Anda di halaman 1dari 107

ASUHAN KEPERAWATAN

MASALAH PSIKOSOSIAL
Diagnosis Keperawatan
• Ansietas
• Harga Diri Rendah Situasional
• Ketidakberdayaan
• Keputusasaan
• Gangguan Citra Tubuh
• Distress Spiritual
Formulir Pengkajian
Askep Ansietas
Konsep dasar ansietas

Ansietas atau kecemasan adalah rasa


khawatir yang samar yang disertai perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan
ketidakamanan. Individu merasakan bahwa
integritas dirinya terancam.

Stuart (2013)
Rentang Respon Ansietas

Peplau (1963) dalam Stuart (2013)


Kecemasan Ringan
• Ketegangan di kehidupan sehari hari
• Klien tetap waspada
• Bidang perseptual meningkat
• Dapat memotivasi individu untuk belajar, menghasilkan
pertumbuhan, dan kreativitas

Contoh : Menghadapi ujian akhir, memasuki lingkungan


sekolah yang baru, pasangan yg memasuki jenjang
pernikahan
Kecemasan Sedang
• Berfokus pada masalah langsung
• Penyempitan bidang perseptual
• Masih dapat diarahkan

Contoh : pasangan yang menghadapi kelahiran bayi pertama


dengan resiko tinggi, keluarga yg menghadapi perceraian,
individu yg mengalami konflik dalam pekerjaan
Kecemasan Berat
• Penurunan signifikan lapang persepsi
• Hanya berfokus pada detail tertentu dan tidak memikirkan hal
lain
• Semua perilaku ditujukan menghilangkan kecemasan
• Perlu banyak arahan untuk fokus pada area lain
Contoh : kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana
Panik
• Tidak dapat melakukan banyak hal bahkan dengan arahan
• Meningkatnya aktivitas motorik
• Menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain
• Hilangnya pemikiran rasional
• Tidak dapat bertahan lama
Contoh : individu dengan kepribadian pecah/depersonalisasi
Faktor yang mempengaruhi
kecemasan

Stuart (2013)
Faktor Predisposisi
1. Biologis
• Sistem Gamma-aminobtyric Acid (GABA) Merupakan
inhibitor neurotransmitter di otak. Penurunan reseptor
GABA membuat seseorang menjadi lebih sensitif terhadap
kecemasan
• Sistem Noreephineprin
Menengahi respon fight or flight, berhubungan dengan jalur
neurotransmiter di bagian otak yang terkait kecemasan,
seperti amigdala, hipocampus, dan korteks cerebral
(pemikiran, interpretasi, dan perencanaan)
• Sistem serotonin
Hipersensitif reseptor serotonin (5-HT), dapat berperan dalam
etiologi kecemasan
• Kesehatan umum
Pengaruh toksik, defisiensi makanan, berkurangnya suplai
darah, perubahan hormonal, dan penyebab fisik lainnya
dapat mempengaruhi kecemasan (Strine et.al, 2008)
2. Psikologis
• Pengalaman traumatis
Terjadi perubahan sumbu Hypothalamicpituitary-adrenal
(HPA) terhadap trauma
• Kelelahan
Kelelahan karena faktor syaraf, dapat membuat kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan kelelahan akibat fisik
• Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit jiwa tiga kali
menimbulkan gangguan stress post traumatic kronis
(PTSD). Koping orang tua dalam berespon dapat ditiru anak
dalam belajar metode penanganan yang konstruktif
• Tingkat self-esteem seseorang
Tingkat self-esteem rendah lebih rentan terhadap
kecemasan
Faktor Presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik
• Eksternal (mis :virus, bakteri, bahaya keamanan, luka
traumatis, dll)
• Internal (mis : kegagalan sistem tubuh seperti jantung,
regulasi suhu, dll)
2. Ancaman terhadap self system (harga diri, identitas diri, dan
fungsi sosial)
• Eksternal (mis : perceraian, kematian orang yang berharga,
prubahan status pekerjaan, tekanan kelompok sosial, dll)
• Internal (mis : masalah interpersonal saat ada peran baru
seperti menjadi orangtua, siswa, karyawan, dll)
Penilaian Stressor
Pemahaman yang benar akan kecemasan, membutuhkan
integrasi pengetahuan dari berbagai sudut pandang
Sumber Koping
Seseorang dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan
memobilisasi sumber daya yang ditemukan di internal dan
lingkungan. Misal : aset keuangan, kemampuan memecahkan
masalah
• dukungan sosial, dan kepercayaan budaya
Respon Terhadap Ansietas
• Respon Fisiologis
Seperti : sistem saraf simpatis dan parasimpatis, respon otak
untuk bereaksi fight or flight terhadap kecemasan
• Respon Psikologis
Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan dengan orang lain
• Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, tidak
mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,
menurunnya lapangan persepsi
• Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi
terhadap kecemasan
Reaksi Kecemasan (Suliswati, 2012)
• Konstruktif
Individu termotivasi untuk belajar, mengadakan perubahan
terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan
terfokus pada kelangsungan hidup
Mis : melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
karena akan dipromosikan naik jabatan
• Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional
Contohnya : Individu yang menghindari kontak mata dengan
orang lain, atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri,
tidak mau makan
Konsep Dasar Askep Ansietas
1. Pengkajian
Kaji adanya :
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat
• Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup
• Menarik diri
• Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang
• Takut yang berlebihan
Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensia.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap...... Sumber : Herdman H (2015) Nursing
11. Perubahan nutrisi. Diagnose Definitions and Clasification
12. Respon pasca trauma. 10th ed, Oxford : Wiley Blacwell
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.

18. .
Gangguan eliminasi urine
Intervensi
• Tujuan umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya
Intervensi ansietas ringan
• Perhatikan tanda peningkatan ansietas.
• Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
• Dorong pemecahan masalah.
• Berikan informasi akurat dan fuktual.
• Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.
• Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang
berhasil.
• Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.
• Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
Intervensi Ansietas Sedang
• Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan
dengan pasien.
• Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
• Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
• Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
• Dengarkan pasien.
• Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan
pasien.
• Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
• Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
• Bantu pasien mengenali dan menemani ansietasnya
Intervensi Ansietas Berat
• Tempatkan pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.
• Berikan perawatan, kontak sering sampai konstan.
• Berikan obat-obatan pasien
• Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
• Jangan menyentuh pasien tanpa permisi.
• Yakinkan pasien bahwa dia aman.
• Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
Intervensi Panik
• Tetap bersama pasien : minta bantuan.
• Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan
psikologisdari lingkungan.
• Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada
suara yang rendah.
• Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan
membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
• Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 DST
1. Kaji ansietas pasien 1. Evaluasi ansietas dan kemampuan 1. Evaluasi ansietas dan
2. Bantu pasien mengenal ansietas: pasien melakukan tasik nafas dalam dan kemampuan tarik nafas dalam,
a) Mengidentifikasi dan menguraikan distraksi dan berikan pujian. distraksi, teknik lima jari, spiritual.
perasaannya. 2. Latihan hipnotis diri sendiri (teknik lima Beri pujian
b) Mengenal penyebab ansietas jari) dan kegiatan spiritual 2. Latih sampai membudaya
c) Menyadari perilaku akibat ansietas 3. Anjurkan pasien melakukan tarik nafas 3. Nilai kemampuan yang telah
PASIEN 3.Latih teknik relaksasi: dalam (setiap dua jam), distraksi (setiap mandiri
a) Tarik napas dalam ( lima kali setiap latihan) saat), teknik lima jari (lima kali sehari) dan 4. Nilai dampaknya pada ansietas
b) Distraksi (baca, bercakap-cakap, nonton tv) kegiatan spiritual (disesuaikan) 5. Discharge planning :
4. Anjurkan latihan nafas dalam tiap dua jam, - Jelaskan perawatan dirumah
distraksi setiap saat (kecuali saat tidur) - Obat – obatan dan jadwal
kontrol ke dokter

1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam 1. Evaluasi masalah yang dirasakan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1 ANSIETAS
merawat pasien keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
2. Menjelaskan ansietas, penyebab, proses merawat pasien. Berikan pujian. tarik nafas dalam, distraksi, teknik
terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya 2. Menyertakan keluarga saat melatih lima jari dan kegiatan spiritual
3. Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan 2. Nilai kemampuan keluarga
tidak menambah masalah pasien, selalu bersikap kegiatan spiritual merawat pasien
positif dan memberi semangat 3. Anjurkan membantu pasien mengatasi 3. Nilai kemampuan keluarga
KELUARGA 4. Menyertakan keluarga saat melatih pasien ansietasnya melakukan kontrol/rujukan
melakukan tarik nafas dalam, dan distraksi 4. Diskusikan dengan keluarga cara 4. Discharge planning :
5. Anjurkan keluarga memotivasi pasien perawatan di rumah, follow up dan - Jelaskan perawatan dirumah
melakukan tarik nafas dalam dan distraksi serta kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang - Obat – obatan dan jadwal
menjelaskan kepada yang besuk untuk persepsi menyempit, tidak mampu kontrol ke dokter
melakukan sikap yang positif menerima informasi, gelisah, tidak dapat
tidur) dan cara merujuk pasien
RENPRA ANSIETAS
Asuhan Keperawatan Jiwa
Psikososial:
Harga Diri Rendah
Situasional
Konsep Dasar HDRS

Teori Asuhan
Keperawatan Jiwa HDRS

OUTLINE
Proses Keperawatan
HDRS

Pembahasan
Konsep Dasar
Harga Diri
Rendah
Situasional
DEFINISI
Harga diri rendah Harga diri rendah
situasional adalah
perasaan diri/evaluasi situasional yaitu terjadi
diri negatif yang trauma yang tiba-
berkembang sebagai tiba,misalnya harus
respon terhadap operasi, kecelakaan,
hilangnya atau
berubahnya perawatan dicerai suami, putus
diri seseorang yang sekolah, putus hubungan
sebelumnya mempunyai kerja, perasaan malu
evaluasi diri positif dan
bila tidak dapat diatasi karena sesuatu terjadi
dapat menyebabkan (korban perkosaan,
harga diri rendah kronis dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba )
Komponen Konsep Diri
Citra
Tubuh

Identitas
Diri Harga Diri
KONSEP
DIRI

Ideal
Peran
Diri
Situasional Perbedaan HDRS dan HDRK

terjadi trauma yang perasaan negatif


tiba-tiba, misal terhadap diri telah
harus operasi, berlangsung lama
kecelakaan, dicerai seperti individu
suami, putus sebelum sakit/
sekolah, putus dirawat.
hubugan kerja dll.

Kronik
Tanda Dan Gejala
1. Kritik diri atau orang
lain
2. Berkurangnya 11.Pandangan pesimis
produktivitas tentang kehidupan
3. Kehancuran 12.Keluhan fisik
4. Gangguan dalam 13.Polarizing pandangan
keterkaitan hidup
5. Rasa egois yang 14.Penolakan kemampuan
berlebihan pribadi
6. Perasaan tidak mampu 15.Perusakan diri
7. Kesalahan 16.Pengurangan diri
8. Iritabilitas atau 17.Penarikan sosial
kemarahan yang 18.Penyalahgunaan zat
berlebihan 19.Penarikan dari
9. Perasaan negatif kenyataan
tentang tubuh 20.Khawatir
seseorang
10.Perceived role strain
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 DST
1. Kaji stresor harga diri rendah situasional dan 1. Evaluasi harga diri pasien serta 1. Evaluasi harga diri pasien dan
tanda dan gejala kemampuan melakukan kegiatan positif kemampuan melakukan kegiatan
2. Bantu pasien mengenal harga diri rendah: dan manfaatnya. Beri pujian yang positif serta manfaatnya
a) Mengidentifikasi dan menguraikan 2. Latih kemampuan kedua dalam meningkatkan harga diri.
perasaannya. 3. Anjurkan melatih kemampuan pertama, Beri pujian
b) Mengenal penyebab harga diri rendah kedua dstnya 2. Nilai kemampuan pasien
c) Menyadari perilaku akibat harga diri rendah 4. Anjurkan menilai manfaat melakukan melakukan kemampuan positif
d) Mengevaluasi positif diri yang lalu kegiatan dalam meningkatkan harga diri. 3. Nilai harga diri pasien
PASIEN 3. Bantu pasien mengidentifikasi potensi dan
keterbatasan yang dimiliki saat ini
4. Diskusikan aspek positif/potensi/kemampuan
diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
5. Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
6. Latih kemampuan positif yang lain
7. Tekankan bahwa kegiatan melakukan
HARGA DIRI kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan
1 RENDAH harga diri positif
SITUASIONAL 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam 1. Evaluasi masalah yang dirasakan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
merawat pasien keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
2. Bantu keluarga mengenal harga diri rendah merawat pasien. Berikan pujian. melakukan kegiatan positif serta
pada pasien: 2. Menyertakan keluarga saat melatih manfaatnya meningkatkan harga
a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, kemampuan pasien yang kedua diri pasien
proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya 3. Anjurkan membantu pasien mengatasi 2. Nilai kemampuan keluarga
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga harga diri rendahnya merawat pasien
KELUARGA diri rendah: menumbuhkan harga diri positif 4. Diskusikan dengan keluarga cara 3. Nilai kemampuan keluarga
melalui melakukan kegiatan positif perawatan di rumah, follow up dan kondisi melakukan kontrol/rujukan
3. Sertakan keluarga saat melatih latihan pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi
kemampuan positif positif menyempit, tidak mampu menerima
4. Anjurkan membantu/memotivasi pasien informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan
melakukan kemampuan positif dan memberi cara merujuk pasien
pujian
RENPRA HDRS
Askep Ketidakberdayaan
Pengertian

Tanda dan Gejala

Faktor Predisposisi

Proses Terjadinya

Pohon Masalah

Peran Perawat

Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan Berdasarkan Teori


PENGERTIAN
• Ketidakberdayaan adalah persepsi yang
menggambarkan perilaku seseorang yang
tidak akan berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil; suatu keadaan di mana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(NANDA, 2015).
• Ketidakberdayaan merupakan persepsi
individu bahwa segala tindakannya tidak akan
mendapat hasil, tuntutan dari setiap individu
terjadi bila ada kebutuhan yang melibatkan
individu itu sendiri, bila setiap keputusan tak
bisa dilakukan oleh individu maka telah terjadi
masalah yang berimbas pada kemampuan
individu dalam menentukan kondisi yang
dirasakan (Varcarolis, 2000)
TANDA DAN GEJALA
Dalam Wilkinson 2005, tanda dan gejala ketidakberdayaan yaitu
• mengungkapkan dengan kata – kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi,
• mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu,
• mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya,
• mengungkapkan keragu – raguan terhadap penampilan peran ,
• mengatakan ketidakmampuan perawatan diri,
• ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan,
• tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan,
• enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya,
• ketergantungan terhadap orang lain yang dapat
mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa
bersalah,
• gagal mempertahankan ide / pendapat yang berkaitan
dengan orang lain ketika mendapat perlawanan.
• Lingkungan perawatan kesehatan yang masih dianggap
kurang terapeutik,
• program yang terkait dengan penyakit misalnya pengobatan
jangka panjang, penyakit kronik yang berulang kambuh,
• interaksi interpersonal yang tidak adekuat atau terganggu,
• gaya hidup ketidakberdayaan yang pernah dipelajari karena
seringnya individu mengalami kegagalan atau harapan peran
yang tidak terpenuhi,
• penyakit kronis atau terminal,
• ketidakseimbangan metabolisme
Sedangkan dalam NANDA 2015, karakteristik
ketidakberdayaan terbagi menjadi 3, yaitu :
• Karakteristik ketidakberdayaan ringan antara lain
mengekspresikan ketidakpastian tentang kemampuan
dalam mengatasi tingkat energi.
• Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain
ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan pemenuhan
perawatan diri ketika dibutuhkan, tidak memantau
kemajuan, ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas sebelumnya,
ekspresi keraguan bahkan berakibat menjadi marah.
• Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis,
depresi terhadap kondisi buruk secara fisik, menyatakan
tidak memiliki kendali misalnya terhadap perawatan
diri, situasi dan hasil.
FAKTOR PREDISPOSISI
BIOLOGIS

• Status nutrisi : adanya anoreksia, tidak ada perubahan nutrisi, BB kurang, BB lebih, BB tidak
ideal
• Status kesehatan umum : riwayat penyakit kanker, riwayat penyakit neurologis, riwayat
gangguan jantung, gangguan paru – paru, endokrin, serta pengunaan zat

PSIKOLOGIS

• tidak mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan


• Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
• Konsep diri negatif
• Self control yang kurang

SOSIAL KULTURAL

• Usia < 40th


• Lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki – laki
• Pendidikan
• Pendapatan
• Pekerjaan
• Keyakinan
• Politik
PROSES TERJADINYA

Kebanyakan individu Individu sering menunjukkan respon


apatis, marah atau depresi terhadap
secara subjektif kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, Jika ketidakberdayaan
mengalami perasaan 2007). Pada ketidakberdayaan, klien berlangsung lama,
ketidakberdayaan dalam mungkin mengetahui solusi terhadap dapat mengarah ke
masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
berbagai tingkat dalam tersebut di luar kendalinya untuk keputusasaan.
bermacam-macam situasi mencapai solusi tersebut
POHON MASALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DG
KETIDAKBERDAYAAN SECARA
TEORI
PENGKAJIAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
• Ketidakberdayaan
RENPRA KETIDAKBERDAYAAN
KEPUTUSASAAN
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)

Keputusasaan
Definisi
Keputusasaan adalah kondisi subjektif
yang ditandai dengan individu
memandang hanya ada sedikit bahkan
tidak ada alternatif atau pilihan pribadi
dan tidak mampu memobilisasi energi
demi kepentingan sendiri (NANDA,
2015).

Dapat disimpulkan bahwa


keputusasaan adalah keadaan
emosional ketika individu merasa
bahwa kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani (dengan kata lain
mustahil), tidak memiliki harapan tidak
melihat adanya kemungkinan untuk
memperbaiki kehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia percaya
bahwa baik dirinya atau siapapun tidak
akan bisa membantunya
Etiologi
NANDA (2015), menyatakan bahwa beberapa faktor
penyebab dari keputusasaan diantaranya adalah sebagai
berikut:
 Faktor kehilangan
 Kegagalan yang terus menerus
 Faktor Lingkungan
 Orang terdekat (keluarga)
 Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat
mengancam jiwa)
 Adanya tekanan hidup
 Kurangnya iman
Manifestasi klinis
Mayor (harus ada) Minor
Fisiologis Fisiologis
• respon terhadap stimulus melambat • Anoroksia
• tidak ada energi • BB menurun
• tidur bertambah

Emosional Emosional
• individu yang putus asa sering sekali • merasa putus asa terhadap diri sendiri
kesulitan mengungkapkan perasaannya dan orang lain
tapi dapat merasakan • Merasa berada diujung tanduk
• tidak mampu memperoleh nasib baik, • Tegang
• keberuntungan dan pertolongan tuhan • Muak (merasa ia tidak bisa)
• tidak memiliki makna atau tujuan dalam • Kehilangan kepuasan terhadap peran dan
hidup hampa dan letih hubungan yang ia jalani
• perasaan kehilangan dan tidak memiliki • Rapuh
apa-apa
• tidak berdaya,tidak mampu dan
terperangkap.
Mayor (harus ada) Minor
Individu memperlihatkan Individu memperlihatkan
Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan Kontak mata yang kurang mengalihkan
dalam perawatan pandangan dari pembicara
Penurunan verbalisasi Penurunan motivasi
Penurunan afek Keluh kesah
Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat Kemunduran
Ketidakmampuan mencapai sesuatu Sikap pasrah
Hubungan interpersonal yang terganggu Depresi
Proses pikir yang lambat
Kurangnya tanggung jawab terhadap
keputusan dan kehidupannya sendiri.
Mayor (harus ada) Minor
Kognitif Kognitif
Penurunan kemampuan untuk Penurunan kemampuan untuk menyatukan
memecahkan masalah dan kemampuan informasi yang diterima
membuat keputusan Hilangnya persepsi waktu tentang masa
Mengurusi masalah yang telah lalu dan lalu, masa sekarang, masa datang
yang akan datang bukan masalah yang Bingung
dihadapi saat ini Ketidakmampuan berkomunikasi secara
Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir efektif
Kaku (memikirkan semuanya atau tidak Distorsi proses pikir dan asosiasi
sama sekali) Penilaian yang tidak logis
Tidak punya kemampuan berimajinasi atau
berharap
Tidak dapat mengidentifikasi atau
mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
Tidak dapat membuat perencanaan,
mengatur serta membuat keputusan
Tidak dapat mengenali sumber harapan
Adanya pikiran untuk membunuh diri.
Peran perawat pada klien dengan
keputusasaan (carpenito,2013)
• Menunjukkan empati untuk mendorong klien menyampaikan
keraguan, ketakutan dan kekhawatirannya
• Menentukan adanya risiko bunuh diri
• Mendorong klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapan menjadi hal yang penting dalam kehidupannya
• Mendorong klien mengungkapkan bagaimana harapan menjadi
sesuatu yang tidak pasti dan harapannya yang tidak terwujud
• Mengajarkan cara mengatasi aspek-aspek keputusasaan dengan
memisahkannya dari aspek-aspek harapan
• Mengkaji dan mengerahkan sumber daya dalam diri individu (otonomi,
kemandirian, rasionalitas, pemikiran kognitif, fleksibilitas, spiritualitas)
• Membantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misalnya
hubungan antar-sesama, keyakinan, hal-hal yang ingin dicapai)
• Menciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi spiritual
• Membantu klien mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka
pendek yang realistis
• Mengajari klien cara mengantisipasi pengalaman yang menyenangkan
(misalnya berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat)
• Mengkaji dan mengerahkan sumber daya di luar diri individu (orang
terdekat, tim layanan kesehatan, kelompok pendukung, Tuhan atau
kekuatan yang lebih tinggi)
• Membantu klien menyadari bahwa ia dicintai, disayangi dan merupakan
sosok penting dalam kehidupan orang lain, terlepas dari kondisi
kesehatannya yang menurun
• Mendorong klien untuk menceritakan kekhawatirannya pada orang lain
yang pernah mempunyai masalah atau penyakit yang sama dan telah
memiliki pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan
koping yang efektif
• Mengkaji sistem pendukung keyakinan (nilai, aktivitas keagamaan,
hubungan dengan Tuhan, makna dan tujuan berdoa)
• Memberi klien waktu dan kesempatan untuk becermin pada makna
penderitaan, kematian dan menjelang ajal
• Melakukan perujukan sesuai indikasi (misalnya konseling, pemuka agama)
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)
Pengkajian (Towsend,2015)
• Prospek suram dan pesimistis dan perasaan tidak berharga.
• Pikiran melambat dan kesulitan konsentrasi terjadi.
• Secara fisik, ada bukti kelemahan dan sangat kelelahan, sedikit
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
• Beberapa orang mungkin cenderung ke arah makan yang
berlebihan dan minum, sedangkan yang lain mungkin mengalami
anoreksia dan penurunan berat badan. Menanggapi
perlambatan umum tubuh, pencernaan sering lemah, sembelit,
dan retensi urin.
• Gangguan tidur yang umum, baik insomnia atau hipersomnia.
• Verbalisasi terbatas.
• Partisipasi sosial berkurang, klien memiliki kecenderungan
terhadap egosentrisme dan fokus yang intens pada diri.
Diagnosis Keperawatan
• Terdapat lima diagnosa yang dapat muncul
pada asuhan keperawatan keputusasaan yaitu
penurunan selera makan, penurunan
verbalisasi, kurang terlibat dalam asuhan,
gangguan pola tidur, Isyarat verbal (NANDA,
2014)
• Diagnosa fisik yang muncul biasanya
tergantung penyakit fisik yang biasanya
dialami penderita
Intervensi keperawatan (Stuart,2009)
• Modifikasi respon maladaptif klien
• Kembalikan fungsi kerja dan fungsi psikososial klien
• Tingkatkan kualitas hidup klien
• Meminimalkan risiko kekambuhan klien
• Memberikan keamanan
• Mendorong hubungan terapeutik
• Mendorong ADL dan perawatan fisik
• Menggunakan komunikasi terapeutik
• Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
Penyakit fisik dan keputusasaan
• Menurut Stuart (2009), macam-macam penyakit
fisik yang berdampak pada keputusasaan yaitu,
infeksius (TB paru, influenza, hepatitis), endokrin
(diabetes mellitus, hipertiroidisme), neoplastik
(penyakit kanker), reumatologis (Systemic lupus
erythematosus, Rheumatoid arthritis, sindrom
kelemahan kronis), neurologis (sklerosis
multipel, tumor serebral, sleep apnea, demensia,
parkinson), kardiovaskular (stroke, CAD), dan
pada klien dengan gangguan nutrisi, metabolik,
gastrointestinal dan obat-obatan.
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)

Keputusasaan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa noc nic
keputusasaan • Keputusasaan akan Peningkatan koping
berkurang • Bantu klien dalam mengidentifikasi
tujuan jangka pendek dan jangka
• Kualitas hidup panjang
• Harapan akan • Bantu klien dalam memeriksa
sumber untuk mencapai tujuan
diperlihatkan • Bantu klien dalam memecahkan
tujuan yang kompleks menjadi
bagian-bagian kecil, langkah-langkah
yang dapat diatur
• Dorong hubungan dengan orang-
orang yang mempunya ketertarikan
dan tujuan yang sama
• Bantu klien menyelesaikan masalah
secara konstruktif
• Kaji dampak situasi kehidupan klien
dalam peran dan hubungan
• Dorong klien untuk mengidentifikasi
deskripsi realistis dari perubahan
peran
• Kaji pemahaman klien tentang proses
penyakit
• Kaji dan diskusikan respon alternatif
dari situasi
• Gunakan ketenangan dan
pendekatan meyakinkan
• Berikan atmosfer penerimaan
Diagnosa nic noc
Konseling
• Bantu klien dalam mengungkapkan
kebutuhan, masalah dan perasaan
• Libatkan orang terdekat klien untuk
meningkatkan koping
• Bantu klien mengidentifikasi hubungan
interpersonal
• Bantu klien mencari alternative
penyelesaian masalah

Manajemen alam perasaan


• Memberi keamanan, stabilisasi,
pemulihan dan pemeliharaan kepada
pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)

Keputusasaan
Pengkajian
• Pada pengkajian yang telah dilakukan dilihat
dari data yang diperoleh saat pengkajian
terdapat tanda dan gejala keputusasaan
dalam teori yang sesuai terhadap kasus yang
dibahas sehingga dalam proses pengkajian
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus
Diagnosis Keperawatan
• Tidak ada kesenjangan yang muncul antara
Diagnosa yang muncul pada klien dan teori ,
berdasarkan analisa data yang muncul,
diagnosa yang muncul pada klien adalah:
• Keputusasaan
• Nyeri Kronik
• Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
• Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
Intervensi
Secara umum intervensi yang dilakukan pada asuhan
keperawatan keputusasaan pada Ibu. T sudah sesuai
dengan teori yang terdapat pada Nursing Intervention
Classification (NIC), namun tetap difokuskan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan klien. Adapun faktor
yang mempengaruhi dalam melakukan intervensi yaitu
kurangnya pemahaman perawat terhadap intervensi yang
akan dilakukan serta faktor dari klien ataupun keluarga
beserta lingkungannya. Selain itu, mempertimbangkan
ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi faktor
yang harus dipertimbangkan untuk mendukung
terlaksananya suatu intervensi keperawatan.
Evaluasi
• Evaluasi pada asuhan keperawatan
keputusasaan pada kasus sudah diterapkan
sesuai dengan evaluasi yang terdapat dalam
teori asuhan keperawatan keputusasaan yang
berpacu pada Nursing Outcome Classification
(NOC).
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 dst
1. Kaji stresor dan tanda keputusasaan 1. Evaluasi keputusasaan pasien dan 1. Evaluasi keputusasaan dan
2. Bantu pasien mengenal keputusasaan: kemampuan berpikir positif, membangun kemampuan berpikir positif,
mengidentifikasi dan menguraikan perasaan harapan dan makna hidup melakukan kegiatan positif,
sedih/ kesendirian/ keputusasaannya. 2. Diskusikan aspek positif diri sendiri, membangun harapan dan makna
3. Bantu pasien mengenal penyebab putus asa keluarga, dan lingkungan hidup
4. Diskusikan perbedaan antara perasaan dan 3. Diskusikan kemampuan positif diri 2. Nilai kemampuan pasien
pikiran terhadap kondisi yang dialami pasien sendiri melakukan cara mengatasi
5. Bantu pasien menyadari akibat putus asa 4. Latih satu kemampuan positif keputusasaan
6. Bantu pasien mengungkapkan pengalaman 5. Diskusikan manfaat melakukan 3. Nilai tanda keputusasaan pasien
pikiran, perasaan dan perilaku yang positif kegiatan positif dalam menumbuhkan
7. Latih menata ulang pikiran dengan cara: harapan dan makna hidup
5 KEPUTUSASAAN PASIEN
latihan berpikir positif , membangun harapan dan 6. Anjurkan melakukan latihan
menemukan makna hidup kemampuan berikut sesuai dengan
8. Anjurkan melakukan berpikir positif, kondisi kesehatan 7. Lanjutkan
membangun harapan dan mencari makna hidup berpikir positif, melakukan kegiatan
positif , membangun harapan dan makna
hidup
RENPRA KEPUTUSASAAN
Daftar Pustaka
• Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik. (Terjemahan).Jakarta:
EGC
• Herdman, T. H,. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Diagnoses: Definition &
Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
• Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
• Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, Edisi 9. Esty Wahyuningsih (Penerjemah). Jakarta: EGC
• Townsend, M.C. (2015). Psychiatric nursing: assessment, care plans, and medications. (9th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company
• Britneff, E. & Winkley, K. (2013). The role of psychological interventions for people with diabetes
and mental health issues. Journal of Diabetes Nursing ,17, 305–310.
• Stuart, G.W. (2009). Principles and practices of psychiatric nursing. (10th ed.). St. Louis: Mosby
• Videbeck, S.L. (2011). Psychiatric-mental health nursing. (5th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins
• Tim Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI. (2011). Standar Asuhan keperawatan Diagnosa Psikososial.
Tidak diterbitkan
Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan
Gangguan Citra Tubuh
Outline Materi
• Konsep Diri : Citra Tubuh dan Gangguan Citra
Tubuh
• Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Citra Tubuh Secara Teori
• Kasus Klien Dengan Gangguan Citra Tubuh
• Pembahasan
Pengertian Citra Tubuh & Gangguan Citra
Tubuh
• Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang
tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi
ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi
tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh
persepsi dari pandangan orang lain (Potter& Perry,
2005).
• Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan
persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka.
Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk
menekan emosi dan pikiran negatif. Pada akhirnya reaksi
negatif ini dapat mengganggu proses rehabilitasi (Wald
&Alvaro, 2004).
Stressor Penyebab Gangguan Citra
Tubuh
• Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun
akibat penyakit.
• Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti
operasi, suntikan, daerah pemasangan infus.
• Perubahan struktur : sama dengan perubahan
bentuk tubuh disertai dengan pemasangan alat di
dalam tubuh.
• Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat
merubah system tubuh.
• Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
Tanda dan Gejala

