Anda di halaman 1dari 47

NYERI

Dr. Hendy M Samin, Sp.S


KSM IP. Saraf ( Neurologi)
FK Universitas Prima Indonesia
PENDAHULUAN
Saat ini nyeri tidak lagi dianggap gejala tetapi
suatu penyakit atau proses yg sedang merusak 
dibutuhkan penanganan dini & agresif
Proses nyeri  proses fisiologik yg bersifat
protektif untuk menyelamatkan diri menghadapi
stimulus noksious demi kepentingan kelangsungan
hidupnya.
Nyeri  keadaan unik , derajatnya berbeda pd
setiap individu
Nyeri kronik & hebat  dibutuhkan pendekatan
multidisiplin antara dokter, psikolog, ahli
rehabilitasi, farmasi & pengobatan alternatif.
NYERI AKUT Simptom

NYERI KRONIK Disease


Nyeri  alasan utama pasien berobat.
Nyeri  Tanda vital kelima
Menurut sifat/modalitasnya, dikenal :
 Nyeri Tajam = SHARP PAIN : menusuk
mengiris
 Nyeri Tumpul = DULL PAIN : diffus
 Nyeri Tembakan = SHOOTING PAIN
 Nyeri Terbakar = BURNING PAIN
 Nyeri Proyeksi = REFERRED PAIN
DEFINISI
Menurut IASP (International Association for the
Study of Pain) :
Nyeri  suatu pengalaman sensorik & emosional
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan
atau stimulus yang potensial menimbulkan
kerusakan jaringan
MEKANISME NYERI

Persepsi yg disebabkan oleh rangsangan yg


potensial dapat menimbulkan kerusakan
jaringan disebut  nosisepsion.
Reseptor neurologik yang dapat membedakan
rangsangan nyeri dengan rangsangan yang lain
disebut  nosiseptor.
Mekanisme Perifer

 Rangsang noxious dideteksi di perifer oleh


Nosiseptor
 Nosiseptor  ujung2 saraf afferen yg berakhir
secara bebas; membentuk jala periterminal di
bawah kulit & alat tubuh yg lebih dalam (+
1300/inch2 kulit)
 Nosiseptor  mencatat keadaan berbahaya bagi
tubuh; spt: luka bakar, luka sayat.
 Rangkaian proses perjalanan yang menyertai
antara kerusakan jaringan sampai dirasakan
nyeri  proses elektrofisiologis
 Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan
nyeri yaitu :
1. Transduksi
2. Transmisi
3. Modulasi
4. Persepsi.
1. Transduksi  proses perubahan rangsang nyeri menjadi
suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf.
Rangsang dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas
2. Transmisi  proses penyaluran impuls listrik yang
dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang jalur nyeri,
dimana molekul molekul di celah sinaptik mentransmisi
informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya.
3. Modulasi  proses modifikasi terhadap rangsang.
Modifikasi ini dapat terjadi pada sepanjang titik dari sejak
transmisi pertama sampai ke korteks serebri. Modifikasi ini
dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi
(penghambatan).
4. Persepsi  proses terakhir saat stimulasi
tersebut sudah mencapai korteks sehingga
mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya
diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa
tanggapan terhadap nyeri tersebut.
MEKANISME NYERI

Large
A
fibers

Dorsal root
ganglion Dorsal Horn
A
Small
fibers
C Peripheral sensory
Nerve fibers
Physiological Pain
NOXIOUS INNOCUOUS
STIMULUS STIMULUS

A C fiber A

DHN DHN

INNOCUOUS SENSATION
PAIN
Touch
First Pain
Tactile
Second Pain
Pressure
Mekanisme Spinal
Sinaps pertama dalam somatosensoris
– Spinal dorsal horn

– Dorsal column nuclei (spinal cord-


brainstem junction)
Serabut aferen primer nosiseptif berakhir
“tersusun” dalam spinal dorsal horn pada
bagian tubuh yang sama dari permulaannya.
Dorsal horn secara anatominya berorganisasi
dalam bentuk lapisan atau lamina.
Serabut C berakhir di permukaan lamina yang
paling superficial (I dan II bagian luar)
Serabut Aδ berakhir di lamina I dan lamina III
- V.
Kolateral serabut bermielin (Aβ) berakhir pada
lamina III - V dalam
Jalur Nosiseptif Sentral
Modulasi Sentral

Tingkat Sentral
– Komponen kognitif & psikologis yg berperan.
– Hal ini ditentukan oleh sikap & emosi seseorang
terhadap nyeri.
– Sistem analgesik endogen memiliki kemampuan
menekan input nyeri di kornu posterior
– Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian,
motivasi, pendidikan, status emosional & kultural
seseorang.
Plastisitas Susunan Saraf
 Dalam keadaan NORMAL
 Rangsang kuat (NOXIOUS STIMULI)
 dirasakan NYERI
 Rangsang lemah (INNOCUOUS STIMULI)
 dirasakan BUKAN NYERI
 Rangsang Kuat : dirambatkan oleh :
serabut kecil : ~ A delta bermielin
~ C tak bermielin
 Rangsang Lemah : dirambatkan oleh serabut saraf besar :
A beta bermielin
 Kerusakan jaringan:
 Rangsang lemah  dirasakan sbg NYERI
 Rangsang kuat  sangat nyeri & berlangsung

lebih lama walaupun rangsang sdh dihentikan.


 Dengan kata lain : Kerusakan jaringan 
perubahan sifat saraf
 Kemampuan saraf berubah sifat  Plastisitas
susunan saraf
KLASIFIKASI

BERDASARKAN WAKTU :
• Nyeri akut
• Nyeri sub-akut
• Nyeri kronik
NYERI AKUT :
• Respon biologis normal terhadap cedera jaringan

• Sinyal terhadap adanya kerusakan jaringan

• Contoh : nyeri pasca operasi & nyeri pasca


trauma muskuloskeletal
• Mekanisme proteksi tubuh yg akan berlanjut pada
proses penyembuhan
• Gejala yg harus diatasi atau penyebabnya harus
dieliminasi
NYERI SUB AKUT
• Nyeri yg berlangsung 1 – 6 bulan

• Fase transisi

• Nyeri yg ditimbulkan karena kerusakan jaringan


diperberat oleh konsekuensi problem psikologis
& sosial.
NYERI KRONIK
• Berlangsung > 6 bulan

• Sering tidak menunjukkan abnormalitas baik secara fisik


maupun indikator klinis lain, spt lab. & pencitraan
• Keseimbangan kontribusi faktor fisik & psikososial dapat
berbeda pada tiap individu  respon emosional berbeda
• Dibagi menjadi :

o Nyeri kronik tipe maligna (nyeri kanker)


o Nyeri kronik tipe non maligna (artritis kronik, nyeri
neuropatik, nyeri kepala & nyeri punggung kronik)
Pada praktek klinis sehari-hari dikenal 4
jenis nyeri:
1. Nyeri Nosiseptif
 Nyeri dengan stimulasi singkat & tidak menimbulkan
kerusakan jaringan
 Umumnya tidak memerlukan terapi khusus karena
berlangsung singkat
 Timbul jika ada stimulus yang cukup kuat 
menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus
berbahaya
 Sensasi fisiologis vital
 Contoh: nyeri akibat tusukan jarum.
2. Nyeri Inflamatorik
 Nyeri dengan stimulasi kuat atau
berkepanjangan  kerusakan atau lesi
jaringan
 Dapat akut & kronik
 Pasien >>
 Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
3. Nyeri Neuropatik
Terjadi akibat adanya :
 Lesi sistem saraf perifer (neuropati diabetika,
post-herpetik neuralgia, radikulopati lumbal,
dll)
 Lesi sistem saraf sentral (nyeri pasca cedera
medula spinalis, nyeri pasca stroke & nyeri
pada sklerosis multipel).
4. Nyeri Fungsional
 Ditandai dgn tidak ditemukannya abnormalitas perifer
& defisit neurologis
 Disebabkan respon abnormal sistem saraf terutama
hipersensitifitas aparatus sensorik
 Contoh : fibromialgia, irritable bowel syndrome, nyeri
dada non-kardiak & nyeri kepala tipe tegang
 Tidak diketahui mengapa pada nyeri fungsional
susunan saraf menunjukkan sensitivitas abnormal
atau hiperresponsif
Mekanisme Nyeri
Berdasarkan mekanisme, nyeri dibagi : nyeri inflamasi
(nosiseptif) & nyeri neuropatik.

Nyeri Inflamasi
Stimulus yg dapat menyebabkan inflamasi jaringan
Inflamasi menyebabkan perubahan berbagai komponen
nosiseptif
Jaringan yang mengalami inflamasi  mengeluarkan
mediator inflamasi (prostaglandin, bradikinin)
Mediator inflamasi (MI)  mengaktivasi atau
mensensitisasi nosiseptor secara langsung maupun
tidak langsung
EVALUASI KLINIS NYERI
1. Intensitas nyeri
2. Lokasi nyeri
3. Kualitas nyeri, penyebaran & karakter nyeri
4. Faktor yg meningkatkan & mengurangi nyeri
5. Efek nyeri pada kehidupan sehari-hari
6. Regimen pengobatan yg sedang & sudah diterima
7. Riwayat manajemen nyeri termasuk farmakoterapi,
intervensi & respon terapi
8. Adanya hambatan umum dalam pelaporan nyeri &
penggunaan analgesik
Menentukan derajat Nyeri
(= Pain Assessment)

1. Numerical Rating Scale

0 Nyeri4 Nyeri6 Nyeri


10
Nyeri ringan sedang berat
(-)
Nyeri

paling
2. Visual Analog Scale (VAS)
< 4 : nyeri ringan
4 – 7 : nyeri sedang
> 7 : nyeri berat

3. Skala Kategori
~ kata-kata yg dipilih penderita
~ ringan ~ berat
~ sedang ~ berat sekali
DEFINISI / ISTILAH-ISTILAH
NYERI
~ Pengalaman sensorik & emosional yg tdk
menyenangkan, baik aktual maupun potensial,
atau yg digambarkan dlm btk kerusakan tsb.

NYERI NEUROPATIK
~ Nyeri yg didahului atau disebabkan oleh lesi
atau disfungsi primer pd sistem saraf.
NYERI NEUROGENIK
~ Nyeri yg didahului atau disebabkan oleh lesi,
disfungsi atau gangguan sepintas pd sistem
saraf pusat atau saraf tepi.

NEURALGIA
~ Nyeri pd daerah distribusi saraf

NEURITIS
~ Inflamasi pd saraf
NEUROPATI
~ Gangguan fungsi atau perubahan patologis pd
saraf
 pd 1 saraf : mononeuropati
 bila bersifat diffus & bilateral : polineuropati

ALODINIA
~ Nyeri yg disebabkan oleh stimulus yg secara
normal tdk menimbulkan nyeri.
HYPERALGESIA
~ Respons yg berlebihan terhadap stimulus yg
secara normal menimbulkan nyeri.

HYPERESTESIA
~ Sensitifitas yg meningkat terhadap suatu
stimulasi

HYPERPATIA
~ Sindroma dgn nyeri bercirikan reaksi nyeri
abnormal terhadap stimulus, khususnya thd
stimulus berulang & pd peninggian ambang
rangsang.
DISESTESIA
~ Sensasi abnormal yg tdk menyenangkan baik
bersifat spontan atau dgn pencetus

PARESTESIA
~ Sensasi abnormal, baik bersifat spontan
maupun dgn pencetus, tidak menimbulkan rasa
tdk menyenangkan
NYERI SENTRAL

Nyeri yg didahului atau disebabkan oleh lesi atau


disfungsi primer pd sistem saraf pusat.

NYERI NEUROPATIK PERIFER

Nyeri yg didahului atau disebabkan oleh lesi atau


disfungsi primer pd sistem saraf perifer
NOSISEPTOR

Reseptor yg sensitif thd stimulus noksius (yg


merusak) atau thd stimulus yg merusak apabila
berkepanjangan.

STIMULUS NOKSIUS

Stimulus yg menimbulkan kerusakan terhadap


jaringan tubuh normal.
NILAI AMBANG NYERI

Pengalaman nyeri terkecil yang dapat dikenal.

ANALGESIA

Tdk adanya respons nyeri terhadap stimulasi yg


dlm keadaan normal menimbulkan nyeri.
ANESTESIA DOLOROSA

Nyeri pada area atau regio yang semestinya


bersifat anastetik
KAUSALGIA

• Sindroma yg timbul pd lesi saraf pasca trauma

yg ditandai rasa nyeri seperti terbakar, alodinia,


hiperpatia yg menetap
• Seringkali bercampur dgn disfungsi vasomotor

serta sudomotor
• Diikuti oleh gangguan trofik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai