Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


KONSEP NYERI

Disusun Oleh
Citra Ning Santina Manjani
1720210041
Dosen pembimbing
Ners Marini Agustin M kep,S Kep

Prodi D -III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS SYAFIIYAH
2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI

1. PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk biopsiko sosial spriritual memiliki banyak

kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan dari kebutuhan yang paling

dasar seperti makan, minum, bernapas, elimininasi, reproduksi dan istirahat. Manusia

memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya

memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan

tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri

dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan

berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya. Kebutuhan dasar

manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam

mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya

bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia

menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap

manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta,

harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Dalam mengaplikasikan

kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk memahami hubungan

antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Beberapa

kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karana

itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar

manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi

manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan


untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan

ilmu keperawatan di dunia kesehatan. walaupun setiap orang mempunyai sifat

tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia

yang sama. Besarnya.

Arthritis adalah peradangan pada salah satu atau lebih sendi, menyebabkan

nyeri dan kekakuan yang dapat memburuk seiring usia. Berbagai jenis artritis yang

ada, masing-masing dengan penyebab yang berbeda termasuk keausan, infeksi, dan

penyakit yang mendasarinya. Gejalanya meliputi nyeri, pembengkakan, rentang gerak

yang berkurang, dan kekakuan. Obat, terapi fisik, atau terkadang operasi membantu

mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Rasa nyeri merupakan peringatan bagi individu bahwa ada suatu kelainan

yang sedang terjadi dalam tubuh. Rasa nyeri merupakan rasa yang tidak

menyenangkan yang hanya dapat diungkapkan kepada diri sendiri, melibatkan

emosi serta keadaan afektif seseorang dan persepsinya berbeda dari satu orang

ke orang lain, berbeda dari waktu ke waktu pada satu orang yang sama.

Nyeri sering disertai komponen psikofisiologik berupa kegiatan sistem saraf

otonom misalnya perubahan tekanan darah, frekuensi denyut jantung atau

berkeringat. Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari

bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit,

pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat

mengganggu dan menyulitkan kondisi seseorang. Hal ini dikarenakan nyeri

dapat mengganggu kenyamanan seseorang, selain itu dapat mempengaruhi

aktivitas seseorang yang sedang mengalami nyeri.

2. PENGERTIAN
International Association for Study of Pain (IASP) menyatakan nyeri adalah

merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata,

berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

3. KLASIFIKASI NYERI

Menurut Andarmoyo, 2013 sebagai berikut :

1. Nyeri bedasarkan durasi


a. Nyeri kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri yang menetap sepanjang periode tertentu.
b. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul setelah terjadi cidera,
insisi/pembedahan dengan intensitas bervariasi mualai ringan hingga berat, dan
berlangsung secara singkat.
2. Nyeri bedasarkan asal
a. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik adalah nyeri disebabkan suatu cedera atau abnormalitas yang
didapatkan pada struktur saraf perifer maupun sentral.
b. Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif (nociceptive pain) merupakan nyeri yang diakibatkan oleh
aktivitas atau sensitisasi nosiseptor perifer yang melainkan reseptor khusus yang
menghantarkan stimulus noxions.
3. Nyeri bedasarkan lokasi
a. Viseral dalam
Viseral dalam adalah nyeri yang terjadi karena stimulus organ-organ internal.
b. Nyeri alih
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viceral karena banyak organ
tidak memiliki reseptor nyeri.
c. Superficial atau kutaneus
Superficial atau kutaneus adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus kulit.
d. Radiasi
Radiasi adalah sensasi nyeri yang menyebar dari tempat awal cidera kebagian
tubuh yang lain.

4. ANATOMI FISIOLOGI

Nyeri dapat berasal dari dalam ataupun luar sistem saraf. Nyeri yang berasal dari luar

sistem saraf dinamakan nyeri nosiseptif. Sedangkan nyeri yang berasal dari dalam

dinamakan nyeri neurogenik atau neuropatik. Nyeri dapat dirasakan ketika stimulus

yang berbahaya mencapai serabut-serabut saraf nyeri. Mekanisme proses terjadinya

nyeri terdiri dari empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.

Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan

aktifitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls

nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla

spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke

otak. Modulasi nyeri melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jaur saraf desenden dari

otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Modulasi

juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas

di reseptor nyeri aferen primer. Persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri

yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas transmisi nyeri oleh saraf. (Price

and Wilson, 2006) Nosiseptor merupakan reseptor nyeri, yang ada di akhiran saraf

bebas pada setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus suhu, mekanik, ataupun kimia

dapat mengaktivasi nosiseptor. Jaringan yang rusak akan mengeluarkan zat-zat kimia

seperti prostaglandin, kinin, dan potassium yang menstimulasi nosiseptor (Derrickson,

2012).
Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan desendens.

Pada jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls nyeri

masuk ke medulla spinalis di akar saraf dorsal. Serat saraf C dan A-δ halus masing-

masing membawa nyeri akut-tajam dan kronik lambat, bersinaps di substansia tanduk

dorsal, memotong medulla spinalis, dan naik ke otak melalui cabang traktus

spinotalamikus. Terdapat dua jalur spinotalamikus sejajar yang menyalurkan impuls

ini ke otak ; traktus neospinotalamikus dan paleospinotalamikus. Traktus

neospinotalamikus membawa info mengenai nyeri cepat atau akut dari nosiseptor A-δ

ke daerah talamus dan bersinaps di nucleus ventroposterolateralis talamus. Neuron di

thalamus akan memproyeksikan akson-aksonnya untuk membawa impuls nyeri ke

korteks somatosensorik primer girus pascasentralis(Price dan Wilson, 2006). Jalur

nespinotalamikus memediasi aspek murni sensorik nyeri yaitu, lokasi, intensitas dan

kualitas (Harrison, 2008). Traktus paleospinotalamikus menyalurkan impuls dari

nosiseptor tipe C lambat-kronik, adalah suatu jalur difus yang membawa impuls ke

formasio retikularis batang otak sebelum berakhir di nucleus parafasikularis dan

nucleus intralaminar lain di thalamus, hipotalamus, nucleus sitem limbik, dan korteks

otak depan (Price dan Wilson, 2006). Jalur ini terkait dengan respon emosional.

Karena dimensi ini munculnya rasa takut yang mengiringi nyeri (Harrison, 2008).

Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga komponen: 1) sensorik, 2)

emosional, dan 3) kognitif. Sensorik: Komponen sensorik dikendalikan oleh sistem

saraf. Jika ada stimulasi, maka sistem saraf yang mengirimkan pesan ke otak akan

diaktifkan. Otak kemudian akan menganalisis pesan-pesan ini dan memberitahu mana

yang sakit dan seberapa kuat intensitasnya. Ini merupakan sistem yang biasanya

diaktifkan pada saat cedera jaringan dan dimatikan ketika proses penyembuhan

jaringan. Namun, pada beberapa pasien dengan nyeri kronis, sistem ini menyala dan
tetap aktif bahkan jika kerusakan jaringan tidak ada. Dokter dapat mengontrol

komponen sensorik dengan obat-obatan, terapi fisik dan blok saraf (Wallace,2012).

Emosional: Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem saraf

sensorik akan mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang mengendalikan

emosi, denyut jantung, dan tekanan darah. Jika seorang anak mengalami rasa sakit,

reaksi langsung adalah untuk menangis. Hal ini karena anak-anak memiliki kontrol

yang minimal atas emosi mereka. Seorang psikolog dapat mengajarkan teknik

biofeedback kepada pasien untuk mengurangi respons emosional (Wallace,2012).

Kognitif: pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi kognitif.

Pengetahuan tentang nyeri dapat mempengaruhi respon dan penanganan seseorang

terhadap nyeri. Nyeri sendiri dapat dimodifikasi oleh seseorang berdasarkan cara

berpikir tentang nyeri yang dirasakannya, apa saja pengharapan atas nyerinya, dan

makna nyeri tersebut dalam kehidupannya (Ardinata, 2007).

5. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya nyeri menurut (SDKI/PPNI, 2016) adalah :

a. Agen pencedera fisiologis

b. Agen pencedera

c. Agen pencedera fisik

6. PATOFISIOLOGI

Konduksi impuls noriseptif pada prinsipnya ada dua tahap yaitu

a. Melalui system noriseptif

Reseptor di perifer lewat serabut aferen, masuk medulla spinalis ke batang otak

oleh mesenfalon /midbrain

b. Melalui tingkat pusat


Impuls noriseptif mesenfalon ke korteks serebri di korteks asosiasinya sensasi

nyeri dapat dikenal karakteristiknya

Impuls - impuls nyeri disalurkan ke sumsum tulang belakang oleh 2 jenis serabut

bermielin rapat A delta dan C dari syaraf aferen ke spinal dan sel raat dan sel horn SG

melepas P (penyalur utama impuls nyeri ) Impuls nyeri menyeberangi sumsum

belakang pada interneuron – interneuron bersambung dengan jalurspinalis asenden.

