Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Tapa adalah salah satu sekolah yang berada di Kabupaten

Bone Bolango Provinsi Gorontalo dan juga letak sekolah ini berada didataran

tinggi yang lumayan jauh dari pemukiman warga. SMA Negeri 1 Tapa berdiri

sejak 26 Oktober 1995 dengan luas tanah 21580 m 2 dan hingga sekarang sekolah

ini masih beroperasional juga semakin berkembang. Perkembangan sekolah ini

salah satunya dilihat dari segi fasilitas yang dimiliki oleh sekolah ini.

Fasilitas disekolah saat ini adalah ruang kelas yang sekarang sudah

lumayan banyak yang saat ini sudah menerima siswa dengan jumlah ratusan per-

tingkatan. Siswa kelas X dibagi dalam 7 kelas dengan jumlah 144, siswa kelas XII

dengan 3 kelas IPA dan 3 kelas IPS dengan jumlah 169 siswa, dan siswa kelas XI

dengan jumlah 221 siswa. Siswa kelas XI saat ini dibagi dalam 6 kelas, dimana 3

kelas untuk siswa jurusan IPA dan 3 kelas untuk siswa jurusan IPS dengan jumlah

guru 41 orang.

Dalam hal teknologi di sekolah tersebut belum terlalu canggih disebabkan

kurangnya perhatian dan inovasi dari pengajar di sekolah tersebut. Dampak dari

kurangnya teknologi berpengaruh terhadap pembelajaran yang berlangsung

disekolah, apalagi didukung dengan lokasi sekolah yang bisa dibilang terpencil

dan jauh dari pusat kota.


SMA Negeri 1 Tapa dipilih dikarenakan belum pernah ada pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS. Selain itu, bahayanya HIV/AIDS di Provinsi

Gorontalo bahkan diseluruh dunia dengan gejala yang susah untuk diketahui bisa

menjadi ancaman terbesar pada masyarakat khususnya pada remaja yang memiliki

kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS.

4.1.2. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini responden yang diteliti adalah sebanyak 27 responden

yang telah mengikuti tahapan pendidikan kesehatan dari awal hingga akhir.

Karakteristik responden bisa dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


N
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentasi (%)
o.
1. Laki – Laki 6 22.2
2. Perempuan 21 77.8
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.1. diatas, responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 6 responden (22.2%) sedangkan perempuan lebih banyak dengan jumlah

21 responden (77.8 %).

4.1.3. Analisis Univariat

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pengetahuan Sebelum


Pendidikan Kesehatan
N
Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
o.
1. Baik 3 11.1
2. Cukup 20 74.1
3. Kurang 4 14.8
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, 2019.
Berdasarkan tabel 4.2. diatas responden yang memiliki kategori

pengetahuan baik sebanyak 3 responden (11.1%), cukup sebanyak 20 responden

(74.1%), dan kurang sebanyak 4 responden (14.8%).

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pengetahuan Sesudah


Pendidikan Kesehatan
N
Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
o.
1. Baik 24 88.9
2. Cukup 3 11.1
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.3. diatas setelah dilakukan pendidikan kesehatan

sebanyak 27 responden mengalami peningkatan pengetahuan secara signifikan.

Pada post-test responden yang memiliki kategori pengetahuan baik sebanyak 24

responden (88.8%), kategori pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (11.1%),

dan yang memiliki kategori kurang tidak ada.

Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Sikap Sebelum


Pendidikan Kesehatan
N
Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
o.
1. Baik 4 14.8
2. Cukup 22 81.5
3. Kurang 1 3.7
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.4. diatas sebelum diberikan pendidikan kesehatan

responden yang memiliki kategori sikap baik sebanyak 4 responden (14.8%),

memiliki kategori sikap cukup sebanyak 22 responden (81.5%), memiliki kategori

sikap kurang sebanyak 1 responden (3.7%).


Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Sikap Sesudah
Pendidikan Kesehatan
N
Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
o.
1. Baik 27 100
2. Cukup 0 0
3. Kurang 0 0
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, 2019.

Berdasarkan tabel 4.5. diatas setelah dilakukan pendidikan kesehatan

sebanyak 27 responden mengalami peningkatan sikap secara signifikan. Hal ini

terlihat pada tabel dimana responden menjawab baik sebanyak 27 responden

(100%) dengan nilai rata-rata adalah 87.50%.

