Oleh
dr. I Gusti Ayu Agung Yulianti
Pembimbing
dr. Ni Ketut Putri Ariani, SpKJ
PENDAHULUAN
• Nyeri merupakan keluhan yang sering dialami oleh penderita penyakit kanker
• 45-100% penderita kanker mengalami nyeri dari ringan sampai dengan berat.
Saat ini 50-80% nyeri kanker tidak mendapatkan penanganan yang adequate
• Nyeri yang tidak teratasi akan merusak kualitas hidup penderita dan keluarga
• Nyeri yang dialami penderita tidak hanya berhubungan dengan faktor-faktor
somatik, tetapi juga banyak faktor-faktor psikologis, maka penanganannya
harus mencakup semua faktor tersebut
PENDAHULUAN lanjutan,,,
Batasan Masalah:
• Tinjauan pustaka ini membahas tentang berbagai masalah yang
berkaitan dengan penanganan nyeri pada penderita kanker
Brant, 2017
TOTAL PAIN
(Cicely Saunder)
Clark, 2000
KOMPONEN-KOMPONEN NYERI
1. Nyeri Fisik/fisiologis
- Dipengaruhi oleh penderitaan fisik lain: dyspnea, gangguan tidur, mual,
dan kehilangan nafsu makan.
- Merupakan tujuan utama sebelum kita melakukan penilaian dan
intervensi faktor-faktor.
- Mengelola rasa sakit juga dapat menghilangkan gejala lain
Penyebab nyeri:
• Kankernya sendiri : perluasan ke dlm soft tissue, menekan saraf, me TIK,
• Berkaitan dg kanker (spasme otot, limfedema, decubitus)
• Berkaitan dg pengobatan ( kemoterapi induced mucositis)
(Reye-Gibby, 2013, Yennurajalingam , 2013).
Nyeri Psikologis dipengaruhi oleh:
1. Kognitif perilaku : Penyangkalan rasa sakit atau katastrofisasi merupakan sifat
kognitif yang terkait rasa nyeri.
2. Sosial: isolasi sosial, pelepasan dari makan dan kegiatan lain, beban pengasuh,
dan ketidakmampuan finansial
3. Spiritual dan agama: sakit sebagai hukuman dari tuhan (leong, 2016), konsep
harapan terkait dengan spiritual: berkorelasi (+)dengan kesejahteraan spiritual
berkorelasi (-) dengan nyeri (Radwin, 2013)
4. Budaya: beda etnis beda mengungkapkan nyeri. Asia cenderung menekan
nyeri, kaukasian cenderung mencari bantuan untuk mengatasi nyerinya.
5. Tenaga kesehatan: Nyeri yang dirasakan penderita serta ekspresinya dan
respon terhadap pengobatan amat dipengaruhi oleh lingkungan yang
diciptakan oleh tenaga kesehatan.
MEKANISME NYERI FISIK
Nyeri kronis Nyeri yang berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan
(misalnya, 1 bulan); ambang batas untuk kronisitas tidak
sesuai
Nyeri neuropatik Nyeri yang timbul dari kerusakan, atau disfungsi dari
setiap bagian dari sistem saraf perifer atau pusat
Stahl, 2008
Tranduksi– konduksi– modulasi---persepsi
Mekanisme Nyeri kronis/Neuropatik
Gambar 2. Neuron dorsal horn diproyeksi traktus
spinotalamik ke thalamus dan kemudian ke korteks
somatosensori primer. Jalur ini membawa informasi
tentang intensitas dan lokasi rangsangan yang
menyakitkan dan disebut jalur diskriminatif. Neuron naik
di traktus spinobulbar proyeksi saluran untuk nukleus
batang otak dan kemudian ke thalamus dan struktur
limbik. Jalur-jalur ini menyampaikan aspek emosional
dan motivasi pengalaman rasa sakit. Hanya bila
informasi dari pihak yang diskriminatif (thalamokortikal)
dan emosional / jalur motivasional (limbik) bergabung
adalah pengalaman subyektif manusia nyeri terbentuk
(“nyeri").
Stahl, 2008
Berbagai neurotransmitter memodulasi nyeri
Stahl, 2008
Perkembangan nyeri
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
Dapat dipakai pada anak-anak mulai usia 6-7 tahun
( McCaffery, 1999)
TATALAKSANA NYERI KANKER
• Sesuai dengan penyebab yang ada dan prinsip tata laksana yang
digunakan di perawatan paliatif, pengobatan dimulai dengan
penjelasan dan pendekatan fisik dan psikologis, dengan
menggunakan baik pengobatan farmakologik ataupun non
farmakologik.
1. PENANGANAN NYERI FISIK
Codein:
• Digunakan untuk nyeri sedang, dapat diberikan I.O.
Dosis: 0,5- 1 mg/kg (maksimal 60 mg/dosis).
• Efek samping: sedasi, konfusi, hipotensi, mual, muntah dan konstipasi. Efek samping
berupa konstipasi memerlukan laksatif secara rutin
Tramadol:
• Dosis: 2 mg/kg (Maksimal 8 mg/kg/hari)
• efek samping sedasi, depresi nafas dan gastrointestinal minimal.
ANALGETIK OPIOID KUAT
Morfin oral
• Diberikan dengan dosis kecil Imediet Release (IR), dosis titrasi mulai 2,5 – 5 mg
tiap 4 jam . Naikkan 30-50% bila efek belum tercapai, atau turunkan 30-50%
bila muncul efek samping.
• Bila dosis sudah sudah optimal ganti IR ke SR.
• Morfin SR mempunyai kelebihan seperti tidak perlu minum di tengah
malam, efek samping mengantuk dan mual lebih ringan, dan rasa yang lebih
dapat diterima.
MORFIN PARENTERAL
• diperlukan jika pasien tidak dapat menelan, mual muntah hebat atau ada
obstruksi usus, kesadaran yang menurun, kebutuhan dosis yang tinggi, nyeri harus
segera diatasi dan pada pasien yang tidak patuh untuk minum obat.
• Dosis morfin parenteral 24 jam adalah jumlah dosis oral 24 jam (dosis dasar + dosis
renjatan, tidak termasuk dosis untuk nyeri insiden) dibagi 3. Pemberian morfin SK
atau IV dimulai dengan 1/3 dosis oral.
• Fentanyl tidak memiliki bentuk aktif metabolit.
• Morfin parenteral sebaiknya diberikan secara subkutaneus (SK) atau intravena
(IV).
• Pemberian IV atau SK memiliki durasi singkat sehingga dapat digunakan untuk
nyeri renjatan.
TERAPI ADJUVAN
NYERI PSIKOLOGIS
• Marah
• Depresi
• Cemas
• Ketakutan menderita
• Pengalaman nyeri
PENANGANAN NYERI PSIKOLOGIS
Farmakologis Non- Farmakologis
• Konseling profesional
• Anti cemas • Berbagi perasaan & cerita
• Anti depresan dengan teman, keluarga,
tenaga kesehatan
• Membaca tulisan
inspirasional atau spiritual
Brant, 2017
NYERI SPIRITUAL
• Penyesalan
• Perasaan tidak dimaafkan
• Merasa tidak berarti atau tidak berguna
• Kemarahan terhadap nasib atau Tuhan
• Kehilangan kepercayaan
• Ketakutan terhadap hari akhir
Brant, 2017
PENANGANAN NYERI SPIRITUAL
Farmakologis Non-Farmakologis
• Memaafkan dan meminta
• Tidak ada maaf
• Diskusi tentang penyesalan
/ pengakuan dosa
• Napak tilas kehidupan dan
menemukan tujuan hidup
• Bimbingan rohaniwan
Brant, 2017
NYERI SOSIAL
• Kehilangan peran
• Kehilangan pekerjaan
• Masalah finansial
• Kekhawatiran tentang masa depan
keluarga
• Ketergantungan
Brant, 2017
PENANGANAN NYERI SOSIAL
Farmakologis Non-Farmakologis
Brant, 2017
TERAPI ANTI NYERI PADA FASE TERMINAL
(kematian diperkirakan dalam hari atau minggu)
• Jangan kurangi dosis opioid semata-mata karena penurunan tensi, respirasi atau
kesadaran, namun pertahankan sampai mencapai kenyamanan.
• Pehatikan adanya neurotoksisitas karena opioid termasuk hyperalgesia
• Bila pengurangan dosis diperlukan, kurangi 50% dosis 24 jam.
• Gantikan cara pemberian opioid bila diperlukan (oral, sk, iv, transdermal) dengan
dosis konversi.
• Bila terdapat refractory pain, pertimbangkan sedasi.