. Tipe nodular ini memiliki permukaan yang licin dan berbatas
tegas. Bentukan nodulnya seperti mutiara dengan dilatasi pembuluh darah kecil.
Awalnya, pertumbuhan lambat, sekitar 1-2 tahun hingga tumor dapat mencapai
ukuran dengan diameter 0,5 cm. Tipe ini merupakan bentukan yang paling sering
muncul, yaitu sekitar 60-80% dari semua kasus karsinoma sel basal.
2) Tipe Nodul Ulseratif. Tipe nodul ini (ulkus rodent atau Jacobi Ulcer) memiliki
ulserasi sentral dengan bagian tepi seperti mutiara, terdapat pelebaran pembuluh
darah dan tidak teratur (telangiektasis) pada tepi lateral atas. Apabila dibiarkan,
nodul ini dapat mengikis sebagian besar kelopak mata. Secara histologis, terdapat
bentukan infiltrasi sel basaloid seperti sarang burung.
3) Tipe Morpheaform. Tipe ini sering disebut dengan tipe morphoeic atau tipe
sklerodermiform. Tipe ini merupakan tipe dengan adanya bentukan kista. Tipe
morpheaform merupakan bentuk histopatologis yang agresif. Bentukannya seperti
sarang dan kelompok sel tumor yang dikelilingi oleh stroma fibrosis yang tebal.
Bentuk ini muncul sebanyak 2-6% dari total kasus karsinoma sel basal.
4) Tipe Pigmentation. Tipe ini merupakan tipe dengan bentukan nodul, mikronodul,
multifokal, atau superfisial yang memiliki warna bervariasi dari cokelat gelap
atau hitam. Secara histologis, terdapat bentukan sarang sel basaloid yang penuh
dengan melanin dan melanofag serta terdapat infiltrasi sel-sel inflamasi.
Karsinoma sel basal ini memang jarang bermetastasis, namun telah ada sistem yang
sering digunakan untuk klasifikasi stadiumnya menurut American

A B

Gambar 1.4 Karsinoma sel basal tipe nodul ulseratif. (A: Klinis; B: Histopatologis)
(Sumber: Koleksi foto Poli Onkologi Satu Atap (POSA) Mata RSUD Dr. Soetomo
Surabaya & Dourmishev et al., 2013)
A B

Gambar 1.5 Karsinoma sel basal tipe morpheaform. (A: Klinis; B: Histopatologis)
(Sumber: Lenci et al., 2017 (EyeRounds. org) & Dutton et al., 2007)
A B

Gambar 1.6 Karsinoma sel basal tipe pigmentation. (A: Klinis; B: Histopatologis)
(Sumber: Koleksi Foto Poli Onkologi Satu Atap (POSA) Mata RSUD Dr. Soetomo
Surabaya & Dutton et al., 2007)
E. KANKER PENIS

a. Definisi
Kanker adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan
penyebaran sel abnormal yang tidak terkendali (Kaplan, Salis & Patterson, 1993).
Dalam keadaan normal, sel akan membelah diri jika ada penggantian sel- sel yang
rusak dan telah mati. Sel kanker akan bertumbuh secara abnormal diluar kendali
dan akan menyerang (tumbuh) ke dalam jaringan lain. (American Cancer Society)
Kanker dapat menyebar ke kelenjar getah bening dan atau organ lain yang
letaknya jauh (Diananda,2007). Kanker diklasifikasikan berdasarkan jenis
jaringan dimana sel kanker itu berasal atau berdasarkan lokasi tubuh dimana
kanker itu berkembang. Keganasan yang ditemukan pada kulit dan jaringan penis
disebut kanker penis. Kanker penis adalah bentuk yang jarang dari kanker yang
terjadi terutama pada pria yang tidak disunat (American Society of Clinical
oncology).

b. Anatomi dan Histologi


Sistem reproduksi pria terdiri dari struktur luar dan struktur dalam.
Struktur luar terdiri dari penis, skrotum dan testis. Sedangkan struktur dalam
terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesika seminalis
(Medicastore).
Penis terdiri dari akar (menempel pada dinding perut), badan
(merupakan bagian tengah dari penis),
dan glans penis. Bagian utama dari
Penis disebut meatus, dan kepala penis
disebut glans (American Cancer
Society, 2012). Lubang uretra yaitu
saluran tempat keluarnya semen dan air
kemih, terdapat di ujung glans penis.
Dasar glans penis disebut korona. Pada
pria yang tidak disirkumsisi, preputium
(kulit depan) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria ( dikutip dari Netter, 2006)
Penis adalah organ seksual dan reproduksi pria yang diselubungi oleh kulit
bagian kepala dan prepusium. Penis berbentuk bulat memanjang dan memiliki
ujung berbentuk seperti kerucut (Glans penis) yang dipenuhi serabut saraf
sehingga akan membuat penis menjadi sangat peka dan sensitif.
Penis terdiri dari 3 bagian yaitu 2 corpus cavernosum uretra, dan pada
ujung penis membentuk preputium. Corpus penis terdiri dari 2 corpus cavernosus
lateral, 1 corpus spongiosum medial dan mengelilingi uretra (Manski, 2012).
Korpus kavernosum uretra melebar pada ujungnya, membentuk glans
penis. Korpus kavernosa dibungkus oleh lapisan jaringan ikat padat kuat, yaitu
tunika albuginea. Di dalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea
terdapat jaringan erektil yang berupa jaringan kavernus (berongga) seperti spon.
Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau rongga lakuna yang dilapisi oleh endotelium
dan otot polos kavernosus. Rongga lakuna ini dapat menampung darah yang
cukup banyak sehingga menyebabkan ketegangan batang penis (Purnomo, 2011).
Korpus kavernosa penis dan uretra terdiri atas jaringan erektil ruang-ruang
venosa yang dilapisi oleh sel- sel endotel utuh dan dipisahkan oleh trabekula yang
terdiri atas serat- serta jaringan ikat dan sel- sel otot polos.

Gambar 2.2. Anatomi Penis ( dikutip dari Junqueira et al, 1998)


Preputium adalah lipatan kulit retraktil yang mengandung jaringn ikat dengan otot
polos di bagian dalamnya. Kelenjar sebasea terdapat di lipatan dalam dan pada
kulit yang menutupi glans. Sebagian besar uretra penis dilapisi oleh epitel
bertingkat silindris; tetapi dalam glans penis, menjadi epitel berlapis gepeng.

Kelenjar Littre pengsekresi lendir terdapat di sepanjang uretra penis.


Ereksi terjadi karena rangsangan yang membuat darah dalam jumlah besar
mengalir dan memenuhi pembuluh darah penis sehingga penis menjadi besar,
tegang dan keras (Junqueira et al, 1998).

Gambar 2.3 Normal (dikutip dari Junquiera, 1998)


c. Jenis – Jenis Kanker Penis
1) Kanker sel skuamosa
Jenis ini merupakan jenis yang paling umum dari kanker penis. Kanker sel
skuamosa dapat berkembang dibagian mana saja pada penis, yang paling
umum yaitu pada glans penis (kepala penis) dan kulup ( pada pria yang tidak
sirkumsisi).

Gambar 2.4 Squamous cell carcinoma ( dikutip dari Eble et al, 2004)
2) Adenokarsinoma
Tipe ini bermula pada sel- sel kelenjar penghasil keringat di kulit penis. Tipe
ini lebih jarang dibandingkan kanker sel skuamosa.
3) Melanoma
Melanoma ini berkembang dari sel- sel pada kulit yang memberikan
warnanya. Melanoma biasanya berkembang pada area tubuh yang terpapar
sinar matahari, namun beberapa berkembang pada tempat- tempat yang tidak
langsung terpapar sinar matahari.
Gambar 2.5 Melanoma ( dikutip dari Eble et al, 2004)
4) Kanker sel basal penis

Kanker ini berkembang dari sel-sel basal, ditemukan pada lapisan kulit
terdalam. Area yang terpapar sinar matahari merupakan tempat
berkembangnya. Tipe ini perkembangannya sangat lambat dan sangat
jarang menyebar ke bagian tubuh lain.

Gambar 2.6. Basal cell carcinoma ( dikutip dari Eble et al, 2004)
5) Sarkoma
Bermula pada jaringan ikat tubuh yaitu seperti tulang, lemak, otot dan
tulang rawan. Jenis sarkoma sangat jarang ditemukan, berkembang dengan
cepat.
F. NEOPLASIA
a. Pendahuluan
Neoplasia adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya
tidak pernah dewasa. Angka kejadian tumor tulang bila dibandingkan dengan tumor
jenis lain adalah kecil, yaitu hanya kurang lebih 1 % dari seluruh tumor ditubuh
manusia. Tumor dikatakan jinak bila tidak mampu bermetastasis, bila ganas tumor
mempunyai kemampuan untuk menyebar ke tempat lain (metastasis).
Tumor tulang primer merupakan tumor tulang dimana sel tumornya berasal
dari sel-sel yang membentuk jaringan tulang, sedangkan tumor sekunder merupakan
penyebaran dari tumor ganas organ non tulang yang bermetastasis ke tulang.
(Hutagalung, 2005). Diagnosis tumor tulang didasarkan pada:
1. Evaluasi klinis yang dimulai anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat.
Hal ini penting untuk mengetahui umur dan lokasi dari tumor ditulang.
Dengan ini dapat dipikirkan kemungkinan jenis tumornya.
2. Pemeriksaan laboratorium: selain pemeriksaan yang rutin juga harus di periksa
kadar enzim serum alkali phosphatase (SAP) dan lactat dehidrogenase (LDH)
3. Pemeriksaan radiologi atau pencitraan, dapat memberikan informasi tentang
tumor berupa: Topografi dari lesi atau massa (lokasi pada tulang), Batas tepi
dari lesi, Tipe dari dekstruksi pada tulang, Tipe respon periosteal terhadap
lesi (periosteal respond), dan Tipe komposisi dari lesi (compotition of the
tumor tissue). Adapun cara pemeriksaan radiologi berupa: Plain x-rays
dengan kualitas dan sentrasi yang baik, Scanning nuklir, Computerized
tomography scanning (CT SCAN), Magnetic resonansi imaging (MRI),
Ultrasonography (USG), dan Bone Scan (Hutagalung, 2005). Untuk
mendapatkan hasil diagnostik harus mengetahui beberapa data, misalnya:
(Akerman, 2003)
4. Umur
Pada kasus tumor tulang, umur merupakan hal yang cukup penting oleh
karena tumor tulang sering terdapat pada usia-usia tertentu. Contoh: ewing
tumor sering ditemukan pada dekade 1, osteosarcoma sering pada dekade ke
2, dan chondrsarcoma pada umumnya ditemukan pada dekade ke 5.
5. Lokasi tumor
Tumor primer umumnya muncul pada lokasi tertentu, misalnya
chondroblastoma sering pada daerah epifisis sedangkan osteosarcoma pada
metadiafisis dan adantinoma sering pada diafisis.

6. Biopsi merupakan baku emas penegakan diagnosis tumor tulang adalah


pemeriksaan hispopatologis jaringan tumor. (Akerman, 2010). Biopsi dapat
dilakukan secara tertutup maupuin terbuka. Bila secara tertutup dengan
memakai jarum atau yg terbuka dapat dengan biopsi insisional atau biopsi
eksisional. Yang dianjurkan adalah dengan biopsi tertutup dengan jarum
(baik dengan jarum halus ataupun jarum besar /core needle), bila hasilnya
tidak konklusif baru dilakukan biopsi terbuka.

Diagnostik patologik pada tumor tulang tetap merupakan faktor penentu yang
penting dalam merencanakan pengobatan yang tepat. Kesulitan akan muncul apalagi
spesialis patologi anatominya kurang memiliki pengalaman dalam menangani
masalah diagnostik tumor yang cukup jarang ini. Disamping itu jaringan biopsi yang
kecil dan tidak representatif, dan pengolahan jaringan biopsi yang kurang baik juga
akan menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnostik. Oleh karena itu,
sebelum penegakan diagnostik seorang ahli patologi anatomi harus yakin bahwa
jaringan biopsi telah diambil diproses dengan baik. (Greenspan, 2007).
Kerjasama yang erat antara ahli patologi anatomi dengan ahli orthopaedi sangat
diperlukan untuk mencapai diagnostik yang tepat pada lesi yang dicurigai tumor
tulang. Oleh karena itu, apabila data klinik dan data radiologik belum diperoleh,
harus ditunggu terlebih dahulu sampai datanya lengkap terlebih dahulu. Apabila ahli
patologi anatomi dalam membaca sediaan mikroskopik tanpa memahami data klinik
pasien, maka akan sering terjadi kesalahan dalam proses penegakan diagnostik.
(Greenspan, 2007).
Pada pemeriksaan biopsi jaringan, sangat penting untuk penegakan diagnostik
histologik sebelum dilakukan pengobatan, sangat penting dilakukan pada lesi tulang
yang mencurigakan maupun lesi tulang yang gambaran klinik dan radiologisnya
sudah jelas. Peniadaan dilakukannya biopsi pada lesi yang tidak mencurigakan dapat
menimbulkan bencana, sebagai contohnya adalah osteomielitik dan sarkoma ewing
seringkali tidak dapat dibedakan tanpa pemeriksaan histologik. Penegakan
diagnostik yang benar merupakan tanggung jawab bersama antara klinik dan
spesialis radiologi

Gambar 2.7 Gambaran mikroskopik pasien hasil open biopsi


Dari Gambar 2.7 diatas menunjukkan potongan jaringan sebagian, dilapisi
kulit, stroma tampak jaringan ikat fibrous dengan proliferasi kapiler, sebukan sel
radang mononuclear, foamy macrophage. Tampak pula jaringan lemak dan otot yang
diantaranya tampak histiosit, epiteloid membentuk granuloma, dengan nekrosis
kaseosa ditengahnya, serta sebukan sel datia langhans. Dari gambar histo patologi
diatas dapat disimpulkan bahwa: gambar tersebut menunjukkan radang chronic
granulomatic tuberculoma.

G. MENINGIOMA SPINAL
a. Pendahuluan
Meningioma spinal adalah meningioma yang terletak di bawah setentang
vertebra C2. Meningioma merupakan tumor kedua terbanyak pada lokasi ini dan
kemudian tumor nerve sheath. Meningioma spinal paling banyak adalah intra-dural
dan extramedullar. Meningioma ditemu-kan sekitar 25-46% dari semua tumor
spinal. Lokasinya paling sering pada ruang intradural extramedullar,
pertumbuhannya lambat, dan menyebar ke lateral dalam ruang subarachnoid sampai
menimbulkan gejala. Meningioma pa- ling sering terjadi di daerah thorasic pada wa-
nita usia menengah. Penderita sering mengeluh rasa sakit, hilangnya sensorik,
kelemahan, dan gangguan sphincter. Teknik operasi tumor spinal berkembang
sangat maju dengan da-pat dilakukannya myelography, angiografi, dan
electromyography, computer tomography (CT), dan magnetic resonance imaging
(MRI) untuk diagnosis suatu tumor intraspinal, memberi deteksi dini, memperbaiki
lokasi anatomi, dan membantu tindakan reseksi total. Pada 1970 Yasargyl
memperkenalkan microneurosurgery, bersamaan dengan berkembangnya neuroanas-
tesi, rencana computer-assisted untuk operasi, dan pengetahuan yang baik dari
mikroanatomi. Prognosis penderita dengan meningioma spinal sangat baik dan
penderita dengan status neu-rologis yang jelek sebelum operasi dapat mem-beri
respon yang baik untuk operasi.

b. Meningioma Spinal Cord


Meningioma spinal cord merupakan tipe kanker pada spinal cord. Spinal cord
membentuk bagian dari CNS. Merupakan suatu silinder terusan dari brain stem
mulai dari medulla oblongata (fora-men magnum) dan memanjang sampai ke co-
nus medullaris pada tingkat vertebra L2. Lokasi dalam kanal tulang vertebra
berbentuk tabung oleh foramina vertebra. Di bawah tingkat L2 masih berisi spinal
canal, diketahui sebagai cauda equina, yaitu berupa suatu kumparan akar saraf
dalam ruang subarachnoid. Dalam vertebra canal berjalan spinal cord, spinal
meninges, dan CSF yang berhubungan dengan pembuluh darah dan jaringan lemak,
serta loose connective- tissue. Spinal meninges merupakan suatu dura, arachnoid,
dan pia mater, yaitu berupa suatu membran mengelilingi dan menyokong spinal
cord. Ada tiga puluh satu pasang saraf spinal Yang keluar dari spinal cord, yaitu
hubungan saraf antara perifer dan susunan saraf pusat. Saraf tersebut melekat pada
spinal cord melalui ventral dan dorsal root, dan keduanya memu-nyai afferent dan
efferent. Oleh karena itu, spinal cord bekerja sebagai jaras utama untuk komunikasi
antara otak dan tubuh. Tumor spinal cord dapat primer atau metastasis.
Kebanyakan tumor spinal cord adalah deposit metastasis dari daerah primer
yang lain. Tumor spinal cord dapat dibagi tiga grup berdasarkan pada anatomi
lokasi dari tumor. Pertama, dibagi ber-dasarkan hubungannya dengan spinal
meninges dengan tumor intradural atau extradural. Lebih lanjut, tumor intradural
dapat dibagi menjadi tumor yang timbul dalam substansi spinal cord, tumor
intramedullary ,atau yang timbul dalam ruang subarachnoid (extramedullary).
Tumor extradural kebanyakan metastasis dan biasanya timbul dalam vertebra
bodies. Tumor ini keba- nyakan menyebabkan kompresi spinal melalui efek massa
ekstrinsik tetapi bisa juga melalui invasi intradural.
Klasifikasi meningioma menurut WHO 2007 adalah
a) Grade I: Meningothelial, fibroblastic, transitional, angiomatous, microcystic,
secretory, lymphoplasmacytic, meta- plastic, dan psammomatous dan tidak
memenuhi kriteria untuk grade II atau III.
b) Grade II (Atypical): Chordoid, clear cell; empat atau lebih sel mitosis per
sepuluh hpf dan/atau tiga atau lebih diikuti bertambahnya seluleritas, sel kecil,
nekrosis, prominent nucleoli, sheeting, dan/atau invasi otak yang lainnya dari
tumor grade I
c) Grade III (Analplastic): Papillary, rhabdoid; dua puluh atau lebih mitosis per
sepuluh hpf dan/atau khas sitologis jelas keganasannya, seperti sel tumor yang
mirip dengan carcinoma, sarcoma, atau melanoma.

Gambar 3.1. MRI servikal laki-laki 52 tahun potongan sagittal, Tumor intradural
extramedullar pada setinggi C1-C2 hipointens pada T1 dan hiperintens pada T1
kontras.
Gambar 3.2. Pada T1 kontras potongan koronal terlihat lesi mendorong dan menekan
medulla spinalis setinggi C1-2.

Gambar 3.3. MRI servikal T2 potongan sagital terlihat lesi intensitas heterogen
setinggi C1-2 yang menekan medulla spinalis.

Gambar 3.4. Durante operasi


A B
Gambar 3.5. Fibroblastic meningioma (WHO grade I), A. Tampak sel-sel tumor
berjalan sejajar dan ke segala arah (HE, 100x), B. Sel-sel tumor dengan bentuk inti
oval, dan spindel dengan kromatin basofilik, dan terdapat matriks kolagen diantara sel
tumor (HE, 400x).
Intradural Extramedullary tumor L2- 3

Gambar 3.6. MRI Lumbal perempuan 53 tahun potongan T1 sagittal (A) dan koronal
(B), tampak meningoma intradural extramedullary daerah lumbal setinggi L2-3.

Gambar 3.7. Durante Operasi


Gambar 3.8. Psammomatous meningioma grade I WHO. Tampak banyak struktur
psammoma bodies ditemukan pada sediaan ini (HE, 200X)

Gambar 3. 9. MRI Lumbal potongan sagital T2 sebelum operasi terlihat lesi


hiperintens disetinggi L2 dan sesudah operasi potongan sagital T1 tidak terlihat lagi
gambaran lesi.

Gambar 3.10. MRI Thorakolumbal perempuan 46 tahun, menunjukan massa


meningioma intradural extramedullar menekan spinal cord di setinggi Th10-12 yang
terlihat hipointense T1 (A) dan hiperintens T1-weighted dengan kontras (B) potongan
sagital serta hiperintens T1 kontras potongan koronal.
Gambar 3.11. Tampak massa tumor menekan medulla spinalis di setinggi Th11-12
potongan aksial hiperintens pada T2 (A), T1 kontras (B,C) yang menyebabkan stenosis
kanalis spinalis.

Gambar 3.12. Durante operasi

A B
Gambar 3.13. Atypical meningioma grade II WHO, A Tampak sediaan tumor yang
hiperseluler, sebagian membentuk struktur seperti whorl, sebagian berjalan sejajar dan
ke segala arah, serta sebagian tampak tersebar secara difus (HE, 200x), B. Sel-sel
tumor dengan inti membesar, bentuk bulat, oval, dan elongasi dengan pinggir tumpul.
Sebagian dengan kromatin kasar, dan nukleoli menonjol, serta sitoplasma eosinofilik.
Mitosis ditemukan >5/10 LPB (HE, 400x)

Gambar 3.14. MRI Thorakolumbal pasien pasca operasi masih terlihat hiperdensitas
pada medulla spinalis dengan stenosis kanalis spinalis di setinggi Th 10-11 pada
potongan sagital T1 (A), T1 kontras (B), dan T2 (C) yang merupakan edema medulla
spinalis.

Gambar 3.15. Pada MRI potongan koronal T1 kontras juga terlihat hiperdensitas pada
medulla spinalis.
Gambar 3.16. MRI spinal perempuan 39 tahun potongan sagital T1 terlihat lesi slight
hiperintens ekstraaksial yang menekan medulla spinalis dan slight hipointens pada T2
yang pada potongan aksial terlihat massa pada sisi kiri medulla spinalis

Gambar 3.17. Durante Operasi

A B
Gambar 3.18. Meningothelial meningioma, grade I WHO, A. Sel-sel tumor
membentuk lembaran atau lobulus (HE, 100x), B. Sel tumor berbentuk bulat dan
mengalami penjernihan inti (HE, 200x)

Anda mungkin juga menyukai