4.1.4. Pengujian Persyaratan Analisis

Uji normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini digunakan untuk prasyarat dalam

uji-t. Pada uji ini data harus terdistribusi normal. Apabila data tidak

terdistribusi normal maka harus menggunakan uji alternatif yaitu uji

wilcoxon. Data terdistribusi normal apabila taraf signifikannya >0.05,

sedangkan apabila taraf signifikan <0.05 maka dikatakan data tidak

terdistribusi normal.

Uji normalitas pengetahuan pada bagian post test tidak terdistribusi

normal dimana Sig .000. Data dinyatakan tidak terdistribusi normal

apabila nilai Sig < 0.05 dan dinyatakan normal apabila memiliki nilai >

0.05. Dikarenakan data post-test tidak terdistribusi normal, maka data akan

ditransformasikan agar data bisa terdistribusi normal.


Uji normalitas sikap pada bagian post test tidak terdistribusi

normal dimana Sig .031. Data dinyatakan tidak terdistribusi normal

apabila nilai Sig < 0.05 dan dinyatakan normal apabila memiliki nilai >

0.05. Dikarenakan data post-test tidak terdistribusi normal, maka data akan

ditransformasikan agar data bisa terdistribusi normal.

4.1.5. Analisis Bivariat

Setelah melakukan transformasi data, didapatkan data tidak terdistribusi

normal. Maka, uji hipotesis statistik yang akan dilakukan adalah uji wilcoxon.

Tabel 4.6. Hasil Nilai Rata-Rata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan.
Sebelum Sesudah Nilai P
Variabel Mean Mean n Value
± SD ± SD (Asymp Sig)
Pengaruh
Pendidikan
65.18 84.19
Kesehatan 27 .000
9.3 6.9
Terhadap
Pengetahuan
Sumber: Data Primer 2019.

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui nilai rata-rata pengetahuan sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah 65.18 dengan standar deviasi 9.3,

sedangkan nilai rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

adalah 84.19 dengan standar deviasi 6.9. Nilai rata-rata yang tertera diatas dapat

menunjukkan adanya perubahan nilai sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan. Nilai standar deviasi menunjukan bahwa nilai yang didapatkan

sebelum pendidikan kesehatan bervariasi, sedangkan sesudah pendidikan

kesehatan menunjukan nilai yang didapatkan hampir sama.


Hasil Uji Wilcoxon pada pengetahuan diatas dilihat pada tabel kolom P

Value adalah .000 pada kelompok setelah post-test. nilai P Value = .000 < 0.05,

dapat diketahui bahwa hipotesis bisa diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa

“Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan”.

Tabel 4.7. Hasil Nilai Rata-Rata Sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan.
Sebelum Sesudah Nilai P
Varia
Mean Mean N Value (Asymp
bel
± SD ± SD Sig)
Pengar
uh
Pendidika
71.06 87.50
n 27 .000
6.1 6.9
Kesehatan
Terhadap
Sikap
Sumber: Data Primer. 2019.

Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui nilai rata-rata sikap sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah 71.06 dengan standar deviasi 6.1,

sedangkan nilai rata-rata sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah

87.50 dengan standar deviasi 6.9. Nilai rata-rata yang tertera diatas dapat

menunjukkan adanya perubahan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan, Nilai standar deviasi menunjukan bahwa nilai yang didapatkan

sebelum pendidikan kesehatan hampir sama, sedangkan sesudah pendidikan

kesehatan menunjukan nilai yang didapatkan bervariasi.

Uji Wilcoxon pada tabel sikap diatas dilihat pada kolom P Value adalah .

000 pada kelompok setelah post-test. nilai P Value = .000 < 0.05, dapat diketahui

bahwa hipotesis bisa diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap”.


4.2. Pembahasan Penelitian

4.2.1. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Sebelum Dilakukan

Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan tabel 4.2. diatas diketahui bahwa responden yang memiliki

kategori pengetahuan baik sebanyak 3 responden (11.1%), cukup sebanyak 20

responden (74.1%), dan kurang sebanyak 4 responden (14.8%), sehingga rata-rata

pada pre-test adalah 65.18%. Dari hasil pre-test Pengetahuan responden yang

menjawab nilai cukup lebih banyak dari nilai baik yaitu sebanyak 20 responden

(74.1%), hal ini disebabkan mereka tidak pernah mendapatkan informasi dari

tenaga pengajar disekolah tersebut, dan dibuktikan dengan belum pernah ada

sosialisasi ataupun pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS dari petugas

kesehatan di wilayah tersebut, sehingga pengetahuan yang dimiliki siswa masih

tergolong dibawah karena hal ini dilihat pada jawaban dari pre test.

