OLEH
KELOMPOK II
1
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, kami memanjatkan
syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Seminar Kasus Stase Keperawatan Medikal Bedah
II dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. AN Dengan Diagnosa Medis Anemia +
CKD ON HD + susp. CHF di Ruang Hemodialisa RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo”. Selama menjalani studi dan menyelesaikan laporan seminar Stase
Keperawatan Medikal Bedah II banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., MM., M.Kep Selaku Dosen Penanggung Jawab
pada Stase Keperawatan Medikal Bedah 1
2. Ns. Iskandar Simbala, S.Kep, M.Kep selaku Preseptor Akademik Ruangan
Hemodialisa
3. Ns. Wijoyo Mohune, S.Kep selaku Preseptor Klinik Ruangan Hemodialisa RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
4. Teman-teman Seperjuangan Profesi Ners Angkatan XIV Program Studi Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan, wawasan dan kemampuan kami. Oleh karena itu, Kami sangat meghargai
masukan guna penyempurnaan dalam penyusunan Laporan ini. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi para pengambil keputusan, pemerhati, dan para praktisi kesehatan.
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................................1
1. Pengkajian ......................................................................................................7
2. Phatway ..........................................................................................................13
3. Identifikasi Data .............................................................................................14
4. Diagnose Keperawatan .................................................................................14
5. Intervensi Keperawatan .................................................................................15
6. Implementasi Keperawatan ...........................................................................18
1. Kesimpulan ....................................................................................................26
2. Saran ...............................................................................................................26
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Serikat mencapai 350 ribu orang, Jepang 300 ribu orang, sedangkan di Indonesia hampir
mencapai 15 ribu orang (Setiati, dkk, 2014).
Hemodialisa menjadi terapi pengganti ginjal utama disebagian besar negara di
dunia dengan prevalensi yang mencapai angka 2 juta tersebut. Pasien yang memilih terapi
pengganti ginjal HD harus memahami hal-hal penting seperti pembatasan asupan cairan,
hal ini mempunyai tujuan untuk mengurangi resiko edema dan komplikasi
kardiovaskuler. Komplikasi kardiovaskuler pada pasien HD akan meningkatkan angka
mortalitas dan morbiditas lebih dari 50%. Cairan yang dikonsumsi kedalam tubuh harus
sama jumlahnya dengan air yang keluar, maka jumlah asupan cairan harus dibatasi sesuai
dengan jumlah urine yang keluar pada hari sebelumnya ditambah dengan cairan yang
keluar melalui insensible water losses (IWL) (Setiati, dkk, 2014; Smeltzer & Bare, 2013).
1.3 Manfaat
Asuhan Keperawatan ini di harapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia Pendidikan.
5
BAB II
CONSEPT MAPT TERORITIS PENYAKIT PASIEN
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
Informasi Umum :
Tn. A.N jenis kelamin laki-laki umur 42 tahun, agama Islam, Alamat, pekerjaan,
CM 08.95.76, golongan darah, masuk rumah sakit hari jum’at tanggal 10 juni
2022 di IGD dan di pindahkan di ruang perawatan HCU Noni. Kemudian
dilakukan tindakan HD pada tanggal 13 juni 2022. Sebelum tindakan HD pasien
dilakukan penimbangan berat badan, BB basah 58 kg, BB kering 54 kg,
pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 130/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 28
x/menit, SB 370C.
7
ada acites, hasil LAB Ureum 132 mg/dl, Kreatinin 8.3 mg/dl.
3. Eliminasi : BAB 1 x / hari, BAK 5-6x/hari ±100ml, warna urine putih
kekuningan, tidak terpasang kateter.
4. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan : Saat datang di ruang
HD klien menggunakan kursi roda ruangan HCU.
5. Neuro sensori dan kognitif : GCS 15 (E4 V5 M6), tingkat kesadaran
Composmentis.
6. Keamanan dan Proktektif : Skala jatuh skor 15 (resiko rendah), terpasang
handrail, tidak terpasang kateter.
7. Endokrin : Tidak ada keluhan dibagian endokrin
8. Interaksi Sosial : Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan
perawat yang melakukan perawatan,
8
PUSAT HEMODIALISA
Tanggal : 13 Juni 2022
OBSERVASI HEMODIALISA Nama Pasien : Tn. AN
Dr. Nephrolog : Umur : 42 tahun
Dr. Internist: Alergi obat / makanan :
Surat persetujuan tindakan ya tidak Dialisis pertama :
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran coma soporcoma apatis somnolen composmentis
Kulit pucat icteric bintik-bintik haematome normal
Sclera mata icteric merah normal
Conjungtiva anemi merah normal
Edema wajah tangan acites kaki tidak ada
Kedatangan strecher tempat tidur kursi roda jalan kaki
BALANCE :
Intake Output
Priming : 50 ml Ultra filtrasi : 2500 ml
Minum :- ml Urine :- ml
NGT :- ml CMS/Muntah : - ml
Infus :- ml Cairan Drain : - ml
Transfusi : 400 ml
Wash out : 150 ml Total 2500 ml
Total : 600 ml
BALANCE : -1900 ml
Berat Badan Kering : 54 kg Berat badan HD lalu :
Berat Badan Basah : 58 kg Berat badan pulang :
9
PUSAT HEMODIALISA
Paraf
Jam Instruksi Dokter Paraf Perawat
Dokter
Tindakah HD 5 Jam
08.15 UFG 2.500 ml
Heparin 1.000 IV / Jam
PRE HD
Keterangan
Jam Tensi H/R Suhu
POST - HD
Jam Tensi H/R Suhu Keterangan
10
PUSAT HEMODIALISA
Tanggal : 16 Juni 2022
OBSERVASI HEMODIALISA Nama Pasien : Tn. AN
Dr. Nephrolog : Umur : 42 tahun
Dr. Internist: Alergi obat / makanan :
Surat persetujuan tindakan ya tidak Dialisis pertama :
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran coma soporcoma apatis somnolen composmentis
Kulit pucat icteric bintik-bintik haematome normal
Sclera mata icteric merah normal
Conjungtiva anemi merah normal
Edema wajah tangan acites kaki tidak ada
Kedatangan strecher tempat tidur kursi roda jalan kaki
BALANCE :
Intake Output
Priming : 50 ml Ultra filtrasi : 2500 ml
Minum :- ml Urine :- ml
NGT :- ml CMS/Muntah : - ml
Infus :- ml Cairan Drain : - ml
Transfusi :- ml
Wash out : 100 ml Total 2500 ml
Total : 150 ml
BALANCE : -1900 ml
Berat Badan Kering : 54 kg Berat badan HD lalu : 56 kg
Berat Badan Basah : 58 kg Berat badan pulang : 55 kg
11
PUSAT HEMODIALISA
Paraf
Jam Instruksi Dokter Paraf Perawat
Dokter
Tindakan HD : 5 Jam
08.00 UFG : 2500 ml
Heparin : 1000 IU/jam
PRE HD
Keterangan
Jam Tensi H/R Suhu
POST - HD
Jam Tensi H/R Suhu Keterangan
12
3.2 Pathway
Makan minum
nefrotoksik Peningkatan
viskositas darah
Zat-zat toksik
menumpuk dijaringan Kerusakan fungsi
ginjal ginjal
Kerusakan jaringan
ginjal
CKD
Hipervolemia
Perfusi perifer tidak
efektif Insersi
Tekhnik septik
Resiko infeksi
13
3.3 Identifikasi Data
1. Data Subjektif
- Pasien mengatakan urin/24 jam berkisar 100cc
- Pasien mengatakan BB kering 54 kg
2. Data Objektif
- Akral teraba hangat
- Warna kulit tampak pucat
- Tampak sesak
- Tampak lemah
- Konjungtiva anemis
- Hb 6,4 g/dL
- TD : 130/80 mmHg
- Terpasang O2 NRM 10 L
- Ureum 132 mg/dL
- Kreatinin 8,3 mg/Dl
- Adanya edema perifer (Kaki)
- Berat badan meningkat
- BB basah 58 kg
- Terpasang vistula arteri dan vena di pembuluh darah vena sepalika median
antebrachial lengan kanan
- Tidak ada demam
- Tidak ada kemerahan
- Tidak ada bengkak
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d tanda dan
gejala mayor Akral teraba hangat, warna kulit tampak pucat, tampak sesak
2. Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi d.d Adanya edema perifer (Kaki)
3. Resiko infeksi b.d factor resiko penyakit kronis (gagal ginjal), efek prosedur
invasive (hemodialisa), ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder : penurunan
hemoglobin
14
3.5 Intervensi Keperawatan
Inisial pasien : Tn.A.N Ruangan : Hemodialisa
No. RM : 08-95-76
15
2 Hypervolemia Setelah dilakukan Tindakan hemodialisa # Manajemen cairan
Definisi : Peningkatan volume cairan selama 5 jam maka keseimabngan cairan Tindakan
intravaskuler, interstisial, dan/ atau meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
intraseluler. 1. Berat badan pulang 56 1. Monitor berat badan
Penyebab : Gangguan mekanisme regulasi 2. Asupan cairan tidak melebihi Edukasi
Gejala dan tanda mayor : berat badan kering 2. Ajarkan asupan cairan tidak melebihi
Subjektif : 3. Pemahaman tentang edukasi 3 % dari berat badan kering diantara
- Pasien mengtaakan urine yang diberikan 2 waktu hd
selama 24 jam kurng lebih Kolaborasi
100cc 3. Kolaborasi Tindakan hemodialisa
- Pasien mengatakan hasil lab ur
cr berkisar cr 6-8, ur 100-150
- Pasien mengatakan ada
kenaikan berat badan
- Bb kering 54
Objektif :
- Adanya edema perifer dikedua
tungkai bawah (Kaki) derajat 4
- Berat badan meningkat dari 54
ke 58
- Ur 132 cr 8.3
- Jumlah urine berkisar
100cc/hari
16
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan hemodialisa, # Pencegahan Infeksi
Definisi : Beresiko mengalami peningkatan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil Tindakan :
terserang organisme patogenik : Obsevasi :
Factor resiko : 1) Tidak ada demam 1) Monitor tanda dan gejala infeksi
1) Efek prosedur invasive (hemodialisa) 2) Tidak ada kemerahan local sebelum dan sesudah HD
Kondisi klinis terkait : 3) Tidak ada bengkak Teraupetik :
1) Tindakan invasive 4) Edukasi yang diberikan 2) Lakukan tehnik septik diarea insersi
Gejala dan Tanda 3) Lakukan tehnik dresing (kassa)
Subjektif : - diarea insersi
Objektif : 4) Cuci tangan sebelum dan sesudah
1) Terpasang vistula di vena sepalika kontak dengan pasien dan
median antebrachial lengan kanan lingkungan pasien
2) Tidak ada demam Edukasi :
3) Tidak ada kemerahan 5) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4) Tidak ada bengkak 6) Ajarkan pencegahan infeksi
7) Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
17
3.6 Implementasi Keperawatan
Inisial pasien : Tn.A.N Ruangan : Hemodialisa
No. RM : 08-95-76 Tanggal : 13 Juni 2022
NO DIAGNOSE TGL/JA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN M
1 Perfusi perifer 13/6/2022 # Pemberian produk darah 13.20
tidak efektif 08:00 1. Memberikan posisi fowler S : Pasien mengatakan tidak ada
Hasil : Pasien dalam keadaan posisi fowler keluhan sesak, lemah, pusing dan
2. Memberikan oksigen Pasien mengatakan memahami
Hasil : Diberikan oksigen NRM 10 L/menit tentang edukasi
3. Memonitor Tanda-tanda vital/jam
O:
Hasil :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
1. Kulit tidak tampak pucat
2. konjungtiva pasien tidak
SPO2 : 99 %
anemis
HR : 102/menit
4. Memonitor hasil Lab (Hb) 3. Tekanan darah 130/80
Hasil : Hb pasien 6,4 g/dl mmHg
5. Memberikan produk darah PRC 4. KU membaik
Hasil : Terlayani 2 kantong darah 5. SUDAH TIDAK
10:00 6. Mengajarkan pasien untuk konsumsi gizi TERPASANG O2 DAN
seimbang dan mengenal tanda-tanda anemia SUDAH TIDAK SESAK
Hasil : Pasien menyatakan pemahaman A :- gangguan perfusi perifer tidak
7. Memonitor Tanda-tanda vital/jam efektif teratasi
Hasil : 130/80 mmHg
18
11:00 8. Memberikan oksigen menggunakan NRM - Pasien masih mengalami
L/menit resiko gangguan perfusi
Hasil : pasien sudah tidak sesak, pemberian O2 perifer tidak efektif
dihentikan
9. Memonitor Tanda-tanda vital/jam P:
Hasil : 130/80 mmHg
1. monitor hasil laboratorium
12:00 10. Memonitor Tanda-tanda vital/jam
Hasil : 130/80 mmHg (hemoglobin) setiap bulan
11. Memonitor Tanda-tanda vital/jam (minimal) atau jika timbul
13:00 Hasil : 130/80 mmHg
gejala
12. Kaji kembali tanda dan gejala dari gangguan
perfusi perifer setelah transfusi 2. Ajarkan tanda dan gejala
Hasil : tidak ada keluhan pusing, lemah,sesak, anemia
konjungtiva tidak anemis
2 Hypervolemia 09:00 # Manajemen cairan 13.20
1. Melakukan Tindakan HD S : Pasien mengatakan paham
Hasil : dilakukan Tindakan HD 5 jam uf goal tentang edukasi yang diberikan
2500 O : BB pulang 56
10:00 A:
2. Menganjurkan asupan cairan tidak melebihi 3 %
- kelebihan volume cairan
dari berat badan kering diantara 2 waktu HD belum teratasi
Hasil : Pasien mengatakan membatasi minum air - Bb pulang 56
11.00 ±600 ml P : edukasi asupan cairan tidak
3. Memonitor berat badan sesudah hd melebihi 3%
Hasil : 56 kg
19
3 Resiko infeksi 08:00 # Pencegahan Infeksi
1. Melakukan tehnik septik diarea insersi S:
Hasil : dilakukan tehnik septik - klien mengatakan Tidak
2. Melakukan dresing pada area insersi ada demam, bngkk, kmrhn
Hasil : melakukan dresing pada area insersi - pasien menyatakan paham
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal tentang edukasi yang
Hasil : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda diberikan
infeksi, tidak kemerahan, bengkak
4. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien O:
Hasil : perawat melakukan cuci tangan sebelum - Tidak ada kemerahan dan
kontak dengan pasien Tidak ada bengkak diarea
09:20 5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi insersi
Hasil : pasien menyatakan pemahaman - dilakukan tehnik septik
6. Mengajarkan pencegahan infeksi dan dresing pada area
Hasil : pasien menyatakan pemahaman insersi
7. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar A:
Hasil : pasien menyatakan paham - tidak terjadi infeksi
8. Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien - pasien masih beresiko
dan lingkungan pasien terjadi infeksi diarea insersi
Hasil : perawat melakukan cuci tangan sesudah P : edukasi tentang tanda dan
12:00 kontak dengan pasien gejala infeksi di rumah
Seperti kemrahan, bengkak,
phbs
20
Inisial pasien : Tn.A.M Ruangan : Hemodialisa
No. RM : 08-95-76 tanggal : 16 Juni 2022
21
3. Melakukan dresing pada area insersi O:
Hasil : melakukan dresing pada area insersi 3. Tidak ada kemerahan dan
4. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal Tidak ada bengkak diarea
Hasil : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda insersi
infeksi 4. dilakukan tehnik septik dan
5. Mencuci tangan sesudah kontak dengan pasien dresing pada area insersi
12:00 dan lingkungan pasien
hasil : perawat melakukan cuci tangan sesudah A : tidak ada infeksi
kontak dengan pasien
P : Anjurkan untuk melihat tanda
dan gejala infeksi di rumah
22
BAB IV
ANALISA KASUS
23
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d tanda
dan gejala mayor, Akral teraba hangat, warna kulit tampak pucat, tampak
sesak.
b. Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi d.d Adanya edema perifer
(Kaki)
c. Resiko infeksi b.d Factor resiko penyakit kronis ( gagal ginjal), efek prosedur
invasive ( hemodialisa), ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder :
penurunan hemoglobin.
3. Intervensi/perencanaan
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas masalah.
Dalam penentuan prioritas, penulis menetukan berdasarkan teori Hirarki Maslow
dan masalah yang mengancam jiwa pasien diprioritaskan terlebih dahulu.
Penentuan prioritas di lakukan karena tidak semua masalah dapat diatasi dalam
waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-masing diagnosa untuk tujuan
disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih banyak melihat dari kondisi pasien,
keadaan tempat/ruangan dan sumber daya dari tim kesehatan. Pada penentuan
kriteria waktu, penulis juga menetapkan berdasarkan kondisi pasien dan ruangan
sehingga penulis berharap tujuan yang sudah disusun dan telah ditetapkan dapat
tercapai. Adapaun pembahasan perencanaan kepada, sesuai prioritas diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
a. Perfusi perifer tidak efektif intervensi yang dilakukan adalah pemberian
produk darah (PRC) untuk menangani keluhan pasien yaitu sesak, pusing, dan
lemah.
b. Hypervolemia intervensi yang dilakukan adalah Manajemen cairan untuk
mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan cairan dan mencegah
komplikasi akibat ketidakseimbangan cairan
c. Resiko infeksi intervensi yang dilakukan adalah pencegahan infeksi untuk
mencegah terjadinya infeksi selama prosedur tindakan HD dilakukan pada
pasien
4. Implementasi/pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan susunan
perencanaan , dengan maksud agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara
optimal. Adapun pembahasan pelaksanaan dari masing-masing diagnosa yang telah
tersusun adalah sebagi berikut :
24
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d
pusing, Akral teraba hangat, warna kulit tampak pucat, tampak sesak,
Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori di buku
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI (2018) dan Standar Luaran
Keperawatan, Indonesia/SLKI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia/SDKI (2018).
b. Hypervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi d.d Adanya edema perifer
(Kaki). Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai dengan teori di
buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI (2018) dan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia/SLKI (2018), Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia/SDKI (2018).
c. Resiko infeksi b.d Factor resiko penyakit kronis ( gagal ginjal), efek prosedur
invasive (hemodialisa), dan ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder :
penurunan hemoglobin, Perencanaan dari diagnosa prioritas ini sudah sesuai
dengan teori di buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia/SIKI (2018)
dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia/SLKI (2018), Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia/SDKI (2018).
25
BAB V
PENUTUP
B. Saran
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan ini mahasiswa mengetahui
bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose medis
Anemia + CKD + Susp. CHF dengan tindakan HD sehingga dapat menentukan
diagnosa dan rencana keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan, Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan, Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan, Dewan Pengurus Pusat PPNI
Endarto, Edi. (2012) Hubungan Lama Menjalani Hemodialisa Dengan Kualitas Hidup
PasienCKD Di Ruang Hemodialisa RSUD AM Provinsi Lampung. Skripsi
Indonesia.Co.Id/Id/Article/Chronic-Kidney-Disease (diakses pada tanggal 22-Mei-
2022)
27