Anda di halaman 1dari 9

NAMA : NINDITA FADIYAH SAFITRI HELMI NASUTION

NIM : 04011181823063
KELAS : GAMMA 2018
LEARNING ISSUES

NYERI
1. Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman
perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri digolongkan ke dalam
tanda vital ke 5, dapat memberikan perubahan fisiologi, ekonomi, sosial, dan emosional yang
berkepanjangan sehingga perlu dikelola secara baik. Nyeri dapat mengenai semua orang, tanpa
memandang jenis kelamin, umur, ras, status sosial, dan pekerjaan. Tipe nyeri yang digunakan
secara luas adalah nosiseptif, inflamasi, neuropatik, dan fungsional. Saat ini mulai jelas
mekanisme neurobiologi yang mendasari berbagai tipe nyeri tersebut. Tipe nyeri yang berbeda
memiliki faktor etiologik yang berbeda pula. Saat ini pendekatan terapi nyeri telah bergeser
dari pendekatan terapi yang bersifat empirik menjadi pendekatan terapi yang didasarkan pada
mekanisme nyeri. Nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang
dijumpai. Nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural,
umur dan jenis kelamin. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri sedangkan orang dewasa
mengungkapkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Jenis kelamin
tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, namun penelitian yang dilakukan oleh Burn
mempelajari bahwa kebutuhan narkotik pascaoperasi pada wanita lebih banyak dibandingkan
dengan pria. Pengalaman masa lalu dengan nyeri juga memberikan pengaruh terhadap nyeri.
Individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa yang akan diakibatkan.

2. Mekanisme Nyeri
Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan sebagai respon dari luka baik secara fisik maupun
fisiologi. Respon nyeri di transmisikan dari sistem saraf perifer ke sistem saraf pusat dan diatur
dari pusat yang lebih tinggi. Umumnya nyeri dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu nyeri
nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan, proses penyakit ataupun fungsi abnormal dari otot atau orgam dalam.
Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui spinalis, batang otak, talamus, dan korteks
serebri. Pencegahan terhadap terjadinya kerusakan jaringan mengharuskan setiap individu
untuk belajar mengenali stimulus-stimulus tertentu yang berbahaya dan harus dihindari. Kata
nosisepsi berasal dari kata “noci” dari bahasa Latin yang artinya harm atau injury dalam bahasa
Inggris atau luka atau trauma. Kata ini digunakan untuk menggambarkan respon neural hanya
pada traumatik atau stimulus noksius. Nyeri nosiseptif disebabkan oleh aktivasi ataupun
sensitisasi dari nosiseptor perifer, reseptor khusus yang mentransduksi stimulus noksius. Nyeri
nosiseptif terdiri dari empat rangkaian proses yang terlibat yaitu, transduksi, transmisi,
modulasi dan persepsi. Proses tersebut merupakan proses yang sangat rumit. Tahap pertama
yang terjadi ialah transduksi. Transduksi merupakan konversi stimulus noksious termal,
mekanik, atau kimia menjadi aktivitas listrik pada akhiran serabut sensorik nosiseptif. Proses
ini diperantarai oleh reseptor ion channel yang spesifik. Konduksi merupakan perjalanan aksi
potensial dari akhiran saraf perifer ke sepanjang akson menuju akhiran nosiseptor di sistem
saraf pusat. Kerusakan jaringan menyebabkan pelepasan mediator kimia, seperti prostaglandin,
bradikinin, serotonin, substansi P, dan histamin. Mediator-mediator ini kemudian
mengaktifkan nosiseptor, sehingga terjadilah proses yang disebut transduksi. Pertukaran ion
natrium dan kalium terjadi pada membran sel sehingga mengakibatkan potensial aksi dan
terjadinya impuls nyeri. Tahap kedua yaitu proses transmisi. Transmisi merupakan bentuk
transfer sinaptik dari satu neuron ke neuron lainnya. Potensial aksi dari tempat cedera bergerak
dari sepanjang serabut saraf afferen ke nosiseptor di medulla spinalis. Pelepasan substansi P
dan neurotransmitter lainnya membawa potensial aksi melewati celah ke kornu dorsalis pada
medulla spinalis, kemudian naik sebagai traktus spinotalamikus ke thalamus dan otak tengah.
Proses yang terjadi setelah potensial aksi melewati talamus yaitu serabut saraf mengirim pesan
nosisepsi ke korteks somatosensori, lobus parietal, lobus frontal, dan sistem limbik setelah
melewati talamus, dimana proses nosiseptif ketiga terjadi. Proses akhir nosiseptif yakni
modulasi merupakan hasil dari aktivasi otak tengah. Beberapa neuron dari daerah tersebut
memiliki berbagai neurotransmiter, yaitu endorfin, enkephalins, serotonin (5-HT), dan
dinorfin, turun ke daerah-daerah dalam sistem saraf pusat yang lebih rendah. Neuron ini
merangsang pelepasan neurotransmiter tambahan, yang pada akhirnya memicu pelepasan
opioid endogen dan menghambat transmisi impuls nyeri di kornu dorsal. Proses persepsi
melibatkan kedua komponen sensorik dan affektif nyeri. Penelitian klinis dalam beberapa
tahun terakhir telah menghasilkan pemahaman yang lebih besar mengenai sistem limbik di
daerah gyrus cingula anterior dan perannya dalam respon emosional terhadap rasa sakit.
Perjalanan nyeri merupakan lalu lintas dua arah, yaitu jalur asenden dan desenden. Efek
inhibisi dicapai melalui arah desenden yang menjangkau dari otak sadar sampai kegerbang
otak setengah sadar dan medulla spinalis. Kornu dorsalis pada medulla spinalis merupakan
zona mayor yang menerima akson aferen primer (nosiseptor) yang mengirim informasi dari
reseptor sensorik pada kulit, visceral, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan ke sistem saraf
sentral. Kornu dorsalis juga menerima input dari akson yang turun dari berbagai area di otak.

3. Klarifikasi Nyeri
Berdasarkan waktu durasi nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut
berlangsung dalam waktu kurang dari 3 bulan secara mendadak akibat trauma atau inflamasi,
dan tanda respon simpatis. Nyeri kronik apabila nyeri lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau
terus menerus dan merepukan tanda respon parasimpatis. Menurut etiologinya dibagi ke dalam
nyeri nosiseptik serta nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptik ialah nyeri yang ditimbulkan oleh
mediator nyeri, seperti pada pasca trauma-operasi dan luka bakar. Nyeri neuropatik yaitu nyeri
yang ditimbulkan oleh rangsang kerusakan saraf atau disfungsi saraf seperti pada diabetes
mellitus dan herpes zoster. Menurut lokasinya nyeri dibagi menjadi 6 tipe. Nyeri superfisial
yaitu nyeri pada kulit, nyeri pada subkutan, bersifat tajam, serta nyeri terlokasi. Nyeri viseral
yakni nyeri yang berasal dari organ internal atau organ pembungkusnya, seperti nyeri kolik
gastrointestinal dan kolik ureter. Nyeri alih adalah nyeri masukan dari organ Berdasarkan
waktu durasi nyeri dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut berlangsung
dalam waktu kurang dari 3 bulan secara mendadak akibat trauma atau inflamasi, dan tanda
respon simpatis. Nyeri kronik apabila nyeri lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau terus menerus
dan merepukan tanda respon parasimpatis. Menurut etiologinya dibagi ke dalam nyeri
nosiseptik serta nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptik ialah nyeri yang ditimbulkan oleh mediator
nyeri, seperti pada pasca trauma-operasi dan luka bakar. Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang
ditimbulkan oleh rangsang kerusakan saraf atau disfungsi saraf seperti pada diabetes mellitus
dan herpes zoster. Menurut lokasinya nyeri dibagi menjadi 6 tipe. Nyeri superfisial yaitu nyeri
pada kulit, nyeri pada subkutan, bersifat tajam, serta nyeri terlokasi. Nyeri viseral yakni nyeri
yang berasal dari organ internal atau organ pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal
dan kolik ureter. Nyeri alih adalah nyeri masukan dari organ.
ANATOMI, HISTOLOGI, DAN FISIOLOGI
GINJAL DAN URETER

1. Ginjal
A. Anatomi
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus menghasilkan urin, dan
berbagai saluran reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urin keluar tubuh. Ginjal
merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi columna vertebralis
(Price dan Wilson, 2006). Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada dinding abdomen,
masing– masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai
vertebra L3. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena besarnya
lobus hepatis dekstra. Masing– masing ginjal memiliki facies anterior dan facies posterior,
margo medialis dan margo lateralis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior (Moore
dan Agur, 2002). Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm sampai 13 cm,
lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm dan beratnya sekitar 150 g. Ukurannya tidak berbeda
menurut bentuk dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke kutub kedua ginjal
yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting, karena
sebagian besar manifestasi penyakit ginjal adalah perubahan struktur dari ginjal tersebut
(Price dan Wilson, 2006). Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang
disebut kapsula fibrosa ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perineal. Di
sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang
berwarna kuning.
Kelenjar adrenal bersama ginjal dan jaringan lemak perineal dibungkus oleh fascia
gerota. Di luar fascia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan
lemak pararenal. Di bagian posterior, ginjal dilindungi oleh otot–otot punggung yang tebal
serta costae ke XI dan XII, sedangkan di bagian anterior dilindungi oleh organ–organ
intraperitoneal (Purnomo, 2003). Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian korteks
dan medula ginjal (Junquiera dan Carneiro, 2002). Di dalam korteks terdapat berjuta–juta
nefron sedangkan di dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit
fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, dan tubulus koligentes (Purnomo, 2003). Setiap ginjal memiliki sisi
medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya syaraf, masuk dan keluarnya pembuluh darah
dan pembuluh limfe, serta keluarnya ureter dan memiliki permukaan lateral yang cembung
(Junquiera dan Carneiro, 2002). Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor,
infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis renalis (Junquiera dan Carneiro, 2002).
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang
bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri
yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri lain, sehingga jika
terdapat kerusakan salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada
daerah yang dilayaninya (Purnomo, 2003).
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian bercabang- cabang
secara progresif membentuk arteri interlobaris, arteri arkuarta, arteri interlobularis, dan
arteriol aferen yang menuju ke kapiler glomerulus tempat sejumlah besar cairan dan zat
terlarut difiltrasi untuk pembentukan urin. Ujung distal kapiler pada setiap glomerulus
bergabung untuk membentuk arteriol eferen, yang menuju jaringan kapiler kedua, yaitu
kapiler peritubulus yang mengelilingi tubulus ginjal. Kapiler peritubulus mengosongkan
isinya ke dalam pembuluh sistem vena, yang berjalan secara paralel dengan pembuluh
arteriol secara prorgesif untuk membentuk vena interlobularis, vena arkuarta, vena
interlobaris, dan vena renalis, yang meninggalkan ginjal di samping arteri renalis dan ureter
(Guyton dan Hall, 2008).
B. Histologi

Unit fungsional setiap ginjal adalah tubulus uriniferus mikroskopik. Tubulus ini
terdiri atas nefron (nephronum) dan duktus koligens (ductus coligens) yang menampung
curahan dari nefron. Jutaan nefron terdapat di setiap korteks ginjal. Nefron, selanjutnya
terbagi lagi menjadi dua komponen yaitu korpuskulum ginjal (corpusculum renale) dan
tubulus ginjal (renal tubules). Terdapat dua jenis nefron yaitu nefron kortikal (nephronum
corticale) yang terletak di korteks ginjal, sedangkan nefron jukstamedularis (nephronum
juxtamedullare) terdapat di dekat perbatasan korteks dan medulla ginjal. Meskipun semua
nefron berperan dalam pembentukan urin, nefron jukstamedularis membuat kondisi
hipertonik di interstisium medulla ginjal yang menyebabkan produksi urin yang pekat.
Korpuskulum ginjal merupakan segmen awal setiap nefron yang terdiri atas
kumpulan kapiler yang disebut glomerulus serta dikelilingi oleh dua lapis sel epitel yang
disebut kapsul glomerulus (capsula glomerularis Bowman). Stratum viseral atau lapisan
dalam (pars internus) kapsul terdiri atas sel epitel khusus bercabang, yaitu podosit
(podocytus) yang berbatasan dan membungkus kapiler glomerulus. Stratum parietal atau
lapisan luar (pars externus) kapsul glomerulus terdiri atas epitel selapis gepeng. Setiap
korpuskulum ginjal mempunyai polus vaskularis, tempat masuknya arteriol aferen dan
keluarnya arteriol eferen. Filtrat dihasilkan oleh glomerulus yang merupakan utrafiltrat
mirip dengan plasma tetapi tidak mengandung protein lalu masuk ke spatium kapsular
meninggalkan korpuskulum ginjal di polus urinarius, tempat tubulus kontortus proksimal
berasal. Dua jenis tubulus mengelilingi korpuskulum ginjal. Kedua tubulus ini adalah
tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
Bagian tubulus ginjal yang berawal dari korpuskulum ginjal sangat berkelok atau
melengkung sehingga disebut tubulus kontortus proksimal (tubulus proximalis pars
convolute). Tubulus kontortus proksimal terbentuk dari satu lapisan sel kuboid dengan
sitoplasma bergranula eosinofilik, mitokondria memanjang , dan memperihatkan lumen
kecil tidak rata dengan brush border serta banyak lipatan membrane sel basal yang dalam.
Adanya mikrovili (limbus microvillus) di sel tubulus kontortus proksimal meningkatkan
luas permukaan dan mempermudah absorpsi bahan yang terfiltrasi. Batas sel tubulus
kontortus proksimal juga tidak jelas karena interdigitasi membran lateral dan basal yang
luas dengan sel-sel di sekitarnya. Tubulus kontortus proksimal yang terletak di korteks,
selanjutnya turun ke dalam medulla untuk menjadi ansa henle. Ansa henle (ansa nephroni)
terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian descendens tebal yang merupakan kelanjutan dari
tubulus kontortus proksimal, segmen descendens dan ascendens yang tipis, sert bagian
ascendens tebal yang merupakan awal dari tubulus kontortus distal (tubulus distal pars
convolute). Bagian ascendens dari loop terletak di samping bagian descendens dan meluas
ke dalam medulaginjal.
Nefron dengan gIomerulus yang terletak dekat corticornedular
(nefronjuxtamedullary) memiliki loop Henle yang relatif panjang dan memanjang jauh ke
medula. Sebaliknya, sebagian besar lengkung Henledari nefron superfisial umumnya
terletak di medula ray. Segmen tipis loop mempunyai lumen yang sempit dan dindingnya
tersusun atas sel epitel skuamus. Pars tebal ascendens loop henle berlanjut menjadi tubulus
kontortus distal di korteks ginjal. Berbeda dengan tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal tidak memperlihatkan limbus microvilosus (brush border), selnya lebih
kecil, dan lebih banyak nukleus ditemukan per tubulus. Membran basolateral sel tubulus
kontortus distal menunjukkan banyaknya interdigitasi dan keberadaan mitokondria
memanjang di dalam lipatan ini. Fungsi utama tubulus distal adalah secara aktif
mereabsorpsi ion natrium dan filtrat tubuli menuju kapiler peritubuler ke sirkulasi sitemik
untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh dan darah. Filtrat
glomerulus yang berasal dari kontortus distal mengalir menuju ke tubulus koligens.
Tubulus koligens bukan merupakan bagian nefron. Sejumlah tubulus koligens
pendek bergabung membentuk beberapa duktus koligens yang lebih besar. Sewaktu duktus
koligens turun ke arah papilla medulla, duktus ini disebut duktus papilaris. Duktus koligens
yang lebih kecil dilapisi oleh epitel kuboid turpulas pucat. Jauh di dalam medulla, epitel di
duktus ini berubah menjadi silindris. Di ujung setiap papilla, duktus papilaris mengalirkan
isinya ke dalam kaliks minor. Daerah papilla yang memperlihatkan lubang di duktus
papilaris yaitu area kribrosa. Korteks ginjal juga memperlihatkan banyak radius medularis
terpulas pucat yang berjalan vertikal dari basis piramid menuju korteks. Radius medularis
terutama terdiri dari duktus koligens, pembuluh darah, dan bagian lurus dari sejumlah
nefron yang menembus korteks dari basis piramid.

C. Fisiologi
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari sekitar satu juta nefron yang masing-
masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk membentuk urin. Ginjal tidak dapat
membentuk nefron baru, oleh sebab itu, pada trauma, penyakit ginjal, atau penuaan ginjal
normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setelah usia 40 tahun,
jumlah nefron biasanya menurun setiap 10 tahun. Berkurangnya fungsi ini seharusnya tidak
mengancam jiwa karena adanya proses adaptif tubuh terhadap penurunan fungsi faal ginjal
(Sherwood, 2001). Setiap nefron memiliki 2 komponen utama yaitu glomerulus dan
tubulus. Glomerulus (kapiler glomerulus) dilalui sejumlah cairan yang difiltrasi dari darah
sedangkan tubulus merupakan saluran panjang yang mengubah cairan yang telah difiltrasi
menjadi urin dan dialirkan menuju keluar ginjal. Glomerulus tersusun dari jaringan kapiler
glomerulus bercabang dan beranastomosis yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi
(kira-kira 60mmHg), dibandingkan dengan jaringan kapiler lain.
Kapiler-kapiler glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel dan seluruh glomerulus
dilingkupi dengan kapsula Bowman. Cairan yang difiltrasi dari kapiler glomerulus masuk
ke dalam kapsula Bowman dan kemudian masuk ke tubulus proksimal, yang terletak pada
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal kemudian dilanjutkan dengan ansa Henle (Loop of
Henle). Pada Ansa Henle terdapat bagian yang desenden dan asenden. Pada ujung cabang
asenden tebal terdapat makula densa. Makula densa juga memiliki kemampuan kosong
untuk mengatur fungsi nefron. Setelah itu dari tubulus distal, urin menuju tubulus rektus
dan tubulus koligentes modular hingga urin mengalir melalui ujung papilla renalis dan
kemudian bergabung membentuk struktur pelvis renalis (Berawi, 2009). Terdapat 3 proses
dasar yang berperan dalam pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus reabsorbsi tubulus,
dan sekresi tubulus.
Filtrasi dimulai pada saat darah mengalir melalui glomerulus sehingga terjadi
filtrasi plasma bebas-protein menembus kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Proses
ini dikenal sebagai filtrasi glomerulus yang merupakan langkah pertama dalam
pembentukan urin. Setiap hari terbentuk ratarata 180 liter filtrat glomerulus. Dengan
menganggap bahwa volume plasma rata-rata pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini
berarti seluruh volume plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh ginjal
setiap harinya. Apabila semua yang difiltrasi menjadi urin, volume plasma total akan habis
melalui urin dalam waktu setengah jam. Namun, hal itu tidak terjadi karena adanya tubulus-
tubulus ginjal yang dapat mereabsorpsi kembali zat-zat yang masih dapat dipergunakan
oleh tubuh. Perpindahan zat-zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler
peritubulus ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus.
Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh
kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari
180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, 178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter
sisanya terus mengalir melalui pelvis renalis dan keluar sebagai urin. Secara umum, zat-
zat yang masih diperlukan tubuh akan direabsorpsi kembali sedangkan yang sudah tidak
diperlukan akan tetap bersama urin untuk dikeluarkan dari tubuh. Proses ketiga adalah
sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan rute kedua bagi zat-zat dalam
darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal.
Cara pertama adalah dengan filtrasi glomerulus dimana hanya 20% dari plasma
yang mengalir melewati kapsula Bowman, sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen
ke dalam kapiler peritubulus. Beberapa zat, mungkin secara diskriminatif dipindahkan dari
plasma ke lumen tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Melalui 3 proses dasar ginjal
tersebut, terkumpullah urin yang siap untuk diekskresi (Sherwood, 2001). Ginjal
memainkan peranan penting dalam fungsi tubuh, tidak hanya dengan menyaring darah dan
mengeluarkan produk-produk sisa, namun juga dengan menyeimbangkan tingkat-tingkat
elektrolit dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi dari sel-sel
darah merah.
Ginjal mempunyai kemampuan untuk memonitor jumlah cairan tubuh, konsentrasi
dari elektrolit-elektrolit seperti sodium dan potassium, dan keseimbangan asam-basa dari
tubuh. Ginjal menyaring produk-produk sisa dari metabolisme tubuh, seperti urea dari
metabolisme protein dan asam urat dari uraian DNA. Dua produk sisa dalam darah yang
dapat diukur adalah Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin (Cr). Ketika darah mengalir
ke ginjal, sensor-sensor dalam ginjal memutuskan berapa banyak air dikeluarkan sebagai
urin, bersama dengan konsentrasi apa dari elektrolit-elektrolit. Contohnya, jika seseorang
mengalami dehidrasi dari latihan olahraga atau dari suatu penyakit, ginjal akan menahan
sebanyak mungkin air dan urin menjadi sangat terkonsentrasi. Ketika kecukupan air dalam
tubuh, urin adalah jauh lebih encer, dan urin menjadi bening. Sistem ini dikontrol oleh
renin, suatu hormon yang diproduksi dalam ginjal yang merupakan sebagian daripada
sistem regulasi cairan dan tekanan darah tubuh (Ganong, 2009).

2. Ureter
A. Anatomi
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung
kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Dindingnya Terdiri atas 3 lapisan jaringan. Lapisan fibrosa (luar), muskularis


longitudinal dan otot polos sirkuler (bagian tengah), epitelium mukosa (bag dalam).
Lapisan otot memiliki aktivitas peristatik. Gelombang peristaltik mngalirkan urine dari
kandung kemih keluar tubuh. Setiap ureter akan masuk ke kandung kemih melalui sfingter.
Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih
bisa lewat) dan menutup. Air kemih yang secara teratur mengalir akan terkumpul di dalam
kandung kemih.

Anda mungkin juga menyukai