Oleh :
Kelompok 3
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT., atas segala kebesaran dan
limpahan rahmat serta hidayah yang diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Test Laboratorium Diabetes” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
sebelumnya. Tak lupa salawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun penulis pada ruang dan waktu
yang lain. Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah
tugas dari matakuliah Kapita Selekta Kimia Klinik untuk mencapai nilai yang memenuhi
syarat.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh penyusun.
Penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat menjadi bahan pertimbangan dan
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya penyusun untuk menambah wawasan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Balakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. Diabetes Melitus................................................................................................................4
PENUTUP................................................................................................................................32
A. Kesimpulan...................................................................................................................32
B. Saran..............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Diabetes berasal dari kata diabere yang berarti siphon/tabung untuk mengalirkan cairan
dari suatu tempat ke tempat lain. Penyakit tersebut dianggap demikian ganas sehingga seolah-
olah dihancurkan dan dibuang melalui air seni/ urin. Urin penderita penyakit tersebut
dilukiskan mempunyai rasa yang manis seperti madu dan gula, sejak itu penyakit tersebut
ditambah dengan kata mellitus yang artinya madu (Fitrania, 2008).
Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal ini
dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes
mellitus lebih besar di kota daripada di desa,14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia
menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes.
1
DM identik dengan kadar gula darah yang terus menerus tinggi . Seiring dengan waktu,
kadar gula darah yang tinggi akan merusak tubuh dan dapat menyebabkan masalah kesehatan
serius yang berkaitkan dengan diabetes. Kadar glukosa puasa merupakan kadar glukosa darah
ketika tidak ada satupun makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jangka waktu kurang
lebih 8 jam. Pemeriksaan kadar glukosa puasa pada penderita DM lebih akurat karena
pemeriksaan kadar glukosa darah tidak dipengaruhi oleh makanan atau minuman yang masuk
kedalam tubuh. Pengendalian gula darah yang baik yaitu dengan memperhatikan gula darah
yang selalu mendekati batas normal, sehingga dapat terhindar dari hiperglikemia atau
hipoglikemia (Sidartawan Soegondo, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2. Apa yang dimaksud dengan glukosa darah?
3. Bagaimana metabolisme glukosa?
4. Jelaskan macam-macam pemeriksaan glukosa darah?
5. Bagaimana pemeriksaan glukosa darah?
6. Apa yang dimaksud dengan glukosa urine?
7. Bagaimana pemeriksaan glukosa urine?
8. Bagaimana cara penanganan dan pengobatan diabetes mellitus?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi diabetes melitus
2. Untuk mengetahui definisi glukosa darah
3. Untuk mengetahui metabolisme glukosa darah
4. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan glukosa darah
5. Untuk mengetahui pemeriksaan glukosa darah
6. Untuk mengetahui definisi glukosa urine
7. Untuk mengetahui pemeriksaan glukosa urine
8. Untuk mengetahui cara penanganan dan pengobatan diabetes mellitus
D. Manfaat Penulisan
a) Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
Pemeriksaan Laboratorium untuk Diabetes melitus.
b) Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi dalam pembelajaran dan bahan masukkan kepada pihak
pendidikan Poltekkes Kemenkes Makassar khususnya Jurusan Analis Kesehatan
Makassar dalam pemeriksaan laboratorium.
c) Bagi Masyarakat
Makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang penyakit
Diabetes melitus dan pemeriksaan laboratorium yang digunakan sehingga
masyarakat lebih memahami penyakit Diabetes melitus dan dapat melakukan upaya
pencegahan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah kelainan yang bersifat kronik yang ditandai oleh
gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak yang diikuti oleh
komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler, dan telah diketahui berkaitan
dengan faktor genetik dengan gejala klinik yang paling utama adalah intoleransi
glukosa. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, DM merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Mellitus yaitu
polidipsia, polyuria, polifagia, penurunan berat badan, dan kesemutan (Buraerah,
2010).
Hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8% juga dapat digunakan sebagai patokan
diagnosis DM (Perkeni,2002). Data dari Internasional Diabetes Federation tahun
2011, angka penderita diabetes adalah sekitar 194 juta orang. Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat menjadi 500 juta orang pada tahun 2025. Prevalensi
penderita diabetes tertinggi di dunia yaitu India, Cina, dan Amerika Serikat.
Indonesia menempati peringkat ke 4 dengan angka 8,4 juta tahun 2000, yang
diperkirakan akan meningkat tahun 2030 menjadi 21,3 juta penderita (Dwikayana,
Subawa dan Yasa, 2016). Salah satu faktor yang diduga meningkatkan
kejadiannya g diduga meningkatkan kejadiannya di Asia (dan Afrika) ialah adanya
perubahan yang nyata dalam pola makan, yaitu yang banyak berlemak dengan
kurang sayur ( antara lain “junk food” ), kegemukan, dan hidup yang sangat santai.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan
4
sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan dan minuman
manis adalah salah satu faktor penyebab kadar glukosa darah yang tinggi pada usia
produktif (Sihombing, Prihantini dan Raizza, 2018). Kadar glukosa darah yang
tinggi dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, tetapi juga gangguan kerja
dan produktivitas seperti sulit berkonsentrasi, bekerja lambat atau kurang
produktif.
5
kehamilan bulan keempat ke atas, kebanyakan pada trimester ketiga (tiga
bulan terakir kehamilan). Setelah persalinan, pada umumnya glukosa darah
akan kembali normal. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya
pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
6
d. Endokrinopati, yaitu sindrom Cushing, akromegali,
feokromositoma, hipertiroidisme, glukagonoma.
e. Obat atau bahan kimia: glukortikoid, tiazid, dan lain.
f. Infeksi rubella kongenital, sitomegalovirus, coxsackievirus,
dan lainnya.
g. Bentuk jarang diabetes imnunologik : sindrom "Stiff Man",
antibody anti reseptor insulin.
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan diabetes:
sindrom Down, sindrom Klinefelter, dan lainnya.
7
resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin
resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
relative. Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan
kondisi ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa
normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada
pemberian insulin.
8
a. Berat badan lebih (> 23 kg/m2).
b. Kurangnya aktivitas fisik.
c. Hipertensi (> 140/90 mmHg). Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau
trigliserida > 250 mg/dL)
d. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan rendah serat
akan meningkatkan risiko menderita prediabetes / intoleransi glukosa dan
DM tipe II.
9
Kondisi Keterangan
Kadar gula plasma 2 jam pada Glukosa plasma yang merupakan hasil
TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) pemeriksaan sesaat pada waktu 2 jam setelah
pemberian glukosa
Glukosa darah merupakan gula yang terdapat di dalam darah yang berasal, dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan diotot rangka.
Glukosa darah berfungsi sebagai penyedia energi bagi tubuh dan jaringan-jaringan
yang ada dalam tubuh (Widyastuti, 2011).
Kadar glukosa darah dibagi menjadi dua yaitu hiperglikemia dan hipoglikemia.
Hiperglikemia bisa terjadi karena asupan karbohidrat dan glukosa yang berlebihan.
Beberapa tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu peningkatan rasa haus, nyeri
10
kepala, sulit konsentrasi, penglihatan kabur, peningkatan frekuensi berkemih, letih,
lemah, penurunan berat badan. Sedangkan hipoglikemia juga bisa terjadi karena
asupan karbohidrat dan glukosa kurang. Beberapa tanda dan gejala dari hipoglikemia
yaitu gangguan kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan daya ingat, berkeringat,
tremor, palpitasi, takikardia, gelisah, pucat, kedinginan, gugup, rasa lapar (Mufti dkk,
2015).
Glukosa dapat diperiksa dengan menggunakan sampel urin dan darah. Glukosa
darah dapat diperiksa dengan menggunakan sampel serum, plasma dan darah lengkap.
Serum dari darah lengkap mengandung lebih banyak air oleh karena itu serum berisi
lebih banyak glukosa dari darah lengkap (Suyono, 2009). Beberapa jenis pemeriksaan
yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yaitu pemeriksaan kadar glukosa darah
puasa, pemeriksaan glukosa darah sewaktu, dan pemeriksaan kadar glukosa darah
postprandial (sesudah makan).
Beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan kadar glukosa darah yaitu
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, pemeriksaan glukosa darah sewaktu, dan
pemeriksaan kadar glukosa darah postprandial (sesudah makan). Kadar glukosa darah
dalam keadaan normal berkisar antara 70-110 mg/dl. Nilai normal kadar glukosa
dalam serum dan plasma adalah 75-115 mg/dl, kadar gula 2 jam postprandial ≤ 140
mg/dl, dan kadar gula darah sewaktu 140 mg/dl (Widyastuti, 2011 & Suyono, 2009).
12
Glukosa 2 jam setelah makan merupakan pemeriksaan kadar glukosa
darah yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien selesai makan (M. Mufti
dkk, 2015). Pemeriksaan kadar postprandial adalah pemeriksaan kadar gula
darah yang dilakukan saat 2 jam setelah makan. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendeteksi adanya diabetes atau reaksi hipoglikemik. Standarnya
pemeriksaan ini dilakukan minimal 3 bulan sekali. Kadar gula di dalam darah
akan mencapai kadar yang paling tinggi pada saat dua jam setelah makan.
Normalnya, kadar gula dalam darah tidak akan melebihi 180 mg per 100 cc
darah. Kadar gula darah 190 mg/dl disebut sebagai nilai ambang ginjal. Jika
kadar gula melebihi nilai ambang ginjal maka kelebihan gula akan keluar
bersama urin (Depkes, 2008). Glukosa 2 jam Post Prandial menunjukkan DM
bila kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dl, sedangkan nilai normalnya 140.
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi
< 200 mg/dl.
4) Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan cara melalui pemriksaan
kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa.
Apabila pemeriksaan penyaring ditemukan hasil positif, maka perlu dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa atau dengan tes glukosa
oral (TTGO) standart (MenKes, 2014).
Glukosa jam ke-2 pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila
pada pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200
mg/dl untuk sewaktu memastikan diabetes atau tidak. Sesuai
kesepakatan WHO tahun 2006, tata cara tes TTGO dengan cara
melarutkan 75 gram glukosa pada dewasa, dan 1,25 mg pada anak-anak
kemudian dilarutkan dalam air 250 - 300 ml dan dihabiskan dalam waktu
5 menit. TTGO dilakukan minimal pasien telah berpuasa selama
minimal 8 jam. Penilaian adalah sebagai berikut :
Toleransi glukosa normal apabila ≤ 140 mg/dl
Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140
mg/dl tetapi < 200 mg/dl
13
Toleransi glukosa ≥ 200 mg/dl disebut diabetes melitus.
5) HbA1c
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dan
hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen
ke seluruh bagian tubuh). Makin tinggi kadar gula darah, maka semakin
banyak molekul hemoglobin yang berkaitan dengan gula. Apabila pasien
sudah pasti terkena DM, maka pemeriksaan ini penting dilakukan pasien setiap
3 bulan sekali. Jumlah HbA1c yang terbentuk, bergantung pada kadar glukosa
dalam darah sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan rata-
rata kadar gula pasien DM dalam waktu 3 bulan. Selain itu, pemeriksaan
HbA1c juga dapat dipakai untuk menilai kualitas pengendalian DM karena
hasil pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, obat,
maupun olahraga sehingga dapat dilakukan kapan saja tanpa ada persiapan
khusus (Widyastuti, 2011).
a. HbA1c <6.5% Kontrol glikemik baik
b. HbAlc 6.5-8% Kontrol glikemik sedang
c. HbA1c>8% Kontrol glikemik buruk
1) Metode GOD-PAP
Metode GOD-PAP merupakan suatu metode pemeriksaan glukosa
darah secara enzimatik, dimana kadar glukosa sebagai substrat akan
dihidrolisis dengan bantuan glukosa oksidase menghasilkan asam glukonik dan
H2O2. Kemudian H2O2 yang dilepaskan akan bereaksi dengan 4-
aminophenazone dan phenol dengan bantuan peroksidase menghasikan zat
warna quiononeimine yang berbanding lurus dengan substrat yang terdapat
pada sampel.
Prinsip :
Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatik dengan adanya glukosa
oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan katalisis
peroksidase dengaan fenol dan 4-aminoantiphyrin menjadi pewarna
quinoneimin merah-violet sebagai indikator.
Prinsip Reaksi
Glukosa + O2 + H2O GOD
asam glukonat + H2O2
Cara kerja :
Interpretasi Hasil
75 – 115 mg/dl atau 4,2 – 6,4 mmol/liter
2) Metode Heksokinase
Metode hexokinase merupakan metode pengukuran kadar glukosa
darah yang dianjurkan oleh WHO dan IFCC. Baru sekitar 10% laboratorium
yang ikut PNPME-K menggunakan metode ini untuk pemeriksaan glukosa
darah (Departemen Kesehatan RI, 2005).
