Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah gynekologi yang
berjudul kelainan kongenital pada sistem reproduksi.
Selama proses penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran dan
dukungan dari berbagai pihak yang telah memberi semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 3
B. Tujuan 3
C. Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi 4
B. kelainan kongenital reproduksi 4
C. Penatalaksanaan 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Agar dapat dan mampu mengetahui pengertian kelainan
congenital
2. Agar mampu mengetahui dan memahami jenis dan penyebabnya
3. Agar mampu mengetahui dan memahami pendarahan uterus
abnormal
C. Manfaat
1. Penulis dapat dan mampu mengetahui kelainan congenital
2. Penulis mampu mengetahui dan memahami jenis dan penyebabnya
3. Penulis mampu mengetahui dan memahami pendarahan uterus
abnormal
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
2. Faktor Mekanik
3. Faktor Infeksi
6. Faktor Hormonal
7. Faktor Radiasi
8. Faktor Gizi
9. Faktor-faktor lain
4
hematokolpos dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan
darah haid dan akan membesar (hematometra) , selanjutnya
akan timbul pula pengisian tuba kiri dan kanan
(hematosalpink) yang dapat dirabah dari luar sebagai tumor
kistik dikanan dan kiri atas smpisis.
Sekali-kali pada atresia himenalis ditemukan pada neonates
atau pada gadis kecil vagina terisi oleh suatu airan lendir
(hidokolpos). Apabila timbul tekanan–tekanan dan disertai
dengan radang sekunder, hendaknya hymen dibuka dan dipasang
drain. Selayaknya diberi pula antibiotika.
Bila atresia himenalis ditemukan pada gadis kecil tanpa
menimbulkan gejala-gejala, maka keadaan diawasi saja sampai
anak lebih besar dan situasi anatomi menjadi lebih jelas.
Dengan demikian dapat diketahui apakah benar ada atresia
himenalis atau apakah vagina sama sekali tidak terbentuk
(aplasia vaginae).
1) Etiologi
Kelainan kongenital himen imperforata secara pasti
belum jelas, akan tetapi beberapa peneliti ada yang
menganggap karena adanya gangguan pada gen autosomal
resesif (Jones, 1972), gangguan pada transmitted sex-
linked autosommal dominant (Shohiv, 1978), adanya
hormon antimullerian. Selain itu diduga akibat
produksi faktor regresi Mulleri yang tidak sesuai pada
gonad embrio wanita, tidak adanya atau kurangnya
reseptor estrogen yang terbatas pada saluran Muller
bawah, terhentinya perkembangan saluran Muller oleh
bahan teratogenik.
2) Pemeriksaan
Untuk menegakkan diagnosis himen imperforata dilakukan
beberapa pemeriksaan penunjang. Penelitian di Hong
Kong dari periode 1999 sampai 2007 dilakukan review 23
kasus selaput dara imperforata, untuk menekankan
kemudahan membuat diagnosis selaput dara imperforata
dengan pemeriksaan alat kelamin rutin di masa kanak-
kanak(Jason Yen,2008). Pemeriksaaan dilakukan dengan :
5
a) Anamnesa yang menyeluruh
b) Pemeriksaan Fisik
Pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder
normal dan timbulnya setelah masa pubertas,
sama seperti wanita normal lainnya. Tinggi
badan normal
Pemeriksaan dengan speculum
Pada pemeriksaan colok dubur dapat ditentukan
besar dan luas gumpalan darah di alat kelamin
dalam.Menempatkan pasien dalam posisi lutut-
dada bantu pemeriksaan fisik pada kelompok
usia anak. Memiliki berlutut pasien di meja
pemeriksaan dengan sikunya di meja dan
wajahnya beristirahat di tangannya. Perlahan
menyebar pantat dan labia dan memiliki napas
pasien atau pukulan. Jika pemeriksaan masih
sulit, obat penenang atau anestesi mungkin
diperlukan.
c) Pemeriksaan Penunjang
USG
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis himen imperforata dapat dilakukan
pemeriksaan USG untuk menentukan ada dan
luasnya perdarahan di uterus, tuba, dan
rongga
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan pencitraan yang terbaik
dari jaringan seperfisial dan jaringan yang
lebih dalam. MRI dapat mengklarifikasi hasil
6
pemeriksaan USG mengenai cavum uterus, dan
dapat memeriksa struktur subperitoneal serta
dapat mendeteksi adanya serviks uteri.
Chin Med Assoc Journal: Tahun:
2007/volume70/edisi(12)/ halaman559–561
Hong Kong . Emerg. Med Journal. Tahun 2009 /
Vol. 17/edisi 5/hal 371 – 373
3) Diagnosis tidak sukar, dan pengobatannya ialah
mengadakan himenektomi, dengan perlindungan
antibiotika, darah tua kental kehitam hitaman keluar.
Sebaiknya sesudah tindakan penderita dibaringkan dalam
letak fowler. Selama 2-3 hari darah tua kental tetap
akan mengalir disertai dengan pengwilan tumor- tumor
tadi.
b. ATRESIA LABIA MINORA
Atresia kedua labium minus kelainan ini disebabkan membrane
urogenatalis yang tidak menghilang dibagian vulva dibelakang
klitoris ada lubang untuk pengeluaran air kencing dan darah
haid. Koitus walaupun sukar masih dapat dilaksanakan.
Malahan dapat terjadi kehamilan. Pada partus hanya
diperlukan sayatan digaris tengah cukup panjang untuk
melahirkan janin.
Kelainan tersebut (atresia lobio minora) dapat terjadi pula
sesudah partus. Dalam hal ini radang menyebabkan kedua
labium minus melekat, dengan masih ada kemungkinan penderita
dapat berkeing.
Pengobatan Terdiri atas melepaskan perlekatan dan menjait
luka-luka yang timbul
d. DUPLIKASI VULVA
Sangat jarang ditemukan, bila terjadi biasanya diikuti
dengan kelainan congenital yang lain dan seringkali bersifat
lethal.
7
Etiologi
Kelainan-kelainan kongenital alat-alat genital dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti keadaan
endometrium yang mempengaruhi nutrisi mudigah,
penyakit metabolisme, penyakit virus, akibat obat-
obatan teratogenik, dan lain-lain yang terdapat
dalam masa kehamilan. Sebagian besar dari kelainan
ini tidak mengikutsertakan ovarium atau genetalia
eksterna, sehingga banyak diantaranya tidak
menampakkan diri sebelum menarche atau sebelum
perkawinan.Disamping itu, terdapat kelainan-kelainan
yang berasal dari kelainan kromosom khususnya
kromosom seks dan gangguan hormonal. Kelainan ini
sering kali menimbulkan masalah interseks. Pada
seorang interseks bisa terdapat bahwa jenis gonadnya
tidak sesuai dengan kromosom seksnya atau dengan
morfologi genetalia interna, dan morfologi genetalia
eksterna, khususnya bentuk genetalia eksterna
sedemikian rupa, sehingga jenis kelainan bayi dari
yang bersangkutan tidak dapat ditentukan dengan
segera.
e. HIPOPLASIA VULVA
Hipoplasia vulva ditemukan bersamaan dengan genitalia
interna yang kurang berkembang.Terjadi pada keadaan
hipoestrogenisme, infatilisme. Ciri sex sekunder juga tidak
berkembang. “Vulva mencerminkan keadaan ovarium” Kelainan
Perineum Bayi tidak beranus, anus bermuara ke saluran
genitalia, dan saluran air kencing dan feses pada satu
lubang.
1) Etiologi
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat
mempengaruhi terjadinya kelainan ini antara lain :
Kelainan genetik dan kromosom
Kelainan genetik pada ayah ibu memungkinkan
besar akan berpengaruh atas kejadian kelainan
ini pada anaknya. Tetapi dapat pula diwarisi
oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur
dominan atau kadang sebagai unsur resesif.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi
kedokteran, maka telah dapat diperiksa
8
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama
kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan
selanjutnya.
Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan
intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk
organ tersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan
mempermudah terjadinya deformitas suatu
organ.
Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum
wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.
Salah satu jenis obat yang dapat
mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang
kurang baik diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital.
Walaupun hal ini secara laboratorik belum
banyak diketahui secara pasti.
Faktor Hormonal
Faktor ini diduga mempunyai hubungan pula
dengan kejadian hipoplasi vulva.
Faktor Radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan memungkinkan
akan dapat menimbulkan kelainan pada janin.
Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada
orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin
sekali dapat menyebabkan kelainan pada bayi
yang dilahirkan.
Faktor Gizi
Pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan
bahwa frekuensi kelainan, pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan
9
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-
bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya.
2) Pengobatan kelainan pada vulva
Pembedahan pada kasus kelainan vagina harus selalu
berpegang pada tujuan pembedahan secara umum, yaitu
menghilangkan keluhan penderita, menghilangkan
keadaan patologi, mengembalikan fungsi organ
tersebut, dan memperhatikan estetik.
f. Kelainan perineum
Pada kloaka persisten karena septum urogenital tidak tumbuh,
bayi tidak mempunyai lubang anus, atau anus bermuara dalam
sinus urogenitalis., dan terdapat satu lubang dari mana
keluar air kencing dan feses.
2. Vagina
a. SEPTUM VAGINA
Sekat sagital di vagina dapat ditemukan dibagian atas
vagina. Tidak jarang hal ini ditemukan dengan kelainan pada
uterus, oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi
kedua duktus muleri.
Pada umum kelainan ini tidak menimbulkan keluhan pada yang
bersangkutan, dan baru ditemukan pada pemeriksaan
ginekologik. Darah haid juga keluar secara normal.
Disperuani dapat timbul, meskipun biasanya septum itu tidak
dapat mengganggu koitus.
Pada persalinan septum tersebut dapat robek spontan atau
perlu disayat dan diikat. Tindakan tersebut dilakukan pula
bila ada dispareuni.
10
demikian vagina baru dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa
vagina buatan akan meyempit.
Pada atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi,
sehingga terbentuk suatu septum yang horisontal, septum itu
dapat ditemukan pada bagian proksimal vagina, akan tetapi
bisa juga pada bagan bawah, diatas hymen (atresia
retrohinalis).
Bila penutupan vagina itu menyeluruh, menstruasi timbul
tetapi darah haid tidak keluar. Terjadilah hematokolpos yang
dapat mengakibatkan hematometra dan hematosalpink.
Penanganan hemotokolpos sudah bibahas dalam pembiaraan
tentang atresia himenalis.
Bila penutupan vagina tidak menyeluruh, tidak akan timbul
kesulitan, kecuali mungkin pada partus kala dua.
c. KISTA VAGINA
1) Pengetian
Kista vagina adalah suatu kantong tertutup pada
dinding atau bagian bawah dinding vagina yang berisi
cairan atau bahan semi padat. Kista terjadi akibat
tersumbatnya kelenjar atau salurannya sehingga cairan
terkumpul di dalamnya. Kista di vagina biasanya tidak
nyeri. Ukurannya bervariasi mulai dari seukuran
kacang sampai seukuran buah plum. Sedangkan Kista
inklusi terjadi akibat trauma seperti akibat tindakan
operasi. Kista Gartner merupakan salah satu kista di
vagina. Kista ini berasal dari sisa saluran saat
janin dalam perkembangan yang awalnya membesar
kemudian menghilang. Tetapi kadang-kadang kista ini
lumayan membesar sehingga terlihat dari luar vagina.
Kista vagina biasanya tidak bergejala. Jika
bergejala, maka gejalanya hanya berupa pembengkakan
kecil di dinding vagina, massa tumor keluar dari
liang vagina atau nyeri saat melakukan hubungan
seksual.
Kista vagina kadang hilang dengan sendirinya. Jika
tidak hilang, maka perlu dilakukan tindakan operasi
untuk membuangnya. Setelah operasi maka kista
biasanya tidak akan kambuh. Kista ini sering
ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan
11
pemeriksaan panggul, dimana terlihat atau teraba
adanya tumor di dinding vagina. Biasanya dilakukan
biopsi untuk menentukan apakah tumor jinak atau
ganas. Justru jika lokasi kista dekat dengan kandung
kemih atau salurannya, maka dilakukan pemeriksaan
rontgen untuk memastikan kedua organ tersebut tidak
terkena.
12
b) Kista Duktus Gartner
Definisi
Kista yang terletak di dinding vagina (duktus
gartner) yang berisi cairan atau bahan semi
solid.
Etiologi
Kista gartner berkembang di daerah duktus
gartner, biasanya di dinding vagina. Duktus
ini aktif saat perkembangan janin namun
biasanya menghilang setelah lahir. Pada
beberapa kasus, sebagian duktus ini terisi
cairan yang berkembang menjadi kista.
Gejala
Ganjalan di dinding vagina dan rasa tidak
nyaman saat berhubungan seksual.
Pemeriksaan
Pada saat pemeriksaan pelvis dapat
dirasakan adanya tonjolan atau masa di
dinding vagina.
Biopsy kadang dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan kanker vagina,
terutama jika teraba keras.
Jika kista berlokasi dibawah uretra atau
vesika urinaria, pemeriksaan radiologi
mungkin dilakukan untuk memastikan dan
menyakinkan bahwa kista tidak melibatkan
struktur-struktur ini.
3) Penyebab Kista Vagina
a) Riwayat kista vagina terdahulu
b) Siklus haid tidak teratur
c) Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih
muda)
d) Kista vagina terjadi akibat tersumbatnya kelenjar
atau salurannya sehingga cairan terkumpul di
dalamnya.
4) Patofisiologi Kista Vagina
13
Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium
invaginasi yang sederhana dari epitel germinal sampai
ke invaginasi disertai permukaan ruangan kista yang
luas terjadi pembentukan papil-papil kearah dalam
tumor kistik.
5) Etiologi Kista Vagina
a) Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1. Gaya hidup tidak sehat.
2. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang
serat
3. Zat tambahan pada makanan
4. Kurang olah raga
5. Merokok dan konsumsi alcohol
6. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
7. Sering stress
8. Faktor Genetik
6) Penanganan
Yaitu pengangkatan kista dengan pengupasan kulitnya
14
e) Uterus aquartus
15
atrofi, terdapat azoospermi. Keluhn ginekomasti dapat
diterapi dengan tindakan operasi.
e. Hermafrodistismus ; jarang dijumpai. Terdapat jaringan
testis pada sisi yang satu dan jaringan ovarium pada sisi yg
lain. Sebagian besar dari penderita menunjukkan kromatin
seks dan gambaran kariotipe wanita. Kariotipe antara lain
46-XX atau 46-XY
f. Sindroma Down (Trisomi 21) ; ditemukan 1 per 670 janin lahir
hidup akibat kromosom otosom yg abnormal. Kejadian makin
meningkat dengan makin tuanya ibu. Disebabkan karena adanya
translokasi pada kromosom 21. Ciri-cirinya menunjukkan
kecerdasan yang rendah, seringkali mulut terbuka dengan
lidah yang menonjol, oksiput dan muka gepeng.
g. Sindrom Edwards (Trisomi 18) : ciri-cirinya pertumbahan anak
lambat, kepalanya memanjangdgn kelainan pada kepala, sering
ada kelainan jantung dan dada dgn sternum pendek.
h. Sindrom Patau (Trisomi 13) : Ciri-cirinya BBLR,
pertumbuhannya lambat, palatoskisis dan labioskisis,
mikrosefali dan polidaktili. Sering pula ditemukan kelainan
jantung.
16
Ciri-cirinya : mempunyai ciri-ciri khas wanita tetapi tidak
mempunyai genitalia interna wanita, dan terdapat testis yang
tidak berkembang ditemukan di rongga abdomen, kanalis
inguinalis atau di labium mayus. Testis tidak menunjukkan
spermatogenesis. Sebagian besar berwajah wanita, tinggi ,
pertumbuhan pannukulus adiposus normal dan pertumbuhan
mammae baik. Rambut pubis kurang atau tidak ada demikian
pula rambut ketiak, vagina pendek dan menutup. Kelenjar
kelamin hanya mengandung jaringan testis yang rudimenter dan
kemungkinan akan menimbulkan neoplasma oleh sebab itu harus
diangkat jika sudah dewasa.
17
2) Polip Serviks
3) Erosi porsio
4) Perlukaan hymen, forniks posterior
f) Perdarahan pada masa Menopause
1) Karsinoma endometrium
2) Karunkula uretralis
3) Vaginitis / endometritis senilis
4) Pemakaian pessarium yang lama
5) Polip serviks
6) Erosi porsio
7) Pengobatan hormonal
8) Fluor albus (leukorea)
Lama, terus menerus/waktu tertentu, banyaknya,
baunya, disertai gatal atau nyeri ?
Normal : kehamilan, menjelang / setelah haid, waktu
ovulasi, rangsangan seksual
Patologik : mengganggu, ganti celana berkali kali
disertai gatal atau nyeri, berbau.
Dismenore, nyeri diperut bagian bawah / pinggang,
mules, ngilu, ditusuk tusuk
Mengganggu pekerjaan sehari hari, hilang dgn obat ?
Menjelang, sewaktu atau setelah haid ?
g) Rasa nyeri ; dismenorea, dispareunia, nyeri perut, nyeri
pinggang
Dispareunia kel.organik atau psikologik ? Organik :
vagina sempit, peradangan/ luka, adneksitis,
parametritis, endometriosis
Nyeri perut : kel.Letak uterus, neoplasma,
peradangan akut / kronik, ruptur tuba, abortus tuba
torsi kista ovarium, putaran tangkai mioma
subserosum, KET.
Nyeri pinggang : parametritis fibrosis ligamentum
Kardinale dan ligamentum Sakrouterinum,
kel.ortopedik, persalinan lama dan keletihan otot –
otot panggul
h) Miksi (keluhan BAK)
Apakah disertai nyeri, sering kencing, retensi
urin, kencing tidak lancar, kencing tidak tertahan
18
ii. Disuri : nyeri waktu kencing, nyeri Suprapubis,
kencing sering
16
2. Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Umum
1) Pemeriksaan umum ; tanda vital, bentuk tubuh (gemuk
atau kurus), keadaan jiwa penderita, mata (anemis),
kelenjar gondok (struma), jantung, paru dll
2) Pemeriksaan payudara ; kelainan endokrin, gravid dan
karsinoma mammae
3) Pemeriksaan perut ; Inspeksi, palpasi, Perkusi dan
Auskultasi
b. Pemeriksan abdominal
1) Pasien posisi supinasi
2) Relaks, bantal kepala
3) Abdomen tidak tegang
4) Inspeksi abdomen : massa, pembesaran organ, asites,
5) Palpasi : 4 kuadran => menurut arah jarum jam
6) Massa : ukuran/besarnya, batas, permukaan, konsistensi
7) Ukuran dan bentuk hepar, limpa, “omental cake”
8) Perkusi : nyeri ketok ?
9) Pasien : inspirasi/ekspirasi pada pem. Hepar
19
10) Auskultasi : bising usus
c. Pemeriksaan Ginekologik
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan dibuat dalam
catatan-catatan khusus yg disebut status ginekologis
Ginecologycal investigations Noninvasive
1) Cytology
2) Biochemistry (e.g. tumor markers)
3) Microbiology
4) Colposcopy
5) Hormonal assay
6) Ultrasound
7) Radiology
Invasive
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin (Hb) (Mioma uteri, karsinoma serviks, KET,
Anemia)
2) Jumlah lekosit/led : peradangan atau neoplasma
3) Plano tes
20
4) Gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati
5) Pap’s Smear
6) Foto thoraks
7) USG
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil kosepsi sel telur.
Kelainan kongenital dapat merupakan sebab terjadinya abortus,
lahir mati atau kematian segera lahir.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi
terjadinya kelainan kongenital, antara lain:
a.kelainan genetik dan kromosom
b.faktor mekanik
c.faktor infeksi
d.faktor obat
e.faktor umur ibu
f.faktor hormonal
g.faktor radiasi
h.faktor gizi dan lain – lain.
Kelainan Kongenital Organ Reproduksi dapat terjadi pada vulva,
vagina, perineum, uterus dan ovarium.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dari isi makalah ini jika terdapat
kekurangan dalam hal penyajian makalah ini dan dalam hal
penyusunan kata-kata yang kurang efektif penulis mohon kritik dan
saran yang berguna bagi penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. Dkk., 2008. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua Cetakan.
Keenam. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba,Ida Bagus Gde.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi
wanita.Jakarta: Arcan
22