Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO KASUS

Seorang laki-laki umur 60 tahun mengalami nyeri gigi berdenyut hilang timbul. Dalam
posisi berbaring pasien mengalami rasa nyeri menjalar ke kepala, tidur malam terganggu.
Pasien mempunyai riwayat penyakit sistemik pacu jantung/hipertensi, dan teratur kontrol
ke dokter spesialis penyakit dalam dan minum obat, tetapi takut ke dokter gigi.
ISTILAH TIDAK JELAS
Tidak terdapat istilah yang tidak jelas
KATA KUNCI
Nyeri gigi berdenyut hilang timbul
Nyeri menjalar ke kepala pada posisi berbaring
Tidur malam terganggu
Ada riwayat hipertensi terkontrol
Takut ke dokter gigi
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa etiologi nyeri gigi ?
2. Bagaimana mekanisme nyeri gigi?
3. Sebutkan klasifikasi nyeri gigi ?
4. Bagaimana hubungan penyakit hipertensi dengan nyeri gigi ?
5. Apa penyebab dental anxiety ?
6. Bagaimana pendekatan psikologis pasien dengan anxiety ?
7. Apa diagnosa skenario di atas ?
8. Apa rencana perawatan dan prognosis kasus di atas ?
TUJUAN PEMBELAJARAN
Umum
Mengetahui etiologi dan mekanisme nyeri gigi dan hubungannya terhadap penyakit
sistemik hipertensi, serta penatalaksanaan nyeri gigi pada pasien dewasa sesuai etika KG
dan hukum kesehatan.
Khusus
Mengetahui etiologi dan mekanisme nyeri gigi pada pasien dewasa
secarakomprehensif.
Mampu menghubungkan mekanisme nyeri gigi dan penyakit hipertensi pada pasien
dewasa secara komprehensif.
Mampu melakukan penatalaksanaan kasus nyeri gigi yang disertai penyakit hipertensi
pada pasien dewasa dengan dental anxiety secara komprehensif.

1
TEORI PENUNJANG

NYERI GIGI
Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Biasanya dirasakan hanya dalam bentuk
suatusensasi, dengan gambaran yang dapat dibandingkan dengan sensasi lain (seperti
sentuhanatau penglihatan) yang mengikuti untuk membedakan kualitas, lokasi, durasi dan
intensitas dari suatu stimulus.Persepsi nyeri sangat bersifat individual,banyak dipengaruhi
oleh berbagai faktor non fisik, bukan hanya merupakan gangguan fisik tetapi merupakan
kombinasi dari faktor fisiologis, patologis, emosional, psikologis, kognitif, lingkungan dan
sosial.
Gigi terdiri dari pulpa gigi dan jaringan termineralisasi di sekitarnya. Pulpa gigi
dipersarafi oleh saraf sensorik primer yang bercabang dari kranial saraf terbesar, yaitu saraf
trigeminal. Baik serabut saraf bermielin maupun serabut saraf tidak bermielin, keduanya
terdapat di dalam pulpa. Sebanyak 70-90% akson intrapulpal terdiri atas serabut saraf tidak
bermielin C-fiber, yang dapat mengantarkan sensasi nyeri secara lambat, tajam, dan lama.
Sisanya berupa serabut saraf intrapulpal bermielin yang sebagian besar terdiri atas A-fibers,
yang bertanggung jawab mengantarkan nyeri secara cepat, tajam,dan terlokalisir dengan baik.

Etiologi Nyeri Gigi


Proses nyeri melibatkan sejumlah mediator nyeri kimia. Dengan demikian, diketahui
bahwa gigi yang diinervasi oleh serat saraf simpatis, yang melepaskan norepinefrin sebagai
mediator, seratsensorik, acetylcho-line dan substansi-P. Mediator lain, ada juga peptide
vasoaktif dan kalsitonin, yang berpartisipasi dalam peningkatan sensitivitas dentin. Serat
saraf yang menghubungkan gigi dengan system saraf pusat milik saraf otak kelima (N.
trigeminus) dan sistem saraf otonom (sistem saraf simpatik).Serabut saraf sensorik dalam
pulpa terdiri dari serabut saraf bermielin A dan tidak bermielin C-fibers.dimana serabut
saraf bermielin A yang melakukan impuls lebih cepat, sementara serabut saraf tidak
bermielin C-fibers yang lebih tipis dan lebih lambat.
Dewasa ini, teori yang paling diterima dari transmisi rangsangan rasa sakit melalui
dentin kepulpa adalah teori hidrodinamik, yang diusulkan oleh Gysi, dan kemudian
dikembangkan oleh Brannstrometal. Menurut teori ini, nyeri dipicu oleh rangsangan (termal,
kimia dan mekanik) merupakan konsekuensi dari aliran fluidsil di dalam tubulus dentin,

2
dengan kecepatan 2-4mm/detik. Sirkulasi seperti merangsang mechano-receptor dan
mengarah keinisiasi impuls saraf di subodontoblastic pleksu Raschkov dan interodontoblastic
pleksus Bradlow dalam pulpa, yang mengakibatkan munculnya rasa sakit.
Stimulus panas atau dingin dijelaskan dengan teori hidrodinamik dengan cara berikut:
penerapan rangsangan panas pada dentin terkena mengarah ke perluasan cairan gigi,
sedangkan penerapan rangsangan dingin menyebabkan kontraksi. Kedua jenis rangsangan
menyebabkan aliran fluidsia , sehingga mengaktivasi mechano-receptors dari saraf sensorik.
Rangsangan kimia diterapkan pada dentin yang terbuka (makanan manis dan asin) juga
menyebabkan aliran lebih cepat dari cairan gigi ke permukaan gigi. Ini adalah konsekuensi
konsentrasi rendah dari cairan dentin, yang karena osmolaritas yang lebih rendah cenderung
mengalir menuju konsentrasi tinggi dan inilah saat yang kembali merangsang mechano-
receptors. Namun, jika cairan isotonik diterapkan ke dentin terbuka, sensasi sakit tidak
dirasakan.
Tidak hanya satu stimulus yang menghasilkan suatu yang spesifik dari nyeri, tetapi
nyeri memiliki suatu etiologi multimodal. Nyeri biasanya dihubungkan dengan beberapa
proses patologis spesifik.Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri, mencakup: infeksi,
keadaan inflamasi, trauma, kelainan degenerasi, keadaan toksik metabolik atau
neoplasma.Nyeri dapat juga timbul karena distorsi mekanis ujung-ujung saraf misalnya
karena meningkatnya tekanan di dinding viskus/organ.
Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri (gambar 1), antara lain: lingkungan, umur,
kelelahan, riwayat nyeri sebelumnya, mekanisme pemecahan masalah pribadi, kepercayaan,
budaya dan tersedianya orang-orang yang memberi dukungan.

3
Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang berlebihan,
misalnya: kebisingan, cahaya yang sangat terang dan kesendirian. Kelelahan juga
meningkatkan nyeri sehingga banyak orang merasa lebih nyaman setelah tidur. Riwayat nyeri
sebelumnya dan mekanisme pemecahan masalah pribadi berpengaruh pula terhadap
seseorang dalam mengatasi nyeri, misalnya: ada beberapa kalangan yang menganggap nyeri
sebagai suatu kutukan. Tersedianya orang-orang yang memberi dukungan sangat berguna
bagi seseorang dalam menghadapi nyeri, misalnya: anak-anak akan merasa lebih nyaman bila
dekat dengan orang tua.Faktor kognitif (seperti: kepercayaan seseorang) dapat meningkatkan
ataupun menahan nyeri, terutama pemahaman tentang nyeri yang dimiliki individu
merupakan penyebab yang mungkin atau implikasinya.

4
Mekanisme Nyeri
Teori Gate Control yang dikemukakan Melzack dan Wall merupakan teori yang
komprehensif dalam menjelaskan transmisi dan persepsi nyeri.Dalam teori ini dijelaskan
bahwa Substansia Gelatinosa (SG), yaitu suatu area dari sel-sel khusus pada bagian ujung
dorsal serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal cord) yang berperan sebagai mekanisme
pintu gerbang (gating mechanism). Mekanisme pintu gerbang ini dapat memodifikasi dan
merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai di korteks serebri dan menimbulkan
persepsi nyeri.
Mekanisme terjadinya nyeri secara umum melalui empat fase, yaitu:

1. Fase Transduksi, proses jalannya informasi kimia pada tingkat seluler, dimana impuls
saraf berjalan menuju spinal cord, yang dimulai ketika sel terkena cedera mengeluarkan
zat kimia seperti prostaglandin, substansi-P, bradikinin, histamin, dan glutamat yang
merangasang noniseptor pada kulit, tulang, persendian, atau organ dalam.
2. Fase Transmisi, fase dimana proses stimulasi terus berjalan, dari sistem saraf perifer
menuju ke otak.
3. Fase Persepsi, fase dimana informasi telah mencapai tempat stimulus yang dituju untuk
merasakan nyeri/stimulus tersebut. Nyeri yang sampai tersebut sama pada setiap orang,
namun kondisi perseorangan mengakibatkan sensasinya berbeda pada setiap orang.
4. Fase Modulasi, fase akhir dimana otak berkomunikasi kembali dengan spinal cord untuk
kemudian merekan pengalaman nyeri tersebut dan melepaskan zat kimia tertentu (opioid
endogen, GABA) untuk menghambat atau mengurangi rasa sakit tersebut.

Gambar 2. Mekanisme Nyeri

5
Jenis Nyeri

1. Berdasarkan Mekanisme Nyeri


Nyeri Fisiologis, terjadinya nyeri oleh karena stimulasi singkat yang tidak merusak
jaringan, misalnya pukulan ringan akan menimbulkan nyeri yang ringan
Nyeri Inflamasi, terjadinya nyeri oleh karena stimuli yang sangat kuat sehingga
merusak jaringan. Jaringan yang dirusak mengalami inflamasi dan menyebabkan fungsi
berbagai komponen nosiseptif berubah. Jaringan yang mengalami inflamasi
mengeluarkan berbagai mediator inflamasi, seperti: bradikinin, leukotrin, prostaglandin,
purin dan sitokin yang dapat mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor secara
langsung maupun tidak langsung. Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri, sedangkan
sensitisasi nosiseptor menyebabkan hiperalgesia.
Nyeri Neuropatik adalah nyeri yang didahului dan disebabkan adanya disfungsi primer
ataupun lesi pada sistem saraf yang diakibatkan: trauma, kompresi, keracunan toksin
atau gangguan metabolik. Akibat lesi, maka terjadi perubahan khususnya pada Serabut
Saraf Aferen (SSA) atau fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal
dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan lingkungannya,
sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan.
2. Berdasarkan Kemunculan Nyeri
Nyeri Akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi yang
dapat dideteksi dengan mudah. Nyeri ini biasanya berlangsung sementara, kemudian
akan mereda bila terjadi penurunan intensitas stimulus pada nosiseptor dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Nyeri Kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena
patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam periode
yang lama dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik berhubungan
dengan kelainan patologis yang telah berlangsung terus menerus atau menetap setelah
terjadi penyembuhan penyakit atau trauma dan biasanya tidak terlokalisir dengan
jelas.
3. Berdasarkan Klasifikasi Nyeri Wajah/Rongga Mulut
Nyeri Somatik, nyeri yang dapat dihasilkan dari stimulasi reseptor-reseptor neural
ataupun saraf-saraf periferal. Jika stimulasi bermula dari bagian superfisial tubuh,
karakteristik klinisnya, seperti: nyeri dengan kualitas menstimulasi, lokalisasi nyeri
yang tepat, adanya hubungan yang akurat antara tempat lesi dan sumber nyeri serta

