BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Lokasi tumor
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di
depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang
meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk, 1990; Rensburg, 1995).
Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran
parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut
di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur,
1995).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada
dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis
bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping
frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat
terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut
antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri
dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di
sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,
kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis
terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior
berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi
kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni
mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak
dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki
sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di
lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995).
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang
mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut,
melihat, membaui, dan memikirkan makanan.
Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin,
enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja
secara fisis dan secara kimiawi.
2.1.3 Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan
penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus,
defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien
dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna
yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan
pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen
fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker tertentu
telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis
Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan
kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara
antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang
kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor
pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang
lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)
2.1.4 Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus
atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd
oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus
aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari
tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi
baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen
stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus
vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada
permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai
10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat
menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak
bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat
menyebabkan ganguan pendengaran.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.
2.1.7 Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor – tumor
epithelial
1. Adenoma
1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)
2) Monomorph adenomas
(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)
(2) Oxifil adenoma (onkositoma)
(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)
2. Tumor muko epidermoid
3. Tumor sel asinus
4. Karsinoma
1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)
2) Adenokarsinoma
3) Karsinoma planoselulare
4) Undifferentiated carcinoma
5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di
kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik
pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan
penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting.
Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka
dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas
meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk
mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.
(Schwartz ,2000)
3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari
lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi
dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi
(pengangkatan)
Glandula submandibularis dan glandula sublingualis
Tumor – tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah dengan
sebagian daerah sekitarnya.
Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas kedua kelenjer
ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan
keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu
lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat.
Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI
memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi.
Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton, berguna
untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial
dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak.
(Schwartz, 2000)
9) Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung
10) Pencernaan/Abdomen
Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
11) Genitalia
Kebersihan dan keluhan lain nya
12) Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
13) Aktifitas sehari-hari
Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak,
bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis tidak
terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum
dilakukan operasi.
14) Data social ekonomi
Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga
15) Data psikologis
Kesadaran emosional pasien
16) Data spiritual
Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan
kesehatan.
Tumor Parotis
Tumor kelenjar ludah menempati kira-kira 5 % dari seluruh tumor di daerah leher dan
kepala. Tumor kelenjar ludah mayor 5 kali lebih banyak daripada tumor kelenjar ludah
minor.
Dari seluruh tumor kelenjar ludah mayor, 70 % - 80 % nya adalah tumor parotis. Tumor
parotis sebagian besar adalah jinak yaitu hampir 80 %, sedangkan yang ganas sekitar 20
%.
Tumor jinak parotis pertumbuhannya relatif lambat, biasa pada usia muda , tidak terasa
nyeri, tidak ada gangguan pada persarafan nervus tujuh dan tidak pernah menyebar jauh.
Tumor ganas parotis pertumbuhannya biasanya cepat, sering terjadi pada usia diatas 50
tahun , sering menyebabkan rasa sakit, terabanya keras sampai dapat teraba seperti batu,
dan dapat menyebabkan gangguan pada saraf ketujuh seperti mulut mencong dan mata
sukar menutup.
Untuk memastikan diagnosis tumor parotis apakah jinak atau ganas, memang agak
berbeda sedikit dengan penanganan tumor lainnya.
Pada kasus-kasus dimana tumor masih tidak terlalu besar dan masih dapat dioperasi,
maka dilakukan pengangkatan pada tumor tersebut .
Bila tumor tumbuh dari kelenjar parotis bagian permukaan , maka seluruh kelenjar
parotis dan tumor yang ada di permukaan atau persisnya berada diatas nervus tujuh harus
diangkat semua. Tindakan ini disebut parotidektomi superficial.
Setelah diangkat, maka tumor diperiksakan ke patologi anatomi untuk dipastikan jinak
atau ganasnya.
Kalau dari awal tumor sudah dicurigai ganas, dan ukurannya besar sekali dan keras, kalau
ada sarana pemeriksaan patologi anatomi potong beku atau Vries Coupe (VC) pada saat
penderita dioperasi. Bila positif ganas, maka tindakannya adalah mengangkat seluruh
kelenjar parotis bagian dalam dan permukaan . Tindakan ini disebut parotidektomi total.
Resiko operasi atau komplikasi yang mungkin terjadi akibat operasi adalah cedera pada
saraf ke tujuh, dengan gejala kelopak mata atas sulit menutup, mulut terlihat menyon.
Bisa juga terjadi baal-baal atau berkurangnya rasa pada daerah sekitar telinga. Kalau
pengangkatannya hanya tumornya saja dikemudian hari bisa terjadi kekambuhan. Tidak
jarang tumor yang kambuh ini adalah ganas.
Pada tumor ganas yang ukurannya sangat besar dan keras, maka dilakukan VC. Bila
sarana VC tidak ada , maka dapat dilakukan biopsi tusuk jarum .
Bila positif ganas, dan secara tehnik masih dapat dilakukan operasi, biasanya akan
mencederai saraf ketujuh, dan terkadang memang saraf ketujuhnya harus diangkat karena
sudah termakan oleh kankernya.
Radioterapi diberikan pada kasus kanker kelenjar parotis yang sudah tidak
memungkinkan dioperasi .
Kelenjar parotis adalah salah satu kelompok kelenjar liur yang terbesar. Tumor parotis
ada yang jinak dan ada yang ganas. Keganasan tumor parotis sangatlah jarang, hanya 1-2
kasus/100.000 orang. Kanker ini umum terjadi pada wanita dengan rentang usia 30-70
tahun
Terapi untuk tumor parotis adalah dengan cara operasi baik superfisial maupun total
parotidektomi tergantung dari stadium dan histologi tumor. Tumor yang invasif atau
menyebar ke organ lain terkadang membutuhkan pengangkatan organ tersebut. Terapi
radiasi dan kemoterapi dibutuhkan untuk kanker dengan stadium akhir atau tumor yang
kambuh kembali.
Namun, terdapat banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan oleh seorang dokter
sebelum melakukan pengangkatan tumor tersebut. Operasi pengangkatan tumor parotis
(atau dikenal dengan parotidektomi) bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan
karena pada kelenjar parotis terdapat nervus facialis (persarafan wajah) dimana kerusakan
pada nervus fasialis akibat tindakan operasi dapat menimbulkan komplikasi berupa
kelumpuhan saraf wajah. Disamping itu, dokter juga menilai keuntungan dan kerugian
dari dilakukannya tindakan operasi tersebut.
Kami sarankan anda mendiskusikan secara langsung hal tersebut dengan dokter spesialis
bedah onkologi dan dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang menangani istri anda
selama ini dan mengetahui secara langsung kondisi istri anda.