PSIKOSOSIAL
Diagnosis Keperawatan
Ansietas
Harga Diri Rendah Situasional
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
Gangguan Citra Tubuh
Distress Spiritual
Askep Ansietas
Konsep dasar ansietas
Stuart (2013)
Rentang Respon Ansietas
Stuart (2013)
Faktor Predisposisi
1. Biologis
• Sistem Gamma-aminobtyric Acid (GABA) Merupakan
inhibitor neurotransmitter di otak. Penurunan reseptor GABA
membuat seseorang menjadi lebih sensitif terhadap kecemasan
• Sistem Noreephineprin
Menengahi respon fight or flight, berhubungan dengan jalur
neurotransmiter di bagian otak yang terkait kecemasan,
seperti amigdala, hipocampus, dan korteks cerebral
(pemikiran, interpretasi, dan perencanaan)
• Sistem serotonin
Hipersensitif reseptor serotonin (5-HT), dapat berperan dalam
etiologi kecemasan
• Kesehatan umum
Pengaruh toksik, defisiensi makanan, berkurangnya suplai darah,
perubahan hormonal, dan penyebab fisik lainnya dapat
mempengaruhi kecemasan (Strine et.al, 2008)
2. Psikologis
• Pengalaman traumatis
Terjadi perubahan sumbu Hypothalamicpituitary-adrenal
(HPA) terhadap trauma
• Kelelahan
Kelelahan karena faktor syaraf, dapat membuat kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan kelelahan akibat fisik
• Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit jiwa tiga kali menimbulkan
gangguan stress post traumatic kronis (PTSD). Koping orang
tua dalam berespon dapat ditiru anak dalam belajar metode
penanganan yang konstruktif
• Tingkat self-esteem seseorang
Tingkat self-esteem rendah lebih rentan terhadap kecemasan
Faktor Presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik
• Eksternal (mis :virus, bakteri, bahaya keamanan, luka
traumatis, dll)
• Internal (mis : kegagalan sistem tubuh seperti jantung,
regulasi suhu, dll)
2. Ancaman terhadap self system (harga diri, identitas diri,
dan fungsi sosial)
• Eksternal (mis : perceraian, kematian orang yang berharga,
prubahan status pekerjaan, tekanan kelompok sosial, dll)
• Internal (mis : masalah interpersonal saat ada peran baru
seperti menjadi orangtua, siswa, karyawan, dll)
Penilaian Stressor
Pemahaman yang benar akan kecemasan, membutuhkan integrasi
pengetahuan dari berbagai sudut pandang
Sumber Koping
Seseorang dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan memobilisasi
sumber daya yang ditemukan di internal dan lingkungan. Misal : aset
keuangan, kemampuan memecahkan masalah
• dukungan sosial, dan kepercayaan budaya
Respon Terhadap Ansietas
• Respon Fisiologis
Seperti : sistem saraf simpatis dan parasimpatis, respon otak untuk
bereaksi fight or flight terhadap kecemasan
• Respon Psikologis
Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan
menurunkan keterlibatan dengan orang lain
• Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, tidak
mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,
menurunnya lapangan persepsi
• Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap
kecemasan
Reaksi Kecemasan (Suliswati,
2012)
• Konstruktif
Individu termotivasi untuk belajar, mengadakan perubahan
terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus
pada kelangsungan hidup
Mis : melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena
akan dipromosikan naik jabatan
• Destruktif
Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional
Contohnya : Individu yang menghindari kontak mata dengan
orang lain, atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak
mau makan
Konsep Dasar Askep Ansietas
1. Pengkajian
Kaji adanya :
• Jantung berdebar.
• Tekanan darah meningkat
• Napas epat.
• Pernapasan dangkal.
• Gelisah.
• Ketegangan fisik.
• Tremor.
• Gugup
• Menarik diri
• Gangguan perhatian.
• Konsentrasi hilang
• Takut yang berlebihan
Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola napas tidak efektif.
4. Koping individu tidak efektif.
5. Diam.
6. Gangguan pembagian bidang energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensia.
9. Stres.
10. Cedera resiko terhadap...... Sumber : Herdman H (2015) Nursing
11. Perubahan nutrisi. Diagnose Definitions and Clasification
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
10th ed, Oxford : Wiley Blacwell
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine .
Intervensi
• Tujuan umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;
• Membina hubungan saling percaya.
• Melakukan aktifitas sehari-hari.
• Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
• Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
• Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
• Klien terlindung dari bahaya
Intervensi ansietas ringan
Perhatikan tanda peningkatan ansietas.
Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
Dorong pemecahan masalah.
Berikan informasi akurat dan fuktual.
Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.
Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil.
Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.
Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi
Intervensi Ansietas Sedang
• Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan
dengan pasien.
• Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
• Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
• Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
• Dengarkan pasien.
• Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien.
• Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
• Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
• Bantu pasien mengenali dan menemani ansietasnya
Intervensi Ansietas Berat
Tempatkan pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.
Berikan perawatan, kontak sering sampai konstan.
Berikan obat-obatan pasien
Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
Jangan menyentuh pasien tanpa permisi.
Yakinkan pasien bahwa dia aman.
Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
Intervensi Panik
Tetap bersama pasien : minta bantuan.
Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari
lingkungan.
Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara
yang rendah.
Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan
dirinya sendiri atau orang lain.
Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 DST
1. Kaji ansietas pasien 1. Evaluasi ansietas dan kemampuan 1. Evaluasi ansietas dan
2. Bantu pasien mengenal ansietas: pasien melakukan tasik nafas dalam dan kemampuan tarik nafas dalam,
a) Mengidentifikasi dan menguraikan distraksi dan berikan pujian. distraksi, teknik lima jari, spiritual.
perasaannya. 2. Latihan hipnotis diri sendiri (teknik lima Beri pujian
b) Mengenal penyebab ansietas jari) dan kegiatan spiritual 2. Latih sampai membudaya
c) Menyadari perilaku akibat ansietas 3. Anjurkan pasien melakukan tarik nafas 3. Nilai kemampuan yang telah
PASIEN 3.Latih teknik relaksasi: dalam (setiap dua jam), distraksi (setiap mandiri
a) Tarik napas dalam ( lima kali setiap latihan) saat), teknik lima jari (lima kali sehari) dan 4. Nilai dampaknya pada ansietas
b) Distraksi (baca, bercakap-cakap, nonton tv) kegiatan spiritual (disesuaikan) 5. Discharge planning :
4. Anjurkan latihan nafas dalam tiap dua jam, - Jelaskan perawatan dirumah
distraksi setiap saat (kecuali saat tidur) - Obat – obatan dan jadwal
kontrol ke dokter
1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam 1. Evaluasi masalah yang dirasakan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1 ANSIETAS
merawat pasien keluarga dan kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
2. Menjelaskan ansietas, penyebab, proses merawat pasien. Berikan pujian. tarik nafas dalam, distraksi, teknik
terjadi, tanda dan gejala, serta akibatnya 2. Menyertakan keluarga saat melatih lima jari dan kegiatan spiritual
3. Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: pasien hipnotis diri sendiri (lima jari) dan 2. Nilai kemampuan keluarga
tidak menambah masalah pasien, selalu bersikap kegiatan spiritual merawat pasien
positif dan memberi semangat 3. Anjurkan membantu pasien mengatasi 3. Nilai kemampuan keluarga
KELUARGA 4. Menyertakan keluarga saat melatih pasien ansietasnya melakukan kontrol/rujukan
melakukan tarik nafas dalam, dan distraksi 4. Diskusikan dengan keluarga cara 4. Discharge planning :
5. Anjurkan keluarga memotivasi pasien perawatan di rumah, follow up dan - Jelaskan perawatan dirumah
melakukan tarik nafas dalam dan distraksi serta kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang - Obat – obatan dan jadwal
menjelaskan kepada yang besuk untuk persepsi menyempit, tidak mampu kontrol ke dokter
melakukan sikap yang positif menerima informasi, gelisah, tidak dapat
tidur) dan cara merujuk pasien
Asuhan Keperawatan Jiwa
Psikososial:
Harga Diri Rendah Situasional
Konsep Dasar HDRS
OUTLINE
Proses Keperawatan HDRS
Pembahasan
Konsep Dasar Harga Diri
Rendah Situasional
DEFINISI
Harga diri rendah situasional Harga diri rendah situasional
adalah perasaan diri/evaluasi yaitu terjadi trauma yang
diri negatif yang tiba-tiba,misalnya harus
berkembang sebagai respon operasi, kecelakaan, dicerai
terhadap hilangnya atau suami, putus sekolah, putus
berubahnya perawatan diri
hubungan kerja, perasaan
seseorang yang sebelumnya
malu karena sesuatu terjadi
mempunyai evaluasi diri
positif dan bila tidak dapat (korban perkosaan, dituduh
diatasi dapat menyebabkan KKN, dipenjara tiba-tiba )
harga diri rendah kronis
Komponen Konsep Diri
Citra
Tubuh
Identitas Harga
Diri Diri
KONSEP
DIRI
Ideal
Peran
Diri
Perbedaan HDRS dan HDRK
Situasional
Kronik
Tanda Dan Gejala
Faktor Predisposisi
Proses Terjadinya
Pohon Masalah
Peran Perawat
• Status nutrisi : adanya anoreksia, tidak ada perubahan nutrisi, BB kurang, BB lebih, BB tidak ideal
• Status kesehatan umum : riwayat penyakit kanker, riwayat penyakit neurologis, riwayat gangguan
jantung, gangguan paru – paru, endokrin, serta pengunaan zat
PSIKOLOGIS
SOSIAL KULTURAL
Keputusasaan
Definisi
Keputusasaan adalah kondisi subjektif yang
ditandai dengan individu memandang hanya
ada sedikit bahkan tidak ada alternatif atau
pilihan pribadi dan tidak mampu
memobilisasi energi demi kepentingan
sendiri (NANDA, 2015).
Emosional Emosional
• individu yang putus asa sering sekali kesulitan • merasa putus asa terhadap diri sendiri dan
mengungkapkan perasaannya tapi dapat orang lain
merasakan • Merasa berada diujung tanduk
• tidak mampu memperoleh nasib baik, • Tegang
• keberuntungan dan pertolongan tuhan • Muak (merasa ia tidak bisa)
• tidak memiliki makna atau tujuan dalam • Kehilangan kepuasan terhadap peran dan
hidup hampa dan letih hubungan yang ia jalani
• perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa- • Rapuh
apa
• tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
Mayor (harus ada) Minor
Individu memperlihatkan Individu memperlihatkan
Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam Kontak mata yang kurang mengalihkan
perawatan pandangan dari pembicara
Penurunan verbalisasi Penurunan motivasi
Penurunan afek Keluh kesah
Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat Kemunduran
Ketidakmampuan mencapai sesuatu Sikap pasrah
Hubungan interpersonal yang terganggu Depresi
Proses pikir yang lambat
Kurangnya tanggung jawab terhadap
keputusan dan kehidupannya sendiri.
Mayor (harus ada) Minor
Kognitif Kognitif
Penurunan kemampuan untuk memecahkan Penurunan kemampuan untuk menyatukan
masalah dan kemampuan membuat keputusan informasi yang diterima
Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu,
datang bukan masalah yang dihadapi saat ini masa sekarang, masa datang
Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir Bingung
Kaku (memikirkan semuanya atau tidak sama Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
sekali) Distorsi proses pikir dan asosiasi
Tidak punya kemampuan berimajinasi atau Penilaian yang tidak logis
berharap
Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai
target dan tujuan yang ditetapkan
Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur
serta membuat keputusan
Tidak dapat mengenali sumber harapan
Adanya pikiran untuk membunuh diri.
Peran perawat pada klien dengan
keputusasaan (carpenito,2013)
• Menunjukkan empati untuk mendorong klien menyampaikan keraguan, ketakutan dan
kekhawatirannya
• Menentukan adanya risiko bunuh diri
• Mendorong klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapan menjadi hal yang penting
dalam kehidupannya
• Mendorong klien mengungkapkan bagaimana harapan menjadi sesuatu yang tidak pasti dan
harapannya yang tidak terwujud
• Mengajarkan cara mengatasi aspek-aspek keputusasaan dengan memisahkannya dari aspek-aspek
harapan
• Mengkaji dan mengerahkan sumber daya dalam diri individu (otonomi, kemandirian, rasionalitas,
pemikiran kognitif, fleksibilitas, spiritualitas)
• Membantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misalnya hubungan antar-sesama,
keyakinan, hal-hal yang ingin dicapai)
• Menciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi spiritual
• Membantu klien mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang realistis
• Mengajari klien cara mengantisipasi pengalaman yang menyenangkan (misalnya
berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat)
• Mengkaji dan mengerahkan sumber daya di luar diri individu (orang terdekat, tim
layanan kesehatan, kelompok pendukung, Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi)
• Membantu klien menyadari bahwa ia dicintai, disayangi dan merupakan sosok
penting dalam kehidupan orang lain, terlepas dari kondisi kesehatannya yang
menurun
• Mendorong klien untuk menceritakan kekhawatirannya pada orang lain yang pernah
mempunyai masalah atau penyakit yang sama dan telah memiliki pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif
• Mengkaji sistem pendukung keyakinan (nilai, aktivitas keagamaan, hubungan dengan
Tuhan, makna dan tujuan berdoa)
• Memberi klien waktu dan kesempatan untuk becermin pada makna penderitaan,
kematian dan menjelang ajal
• Melakukan perujukan sesuai indikasi (misalnya konseling, pemuka agama)
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)
Pengkajian (Towsend,2015)
• Prospek suram dan pesimistis dan perasaan tidak berharga.
• Pikiran melambat dan kesulitan konsentrasi terjadi.
• Secara fisik, ada bukti kelemahan dan sangat kelelahan, sedikit
energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL).
• Beberapa orang mungkin cenderung ke arah makan yang
berlebihan dan minum, sedangkan yang lain mungkin
mengalami anoreksia dan penurunan berat badan. Menanggapi
perlambatan umum tubuh, pencernaan sering lemah,
sembelit, dan retensi urin.
• Gangguan tidur yang umum, baik insomnia atau hipersomnia.
• Verbalisasi terbatas.
• Partisipasi sosial berkurang, klien memiliki kecenderungan
terhadap egosentrisme dan fokus yang intens pada diri.
Diagnosis Keperawatan
• Terdapat lima diagnosa yang dapat muncul pada asuhan
keperawatan keputusasaan yaitu penurunan selera makan,
penurunan verbalisasi, kurang terlibat dalam asuhan,
gangguan pola tidur, Isyarat verbal (NANDA, 2014)
• Diagnosa fisik yang muncul biasanya tergantung penyakit fisik
yang biasanya dialami penderita
Intervensi keperawatan (Stuart,2009)
• Modifikasi respon maladaptif klien
• Kembalikan fungsi kerja dan fungsi psikososial klien
• Tingkatkan kualitas hidup klien
• Meminimalkan risiko kekambuhan klien
• Memberikan keamanan
• Mendorong hubungan terapeutik
• Mendorong ADL dan perawatan fisik
• Menggunakan komunikasi terapeutik
• Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
Penyakit fisik dan keputusasaan
• Menurut Stuart (2009), macam-macam penyakit fisik yang
berdampak pada keputusasaan yaitu, infeksius (TB paru,
influenza, hepatitis), endokrin (diabetes mellitus,
hipertiroidisme), neoplastik (penyakit kanker), reumatologis
(Systemic lupus erythematosus, Rheumatoid arthritis, sindrom
kelemahan kronis), neurologis (sklerosis multipel, tumor
serebral, sleep apnea, demensia, parkinson), kardiovaskular
(stroke, CAD), dan pada klien dengan gangguan nutrisi,
metabolik, gastrointestinal dan obat-obatan.
01 02 03 04
Tinjauan Teori Asuhan Asuhan Pembahasan
Keperawatan Keperawatan
(Teori) (Kasus)
Keputusasaan
Intervensi Keperawatan
Diagnosa noc nic
keputusasaan • Keputusasaan akan Peningkatan koping
berkurang • Bantu klien dalam mengidentifikasi tujuan
jangka pendek dan jangka panjang
• Kualitas hidup • Bantu klien dalam memeriksa sumber
• Harapan akan diperlihatkan untuk mencapai tujuan
• Bantu klien dalam memecahkan tujuan
yang kompleks menjadi bagian-bagian
kecil, langkah-langkah yang dapat diatur
• Dorong hubungan dengan orang-orang
yang mempunya ketertarikan dan tujuan
yang sama
• Bantu klien menyelesaikan masalah secara
konstruktif
• Kaji dampak situasi kehidupan klien dalam
peran dan hubungan
• Dorong klien untuk mengidentifikasi
deskripsi realistis dari perubahan peran
• Kaji pemahaman klien tentang proses
penyakit
• Kaji dan diskusikan respon alternatif dari
situasi
• Gunakan ketenangan dan pendekatan
meyakinkan
• Berikan atmosfer penerimaan
• Bantu klien untuk mengidentifikasi
informasi yang membuatnya tertarik
• Berikan informasi yang benar terkait
Diagnosa nic noc
Konseling
• Bantu klien dalam mengungkapkan
kebutuhan, masalah dan perasaan
• Libatkan orang terdekat klien untuk
meningkatkan koping
• Bantu klien mengidentifikasi hubungan
interpersonal
• Bantu klien mencari alternative
penyelesaian masalah
Keputusasaan
Pengkajian
Pada pengkajian yang telah dilakukan dilihat dari data yang
diperoleh saat pengkajian terdapat tanda dan gejala
keputusasaan dalam teori yang sesuai terhadap kasus yang
dibahas sehingga dalam proses pengkajian tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus
Diagnosis Keperawatan
• Tidak ada kesenjangan yang muncul antara Diagnosa yang
muncul pada klien dan teori , berdasarkan analisa data yang
muncul, diagnosa yang muncul pada klien adalah:
• Keputusasaan
• Nyeri Kronik
• Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
• Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari KebutuhanTubuh
Intervensi
Secara umum intervensi yang dilakukan pada asuhan
keperawatan keputusasaan pada Ibu. T sudah sesuai dengan teori
yang terdapat pada Nursing Intervention Classification (NIC),
namun tetap difokuskan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
klien. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam melakukan
intervensi yaitu kurangnya pemahaman perawat terhadap
intervensi yang akan dilakukan serta faktor dari klien ataupun
keluarga beserta lingkungannya. Selain itu, mempertimbangkan
ketersediaan sarana dan prasarana juga menjadi faktor yang
harus dipertimbangkan untuk mendukung terlaksananya suatu
intervensi keperawatan.
Evaluasi
Evaluasi pada asuhan keperawatan keputusasaan pada kasus
sudah diterapkan sesuai dengan evaluasi yang terdapat dalam
teori asuhan keperawatan keputusasaan yang berpacu pada
Nursing Outcome Classification (NOC).
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN DIAGNOSIS PSIKOSOSIAL
PERTEMUAN
NO DIAGNOSA TINDAKAN
1 2 3 dst
1. Kaji stresor dan tanda keputusasaan 1. Evaluasi keputusasaan pasien dan 1. Evaluasi keputusasaan dan
2. Bantu pasien mengenal keputusasaan: kemampuan berpikir positif, membangun kemampuan berpikir positif,
mengidentifikasi dan menguraikan perasaan harapan dan makna hidup melakukan kegiatan positif,
sedih/ kesendirian/ keputusasaannya. 2. Diskusikan aspek positif diri sendiri, membangun harapan dan makna
3. Bantu pasien mengenal penyebab putus asa keluarga, dan lingkungan hidup
4. Diskusikan perbedaan antara perasaan dan 3. Diskusikan kemampuan positif diri 2. Nilai kemampuan pasien
pikiran terhadap kondisi yang dialami pasien sendiri melakukan cara mengatasi
5. Bantu pasien menyadari akibat putus asa 4. Latih satu kemampuan positif keputusasaan
6. Bantu pasien mengungkapkan pengalaman 5. Diskusikan manfaat melakukan 3. Nilai tanda keputusasaan pasien
pikiran, perasaan dan perilaku yang positif kegiatan positif dalam menumbuhkan
7. Latih menata ulang pikiran dengan cara: harapan dan makna hidup
5 KEPUTUSASAAN PASIEN
latihan berpikir positif , membangun harapan dan 6. Anjurkan melakukan latihan
menemukan makna hidup kemampuan berikut sesuai dengan
8. Anjurkan melakukan berpikir positif, kondisi kesehatan 7. Lanjutkan
membangun harapan dan mencari makna hidup berpikir positif, melakukan kegiatan
positif , membangun harapan dan makna
hidup
Daftar Pustaka
• Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik. (Terjemahan).Jakarta: EGC
• Herdman, T. H,. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Diagnoses: Definition &
Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
• Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017. Oxford: Wiley Blackwell.
• Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC, Edisi 9. Esty Wahyuningsih (Penerjemah). Jakarta: EGC
• Townsend, M.C. (2015). Psychiatric nursing: assessment, care plans, and medications. (9th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company
• Britneff, E. & Winkley, K. (2013). The role of psychological interventions for people with diabetes
and mental health issues. Journal of Diabetes Nursing ,17, 305–310.
• Stuart, G.W. (2009). Principles and practices of psychiatric nursing. (10th ed.). St. Louis: Mosby
• Videbeck, S.L. (2011). Psychiatric-mental health nursing. (5th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
• Tim Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI. (2011). Standar Asuhan keperawatan Diagnosa Psikososial.
Tidak diterbitkan
Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan
Citra Tubuh
Outline Materi
Konsep Diri : Citra Tubuh dan Gangguan Citra Tubuh
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Citra
Tubuh Secara Teori
Kasus Klien Dengan Gangguan Citra Tubuh
Pembahasan
Pengertian Citra Tubuh & Gangguan Citra
Tubuh
• Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup
perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter& Perry, 2005).
• Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi
negatif tentang penampilan fisik mereka. Sejumlah perilaku
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran
negatif. Pada akhirnya reaksi negatif ini dapat mengganggu
proses rehabilitasi (Wald &Alvaro, 2004).
Stressor Penyebab Gangguan Citra
Tubuh