16
Pada metode ini digunakan dua macam enzim yang baik karena kedua
enzim ini spesifik. Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang relatif
mahal (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Prinsip :
Pada metode heksokinase, glukosa dengan adanya ATP difosforilasi
oleh enzim heksokinase menghasilkan glukosa6-fosfat dan ADP. Selanjutnya
glukosa-6-fosfat dengan NADP oleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase
diubah menjadi 6-fosfoglukonat dan NADPH. NADPH yang terbentuk dapat
diukur serapannya dan sebanding dengan kadar glukosa darah.
Prinsip Reaksi
Glukosa + AT glukosa-6-fosfat + ADP
heksokinase
Glukosa-6-fosfat + NADP 6-fosfoglukonat +NADPH
G-6-PD
17
Glukosa Standar
Cara kerja :
Homogenkan, inkubasi selama 15 menit pada suhu 16-25oC atau selama 5 menit
pada suhu 37oC ukur absorbansi ppada masing-masing tabung tersebut pada panjang
gelombang 340 nm, warna akan stabil paling tidak pada 30 menit.
18
Interpretasi Hasil
70 – 105 mg/dl atau 3,89 – 5,83 mmol/liter
3) Metode Strip
Ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa
darah salah satunya adalah glukometer yang digunakan untuk mengukur kadar
glukosa darah dengan mudah dan cepat. Pada alat glukometer dilengkapi
dengan suatu sensor tepatnya disebut biosensor sesuai dengan komponen
penyusunnya yang terdiri dari biological element sebagai pengenal molekul
atau senyawa yang hendak diukur (analit) dan trasducer yang menangkap
sinyal dari biological element itu. Biosensor sendiri bekerja berdasarkan reaksi
enzymatic antara enzim glukose oxidase (GOD) dengan glukosa dalam darah
yang kemudian dirubah menjadi sinyal elektronik.
Glukosa dalam darah bereaksi dengan glukosa oxidase dan kalium
ferrycianide didalam strip memproduksi kalium ferrocyanide. Kalium
ferrocyanide yang di produksi sebanding dengan konsentrasi glukosa dalam
darah. Oksidasi kalium ferrocyanida menghasilkan suatu elektrik yang
kemudian dikonversi oleh meter untuk menampakan konsentrasi glukosa pada
layar. (anonym 2004, Arkray Factory)
Merupakan alat pemeriksaan laboratorium sederhana yang dirancang
hanya untuk penggunaan sampel darah kapiler, bukan untuk sampel serum atau
plasma. Strip katalisator spesifik untuk pengukuran glukosa dalam darah
kapiler (Suryaatmadja, 2003).
Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada
alat, ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan
mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk dalam
alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui,
hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis, dan
mudah dipergunakan, serta dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh
keahlian khusus.
19
Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki
keterbatasan yang dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain
(Vitamin C, lipid, dan hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan
strip bukan untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya untuk
pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja, 2003).
Pra Analitik
Persiapan pasien:
GDP :
1) Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes
2) Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis
pada formulir permintaan tes.
GDS :
Tidak ada persiapan khusus
GD2PP :
1) Pengambilan sampel darah dilakukan 2 jam sesudah makan setelah
pengambilan darah GDP
Prinsip :
Darah kapiler diserap ke dalam strip tes, kemudian mengalir ke area tes
dan bercampur dengan reagen untuk memulai proses pengukuran. Enzim
Glucose dehydrogenase dan koenzim dalam strip tes mengkonversi glukosa
dalam sampel darah menjadi glukonolakton. Reaksi tersebut menghasilkan
listrik DC yang tidak berbahaya sehingga meter mampu mengukur gula darah.
20
Analitik
Cara kerja :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Jarum dimasukkan dalam lancet dan dipilih nomor pada lancet sesuai
ketebalan kulit pasien
3) Strip khusus untuk pemeriksaan glukosa dimasukkan pada alat
glukometer pada tempatnya (sesuai alat glukosameter)
4) Lalu membersihkan ujung jari pasien yang akan ditusuk dengan kapas
alcohol 70% dan dibiarkan sampai kering.
5) Jari pasien ditusuk dengan autoclik yang berisi lancet steril. Darah
pertama dihapus dengan kapas kering.
6) Kemudian darah dimasukkan kedalam strip glukosa.
7) Hasil pemgukuran kadar glukosa akan ditampilkan pada layar.
8) Strip dicabut dari alat Glukosameter.
Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
21
F. Pengertian Glukosa Urine
Glukosa urine adalah pemeriksaan urine rutin, pemeriksaan dasar yang dapat
dipakai untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Secara rutin pemeriksaan glukosa
urine ditekankan terhadap kemungkinan adanya glukosa dalam urine atau glukosuria.
Glukosa dalam urine dapat deteksi dengan cara yang berbeda-beda. Pada pemeriksaan
glukosa urine sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor vitamin C. karena zat
tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi (Gandasoebrata,
2013).
Peningkatan kadar glukosa di dalam darah memiliki efek langsung terhadap organ
ginjal. Normalnya, glukosa tidak ditemukan di dalam urin disebabkan karena proses
filtrasi ginjal yang memungkinkan glukosa di reabsorbsi kembali kedalam pembulu
darah. Ambang batas toleransi ginjal terhadap glukosa yaitu 160 mg/dl-180 mg/dl, jika
ambang batas terlampau maka glukosa akan diekskresikan kedalam urin karena ginjal
tidak dapat menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut sehingga menyebabkan
glukosuria (Rahmatullah dkk,2015).
Glukosa urin adalah adanya glukosa di urin yang disebabkan oleh tingginya
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar bersamaan dengan
urin, yang dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang kurang baik. Fungsi pemeriksaan
glukosa urin adalah untuk melihat kadar glukosa urin agar dapat mengetahui
berat atau ringannya penyakit diabetes melitus (Aziz, 2016).
Kadar glukosa normal dalam darah berkisar antara 70 s.d 120 mg/dl pada saat
puasa, < 140 mg/dl 2 jam setelah makan, dan < 200 mg/dl pada pemeriksaan gula dara
sewaktu. Kadar glukosa sedikit meningkat setelah selesai makan, namun keadaan ini
tidak disebut hiperglikemia (Rahmatullah dkk, 2015).
Pengukuran kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak
langsung dengan nilai normal 180 mg/dl. Pemeriksaan ini tidak dapat menunjukan
kadar glukosa darah sehingga tidak dapat membedakan normoglikemia atau
hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat di pakai untuk memantau glukosuria
penderita diabetes melitus, dengan uji reduksi urin seperti pemeriksaan benedict dan
uji enzmatik berupa pemeriksaan carik celup (Aziz, 2016).
22
G. Pemeriksaan Glukosa Urine
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin
orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk
pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan
dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi
oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen fehling yang dapat dipakai untuk
menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Sedangkan pembuktian
glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa
oxidase (Prasetya, 2011).
Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada/
tidaknya glukosa dalam urine. Indikasi pemeriksaan ini adalah sebagai tes saring untuk
penyakit diabetes mellitus.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak
sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria
tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk
pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD),
peroksidase (POD) dan zat warna.
1) Metode Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan
beberapa disakarida seperti laktosa dan maltose. Uji Benedict dapat dilakukan
pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung
glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui
mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan
jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang
mengindikasikan penyakit diabetes.
23
Pemeriksaan glukosa urine metode Benedict memanfaatkan sifat glukosa
sebagai pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict adalah glukosa dalam urin
akan mereduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan
warna dari larutan Benedict. Hasil positif ditunjukkan dengan adannya
kekeruhan dan perubahan warna dari biru menjadi hijau kekuningan sampai
merah bata. Kelemahan metode ini antara lain reagen yang dibutuhkan lebih
banyak, untuk mendapatkan hasil diperlukan waktu yang agak lama, metode ini
juga tidak spesifik untuk mendeteksi glukosa urin saja. Kelebihan metode ini
biayannya murah, membutuhkan urin yang lebih sedikit (Gandasoebrata, 2007).
Prinsip :
Glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict)
menjadi kuprosulfat dan cupro oksida, cupro oksida yang terlihat dengan
perubahan warna dari larutan Benedict tersebut menimbulkan warna dari
hijau sampai merah bata.
Alat
Tabung reaksi
Api Bunsen / lampu spiritus
Pipet tetes
Penjepit tabung
Bahan
Sampel urin
Reagen Benedict
Cara kerja :
1) Tuang 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi
2) Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes
3) Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit
4) Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok
24
Interpretasi Hasil
NEG : Cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh
1+ : Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)
2+ : Kuning kehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%)
3+ : Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%)
4+ : Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%)
25
adanya perubahan warna yang terjadi serta memiliki sensitivitas yang tinggi
(Bandiyah et al., 2017)
Prinsip :
Oksidasi glukosa dikatalis oleh glukosa oksidase menjadi hidrogen peroksida,
hidrogen peroksida yang terbentuk kemudian dioksidasi oleh chromogen dengan
adanya peroksidase. untuk menghasilkan perubahan warna mulai dari biru
kehijauan, cokelat, dan cokelat coklat gelap. Perubahan warna ini tergantung pada
jumlah glukosa yang terkandung dalam urine.
Cara kerja :
1) Keluarkan strip carik celup secukupnya.
2) Lihat warna pada pita carik celup, cocokkan dengan pita yang negatif, kecuali
BJ.
3) Homogenkan urine sebelum diperiksa.
4) Celupkan carik celup dalam urine. Urine yang berlebihan dihilangkan dengan
meletakkannya diatas tisu.
5) Baca hasil dengan membandingkan warna dengan standar pembanding.
Interpretasi Hasil
Urobilinogen : 0,1 – 1,0 mg/dl
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Benda keton : negatif
Berat jenis : 1.001 – 1.035
26
Darah samar : negatif pH : 5 – 9
Protein : negatif
Nitrit : negatif
Leukosit : negative
27
H. Pemantauan Dan Pengobatan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas klien.
1) Penatalaksanaan Untuk DM tipe I
Pemberian terapi insulin karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan.
2) Penatalaksanaan Untuk DM tipe II
a. Diet
Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI)
telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%),
lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama
untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol < 300 mg/hari.
Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis serat
larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula
dan karbohidrat.
Tidak menunda waktu makan karena hal ini akan menyebabkan
fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah.
Memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung serat, seperti sayuran dan serai.
Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung
banyak kolestrol LDL, antara lain: daging merah, produk susu,
kuning telur, mentega, saud salad, dan makanan pencuci mulut
berlemak lainnya.
Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam.
28
b. Latihan
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama
kurang lebih 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical,
Interval, Progresiv, endurance training). Latihan dilakukan terus menerus
tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang
seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur - angsur dari sedikit ke
latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu
tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adlah jalan kaki, jogging,
lari, renang, bersepeda, dan mendayung. Hal yang perlu diperhatikan
dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan,
memakai sepatu yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi
serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, dan memeriksa
kaki setelah berolahraga.
c. Edukasi
Edukasi, memberikan pendidikan kesehatan mengenai Diabetes
Melitus dan pengelolaannya serta mengajarkan klien serta keluarganya
untuk penerapan pola hidup sehat.
29
d. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dengan pemberian Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) dan atau terapi insulin.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO):
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan normal adalah metformin.
Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk(IMT>30) sebagai obat
tunggal. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada gangguan
fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau
sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada
lambung. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat
dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa
di usus sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah
makan. Obat ini hanya mempengaruhi konsentrasi gula darah
setelah makan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan
obat ini adalah perut kembung, sering buang angin, dan mencret.
30
4) Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh
menggunakan insulin yang tersedia sehingga lebih efektif.
Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka dengan
gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DM adalah suatu penyakit gangguan metabolic yang terjadi karena kelainan kerja
insulin atau sekresi insulin atau bahkan karena keduanya. Faktor penyebabnya antara lain
karena adanya faktor usia, genetic, obesitas, infeksi pada pancreas, pola makan, dan
bahan kimia atau obat-obatan. DM jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan
adanya komplikasi.
Dan jika penderita penyakit DM tidak menjaga dengan baik pola makan dan gaya
hidupnya, maka penyakit ini akan menjadi sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
banyak penyakit-penyakit lain, seperti Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down,
penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson,
sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.
Untuk mengetahui seseorang apakah terkena DM atau tidak maka perlu ditegakkan
diagnosis yaitu dengan pemeriksaan laboratorium. Untuk pemeriksaan untuk diagnosis
DM ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memeriksa kadar glukosa
darah dan glukosa urine.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembacanya. Aamiin.
32
DAFTAR PUSTAKA
33