Anda di halaman 1dari 21

DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL:

ANSIETAS
Ririn Isma Sundari
Divisi Keperawatan Jiwa
Universitas Harapan Bangsa
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pertemuan ini diharapkan


mahasiswa mampu mendemonstrasikan
intervensi keperawatan pada klien dengan
masalah psikososial ansietas
PENGERTIAN
• Perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang dirasakan
sebagai ancaman
• Perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
• Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau mungkin memiliki firasat akan
ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut
terjadi.
• Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Comer, 1992 dalam
Videbeck, 2008).
• Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu.
PENGERTIAN
Ansietas adalah suatu respon normal individu terhadap pertumbuhan,
perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas, dan makna hidup
(Sadoock, 2005)
PERANAN ANSIETAS
• Ansietas memiliki dua aspek, yaitu aspek sehat dan aspek membahayakan
• Tergantung pada tingkat, lama ansietas tersebut dialami dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas
PREDISPOSISI
Biologis
• Proses regulasi ansietas dipengaruhi oleh suatu reseptor khusus terhadap benzodiazepine yang
dimiliki oleh otak.
• Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas neurotransmitter gamma amino butyric acid
(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak yang bertanggung jawab mengahasilkan
ansietas.
• Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA pada membrane
post sinaps akan membuka aliran atau pintu eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel.
• Teori ini menjelaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya ansietas adalah neurotransmitter pada
otak (Videbeck, 2008).
PREDISPOSISI
PSIKOLOGIS
• Freud (1969) membagi ansietas ke dalam dua jenis, yaitu ansietas primer dan ansietas
subsekuen atau ansietas sekunder.
• Ansietas primer adalah ansietas yang disebabkan oleh kejadian traumatik yang
dimulai saat bayi akibat adanya stimulasi secara tiba-tiba saat persalinan. Ansietas
kemudian berlanjut dengan tidak tercapainya kepuasan akibat rasa lapar dan
kehausan saat bayi. Ansietas primer terjadi karena dorongan atau ketegangan yang
diakibatkan oleh faktor eksternal.
• Sedangkan ansietas subsekuen atau ansietas sekunder terjadi sejalan dengan
peningkatan ego dan usia.
PREDISPOSISI
Sosial Budaya
• Sosisal budaya, potensi stres, serta lingkungan merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya ansietas (Towsend, 2009).
• Cara hidup orang di masyarakat berdampak pada timbulnya stres dimana
individu yang mempunyai cara hidup yang sangat teratur dan mempunyai
falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami stres
(Videbeck, 2008).
ANSIETAS RINGAN
• Ansietas ringan merupakan suatu perasaan yang berbeda dan memerlukan perhatian khusus.
• Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri.
• Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah,
penuh perhatian, rajin;
• Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit,
waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat
pembelajaran optimal;
• Respon emosional : perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri, terstimulasi,
tenang.
ANSIETAS SEDANG
• Ansietas sedang merupakan suatu perasaan yang mengganggu, memungkinkan individu
berfokus pada hal penting dan mempersempit lapangan persepsinya.
• Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai
berkeringat, sering mondar-mandir, memukul tangan, suara berubah (bergetar, nada suara
tinggi), kewaspadaan dan ketegangan otot meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola
tidur berubah, nyeri punggung;
• Respon kognitif meliputi: lapang persepsi menurun, tidk perhatian secara selektif, fokus
terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan;
• Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar,
gembira (Videbeck, 2008)
ANSIETAS BERAT
• Ansietas berat ditandai dengan lapang pandang yang berkurang.
• Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain.
• Semua perilaku diarahkan pada pengurangan kecemasan dan memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
• Pada tahap ini individu mulai merasakan ansietas sebagai suatu ancaman terhadap dirinya.
• Respon fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi, mondar-mandir, berteriak,
meremas tangan, gemetar
• Respon kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, egosentris;
• Respon emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.
PANIK
• Panik berhubungan dengan kehilangan kendali, detail perhatian menjadi hilang, terperangah,
ketakutan dan teror serta tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
• Respon fisik: flight, fight, atau freeze, ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil
dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan
neurotransmiter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga;
• Respon kognitif meliputi: persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak
rasional, sulit memahami stimulasi eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi;
• Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali,
mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut,
lelah.
FARMAKOTERAPI
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengatasi ansietas dikelompokan
menjadi 4 kategori, yaitu :
1. SSRI,
2. Antidepresan trisiklik (ATS) atau antidepresan heterosiklik,
3. Ansiolitik benzodiazepin, dan
4. antidepresan inhibitor monoamin oksidase (MAOI) (Videbeck, 2008).
INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN
1. Klien mampu mengenal ansietas
2. Klien memahami cara mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
Tindakan keperawatan : Individu
1. Bina hubungan saling percaya
2. Bantu klien mengenal ansietas
3. Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri
4. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul
Bina hubungan saling percaya
• Mengucapkan salam terapeutik
• Memperkenalkan diri
• Memanggil klien dengan nama panggilan kesukaan
• Berjabat tangan
• Menjelaskan tujuan interaksi
• Membuat kontrok tema, waktu, tempat
• Menyatakan siap membantu dalam bahasa verbal dan nonverbal
Bantu klien mengenal ansietas
• Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
• Bantu klien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
• Bantu klien mengenal penyebab ansietas
Ajarkan klien teknik relaksasi
1. Distraksi
2. Tarik napas dalam dan progressive muscle relaxation (PMR)
3. Hipnotis 5 jari
Tindakan keperawatan : Keluarga

TUJUAN
• Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
• Keluarga mampu memahami proses terjadinya ansietas
• Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
• Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat klien dengan ansietas
• Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
Tindakan Keperawatan

• Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien


• Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
• Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas
• Diskusikan cara merawat anggota keluarga dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi (distraksi, TND/PMR, hipnotis 5 jari)
• Diskusikan dengan keluarga perilaku klien yang perlu dirujuk dan bagaimana
cara merujuk

Anda mungkin juga menyukai