Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PAROTIS

DISUSUN OLEH
RISKA MAHA RANI
2111040045

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
I. Konsep Tumor Parotis
A. Definisi
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau
mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-
sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial
n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke
medial.
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel- sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga
neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di
depan telinga.
Tumor parotis adalah pertumbuhan sel ganas yang menyerang kelenjar

liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1

berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna.

Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang

Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar

yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.

Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar

parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis

merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan

prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang

didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid,

biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas

seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya

terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis,

50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh.

Aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau

biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk

tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat


kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.

Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau

mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-

sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif

mansoer, 2001). Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di

bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong

tonsil ke medial (Zwaveling, 2006).

Mengingat banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan,

maka perlu adanya perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan

yang komprehensif melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan

masalah yang ada dapat teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi

dapat dihindari secara dini.

Peran perawat pada kasus tumor parotis meliputi sebagai pemberi

asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami tumor parotis,

sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah

komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti

asuhan keperawatan kepada klien tumor parotis melalui metode ilmiah.

Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau

mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-

sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif

mansoer, 2001).
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial

n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.

(Zwaveling, 2006).

Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan

multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.

Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.

(kamus kedokteran Dorland edisi 29, 2005).

B. Etiologi
a. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri
dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus,
defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
b. Genetik

Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama
dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen
merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi
sel, akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak
terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat
merupakan bagian dari virus virus tumor.
c. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker
tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi
karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
d. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk
mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi}
berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun
tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh
nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system
imun sedang lemah.
.C Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran
kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan
infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada
penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna,
dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah
proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan
komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan
gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal
yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma
plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.

Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial


n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial.
Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat
atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan
juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran. Tumor parotis juga dapat disebabkan
oleh peradangan tonsil yang berulang.
D. Tanda dan gejala
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis fasial unilateral

E. Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah Tumor – tumor epithelial
1. Adenoma
1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)
2) Monomorph adenomas
a)Adenolimfoma (tumor dari warthin)
b)Oxifil adenoma (onkositoma)
c)Jenis-jenis lain (tipe lain)
2. Tumor muko epidermoid
3. Tumor sel asinus
4. Karsinoma
1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)
2) Adenokarsinoma
3) Karsinoma planoselulare
4) Undifferentiated carcinoma
5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)
F. Komplikasi

Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di


kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik
pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan
penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting.
Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka
dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas
meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk
mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut
sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian
kemungkinan metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras
(sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari
atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting
untuk membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat
ditambah dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara
tumor jinak dan ganas.
2. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.
2) Laboratorium patologi anatomi
3) Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari
lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi
dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi
(pengangkatan). Glandula submandibularis dan glandula sublingualis tumor jinak : Eksis
local yang luas dari seluruh kelenjer ludah dengan sebagian daerah sekitarnya.tumor
ganas : Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas kedua kelenjer ludah,
radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu
kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda
penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial
terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah
eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan
penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton,
berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi
limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah
radioopak.

I. Penatalaksanaan non medis


Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan
dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan
pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil
membunuh kanker, tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan
menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker,
walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut
hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak
mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik
atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan
lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto,
temu putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan
saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan proses pengobatan berhubungan dengan tidak menganal sumber
informasi
2. Resiko infeksi
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. resiko syok
K. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. KURANG Setelah dilakukan tindakan TEACHING: PENGETAHUAN
PENGETAHUAN: keperawatan selama 24 PROSES PENYAKIT
PROSES; PENGOBATAN jam psien mengetahui tentang Definisi : membantu pasien
Definisi: tidak adanya atau proses penyakit dengan memahami informasi yang
kurangnya informasi indikator pasien dapat : berhubungan dengan penyakit yang
kognitif tentang hal yang  Familiar dengan nama spesifik
spesifik. penyakit Intervensi
Batasan karakteristik:  Mendeskripsikan proses  Berikan penilaian tentang
 Mengungkapkan penyakit tingkat pengetahuan pasien
masalah  Mendeskripsikan faktor tentang proses penyakit yang
 Tidak tepat mengikuti penyebab spesifik
perintah  Mendeskripsikan faktor  Jelaskan patofisiologi dari
 Tingkah laku yang resiko penyakit dan bagaiman hal ini
berlebihan (histeris,  Mendeskripsikan efek berhubungan dengan anatomi
apatis, sikap penyakit dan fisiologi
bermusuhan, agitasi)  Mendeskripsikan tanda  Gambarkan tanda dan gejala
Faktor yang berhubungan : dan gejala yang biasa muncul pada
 Kurang paparan  Mendeskripsikan penyakit
 Mudah lupa perjalanan penyakit  Gambarkan proses penyakit
 Misintepretasi  Mendeskripsikan tindakan  Identifikasi kemungkinan
informasi untuk menurunkan penyebab dengan cara yang
 Keterbatasan kognitif progresifitas penyakit tepat
 Kurang keinginan  Mendeskripsikan  Sediakan informasi tentang
untuk mencari komplikasi kondisi pasien
informasi  Mendeskripsikan tanda  Sediakan bagi keluarga atau SO
 Tidak mengenal dan gejala dari komplikasi informasi tentang kemajuan
sumber informasi  Mendeskripsikan tindakan pasien
pencegahan untuk  Sediakan pengukuran
komplikasi diagnostik yang tersedia
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
 Gambarkan rasional
rekomendasi manajemen terapi
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
 Eksplorasi kemungkinan
sumber dukungan
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan
2. RESIKO INFEKSI Setelah dilakukan tindakan KONTROL INFEKSI
Definisi : peningkatan resiko keperawatan selama.......24 Definisi: meminimalkan
masuknya orgaanisme jam status kekebalan pasien mendapatkan infeksi dan transmisi
patogen. meningkat dengan indilaktor: agen infeksi
Faktor resiko :  Tidak didapatkan infeksi Intervensi :
 Prosedur infasif berulang  Bersihkan lingkungan setelah
 Ketidakcukupan  Tidak didapatkan tumor dipakai pasien lain
pengetahuan untuk  Status rspirasi sesuai  Pertahankan teknik isolasi
 Menghindari paparan yang diharapkan  Batasi pengunjung bila perlu
patogen  Temperatur badan sesuai  Instruksikan pengunjung untuk
 Trauma yang diharapkan mencuci tangan saat berkunjung
 Kerusakan jaringan dan  Integritas kulit dan setelah berkunjung
peningkatan paparan  Integritas mukosa  Gunakan sabun anti mikroba
lingkungan  Tidak didapatkan fatigue untuk cuci tangan
 Ruptur membran amnion kronis  Cuci tangan sebelum dan
 Agen farmasi  Reaksi skintes sesuai sesudah tindakan keperawatan
 Malnutrisi paparan  Gunakan universal precaution
 Peningkatan paparan  Wbc absolut dbn dan gunakan sarung tangan
lingkungan patogen selma kontak dengan kulit yang
 Imunosupresi tidak utuh
 Ketidakadekuatan imun  Tingkatkan intake nutrisi dan
buatan cairan
 Tidak adekuat  Berikan terapi antibiotik bila
pertahanan sekunder perlu
(penurunan hb,  Observasi dan laporkan tanda
leukopenia, penekanan dan gejal infeksi seperti
respon inflamasi) kemerahan, panas, nyeri, tumor
 Tidak adekuat  Kaji temperatur tiap 4 jam
pertahanan tubuh primer  Catat dan laporkan hasil
(kulit tidak utuh, trauma laboratorium, wbc
jaringan, penurunan  Gunakan strategi untuk
kerja silia, cairan tubuh mencegah infeksi nosokomial
statis, perubahan sekresi  Istirahat yang adekuat
ph, perubahan  Kaji warna kulit, turgor dan
peristaltik) tekstur, cuci kulit dengan hati-
 Penyakit kronis hati
 Ganti iv line sesuai aturan yang
berlaku
 Pastikan perawatan aseptik
pada iv line
 Pastikan teknik perawatan luka
yang tepat
 Berikan antibiotik sesuai autran
 Ajari pasien dan keluarga tanda
dan gejal infeksi dan kalau
terjadi melaporkan pada
perawat
 Ajarkan klien dan anggota
keluarga bagaimana mencegah
infeksi
Proteksi infeksi
Definisi : pencegahan dan deteksi
dini pada pasien yang beresiko
Intervensi :
 Monitor tanda dan gejala
infeksi
 Monitor hitung granulosit, wbc
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
3. CEMAS Setelah dilakukan tindakan PENGURANGAN CEMAS
Definisi : perasaan gelisah keperawatan selama.........24 Definisi: rasa takut, cemas, merasa
yang tak jelas dari jam pasien dapat mengontrol dalam bahaya atau
ketidaknyamanan atau cemas dengan indikator:: ketidaknyamanan terhadap sumber
kekuatan yang disertai  Monitor intensitas yang tidak diketahui
respon autonom (sumber kecemasan Intervensi :
tidak spesifik atau tidak  Menyingkirkan tanda  Gunakan pendekatan yang
diketahui oleh individu), kecemasan menenangkan
perasaan keprihatinan  Menurunkan stimulus  Pahami perspektif pasien
disebabkan dari antisipasi lingkungan ketika terhadap situasi stres
terhadap bahaya. cemas  Temani pasien untuk
Faktor yang berhubungan :  Merencanakan strategi memberikan keamanan dan
 Terpapar racun koping untuk situasi mengurangi takut
 Konflik yang tidak penuh stres  Berikan informasi mengenai
disadari tentang nilai-  Menggunakan teknik diagnosis, tindakan, prognosis
nilai utama tujuan hidup, relaksasi untuk  Dorong keluarga untuk
 Berhubungan dengan mengurangi cemas menemani anak
herediter,  Tidak ada manifestasi  Lakukan backrup
 Kebutuhan tidak perilaku kecemasan  Dengarkan dengan penuh
terpenuhi  Melaporkan kebutuhan perhatian
 Transmisi interpersonal tidur adekuat  Identifikasi tingkat kecemasan
 Krisis situasional  Bantu pasien mengenai situasi
 Ancaman kematian yang menimbulkan
 Ancaman terhadap kecemasan
konsep diri, stres,  Dorong pasien untuk
subtans abuse mengungkapkan perasaan,
 Perubahan dalam : status ketakutan, persepsi
peran; kesehatan; pola  Instruksikan pasien
interaksi, fungsi peran, menggunakan teknik relaksasi
lingkungan, ekonomi  Berikan obat untuk
Batasan karakteristik : mengurangi kecemasan
 Perilaku : gelisah,
pergerakan yang tidak
berhubungan, insomnia,
resah
 Affektive: kesedihan
yang mendalam,
ketakutan, gugup,
mudah tersinggung,
nyeri hebat, fokus pada
diri sendiri, distres,
khawatir, cemas
 Fisiologis: suara
gemetar, gemetar,
goyah, respirasi
meningkat, nadi
meningkat, nyeri
abdomen, keringat
banyak, anoreksia, mual,
tekanan darah
meningkat, pusing,
pulsasi menurun
4. RESIKO SYOK Setelah dilakukan tindakan SHOCK MANAGEMENT
Definisi : beresiko terhadap keperawatan selama.........24  Monitor TTV, tekanan darah
ketidakcukupan aliran darah jam Syok tidak terjadi pada ortostatik, status mental dan
kejaringan tubuh, yang dapat pasien dengan indikator:: urine output
mengakibatkan disfungsi  Monitor nilai laboratorium
seluler yang mengancam  Status sirkulasi sebagai bukti terjadinya perfusi
jiwa.  Keseimbangan elektrolit jaringan yang inadekuat
dan asam / basa (misalnya peningkatan kadar
Faktor Resiko:  Keseimbangan cairan asam laktat, penurunan pH
 Hipotensi  Hidrasi arteri)
 Hipovolemia  Status infeksi  Berikan cairan IV kristaloid
 Hipoksemia  Deteksi resiko sesuai dengan kebutuhan (NaCl
 Hipoksia  Perfusi jaringan : jantung 0,9%; RL; D5%W)
 Infeksi  Perfusi jaringan : otak  Berikan medikasi vasoaktif
 Sepsis  Perfusi jaringan : perifer  Berikan terapi oksigen dan
 Sindrom peradangan  Status tanda vital ventilasi mekanik
sistemik  Monitor trend hemodinamik
 Monitor frekuensi jantung fetal
(bradikardia bila HR <110
kali/menit) atau (takikardia bila
HR >160 kali per menit)
berlangsung lebih lama dari 10
menit
 Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan AGD dan monitor
oksigenasi jaringan
 Dapatkan patensi akses vena
 Berikan cairan untuk
mempertahankan tekanan
daarah atau cardiac output
 Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (SaPO2,
level Hb, cardiac output)
 Catat bila terjadi bradicardia
atau penurunan tekanan darah,
atau abnormalitas tekanan arteri
sistemik yang rendah misalnya
pucat, cyanosis atau diaphoresis
 Monitor tanda dan gejala gagal
nafas (rendahnya PaO2,
peningkatan PCO2,
kelumpuhan otot pernafasan)
 Monitor kadar glukosa darah
dan tangani bila ada
abnormalitas
 Monitor koagulasi dan
complete blood count dengan
WBC differential
 Monitor status cairan meliputi
intake dan output
 Monitor fungsi ginjal (nilai
BUN dan creatinin)
 Lakukan pemasangan kateter
urinaria
 Lakukan pemasangan NGT dan
monitor residu lambung
 Atur posisi pasien untuk
mengoptimalkan perfusi
 Berikan dukungan emosional
kepada keluarga
 Berikan harapan yang realistic
kepada keluarga

SHOCK MANAGEMENT:
CARDIAC
 Auskultasi suara paru untuk
menentukan adanya crackles
dan suara nafas tambahan
lainnya
 Catat tanda dan gejala
penurunan cardiac output
 Monitor gejala inadekuatnya
perfusi arteri koronaria
(misalnya perubahan
gelombang ST pada EKG atau
angina)
 Monitor nilai koagulasi (PT,
PTT,fibrinogen, trombosit)
 Pertahanankan keseimbangan
cairan dengan memberikan
cairan dan diuretic
 Berikan obat inotropic positif
atau kontraktilitas
 Tingkatkan preload yang
optimal dengan memperbaiki
kontraktilitas ketika
meminimalkan gagal jantung
(memberikan nitrogliserin)
 Tingkatkan penurunan afterload
(memberikan vasodilator atau
intraaortic balloon pumping)
 Tingkatkan perfusi arteri
koronaria (dengan
mempertahankan MAP >60
mmHg dan mengontrol
takikardia)

L .IMPLEMENTASI
Adalah mengolah dan mewujudkan dari rencana tindakan keperawatan, meliputi
tindakan yang telah direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter edngan
ketentuan rumah sakit.

M. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakuan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Marlyn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC. Jakarta, 2000.

MC. Kay. D.W : Neor Concept and Approach To Club Foot Treatment Section I, Prinaples And
Morbid Anatomy. J. Red Orthapedic 3 : 3447, 1982

Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB / UPF Ilmu Bedah, RSUD. Dr. Soetomo, 1994.

Anda mungkin juga menyukai