SMA Negeri 1 Tapa adalah salah satu sekolah yang berada di Kabupaten
Bone Bolango Provinsi Gorontalo dan juga letak sekolah ini berada didataran
tinggi yang lumayan jauh dari pemukiman warga. SMA Negeri 1 Tapa berdiri
sejak 26 Oktober 1995 dengan luas tanah 21580 m 2 dan hingga sekarang sekolah
salah satunya dilihat dari segi fasilitas yang dimiliki oleh sekolah ini.
Fasilitas disekolah saat ini adalah ruang kelas yang sekarang sudah
lumayan banyak yang saat ini sudah menerima siswa dengan jumlah ratusan per-
tingkatan. Siswa kelas X dibagi dalam 7 kelas dengan jumlah 144, siswa kelas XII
dengan 3 kelas IPA dan 3 kelas IPS dengan jumlah 169 siswa, dan siswa kelas XI
dengan jumlah 221 siswa. Siswa kelas XI saat ini dibagi dalam 6 kelas, dimana 3
kelas untuk siswa jurusan IPA dan 3 kelas untuk siswa jurusan IPS dengan jumlah
guru 41 orang.
kurangnya perhatian dan inovasi dari pengajar di sekolah tersebut. Dampak dari
disekolah, apalagi didukung dengan lokasi sekolah yang bisa dibilang terpencil
Gorontalo bahkan diseluruh dunia dengan gejala yang susah untuk diketahui bisa
menjadi ancaman terbesar pada masyarakat khususnya pada remaja yang memiliki
yang telah mengikuti tahapan pendidikan kesehatan dari awal hingga akhir.
Uji normalitas
uji-t. Pada uji ini data harus terdistribusi normal. Apabila data tidak
terdistribusi normal.
apabila nilai Sig < 0.05 dan dinyatakan normal apabila memiliki nilai >
0.05. Dikarenakan data post-test tidak terdistribusi normal, maka data akan
apabila nilai Sig < 0.05 dan dinyatakan normal apabila memiliki nilai >
0.05. Dikarenakan data post-test tidak terdistribusi normal, maka data akan
normal. Maka, uji hipotesis statistik yang akan dilakukan adalah uji wilcoxon.
Tabel 4.6. Hasil Nilai Rata-Rata Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan.
Sebelum Sesudah Nilai P
Variabel Mean Mean n Value
± SD ± SD (Asymp Sig)
Pengaruh
Pendidikan
65.18 84.19
Kesehatan 27 .000
9.3 6.9
Terhadap
Pengetahuan
Sumber: Data Primer 2019.
adalah 84.19 dengan standar deviasi 6.9. Nilai rata-rata yang tertera diatas dapat
Value adalah .000 pada kelompok setelah post-test. nilai P Value = .000 < 0.05,
dapat diketahui bahwa hipotesis bisa diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
Tabel 4.7. Hasil Nilai Rata-Rata Sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan
Pendidikan Kesehatan.
Sebelum Sesudah Nilai P
Varia
Mean Mean N Value (Asymp
bel
± SD ± SD Sig)
Pengar
uh
Pendidika
71.06 87.50
n 27 .000
6.1 6.9
Kesehatan
Terhadap
Sikap
Sumber: Data Primer. 2019.
87.50 dengan standar deviasi 6.9. Nilai rata-rata yang tertera diatas dapat
Uji Wilcoxon pada tabel sikap diatas dilihat pada kolom P Value adalah .
000 pada kelompok setelah post-test. nilai P Value = .000 < 0.05, dapat diketahui
Pendidikan Kesehatan
pada pre-test adalah 65.18%. Dari hasil pre-test Pengetahuan responden yang
menjawab nilai cukup lebih banyak dari nilai baik yaitu sebanyak 20 responden
(74.1%), hal ini disebabkan mereka tidak pernah mendapatkan informasi dari
tenaga pengajar disekolah tersebut, dan dibuktikan dengan belum pernah ada
tergolong dibawah karena hal ini dilihat pada jawaban dari pre test.
dukungan dan dari luar seperti sasaran informasi yang tersedia (Budiman dan
Riyanto, 2013). Apabila sasaran tidak mendapatkan informasi, maka hal tersebut
pendidikan maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maulana (2009), dalam buku kedokteran EGC bahwa
Sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari
hasil pre test sikap dapat dilihat bahwa siswa belum sepenuhnya memiliki sikap
baik, hal ini dikarenakan tenaga pengajar di sekolah tersebut belum pernah
lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Dari beberapa
faktor diatas, yang menyebabkan kurangnya nilai sikap siswa pada pre test adalah
setempat dan tenaga pengajar disekolah tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil
siswa tersebut bersikap kurang terhadap pencegahan HIV/AIDS. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga, Eko (2013) bahwa pengaruh media
massa dan televisi sering diadopsi dalam kehidupan sehari-hari. Media dapat
program televisi yang menampilkan tayangan pornograf dan mereka melihat itu
Pendidikan Kesehatan
selanjutnya siswa dilakukan post test dari soal pengetahuan. Berdasarkan tabel
mengalami peningkatan yang signifikan dilihat dari rata-rata nilai 65.18 naik
menjadi 84.19 dengan selisih 19.01 dan juga dilihat pada distribusi jawaban
responden pada post test jawaban yang mendapatkan nilai baik mengalami
tentang masuknya virus HIV kedalam tubuh sehingga menimbulkan tanda dan
gejala yang sampai ketahap death agar siswa lebih memahami tentang penyakit
HIV/AIDS.
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek.
Hal ini diperlihatkan dari pemutaran vidio yang disertai penjelasan tentang
bahayanya virus HIV/AIDS apabila masuk ke dalam tubuh dan bagaimana cara
pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmawati (2018),
menyatakan bahwa kegiatan pendidikan kesehatan pada pelajar ini sangat penting
Hal ini sejalan dengan pendapat Tribowo dan Pushpandi (2015), bahwa
kesempatan untuk tanya jawab agar pendidikan kesehatan yang diberikan dapat
tabel 4.4 bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS diperoleh hasil post test
(2017) dalam (Xiaohui Gao, et. Al), mengungkapkan bahwa setelah intervensi
semua siswa memiliki perbaikan yang signifikan dalam pengetahuan dan sikap
cukup, 1 orang siswa yang berubah dari baik ke cukup dan 2 siswa yang tetap
kesehatan hal ini disebabkan karena minat belajar. Hal ini sejalan dengan
menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi, sebaliknya minat belajar yang
berbeda-beda sehingga bisa mempengaruhi daya tangkap dan daya terima ketika
diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yang pernah dilihat, didengar, dan dilakukan dalam proses pembelajaran, semakin
tinggi daya tangkap memori maka akan lebih cepat menangkap materi yang
Selain itu, peneliti berasumsi bahwa siswa cepat lupa dan tidak mengulang
kembali materi yang disampaikan sehingga mereka tidak begitu mengingat apa
yang telah diajarkan. Hal ini sejalan dengan Solso (2008), menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi kegagalan mengingat adalah faktor decay yang artinya
memori atau ingatan akan menjadi semakin lupa dikarenakan apa yang diajarkan
tidak pernah dibuka atau diulang kembali dan menurut Santrock (2009),
menyatakan bahwa informasi yang didapatkan akan bertahan lama apabila sering
rata-rata nilai 71.06 naik menjadi 87.50 dengan selisih 16.44 dan juga dilihat pada
distribusi jawaban responden pada post test jawaban yang mendapatkan nilai baik
frekuensi semua siswa mendapatkan nilai dengan predikat baik yaitu sebanyak 27
siswa.
media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional.
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah pengaruh atau intervensi orang
lain. Pada umumnya orang lain dianggap salah satu bagian penting atau
komponen yang dianggap seseorang penting dan akan mempengaruhi
suatu obyek. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Fitriani (2011),
bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu cara atau kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat berperilaku sesuai dengan
Tentang HIV/AIDS
tentang HIV/AIDS pada uji statistika pada tabel 4.7 menunjukan hasil uji wilcoxon
dimana nilai p (Value) = .000 < 0.05 dimana H0 ditolak yang menunjukan bahwa
kondisi lebih baik sehingga orang mampu untuk hidup sehat (Fitriani, 2011).
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Widarma dan
yang didapatkan lebih detail dan terstruktur. Oleh karena itu, pendidikan
dalam jangka waktu yang singkat dan sesuai teori yang sudah ada. Diharapkan
HIV/AIDS.
Menurut Azwar (2012), sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon
tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel sikap setelah dilakukan
pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS pada uji statistika pada tabel 4.7
menunjukan hasil uji wilcoxon dimana nilai p (Value) = .000 < 0.05 dimana H0
HIV/AIDS.
Pada tabel 4.7 terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara siswa-
siswa sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS, dari tabel
diberikan pendidikan kesehatan. Pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai setelah
diberikan pendidikan kesehatan semuanya masuk dalam kategori baik, itu artinya
pendidikan kesehatan.
yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya dengan sumber daya yang ada
maupun dukungan dari luar, menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,
dan memutuskan kegiatan yang paling tepat untuk dapat meningkatkan kesehatan
(Mubarak dan Chayatin, 2009). Dengan ini siswa akan lebih terarah dan tahu apa
yang akan mereka lakukan bila dihadapkan dengan salah satu penyakit ataupun
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliana (2014),
menyatakan bahwa pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan sikap siswa
namun pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan sikap sebesar 20.87 setelah
diberikan pendidikan kesehatan. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan ada
mengancam apabila tidak diantisipasi dari awal, dan juga dengan pendidikan
kesehatan mereka jadi lebih mudah mengerti bahwa penyakit HIV/AIDS adalah
penyakit yang sangat mengancam hidup mereka dan sudah tau bagaimana cara
untuk mencegah agar mereka, keluarga, dan masyarakat sekitar tidak menderita
penyakit HIV/AIDS.
ilmiah, namun dengan demikian masih memiliki keterbatasan yaitu, Penelitian ini
sudah baik, namun tidak tercapainya jumlah sampel yang sesuai dengan kategori
sampel meskipun jumlahnya masih lebih besar daripada jumlah minimum untuk