Anda di halaman 1dari 33

DIVISI NEUROLOGI

PREVALENSI TINGKAT KECEMASAN PADA PENDAMPING


PASIEN DI RUANG MAWAR RSUP SANGLAH DENPASAR

Dr. I Gusti Ayu Agung Yulianti

PEMBIMBING :
dr. Sri Yenni Trisnawati GS, M.Biomed, Sp.S
DR. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ(K)
 
OUTLINE…..
• BAB I PENDAHULUAN
• BAB II TINJAUAN PUSTAKA
• BAB III KERANGKA KONSEP
• BAB IV METODE
• BAB V HASIL
• BAB VI PEMBAHASAN
• BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
BAB I PENDAHULUAN
• Setiap orang sakit yang berobat ke rumah sakit tentunya akan mengalami
sakit fisik dan sering kali disertai gangguan psikis.
• Selain pasien, pendamping seringkali juga mengalami masalah psikologis
seperti yang dialami pasien, terutama masalah gangguan cemas
• Gangguan ini biasanya ditandai dengan perasaan tak nyaman, rasa takut
yang tidak jelas, disertai dengan gejala otonom seperti sakit kepala, jantung
berdebar, berkeringat, perasaan tertekan di dada, tidak nyaman didaerah
perut, keresahan, yang ditandakan dengan ketidakmampuan untuk duduk
atau berdiri dalam jangka waktu yang lama (Sadock & Sadock, 2015).
Lanjutan…
• Menurut penelitian yang dilakukan Christine (2010) di Rumah sakit
Advent Medan, bahwa banyak dijumpai kecemasan pada caregiver
yang menjalani pengobatan di rumah sakit.
• Jika hal ini terbukti, maka dengan pendamping yang mengalami
gangguan cemas akan berdampak pada buruknya kesembuhan pasien
sehingga ini memerlukan perhatian dan penangan yang cukup pada
masalah ini.
• Pasien yang dirawat di ruang Mawar terbanyak adalah gangguan pada
saraf baik berupa stroke, tumor, epilepsy dan lain-lain. .
• Sering kali pendamping pasien mengalami gangguan cemas
menghadapi kondisi pasien dan lingkungan sekitarnya.
• Faktor kelelahan mendampingi pasien karena perasaan kawatir yang
tinggi akan kesembuhan dan kebingungan apakah pasien dapat
tertolong atau akan mengalami kematian.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut :
• Gangguan cemas sering terjadi pada pendamping pasien yang
menjalani pengobatan di rumah sakit namun jarang diketahui.
• Berapakah angka prevalensi gangguan cemas pada pendamping
pasien?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Gangguan Cemas


• Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan akan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
• Cemas dan takut adalah dua hal yang sama-sama ditandai dengan adanya hal yang
perlu diperhatikan baik secara internal atau eksternal.
• Cemas merupakan respon normal dan adaptif untuk menyelamatkan kehidupan dari
kehancuran tubuh, nyeri, memerlukan pertolongan, kemungkinan dihukum, atau
adanya rasa frustrasi dikehidupan sosial, perpisahan dengan orang yang dicintai.
• Adanya konflik ini mengakibatkan seseorang mengalami peningkatan gejala somatik
dan otonom yang dikontrol oleh sistim saraf simpatis dan parasimpatis
(Sadock & Sadock, 2015)
GEJALA-GEJALA KECEMASAN
Gejala Fisiologis (Fisik)

Sistem tubuh Gejala


Kardiovaskular Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi atau
turun, rasa mau pingsan, denyut nadi menurun
Pernafasan Nafas cepat, nafas pendek, terengah-engah, tekanan pada
dada, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi
tercekik,
Neuromuscular Reflex meningkat, mata sering berkedip, insomnia,
gelisah, rigiditas, wajah tegang, kelemahan umum, kaki
goyah
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, mual, rasa terbakar pada perut, diare
Traktus
Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih
urinarius
Kulit Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak
tangan), gatal, panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,
berkeringat diseluruh tubuh.

(Sadock & Sadock, 2015) :


Gejala perilaku, kognitif, dan afektif (Psikis)

Sistem tubuh Gejala


Perilaku Gelisah, gugup, bicara cepat, kurang
koordinasi, menarik diri dari hubungan
interpersonal, menghindar, menarik diri dari
masalah
Kognitif Perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah dalam memberikan penilaian,
persepsi menurun, lambat berpikir
Afektif Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, nervous, ketakutan, gugup.

(Sadock & Sadock, 2015) :


Epidemiologi Kecemasan
• Gangguan psikiatri yang sangat sering terjadi.
• Berdasarkan studi comorbidity nasional mendapatkan bahwa 1 diantara 4
orang didapatkan mengalami gangguan cemas dengan angka prevalensi
17.7% dari populasi.
• Sering comorbid dengan gangguan pasikiatri lain dan gangguan medis umum
• Perempuan lebih besar berisiko (30.5%) dibandingkan dengan laki-laki
berisiko sekitar 19.2% mengalami gangguan cemas.
• Orang yang mengalami gangguan cemas akan mengganggu aktifitas sehari-
harinya dan pengobatan pertama biasanya dimulai setelah 10 tahun
mengalami gangguan ini (Schneier & Milrod, 2014).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecemasan

INTERNAL

EKSTERNAL

PREDISPOSISI
Faktor Internal :
•Pengalaman
Sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan yang
berasal dari berbagai kejadian didalam kehidupan seseorang. Seperti
contoh seseorang yang mengalami tindak kekerasan akan merasa
sering cemas.

•Pendidikan
Pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap kemampuan
berpikir. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah
untuk berpikir rasional dan menagkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah baru.
Lanjutan…
•Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan sangat penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.
Pengetahuan yang dimiliki seseoarng nantinya dapat digunakan untuk
mengatasi kecemasannya (Notoatmojo, 2003).

•Respon terhadap Stimulus


Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan
atau besarnya rangsangan yang diterima seseorang akan mempengaruhi
kecemasan yang timbul. Secara biologis terdapat orang yang berespon
normal terhadap stimulus, namun pada beberapa orang dapat berespon
berlebihan walaupun dengan stimulus yang minimal
Lanjutan…...
• Usia
Menurut Trismiati (2006), semakin dewasa usia seseorang biasanya
seiring dengan jumlah pengalaman yang diterima yang melatih
kemampuan seseorang untuk menanggapi suatu masalah dan
memperbaiki kemampuan menghadapi kecemasan

•Gender/ Jenis Kelamin


Dalam penelitian Trismiati (2006) dikatakan perempuan lebih mudah
cemas dibandingkan laki-laki. Laki-laki umumnya lebih aktif, eksploratif,
sedangkan perempuan lebih sensitif.
Faktor Eksternal
Dukungan Keluarga
• Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih siap dalam
menghadapi permasalahan

Pekerjaan
• Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan seseorang terutama untuk
menunjang kehidupannya.
• Jenis pekerjaan seseorang sangat menentukan tingkat kecemasannya.

Kondisi Lingkungan
• Kondisi lingkungan sekitar dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih
kuat dalam menghadapi permasalahan.
Faktor Predisposisi
• Teori Psikoanalisis
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi sebagai menengahi tuntutan
dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada tanda bahaya.
Faktor Predisposisi lanjutan….
• Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dapat dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak
berdaya, individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya mempunyai
ansietas yang sangat berat.

• Faktor Perilaku
kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan
dari dalam untuk menghindari kepedihan. individu yang terbiasa dalam
kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan kecemasan pada kehidupan selanjutnya
Ansietas Pada Ruang perawatan
• Ansietas atau kecemasan sering terjadi
pada ruang perawatan, tidak hanya pasien
tetapi keluarga juga dapat mengalami
ansietas.
• Sekitar 66% dari keluarga yang
mendampingi pasien yang sedang dirawat
mengalami gangguan cemas dan depresi
(Pochard et al, 2001).
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Faktor Internal : Fakto Eksternal :


 Pengalaman  Dukungan keluarga
 Pendidikan  Pekerjaan
 Tingkat pengetahuan  Lingkungan (ruang
 Respon stimulus perawatan)
 Usia
 Jenis kelamin

Cemas
Faktor Internal : KERANGKA KONSEP
 Pengalaman
Pasien  Respon stimulus
 Pendidikan
 Tingkat pengetahuan
 Usia
 Jenis kelamin

Keluarga inti
Fakto Eksternal :
Pendamping
 Pekerjaan
pasien
 Lingkungan Saudara lainnya

Keterangan :
Cemas : variabel yang
diteliti
: variabel yang
tidak diteliti
BAB IV METODE PENELITIAN

Intervensi (+)
Gangguan
Cemas (+)
Intervensi (-)

SAMPEL

Intervensi (+)
Gangguan
Cemas (-) 
Intervensi(-)
PROTOKOL Pupolasi target

PENELITIAN Populasi terjangkau

Kriteri inklusi Kriteri eksklusi

Sampel Penelitian

Pengukuran Kecemasan (BAI)

Cemas (+) Cemas (-)

Analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Karakteristik Responden
Penelitian Variabel Frekuensi Presentase
Pendamping pasien 30 100
Jenis kelamin    
 Laki-laki 16 53,3
 Perempuan 14 46,7

Katagori umur    
 Remaja akhir 2 6,7
 Dewasa awal 8 26,7
 Dewasa akhir 9 30,0
 Lansia awal 8 26,7
 Lansia akhir 2 6,7
 Manula 1 3,3

Hubungan dg pasien    
 Keluarga inti 23 76,7
 Saudara lainnya 7 23,3

Pendidikan    
 SD 3 10,0
 SMP 5 16.7
 SMA 15 50,0
 Diploma/SI 7 23,3
  100,0

Daerah tempat tinggal    


 Denpasar 11 36,7
 Luar Denpasar 19 63,3

Mengetahui sakit pasien    


 Tahu 22 73,3
 Tidak tahu 8 26,7

Frekwensi dirawat    
 Sekali 9 30,0
 > 2 kali 21 70,0
Tingkat kecemasan pendamping pasien yang dirawat di
ruang Mawar RSUP Sanglah
Lanjutan..
• Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gangguan cemas pada pendamping
pasien yang di rawat di Ruang Mawar RSUP Sanglah Denpasar bahwa
pendamping keluarga inti lebih banyak mengalami gangguan cemas karena
keluarga inti merasakan langsung dampak emosional akibat sakit yang
diderita oleh salah satu anggota keluarga mereka.
• Untuk pendamping dari saudara lainnya tidak secara langsung terdampak
oleh sakit yang dialami pasien dan gangguan cemas yang dialami lebih
banyak gangguan cemas ringan, walaupun ada beberapa yang mengalami
gangguan cemas sedang-berat yang kemungkinan diakibatkan oleh faktor
internal dan eksternal individu tersebut.
Prevalensi tingkat kecemasan berdasarkan hubungan keluarga pada
pendamping pasien di ruang mawar
Lanjutan….
• Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gangguan cemas pada
pendamping pasien yang di rawat di Ruang Mawar RSUP Sanglah
Denpasar bahwa pendamping pasien yang merupakan keluarga inti
lebih banyak mengalami gangguan cemas karena keluarga inti
merasakan langsung dampak emosional akibat sakit yang diderita
oleh salah satu anggota keluarga mereka.
Gambar Grafik prevalensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis
kelamin pada pendamping pasien di ruang mawar
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
• Adanya berbagai tingkatan kecemasan pada pendamping pasien
yang dirawat di ruang Mawar RSUP Sanglah mulai dari cemas
minimal, cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat.
• Tingkat kecemasan pada pendamping dari keluarga inti lebih
tinggi dibandingkan dengan saudara lainnya.
• Prevalensi pendamping yang mengetahui sakit yg diderita oleh
pasien lebih tinggi tingkat kecemasannya dibandingkan orang
dengan yang tidak tahu.
• Tidak ada sampel yang dilakukan assessment tingkat kecemasan.
Saran
• Adanya berbagai tingkatan kecemasan yang dialami oleh pendamping
pasien pada penelitian ini maka perlu ditangani lebih lanjut karena
dengan gangguan cemas (cemas sedang-berat) dapat mengurangi
optimalisasi pengobatan kepada pasien yang dirawat.
• Kemungkinan didapatkan adanya gangguan cemas yang terjadi dan
bahkan lebih berat pada pasien itu sendiri sehingga diperlukan
assessment kecemasan untuk pasien yang sedang dalam perawatan
yang berfokus pada pasien dan pendampingnya sehingga penanganan
pasien menjadi lebih optimal (Syamsulhadi, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Ayners. 2013. Konsep kecemasan. (Available From : http://ayners.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 18
November 2016).
Notoatmodjo S. 1997. Dasar-Dasar Perilaku Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pocard, F., Azauly E., Chevret, S., Lemaire, F., Hubbert, P., Camoui, P., Grassin, M., Zittoun, R., Jean, R., Jean,
F., Schlemmer, B., Benoit. 2001. Symptoms of Anxiety and Depression in Family members of
Intensive Care unit patients: Ethical Hipothesis regarding decision-making capacity. Critical care
medicine. Society of critical care medicine and Lippincot Williams & Wilkins. Volume 29 issue 10
pp 1893-1897.
Sadock, B.J., & Sadock, V.A., Ruiz, P. 2015. Synopsis of Psychiatry behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry.
Chapter 9 Anxiety Disorder. Eleventh Edition. Wolters Kluwer. Philadelphia
Schneier, F., Milrod, B.. 2014. Gabbards Treatment of Psychiatric disorder Part IV. Fifth edition. American
Psychiatric Publishing. American Psychiatric Association. Washington. Hal 339-341.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. hal 61-83.
Syamsulhadi, M., Septiawan, D. 2016. Implementasi Consultation Laison Psychiatry di beberapa bidang
medis. Muhammadiyah University Press. Surakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai