Oleh
Jiva berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya "benih kehidupan", dalam
berbagai agama dan filsafat, jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah dari
seseorang serta biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan
sinonim dengan roh, akal, atau awak diri. Karena jiwa berhubungan dengan
kehidupan, maka kita perlu menjaga kesehatan jiwa kita. Menurut Hayyatusofiah
dkk (2017), masalah pada kesehatan jiwa kita biasa muncul pada masa remaja,
karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju
masa dewasa sehingga banyak perubahan dan penyesuaian yang terjadi baik
muncul apabila kita tidak memiliki koping atau penyelesaian yang tepat untuk
masalah tersebut. Ada berbagai macam masalah pada jiwa, salah satunya adalah
depresi.
(sindrom), dan gangguan klinis, depresi dapat merujuk pada keadaan subjektif
seperti rasa kecewa, putus asa, atau tidak bahagia. Depresi juga dapat merujuk
pada pola penyimpangan pada perasaan, kognisi, atau perilakuan yang belum
1985). Keadaan depresi yang serius dapat menimbulkan hal-hal yang merujuk
pada keinginan seseorang untuk bunuh diri karena tidak mampu melawan depresi
yang dirasakan.
orang meninggal setiap tahunnya karena depresi dan 86% dari jumlah tersebut
15-44 tahun. WHO meperkirakan pada tahun 2020 depresi akan menanjak
menempati ranking kedua dari beban penyakit global yang menyerang semua
gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau
skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Depkes,
2014). Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja
(Ismail & Siste, 2010). Di Gorontalo sendiri menurut Riskesdas (2018) prevalensi
gannguan mental emosional pada penduduk umur ≥15 tahun di Gorontalo tercatat
masalah seperti orang lain, karena jenis tekanan yang sama dapat direspon secara
normal oleh satu orang, tetapi dapat menjadi faktor pencetus depresi bagi orang
lain. Terapi yang sering digunakan untuk kasus depresi adalah Terapi Kognitif
cara berpikir dan berperilaku berdasarkan tiga hal yang saling berkaitan, yaitu
Penerapan teori ini dalam praktek CBT adalah dalam mengajarkan seseorang
memperlajari perilaku dan cara baru untuk menghadapi suatu situasi yang
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan analisis jurnal
1.2. Tujuan
Analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan bacaan tentang
b. Bagi Perawat
Analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam
melakukan intervensi.
Sanna
Johansson
, MSc;
Linnea
Åberg ,
MSc;
Lise
Bergman
Nordgren ,
PhD;
Maria
Zetterqvist
, PhD;
Gerhard
Andersson
, PhD
3.2 Pembahasan
Dari beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh Cognitive Behavioral
merupakan salah satu terapi efektif yang mengkombinasikan aspek kognitif dan
tingkah laku. Terapi ini mengajarkan individu untuk mengenali bahwa pola pikir
tertentu yang sifatnya negatif dapat membuat individu salah memaknai situasi
dan memunculkan emosi atau perasaan negatif pula. Teknik CBT selama ini
2017).
Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, Anisa Fitriani (2017), tentang
Inventory. Gejala yang muncul yaitu adanya afek depresif, selalu terlihat sedih
perhatian yang berkurang, merasa bersalah, tidur terganggu, dan nafsu makan
berkurang. Gejala-gejala tersebut dipicu oleh rasa bersalah subjek karena telah
balapan motor.
Subjek takut hamil dan tidak berani bercerita pada keluarga karena selama
ini orang tua tidak mengijinkan subjek memiliki pacar. Selain itu subjek juga
seorang guru mengaji untuk anak- anak kecil di desanya. Hal tersebut
perilaku subjek saat dirawat di Rumah Sakit Jiwa maupun saat di rumah.
kepribadian subjek yang akan digunakan terapis saat proses terapi, misalnya
depresi.
Skala BDI-II diberikan untuk mengukur tingkat depresi subjek antara
laporan diri yang terdiri dari 21 item dan digunakan untuk mengukur tingkat
depresi secara subjektif. Respon jawaban subjek dinilai dari skala 0 (tidak
Mengajarkan teknik relaksasi yang akan digunakan saat proses terapi karena
tidak menutup kemungkinan selama proses terapi akan muncul rasa tidak
alasan mengenai pikirannya yang salah kemudian subjek diajak untuk melihat
pikirannya tidak benar, Tugas Rumah yaitu membiasakan subjek untuk berpikir
positif pada diri sendiri dan orang lain. Misalnya dengan cara menuliskan hal-hal
positif dalam buku harian, Psikoedukasi keluarga yaitu dilakukan agar keluarga
berpikir positif terhadap diri dan orang lain dengan cara mengubah pikiran
negatif menjadi pikiran yang lebih positif, serta dapat melihat sisi positif dari
kejadian yang telah dialami, Activity Schedule yaitu enyusun jadwal aktivitas
sehari-hari subjek agar tidak berlarut dalam perasaan sedih, Mastery and Pleasure
Perubahan tersebut meliputi aspek pikiran, fisik, dan perilaku. Selain itu
juga terdapat penurunan skor pada skala BDI-II dari kategori depresi berat
sehingga subjek menjadi sedih dan murung, Subjek merasa orang tua akan
marah, kecewa dan tidak akan memaafkannya, Subjek merasa lingkungan tidak
akan menerima dirinya lagi, karena sebagai guru mengaji telah melakukan
kesalahan besar, Skala kecemasan yang diukur berada pada angka 9, dengan
ketakutan, Subjek menyadari bahwa perbuatannya salah dan dosa, tetapi subjek
jika benar-benar memperbaiki diri. Subjek sudah melaksanakan sholat taubat dan
Subjek belum bersedia lagi untuk menjadi guru mengaji karena masih
belum siap, Skala kecemasan berada pada angka 2 dengan rentang angka 1
sampai 10. Subjek sudah merasa nyaman dan sudah memulai melaksanakan
perubahan kondisi subjek di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perubahan kondisi
akan ditolak masyarakat berangsur hilang. Perasaan berdosa dalam hal ini tidak
begitu saja dihilangkan, tetapi melalui proses untuk mengarahkan subjek agar
agama yang dianutnya. Subjek juga masih membutuhkan waktu untuk dapat
kembali beraktivitas sebagai guru mengaji karena merasa belum siap dengan
peran tersebut.
selalu murung dan tidak pernah terlihat tersenyum, Mengurung diri di kamar,
Nafsu makan berkurang, Skor BDI-II subjek adalah 39 yang tergolong dalam
depresi berat. Dan setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil Subjek sudah
sering tersenyum, walaupun sesekali masih terlihat afek datar, Subjek sudah
masuk sekolah, dan membantu pekerjaan di rumah, Nafsu makan normal, Subjek
sudah dapat tidur nyenyak, Skor BDI II subjek adalah 14 yang tergolong depresi
ringan.
berbagai distorsi kognitif yang ada pada dirinya. Terapi melibatkan unsur nilai-
nilai agama dalam setiap prosesnya. Menurut Hodge (2008), penggunaan teknik
yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini oleh subjek akan menunjukkan hasil
yang lebih optimal. Hal ini sesuai dengan terapi yang diberikan pada subjek,
dimana terapi CBT dipadukan dengan nilai-nilai agama dan sesuai dengan latar
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa skala yang berisi
butir-butir pernyataan yang akan dijawab oleh subjek penelitian. Skala yang
antara individu yang depresi dan tidak depresi dan mempunyai konsistensi
internal 0,90 serta realibilitas tes ulang sebesar 0,55 (p<0,01). Pengukuran
tingkat depresi ini dilakukan sebanyak empat kali yaitu saat screening awal,
kemudian saat dilakukan prestest dua minggu setelah screening dan sebelum
diberikannya terapi kepada kelompok eksperimen untuk melihat kondisi terkini
yang terakhir yaitu saat tindak lanjut dua minggu setelah terapi diberikan. Terapi
kognitif perilakuan religius ini terdiri atas lima pertemuan di mana tiap
peserta. Materi terapi kognitif perilakuan religius ini berisi mengenai pemahaman
Para peserta juga diberikan pengetahuan mengenai konsep dasar dari terapi
(3,33) dan tindak lanjut (1,66), sedangkan kelompok kontrol apabila dilihat dari
nilai mean justru mengalami peningkatan skor, untuk pascates (25) dan tindak
lanjut (25,83). Kemudian hasil analisis yang dilakukan pada data pascates
menunjukkan bahwa nilai Z = -2,898 dan p = 0,004 (p < 0,05). Hal ini
Kondisi yang sama juga terjadi pada data tindak lanjut, di mana nilai Z =
-2,908 dan p = 0,004 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
pelaksanaan tindak lanjut. Perbedaan tingkat depresi pada kedua kelompok juga
dapat dilihat dari grafik individu dan hasil data kualitatif subjek setelah
mendapatkan terapi.
Berdasarkan hasil screening dan prates yang dilakukan, terlihat para subjek
dalam penelitian ini berada dalam kategori depresi tingkat sedang hingga tingkat
tinggi. Hal ini juga dibuktikan dari cerita para subjek saat dalam terapi dan dari
buku harian yang mereka kerjakan. Perasaan dan perilaku yang muncul pada diri
subjek adalah lebih sering merasa sedih, lebih sering menangis, kecewa terhadap
Metode presentasi diri pada setiap awal pertemuan, menurut subjek sangat
membantu mereka untuk dapat menuangkan segala apa yang ada di pikirannya
dan apa yang ia rasakan tanpa merasa dihakimi atau disalahkan sama sekali. Para
peserta mengaku merasa lebih lega karena dapat mengekspresikan emosi yang
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
religius dapat menurunkan depresi pada subjek wanita dewasa dan mahasiswa.
Selain dapat menurunkan depresi, terapi ini juga nampak dapat meningkatkan sisi
religiusitas dari para subjek. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan subjek
dan hasil buku harian yang memperlihatkan bahwa subjek lebih banyak
bersyukur, dan melakukan ibadah seperti shalat, membaca istighfar, dan berdoa
Terapi kognitif perilaku merupakan terapi yang paling sering digunakan untuk
perubahan pada aspek pikiran yang diharapkan akan diikuti oleh perubahan
perilaku maladaptif menjadi perilaku yang lebih adaptif. Terapi ini juga
merupakan salah satu dari dua terapi yang dimasukkan dalam petunjuk tritmen
untuk depresi dan telah dipublikasikan oleh Agency for Health Care and Policy
Research (AHCPR). Epp dan Dobson (2010), juga telah merangkum sejumlah
studi yang menunjukkan bahwa terapi kognitif perilaku efektif untuk mengatasi
gangguan depresi.
Berdasarkan hasil penelitian dari Florensa, dkk (2016), tentang
test with control group pada penerapan CBT yang dilakukan secara
kelompok intervensi.
Rata-rata depresi setelah remaja mendapatkan CBT adalah 14,50 dan pada
remaja yang tidak mendapatkan CBT adalah 18,79. Hasil uji statistik
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p> 0,005) antara depresi remaja
yang mendapat CBT dengan remaja yang tidak mendapat CBT. Pada penelitian
Penurunan yang terjadi pada responden tidak sampai pada tahap dimana
depresi menjadi tidak ada. Menurut peneliti hal ini dapat diakibatkan oleh waktu
pre dan post test yang cukup dekat sehingga belum bisa dilihat secara optimal
efek dari terapi yang dilakukan dan selain itu juga pertemuan dari sesi CBT yang
Rossello, et al., (2008) menyatakan pada remaja depresi masih banyak yang tidak
memperlihatkan respon terhadap CBT dengan dosis standar yaitu 12 sesi. Hasil
treat-ment).
sebelumnya memperlihatkan bahwa CBT dengan 8-16 sesi dengan durasi 20-60
menit yang dilakukan selama 5-8 minggu memperlihatkan hasil yang lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan panjangnya waktu terapi, akan memberikan
secara optimal. Penelitian yang dilakukan pada remaja sekolah menengah atas di
remaja yang mendapat latihan pertahanan diri terhadap stress (Keliat, Tololiu, &
Daulima, 2010).
dengan CBT sehingga dapat menurunkan depresi dan risiko bunuh diri yang
lebih baik dibandingkan dengan hanya pemberian CBT. Terapi CBT yang
lebih daripada terapi yang dilakukan secara individu. Untuk mengubah perilaku
system pada remaja karena mereka merasa memiliki masalah yang sama, remaja
akan belajar mengamati bagaimana orang lain berperilaku dan mengkaji sikap
serta reaksi melalui interaksi dengan berbagai macam orang. Selain itu remaja
dapat belajar dari pengalaman positif dari teman sekelompok dalam terapi yang
penelitian ini, peneliti memiliki asumsi bahwa pengasuhan dan kondisi panti
remaja yang ada di dalamnya. Hal ini kemudian dibuktikan oleh banyaknya
asuhan terutama masalah pada GPM anak. Subjek dalam penelitian ini adalah
seorang remaja laki-laki usia 15 tahun yang dirujuk kepada psikolog karena
ketiganya (Nock, Kazdin, Hiripi, & Kessler, 2007). Ciri utama dari GPM adalah
sehari-hari (Burke, Loeber, & Lahey, 2003). Dalam penelitian ini Subjek
Subjek adalah anak hasil pernikahan kedua ibunya. Ibu subjek sudah
meninggal saat FIF kelas 4 SD dan ayahnya meninggalkan keluarganya sejak FIF
kelas 2 SD. Subjek memiliki tiga kakak tiri tetap tidak mampu secara ekonomi
seperti sholat, makan bersama, piket, dan lain sebagainya. Selain tu, subjek
ditakuti di panti.
Dari hasil obeservasi data yang dilakukan oleh peneliti Ekspresi subjek
atau melihat ke arah lain, Subjek tampak sering melakukan kekerasan fisik pada
teman-teman yang usianya relatif lebih muda dibanding dirinya. Subjek juga
bahwa ia sering dibully oleh teman-temannya dan sering dipanggil anak nakal
sebenarnya subjek ternyata tidak hanya menunjukkan gejala dan sindrom GPM
tetapi juga mengarah pada depresi. Kondisi ini disebut dengan komorbiditas yang
secara spesifik mengacu pada terjadinya dua gangguan atau lebih dalam
umum ditemui pada gangguan di masa kanak-kanak dan remaja, terutama pada
Salah satu penelitian terbaru yang dilakukan oleh Topooco, dkk (2019),
melalui internet yang dicampur dengan sesi obrolan sinkron untuk mengobati
depresi remaja. Penelitian ini melibatkan internet, video atau audio yang dibagi
dalam beberapa modul dan dikirim ke dalam platform perawatan berbasis web
bersama dengan tugas rumah yang dimasukkan dalam media ICBT tersebut.
Kemudian untuk sampel penelitian menggunakan remaja yang berusia antara 15-
19 tahun dengan tingkat depresi ≥14 poin yang diukur dengan Beck Depression
Swedia.
Dalam penelitian ini, ada 8 modul ICBT yang terdiri dari bahan teks serta
video, alur cerita fiksi, tugas refleksi dan tugas pekerjaan rumah, dan
mensyaratkan pendekatan perilaku dan kognitif CBT, terdiri dari 8 sesi terapi
individu berlangsung selama 8 minggu. Untuk jadwal setiap sesi obrolan terapis
dijadwalkan oleh peserta dan terapis setiap minggu dengan durasi 30-45 menit
sebelumnya dan saat ini serta berfokus pada aspek-aspek yang berhubungan
pekerjaan rumah.
perilaku kognitif (CBT) dianggap salah satu intervensi perilaku didukung terbaik
secara empiris untuk mengurangi depresi. Namun ada beberapa orang yang tidak
dapat melakukan terapi ini dikarenakan berbagai macam hal sehingga para ahli
berpengaruh apabila mendapat dukungan dari keluarga atau unsur sosial lainnya,
seperti mengajak klien itu untuk bicara atau sekedar mendengarkan apa yang
menjadi keluhan dari klien tersebut. Hal-hal sederhana sperti itu dapat
dengan memberikan beberapa teknik. CBT ini biasanya digunakan pada beberapa
masalah mental / jiwa, salah satunya yakni depresi. Gejala depresi ditandai
bersalah, rendah diri, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, tenaga lemah, dan
Depresi yang cukup serius dapat mengarah pada usaha bunuh diri di mana
2011). Setengah dari jumlah penderita tersebut berusia 15-44 tahun baik bagi
dari 25 persen dari mereka yang terdiagnosis depresi memiliki akses penanganan
yang efektif. Jumlah lebih besar lagi adalah mereka yang tidak terdeteksi. Oleh
karena itu depresi sering juga disebut sebagai “the silent epidemic” (Fitri, 2011).
Gangguan depresi pada remaja tidak dapat diabaikan dan dibiarkan tanpa
oleh Beck, terapi interpersonal yang dikembangkan oleh psikiater Gerald K.R.M
dukungan sosial (Lubis, 2009). Menurut Rosenvald, Oei, dan Schmidt (2007),
kognitif dan tingkah laku. Pendekatan ini mengajarkan individu untuk mengenali
bahwa pola pikir tertentu yang sifatnya negatif dapat membuat individu salah
rangka melakukan perubahan emosi dan tingkah laku. Hal tersebut mencakup
belief yang berhubungan dengan pikiran, emosi dan tingkah laku sebagai suatu
sistem yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Terdapat banyak penelitian
yang menunjukkan bahwa CBT merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi
medis (O’Hea, Houseman, Bedek, & Sposato, 2009). Terapi ini juga telah
terbukti dan dapat digunakan dalam jangka panjang (Mutia, Subandi, & Mulyati,
2011).
Penelitian selanjutnya adalah penelitian dari Swedia, tentang salah satu
Rosenvald, Oei, dan Schmidt (2007), terapi kognitif perilakuan merupakan terapi
Therapy (CBT) dari hari ke hari mengalami berbagai macam perkembangan salah
satunya adalah dengan melibatkan media maya atau internet yang dijadikan
media untuk terapi atau yang biasa disebut dengan Interner Cognitive Behavior
Therapy (ICBT).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis jurnal terdahulu dapat disimpulkan bahwaCBT
merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi gejala-gejala depresi seperti sedih
diri, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, tenaga lemah, dan kehilangan
konsentrasi. Pada salah satu penelitian diatas mengatakan bahwa CBT dengan 8-
panjangnya waktu terapi, akan memberikan waktu yang cukup pada responden
4.2 Saran
Remaja
b. Bagi perawat
dengan depresi
c. Bagi rumah sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit