Anda di halaman 1dari 96

ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH

PSIKOSOSIAL
Diagnosis Keperawatan
 Ansietas
 Harga Diri Rendah Situasional
 Ketidakberdayaan
 Keputusasaan
 Gangguan Citra Tubuh
 Distress Spiritual
Askep Ansietas
Konsep dasar ansietas

Ansietas atau kecemasan adalah rasa khawatir yang


samar yang disertai perasaan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan.
Individu merasakan bahwa integritas dirinya
terancam.

Stuart (2013)
Rentang Respon Ansietas

Peplau (1963) dalam Stuart (2013)


Kecemasan Ringan
• Ketegangan di kehidupan sehari hari
• Klien tetap waspada
• Bidang perseptual meningkat
• Dapat memotivasi individu untuk belajar, menghasilkan
pertumbuhan, dan kreativitas

Contoh : Menghadapi ujian akhir, memasuki lingkungan sekolah


yang baru, pasangan yg memasuki jenjang pernikahan
Kecemasan Sedang
• Berfokus pada masalah langsung
• Penyempitan bidang perseptual
• Masih dapat diarahkan

Contoh : pasangan yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan


resiko tinggi, keluarga yg menghadapi perceraian, individu yg
mengalami konflik dalam pekerjaan
Kecemasan Berat
• Penurunan signifikan lapang persepsi
• Hanya berfokus pada detail tertentu dan tidak memikirkan hal lain
• Semua perilaku ditujukan menghilangkan kecemasan
• Perlu banyak arahan untuk fokus pada area lain
Contoh : kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana
Panik
• Tidak dapat melakukan banyak hal bahkan dengan arahan
• Meningkatnya aktivitas motorik
• Menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain
• Hilangnya pemikiran rasional
• Tidak dapat bertahan lama
Contoh : individu dengan kepribadian pecah/depersonalisasi
Faktor yang mempengaruhi
kecemasan

Stuart (2013)
Faktor Predisposisi
1. Biologis
• Sistem Gamma-aminobtyric Acid (GABA) Merupakan
inhibitor neurotransmitter di otak. Penurunan reseptor GABA
membuat seseorang menjadi lebih sensitif terhadap kecemasan
• Sistem Noreephineprin
Menengahi respon fight or flight, berhubungan dengan jalur
neurotransmiter di bagian otak yang terkait kecemasan,
seperti amigdala, hipocampus, dan korteks cerebral
(pemikiran, interpretasi, dan perencanaan)
• Sistem serotonin
Hipersensitif reseptor serotonin (5-HT), dapat berperan dalam
etiologi kecemasan
• Kesehatan umum
Pengaruh toksik, defisiensi makanan, berkurangnya suplai darah,
perubahan hormonal, dan penyebab fisik lainnya dapat
mempengaruhi kecemasan (Strine et.al, 2008)
2. Psikologis
• Pengalaman traumatis
Terjadi perubahan sumbu Hypothalamicpituitary-adrenal
(HPA) terhadap trauma
• Kelelahan
Kelelahan karena faktor syaraf, dapat membuat kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan kelelahan akibat fisik
• Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit jiwa tiga kali menimbulkan
gangguan stress post traumatic kronis (PTSD). Koping orang
tua dalam berespon dapat ditiru anak dalam belajar metode
penanganan yang konstruktif
• Tingkat self-esteem seseorang
Tingkat self-esteem rendah lebih rentan terhadap kecemasan
Faktor Presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik
• Eksternal (mis :virus, bakteri, bahaya keamanan, luka
traumatis, dll)
• Internal (mis : kegagalan sistem tubuh seperti jantung,
regulasi suhu, dll)
2. Ancaman terhadap self system (harga diri, identitas diri,
dan fungsi sosial)
• Eksternal (mis : perceraian, kematian orang yang berharga,
prubahan status pekerjaan, tekanan kelompok sosial, dll)
• Internal (mis : masalah interpersonal saat ada peran baru
seperti menjadi orangtua, siswa, karyawan, dll)
Penilaian Stressor
Pemahaman yang benar akan kecemasan, membutuhkan integrasi
pengetahuan dari berbagai sudut pandang
Sumber Koping
Seseorang dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan memobilisasi
sumber daya yang ditemukan di internal dan lingkungan. Misal : aset
keuangan, kemampuan memecahkan masalah
• dukungan sosial, dan kepercayaan budaya
Respon Terhadap Ansietas
• Respon Fisiologis
Seperti : sistem saraf simpatis dan parasimpatis, respon otak untuk
bereaksi fight or flight terhadap kecemasan
• Respon Psikologis
Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan dengan orang lain
• Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, tidak
mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,
menurunnya lapangan persepsi
• Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap
kecemasan
Reaksi Kecemasan (Suliswati,
2012)
• Konstruktif
Individu termotivasi untuk belajar, mengadakan perubahan
terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus
pada kelangsungan hidup
Mis : melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena
akan dipromosikan naik jabatan
• Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional
Contohnya : Individu yang menghindari kontak mata dengan
orang lain, atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak
mau makan
Konsep Dasar Askep Ansietas
1. Pengkajian
Kaji adanya :
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat
• Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup
• Menarik diri
• Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang
• Takut yang berlebihan
Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensia.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap...... Sumber : Herdman H (2015) Nursing
11. Perubahan nutrisi. Diagnose Definitions and Clasification
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
10th ed, Oxford : Wiley Blacwell
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine .
Intervensi
• Tujuan umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya
Intervensi ansietas ringan
 Perhatikan tanda peningkatan ansietas.
 Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
 Dorong pemecahan masalah.
 Berikan informasi akurat dan fuktual.
 Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.
 Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil.
 Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.
 Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
Intervensi Ansietas Sedang
• Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan
dengan pasien.
• Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
• Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
• Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
• Dengarkan pasien.
• Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien.
• Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
• Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
• Bantu pasien mengenali dan menemani ansietasnya
Intervensi Ansietas Berat
 Tempatkan pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.
 Berikan perawatan, kontak sering sampai konstan.
 Berikan obat-obatan pasien
 Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
 Jangan menyentuh pasien tanpa permisi.
 Yakinkan pasien bahwa dia aman.
 Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
Intervensi Panik
 Tetap bersama pasien : minta bantuan.
 Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari
lingkungan.
 Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara
yang rendah.
 Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain.
 Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 DST
1. Kaji ansietas pasien 1. Evaluasi ansietas dan kemampuan 1. Evaluasi ansietas dan
2. Bantu pasien mengenal ansietas: pasien melakukan tasik nafas dalam dan kemampuan tarik nafas dalam,
a) Mengidentifikasi dan menguraikan distraksi dan berikan pujian. distraksi, teknik lima jari, spiritual.
perasaannya. 2. Latihan hipnotis diri sendiri (teknik lima Beri pujian
b) Mengenal penyebab ansietas jari) dan kegiatan spiritual 2. Latih sampai membudaya
c) Menyadari perilaku akibat ansietas 3. Anjurkan pasien melakukan tarik nafas 3. Nilai kemampuan yang telah
PASIEN 3.Latih teknik relaksasi: dalam (setiap dua jam), distraksi (setiap mandiri
a) Tarik napas dalam ( lima kali setiap latihan) saat), teknik lima jari (lima kali sehari) dan 4. Nilai dampaknya pada ansietas
b) Distraksi (baca, bercakap-cakap, nonton tv) kegiatan spiritual (disesuaikan) 5. Discharge planning :
4. Anjurkan latihan nafas dalam tiap dua jam, - Jelaskan perawatan dirumah
distraksi setiap saat (kecuali saat tidur) - Obat – obatan dan jadwal
kontrol ke dokter