Paling sedikit ada 6 jalur ascenden untuk impuls – impuls nosireseptor yang letak

pada belahan vencral dari sumsum belakang yang paling utama : SST (spinathamic

tract) = jalur spinareticuler trace) impuls – impuls ke batang otak dan sebagian ke

thalamus mengaktifkan respon automic dan limbic (pada kulit otak) afektif dimotivasi

7. PENGUKURAN NYERI

1. Numeric Rating Scale (NRS)


Numeric Rating Scale (NRS)Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah
divalidasi. Berat dan ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol) hingga 10
(sepuluh) (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).
Skala 0 : Tanpa nyeri
Skala 1-3: Nyeri ringan
Skala 4-6: Nyeri sedang
Skala 7-9: Nyeri berat
Skala 10 : Nyeri sangat berat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Numeric Rating Scale (NRS)


Sumber :(Potter& Perry, 2005 dalam Handayani, 2015)
2. Skala Wajah dan Barker
Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri pada
anak mulai usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2005 dalam Handayani, 2015).

Skala Wajah dan Barker


Sumber :(Potter& Perry, 2005 dalam Handayani, 2015)

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan yang dilakukan mencakup pemeriksaan laboratorium darah dan

pemeriksaan radiologi.

9. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada nyeri menurut Nurarif & Kusuma (2015), yaitu:

1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, seperti ketakutan, ketidak


percayaan, kesalahpahaman dan kelelahan.
2. Modifikasi stimulus nyeri dengan berbagai teknik, yaitu:
a. Teknik latihan pengalihan, merupakan teknik dengan cara mengalihkan rasa
nyeri pada aktivitas lain seperti menonton tv, berbincang-bincang dan
mendengarkan musik.
b. Teknik relaksasi, merupakan teknik dengan cara menarik napas dalam dan
mengisi paru–paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot–otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal
yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan
rileks.
c. Stimulasi kulit, merupakan teknik dengan cara menggosok halus daerah nyeri,
menggosok punggung, mengompres dengan air dingin dan hangat, memijat
dengan air mengalir
3. Pemberian obat analgesic
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat ini
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan
nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya
analgesic dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena
adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan
kesalahan dalam menggunakan analgetik narkotik, dan pemberian obat yang
kurang dari yang diresepkan. Ada tiga jenis analgetik, yakni :
a. Non-narkotik dan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID).
b. Analgesik narkotik atau opiate.
c. Obat tambahan (adjuvant) atau ko-analgesik.
4. Pemberian stimulator listrik
Merupakan metode dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan
stimulus yang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
a. Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk mengendalikan
stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa electrode
diluar.
b. Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat
stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan dibawah kulit
dengantransistor timah penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah
epidural dan columna vertebrae.
c. Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima

transistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu

electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.

10. ASUHAN KEPERAWATAN

Nyeri merupakan pengalaman sensori yang berkaitan dengan kerusakan jaringan

actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintegrasi ringan

hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan.
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang.
 Riwayat penyakit dahulu.
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah.
 Riwayat kesehatan keluarga.
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular.
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’
- P (Pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
- Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
- R (Region), daerah perjalanan nyeri.
- S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
- T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
 Macam skala nyeri
- Skala numerik nyeri, merupakan skala dari 0 hingga 10. Skala 0 merupakan
keadaan tanpa atau bebas nyeri. Skala 1-3 merupakan keadaan dengan nyeri
ringan. Skala 4-6 merupakan keadaan dengan nyeri sedang. Skala 7-9
merupakan keadaan sangat nyeri tetapi masih bias dikontrol. Skala 10
merupakan keadaan sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol.
- Visual analog scale, merupakan skala dengan garis lurus tanpa angka.
Interpretasi
nyeri jika ke arah kiri maka disebut tidak sakit, jika ke arah kanan maka
disebut nyeri dengan sakit yang tidak tertahankan dan jika di tengah-tengah
maka disebut dengan nyeri sedang.
- Skala wajah, merupakan skala dengan enam ekspresi wajah yang berbeda-
beda, dimulai dengan wajah bahagia hingga wajah sedih. Skala ini
dipergunakan pada anak mulai dengan usia tiga tahun.
c. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa
aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah
d. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, meliputi kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Tanda-tanda vital, meliputi suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan fisik, meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
- Inspeksi, meliputi kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
- Palpasi, meliputi daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
- Perkusi, meliputi adanya cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
- Auskultasi, meliputi adanya bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta
bunyi gesekan, atau suara napas tambahan
b. Analisa Data

Analisa data berupa semua hasil pengkajian yang abnormal, untuk mendapatkan

masalah keperawatan

c. Diagnosa keperawatan

Nyeri

d. Perencanaan dan intervensi

Dx kep: Nyeri akut

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, masalah

nyeri teratasi dengan kriteria hasil:

a. Adanya penurunan intensitas nyeri


b. Penurunan ketidaknyamanan akibat nyeri
c. Tidak menunjukan perilaku adanya nyeri
d. Mengetahui penanganan nyeri secara benar
e. Evaluasi

Evaluasi berupa data subjektif dan objektif dari klien terhadap tindakan yang

diberikan dengan metode “SOAP”

Anda mungkin juga menyukai