6
cara menghilangkan nyeri yang temporer dengan aplikasi anestesi topikal. Jika
stimulasi bermula dari bagian dalam tubuh, karakteristik klinisnya, seperti: nyeri
dengan kualitas mendepresikan, lokalisasi beragam dari nyeri yang menyebar, lokasi
dari nyeri bisa ataupun tidak berhubungan dengan tempat lesi, sering menunjukkan
efek-efek sekunder dari perangsangan pusat
Nyeri Neurogenik, nyeri yang dihasilkan dalam sistem sarafnya sendiri, reseptor saraf
ataupun stimulasi serabut yang tidak diperlukan. Karakteristik klinis dari nyeri
neurogenik, yaitu: nyeri seperti membakar dengan kualitas menstimulasikan,
lokalisasi baik, adanya hubungan yang tertutup diantara lokasi dari nyeri dan lesi,
pengantaran nyeri mungkin dengan gejala-gejala sensorik, motorik dan autonomik
Nyeri Psikogenik, nyeri yang dapat memunculkan intensifikasi nyeri somatik atau
neurogenik dan juga merupakan suatu manifestasi psikoneurotik. Karakteristik dari
nyeri psikogenik, seperti: lokasi nyeri selalu tidak mempunyai hubungan dengan suatu
penyebab yang mungkin, tindakan klinis dan respon pada pengobatan mungkin non
fisiologis, tidak diharapkan dan tidak biasa

Nyeri Pulpa
Menurut klasifikasi klinis , kita dapat membedakan beberapa kondisi pulpa, antara lain
pulpa sehat, inflamasi pulpadengan pemulihan (pulpitis reversible), inflamasi pulpa tanpa
kemungkinan pemulihan (pulpitis irreversible), dan nekrosis pulpa. Dalam pulpa sehat,
rangsangan dingin dan hangat menghasilkan nyeri yang berlangsung 1-2 detik.
Pulpitis Reversible
Nyeri pulpa yang paling sering ditemukan setelah perawatan restoratif, sebagai hasil dari
prosedur persiapan inadeqate pada gigi dan /atau komponen-komponen beracun dari bahan
yang digunakan . Hal ini ditandai dengan rasa sakit jangka pendek pada dingin, yang dengan
cepat menghilang setelah penghapusan rangsangan patologis.Padapulpitis reversible, nyeri
awalnya ditransfer oleh Adan C-fibers, dan selama proses inflamasi berlangsung, transmisi
C-fibers terjadi, yang kemudian tercermin pada perubahan karakter nyeri
Pulpitis Irreversible
Pulpitis irreversibleadalah inflamasi yang parah dan tidak akan sembuh kembali meskipun
stimulus telah dihilangkan, sehingga jaringan pulpa cepat atau lambat akan mengalami
nekrosis pulpa. Pulpitis irreversibleumumnya merupakan kelanjutan dari proses karies yang
reversible dan telah berlangsung lama. Secara histopatologik, tampak respon mediator radang
kronik yang dominan, yaitu limfosit, makrofag, dam sel plasma.

7
HIPERTENSI
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, evaluation and
Treatment of High Blood Pessure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140/90mmHg. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkonstraksi (sistolik), dan angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanandarah, tekanan sistolik terus meningkat sampaiumur 80 tahundantekanan diastolik
terusmeningkatsampaiusia 55-60 tahun, kemudianberkurangsecaraperlahanataubahkanturun
drastis. Tekanandarahdalamkehidupanseseorangbervariasi. Bayi dananak-anaksecara normal
memilikitekanandarah yang jauhlebihrendahdaripadadewasa.
Tekanandarahjugadipengaruhiolehaktivitasfisik, dimana akanlebihtinggipadasaatmelakukan
aktivitasdanlebihrendah saat beristirahat.Tekanandalamsatuharijugaberbeda, paling
tinggidiwaktupagiharidan paling rendahdiwaktumalamhari.
Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah Systole Diastole


Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-59
Hipertensi stage 2 >160 >100

Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap

8
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi. perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalammengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
Ada dua strategi dalam perawatan gigi pada pasien hipertensi yaitu strategi preventif
dan kuratif dan perhatian yang sangat besar harus diberkan khusunya pada kemungkinan
terjdinya komplikasi hipertensi akut/crisis hypertension/emergent hypertension yang terjadi
selama perawatan gigi.
Pada strategi preventif meliputi semua tindakan untuk mengontrol tekanan darah
pasien selama periode perawatan dan semua tindakan preventif dalam bidang kedokteran gigi
sendiri (yang meliputi kontrolnplak, fluoridasi, dll). Tindakan preventif yang efektif untuk
mengontrol tekanan darah pasien meliputi control kecemasan dan stress, pemilihan anastesi,
bahan anastesi, kontrol sakit setelah tindakan selesai.
Prosedur dental yang lama dan stressfull seaiknya dihindarkan. Pemberian sedasif per
oral (benzodiazepine 5mg malam sebelu tidur dan 1 jam sebelum tindakan perawatan ) cukup
membantu mengurangi stress. Penggunaan sedasi dengan nitrous oxide (N2O) dapat
menurunkan tekanan darah systole dan diastole sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit
setelah pemberian dan selanjutnya dapat dilakukan anastesi local dengan atau tanpa
vasokonstriktor. Anastesi local merupakan pilihan terbaik untuk pasien dengan hipertensi
9
disbanding anastesi umum, pemberian anastesi harus pelan dan penyuntikan intravaskuler
harus dihindari.

Hipertensi dan Perawatan Gigi


Tekanan darah Strategi
120/80mmHg atau kurang
Tekanan darah optimal Catat tekanan darah tiap kali kunjungan
Resiko status ASA 1 Perawatan gigi rutin
130/85 mmHg atau kurang
Tekanan darah normal Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
Resiko status ASA 1 Perawatan gigi rutin
130/85 130/89 mmHg
Tekanan darah tinggi sampai normal Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
(prehipertensi) Perawatan gigi yang ruin
Resiko status ASA 1
140/90 sampai 59/99 mmHg
Hipertensi stage 1 Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
Resiko status ASA II Perawatan dental rutin
- Stabil secara medis - Catat tekanan darah setelah anastesi
- Tidak ada pembatasan aktivitas fisik local dengan adrenalin (dengan
pematasan)
Rujuk medis rutin
160/100 sampai 179/109 mmHg
Hipertensi stage 2 Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
Resiko status ASA III Perawatan gigi selektif
- Tidak stabil secara medis - Catat tekanan darah setelah anastesi
- Ada pembatasan aktifitas fisik local dengan adrenalin (ada pembatasan)
Rujuk medis rutin
180/110 209/119 mmHg
Hipetensi stage 2 Catat tekanan darah
Resiko status ASA III Pemberian perawatan gigi emergensi
- Tidak stabil secara medis - Monitor tekanan darah selama perawatan
- Sangat terbatas dalam toleransi - Penggunaan anastesi local tanpa
aktifitas fisik epineprin/adrenalin
Rujuk medis emergensi
210/120 mmHg atau lebih
Hipertensi stage 2 Catat tekanan darah
Resiko status ASA IV Pemberian perawatan emergensi

10
- Tidak toleransi terhdp aktifitas fisik - Monitor tekanan darah selama perawatan
- Hipertensi mengancam kehidupan - Penggunaan anastesi local tanpa
adrenalin
Rujukan medis emergensi

DENTAL ANXIETY
Dental anxiety adalah kondisi umum dikalangan masyarakat di seluruh duniadan
menjadipenghalang untukperawatan gigi yangkonsisten daripopulasi.3Beberapa
penelitiantelah memperkirakanprevalensikecemasangigiberkisar darisekitar 5% sampai 30%
pada populasi umumtergantung pada jumlah penduduk,kasus dandefinisi yang digunakan.
Subyek yangsangatcemasmemiliki kemungkinan terbesarmenghindari perawatan gigi.
Masalah umumseperti takut dengan perawatan gigimendekatiangka
25%pasienmenghindarikunjungan ke dokter gigidan perawatan, dan hampir10% mencapai
tingkatfobiadarianxiety.Masalahkecemasangigi muncul dengan beberapa kemungkinan
alasan: (a)menghindari perawatan gigi menyebabkankesehatanmulutdan kualitas hidup yang
buruk, (b) tingkat kecemasan tinggidanfobiamungkinmenimpa pada hubungan dokter gigi-
pasien, dan dapat menghambatperawatan gigiyang tepat, danmenjadi
penyebabkomplikasiintra-operasi, dan (c) respon simpatik terhadap stres yang
disebabkanolehkecemasan
dapat menghasilkanreaksiberbahaya, sepertisinkopvasovagal,hipertensi, takikardiadan
kecelakaan kardiovaskular.Hal ini disebabkan oleh faktorendogen dan eksogen,factor
endogen berkaitan denganstresinternal, sedangkanpenyebabeksogentermasuk rasa takut yang
terkondisikan(yang dihasilkan oleh pengalaman buruk sebelumnya), ketidakpercayaanpada
dokter gigi, danreaksi somatikintra-operasi yang dapat mempengaruhi pengalaman perawatan
gigi.
Dental anxiety adalah fenomena multidimensi yang kompleks, dan tidak
adasatuvariabel tunggalsecara eksklusifdapat menjelaskanperkembangannya. Dalamliteratur,
sejumlah faktoryangsecara konsistendikaitkandenganinsiden dari dental anxiety, termasuk:
Karakteristik kepribadian
Pengalaman masa lalutraumatisgigi, terutama dimasa kanak-kanak(pengalaman)
Pengaruhanggota keluarga yang cemas ataurekan yangmenimbulkanrasa takut(vicarious
learning), takutsakit, takut darah
Beberapa studitelah menunjukkan bahwaprosedur kedokteran
gigirestoratifmemberikanpemicu yang palingampuhuntuk dental anxiety, yaitupenglihatan,

11
suaradangetaransensasirotarygigi, ditambah denganpemandangan
dansensasilokalanestesigigi. Dengan alasan inibahwa pasiencemasyang harus
menjalaniprosedurrestoratifsering dikeloladengan menggunakan aturan "4 S" aturan, yang
bertujuan untukmengurangipemicustres:
See(misalnya melihat pemandangan)
Suara (pengeboran)
Sensasi(getaran frekuensi tinggi )
Smells(bau klinis, sepertieugenoldan agenbonding)
Penanganan Dental Anxiety
a. Komunikasi
b. Terapi Relaksasi
c. Selingan
d. Mengurangi Gangguan
e. Sedasi

12
PEMBAHASAN KASUS
KU pasien :
ASA II: Pasien stabil secara medis dan tidak ada pembatasan aktivitas fisik
Pemeriksaan Subjektif
Nyeri gigi berdenyut hilang timbul dan nyeri menjalar ke kepala
Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa : Pulpitis Irreversible

Prognosis : Baik, bila perawatan dilakukan dengan baik dan pasien kooperatif

Rencana perawatan
DHE
Informed consent : mengenai alasan dilakukannya perawatan, proseduryang akan dilakukan,
alternatif perawatan, hasil yang diharapkan dan biaya.
Skeling
Kontrol dan follow up

13

Anda mungkin juga menyukai