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam seperti

dukungan dan dari luar seperti sasaran informasi yang tersedia (Budiman dan

Riyanto, 2013). Apabila sasaran tidak mendapatkan informasi, maka hal tersebut

akan menyebabkan seseorang memiliki pengetahuan yang rendah. Dengan

pendidikan maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi. Hal ini

sejalan dengan pendapat Maulana (2009), dalam buku kedokteran EGC bahwa

informasi yang diperoleh seseorang akan diproses dan akan menghasilkan

pengetahuan. Semakin seseorang akan mendapatkan informasi maka semakin

tinggi tingkat pengetahuannya dan begitupun sebaliknya.


Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih, Ringgi

(2017), menyatakan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan terlihat adanya

peningkatan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS. Melalui pendidikan ksehatan

maka akan memberikan kemudahan untuk memahami materi tentang HIV/AIDS

yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap siswa.

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa responden yang memiliki kategori

sikap baik sebanyak 4 responden (14.8%), memiliki kategori sikap cukup

sebanyak 22 responden (81.5%), memiliki kategori sikap kurang sebanyak 1

responden (3.7%), sehingga rata-rata pada pre-test adalah 71.06%. Nilai

dikategori berdasarkan soal yang dijawab benar oleh responden.

Sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari

seseorang individu terhadap objek yangkemudian memunculkan perilaku individu

terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2012). Berdasarkan

hasil pre test sikap dapat dilihat bahwa siswa belum sepenuhnya memiliki sikap

baik, hal ini dikarenakan tenaga pengajar di sekolah tersebut belum pernah

memberikan informasi terkait cara pencegahan HIV/AIDS.

Menurut Azwar (2012), sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Dari beberapa

faktor diatas, yang menyebabkan kurangnya nilai sikap siswa pada pre test adalah

kurangnya pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS baik dari tenaga kesehatan

setempat dan tenaga pengajar disekolah tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil

wawancara dengan siswa dan tenaga pengajar disekolah tersebut.


Selain faktor diatas, adapun faktor dari media massa yang menyebabkan

siswa tersebut bersikap kurang terhadap pencegahan HIV/AIDS. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga, Eko (2013) bahwa pengaruh media

massa dan televisi sering diadopsi dalam kehidupan sehari-hari. Media dapat

berperan dalam mentransformasikan perubahan nilai seksualitas yaitu dari hiburan

program televisi yang menampilkan tayangan pornograf dan mereka melihat itu

sangat menyenangkan dan dianggap dapat diterima dilingkungan.

4.2.2. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Sesudah Dilakukan

Pendidikan Kesehatan

Setelah siswa diberikan pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS,

selanjutnya siswa dilakukan post test dari soal pengetahuan. Berdasarkan tabel

pengetahuan 4.3. diperoleh hasil pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS

mengalami peningkatan yang signifikan dilihat dari rata-rata nilai 65.18 naik

menjadi 84.19 dengan selisih 19.01 dan juga dilihat pada distribusi jawaban

responden pada post test jawaban yang mendapatkan nilai baik mengalami

peningkatan dengan persentasi 76% - 100%.

Pendidikan kesehatan dilakukan selama 60 menit dimulai dari pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, penularan, pemeriksaan penunjang, dan pencegahan

HIV/AIDS. Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS diberikan dalam bentuk

penjelasan melalui tampilan layar LCD dan disela-sela penjelasan diputarkan

tentang masuknya virus HIV kedalam tubuh sehingga menimbulkan tanda dan

gejala yang sampai ketahap death agar siswa lebih memahami tentang penyakit

HIV/AIDS.
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini

terjadi sesudah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai memperoleh pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek.

Hal ini diperlihatkan dari pemutaran vidio yang disertai penjelasan tentang

HIV/AIDS sehingga siswa-siswa memiliki persepsi ataupun gambaran bagaiamana

bahayanya virus HIV/AIDS apabila masuk ke dalam tubuh dan bagaimana cara

pencegahan virus tersebut. Dengan pendidikan kesehatan seperti ini dapat

merangsang serta meningkatkan pengetahuan dari siswa dalam proses

pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmawati (2018),

menyatakan bahwa kegiatan pendidikan kesehatan pada pelajar ini sangat penting

dan efektif karena terjadi peningkatan pengetahuan atau pemahaman belajar,

sehingga dengan pendidikan kesehatan kepada pelajar dapat menambah

pengetahuan, merubah sikap, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Tribowo dan Pushpandi (2015), bahwa

pendidikan kesehatan merupakan semua kegiatan untuk memberikan dan atau

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan. Setelah diberikan pendidikan kesehatan siswa diberikan

kesempatan untuk tanya jawab agar pendidikan kesehatan yang diberikan dapat

dijelaskan kembali dan agar mereka mengingat kembali tentang pendidikan

kesehatan yang telah diberikan.


Setelah itu, pengukuran post test selama 25 menit dan diperoleh hasil pada

tabel 4.4 bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS diperoleh hasil post test

yaitu menjawab cukup sebanyak 3 responden (11.1%), yang menjawab baik

sebanyak 24 responden (88.8%). Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasih, R

(2017) dalam (Xiaohui Gao, et. Al), mengungkapkan bahwa setelah intervensi

semua siswa memiliki perbaikan yang signifikan dalam pengetahuan dan sikap

tentang HIV/AIDS, hal ini menunjukan bahwa pendidikan kesehatan

meningkatkan pengetahuan siswa secara signifikan.

Faktor yang mempengaruhi sehingga ada 3 siswa yang berpengetahuan

cukup, 1 orang siswa yang berubah dari baik ke cukup dan 2 siswa yang tetap

memperoleh pengetahuan baik sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan hal ini disebabkan karena minat belajar. Hal ini sejalan dengan

pendapat Djamarah (2008), mengatakan bahwa minat belajar cenderung

menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, sebaliknya minat belajar yang

kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah.

Selain minat belajar, kemampuan memori yang diperoleh dari pengalaman

belajar yang sebelumnya. Setiap siswa memiliki kemampuan memori yang

berbeda-beda sehingga bisa mempengaruhi daya tangkap dan daya terima ketika

diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sulistyowati (2012), menyatakan bahwa kemampuan memori berkaitan

dengan kemampuan memasukan, menyimpan dan menimbulkan kembali hal-hal

yang pernah dilihat, didengar, dan dilakukan dalam proses pembelajaran, semakin
tinggi daya tangkap memori maka akan lebih cepat menangkap materi yang

disampaikan dan begitupun sebaliknya.

Selain itu, peneliti berasumsi bahwa siswa cepat lupa dan tidak mengulang

kembali materi yang disampaikan sehingga mereka tidak begitu mengingat apa

yang telah diajarkan. Hal ini sejalan dengan Solso (2008), menyatakan bahwa

faktor yang mempengaruhi kegagalan mengingat adalah faktor decay yang artinya

memori atau ingatan akan menjadi semakin lupa dikarenakan apa yang diajarkan

tidak pernah dibuka atau diulang kembali dan menurut Santrock (2009),

menyatakan bahwa informasi yang didapatkan akan bertahan lama apabila sering

diulang atau dipelajari kembali.

Berdasarkan tabel 4.5. pada tabel sikap diperoleh hasil pendidikan

kesehatan tentang HIV/AIDS mengalami peningkatan yang signifikan dilihat dari

rata-rata nilai 71.06 naik menjadi 87.50 dengan selisih 16.44 dan juga dilihat pada

distribusi jawaban responden pada post test jawaban yang mendapatkan nilai baik

mengalami peningkatan dengan persentasi 76% - 100%. Dilihat dari distribusi

frekuensi semua siswa mendapatkan nilai dengan predikat baik yaitu sebanyak 27

siswa.

Sesuai dengan pendapat Azwar (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan,

media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah pengaruh atau intervensi orang

lain. Pada umumnya orang lain dianggap salah satu bagian penting atau
komponen yang dianggap seseorang penting dan akan mempengaruhi

pembentukan sikap terhadap suatu obyek.

Adanya intervensi atau pengaruh dari orang lain berupa pendidikan

kesehatan ternyata mampu mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap

suatu obyek. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Fitriani (2011),

bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu cara atau kegiatan untuk mempengaruhi

orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat berperilaku sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan. Pendidikan kesehatan juga suatu kegiatan untuk lebih

menjaga kondisi sehingga seseorang mampu untuk berperilaku hidup sehat.

Dengan pendidikan kesehatan disekolah tentang pencegahan HIV/AIDS

dikalangan remaja akan memberikan dampak positif seperti peningkatan

pengetahuan dan sikap agar mereka sudah mengetahui bagaiamana cara

pencegahan secara dini terhadap penyakit HIV/AIDS.

4.2.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja

Tentang HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan pendidikan kesehatan

tentang HIV/AIDS pada uji statistika pada tabel 4.7 menunjukan hasil uji wilcoxon

dimana nilai p (Value) = .000 < 0.05 dimana H0 ditolak yang menunjukan bahwa

adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Pada tabel 4.7 Pengetahuan terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan

antara siswa-siswa sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS,


dari tabel tersebut dapat membuktikan bahwa ada pengaruh perubahan tingkat

pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Pendidikan Kesehatan adalah suatu cara atau kegiatan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat berperilaku

sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Pendidikan kesehatan juga dapat menjadikan

kondisi lebih baik sehingga orang mampu untuk hidup sehat (Fitriani, 2011).

Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Widarma dan

Maidartati (2017), menyatakan bahwa dengan pendidikan kesehatan informasi

yang didapatkan lebih detail dan terstruktur. Oleh karena itu, pendidikan

kesehatan sangat berperan penting dalam membangun pengetahuan seseorang,

dikarenakan sudah banyak penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan yang

dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dari seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Muliana, Setiyadi, dan Werdani (2014),

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang pencegahan HIV/AIDS cukup

efektif dan memberikan pengaruh untuk meningkatkan pengetahuan remaja SMA

dalam jangka waktu yang singkat dan sesuai teori yang sudah ada. Diharapkan

pengetahuan ini dapat merubah sikap remaja SMA terhadap pencegahan

HIV/AIDS.

Menurut Azwar (2012), sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon

yang muncul dari seseorang individu terhadap obyek yang kemudian

memunculkan perilaku individu terhadap obyek tersebut dengan cara-cara

tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel sikap setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada uji statistika pada tabel 4.7

menunjukan hasil uji wilcoxon dimana nilai p (Value) = .000 < 0.05 dimana H0

ditolak yang menunjukan bahwa adanya perbedaan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang

HIV/AIDS.

Pada tabel 4.7 terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara siswa-

siswa sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS, dari tabel

tersebut dapat membuktikan bahwa ada pengaruh perubahan sikap setelah

diberikan pendidikan kesehatan. Pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai setelah

diberikan pendidikan kesehatan semuanya masuk dalam kategori baik, itu artinya

terdapat peningkatan yang signifikan terhadap sikap siswa setelah diberikan

pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan juga dapat membantu mereka dalam memahami apa

yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya dengan sumber daya yang ada

maupun dukungan dari luar, menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,

dan memutuskan kegiatan yang paling tepat untuk dapat meningkatkan kesehatan

(Mubarak dan Chayatin, 2009). Dengan ini siswa akan lebih terarah dan tahu apa

yang akan mereka lakukan bila dihadapkan dengan salah satu penyakit ataupun

masalah yang dapat mengganggu kesehatan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliana (2014),

menyatakan bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan sikap siswa

namun pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan sikap sebesar 20.87 setelah
diberikan pendidikan kesehatan. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan ada

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja

SMA dalam upaya pencegahan HIV/AIDS.

Dengan demikian hasil penelitian pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS

memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan pengetahuan dan

sikap siswa. Secara umum, pendidikan kesehatan disekolah dapat memudahkan

siswa dalam memahami masalah kesehatan yang sebenanrnya akan sangat

mengancam apabila tidak diantisipasi dari awal, dan juga dengan pendidikan

kesehatan mereka jadi lebih mudah mengerti bahwa penyakit HIV/AIDS adalah

penyakit yang sangat mengancam hidup mereka dan sudah tau bagaimana cara

untuk mencegah agar mereka, keluarga, dan masyarakat sekitar tidak menderita

penyakit HIV/AIDS.

4.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diupayakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun dengan demikian masih memiliki keterbatasan yaitu, Penelitian ini

sudah baik, namun tidak tercapainya jumlah sampel yang sesuai dengan kategori

sampel meskipun jumlahnya masih lebih besar daripada jumlah minimum untuk

penelitian sejenis, dimana sampel berdasarkan kategori adalah 30 orang

sedangkan keseluruhan sampel yang diteliti sebanyak 27 orang.

Anda mungkin juga menyukai