• Syok Psikologis  Merupakan reaksi emosional


terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi
pada saat pertama tindakan
• Menarik diri
• Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah
• Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi
• Menolak penjelasan perubahan tubuh
• Persepsi negatif terhadap tubuh
Fator Prediposisi dan Presipitasi
Faktor Prediposisi
• Kehilangan/kerusakan Faktor Presipitasi
bagian tubuh (anatomi dan
fungsi) • Trauma.
• Perubahan ukuran, bentuk, • Ketegangan peran.
dan penampilan tubuh • Transisi peran
(akibat tumbuh kembang perkembangan.
atau penyakit). • Transisi peran situasi.
• Proses penyakit dan
dampaknya terhadap • Transisi peran sehat-
struktur dan fungsi tubuh. sakit
• Proses pengobatan, seperti
radiasi dan kemoterapi.
Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan
Citra Tubuh
Pengkajian

• Perawat memulai pengkajian dengan memulai


mengamati penampilan klien. Data yang
diperoleh meliputi postur, kebersihan, tata rias,
dan pakaian. Perawat mungkin membahas
dengan klien tentang penampilannya untuk
menentukan nilai-nilai yang dipegang yang
berkaitan dengan citra tubuh (Stuart, 2013).
Pengkajian
Perawat selanjutnya membandingkan respons klien dengan
perilaku, mencari keselarasan dan kontradiksi. Perilaku
yang biasanya ditemukan pada gangguan citra tubuh,
yaitu:
1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
tertentu
2. Menolak bercermin
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat
tubuh
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
6. Menyangkal cacat tubuh
Pengkajian
Pada klien dengan gangguan citra tubuh sangatlah mungkin muncul
diagnosa harga diri rendah. Didalam pengkajian yang mengarah pada
diagnosa harga diri rendah akan ditemukan beberapa data sebagai
berikut:
• Mengkritik diri sendiri/orang lain
• Produktivitas menurun
• Gangguan berhubungan. • Destruktif pada orang lain
• Merasa diri paling penting • Merasa tidak mampu,
bersalah dan khawatir
• Mudah
tersinggung/marah
• Pesimis menghadapi
hidup
• Penolakan kemampuan
diri
Pengakjian

Selain pengkajian diatas, pengkajian tentang faktor


perdisposisi gangguan citra tubuh juga sangat penting.
• Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan
fungsi).
• Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh
(akibat tumbuh kembang atau penyakit).
• Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur
dan fungsi tubuh.
• Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
Diagnosis

Beberapa contoh diagnosa yang mungkin muncul


pada klien dengan gangguan citra tubuh menurut
NANDA antara lain adalah sebagai berikut :
• Gangguan citra tubuh
• Harga diri rendah situasional
Perencaaan pada diagnosis
gangguan citra tubuh
• Bina hubungan saling percaya • Susun batasan pada perilaku mal
• Dorong pengungkapan mengenai adaptif.
masalah tentang perubahan tubuh. • Bantu pasien untuk mengidentifikasi
• Diskusikan arti dari kehilangan/ perilaku positif yang dapat
perubahan pada pasien/orang meningkatkan koping.
terdekat. • Ikut sertakan pasien dalam
• Diskusikan persepsi pasien mengenai merencanakan perawatan dan
bagaimana orang terdekat membuat jadwal aktivitas.
menerima perubahan tubuh • Bantu dalam kebutuhan perawatan
• Perhatikan perilaku menarik diri, yang diperlukan
penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan
RENPRA GCT
Askep Distress Spiritual
• Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip kehidupan, keyakinan,
kepercayaan atau keagamaan dari klien yang
menyebabkan gangguan pada aktivitas spiritual, yang
merupakan akibat dari masalah-masalah fisik atau
psikososial yang dialami (Dochterman, 2004).
Sedangkan menurut NANDA (2015), distress spiritual
adalah pernyataan yang muncul terkait penderitaan
yang dialami berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk merasakan makna atau nilai berhubungan
dengan diri sendiri, orang lain, dunia, atau
ketidakberdayaannya.
Tanda dan Gejala
Subjektif Objektif

1. Selalu merasakan kecemasan 1. Menolak berinteraksi dengan orang yang


2. Selalu merasa ketakutan dianggap penting/pemimpin spiritual.
3. Merasa bersalah 2. Tidak mampu berkreativitas (menyanyi,
4. Koping tidak efektif mendengarkan musik).
5. Merasa terasing 3. Marah pada orang yang memiliki
6. Tidak berminat pada alam/literatur kemampuan lebih dari dirinya.
spiritual. 4. Tidur terganggu/ Insomnia.
7. Merasa diabaikan. 5. Menangis.
8. Mengeluh menderita/tidak berdaya. 6. Tidak mampu introspeksi diri.
9. Keinginan bertemu pemuka agama. 7. Ketidakmampuan untuk ikut terlibat
10. Fatigue. dalam aktivitas keagamaan.
11. Tidak memiliki motivasi. 8. Perubahan aktivitas spiritual secara tiba
12. Merasa diabaikan dan dibuang tiba.
Kognitif Tujuan
Afektif Psikomotor
Mengungkapkan penyebab distress Klien menahan diri Mampu melakukan
spiritual yang dialami. dari kemarahan kegiatan
keagamaan.
Mengembangkan kemampuan untuk Klien mampu
mengatasi masalah dan perubahan mengontrol Terlibat dalam
keyakinannya kecemasannya aktivitas sosial dan
keagamaan
Mengungkapkan harapan terkait Mampu Melakukan aktivitas
kehidupannya dan menentukan tujuan mengungkapkan menyenangkan di
hidup perasaan tentang waktu luang.
keyakinannya
Mengungkapkan makna atau hikmah Berinteraksi dengan
dari kehidupannya atau Mengungkapkan orang lain untuk
penderitaannya. perasaan kesepian berbagi perasaan
dan perasaan dan keyakinan
Beradaptasi dengan disabilitas fisik bersalah yang Berinteraksi dengan
dan menerima status kesehatannya berkurang. tokoh agama

Mengungkapkan keinginan kuat untuk Mengungkapkan


hidup. kedamaian dalam
hidup
Tindakan Keperawatan
• Bina hubungan saling percaya dengan klien
• Kaji faktor penyebab distress spiritual pada klien
• Bantu dan fasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaannya (marah,
bersalah, kesepian).
• Bantu klien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang
keyakinannya
• Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi
perubahan spiritual dalam kehidupan.
• Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai agamanya
• Fasilitasi klien jika membutuhkan pemuka agama sesuai dengan
agamanya.
• Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang
lain
• Bantu klien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
• Bantu klien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan
keagamaan.
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS DISTRESS SPIRITUAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 dst
1. Kaji faktor penyebab distress spiritual 1. Evaluasi keterampilan spiritual Dischsrge planning :
pada klien. klien dan kegiatan spiritual perawatan dirumah, obat-
2. Bantu dan fasilitasi klien untuk yang telah dilakukan. obatan dan jadwal kontrol ke
dokter.
mengungkapkan perasaannya (marah, 2. Fasilitasi klien dengan alat-alat
bersalah, kesepian). ibadah sesuai agamanya .
Pasien 3. Bantu klien mengungkapkan perasaan 3. Fasilitasi klien jika
dan pikiran tentang keyakinannya. membutuhkan pemuka agama
Distress 4. Bantu klien mengembangkan sesuai dengan agamanya.
1
Spiritual
keterampilan untuk mengatasi 4. Evaluasi dan berikan pujian
perubahan spiritual dalam kehidupan. setelah klien melakukan
5. Identifikasi keterampilan spiritual kegiatan ibadah
klien dan Berikan pujian.
KASUS 1
Seorang wanita, 52 tahun, pendidikan terakhir S2, datang ke rumah sakit
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, mual dan penurunan
nafsu makan, dan batuk berdahak. Tinggi Badan 165 cm, IMT 22,16 kg/m2,.
Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 88 x/mnt, RR: 24 x/mnt, S:
36,5°C. Pasien mengatakan mengkonsumsi obat DM dan terkontrol, pasien
juga pernah menjalani pengobatan OAT selama 5 bulan dan kemudian putus
obat. Pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan riwayat asma dan
diabetes mellitus pada tahun 2006. 60,5 kg
Pasien mengatakan merasa pasrah dengan kondisinya saat ini, apabila Allah
SWT ingin segera mengambil nyawanya saat itu, ia mengatakan sudah pasrah
dan ingin diambil saja nyawanya. Pasien juga mengatakan sesak yang
dirasakan tidak kunjung hilang dan nafsu makannya berkurang dan mual,
pengobatan yang dilakukannyapun cenderung tidak berhasil. Pasien terlihat
selalu curiga dengan tindakan yang akan dilakukan kepada dirinya, dan hanya
menghabiskan waktunya di tempat tidur dan segala aktivitas dibantu
keluarga.
Kasus 2
• Seorang wanita, mahasiswa, 22 tahun, dirawat di RSU karena mual, kadang-
kadang muntah, tidak nafsu makan yang telah berlangsung selama dua minggu
sebelum masuk RS. Pemeriksaan fisik TB 158 cm, BB 40 kg, IMT 15. TTV TD 100/70
mmHg, Nadi 100 x/menit, RR 22 x/menit. Keluhan dirasakan klien sejak
mengkonsumsi obat paru-paru (OAT) yang diperolehnya dari Puskesmas. Klien
mengatakan kondisi saat ini membuat klien merasa malu karena menjadi
tidak produktif dan merasa khawatir akan masa depannya kelak. Klien
dan keluarganya juga masih memandang penyakit TB paru merupakan penyakit
yang memalukan dan merupakan aib bagi. Riwayat penyakit sebelumnya
sekitar 6 minggu sebelum masuk rumah RS klien pernah berobat ke
puskesmas akibat sering mengalami batuk-batuk, klien sempat diberi Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) dan sejak mengkonsumsi obat-obat tersebut kondisi
kesehatannya menjadi semakin memburuk karena mengalami mual muntah berat.
Klien baru 5 minggu menjalani pengobatan OAT dan penggunaannya dihentikan
sejak seminggu yang lalu. Klien dan memandang bahwa penyakit TB paru
merupakan penyakit yang memalukan dan aib bagi keluarga.
• keluarga.
KASUS 3
Seorang wanita, berusia 63 tahun tinggal di Jakarta. Klien datang ke IGD Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor dengan keluhan batuk-batuk dan merasa sesak
semakin berat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Klien kemudian dirawat di
RSMM dengan diagnosis medis asma bronkial. Dari hasil pemeriksaan fisik pada saat
melakukan pengkajian, berat badan klien saat 49 kg dengan tinggi badan 157 cm. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital Ibu N didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg,
pernapasan 22 kali/menit, nadi 94 kali/menit, dan suhu 36,50C. Keadaan umum klien
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis dengan GCS E4V5M6, terlihat sesak,
dan lemas.

• Pada area dada terlihat jelas penonjolan tulang klavikula dan ruas-ruas tulang iga
karena tubuh klien kurus. Klien mengatakan mengalami penurunan berat badan
setelah mengalami asma, yang sebelumnya berat badan klien mencapai 60 kg.
Klien merasa takut jika penyakitnya akan menular ke cucu yang tinggal serumah
dengan dirinya. Klien sangat antusias untuk mengetahui bagaimana agar
penyakitnya tidak akan menular ke cucu dan orang lain
Kasus 4
Seorang wanita, berusia 25 tahun ,mahasiswa yang aktif dalam beberapa kegiatan di
salah satu universitas ternama di Jakarta. Nn. A di rawat di rumah sakit UI karena
adanya keluhan nyeri di lambung. Diagnosa medis Nn.A adalah gastritis akut. Saat
perawat datang, klien mengeluh tentang akhir-akhir ini kondisi tubuhnya bertambah
gemuk ditandai berat badan klien adalah 59 kg dengan tinggi badan klien adalah 150cm
(kelebihan berat badan). Klien juga mengatakan sudah berusaha mengurangi porsi
makan bahkan kadang-kadang klien tidak makan agar postur tubuhnya tetap stabil.
Klien mengatakan bahwa dia tidak menerima kondisi tubuhnya sekarang
karena sudah tidak langsing seperti dulu dan dia merasa stres dengan hal ini. Klien
tampak sering mengkritik dirinya sendiri karena bertambah gemuk. Karena klien
merasa bahwa dirinya akan merasa bangga saat memiliki postur tubuhnya yang
langsing seperti dulu, karena banyak orang-orang yang menyukai dirinya. Baginya
postur tubuh yang langsing merupakan salah satu kesempurnaan dan menjadi daya tarik
seorang wanita terhadap lawan jenis. Selain itu klien juga mengatakan nyeri di daerah
ulu hati dengan skala nyeri yaitu 3 (dari rentang skala nyeri 5), klien tampak kadang
meringis menahan sakit dan memegang area perut yang sakit. Klien juga tampak
gelisah, malu-malu dan kontak mata kurang. Klien juga tampak lemah dan pucat.
Kasus 5
• Klien adalah Tn. B yang berusia 70 tahun. Klien masuk ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
dengan keluhan mengeluh terasa lemas, kaki bengkak, ada luka di kaki, ada luka di bokong
dan mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak dua puluh tahun yang lalu. Selama
perawatan klien terlihat sering termenung dan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien
sendiri pensiunan dan sehari-hari di rumah, klien tinggal didaerah yang tak begitu padat
namun klien dalam kesehariannya gemar melakukan aktifitas social. Setelah klien terdiagnosa
mengidap penyakit Diabetes Mellitus sekitar 20 tahun yang lalu klien mulai membatasi
aktifitasnya karena merasa tak berdaya dengan kondisi penyakitnya, klien jarang kontrol ke
Poli diabetes namun hanya membeli obat di apotik. Saat dikaji fisiknya Tn.B didapatkan
tanda-tanda vital: tekanan darah 120/80 mmhg, frekuensi nadi 90 x/i, frekuensi pernapasan
17 x/i, suhu 36,7 C, dan SaO2 94% dan GDS 423 mg/dl, tidak ada pembengkakan atau
pembesaran tiroid dan tidak ada kerusakan menelan makanan. Bunyi jantung S1 dan S2,
bunyi paru vesikuler Tn.B. Saat dikaji klien merasa terhambat aktifitasnya karena sakit ini yang
biasanya bisa main-main sama cucu atau berpergian ke kampung halaman. Klien tak mengerti
mengapa menderita penyakit diabetes melitus dan mengapa bukan orang lain saja. Klien
merasa selama ini tak pernah mengontrol pola makannya, klien mengatakan tidak tahu
harapan kedepan dalam kehidupannya ini khususnya terhadap pemulihan penyakitnya ini.
Klien juga merasa tak mampu menentukan pilihan bila ditanya daerah mana yang akan
dilakukan penyuntikan dan menjawab terserah dimana saja, klien merasa apapun yang akan
dilakukan tak akan mengubah klien sebagai sebagai penderita diabetes melitus. Klien tidak
mengalami ganguan memori, namun kadang bila dalam pembicaraan klien sulit untuk
berkonsentrasi dan kadang terlihat gelisah. Klien dapat menceritakan kejadian masa lalunya
dan kejadian yang baru saja terjadi.

Anda mungkin juga menyukai