Patofisiologi Syok :
Penyebab :
Perdarahan (syok hipovolemik)
Dehidrasi (syok hipovolemik)
Gagal jantung (syok kardiogenik)
Trauma atau cedera berat
Serangan jantung (syok kardiogenik)
Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
Infeksi (syok septik)
Reaksi alergi (syok anafilaktik)
Sindroma syok toksik.
Tanda-tanda syok :
Gelisah, pucat, keringat berlebihan dan kulit lembab
Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
Nyeri dada
Kulit Lembab Dan Dingin
Pembentukan Air Kemih Berkurang Atau Sama Sekali Tidak Terbentuk Air Kemih
Pusing
Pingsan
Tekanan Darah Rendah (Hipotensi), tapi Tidak semua hipotensi adalah syok
Denyut nadi yang cepat,pernafasan dangkal , Lemah dan sampai tidak sadarkan diri
Penanganan Syok
Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat
ada korban dalam keadaan syok adalah :
Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk penolong maupun yang ditolong (contoh keadaan berbahaya :
di tengah kobaran api)
Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
Periksa pernafasan korban (Breathing)
Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal dengan selimut)
Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan medis tiba.
Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari hipotermi) setiap 5 menit
Pengobatan :
Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung.
Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan.
Jangan diberikan apapun melalui mulut.
Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
Obat-obatan diberikan secara intravena.
Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah.
Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terus
berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
Berdasarkan Beratnya :
Berdasarkan Morfologi :
Fraktur tengkorak
Kalvaria Linear, Stelat, Depresi, NonDepresi,
Terbuka, Tertutup
PENATALAKSANAAN
Definisi : Penderita sadar & berorientasi (GCS 14 – 15 ) CKR 80% UGD, Sadar, Amnesia, Pingsan
sesaat pulih sempurna, Gejala sisa ringan.
Anamnesa : Nama, Umur, Jenis kelamin, Ras, Pekerjaan, Mekanisme dan waktu cedera.
Sadar atau tidak sadar, Tingkat kewaspadaan,amnesia Antegrad / Retrograd, Sakit kepala.
Pemeriksaan umum : Tensi, Nadi, Respirasi, Luka-luka tempat lain.
Pemeriksaan mini neurologik : GCS, Pupil, Reaksi cahaya, Motorik.
Foto polos kepala : Jejas kepala
CT-Scan kepala : Atas indikasi
Indikasi rawat : Pingsan > 15 : PTA > Jam, Pada OBS. Penurunan kesadaran, SK >>, Fraktur,
Otorhoe / Rinorhoe, Cedera penyerta, CT-Scan ABN, Tidak ada keluarga, Intoksikasi alkohol /
Obat-obatan.
Indikasi pulang : Tidak memenuhi kriteria rawat, Kontrol setelah satu minggu.
Pesan untuk penderita / keluarga :
Segera kembali ke Rumah Sakit bila dijumpai hal-hal sbb : Tidur / sulit dibangunkan tiap 2 jam, mual dan muntah >>, SK >>,
Kejang kelemahan tungkai & lengan, Bingung / Perubahan tingkah laku, Pupil anisokor, Nadi naik / turun.
INDIKASI BHD :
Henti Napas : Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban / pasien
Henti Jantung : Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadi henti jantung.
Langkah-langkah BHD :
B. Survei Primer
1. AIRWAY (JALAN NAFAS)
a. Pemeriksaan jalan nafas
Jangan lakukan head tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas.
b. Membuka Jalan Nafas :
Head tild - Chin lif atau Jaw thrust
2. BREATHING
Terdiri dari 2 tahap :
- Memastikan pasien tidak bernafas :
- Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) à <10 detik
EVALUASI :
Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih ada sumbatan di mulut pasien
serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat. Lakukan sampai dapat dilakukan 2 kali nafas
buatan yang adekuat.
Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring mantap, bila
pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan
nafas buatan kembali.
3. CIRCULATION
Pastikan tidak ada denyut jantung pada arteri karotis atau brakhialis (anak) Memastikan ada tidaknya denyut jantung < 10
detik
Lakukan Compresi 30 kali
Pada 1/2 bawah mid sternum, diantara 2 putting susu dengan posisi tangan menggunakan
metode “rib margin”
Kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5 cm)
Kompresi Jantung Luar 30 kali ( satu atau 2 penolong) membutuhkan waktu 18 detik
Kecepatan kompresi min. 100x/mnt
Sebelum intubasi
- Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
- Khusus :Anak (1-8 th) dan Bayi (<1 th )
30 : 2 (1 penolong)
15 : 2 (2 penolong)
Setelah intubasi
- Kompresi 100 x/mnt
- Ventilasi 8 - 10 x/mnt
- 5 x siklus 30 :2 (= 2 mnt) à nilai ulang sirkulasi
Syok
DEFINISI
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu
mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah
rendah dan kematian sel maupun jaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung
(misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi)
atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).
PENYEBAB
Syok bisa disebabkan oleh:
Perdarahan (syok hipovolemik)
Dehidrasi (syok hipovolemik)
Serangan jantung (syok kardiogenik)
Gagal jantung (syok kardiogenik)
Trauma atau cedera berat
Infeksi (syok septik)
Reaksi alergi (syok anafilaktik)
Cedera tulang belakang (syok neurogenik)
Sindroma syok toksik.
GEJALA
Gejala yang timbul tergantung kepada penyebab dan jenis syok.
Gejalanya bisa berupa:
- gelisah
- bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
- nyeri dada
- linglung
- kulit lembab dan dingin
- pembentukan air kemih berkurang atau sama sekali tidak terbentuk air kemih
- pusing
- pingsan
- tekanan darah rendah
- pucat
- keringat berlebihan, kulit lembab
- denyut nadi yang cepat
- pernafasan dangkal
- tidak sadarkan diri
- lemah.
DIAGNOSA
Diagnosais ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
PENGOBATAN
Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung.
Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan.
Jangan diberikan apapun melalui mulut.
Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
Obat-obatan diberikan secara intravena.
Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan
darah.
Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terlus
berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume
darah.
Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
Pemberian obat ini dilakukan sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke jaringan.
Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai, dilakukan usaha untuk memperbaiki kinerja jantung.
Kelainan denyut dan irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu).
Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin.
Obat lainnya bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraski otot jantung.
Pada serangan jantung, bisa dimasukkan pompa balon ke dalam aorta, yang untuk sementara waktu bisa meredakan
syok.
Sesudah prosedur ini, mungkin perlu dilakukan operasi bypass arteri koroner atau pembedahan untuk memperbaiki
kelainan jantung.
Pada beberapa kasus yang terjadi setelah serangan jantung, untuk memperbaiki aksi pompa jantung yang tidak memadai
dan untuk memperbaiki syok, dilakukan angioplasi koroner transluminal perkutaneusdarurat guna membuka arteri yang
tersumbat.
Jika tindakan tersebut tidak dilakukan, diberikan obat trombolitik sesegera mungkin.
Syok yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang berlebihan diatasi terutama dengan obat-obat yang
mengkerutkan pembuluh darah.
PROGNOSIS
Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal.
Jika diobati, hasilnya tergantung kepada penyebabnya, jarak antara timbulnya syok sampai dilakukannya pengobatan
serta jenis pengobatan yang diberikan.
Kemungkinan terjadinya kematian pada syok karena serangan jantung atau syok septik pada penderita usia lanjut sangat
tinggi.
PENCEGAHAN
Mencegah syok lebih mudah daripada mencoba mengobatinya.
Pengobatan yang tepat terhadap penyebabnya bisa mengurangi resiko terjadinya syok.
source : www.medicastore.com
http://monosit.wordpress.com/syok/
Berdasarkan etiloginya maka syok digolongkan atas beberapa macam yaitu :Syok Hipovolemik, Syok Kardiogenik, Syok
Distributif, dan Syok Obstruktif
SYOK HIPOVOLEMIK
Pengertian
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh
terkandung dalam kompartemen intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total
sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular dan interstitial. Volume cairan
interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15%
sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70 kg.
Etiologi
Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok hipovolemik adalah (1) kehilangan cairan eksternal seperti :
trauma, pembedahan, muntah-muntah, diare, diuresis, (2) perpindahan cairan internal seperti : hemoragi internal, luka baker,
asites dan peritonitis
Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan
peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume cairan, dan (3)
memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat mungkin.
Pengobatan penyebab yang mendasari.
Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan
pada tempat perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal.
Penggantian Cairan dan Darah
Pemasangan dua jalur intra vena dengan kjarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan.
Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah jika diperlukan.
Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin dan dekstran 6 %).
Redistribusi cairan
Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan,
trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
Terapi Medikasi
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang mendasari adalah dehidrasi. Contohnya, insulin
akan diberikan pada pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk diabetes insipidus,
preparat anti diare untuk diare dan anti emetic untuk muntah-muntah.
Military anti syoc trousersn(MAST)
Adlah pkain yang dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan balik
disekitar tungkai dan abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan membantu menahan perfusi coroner.
SYOK KARDIOGENIK
Pengertian
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang
atau berhenti sama sekali.
Etiologi
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan oleh infark miokardium,
Sedangkan Non-koronerdisebabkan oleh kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan syok kardiogenik adalah :
Membatasi kerusakan miocardium lebih lanjut
Memulihkan kesehatan miocardium
Memperbaiki kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.
Penatalaksanaan utama syok kardiogenik mencakup :
Mensuplai tambahan oksigen
Pada tahap awal syok, suplemen oksigen diberikan melalui kanula nasal 3 – 5 Liter / menit.
Mengontrol nyeri dada
Jika pasien menglami nyeri dada, morfin sulfat diberikan melalui intravena untuk menghilangkan nyeri. Pemberian posisi semi
fowler, dapat membantu untuk memberikan posisi nyaman & meningkatkan ekspansi paru.
Pemberian obat-obat vasoaktif
Terapi obat vasoaktif terdiri atas strategi farmakologi multiple untuk memulihkan dan mempertahankan curah jantung yang
adekuat. Pada syok kardiogenik koroner, terapi obat diujukan untuk memperbaiki kontraktilitas jantung, mengurangi preload
dan afterload, atau menstabilkan frekuensi jantung. Contoh, Dopamin dan nitrogliserin.
Dukungan cairan tertentu
Pemberian cairan harus dipantau dengan ketat oleh perawat untuk mendeteksi tanda kelebihan cairan. Bolus cairan intravena
yang terus diingkatkan harus diberikan dengan sangat hati-hati dimulai dengan jumlah 50 ml untuk menentukan tekanan
pengisian optimal untuk memperbaiki curah jantung.
SYOK DISTRIBUTIF
Pengertian
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika
darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.
Etiologi
Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel.
Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif yaitu (1) syok neurogenik seperti cedera medulla
spinalis, anastesi spinal, (2) syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah (3)
syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65 tahun, malnutrisi
Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini
kedalam 3 tipe :
1. Syok Neorugenik
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera
medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obat-obat depresan
atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan
bukan dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi.
Penatalaksanaan :
- Pengobatan spesifik syok neurogenik tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya Hipoglikemia (syok insulin)
dilakukan pemberian cepat glukosa.
- Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapakan anastesi spinal atau epidural dengan meninggikan bagian
kepala tempat tidur 15 – 20 derajat untuk mencegah penyebaran anastetik ke medula spinalis.
- Pada Kecurigaan medula spinal, syok neurogenik dapat dicegah melalui imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah
kerusakan medula spinalis lebih lanjut.
- Stocking elastik dan meninggikan bagian kaki tempat tidur dapat meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai.
Pengumpulan darah pada ekstremitas bawah menempatkan pasien pada peningkatan resiko terhadap pembentukan trombus.
- Pemberian heparin, stocking kompresi, dan kompresi pneumatik pada tungkai dapat mencegah pembentukan trombus.
2. Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda
asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik.
Penatalaksanaan :
- Pemberian obat-obat yang akan memulihkan tonus vaskuler, dan mendukung kedaruratan fungsi hidup dasar. Contoh :
epinefrin ,aminofilin. Epinefrin diberikan secara intravena untuk menaptkan efek vasokonstriktifnya. Difenhidramin diberikan
secara intavena untuk melawan efek histamin dengan begitu mengurangi efek permeabilitas kapiler. Aminofilin diberikan
secara intravena untuk melawan bronkospasme akibat histamin.
- Jika terdapat ancaman atau terjadi henti jantung dan henti napas, dilakukan resusitasi jantung paru (RJP)
3. Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik
dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden
luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara
menyeluruh
Etiologi
- Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh,
pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang
mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang engarah pada perembesan cairan
dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
Penatalaksanaan :
- Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum dan drainase luka dilakukan dengan tekhnik aseptik.
- Pemberian suplementasi nutrisi tinggi kandungan protein secara agresif dilakukan selama 4 hari dari awitan syok.
- Pemberian cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan termasuk antibiotik dan obat-obat vasoaktif untuk memulihkan
volume vaskuler
GAMBARAN KLINIS
Manifestasi spesifik akan bergantung pada penyebab syok, tetapi semua, kecuali syok neurogenik akan mencakup :
Kulit yang dingin dan lembab
Pucat
Peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan
Penurunan drastis tekanan darah
Individu dengan syok neurogenik akan memper;ihatkan kecepatan denyut jantung yang normal atau melambat tetapi akan
hangat dan kering apabila kulitnya diraba.
KOMPLIKASI
Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan
Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia
http://semangateli.blogspot.com/2008/06/berdasarkan-etiloginya-maka-syok.html
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENANGANAN SHOCK
A. Definisi Shock
Shock adalah keadaan dimana terjadi kegagalan sirkulasi darah perifer/tepi yang menyeluruh, sehingga aliran darah ke jaringan
perifer tidak memadai untuk menunjang hidup
B. Prosedur
Persiapan
Alat :
1. Tensimete
2. Disposable spuit
3. Kanula vena
4. Infusion set
5. Tabung oksigen beserta regulator dan flowmeter
6. Nasala prong atau masker beserta slang
7. Ambu bag
C. Macam-Macam Shock
1. Shock hipovolemik
2. Shock kardiogenik
3. Shock vasomotor
4. Shock kombinasi dari ketiganya
D. Sebab-Sebab Shock
1. Shock hipovolemik
a. Perdarahan external yang exesive (banyak)
b. Kehilangan cairan tubuh yang banyak
c. Pengeluaran cairan yang banyak melalui ginjal
d. Kekurangan pemasukan cairan
2. Shock Kardiogenik (volume darah cukup)
a. Kegagalan ventrikuler
b. Gangguan irama jantung
c. Infark miokard
d. Pneumothorak, embolus paru
e. Tamponade jantung
3. Vasodilatasi shock
a. Sepsis (sepsis shock)
b. Intoksikasi obat (anafilaktik shock)
c. Trauma serebral (neurogenik shock)
1. Penurunan kesadaran/gelisah
2. Hipotensi, tekanan sistolik < 90 mmhg
3. Hipotensi perifer, kulit teraba dingin, lembab, nadi kecil dan cepat
4. Perbedaan tekanan darah pada posisi terlentang dengan posisi duduk/berdiri lebih dari 10 mmhg
5. Perbedaan frekuensi nadi pada posisi terlentang dengan posisi duduk >15 x/menit
F. Tingkatan Shock
1. Ringan (kehilangan volume darah <20%)
Tanda klinis: rasa dingin, hipotensi postural, takikardi, kulit lembab, urine pekat, diuresis kurang, kesadaran masih normal
2. Sedang (kehilangan cairan 20%-40% dari volume darah total)
Tanda klinis: penurunan kesadaran, delirium/agitasi, hipotensi, takikardi, nafas cepat dan
dalam, oliguri, asidosis metabolik.
A. Definisi
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada
henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu
sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
2. Breathing (Pernafasan)
Setelah jalan nafas terbuka, penolong hendaknya segera menilai apakah pasien dapat bernafas spontan atau tidak. Ini dapat
dilakukan dengan mendengarkan gerak nafas pada dada korban. Bila pernafasan spontan tidak timbul kembali diperlukan
ventilasi buatan.
Untuk melakukan ventilasi mulut ke mulut penolong hendaknya mempertahankan kepala dan leher korban dalam salah satu
sikap yang telah disebutkan diatas dan memencet hidung korban dengan satu tangan atau dua kali ventilasi dalam. Kemudian
segera raba denyut nadi karotis atau femoralis. Bila ia tetap henti nafas tetapi masih mempunyai denyut nadi diberikan
ventilasi yang dalam sebesar 800 ml sampai 1200 ml setiap 5 detik.
Bila denyut nadi karotis tidak teraba, dua kali ventilasi dalam harus diberikan sesudah tiap 15 kompresi dada pada resusitasi
yang dilakukan oleh seorang penolong dan satu ventilasi dalam sesudah tiap 5 kompresi dada pada yang dilakukan oleh 2
penolong. Tanda ventilasi buatan yang adekuat adalah dada korban yang terlihat naik turun dengan amplitudo yang cukup ada
udara keluar melalui hidung dan mulut korban selama respirasi sebagai tambahan selama pemberian ventilasi pada korban,
penolong dapat merasakan tahanan dan pengembangan paru korban ketika diisi.
Pada beberapa pasien ventilasi mulut ke hidung mungkin lebih efektif daripada fentilasi mulut ke mulut. Ventilasi mulut ke
stoma hendaknya dilakukan pada pasien dengan trakeostomi. Bila ventilasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung tidak berhasil
baik walaupun jalan nafas telah dicoba dibuka, faring korban harus diperiksa untuk melihat apakah ada sekresi atau benda
asing.
Pada tindakan jari menyapu, korban hendaknya digulingkan pada salah satu sisinya. Sesudah dengan paksa membuka mulut
korban dengan satu tangan memegang lidah dan rahangnya, penolong memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang
lain kedalam satu sisi mulut korban dalam satu gerakan menyapu. Bila tindakan ini gagal untuk mengeluarkan benda asing,
hendaknya dikerjakan hentakan abdomen atau hentakan dada, sehingga tekanan udara dalam abdomen meningkat dan akan
mendorong benda untuk keluar.
Hentakan dada dilakukan pada korban yang terlentang, teknik ini sama dengan kompresi dada luar. Urutan yang dianjurkan
adalah:
1. Berikan 6 sampai 10 kali hentakan abdomen.
2. Buka mulut dan lakukan sapuan jari.
3. Reposisi pasien, buka jalan nafas dan coba beri ventilasi buatan dapat dilakukan
dengan sukses.
Bila sesudah dilakukan gerak tripel (ekstensi kepala, buka mulut dan dorong mandibula), pembersihan mulut dan faring
ternyata masih ada sumbatan jalan nafas, dapat dicoba pemasangan pipa jalan nafas. Bila dengan ini belum berhasil perlu
dilakukan intubasi trakheal. Bila tidak mungkin atau tidak dapat dilakukan intubasi trakheal, sebagai alternatifnya adalah
krikotomi atau fungsi membrane krikotiroid dengan jarum berlumen besar (misal dengan kanula intravena 14 G). Bila masih
ada sumbatan di bronkhus maka perlu tindakan pengeluaran benda asing dari bronkhus atau terapi bronkhospasme dengan
aminophilin atau adrenalin.
4. Circulation (Sirkulasi)
Bantuan ketiga dalam BHD adalah menilai dan membantu sirkulasi. Tanda- tanda henti jantung adalah:
a. Kesadaran hilang dalam waktu 15 detik setelah henti jantung.
b. Tak teraba denyut nadi arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakhialis pada bayi).
c. Henti nafas atau megap- megap.
d. Terlihat seperti mati.
e. Warna kulit pucat sampai kelabu.
f. Pupil dilatasi (45 detik setelah henti jantung)
g. Tidak ada nadi yang teraba pada arteri besar, pemeriksaan arteri karotis sesering mungkin merupakan tanda utama henti
jantung. Diagnosis henti jantung dapat ditegakkan bila pasien tidak sadar dan tidak teraba denyut arteri besar. Pemberian
ventilasi buatan dan kompresi dada luar diperlukan pada keadaan sangat gawat.
Korban hendaknya terlentang pada permukaan yang keras agar kompresi dada luar yang dilakukan efektif. Penolong
berlutut di samping korban dan meletakkan sebelah tangannya diatas tengah pertengahan bawah sternum korban sepanjang
sumbu panjangnya dengan jarak 2 jari dari persambungan episternum. Tangan penolong yang lain diletakkan diatas tangan
pertama, jari- jari terkunci dengan lurus dan kedua bahu tepat diatas sternum korban, penolong memberikan tekanan ventrikel
ke bawah yang cukup untuk menekan sternum 4 sampai 5 cm.
Setelah kompresi harus ada relaksasi, tetapi kedua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban, dianjurkan lama
kompresi sama dengan lama relaksasi. Bila ada satu penolong, 15 kompresi dada luar (laju 80 sampai 100 kali/ menit) harus
diikuti dengan pemberian 2 kali ventilasi dalam (2 sampai 3 detik). Dalam satu menit harus ada 4 siklus kompresi dan ventilasi
(yaitu minimal 60 kompresi dada dan 8 ventilasi). Jadi 15 kali kompresi dan 2 ventilasi harus selesai maksimal dalam 15 detik.
Bila ada 2 penolong, kompresi dada diberikan oleh satu penolong dengan laju 80 sampai 100 kali/ menit dan pemberian satu
kali ventilasi dalam 1 sampai 1,5 detik oleh penolong kedua sesudah tiap kompresi kelima. Dalam satu menit minimal harus
ada 60 kompresi dada dan 12 ventilasi. Jadi lima kompresi dan satu ventilasi maksimal dalam 5 detik.
Kompresi dada harus dilakukan secara halus dan berirama. Bila dilakkan dengan benar, kompresi dada luar dapat
menghasilkan tekanan sistolik lebih dari 100 mmHg, dan tekanan rata- rata 40 mmHg pada arteri karotis. Kompresi dada tidak
boleh terputus lebih dari 7 detik setiap kalinya, kecuali pada intubasi trakheal, transportasi naik turun tangga dapat sampai 15
detik. Sesudah 4 daur kompresi dan ventilasi dengan rasio 15 : 2, lakukan reevaluasi pada pasien. Periksa apakah denyut
karotis sudah timbul (5 detik). Bila tidak ada denyut lanjutkan dengan langkah berikut : Periksa pernafasan 3 sampai 5 detik
bila ada, pantau pernafasan dan nadi dengan ketat. Bila tidak ada lakukan ventilasi buatan 12 kali per menit dan pantau nadi
dengan ketat. Bila RJP dilanjutkan beberapa menit dihentikan, periksa apakah sudah timbul nadi dan ventilasi spontan begitu
seterusnya
Dalam keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut ini:
1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif.
2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila tidak ada
dokter).
3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter sebelumnya).
4. Penolong terlalu capek sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.
5. Pasien dinyatakan mati
Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam stadium terminal suatu penyakit yang tidak
dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih (yaitu sesudah setengah atau satu jam
terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP).
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini
disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan
untuk membebaskan jalan napas korban.
b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar
kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust
Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
2. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan)
pasien. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (eg: darah),
maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah
dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan
pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
4. Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah diantara tulang scapula di
punggung
b. Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri seperti gambar lalu
mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?
5. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan
normal adalah 12 -20 kali permenit)
6. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen and Feel
7. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah)
8. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)
9. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (ceklah dengan 2 jari,
letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher
(sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.
10. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F pada bayi), diikuti dengan nafas
buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung
11. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look Listen and Feel (kembali
ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.
12. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a. Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b. Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c. Bantuan sudah dating
d. Teraba denyut nadi karotis
13. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a. Denyut nadi >100 kali per menit
b. Telapak tangan basah dingin dan pucat
c. Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dg kuku pemeriksa
selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
14. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki
pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung
15. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
16. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau
membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg
dibebat mati)
17. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and
Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan
pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan
pada algortima di atas)
Prosedur pijat jantung :
a. Posisikan diri di samping pasien
b. Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)
c. Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar
d. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
e. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
f. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)
g. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung
dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :
1) Satu Dua Tiga EmpatSATU
2) Satu Dua Tiga Empat DUA
3) Satu Dua Tiga Empat TIGA
4) Satu Dua Tiga Empat EMPAT
5) Satu Dua Tiga Empat LIMA
6) Satu Dua Tiga Empat ENAM
E. Lain-Lain
1. Furosemid
2. Morfin
3. Nitrogliserin
4. Digoksin
5. Aminofilin