1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam 1. Evaluasi masalah yang dirasakan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1 ANSIETAS
merawat pasien keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
2. Menjelaskan ansietas, penyebab, proses merawat pasien. Berikan pujian. tarik nafas dalam, distraksi, teknik
terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya 2. Menyertakan keluarga saat melatih lima jari dan kegiatan spiritual
3. Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan 2. Nilai kemampuan keluarga
tidak menambah masalah pasien, selalu bersikap kegiatan spiritual merawat pasien
positif dan memberi semangat 3. Anjurkan membantu pasien mengatasi 3. Nilai kemampuan keluarga
KELUARGA 4. Menyertakan keluarga saat melatih pasien ansietasnya melakukan kontrol/rujukan
melakukan tarik nafas dalam, dan distraksi 4. Diskusikan dengan keluarga cara 4. Discharge planning :
5. Anjurkan keluarga memotivasi pasien perawatan di rumah, follow up dan - Jelaskan perawatan dirumah
melakukan tarik nafas dalam dan distraksi serta kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang - Obat – obatan dan jadwal
menjelaskan kepada yang besuk untuk persepsi menyempit, tidak mampu kontrol ke dokter
melakukan sikap yang positif menerima informasi, gelisah, tidak dapat
tidur) dan cara merujuk pasien
Asuhan Keperawatan Jiwa
Psikososial:
Harga Diri Rendah Situasional
Konsep Dasar HDRS

Teori Asuhan Keperawatan


Jiwa HDRS

OUTLINE
Proses Keperawatan HDRS

Pembahasan
Konsep Dasar Harga Diri
Rendah Situasional
DEFINISI
Harga diri rendah situasional Harga diri rendah situasional
adalah perasaan diri/evaluasi yaitu terjadi trauma yang
diri negatif yang tiba-tiba,misalnya harus
berkembang sebagai respon operasi, kecelakaan, dicerai
terhadap hilangnya atau suami, putus sekolah, putus
berubahnya perawatan diri
hubungan kerja, perasaan
seseorang yang sebelumnya
malu karena sesuatu terjadi
mempunyai evaluasi diri
positif dan bila tidak dapat (korban perkosaan, dituduh
diatasi dapat menyebabkan KKN, dipenjara tiba-tiba )
harga diri rendah kronis
Komponen Konsep Diri
Citra
Tubuh

Identitas Harga
Diri Diri
KONSEP
DIRI

Ideal
Peran
Diri
Perbedaan HDRS dan HDRK
Situasional

terjadi trauma yang perasaan negatif


tiba-tiba, misal terhadap diri telah
harus operasi, berlangsung lama
kecelakaan, dicerai seperti individu
suami, putus sebelum sakit/
sekolah, putus dirawat.
hubugan kerja dll.

Kronik
Tanda Dan Gejala

1. Kritik diri atau orang lain


11. Pandangan pesimis tentang
2. Berkurangnya
kehidupan
produktivitas
12. Keluhan fisik
3. Kehancuran
13. Polarizing pandangan
4. Gangguan dalam
hidup
keterkaitan
14. Penolakan kemampuan
5. Rasa egois yang berlebihan
pribadi
6. Perasaan tidak mampu
15. Perusakan diri
7. Kesalahan
16. Pengurangan diri
8. Iritabilitas atau kemarahan
17. Penarikan sosial
yang berlebihan
18. Penyalahgunaan zat
9. Perasaan negatif tentang
19. Penarikan dari kenyataan
tubuh seseorang
20. Khawatir
10. Perceived role strain
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 DST
1. Kaji stresor harga diri rendah situasional dan 1. Evaluasi harga diri pasien serta 1. Evaluasi harga diri pasien dan
tanda dan gejala kemampuan melakukan kegiatan positif kemampuan melakukan kegiatan
2. Bantu pasien mengenal harga diri rendah: dan manfaatnya. Beri pujian yang positif serta manfaatnya
a) Mengidentifikasi dan menguraikan 2. Latih kemampuan kedua dalam meningkatkan harga diri.
perasaannya. 3. Anjurkan melatih kemampuan pertama, Beri pujian
b) Mengenal penyebab harga diri rendah kedua dstnya 2. Nilai kemampuan pasien
c) Menyadari perilaku akibat harga diri rendah 4. Anjurkan menilai manfaat melakukan melakukan kemampuan positif
d) Mengevaluasi positif diri yang lalu kegiatan dalam meningkatkan harga diri. 3. Nilai harga diri pasien
PASIEN 3. Bantu pasien mengidentifikasi potensi dan
keterbatasan yang dimiliki saat ini
4. Diskusikan aspek positif/potensi/kemampuan
diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
5. Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
6. Latih kemampuan positif yang lain
7. Tekankan bahwa kegiatan melakukan
HARGA DIRI kemampuan positif berguna untuk menumbuhkan
1 RENDAH harga diri positif
SITUASIONAL 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam 1. Evaluasi masalah yang dirasakan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
merawat pasien keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
2. Bantu keluarga mengenal harga diri rendah merawat pasien. Berikan pujian. melakukan kegiatan positif serta
pada pasien: 2. Menyertakan keluarga saat melatih manfaatnya meningkatkan harga
a) Menjelaskan harga diri rendah, penyebab, kemampuan pasien yang kedua diri pasien
proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya 3. Anjurkan membantu pasien mengatasi 2. Nilai kemampuan keluarga
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga harga diri rendahnya merawat pasien
KELUARGA diri rendah: menumbuhkan harga diri positif 4. Diskusikan dengan keluarga cara 3. Nilai kemampuan keluarga
melalui melakukan kegiatan positif perawatan di rumah, follow up dan kondisi melakukan kontrol/rujukan
3. Sertakan keluarga saat melatih latihan pasien yang perlu dirujuk (lapang persepsi
kemampuan positif positif menyempit, tidak mampu menerima
4. Anjurkan membantu/memotivasi pasien informasi, gelisah, tidak dapat tidur) dan
melakukan kemampuan positif dan memberi cara merujuk pasien
pujian
Askep Ketidakberdayaan
Pengertian

Tanda dan Gejala

Faktor Predisposisi

Proses Terjadinya

Pohon Masalah

Peran Perawat

Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan Berdasarkan Teori


PENGERTIAN
• Ketidakberdayaan adalah persepsi yang menggambarkan
perilaku seseorang yang tidak akan berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil; suatu keadaan di mana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan (NANDA, 2015).
• Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapat hasil, tuntutan dari setiap
individu terjadi bila ada kebutuhan yang melibatkan individu itu
sendiri, bila setiap keputusan tak bisa dilakukan oleh individu
maka telah terjadi masalah yang berimbas pada kemampuan
individu dalam menentukan kondisi yang dirasakan (Varcarolis,
2000)
TANDA DAN GEJALA
DalamWilkinson 2005, tanda dan gejala ketidakberdayaan yaitu
• mengungkapkan dengan kata – kata bahwa tidak mempunyai
kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi,
• mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu,
• mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya,
• mengungkapkan keragu – raguan terhadap penampilan peran ,
• mengatakan ketidakmampuan perawatan diri,
• ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan,
• tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan,
• enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya,
• ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah,
• gagal mempertahankan ide / pendapat yang berkaitan dengan
orang lain ketika mendapat perlawanan.
• Lingkungan perawatan kesehatan yang masih dianggap kurang
terapeutik,
• program yang terkait dengan penyakit misalnya pengobatan
jangka panjang, penyakit kronik yang berulang kambuh,
• interaksi interpersonal yang tidak adekuat atau terganggu,
• gaya hidup ketidakberdayaan yang pernah dipelajari karena
seringnya individu mengalami kegagalan atau harapan peran
yang tidak terpenuhi,
• penyakit kronis atau terminal,
• ketidakseimbangan metabolisme
Sedangkan dalam NANDA 2015, karakteristik ketidakberdayaan
terbagi menjadi 3, yaitu :
• Karakteristik ketidakberdayaan ringan antara lain
mengekspresikan ketidakpastian tentang kemampuan dalam
mengatasi tingkat energi.
• Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain ketergantungan
pada orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak
melakukan pemenuhan perawatan diri ketika dibutuhkan, tidak
memantau kemajuan, ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas sebelumnya, ekspresi
keraguan bahkan berakibat menjadi marah.
• Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi
terhadap kondisi buruk secara fisik, menyatakan tidak memiliki
kendali misalnya terhadap perawatan diri, situasi dan hasil.
FAKTOR PREDISPOSISI
BIOLOGIS

• Status nutrisi : adanya anoreksia, tidak ada perubahan nutrisi, BB kurang, BB lebih, BB tidak ideal
• Status kesehatan umum : riwayat penyakit kanker, riwayat penyakit neurologis, riwayat gangguan
jantung, gangguan paru – paru, endokrin, serta pengunaan zat

PSIKOLOGIS

• tidak mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan


• Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
• Konsep diri negatif
• Self control yang kurang

SOSIAL KULTURAL

• Usia < 40th


• Pendidikan
• Pendapatan
• Pekerjaan
• Keyakinan
• Politik
PROSES TERJADINYA

Kebanyakan individu secara Individu sering menunjukkan respon apatis,


marah atau depresi terhadap kehilangan Jika ketidakberdayaan
subjektif mengalami perasaan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada berlangsung lama, dapat
ketidakberdayaan dalam ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui
solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya mengarah ke
berbagai tingkat dalam bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk keputusasaan.
bermacam-macam situasi mencapai solusi tersebut
POHON MASALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DG
KETIDAKBERDAYAAN SECARA TEORI
PENGKAJIAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan
RENPRA KETIDAKBERDAYAAN
KEPUTUSASAAN
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)

Keputusasaan
Definisi
Keputusasaan adalah kondisi subjektif yang
ditandai dengan individu memandang hanya
ada sedikit bahkan tidak ada alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu
memobilisasi energi demi kepentingan
sendiri (NANDA, 2015).

Dapat disimpulkan bahwa keputusasaan


adalah keadaan emosional ketika individu
merasa bahwa kehidupannya terlalu berat
untuk dijalani (dengan kata lain mustahil),
tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya dan tidak menemukan solusi
untuk permasalahannya, dan ia percaya
bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan
bisa membantunya
Etiologi
NANDA (2015), menyatakan bahwa beberapa faktor penyebab dari
keputusasaan diantaranya adalah sebagai berikut:
 Faktor kehilangan
 Kegagalan yang terus menerus
 Faktor Lingkungan
 Orang terdekat (keluarga)
 Status kesehatan (penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
 Adanya tekanan hidup
 Kurangnya iman
Manifestasi klinis
Mayor (harus ada) Minor
Fisiologis Fisiologis
• respon terhadap stimulus melambat • Anoroksia
• tidak ada energi • BB menurun
• tidur bertambah

Emosional Emosional
• individu yang putus asa sering sekali kesulitan • merasa putus asa terhadap diri sendiri dan
mengungkapkan perasaannya tapi dapat orang lain
merasakan • Merasa berada diujung tanduk
• tidak mampu memperoleh nasib baik, • Tegang
• keberuntungan dan pertolongan tuhan • Muak (merasa ia tidak bisa)
• tidak memiliki makna atau tujuan dalam • Kehilangan kepuasan terhadap peran dan
hidup hampa dan letih hubungan yang ia jalani
• perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa- • Rapuh
apa
• tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
Mayor (harus ada) Minor
Individu memperlihatkan Individu memperlihatkan
Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam Kontak mata yang kurang mengalihkan
perawatan pandangan dari pembicara
Penurunan verbalisasi Penurunan motivasi
Penurunan afek Keluh kesah
Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat Kemunduran
Ketidakmampuan mencapai sesuatu Sikap pasrah
Hubungan interpersonal yang terganggu Depresi
Proses pikir yang lambat
Kurangnya tanggung jawab terhadap
keputusan dan kehidupannya sendiri.
Mayor (harus ada) Minor
Kognitif Kognitif
Penurunan kemampuan untuk memecahkan Penurunan kemampuan untuk menyatukan
masalah dan kemampuan membuat keputusan informasi yang diterima
Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu,
datang bukan masalah yang dihadapi saat ini masa sekarang, masa datang
Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir Bingung
Kaku (memikirkan semuanya atau tidak sama Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
sekali) Distorsi proses pikir dan asosiasi
Tidak punya kemampuan berimajinasi atau Penilaian yang tidak logis
berharap
Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai
target dan tujuan yang ditetapkan
Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur
serta membuat keputusan
Tidak dapat mengenali sumber harapan
Adanya pikiran untuk membunuh diri.
Peran perawat pada klien dengan
keputusasaan (carpenito,2013)
• Menunjukkan empati untuk mendorong klien menyampaikan keraguan, ketakutan dan
kekhawatirannya
• Menentukan adanya risiko bunuh diri
• Mendorong klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapan menjadi hal yang penting
dalam kehidupannya
• Mendorong klien mengungkapkan bagaimana harapan menjadi sesuatu yang tidak pasti dan
harapannya yang tidak terwujud
• Mengajarkan cara mengatasi aspek-aspek keputusasaan dengan memisahkannya dari aspek-aspek
harapan
• Mengkaji dan mengerahkan sumber daya dalam diri individu (otonomi, kemandirian, rasionalitas,
pemikiran kognitif, fleksibilitas, spiritualitas)
• Membantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misalnya hubungan antar-sesama,
keyakinan, hal-hal yang ingin dicapai)
• Menciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi spiritual
• Membantu klien mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang realistis
• Mengajari klien cara mengantisipasi pengalaman yang menyenangkan (misalnya
berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat)
• Mengkaji dan mengerahkan sumber daya di luar diri individu (orang terdekat, tim
layanan kesehatan, kelompok pendukung, Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi)
• Membantu klien menyadari bahwa ia dicintai, disayangi dan merupakan sosok
penting dalam kehidupan orang lain, terlepas dari kondisi kesehatannya yang
menurun
• Mendorong klien untuk menceritakan kekhawatirannya pada orang lain yang pernah
mempunyai masalah atau penyakit yang sama dan telah memiliki pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
• Mengkaji sistem pendukung keyakinan (nilai, aktivitas keagamaan, hubungan dengan
Tuhan, makna dan tujuan berdoa)
• Memberi klien waktu dan kesempatan untuk becermin pada makna penderitaan,
kematian dan menjelang ajal
• Melakukan perujukan sesuai indikasi (misalnya konseling, pemuka agama)
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)
Pengkajian (Towsend,2015)
• Prospek suram dan pesimistis dan perasaan tidak berharga.
• Pikiran melambat dan kesulitan konsentrasi terjadi.
• Secara fisik, ada bukti kelemahan dan sangat kelelahan, sedikit
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
• Beberapa orang mungkin cenderung ke arah makan yang
berlebihan dan minum, sedangkan yang lain mungkin
mengalami anoreksia dan penurunan berat badan. Menanggapi
perlambatan umum tubuh, pencernaan sering lemah,
sembelit, dan retensi urin.
• Gangguan tidur yang umum, baik insomnia atau hipersomnia.
• Verbalisasi terbatas.
• Partisipasi sosial berkurang, klien memiliki kecenderungan
terhadap egosentrisme dan fokus yang intens pada diri.
Diagnosis Keperawatan
• Terdapat lima diagnosa yang dapat muncul pada asuhan
keperawatan keputusasaan yaitu penurunan selera makan,
penurunan verbalisasi, kurang terlibat dalam asuhan,
gangguan pola tidur, Isyarat verbal (NANDA, 2014)
• Diagnosa fisik yang muncul biasanya tergantung penyakit fisik
yang biasanya dialami penderita
Intervensi keperawatan (Stuart,2009)
• Modifikasi respon maladaptif klien
• Kembalikan fungsi kerja dan fungsi psikososial klien
• Tingkatkan kualitas hidup klien
• Meminimalkan risiko kekambuhan klien
• Memberikan keamanan
• Mendorong hubungan terapeutik
• Mendorong ADL dan perawatan fisik
• Menggunakan komunikasi terapeutik
• Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
Penyakit fisik dan keputusasaan
• Menurut Stuart (2009), macam-macam penyakit fisik yang
berdampak pada keputusasaan yaitu, infeksius (TB paru,
influenza, hepatitis), endokrin (diabetes mellitus,
hipertiroidisme), neoplastik (penyakit kanker), reumatologis
(Systemic lupus erythematosus, Rheumatoid arthritis, sindrom
kelemahan kronis), neurologis (sklerosis multipel, tumor
serebral, sleep apnea, demensia, parkinson), kardiovaskular
(stroke, CAD), dan pada klien dengan gangguan nutrisi,
metabolik, gastrointestinal dan obat-obatan.
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)

Keputusasaan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa noc nic
keputusasaan • Keputusasaan akan Peningkatan koping
berkurang • Bantu klien dalam mengidentifikasi tujuan
jangka pendek dan jangka panjang
• Kualitas hidup • Bantu klien dalam memeriksa sumber
• Harapan akan diperlihatkan untuk mencapai tujuan
• Bantu klien dalam memecahkan tujuan
yang kompleks menjadi bagian-bagian
kecil, langkah-langkah yang dapat diatur
• Dorong hubungan dengan orang-orang
yang mempunya ketertarikan dan tujuan
yang sama
• Bantu klien menyelesaikan masalah secara
konstruktif
• Kaji dampak situasi kehidupan klien dalam
peran dan hubungan
• Dorong klien untuk mengidentifikasi
deskripsi realistis dari perubahan peran
• Kaji pemahaman klien tentang proses
penyakit
• Kaji dan diskusikan respon alternatif dari
situasi
• Gunakan ketenangan dan pendekatan
meyakinkan
• Berikan atmosfer penerimaan
• Bantu klien untuk mengidentifikasi
informasi yang membuatnya tertarik
• Berikan informasi yang benar terkait
Diagnosa nic noc
Konseling
• Bantu klien dalam mengungkapkan
kebutuhan, masalah dan perasaan
• Libatkan orang terdekat klien untuk
meningkatkan koping
• Bantu klien mengidentifikasi hubungan
interpersonal
• Bantu klien mencari alternative
penyelesaian masalah

Manajemen alam perasaan


• Memberi keamanan, stabilisasi,
pemulihan dan pemeliharaan kepada
pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)

Keputusasaan
Pengkajian
 Pada pengkajian yang telah dilakukan dilihat dari data yang
diperoleh saat pengkajian terdapat tanda dan gejala
keputusasaan dalam teori yang sesuai terhadap kasus yang
dibahas sehingga dalam proses pengkajian tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus
Diagnosis Keperawatan
• Tidak ada kesenjangan yang muncul antara Diagnosa yang
muncul pada klien dan teori , berdasarkan analisa data yang
muncul, diagnosa yang muncul pada klien adalah:
• Keputusasaan
• Nyeri Kronik
• Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
• Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari KebutuhanTubuh
Intervensi
Secara umum intervensi yang dilakukan pada asuhan
keperawatan keputusasaan pada Ibu. T sudah sesuai dengan teori
yang terdapat pada Nursing Intervention Classification (NIC),
namun tetap difokuskan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
klien. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam melakukan
intervensi yaitu kurangnya pemahaman perawat terhadap
intervensi yang akan dilakukan serta faktor dari klien ataupun
keluarga beserta lingkungannya. Selain itu, mempertimbangkan
ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi faktor yang
harus dipertimbangkan untuk mendukung terlaksananya suatu
intervensi keperawatan.
Evaluasi
 Evaluasi pada asuhan keperawatan keputusasaan pada kasus
sudah diterapkan sesuai dengan evaluasi yang terdapat dalam
teori asuhan keperawatan keputusasaan yang berpacu pada
Nursing Outcome Classification (NOC).
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 dst
1. Kaji stresor dan tanda keputusasaan 1. Evaluasi keputusasaan pasien dan 1. Evaluasi keputusasaan dan
2. Bantu pasien mengenal keputusasaan: kemampuan berpikir positif, membangun kemampuan berpikir positif,
mengidentifikasi dan menguraikan perasaan harapan dan makna hidup melakukan kegiatan positif,
sedih/ kesendirian/ keputusasaannya. 2. Diskusikan aspek positif diri sendiri, membangun harapan dan makna
3. Bantu pasien mengenal penyebab putus asa keluarga, dan lingkungan hidup
4. Diskusikan perbedaan antara perasaan dan 3. Diskusikan kemampuan positif diri 2. Nilai kemampuan pasien
pikiran terhadap kondisi yang dialami pasien sendiri melakukan cara mengatasi
5. Bantu pasien menyadari akibat putus asa 4. Latih satu kemampuan positif keputusasaan
6. Bantu pasien mengungkapkan pengalaman 5. Diskusikan manfaat melakukan 3. Nilai tanda keputusasaan pasien
pikiran, perasaan dan perilaku yang positif kegiatan positif dalam menumbuhkan
7. Latih menata ulang pikiran dengan cara: harapan dan makna hidup
5 KEPUTUSASAAN PASIEN
latihan berpikir positif , membangun harapan dan 6. Anjurkan melakukan latihan
menemukan makna hidup kemampuan berikut sesuai dengan
8. Anjurkan melakukan berpikir positif, kondisi kesehatan 7. Lanjutkan
membangun harapan dan mencari makna hidup berpikir positif, melakukan kegiatan
positif , membangun harapan dan makna
hidup
Daftar Pustaka
• Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik. (Terjemahan).Jakarta: EGC
• Herdman, T. H,. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Diagnoses: Definition &
Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
• Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
• Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC, Edisi 9. Esty Wahyuningsih (Penerjemah). Jakarta: EGC
• Townsend, M.C. (2015). Psychiatric nursing: assessment, care plans, and medications. (9th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company
• Britneff, E. & Winkley, K. (2013). The role of psychological interventions for people with diabetes
and mental health issues. Journal of Diabetes Nursing ,17, 305–310.
• Stuart, G.W. (2009). Principles and practices of psychiatric nursing. (10th ed.). St. Louis: Mosby
• Videbeck, S.L. (2011). Psychiatric-mental health nursing. (5th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
• Tim Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI. (2011). Standar Asuhan keperawatan Diagnosa Psikososial.
Tidak diterbitkan
Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan
Citra Tubuh
Outline Materi
 Konsep Diri : Citra Tubuh dan Gangguan Citra Tubuh
 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Citra
Tubuh Secara Teori
 Kasus Klien Dengan Gangguan Citra Tubuh
 Pembahasan
Pengertian Citra Tubuh & Gangguan Citra
Tubuh
• Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup
perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter& Perry, 2005).
• Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi
negatif tentang penampilan fisik mereka. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran
negatif. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu
proses rehabilitasi (Wald &Alvaro, 2004).
Stressor Penyebab Gangguan Citra
Tubuh

• Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun


akibat penyakit.
• Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti
operasi, suntikan, daerah pemasangan infus.
• Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk
tubuh disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh.
• Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat
merubah system tubuh.
• Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
Tanda dan Gejala
• Syok Psikologis  Merupakan reaksi emosional terhadap
dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama
tindakan
• Menarik diri
• Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah
• Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi
• Menolak penjelasan perubahan tubuh
• Persepsi negatif terhadap tubuh
Fator Prediposisi dan Presipitasi
Faktor Prediposisi
• Kehilangan/kerusakan bagian Faktor Presipitasi
tubuh (anatomi dan fungsi)
• Perubahan ukuran, bentuk, • Trauma.
dan penampilan tubuh (akibat • Ketegangan peran.
tumbuh kembang atau
penyakit). • Transisi peran
perkembangan.
• Proses penyakit dan
dampaknya terhadap struktur • Transisi peran situasi.
dan fungsi tubuh. • Transisi peran sehat-sakit
• Proses pengobatan, seperti
radiasi dan kemoterapi.
Asuhan
Keperawatan Pada
Klien Dengan
Gangguan Citra
Tubuh
Pengkajian
 Perawat memulai pengkajian dengan memulai mengamati
penampilan klien. Data yang diperoleh meliputi postur,
kebersihan, tata rias, dan pakaian. Perawat mungkin
membahas dengan klien tentang penampilannya untuk
menentukan nilai-nilai yang dipegang yang berkaitan
dengan citra tubuh (Stuart, 2013).
Pengkajian
Perawat selanjutnya membandingkan respons klien dengan
perilaku, mencari keselarasan dan kontradiksi. Perilaku yang
biasanya ditemukan pada gangguan citra tubuh, yaitu:
1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
2. Menolak bercermin
3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
6. Menyangkal cacat tubuh
Pengkajian
Pada klien dengan gangguan citra tubuh sangatlah mungkin muncul
diagnosa harga diri rendah. Didalam pengkajian yang mengarah pada
diagnosa harga diri rendah akan ditemukan beberapa data sebagai
berikut:
• Mengkritik diri sendiri/orang lain
• Destruktif pada orang lain
• Produktivitas menurun
• Merasa tidak mampu,
• Gangguan berhubungan.
bersalah dan khawatir
• Merasa diri paling penting
• Mudah tersinggung/marah
• Pesimis menghadapi hidup
• Penolakan kemampuan diri
Pengakjian
Selain pengkajian diatas, pengkajian tentang faktor
perdisposisi gangguan citra tubuh juga sangat penting.
• Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
• Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat
tumbuh kembang atau penyakit).
• Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan
fungsi tubuh.
• Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
Diagnosis
Beberapa contoh diagnosa yang mungkin muncul pada klien
dengan gangguan citra tubuh menurut NANDA antara lain
adalah sebagai berikut :
• Gangguan citra tubuh
• Harga diri rendah situasional
Perencaaan pada diagnosis
gangguan citra tubuh
 Bina hubungan saling percaya  Susun batasan pada perilaku mal
 Dorong pengungkapan mengenai adaptif.
masalah tentang perubahan tubuh.  Bantu pasien untuk mengidentifikasi
 Diskusikan arti dari kehilangan/ perilaku positif yang dapat
perubahan pada pasien/orang terdekat. meningkatkan koping.
 Diskusikan persepsi pasien mengenai  Ikut sertakan pasien dalam
bagaimana orang terdekat merencanakan perawatan dan membuat
menerima perubahan tubuh jadwal aktivitas.
 Perhatikan perilaku menarik diri,  Bantu dalam kebutuhan perawatan yang
penggunaan menyangkal atau terlalu diperlukan
memperhatikan perubahan
Askep Distress Spiritual
• Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan
dengan prinsip-prinsip kehidupan, keyakinan, kepercayaan
atau keagamaan dari klien yang menyebabkan gangguan pada
aktivitas spiritual, yang merupakan akibat dari masalah-
masalah fisik atau psikososial yang dialami (Dochterman,
2004). Sedangkan menurut NANDA (2015), distress
spiritual adalah pernyataan yang muncul terkait penderitaan
yang dialami berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
merasakan makna atau nilai berhubungan dengan diri sendiri,
orang lain, dunia, atau ketidakberdayaannya.
Tanda dan Gejala
Subjektif Objektif

1. Selalu merasakan kecemasan 1. Menolak berinteraksi dengan orang yang


2. Selalu merasa ketakutan dianggap penting/pemimpin spiritual.
3. Merasa bersalah 2. Tidak mampu berkreativitas (menyanyi,
4. Koping tidak efektif mendengarkan musik).
5. Merasa terasing 3. Marah pada orang yang memiliki
6. Tidak berminat pada alam/literatur kemampuan lebih dari dirinya.
spiritual. 4. Tidur terganggu/ Insomnia.
7. Merasa diabaikan. 5. Menangis.
8. Mengeluh menderita/tidak berdaya. 6. Tidak mampu introspeksi diri.
9. Keinginan bertemu pemuka agama. 7. Ketidakmampuan untuk ikut terlibat
10. Fatigue. dalam aktivitas keagamaan.
11. Tidak memiliki motivasi. 8. Perubahan aktivitas spiritual secara tiba
12. Merasa diabaikan dan dibuang tiba.
Tujuan
Kognitif Afektif Psikomotor
Mengungkapkan penyebab distress Klien menahan diri Mampu melakukan
spiritual yang dialami. dari kemarahan kegiatan keagamaan.

Mengembangkan kemampuan untuk Klien mampu Terlibat dalam aktivitas


mengatasi masalah dan perubahan mengontrol sosial dan keagamaan
keyakinannya kecemasannya Melakukan aktivitas
menyenangkan di
Mengungkapkan harapan terkait Mampu waktu luang.
kehidupannya dan menentukan tujuan mengungkapkan
hidup perasaan tentang Berinteraksi dengan
keyakinannya orang lain untuk
Mengungkapkan makna atau hikmah dari berbagi perasaan dan
kehidupannya atau penderitaannya. Mengungkapkan keyakinan
perasaan kesepian dan Berinteraksi dengan
Beradaptasi dengan disabilitas fisik dan perasaan bersalah yang tokoh agama
menerima status kesehatannya berkurang.

Mengungkapkan keinginan kuat untuk Mengungkapkan


hidup. kedamaian dalam
hidup
Tindakan Keperawatan
• Bina hubungan saling percaya dengan klien
• Kaji faktor penyebab distress spiritual pada klien
• Bantu dan fasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaannya (marah,
bersalah, kesepian).
• Bantu klien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang keyakinannya
• Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan
spiritual dalam kehidupan.
• Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai agamanya
• Fasilitasi klien jika membutuhkan pemuka agama sesuai dengan agamanya.
• Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
• Bantu klien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
• Bantu klien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan
keagamaan.
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS DISTRESS SPIRITUAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 dst
1. Kaji faktor penyebab distress spiritual 1. Evaluasi keterampilan spiritual Dischsrge planning :
pada klien. klien dan kegiatan spiritual perawatan dirumah, obat-
2. Bantu dan fasilitasi klien untuk yang telah dilakukan. obatan dan jadwal kontrol ke
dokter.
mengungkapkan perasaannya (marah, 2. Fasilitasi klien dengan alat-alat
bersalah, kesepian). ibadah sesuai agamanya .
Pasien 3. Bantu klien mengungkapkan perasaan 3. Fasilitasi klien jika
dan pikiran tentang keyakinannya. membutuhkan pemuka agama
Distress 4. Bantu klien mengembangkan sesuai dengan agamanya.
1
Spiritual
keterampilan untuk mengatasi 4. Evaluasi dan berikan pujian
perubahan spiritual dalam kehidupan. setelah klien melakukan
5. Identifikasi keterampilan spiritual kegiatan ibadah
klien dan Berikan pujian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai