Anda di halaman 1dari 8

NYERI, MEKANISME NYERI YANG BERHUBUNGAN DENGAN

GIGI SERTA SARAF-SARAF YANG BERPERAN

Pendahuluan
Nyeri adalah pengalaman sensorik tidak menyenangkan yang disebabkan
kerusakan pada jaringan, secara aktual atau potensial. nyeri merupakan pengalaman
sensorik yang multidimensional, dimana rasa nyeri yang dialami bisa saja berbeda
pada setiap orang. jenis –jenis nyeri dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan
dapat intensitas (ringan, sedang, berat), durasi (transien, intermiten, persisten),
kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam) dan penyebaran (superfisial atau dalam,
terlokalisir atau difus). Nyeri merupakan bentuk peringatan akan bahaya yang terjadi
pada jaringan tubuh, seperti ketika terdapat jaringan yang terluka. Nyeri juga
berkaitan dengan refleks menghindar dan perubahan output otonom.1
Rasa nyeri merupakan peringatan adanya kerusakan jaringan dari tubuh,
namun rasa nyeri berdampak negatif pada orang-orang yang mengalaminya. Hal itu
disebabkan rasa nyeri dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari bagi yang
mengalaminya. Menurut Oxford Concise Medical Dictionary, nyeri adalah sensasi
tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke nyeri yang
berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang
rusak atau berpotensi rusak.2
Pada bidang kedokteran gigi, nyeri gigi merupakan salah satu alasan utama
yang menyebabkan pasien datang ke dokter gigi. Nyeri gigi dapat merupakan salah
satu bentuk dari nyeri orofasial. Penyebab nyeri gigi yang paling umum adalah
adanya inflamasi yang berasal dari pulpa atau struktur penyangga gigi. Dampak nyeri
orofasial terhadap penurunan kualitas hidup penderitanya telah dikemukakan di
dalam penelitian-penelitian pendahuluan mengenai nyeri orofasial. Sampai saat ini,
terdapat beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab dari penurunan kualitas
hidup penderita nyeri orofasial, salah satunya adalah adanya gangguan fungsi dasar
seperti kesulitan membuka mulut pada penderita nyeri orofasial. Namun selain
dampak klinis, nyeri orofasial diketahui memiliki dampak psikologis berupa
timbulnya stres pada penderitanya.3
Pengalaman nyeri melibatkan serangkaian proses neurofisiologis yang
kompleks dan secara kolektif disebut sebagai nosisepsi, dengan empat komponen
berbeda, yakni transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Nyeri tidak dapat secara
jelas dikaitkan dengan peristiwa patologis yang terisolasi. Pengalaman nyeri
merupakan proses kompleks yang melibatkan aktivasi beberapa jalur pensinyalan
saraf di dalam sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Dalam pengobatannya
seorang pasien akan menjalani proses diagnosis terlebih dahulu, hal ini dilakukan
untuk mengetahui apa penyebab nyeri yang dialami. Untuk mendapatkan hasil
maksimal, seseorang dapat menjalani lebih dari satu jenis metode manajemen nyeri.
Hal ini dilakukan karena tidak jarang nyeri melibatkan banyak aspek dalam
kehidupan sehari-hari seseorang. Normalnya rasa nyeri akan menghilang setelah
penyakit membaik atau mengonsumsi obat.4

Nyeri
Asosiasi Internasional Studi Nyeri (IASP) pada tahun 1996 mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang terkait
dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan mekanisme protektif, bersifat subyektif
dan multifaktor yang melibatkan refleks serta respon somatik dan otonom sebagai
pencegahan terhadap rangsangan yang merusak (noxious). Sebab itu, reseptor nyeri
(nosiseptor) tidak beradaptasi terhadap stimulasi yang berulang atau berkepanjangan
sehingga individu akan bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Nyeri merupakan
merupakan hasil interaksi kompleks antara sistem pensinyalan, modulasi dari pusat
yang lebih tinggi dan persepsi unik individu.5
Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain
(IASP, 1979) adalah pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan
dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan
jaringan.2 perasaan nyeri bersifat subyektif dan berguna secara biologis, diperlukan
untuk kelangsungan hidup, dimana perasaan nyeri menjadi tanda peringatan dan
respon jaringan yang rusak dalam tubuh. Perasaan nyeri merupakan proses dimana
terdapat keterlibatan transduksi saraf dan transmisi stimulasi ke otak melalui jalur
nyeri yang disertai respon perilaku seperti menarik diri atau bertahan, serta reaksi
emosional dan persepsi subyektif yang terpengaruh dari pengaruh dari pengalaman
yang sedang terjadi maupun sudah berlalu. Itulah yang menyebabkan Oleh sebab itu,
nyeri merupakan pengalaman pribadi yang multifaktor.5 Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi.

Tranduksi
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus ke dalam impuls nosiseptif. terdapat tiga tipe serabut saraf yang terlibat
dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta dan C. Serabutpenghantar nyeri atau
nosiseptor berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius, serabut yang
disebut adalah A-delta dan C. Dalamproses transduksi, silent nosiseptor juga terlibat,
yaitu merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi
eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi
Transmisi merupakan proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai
lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke
medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke
thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis.
Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih
dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan
emosi. Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron
dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke
thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

Modulasi
Modulasi adalah proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan
saraf pusat. Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang
dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla
spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen
(enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada
kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka
dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut.

Persepsi
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan
hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis dan
karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara
anatomis, dari syaraf aferen terdapat nosiseptor ada yang bermyelin dan ada juga
yang tidak bermyelin. 1
Nyeri Orofasial
Nyeri orofasial adalah nyeri yang memiliki keterkaitan dengan jaringan keras
dan lunak kepala, wajah, dan rongga mulut. Nyeri orofasial sebagaimana dengan
jenis-jenis nyeri lainnya, juga merupakan akibat dari terjadinya kerusakan jaringan
yang mengaktifkan nosiseptor yang selanjutnya mengirimkan sinyal adanya
kerusakan jaringan ke otak. Berdasarkan penyebabnya nyeri orofasial terbagi atas 2
jenis, yaitu nyeri orofasial odontogenik dan nyeri orofasial non-odontogenik. 6 Nyeri
orofasial merupakan nyeri yang berasal dari struktur mulut disertai dengan nyeri
wajah dan juga memiliki dampak negatif pada kualitas hidup. Nyeri paling umum
terjadi di daerah orofasial adalah nyeri gigi yang disebabkan oleh karies gigi,
periodontal dan struktur muskuloskeletal. Daerah orofasial terdiri dari rongga mulut
(gigi, gingiva, dan mukosa mulut), wajah, tulang rahang dan sendi
temporomandibular. Nyeri orofasial memiliki jalur yang meliputi neuron aferen
primer, perubahan patologis pada ganglion trigeminal, neuron nosiseptif batang otak
dan fungsi otak yang lebih tinggi yang mengatur nosisepsi orofasial. 5

Nyeri Odontogenik
Nyeri odontogenik adalah nyeri yang berasal dari pulpa gigi atau jaringan
periodonsium. Nyeri periodonsium merupakan nyeri dalam somatik. Penyebab nyeri
ini bervariasi, Antara lain inflamasi atau trauma okulsi, impaksi gigi, akibat tindakan
profilaksis, perawatan endodonsia, orthodonsia, preparasi mahkota, kontur gigi yang
tidak tepat, atau trauma pembedahan. Selain faktor tadi nyeri ini dapat juga
disebabkan oleh penyebaran inflamasi pulpa melalui foramen apikalis.

Mekanisme Nyeri Pada Gigi


Nyeri gigi dapat disebabkan oleh aktivasi reseptor nyeri pada pulpa gigi oleh
rangsangan termal, mekanik, kimia, maupun elektrik. Selain itu, pengeluaran
mediator inflamasi juga dapat merangsang reseptor nyeri pada serabut yang
menghantarkan rasa nyeri (serabut aferen nosiseptif). Serabut ini tersebar di seluruh
tubuh dan ditemukan paling banyak pada nervus trigeminalis yang mempersarafi
pulpa dan jaringan periapikal gigi. Pada pulpa ditemukan dua serabut aferen
nosiseptif, yaitu serabut C dan serabut A-delta. jika kedua serabut tersebut
dirangsang, maka sinyal nyeri akan dihantarkan melalui ganglion trigeminalis ke
subnukleus kaudalis yang terletak di medula pada susunan saraf pusat melalui
penglepasan substansi P dan asam amino glutamate. Lalu subnukleus kaudalis atau
tanduk dorsal medula menyampaikan sinyal nyeri ke thalamus melalui jalur
trigeminotalamik. Selanjutnya, sinyal nyeri diteruskan ke korteks serebral melalui
jalur talamokortikal. Sinyal yang sampai di korteks inilah yang kemudian
dipersepsikan oleh otak sebagai rasa nyeri. 2

Saraf-saraf yang berperan dalam Nyeri Gigi


Nyeri intra oral maupun ekstra oral yang berasal dari struktur di kepala dan
leher merupakan nyeri yang “difasilitasi” oleh nervus trigeminus melalui “sistem
trigeminus”, yang terdiri dari serabut:
1. Saraf transmisi, interneuron
2. Serat koneksi sinaptik
3. Serabut aferen primer
Pembahasan
Nyeri merupakan pengalaman sensoris yang tidak menyenangkan dan
mengganggu penderitanya. Nyeri timbul merupakan bentuk dari peringatan dari
tubuh, yang menandakan adanya kerusakan jaringan atau fungsi dari bagian tubuh
tertentu. Nyeri yang meliputi keseluruhan bagian kepala, baik wajah, leher, maupun
oral (gigi, gusi, mukosa), disebut sebagai nyeri orofasial. Nyeri orofasial sebagaimana
jenis-jenis nyeri lainnya, merupakan akibat dari terjadinya kerusakan jaringan yang
mengaktifkan nosiseptor yang selanjutnya mengirimkan sinyal adanya kerusakan
jaringan ke otak.
Nyeri intra oral maupun ekstra oral yang berasal dari struktur di kepala dan
leher merupakan nyeri yang difasilitasi oleh nervus trigeminus melalui sistem
trigeminus yang terdiri dari serabut syaraf transmisi, interneuron, serat koneksi
sinaptik yang memproses informasi yang masuk dari ketiga divisi nervus trigeminus.
Nyeri paling umum terjadi di daerah orofasial adalah nyeri gigi yang disebabkan oleh
karies gigi, periodontal dan struktur muskuloskeletal. Daerah orofasial terdiri dari
rongga mulut (gigi, gingiva, dan mukosa mulut), wajah, tulang rahang dan sendi
temporomandibular.
Fisiologi jalur nyeri orofasial meliputi neuron aferen primer, perubahan
patologis pada ganglion trigeminal, neuron nosiseptif batang otak dan fungsi otak
yang lebih tinggi yang mengatur nosisepsi orofasial. Pada nosiseptor perifer di daerah
orofasial, setelah menerima rangsangan berbahaya berulang atau peradangan
berlebihan yang tidak terkendali, neuron urutan pertama di saraf trigeminal akan
mengembangkan sinyal nyeri yang meningkat yang diproyeksikan ke ganglia
trigemina. 6
Dalam penyampaian rasa nyeri (persepsi), dilakukan oleh subnukleus kaudalis
atau tanduk dorsal medula, dengan menyampaikan sinyal nyeri ke thalamus melalui
jalur trigeminotalamik. Selanjutnya, sinyal nyeri diteruskan ke korteks serebral
melalui jalur talamokortikal. Setelah sinyal sampai di korteks baru kemudian akan
dipersepsikan oleh otak sebagai rasa nyeri. 2 Dalam mengatasi rasa nyeri seseorang
dapat mendatangi dokter, dan mengikuti manajemen nyeri untuk mengidentifikasi apa
yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Setelah penyebab diketahui, maka dokter
dapat memulai pengobatan terhadap pasiennya.
Daftar Pustaka

1. Bahrudin M. Patofisiologi Nyeri (Pain). ; 13(1): 7-13.


2. Taufiqurrachman. (2015). Perbandingan Pengaruh Pemberian Analgetik
Etoricoxib Dengan Natrium Diclofenak Terhadap Rasa Nyeri Pasca
Odontektomi (Impaksi Kelas 1, Molar 3 Rahang Bawah). (Skripsi Sarjana,
Universitas Diponegoro). http://eprints.undip.ac.id/47884/3/BAB_II_KTI_-
_Taufiqurachman.pdf
3. Maulina T, Nurwiadh A, Wulansari D. Edukasi Penatalaksanaan Nyeri
Orofasial Pada Pasien Infeksi Dan Trauma Oromaksilofasial. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat 2018; 2(4).
4. Jamal F, Andika TD, Adhyiany E. Penilaian dan Modalitas Tatalaksana Nyeri.
J. Ked N. Med 2022; 5(3).
5. Ranggaini MD. Nyeri Orofasial Sebagai Salah Satu Nyeri Alih Dari Iskemia
Miokardium. Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu 2020; 2(1): 52-60.
6. Rotpenpian N, Yakkaphan P. Tinjauan Literatur: Fisiologi Nyeri Orofasial
dalam Kedokteran Gigi. eNeuro 2021; 8(2).

Anda mungkin juga menyukai