Anda di halaman 1dari 33

Case Report Section

Tumor Tonsil

Oleh :
Akbar Shiddiq (0910312080)
Ressy Dara Amelia
(0910313191)

Pembimbing

dr. Fachzi Fitri, Sp.THT-KL MARS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK-KEPALA


LEHER RUMAH SAKIT DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. ANATOMI TONSIL

Tonsilla lingualis, tonsilla palatina, tonsilla faringeal dan tonsilla tubaria

membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran

pencernaan. Cincin ini dikenal dengan nama cincin Waldeyer. Tonsil merupakan massa

yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di

dalamnya.

Gambar 1.1. Letak Tonsil

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

 Lateral — muskulus konstriktor faring superior

 Anterior — muskulus palatoglosus

 #osterior — muskulus palatofaringeus


Superior — palatum mole
 Inferior — tonsil lingual

Adenoid atau tonsila faringeal adalah jaringan limfoepitelial berbentuk triangular


yang terletak pada aspek posterior. Adenoid berbatasan dengan kavum nasi dan sinus
paranasalis pada bagian anterior, kompleks tuba eustachius- telinga tengah- kavum
mastoid pada bagian lateral. (
Terbentuk sejak bulan ketiga hingga ketujuh embriogenesis. Adenoid akan terus
bertumbuh hingga usia kurang lebih ) tahun, setelah itu akan mengalami regresi.
Adenoid telah menjadi tempat kolonisasi kuman sejak lahir. *kuran adenoid beragam
antara anak yang satu dengan yang lain. *mumnya ukuran ma+imum adenoid tercapai
pada usia antara 3-7 tahun. #embesaran yang terjadi selama usia kanak-kanak muncul
sebagai respon multi antigen seperti virus, bakteri, alergen, makanan dan iritasi
lingkungan. (

Gambar 1.(. Adenoid


Fossa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior
adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior. #ada bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.
Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.(
#ada bagian permukaan lateral dari tonsil tertutup oleh suatu membran jaringan
ikat, yang disebut kapsul. 0apsul tonsil terbentuk dari fasia faringobasilar yang
kemudian
membentuk septa. (
#lika anterior dan plika posterior bersatu di atas pada palatum mole. 0e arah
bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring. #lika
triangularis atau plika retrotonsilaris atau plika transversalis terletak diantara pangkal
lidah dengan bagian anterior kutub bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal
dari otot palatofaringeus. Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat
pengangkatan tonsil dengan jerat. 0omplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa
tonsil atau terpotongnya pangkal lidah. (
2askularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu A.
maksilaris eksterna 3A. fasialis4 yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A.
palatina asenden, A. maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A.
lingualis dengan cabang A. lingualis dorsal, dan A. faringeal asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor superior dan

memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden,
mengirimkan cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri
faringeal asenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m.
konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim
cabangnya ke tonsil, plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau a.
palatina posterior atau 5lesser palatine artery5 memberi vaskularisasi tonsil dan palatum
mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina asenden. 2ena-vena dari
tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. (

Gambar 1.3. #endarahan Tonsil


Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui perjalanan aliran getah
bening. Aliran limfa dari daerah tonsil akan mengalir ke rangkaian getah bening servikal
profunda atau disebut juga deep jugular node. Aliran getah bening selanjutnya menuju
ke
kelenjar toraks dan pada akhirnya ke duktus torasikus.
Innervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf 2 melalui
ganglion sphenopalatina dan bagian bawah tonsil berasal dari saraf glossofaringeus 3N.
I74. (
Gambar 1.8. Sistem Limfatik kepala dan leher
Lokasi tonsil sangat memungkinkan mendapat paparan benda asing dan patogen,
selanjutnya membawa mentranspor ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar dari
tonsil ditemukan pada usia 3 — 19 tahun. #ada usia lebih dari )9 tahun Ig-positif sel B
dan
sel T berkurang banyak sekali pada semua kompartemen tonsil.
Secara sistematik proses imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian yaitu
respon imun tahap I, respon imun tahap II, dan migrasi limfosit. #ada respon imun tahap
I

terjadi ketika antigen memasuki orofaring mengenai epitel kripte yang merupakan
kompartemen tonsil pertama sebagai barier imunologis. Sel M tidak hanya berperan
mentranspor antigen melalui barier epitel tapi juga membentuk komparten mikro
intraepitel spesifik yang membawa bersamaan dalam konsentrasi tinggi material asing,
limfosit dan A#C seperti makrofag dan sel dendritik. (,3
Respon imun tonsila palatina tahap kedua terjadi setelah antigen melalui epitel
kripte dan mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid. Adapun respon imun
berikutnya berupa migrasi limfosit. #erjalanan limfosit dari penelitian didapat bahwa
migrasi limfosit berlangsung terus menerus dari darah ke tonsil melalui <E23 high
endothelial venules4 dan kembali ke sirkulasi melalui limfe.
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut.

T > ? tonsil didalam fossa tonsil atau telah diangkat.

T 1 ? bila besarnya @ jarak arkus anterior dan

uvula.

T ( ? bila besarnya (A8 jarak arkus anterior dan

uvula. T 3 ? bila besarnya B jarak arkus anterior dan

uvula. T 8 ? bila besarnya mencapai arkus anterior


atau lebih.
1.2. Histologi Tonsil

Tonsila #alatina berasal dari proliferasi sel-sel epitel yang melapisi kantong
faringeal kedua. #erluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian
dorsalnya tetap ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. #ilar tonsil berasal dari arcus

branchial kedua dan ketiga. 0ripta tonsillar pertama terbentuk pada usia kehamilan
1( minggu dan kapsul terbentuk pada usia kehamilan (9 minggu. #ada sekitar bulan
ketiga,
tonsil secara gradual akan diinfiltrasi oleh sel-sel limfatik.3
Secara histologis tonsil mengandung 3 unsur utama yaitu jaringan ikat atau
trabekula 3sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf dan limfa4, folikel
germinativum 3sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda4 serta jaringan interfolikel
3jaringan limfoid dari berbagai stadium4. 3

Gambar 1.(.1. Gambaran <istologi Tonsil


1.3. Imunologi pada Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 59-)9% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil
adalah 89% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang . Limfosit B berproliferasi di
pusat germinal. Immunoglobulin 3IgG, IgA, IgM, IgD4, komponen komplemen,
interferon, lisoEim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar Sel limfoid yang
immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 8 area yaitu epitel sel ret ikular, area
ekstrafolikular, mantle Eone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel
limfoid.3 Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi
dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai ( fungsi utama
yaitu: 14 menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
(4 sebagai organ utama produksi antibodi dan sensit isasi sel limfosit T
dengan antigen spesifik.

1.2 Tumor Tonsil

1.2.1 Epidemiologi
0eganasan tonsil merupakan keganasan di Amerika Serikat dengan angka lebih
dari 9,5% dari semua jenis keganasan setiap tahunnya. Lebih dari F999 karsinoma
orofaringeal didiagnosis di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sebuah badan patologi di
Amerika mempunyai data dari tahun 1985 — 197) ada sekitar 79% lebih dari keganasan
di wilayah ini adalah karsinoma sel skuamosa. 0arsinoma sel skuamosa menyerang 3 —
8 kali lebih sering pada laki — laki dibandingkan wanita dan sebagian besar berkembang
dalam dekade kelima kehidupan. Limfoma tonsil adalah keganasan yang paling sering
terjadi nomer dua.8

1.2.2. Etiologi
Menurut National Cancer Institute, faktor risiko karsinoma sel skuamosa
termasuk merokok dan penyalahgunaan etanol. Baru — baru ini ada indikasi bahwa
etiologi virus juga harus dipertimbangkan. Meskipun virus Epstein – Barr 3 EB2 4

merupakan pertimbangan utama pada karsinoma nasofaring, Human Papilloma Virus


3 <#2 4 telah terbukti sebagai ancaman. 5

Beberapa studi telah mengidentifikasi indikasi kehadiran <#2 pada sekitar )9%
dari karsinoma tonsil. 5

Bila tonsil termasuk dalam studi wilayah orofaring, maka faktor risiko meliputi:
1. Diet rendah buah dan
sayuran (. Infeksi <#2
3. Merokok
8. Alkohol

1.2.3. Patogenesis
0arsinoma sel skuamosa tonsil mungkin terbatas pada fosa tonsil, tetapi
perluasan pada ke struktur yang berdekatan sering terjadi. 0arsinoma umumnya
menyebar sepanjang sulkus glosotonsilar melibatkan dasar lidah. Selain itu, penyebaran
sering melibatkan palatum mole atau nasofaring. Fosa tonsil dibatasi oleh otot superior
konstriktor yang mungkin berisi penyebaran karsinoma. 8
Namun ketika otot konstriktor dilampaui, ini menjadi keuntungan tumor untuk
mengakses ke ruang parafaring. Ini melibatkan otot — otot pterigoid atau mandibular.
#enyebaran ke arah superior dari ruang parafaring bisa melibatkan dasar tengkorak dan
penyebaran ke arah inferior bisa melibatkan leher bagian lateral. Akhirnya keterlibatan
yang luas dalam ruang parafaring mungkin melibatkan arteri karotis. 8

Metastase ke daerah limfatik sering terjadi. Metastase ke leher sebanyak kurang


lebih )5%. 0arsinoma sel skuamosa tonsil juga dapat bermetastase ke kelenjar getah
bening retrofaring. Metastase jauh dari karsinoma sel skuamosa tonsil terjadi sekitar 15
— 39%. Lokasi yang paling umum adalah paru — paru, diikuti oleh hati dan kemudian
tulang. 8

1.2.4. Klasifikasi
1.
Tumor Tonsil Jinak

a) Kista Tonsil

Gambar 1.(.8.1. 0ista tonsil

0ista epitel tonsil merupakan jenis yang paling sering. #ermukaannya berkilau
halus dan berwarna putih atau kekuningan. 0ista ini tidak memberikan gejala apapun,
akan tetapi kista yang lebih besar akan menyebabkan suatu benjolan di tenggorokan dan
mungkin perlu dioperasi.

b) Papiloma Tonsil
Gambar 1.(.8.(. #apiloma tonsil

#apiloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula,


tonsil atau pilar. Tampak massa bergranular yang timbul dari pilar anterior pada

bagian posteriornya.
c) Polip Tonsil

Gambar #olip tonsil


Massa tonsil menunjukkan gambaran polip jinak pada pemeriksaan
histologi.
2.
Tumor Ganas,6,;
a) Karsinoma Sel Skuamosa Tonsil
Gambar 0arsinoma sel skuamosa tonsil

0arsinoma sel skuamosa tonsil menunjukkan pembesaran dan ulserasi


dari tonsil, tapi bisa juga tidak selalu disertai dengan ulserasi. Tampilannya
hampir sama dengan limfoma dan hanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan
histologik. Sekitar 99% tumor tonsil adalah karsinoma sel skuamosa. Tumor ini
relatif sering terjadi terutama pada usia 59 dan 79 tahun. #erbandingan laki-laki
dan peremuan adalah 3-8:1 dan sering dikaitkan dengan perokok dan peminum
alkohol. )-% pasien datang dengan metastase ke serviks bilateral sebanyak
15%, sedangkan
metastase jauh ditemukan sekitar 7%.
b) Limfoma Tonsil
Limfoma sulit dibedakan dengan Hundifferentiated” karsioma dan
limfoma marker diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Studi tersebut
memerlukan sejumlah besar jaringan yang dikirim dalam keadaan segar 3dalam

normal saline, bukan dalam larutan formaldehid4 kepada ahli patologi. Ini
merupakan alasan
mengapa setelah tonsilektomi lebih baik di periksa jaringannya.
Limfoma merupakan jenis yang paling umum kedua pada keganasan
tonsil. Limfoma tonsil biasanya ditandai dengan massa submukosa dan
pembesaran asimetris pada salah satu tonsil. Bila terdapat limfadenopati, maka
pembesaran kelenjar getah bening diamati pada sisi yang sama.
Gambar Limfoma Tonsil
1.1.5. Manifestasi klinik
0ebanyakan pasien dengan tumor tonsil datang dalam keadaan penyakit lanjut
karena lesi awal biasanya tanpa gejala ketika lesi masih kecil. #asien dengan karsinoma
tonsil dapat datang dengan keluhan massa pada leher. <al ini karena karsinoma muncul
di dalam kriptus. Sebuah karsinoma sel skuamosa mungkin berasal dari 1 atau lebih
lokasi

dari tonsil itu sendiri. Selain itu tonsil juga dapat membesar dan menonjol ke dalam
rongga mulut. Tonsil kaya akan kelenjar limfoid yang membantu akses neoplasma dan
bermetastase ke kelenjar leher. Semua faktor itu menjelaskan mengapa pasien biasanya
datang dengan massa pada leher.1,8
#embesaran kelenjar getah bening dengan tumor primer yang tersembunyi harus
diperiksa lebih lanjut pada tonsilnya. 0arsinoma sel skuamosa primer tersembunyi yang
bermanifestasi sebagai limfadenopati leher adalah masalah umum yang dihadapi oleh
ahli
T<T. 8
Sakit tenggorokan, sakit telinga, sensasi benda asing di tenggorokan dan

perdarahan semuanya mungkin terjadi. Trismus mengindikasikan bahwa adalah


keterlibatan dari parafaring. Jika massa leher tidak jelas pada pemeriksaan biasa, palpasi
mungkin diarahkan ke bagian belakang yang menunjukkan adanya limfadenopati
servikal. #enurunan berat badan dan kelelahan merupakan hal yang umum pada tumor
ini. 8
Jika tumor sampai ke dasar lidah, kelenjar kontralateral mungkin sudah terlibat.
Tumor tonsil primer dapat tumuh sepenuhnya di bawah permukaan. >leh karena itu,
dokter harus melihat apapun yang mencurigakan atau mungkin melihat sedikit
peningkatan ukuran tonsil. 8
0arsinoma tonsil ini tidak menunjukkan gejala awal. Dalam tahap selanjutnya
beberapa gejala yang sangat menonjol dan jelas adalah sebagai berikut:
1. Terbentuk benjolan dileher sebagai akibat metastasis karsinoma tonsil ke kelenjar
getah bening di leher.
(. 0esulitan dalam menelan
3. Sakit tenggorokan atau suara serak di tenggorokan
8. Air liur mengandung darah
5. #ada satu sisi tonsil mungkin dapat membesar
). Berat badan turun
7. Merasa massa di tenggorokan

1.1.6. Diagnosis
1. Anamnesis
Dari anamnesis akan didapatkan sakit tenggorokan yang dialami berulang-ulang
walaupun setelah mengkomsumsi antibiotik. #asien juga sering datang dengan
keluhan benjolan di leher, nyeri telinga 3otalgia4 pada salah satu telinga, kesulitan
menelan 3odinofagia4. 0adang-kadang pasien tidak bisa membuka mulut 3trismus4. 1
2. Pemeriksaan Fisik
Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut, dilihat keadaan bibir,
mukosa rongga mulut, lidah dan gerakan lidah. Dengan menekan bagian tengah lidah
memakai spatula lidah, maka bagian-bagian rongga mulut lebih jelas terlihat.
#emeriksaan dimulai dengan melihat dinding uvula, arkus faring, tonsil, mukosa
pipi, apakah terdapat pembesaran, palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa
tumor, kista dan lain-lain. pada pemeriksaan fisis pasien dengan tumor tonsil,
terdapatnya suatu massa dengan permukaan yang tidak rata dan memberikan
nyeri, karena

dipersarafi oleh cabang N. Trigeminus dan N. Fasialis, dapat menjadi petanda


adanya suatu keganasan. 1
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes fungsi hati diperlukan untuk mengetahui riwayat komsumsi
aethanolAalkohol. Selain itu untuk mengetahui metabolisme hepar terhadap
pemakaian agen kemoterapi atau obat lain sebelumnya. 8

b. Radiologi
CT scan leher dengan atau tanpa kontras diperlukan untuk mengevaluasi
metastasis dan untuk menilai sejauh mana perkembangan tumor. <al ini penting
dalam staging tumor tonsil. 8
Gambar 1(: Massa dengan ukuran (mm pada daerah tonsil kanan dengan hasil
biopsi jarum halus didapatkan suatu karsinoma sel skuamosa

Gambar 13: <asil CT-scan menunjukkan tumor tonsil pada pasien dengan <#2-
positif tanpa riwayat merokok atau alkohol. Anak panah kiri menunjukkan tonsil
yang udem dengan tumor primer. Anak panah kanan menunjukkan adanya
pembesaran kelenjar getah bening pada kedua sisi leher.

MRI juga sangat berguna untuk menilai ukuran tumor dan invasi jaringan
lunak. CT scan dada yang paling sensitif untuk menilai metastasis khususnya ke
daerah paru- paru. (

c. Biopsi
Biopsi adalah satu-satunya alat untuk mendiagnosis keganasan tonsil
berupa limfoma, karena itu ahli patologi dan timnya harus segera siap untuk
menangani jaringan dengan tepat. Beberapa jaringan segar mungkin diperlukan
untuk studi, yang tergantung waktu dan memerlukan penangan segera. Beberapa
jaringan harus dibedakan dalam nitrogen cair. #ertimbangan lain yang sangat
penting adalah kenyataan bahwa karsinoma sel skuamosa biasanya timbul jauh di
dalam kripta. Hal ini memerlukan ahli bedah untuk mengambil biopsi yang lebih
dalam. 4

1.1.7. Staging
Staging karsinoma tonsil menurut America Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi
ke-6. Klasifikasi meliputi ukuran tumor primer (T), kejadian, ukuran, jumlah, dan lokasi
metastase regional (N), kejadian metastase jauh atau tidak (M). 4

Staging ukuran tumor karsinoma tonsil2:


Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak ada kejadian tumor primer
Tis : Carcinoma in situ
T1 : Diameter tumor ≤ 2 cm

T 32 : Diiameter tumor 2>-4 cm


T4a : Tumor meluas ke laring, otot-otot lidah yang lebih dalam atau ektrinsik, otot
pterygoid medial, palatum durum, atau mandibula
T4b : Tumor meluas ke otot pterygoid lateral, lempeng pterygoid, nasofaring lateral,
basis crania atau arteri karotis

Kejadian, ukuran, jumlah, dan lokasi metastase regional4


Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N0 : Tidak ada metastase ke kelenjar limfe regional
N1 : Metastase ke kelenjar limfe regional ipsilateral tunggal, diameter ≤ 3 cm
N2 : Metastase ke kelenjar limfe regional ipsilateral tunggal, diameter 3-6 cm; ke
kelenjar limfe regional multipel, diameter < 6 cm; kelenjar limfe bilateral atau
kontralateral, diameter < 6 cm
N2a : Metastase ke kelenjar limfe regional ipsilateral tunggal, diameter 3-6
cm N2b : Metastase ke kelenjar limfe regional multipel, diameter < 6 cm
N2c : Metastase ke kelenjar limfe bilateral atau kontralateral, diameter < 6
cm N3 : Metastase ke kelenjar limfe, diameter > 6 cm

Metastase jauh4
Mx : Metastase jauh tidak dapat
dinilai M0 : Tidak ada metastase
jauh
M1 : Terdapat metastase

jauh. AJCC guidelines4:


• Stage I: T1 N0 M0
• Stage II: T2 N0 M0
• Stage III: T3 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N1 M0
• Stage IVa: T4a N0 M0 T4a N1 M0 T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N2 M0 T4a N2 M0
• Stage IVb: Any T N3 M0 T4b Any N M0
• Stage IVc: Any T Any N M1

1.1.8. Terapi4,7
1. Operasi
Operasi dapat digunakan untuk mengelola semua stadium pada tumor tonsil,
tetapi sebaiknya operasi dilakukan pada stadium awal tumor. Jenis prosedur yang
dilakukan tergantung pada ukuran, jenis, lokasi dan penyebaran tumor. Tumor yang
sangat kecil yang belum menyebar di luar tonsil dapat diobati dengan tindakan

operasi saja. Jenis operasi meliputi:

a.
Operasi transoral (Transoral surgery), yaitu mengangkat tumor melalui mulut.
Pendekatan ini tidak memerlukan proses rekonstruksi rehabilitasi yang panjang
pada daerah tenggorokan setelah operasi untuk memperbaiki fungsi bicara dan
menelan.
b.
Bedah robotik transoral (Transoral robotic surgery), yang menyediakan akses
yang lebih tepat untuk tumor. Operasi ini aman, efektif dan memungkinkan waktu
pemulihan lebih cepat dibandingkan dengan pendekatan bedah standar.
c.
Insisi leher eksternal (External neck incision), dipertimbangkan untuk tumor yang
besar atau tumor yang telah menyebar di leher. Jika tumor telah menyebar di luar
tonsil, kelenjar getah bening di dekatnya juga turut diangkat.
d.
Bedah rekonstruksi. Pasien dengan tumor lanjut yang mengalami disporposi pada
wajah, rahang atau leher setelah pengangkatan tumor mungkin memerlukan
pembedahan rekonstruktif.

2. Terapi radiasi/Radioterapi
Terapi radiasi dapat menjadi pilihan untuk tumor tonsil fase awal maupun
lanjutan, seperti intensitas-termodulasi terapi radiasi, yang justru menargetkan
radiasi untuk sel tumor dan membatasi paparan radiasi pada jaringan normal di
dekatnya.

3. Kemoterapi

Untuk mengobati tumor tonsil stadium lanjut, direkomendasikan pengobatan


kemoterapi. Kemoterapi dapat menjadi bagian dari pengobatan awal stadium lanjut,
tetapi tumor tonsil dapat disembuhkan dengan kombinasi dengan terapi radiasi, atau
untuk tumor tonsil yang sudah berulang atau menyebar ke tempat yang jauh dan
tidak lagi dapat disembuhkan.

1.1.9. Prognosis
Survival rate selama 5 tahun pada pengobatan karsinoma tonsil berdasarkan staging

tumor yaitu2 :
• Stage I = 80%
• Stage II = 70%
• Stage III = 40%
• Stage IV = 30%

Ang et al dalam penelitiannya menganalisis pada pasien dengan HPV positif maupun
negatif yang diacak secara random dengan perlakuan diberikan radioterapi pada
karsinoma tonsil staging III-IV. Pasien dengan HPV positif survival rate bertambah rata-
rata 3 tahun (82.4% vs 57.1%, p<0,001) dan menurunkan resiko kematian sebesar 58%
jika dibandingkan pada pasien dengan HPV negatif. 2,10,12

BAB II
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

● Nama : Nn. E

● Umur : 51 tahun

● Jenis Kelamin : Perempuan


● MR 892467

● Suku Bangsa : Minang

● Alamat : Tanjung Gadang.

ANAMNESIS

Seorang pasien perempuan datang bangsal THT RSUP dr. M.Djamil pada tanggal 30

Desember 2014 dengan :

Keluhan Utama :

Bengkak ditenggorok kiri sejak 1,5 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Bengkak ditenggorok kiri sejak 1,5 bulan yang lalu, semakin lama semakin
membesar, tidak nyeri.
• Nyeri menelan sejak 2 bulan yang lalu.

• Pasien susah membuka mulut sejak 1 bulan yang lalu dan mulai berkurang sejak
2 minggu ini.
• Riwayat tidur mengorok ada

• Rasa mengganjal di tenggorok ada sejak 1,5 bulan yang lalu.

• Riwayat keluar darah, nanah dari masa 2 minggu yang lalu.

• Riwayat sering terbangun karena sesak nafas tidak ada

• Riwayat sulit menggerakkan leher tidak ada

• Riwayat hidung tersumbat tidak ada

• Riwayat telinga berdenging tidak ada

• Riwayat suara serak tidak ada

• Riwayat demam, batuk, dan pilek tidak ada

• Riwanyat penurunan berat badan yang bermakna ada sejak 1,5 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Dahulu :

• Tidak ada anggota keluarga yag menderita sakit seperi ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :

tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat asma, alergi makanan atau
obat dan tidak ada bersin-bersin berulang pada pagi hari.

• tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti ini.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:

• Pasien seorang petani

Pasien memasak dengan menggunakan kayu bakar

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis Cooperatif

Tekanan darah : 120A80 mmHg

Frekuensi nadi :

85xAmenit Frekuensi nafas :

20 xAmenit Suhu : 36,8 C

Pemeriksaan sistemik

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Paru : Dalam batas normal

Jantung : Dalam batas normal


Abdomen : Dalam batas normal

Extremitas : tidak ada kelainan

Status Lokalis THT

TELINGA

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


- -
Kel. Kongenital
- -
Trauma
Radang - -

Daun Telinga - -
Kel. Metabolik

Nyeri tarik - -

- -
Nyeri tekan tragus
+ +
Cukup lapang (N)
Sempit - -

Liang dan - -
Dinding Hiperemis
Telinga - -
Edema
- -
Massa
Bau - -

Warna - -
Sekret/serumen
Jumlah - -

Jenis - -

Membran timpani
Warna Putih Putih

Reflek cahaya + (arah jam 5) + (arah jam 7)

Utuh Bulging - -

- -
Retraksi
Atrofi - -

Perforasi Jumlah perforasi - -

Jenis - -

Kwadran - -

Pinggir - -

Gambar Membran Timpani

Tanda radang - -

Fistel - -

Mastoid Sikatrik - -

Nyeri tekan - -

- -
Nyeri ketok

Rinne + +

Schwabach Sapmema Sapmema


Tes garputala edreiknsgaan edreiknsgaan
Weber
Tidak ada Tidak ada lateralisasi
lateralisasi
Kesimpulan Normal Normal
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Timpanometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

HIDUNG
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas - -

Kelainan kogenital - -

Hidung luar Trauma - -


Radang - -

Massa - -

Sinus Paranasal

Pemeriksaan
Dextra Sinistra
Nyeri tekan - -

Rinoskopi Anterior

Vibrise Ada Ada


Vestibulum
Radang - -

Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang

Sempit - -
Kavum nasi
Lapang - -

Lokasi - -

Jenis - -
Sekret Jumlah - -

Bau - -

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda


Konka Inferior
Permukaan Licin Licin

Edema - -
Ukuran Eutropi Eutropi

Warna Merah muda Merah muda


Konka Media
Permukaan Licin Licin

Edema - -

Cukup lurus/deviasi Cukup lurus

Permukaan Licin Licin

Warna Merah muda Merah muda

Spina - -
Septum
Krista - -

Abses - -

Perforasi - -

Lokasi - -

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukan - -
Massa Warna - -

Konsistensi - -

Mudah digoyang - -

Pengaruh- - -
vasokonstriktor

Gambar Rinoskopi Anterior

Rinoskopi Posterior (Nasofaring)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Cukup lapang (N)


Sulit dinilai Sulit dinilai

Koana Sempit
Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang
Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna
Sulit dinilai Sulit dinilai
Mukosa
Edema
Sulit dinilai Sulit
Jaringan granulasi
dinilai Sulit dinilai Sulit
Ukuran
dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
Konkha inferior Warna
Sulit dinilai Sulit
dinilai Permukaan
Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema
Sulit dinilai Sulit dinilai
Ada/tidak
Adenoid Sulit dinilai Sulit dinilai
Tertutup secret
Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara tuba
eustachius Edema mukosa
Sulit dinilai Sulit
Lokasi
dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran
Massa Sulit dinilai Sulit
dinilai Bentuk
Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan
Sulit dinilai Sulit dinilai
Ada/tidak
Sulit dinilai Sulit dinilai
Post Nasal Jenis
Drip
Sulit dinilai Sulit dinilai
Gambar
Rinoskopi
Posterior

Orofaring dan Mulut


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Trismus Tidak ada

Letak Terdorong ke sisi kanan

Uvula Edema -

Bifida -
Simetris/tidak asimetris

Warna Merah muda


Palatum mole+
Arkus Faring Edema -

Bercak/eksudat -

Warna Sulit dinilai


Dinding Faring
Permukaan -

Ukuran T1 Tampak masa

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Tidak Rata Tidak Rata


Tonsil
Muara Kripti Tidak melebar Tidak melebar

Detritus - -

Eksudat - -

Warna Merah muda Merah muda

Edema - -
Peritonsil
Abses - -

Lokasi - Pada tonsil kiri

Bentuk - -

Ukuran - -
Tumor
Permukaan - -

Konsistensi - -
Karies/radiks M2 atas
M1,m2 bawah
Gigi M1, M2 bawah
Kesan
Higiene kurang Higiene kurang
Warna
Merah muda Merah muda
Bentuk
Lidah Normal Normal
Deviasi - -

Massa - -

Gambar Orofaring
(Mulut)

Laringoskopi Indirek ( sulit dinilai )

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Bentuk
Sulit diilai
Warna
Sulit dinilai

Epiglotis Edema
-
Pinggir rata/tidak
-
Massa
-
Warna
Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema
Sulit dinilai Sulit
Aritenoid
dinilai Massa
Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan
Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna
Sulit dinilai Sulit dinilai
Ventrikular Band Edema
Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa
Sulit dinilai Sulit dinilai
Plica Vocalis Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan
Sulit dinilai Sulit dinilai
Pinggir Medial
Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa
Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa
Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus Piriformis
Sekret
Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa
Sulit dinilai Sulit dinilai
Valekulae
Sekret (Jenisnya)
Sulit dinilai Sulit dinilai

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

• Dextra: - Inspeksi : tidak tampak adanya tanda-tanda pembesaran

kelenjar getah bening leher


- Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
getah bening leher

• Sinistra : - Inspeksi : tampak adanya tanda-tanda pembesaran

kelenjar getah bening leher


- Palpasi : teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening leher, ukuran 1x0,5 cm, kenyal padat, batas tegas,
terfiksir.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin : 11,5 g/dL

Hematokrit : 34 %

Jumlah Trombosit : 500000 /uL

PT : 11,8

APTT : 34,6
BAB III
RESUME

Anamnesis :

• Bengkak ditenggorok kiri sejak 1,5 bulan yang lalu, makin lama makin
membesar
• Nyeri menelan sejak 2 bulan yang lalu.

• Pasien susah membuka mulut sejak 1 bulan yang lalu dan sudah berkurang 2
minggu belakangan ini.
• Riwayat tidur mengorok ada.

• Rasa mengganjal di tenggorok ada sejak 1,5 bulan yang lalu.

• Riwayat keluar darah, nanah dari masa 2 minggu yang lalu.

Pemeriksaan Fisik :

• Telinga: AD/AS : liang telinga Lapang/lapamg, MT

suram/suram, RC -/-, serumen atau sekret tidak

ada

• Hidung : KN cukup lapang/sempit, KI eutrofi merah muda/


eutrofi

merah muda , KM eutrofi merahmuda/eutrofi merah

muda, spina -/+

• Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan uvula terdorong ke

sisi kanan, arkus faring asimetris, dining faring posterior sulit dinilai,

tonsil dekstra ukuran T1 tidak adanya muara kripti melebar, permukaan

rata dan tonsil sinistra tampak masa disertai. Karies pada M1, M2 bawah

sinistra

dan M2 atas dekstra.


• Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher : Teraba pembesaran KGB

leher sinistra dengan ukura 1x 0,5 cm, konsistensi kenyal padat, terfiksir,

batas tegas.

Diagnosis Kerja : Tumor

tonsil Diagnosis Tambahan : -

Pemeriksaan Anjuran :

• Laboratorium : Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, PT, APTT

• Biopsi

• Pemeriksaan EKG : Iskemia Miokard

• Pemeriksaan rontgen toraks : Cor dan Pulmo dalam batas normal

Terapi :-

Prognosis :

• Quo ad vitam : dubia et bonam


• Quo ad sanam : dubia et bonam
• Quo ad fungsio : dubia et bonam

Follo> up

Rabu/ 31 Desember 2014

S/ Sulit menelan (-)

Demam (-)

O/ Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : CMC
Suhu : afebris

Status lokalis THT

Telinga : AD : LT lapang, MT utuh, RC (+)

AS: LT lapang, MT utuh, RC (+)

Hidung : KNDS: kavum nasi lapang/lapang, KI eutrofi/eutrofi warna merah

muda/merah muda, KM eutrofi/ eutrofi warna merah muda/merah muda, deviasi

septum (-).

Tenggorok : arkus faring asimetris, uvula bergeser ke sisi kanan, tonsil T1-T3,

muara kripti tidak melebar, detritus -/-, massa

A/ Tumor

tonsil P/ Pro

Biopsi

Jam 16.00 wib

Telah dilakukan biopsi lokal di tumor tonsil sinistra susp. Ganas :

Instruksi post operasi :

• Awasi tada-tanda perdarahan

• Diet Makan Lunak

• Terapy : Ceftriakson 2x1 gr ( iv)

Dexametason 3x1 ampul (iv)


BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien perempuan usia 51 tahun di rawat di bangsal THT RSUP dr.
M.Djamli padang dengan diagnosis tumor tonsil. Pada kasus di atas, diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan
pasien datang dengan keluhan bengkak ditenggorok kiri sejak 1,5 bulan yang lalu,
makin lama makin membesar, nyeri menelan sejak 2 bulan yang lalu, pasien susah
membuka mulut sejak 1 bulan yang lalu dan mulai berkurang sejak 2 minggu ini,
riwayat tidur mengorok ada, riwayat penurunan berat badan yang bermakna ada.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pada pemeriksaan orofaring dan mulut


ditemukan uvula terdorong ke sisi kanan, arkus faring asimetris, dining faring posterior
sulit dinilai, tonsil dekstra ukuran T1 dan tonsil sinistra T disertai adanya muara kripti
melebar, permukaan tidak rata. Karies pada M1, M2 bawah dan M2 atas dekstra.

Untuk menegakkan diagnosis pasti perlu dilakukan biopsi massa tumor dan
histopatologi untuk menentukan lesi jinak atau ganas. Pada saat ini, pasien sudah
dilakukan tindakan biopsi dan sedang menunggu hasil.

Berdasarkan literatur terapi yang dapat diberikan adalah operatif untuk mengelola
semua stadium pada tumor tonsil, tetapi sebaiknya operasi dilakukan pada stadium
awal tumor dan kemoterapi untuk mengobati tumor tonsil stadium lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
l. Efiaty, Soepardi.2001. Anantomi Tonsil. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi 5, FKUI, Jakarta
2. Ballenger JJ.2001.Anatomi Telinga, Hidung,Tenggorok, Kepala, dan Leher. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi 5,
FKUI,Jakarta
3. Adams, George L. Boies, 1997. buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta : EGC

4. Kokot N. 2013. (alignant Tumors of t*e Tonsil, Surgical Treatment.


+. Scott E. Stromeet. al. Squamous Cell Carcinoma of t*e Tonsils- A (olecular
Analysis of HPV Associations, Clin Cancer Res 2002;8:1093-1100.
6. Mankekar G. 1995. Tonsillar carcinoma0 A Re1ie2
3. Ludman, Harold. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel
publishing. 2007. Page : 93-101

Anda mungkin juga menyukai