Anda di halaman 1dari 13

Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis.

Dari tiap 5 tumor


kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau
submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan
geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan,
penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur
utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga
luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak
adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar
liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang
biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis,
50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor
kelenjar liur minor adalah ganas.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan
pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya
peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar
liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle
Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu.
Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat
kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya
timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih
memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001). Tumor-tumor jinak
dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam
oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)
Mengingat banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu adanya
perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif melalui
proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat teratasi dan
komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.
Peran perawat pada kasus tumor parotis meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
langsung kepada klien yang mengalami tumor parotis, sebagai pendidik memberikan
pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana
perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien tumor parotis melalui
metode ilmiah.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Defenisi
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya
timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih
memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001)
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat
menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel
yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah
kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga. (kamus kedokteran Dorland edisi
29, 2005)

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981)

Lokasi tumor

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di
depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang
meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk, 1990; Rensburg, 1995).
Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran
parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut
di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur,
1995).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada
dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis
bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping
frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat
terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam.
Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut
antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri
dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di
sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,
kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis
terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior
berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi
kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni
mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak
dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki
sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di
lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995).
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang
mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut,
melihat, membaui, dan memikirkan makanan.
Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin,
enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja
secara fisis dan secara kimiawi.

2.1.3 Etiologi
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan
penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus,
defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.

2. Genetik
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien
dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna
yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan
pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen
fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker tertentu
telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis
Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan
kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara
antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang
kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor
pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang
lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)

2.1.4 Patofisiologi
Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus
atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd
oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus
aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari
tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi
baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen
stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus
vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada
permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai
10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat
menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak
bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat
menyebabkan ganguan pendengaran.
Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.

2.1.5 Web Of Coution


2.1.6 Tanda dan gejala
1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2. Pertumbuhan amat lambat
3. Tidak memberikan keluhan
4. Paralisis fasial unilateral
(Shirley E. Otto, 2003)

2.1.7 Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor – tumor
epithelial
1. Adenoma
1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)
2) Monomorph adenomas
(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)
(2) Oxifil adenoma (onkositoma)
(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)
2. Tumor muko epidermoid
3. Tumor sel asinus
4. Karsinoma
1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)
2) Adenokarsinoma
3) Karsinoma planoselulare
4) Undifferentiated carcinoma
5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi – komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di
kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik
pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan
penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting.
Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka
dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas
meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk
mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.
(Schwartz ,2000)

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya
tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan
metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras
(sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau
berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk
membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah
dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan
ganas. (Zwaveling, 1985)
2. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.
2) Laboratorium patologi anatomi

3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari
lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi
dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi
(pengangkatan)
Glandula submandibularis dan glandula sublingualis
Tumor – tumor jinak : Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah dengan
sebagian daerah sekitarnya.
Tumor-tumor ganas : Disseksi kelenjer leher “en-bloc” dan eksisi luas kedua kelenjer
ludah, radioterapi.
Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan
keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu
lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat.
Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI
memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi.
Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton, berguna
untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial
dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak.
(Schwartz, 2000)

Penatalaksanaan non medis


Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan
meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan
pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil
membunuh kanker, tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan
menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker,
walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut
hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak
mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik
atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan
lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto,
temu putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan
saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis


2.2.1 Pengkajian
Pengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari
pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari
data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.
1. Pengkajian umum :
1) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat
3) Alasan masuk rumah sakit
2. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien pernah menderita
tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai kontrasepsi hormonal, pil ,suntik dalam
waktu yang lama, Riwayat klien sebelumnya sering mengalami peradangan kelenjer
parotis.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Perlu diketahui:
(1) Lamanya sakit
Lamanya klien menderita sakit kronik / akut
(2) Factor pencetus
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas tertentu
(3) Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada,
malaise
3) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.Menderita
penyakit kanker atau tumor.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
3) Tingkat kesadaran
4) Rambut dan hygiene kepala.
Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi, memar,dan bentuk kepala
5) Mata
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil
6) Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah, peradangan pada
tonsil.
7) Leher
(1) Inspeksi dalam keadaan istirahat
pembengkakan yang abnormal, Penderita juga diperiksa dari belakang. Kulitnya
abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer ludah dan melakukan pemeriksaan
intraoral
(2) Inspeksi pada gerakan
Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus fiksasi pada sekitarnya ada
pembnengkakkan atau tidak.
(3) Palpasi
Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari tangan lainnya dari luar.
Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm), bentuk, konsistensi dan
fiksasi kepada sekitarnya.
(4) Stasiun-stasiun kelenjer regional
Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi, dan perbandingan
terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemeriksaan klinis daerah kepala dan leher
seluruhnya.
8) Dada / thorak
Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan pola nafas dan lain-
lain

9) Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung
10) Pencernaan/Abdomen
Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
11) Genitalia
Kebersihan dan keluhan lain nya
12) Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
13) Aktifitas sehari-hari
Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak,
bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis tidak
terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum
dilakukan operasi.
14) Data social ekonomi
Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga
15) Data psikologis
Kesadaran emosional pasien
16) Data spiritual
Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan
kesehatan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan gangguan pada lambung sekunder akibat dari terapi radiasi.
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang terapi radiasi, takut
terhadap aspek-aspek tindakan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan (insisi
bedah)
4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi
(Doenges, 1999)
Jaringan dan organ yang terdapat di depan telinga kiri dari luar ke dalam terdiri dari kulit,
jaringan ikat dan pembuluh darah, kelenjar ludah parotis, otot-otot untuk mengunyah dan
tulang serta mukosa mulut.
Benjolan yang sudah agak lama , kemungkinan besar adalah tumor. Apakah itu tumor
jinak atau ganas dan berasal dari jaringan atau organ apa benjolan itu tumbuh tentunya
harus diperiksa lebih lanjut.
Namun kebanyakan benjolan di depan telinga kiri adalah berasal dari kelenjar ludah
parotis.
Kelenjar ludah dari segi fungsinya termasuk sistim pencernaan karena menghasilkan
cairan atau sekret berupa air liur dan enzym yang berguna untuk proses pencernaan
maupun menelan.
Supaya diketahui bahwa air liur terus menerus diproduksi dan sehari dapat mencapai
1000 cc.
Berdasarkan ukurannya kelenjar ludah dibagi dua kelompok yaitu kelenjar ludah mayor
dan kelenjar ludah minor.
Kelenjar ludah mayor terdiri dari kelenjar parotis , kelenjar submandibula, kelenjar
sublingual. Kelenjar ludah minor terdapat beberapa macam , terletak di dalam rongga
mulut, di langit-langit mulut, di dasar lidah.
Kelenjar parotis terletak di depan dan bawah telinga telinga kiri maupun kanan ,
merupakan kelenjar ludah terbesar dengan berat rata-rata 25 gram.
Letaknya kira-kira diantara depan / bawah lubang telinga luar dan ujung tulang dagu .
Kelenjar parotis secara anatomis terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian permukaan
(superficial) dan bagian dalam (profundus) , dimana yang membatasi bagian permukaan
dalam dan luar ini adalah saraf wajah , yaitu Nervus VII atau Nervus Fascialis. (Lihat
gambar).
Saraf ke tujuh ( N.VII ) keluar dari suatu lubang kecil diantara ujung tulang dagu dan
ujung otot leher dan bawah lubang telinga , kemudian bercabang-cabang untuk
memberikakan persarafan ke otot-otot wajah, bibir atas, hidung, kelopak mata, bibir
bawah, dagu dan leher.

Tumor Parotis
Tumor kelenjar ludah menempati kira-kira 5 % dari seluruh tumor di daerah leher dan
kepala. Tumor kelenjar ludah mayor 5 kali lebih banyak daripada tumor kelenjar ludah
minor.
Dari seluruh tumor kelenjar ludah mayor, 70 % - 80 % nya adalah tumor parotis. Tumor
parotis sebagian besar adalah jinak yaitu hampir 80 %, sedangkan yang ganas sekitar 20
%.
Tumor jinak parotis pertumbuhannya relatif lambat, biasa pada usia muda , tidak terasa
nyeri, tidak ada gangguan pada persarafan nervus tujuh dan tidak pernah menyebar jauh.
Tumor ganas parotis pertumbuhannya biasanya cepat, sering terjadi pada usia diatas 50
tahun , sering menyebabkan rasa sakit, terabanya keras sampai dapat teraba seperti batu,
dan dapat menyebabkan gangguan pada saraf ketujuh seperti mulut mencong dan mata
sukar menutup.
Untuk memastikan diagnosis tumor parotis apakah jinak atau ganas, memang agak
berbeda sedikit dengan penanganan tumor lainnya.
Pada kasus-kasus dimana tumor masih tidak terlalu besar dan masih dapat dioperasi,
maka dilakukan pengangkatan pada tumor tersebut .
Bila tumor tumbuh dari kelenjar parotis bagian permukaan , maka seluruh kelenjar
parotis dan tumor yang ada di permukaan atau persisnya berada diatas nervus tujuh harus
diangkat semua. Tindakan ini disebut parotidektomi superficial.
Setelah diangkat, maka tumor diperiksakan ke patologi anatomi untuk dipastikan jinak
atau ganasnya.
Kalau dari awal tumor sudah dicurigai ganas, dan ukurannya besar sekali dan keras, kalau
ada sarana pemeriksaan patologi anatomi potong beku atau Vries Coupe (VC) pada saat
penderita dioperasi. Bila positif ganas, maka tindakannya adalah mengangkat seluruh
kelenjar parotis bagian dalam dan permukaan . Tindakan ini disebut parotidektomi total.
Resiko operasi atau komplikasi yang mungkin terjadi akibat operasi adalah cedera pada
saraf ke tujuh, dengan gejala kelopak mata atas sulit menutup, mulut terlihat menyon.
Bisa juga terjadi baal-baal atau berkurangnya rasa pada daerah sekitar telinga. Kalau
pengangkatannya hanya tumornya saja dikemudian hari bisa terjadi kekambuhan. Tidak
jarang tumor yang kambuh ini adalah ganas.
Pada tumor ganas yang ukurannya sangat besar dan keras, maka dilakukan VC. Bila
sarana VC tidak ada , maka dapat dilakukan biopsi tusuk jarum .
Bila positif ganas, dan secara tehnik masih dapat dilakukan operasi, biasanya akan
mencederai saraf ketujuh, dan terkadang memang saraf ketujuhnya harus diangkat karena
sudah termakan oleh kankernya.
Radioterapi diberikan pada kasus kanker kelenjar parotis yang sudah tidak
memungkinkan dioperasi .
Kelenjar parotis adalah salah satu kelompok kelenjar liur yang terbesar. Tumor parotis
ada yang jinak dan ada yang ganas. Keganasan tumor parotis sangatlah jarang, hanya 1-2
kasus/100.000 orang. Kanker ini umum terjadi pada wanita dengan rentang usia 30-70
tahun

Terapi untuk tumor parotis adalah dengan cara operasi baik superfisial maupun total
parotidektomi tergantung dari stadium dan histologi tumor. Tumor yang invasif atau
menyebar ke organ lain terkadang membutuhkan pengangkatan organ tersebut. Terapi
radiasi dan kemoterapi dibutuhkan untuk kanker dengan stadium akhir atau tumor yang
kambuh kembali.

Namun, terdapat banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan oleh seorang dokter
sebelum melakukan pengangkatan tumor tersebut. Operasi pengangkatan tumor parotis
(atau dikenal dengan parotidektomi) bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan
karena pada kelenjar parotis terdapat nervus facialis (persarafan wajah) dimana kerusakan
pada nervus fasialis akibat tindakan operasi dapat menimbulkan komplikasi berupa
kelumpuhan saraf wajah. Disamping itu, dokter juga menilai keuntungan dan kerugian
dari dilakukannya tindakan operasi tersebut.

Kami sarankan anda mendiskusikan secara langsung hal tersebut dengan dokter spesialis
bedah onkologi dan dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang menangani istri anda
selama ini dan mengetahui secara langsung kondisi istri anda.

Anda mungkin juga menyukai