Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 4 macam tonsil, yaitu tonsil
palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil tubal dan tonsil lingual. Tonsil-tonsil tersebut
membentuk suatu cincin jaringan limfoid di sekitar ujung atas faring yang disebut
sebagai cincin Waldeyer. Tonsil terdapat pada pintu masuk traktus aerodigestif
sehingga berperan sebagai pertahanan pertama untuk melindungi traktur respiratorius
bagian bawah dan traktus gastrointestinal.2
Permukaan medial tonsil dilapisi oleh epitel berlapis gepeng non keratin yang
menonjol ke dalam membentuk kripta. Tonsil palatina terdiri dari 10-30 kriptus yang
dibatasi oleh permukaan epitel. Kripta dapat terisi materi seperti keju yang merupakan
kumpulan sel epitel, bakteria, dan debris makanan disebut sebagai detritus. 3
Kutub bawah tonsil melekat pada lidah. Lipatan triangular membrane mukosa
meluas dari arkus anterior sampai bagian anteroinferior tonsil dan menyelimuti suatu
rongga yang disebut rongga tonsilar anterior. Tonsil dipisahkan dari lidah oleh sulkus
tonsillolingual.3
Fossa tonsillar terdiri dari tiga otot, yaitu m. palatoglosus yang membentuk pilar
anterior, m.palatopharyngeal yang membentuk pilar posterior, dan m. constrictor
superior dari faring yang membentuk bagian terbesar dari tonsillar bed.2
Pembesaran tonsil palatina pada orang dewasa dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal. Pembesaran tonsil pada orang dewasa dapat diakibatkan oleh infeksi dan
neoplasma. Infeksi yang paling banyak menyebabkan pembesaran tonsil adalah abses
tonsil, abses peritonsilar, dan abses parafaringeal. Sedangkan, neoplasma pada kasus
pembesaran tonsil dibagi menjadi ganas dan jinak.2
Neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada kasus pembesaran tonsil
adalah papilloma. Sedangkan pada neoplasma dengan suspek ganas, yang paling
banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa dan limfoma (Hodgkin’s lymphoma
dan Non Hodgkin’s lymphoma).2
Pada kasus pembesaran tonsil dengan suspek ganas, terdapat beberapa gejala
yang dapat ditemukan, yaitu:2
Etiologi penyakit masih belum jelas. Menurut Bailey dan National Kanker
Institut diduga berhubungan dengan/mempunyai faktor resiko yaitu:4,6
1. Merokok/mengunyah tembakau.
Hal ini merupakan faktor resiko yang paling kuat dalam terjadinya kanker
tonsil. Semakin lama menggunakan tembakau, semakin lama kemungkinan
terkena kanker tersebut. Hal ini bisa menyebabkan iritasi akibat mulut terlalu
lama terpapar dengan tembakau dan membuat sel berubah menjadi sel
karsinogen.
2. Alkohol.
Merupakan faktor resiko yang selanjutnya setelah merokok/mengunyah
tembakau. Hal ini disebabkan oleh adanya proses eliminasi asetaldehide,
karsinogen terbentuk dari metabolisme alkohol sehingga terjadi penurunan
proses eliminasi dari asetaldehide.
4. Virus.
Virus dapat langsung masuk ke sel di daerah mulut dan merubah gen menjadi
sel kanker. Human Papiloma Virus (HPV) merupakan virus yang diduga dapat
merubah sel normal menjadi sel kanker. Ebstein Barr Virus (EBV) juga
merupakan virus yang diduga berperan dalam patogenesis terjadinya kanker.
Walaupun menurut Jian dkk EBV tidak terdeteksi dalam sel kanker sehingga
belum jelas hubungan antara EBV dengan penyebab sel kanker.
6. Imunodefisiensi.
Merupakan faktor resiko yang berperan dalam timbulnya kanker melalui
pengerusakan mekanisme respon imun.
7. Genetik.
Faktor ini berperan dalam timbulnya kanker misalnya pada orang asia timur
yang membawa sel mutan alel inaktif dalam gennya sehingga jika ada faktor
lain dapat memperberat kemungkinan terjadinya perubahan sel kanker.
Gejala Klinis
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Palpasi juga dilakukan di daerah leher untuk memeriksa kelenjar getah bening
(menentukan ukuran, konsistensi dan perlekatan dengan jaringan sekitarnya).
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dari belakang secara sistematis. Selain itu kadang
kita memerlukan pemeriksaan dengan menggunakan fiberoptik nasofaringoskop jika
ditemukan gejala trismus. Direk laringoskopi, esofagoskopi dan bronkoskopi dilakukan
jika terdapat gejala-gejala/adanya kecurigaan tumor sampai ke arah laring, esofagus
atau bronkus. 4,6,8,9
Pemeriksaan Penunjang
Stadium
T4a : tumor menginvasi laring, m. ekstrinsik dari lidah, medial pterigoid, palatum
durum atau mandibula.
N1 : metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral, 3 cm atau kurang dari dalam
dimensi terbesar.
N2a : metastasis pada satu kelenjar limfe ipsilateral, 3 – 6 cm dalam dimensi terbesar.
N2b : metastasis pada banyak kelenjar limfe ipsilateral, 6 cm atau kurang dari dalam
dimensi terbesar.
N2c : metastasis pada kelenjar limfe bilateral/kontralateral, 6 cm atau kurang dari dalam
dimensi terbesar.
N3 : metastasis pada kelenjar limfe lebih besar dari 6 cm dalam dimensi terbesar.
Stadium 0 Tis No Mo
Stadium I T1 No Mo
Stadium II T2 No Mo
T3 No Mo
T1 N1 Mo
Stadium III
T2 N1 Mo
T3 N1 Mo
T4a No Mo
T4a N1 Mo
T1 N2 Mo
Stadium IVa
T2 N2 Mo
T3 N2 Mo
T4a N2 Mo
T4b Any N Mo
Stadium IVb
Any T N3 Mo
Stadium IVc Any T Any N M1
Histopatologi
Kanker tonsil biasanya termasuk dalam tipe sel squamosa berdiferensiasi baik
sampai sedang (terdapat kira-kira pada 50% pasien). Untuk karsinoma sel squamosa
diberikan pengobatan operasi, radiasi baik tunggal atau kombinasi.
Limfoepitelioma lebih jarang ditemukan pada tonsil (kurang dari 1,5%).
Limfoepitelioma menunjukkan diferensiasi yang buruk, karsinoma sel squamosa tidak
berkeratinisasi dengan infiltrasi jaringan limfe. Gambaran klasik tumor ini biasanya
terdapat sel epitel yang jernih, nukleus yang berisi satu atau lebih nukleus yang besar.
Limfoepitelioma dapat diberikan pengobatan radiasi karena termasuk jenis yang
sensitif dengan pengobatan tersebut. Tindakan operasi bertujuan untuk penyelamatan
atau penyakit leher yang persisten.
Limfoma maligna, biasanya tipe non-Hodgkin’s yang merupakan 10-15% kanker pada
tonsil. Menurut klasifikasi Rappaport, mereka dibagi menjadi tipe sel yang kecil dan
besar. Mereka cenderung tumbuh secara submukosa dan dapat mencapai ukuran yang
besar tanpa menimbulkan ulserasi mukosa. Untuk Limfoma diberikan kemo dan
radioterapi. Penyakit Hodgkin’s yang primer pada tonsil sangat jarang terjadi.
Menurut Conley dan Pack, Melanoma maligna pada fossa tonsilaris hanya terdapat 6%
dari seluruh melanoma. Untuk Melanoma dan Sarkoma diberikan pengobatan dengan
eksisi lokal dan diseksi leher digunakan bila terdapat keterlibatan kelenjar atau untuk
akses tindakan operasi.4,13
Tatalaksana
Operasi
Tindakan operasi menjadi pilihan pengobatan yang terbaik, terutama jika lesi
tumor radio atau kemoresisten. Adapun keuntungan tindakan ini adalah operasi
memberikan reseksi yang luas dan akses untuk histopatologis tumor primer. Tetapi
memberikan kerugian seperti kecacatan fungsi akibat tindakan reseksi tersebut. 14
Adapun tindakan operasi pada kanker tonsil dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu: 1,2,4
1. Pendekatan Transoral
Tindakan ini meliputi reseksi kanker melalui mulut tanpa insisi luar. Tindakan
ini biasanya untuk T1, superfisial dan kanker yang eksofitik pada tonsil. Reseksi
dengan pendekatan ini biasanya cepat dan kecacatan yang minimal, tetapi
visualisasi terhadap daerah posterior dan pinggir kanker cenderung jelek.
2. Pendekatan Transmandibular
a. Pendekatan Mandibular Swing.
Tehnik ini memiliki lapang pandang yang luas untuk seluruh rongga
orofaring dan dapat digunakan untuk mengangkat kanker secara intoto.
Tindakan ini digunakan untuk kanker yang belum menginfiltrasi
mandibula. Osteotomi dilakukan pada sebelah anterior dari N.mentalis
pada sisi ipsilateral melalui dasar gigi. Jaringan dipotong kemudian
diteruskan melalui dasar mulut sampai ke posterior dari pinggir anterior
yang akan direseksi. Bagian mandibula dan lidah ditarik, sehingga dapat
memperlihatkan tumor dan ruang parafaring. Kerugian dari tehnik ini
dapat mengorbankan seluruh hemimandibula jika terdapat kecurigaan
infiltrasi ke mandibula.
b. Pendekatan Mandibulektomi.
Tehnik ini digunakan pada kanker lanjut yang sudah menginfiltrasi
mandibula. Biasanya tehnik ini diikuti oleh diseksi leher. Bibir dibagi 2
dan flap dagu dibentuk oleh insisi yang tebal melalui sulkus
bukoginggiva. Mandibula bagian anterior dipotong agar dapat terlihat
seluruh tumor (1-2 cm). Mandibula bagian kranial dipotong sepanjang
ramus tetapi reseksi dari prosesus koronoid dan kondilus mungkin
diperlukan pada tumor yang luas. Kemudian mandibula dapat ditarik ke
lateral dan dimulailah pemotongan tumor. Adapun kerugian dari
tindakan ini adalah terjadi defisit pada kosmetik maupun fungsional.
Radioterapi
Kemoterapi
Komplikasi
Menurut Bailey, komplikasi akibat tindakan operasi dan pemberian radioterapi dapat
mengakibatkan:4
1. Operasi
Kerusakan pada gigi, saraf, infeksi pada luka, disfagia, disfungsi tuba eustachius,
maloklusi, disfungsi TMJ dan lain-lain.
2. Radiasi
Mukositis, xerostomia, disfungsi indera perasa, disfagia, fibrosis dan lain-lain.
Prognosis
• Stadium I : 67%
• Stadium II : 46%
• Stadium III : 31%
• Stadium IV : 32%
DAFTAR PUSTAKA