Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tahap perkembangan manusia dimiliki sejak bayi hingga dewasa. Pada

tahap perkembangan remaja mengalami berbagai masalah dan terjadi perubahan

baik secara emosional, sosial dan fisik. Secara umum remaja adalah salah satu

fase perkembangan hidup seorang individu yang belum dewasa dalam umur

belasan tahun (Ki fudyartanta, 2012). Menurut WHO (2015) remaja adalah

penduduk usia 10-19 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Pada kelompok remaja dipengaruhi oleh tingkat kematangan

perkembangan. Remaja mempunyai karakteristik ingin bebas, mencari

pengalaman, mencoba hal baru, pencarian jati diri, ingin tampil menonjol, dan

diakui eksistensinya (Setyoadi dan Triyanto, 2012). Remaja yang ingin dianggap

keberadaannya dan diakui eksistensinya oleh lingkungan selalu berusaha menjadi

lingkungan tersebut. Hal ini mempengaruhi tingkah laku remaja bukan lagi

sebagai remaja, tetapi sudah mengarah kepada tingkah laku ataupun sikap orang

dewasa (Ki Fudyartanta, 2012).

Menurut Azwar (2012) Sikap yang muncul pada remaja adalah percobaan

emosi seksual, mulai jatuh pada pergaulan-pergaulan yang mesra antara pria dan

wanita, cinta monyet mulai tumbuh. Hal tersebut membuat remaja mampu

memikat satu sama lain, membentuk perilaku berpacaran, bertunangan, dengan

mesra (Ki Fudyartanta, 2012). Hal ini dikhawatirkan akan menjerumuskan remaja
untuk melakukan seks bebas dan apabila mereka sering melakukan hal tersebut,

besar kemungkinan kenaikan tingkat kerentanan mereka untuk tertular penyakit

HIV/AIDS.

Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan

tanda dan gejala penyakit (sindrom) yang didapat akibat lemahnya sistem

kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh HIV. Ketika sistem kekebalan tubuh

menurun, maka semua penyakit dapat masuk kedalam tubuh dengan mudah

(infeksi opportunistik) sehingga sistem kekebalan tubuhnya menjadi lemah dan

penyakit yang tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya (Ardhiyanti, 2015).

Estimasi penduduk dunia yang menderita HIV pada tahun 2008 menurut

United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) adalah sekitar 33.4 juta

orang dengan angka kematian sekitar dua juta orang.Benua Afrika adalah benua

dengan penderita HIV/AIDS terbanyak (25,5 juta kasus). Pada tahun 2017

HIV/AIDS meningkat hingga 36 juta orang dengan Penduduk yang menderita

HIV terbanyak 25 juta adalah Benua Afrika. Sedangkan penderita HIV/AIDS di

Asia pada tahun 2017 sebanyak 3.6 juta orang.

Di Asia khususnya di Indonesia, jumlah penderita HIV/AIDS terus

meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Estimasi dan proyeksi HIV/AIDS pada

tahun 2016 HIV di Indonesia sebesar 41.250 jiwa dan AIDS sebesar 7.491 jiwa.

HIV/AIDS meningkat diantaranya, kelompok usia 15-49 tahun dari 0.38% pada

tahun 2011 menjadi 0.5% di tahun 2016, populasi kunci di Indonesia sebesar
68.307 jiwa dan meningkat 90.915 jiwa pada tahun 2016. Jumlah populasi ODHA

2011 sebesar 545.428 meningkat menjadi 785.821 jiwa pada tahun 2016.

Di Provinsi Gorontalo, distribusi HIV/AIDS berdasarkan data dari KPA

(2018) diagnosa tahun 2001 s/d September 2018 jumlah HIV adalah sebanyak 213

dan AIDS 246 jiwa dengan total keseluruhan sampai saat ini mencapai 459 jiwa.

Distribusi jenis kelamin lebih banyak laki-laki dengan 353 jiwa yang terkena

HIV/AIDS dan perempuan sebanyak 106 jiwa. Distribusi HIV/AIDS dari

penularan terbanyak adalah hubungan seks dengan jumlah HIV 80 dan AIDS 121

total 201 jiwa dan distribusi berdasarkan kelompok umur 15-49 tahun yang

menderita HIV/AIDS sebanyak 438 jiwa. Berdasarkan angka kematian penderita

HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo sudah sebanyak 130 jiwa.

Di Kabupaten Bone Bolango terdapat 15 orang yang terkena HIV dan 33

orang yang menderita AIDS jika dijumlahkan penderita HIV/AIDS di Kabupaten

Bone Bolango adalah 48 orang, diantaranya termasuk umur yang masih remaja

berkisar antara 15-25 tahun. Tidak bisa dipungkiri bahwa semua orang yang

berada di Kabupaten Bone Bolango khususnya remaja dapat mempunyai peluang

untuk terkena HIV/AIDS (Dikes Provinsi Gorontalo, 2018).

HIV/AIDS Di Kabupaten Bone Bolango setiap tahunnya meningkat ini

akan mempengaruhi tingginya sikap negatif khususnya remaja seperti

diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. Sikap terhadap penderita HIV/AIDS

tergambar dalam sikap sinis, perasaan takut yang berlebihan, pengalaman negatif

kepada penderita, berfikir bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak

mendapatkan hukuman akibat apa yang dilakukannya. Hal ini dapat


mempengaruhi kualitas hidup penderita HIV/AIDS, sehingga populasi yang

beresiko akan takut untuk melakukan tes HIV karena jika terungkap hasilnya

positif akan membuat mereka dikucilkan oleh dilingkungannya (Shaluhiyah, dkk

2015).

Salah satu penyebab banyaknya HIV/AIDS dan sikap diskriminasi

terhadap penderita di Kabupaten Bone Bolango adalah kurangnya pengetahuan

tentang penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS salah satunya

adalah dampak dari penularan penyakit tersebut, sehingga dibutuhkan informasi

tentang HIV/AIDS sejak dini yang dilakukan atau dipusatkan pada usia sekolah,

yaitu siswa SMA.

Sekolah merupakan salah satu tempat yang paling tepat untuk

meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan tentang

masalah kesehatan lainnya. Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah

keluarga dalam mengajarkan dasar perilaku untuk kehidupan mereka berikutnya,

sehingga sekolah sangat berperan penting dalampendidikan kesehatan kepada

remaja. Dalam membicarakan pendidikan kesehatan, terlebih dahulu harus

mengetahui pengertian dari pendidikan kesehatan.

Menurut Alamsyah dan Muliawati (2013) pendidikan kesehatan adalah

proses untuk membuat masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya dengan cara dapat mengenal dan mewujudkan aspirasinya,

kebutuhan dan dapat mengubah juga mengatasi lingkungannya. Menurut

Doenges, dkk (2012) pendidikan kesehatan merupakan dukungan seseorang,


keluarga maupun masyarakat untuk lebih meningkatkan perilaku kesehatan yang

dilakukan melalui kesiapan untuk lebih mewujudkan perilaku hidup sehat.

Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 19

Februari 2019 kepada siswa SMA Negeri 1 Tapa kelas XI, didapatkan informasi

bahwa mereka memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda. Pada wawancara

awal sebanyak 10 orang ditanya tentang definisi HIV/AIDS, dampak dan cara

penularannya, namun 8 dari mereka tidak dapat menjawab benar tentang

HIV/AIDS dan hanya mengetahui tentang definisinya saja. Dari hasil wawancara

sikap siswa terhadap HIV/AIDS menunjukkan bahwa mereka sangat menentang

keberadaan HIV/AIDS. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara yang dilakukan

dengan wakil kepala sekolah, didapatkan informasi bahwa di sekolah tersebut

belum pernah ada penyuluhan tentang HIV/AIDS.

Berdasarkan latar belakang yang terlampir diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1

Tapa Kelas XI”.

1.2. Identifikasi Masalah

1.2.1. Estimasi HIV/AIDS di dunia tahun 2008 sebanyak 33.4 juta jiwa dan

meningkat tahun 2017 sebanyak 36 juta jiwa.

1.2.2. Pada tahun 2016 HIV di Indonesia meningkat sebanyak 41.250 jiwa dan

AIDS sebesar 7.491 jiwa.

1.2.3. Di Provinsi Gorontalo jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun 2018 sudah

mencapai 459 jiwa.


1.2.4. Distribusi HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur angka tertinggi berada

pada umur 15-49 tahun.

1.2.5. Pada wawancara awal sebanyak 10 orang ditanya tentang definisi

HIV/AIDS, dampak dan cara penularannya. 8 orang dari mereka tidak

dapat menjawab benar tentang HIV/AIDS dan mereka hanya mengetahui

tentang definisinya saja. Namun, untuk dampak dan cara penularannya

mereka masih bingung dan belum bisa menjawabnya.

1.2.6. Sikap remaja terhadap penderita HIV/AIDS mengandung sikap negatif

seperti diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS ataupun orang yang

sudah menunjukan gejala HIV/AIDS.

1.3. Rumusan Masalah

Apakah ada “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan

Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Tapa Kelas XI?”

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum :

Untuk mengidentifikasi dan menganalisa “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA

Negeri 1 Tapa Kelas XI”.

1.4.2. Tujuan Khusus:

1. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja sebelum diberikan

pendidikan kesehatan.

2. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja setelah diberikan

pendidikan kesehatan.
3. Menganalisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan

Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Tapa Kelas XI.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS

di SMA Negeri 1 Tapa Kelas XI.

2. Diharapkan bisa menjadi kontribusi yang baik bagi dunia ilmu

pengetahuan pada umumnya dan juga bisa memberikan ilmu khusus bagi

ilmu keperawatan.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Bagi siswa

Siswa dapat mengetahui informasi tentang pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

2. Bagi pihak sekolah

Dapat memberikan suatu alternatif kepada pihak sekolah tentang

pendidikan kesehatan HIV/AIDS.

3. Bagi peneliti

Dapat mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai