Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENINGKATAN


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II
DI RSUD DAYA

IKA RAHASTI
NH0219016

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENINGKATAN


KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II
DI RSUD DAYA

Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarsarjanakeperawatan

IKA RAHASTI
NH0219016

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta ,wahai
dia yang dari-Nya diperoleh jalan keluar menuju keselamatan, yang telah
menganugrahkan Rahmat serta Hidayah Nya kepada peneliti sehingga proposal
dengan judul “Hubungan Tingkat Stres dengan Peningkatan Kadar Gula
Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Daya” ini dapat
terselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada hamba-Nya yang
diutus sebagai Rahmat bagi sekalian alam, sang revolusioner dunia sejati telah
menghantarkan kita dari pengetahuan klasik sampai kepada pengetahuan modern
yaitu baginda Nabi besar Muhammad SAW.
Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil sehingga peneliti mampu
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik.Peneliti masih membutuhkan
saran dan kritik dari pihak lain.

Makassar, 29 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan umum Diabetes Mellitus
2.2 Tinjauan umum Kadar Gula Darah
2.3 Tinjauan Umum Stres
2.4 Kerangka Toeri
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Defenisi Operasional
3.3 Hipotesis Penelitian
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Penelitian
4.2.2 Sampel Penelitian
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
4.4 Etika Penelitian
4.5 Instrumen Penelitian
4.6 Uji Instrumen
4.6.1 Uji Validitas
4.6.2 Uji Reliabilitas
4.7 Proses Pengumpulan Data
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Diabetes Mellitus Tipe I Dan Tipe II
Tabel 2.2 Kriteria Diabetes Berdasarkan Pemeriksaan Gula Darah
Tabel 2.3 Patokan Kadar Gula Darah Sewaktu dan Puasa
Untuk Menyaring dan Mendiagnosis DM
Tabel 2.4 Parameter Pemantauan Kadar Gula Darah
DAFTAR SINGKATAN

No.Istilah Singkatan

1. DM :Diabetes Mellitus

2. DASS : Depression Anxiety Stres Scale

3. GDP :Gula Darah Puasa

4. GDS :Gula Darah Sewaktu

5. Ha : Hipotesi Alternatif

6. IDF : International Diabetes Federation

7. IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus

8. IMT : Indeks Masa Tubuh

9. NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

10. OHO : Obat Hiperglikemia Oral

11. WHO : Word Health Organization


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus merupakan kategori penyakit yang tidak menular yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,

nasional, dan lokal.Diabetes mellitus atau yang biasa dikenal dengan kencing

manis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sudah menjadi

ancaman.Penyakit diabetes tidak boleh diremehkan.Saat ini bahkan diabetes

sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara,termasuk

Indonesia.WHO bahkan memprediksi penderita diabetes mellitus akan

meningkat hingga 21,3 juta pada tahun 2030. (Medika, 2017).Menurut

International Diabetes Federation kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan

terbanyak yang menderita diabetes mellitus, dengan angka kejadiannya 138

juta kasus (8,5%). (IDF, 2014) Di kutip dari Jurnal(Chaidir, et al, 2017)

Menurut World Health Organization (2018), Prevalensi jumlah orang dengan

penyakit diabetes mellitus meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi

422 juta pada tahun 2014.Prevalensi global diabetes diantara orang dewasa

diatas 18 tahun telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5%

pada tahun 2014.Prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat di negara-

negara berpenghasilan menengah dan berpenghasilan rendah. Pada 2016

diperkirakan 1,6 juta kematian secara lansung disebabkan oleh diabetes

mellitus. 2,2 juta kematian lainnya disebabkan oleh glukosa darah tinggi.
Menurut Balitbangkes (2018), prevalensi DM di Indonesia

berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter yakni mengalami

peningkatan dari 1,5% di tahun 2013 menjadi 2,0% di tahun 2018. prevalensi

DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DKI Jakarta (2,6%),DI

Yogyakarta (2,4%), Sulawesi Utara (2,3%), dan Kalimantan Timur (2,3%).

Sedangkan Sulawesi Selatan berada di posisi ke 9 sebesar (1,3%).

Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes mellitus naik dari

6,9 persen menjadi 8,5 persen. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Meningkatnya jumlah penderita diabetes dapat disebabkan oleh banyak

faktor dan rata-rata orang yang menderita penyakit DM tipe 2 yaitu orang

yang berusia 40 tahun keatas.Faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes

mellitus diantaranya keturunan, obesitas, pola makan, perubahan gaya hidup,

kurangnya aktivitas fisik, merokok stres,dll.(Muflihatin, 2015) Di kutip dari

jurnal (Derek, et all, 2017).Menurut World Health Organization pada tahun

2012 hampir setengah dari semua kematian yang disebabkan oleh glukosa

darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.WHO memperkirakan bahwa

diabetes adalah penyebab utama ketujuh kematian pada tahun 2016.

Orang yang menderita diabetes juga akan mengalami stres dalam dirinya.

Stres dan diabetes memiliki hubungan yang sangat erat terutama pada

penduduk perkotaan. Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap

setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang

mengalaminya. Stres dapat berdampak secara total pada individu yaitu


terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spritual, stres dapat

mengancam keseimbangan fisiologis.Stress secara psikologis maupun fisik

memberikan dampak negatif terhadap pengendalian diabetes karena

peningkatan hormon stres akan meningkatkan kadar glukosa darah.(Nugroho

& Purwanti) Di kutip dalam jurnal(Derek, et al 2017).

Mochamad Irfan (2015) , mengatakan dalam penelitiannya penderita

diabetes mellitus di puskesmas peterongan kabupaten jombang mengalami

stress berat dengan kadar gula darah buruk, dan terdapat hubungan antara

stress dengan kadar gula darah terhadap pasien diabetes mellitus di

puskesmas peterongan kabupaten jombang dalam kategori sedang.

Izzati (2015), mengatakan dalam penelitiannya bahwa penelitian

dilakukan terhadap 32 orang pasien diabetes mellitus di wilayah kerja

puskesmas perkotaan rasimah ahmad bukit tinggi, maka ada hubungan tingkat

stress dengan peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus

dengan nilai p-value <0,005 (p= 0,017).

Penyakit diabetes mellitus banyak memberikan dampak yang buruk bagi

penderitanya.Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai perubahan atau

gangguan baik fisik maupun psikologis bagi pasien.Pasien diabetes harus

tergantung pada terapi pengelolaan diabetes. Hal tersebut dapat menimbulkan

permasalahan misalnya pasien merasa lemah karena harus membatasi diet,

setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor.Keharusan pasien

diabetes mellitus mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam tubuh tetap

seimbang dapat mengakibatkan mereka rentan terhadap stress, karena stres


akan terjadi apabila seseorang merasakan adanya ketidaksesuaian antara

sumber daya yang dimiliki dengan tuntutan situasi yang harus dijalankan

ketika tuntutan situasi dirasakan berbeda dengan situasi sebelumnya dan

terlalu berat maka stres akan terjadi.(Izzati, 2015). DM juga dapat

mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) dan penurunan

gula darah (hipoglikemia).Melihat bahwa DM akan memberikan dampak

terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan

yang cukup besar, maka sangat di perlukan program pengendalian DM, dan

berkaca dari potensi diabetes yang biasa menyebabkan kematian dan kerugian

ekonomi, maka pemerintah serius menangani masalah penyakit tersebut untuk

mengurangi factor resiko diabetes tersebut.(Muflihatin, 2015) dikutip dalam

skripsi(Andhika, 2018)

Dari banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes

mellitus maka diperlukan beberapa upaya untuk penatalaksanaan terjadinya

penyakit ini. Hal-hal yang bisa dilakukan dalam pengobatan diabetes mellitus

diantaranya : Latihan fisik, senam aerobik, senam kaki diabetik, pemantauan

kadar gula darah dan edukasi.(Nuari, 2017). Salah satu intervensi yang dapat

diberikan untuk mengurangi stress yaitu dengan penurunan kadar gula darah,

yaitu dengan mengurangi masalah-masalah yang berhubungan dengan stress.

(Andhika, 2018)

Berdasarkan latar belakang tersebut dan hasil penelitian diatas dan

Dari tinjauan literature peneliti dapat menyimpulkan bahwa stres erat

kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, sehingga peneliti ingin


membuktikan bahwa tingkat stres mempengaruhi peningkatan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit

gangguan metabolisme yang disebabkan tingginya kadar gula darah.Diabetes

mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan waktu lama untuk proses

penyembuhan, individu banyak mengalami perubahan dalam hidupnya, baik

dari segi fisik, mental yang memburuk sehingga dapat menimbulkan gejala

psikologis, salah satunya adalah stres. Berdasarkan uraian dari latar

belakang tersebut merumuskan masalah penelitian sebagai

berikut “Apakah ada hubungan tingkat stres terhadap peningkatan kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus di RSUD Daya ?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat stress terhdap peningkatan kadar gula darah

pada penderita diabetes mellitus type II di RSUD Daya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat stres pada penderita

diabetes mellitus type II di RSUD Daya.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kadar gula darah pada

penderita diabetes mellitus type II di RSUD Daya.


1.3.2.3 Mengidentifikasi hubungan antara tingkat stres

terhadap peningkatan kadar gula darah pada

penderita diabetes mellitus type II di RSUD Daya.

1.4MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pasien agar lebih

mampu mengontrol diabetes yang dideritanya sehingga sangat

bermanfaat untuk pasien dan kondisi pasien tersebut akan lebih baik

dengan kadar gula darah yang terkontrol.

1.4.2 Bagi Keluarga pasien

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pandangan tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap kejadian

stres dan depresi pada penderita diabetes mellitus type II dan

menanamkan dukungan dalam hidup pasien agar selalu berfikir positif

dan termotivasi menjalankan pengobatan.

1.4.3 Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi profesi keperawatan dalam

mengembangkan Ilmu Keperawatan yang menyangkut hubungan

tingkat stress terhadap peningkatan kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus type II di RSUD Daya.

1.4.4 Bagi institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi kepada

institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit khususnya


RSUD Daya selaku perpanjangan tangan dari pemerintah untuk selalu

meningkatkan pelayanan kesehatan untuk mengurangi atau mencegah

dan merawat masyarakat yang mengalami diabetes mellitus.

1.4.5 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan bacaan untuk memperoleh data dasar informasi tentang pengaruh

tingkat stress terhadap peningkatan kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus type II di RSUD Daya.

1.4.6 Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana belajar

dalam menambah pengetahuan bagi peneliti selanjutnya,serta dapat

melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pengaruh

tingkat stres terhadap peningkatan kadar gula darah pada penderita

diabetes mellitus type II di RSUD Daya.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Diabetes Mellitus tipe II

2.1.1 Defenisi

Diabetes berasal dari istilah yunani yaitu artinya pancuran atau

curahan, sedangkan mellitus atau mellitus artinya gula atau

madu.Dengan demikian secara bahasa diabetes mellitus adalah

curahan cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula, yang

dimaksud dalam hal ini adalah air kencing.Diabetes mellitus adalah

penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pancreas yang tidak dapat

menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/atau

ketidakmampuan dalam memecah insulin.(Tholib, 2016)

Diabetes mellitus atau DM merupakan penyakit yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah di dalam urine akibat

terganggunya metabolisme karena produksi dan fungsi hormone

insulin tidak berjalan dengan seharusnya.(Medika, 2017)

Diabetes mellitus type II adalah penyakit yang terjadi karena

kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi

terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang

melibatkan reseptor insulin di membran sel.(Muzakkir, 2016)

2.1.2 Klasifikasi

Diabetes mellitus dibedakan menjadi dua kategori, yaitu

diabetes type I dan diabetes type II. Diabetes type I biasanya dialami

sejak kanak-kanak. Sementara itu, diabetes type II kebanyakan dialami


orang dewasa.Selain itu, diabetes mellitus juga sering dialami oleh ibu

hamil.Jenis diabetes ini disebut dengan diabetes gestasional.

2.1.2.1 Diabetes mellitus type I

Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)adalah

peynyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin, pengidap

penyakit itu harus mendapat insulin pengganti.IDDM disebabkan

oleh destruksi autoimun karena infeksi, biasanya virus dan atau

respon autoimun secara genetic pada orang yang terkena.(Tholib,

2016).Sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel beta pancreas

sehingga insulin tidak bisa lagi diproduksi.Inilah yang

menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh sehingga gula darah

meningkat (hiperglikemia).(Medika, 2017)

2.1.2.2 Diabetes mellitus tipe II

DM tipe II atau biasa disebut Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan oleh kegagalan realtif sel

beta dan resistensi insulin.Sel beta tidak mampu mengimbangi

resistensi insulin ini sepenuhnya.(Tholib, 2016).

Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang

sensitifnyajaringan tubuh terhadap insulin, pankreas tetap

menghasilkan insulin, kadangkadarnya lebih tinggi dari

normal.Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,

sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.DM tipe II biasanya

terjadi pada usia >40 tahun.Penderita Dm tipe II lebih sering


daripada
dijumpai DM tipe I, proporsinya mencapai 90% dari seluruh

kasus diabetes.(Muzakkir, 2016)

Tabel 2.1
Perbedaan antara DM type 1 dan Dm type 2
Diabetes Mellitus type I Diabetes Mellitus type II
Kerusakan terdapat pada sel Bersifat familial/keturunan
penghasil insulin
Sel β pankreas rusak sehingga Sering terjadi resistensi
Tidak berbentuk insulin
Sering terjadi ketosis (koma) Jarang terjadi ketosis
Kebutuhan insulin untuk Insulin dalam darah cukup,
Mengendalikan glukosa kurang namun sel-sel tubuh tidak
bereaksi dengan baik
Penderita DM type I umumnyaPenderita DM type II
bertubuh kurus umumnya bertubuh gemuk
Umumnya berusia muda berusia lebih darin40 tahun
Sumber : (Medika, 2017)

Diabetes mellitus type II paling sering kita temukan. Sekitar

90-95% dari keseluruhan pasien diabetes merupakan pengidap

diabetes type II.Berbeda dengan diabetes type I, diabetes type II

umumnya dialami orang dewasa, tetapi terkadang juga terjadi pada

remaja.Penyebab dari diabetes mellitus type II ini adalah insulin

tidak dapat direspon dengan baik oleh sel-sel tubuh.Sel-sel tubuh

tidak mau menerima glukosa yang diabawa insulin.Inilah yang

disebut resistensi insulin.Resistensi insulin ini yang akhirnya

menyebabkan kadar gula darah meningkat.

Lemak yang berlebihan pada orang obesitas alias kegemukan

ini yang biasanya mengakibatkan terganggunya kerja

insulin.Terbukti, sebagian besar pasien diabetes tipe II memiliki

berat badan diatas normal.Oleh karena itu, dalam pengobatannya


sangat mementingkan penerapan diet yang tepat untuk mengurangi

jumlah lemak yang menumpuk dalam tubuh dan juga mampu

membantu pasien terhindar dari komplikasi.

Efek dari diabetes type II sama dengan diabetes type I. Kadar

gula darah sama-sama meningkat dan sel-sel tubuh kekurangan

energy.Kadar gula darah yang terus-menerus tinggi bisa merusak

pembuluh darah dan saraf, dan sering kali menyebabkan komplikasi

seperti jantung, stroke, kebutaan, penyakit ginjal, dan amputasi.

(Medika, 2017)

2.1.2.3 DM type lain

Diabetes tipe ini terjadi karena penyakit-penyakit

lain.Misalnya,penyakit radang pancreas, penderita hipertensi yang

mengonsumsi obat antihipertensi, penggunaan antikolestrol,

penggunaan hormon kortikosteroid, adanya infeksi, malnutrisi, dan

gangguan kelenjar adrenal atau hipofisis.Keadaan-keadaan tersebut

dapat mengganggu terbentuknya atau fungsi dari insulin.(Tholib,

2016)

2.1.2.4 Diabetes mellitus gestasional

Diabetes mellitus gestasional adalah naiknya kadar gula

darah sementara waktu pada masa kehamilan, dan biasanya

terdeteksi ketika usia kehamilan sudah diatas 18 minggu.Kadar gula

darah pun akan kembali normal setelah melahirkan.Diabetes

gestasional disebabkan oleh terbentuknya hormone yang


menimbulkan resistensi insulin yang normal terjadi pada masa

kehamilan.keadaan ini akan meningkatkan gula darah dan lemak

dalam tubuh pun lebih banyak yang dipecah.Akibatnya, ibu hamil

akan lebih cepat merasa lapar.Ditambah lagi ibu hamil memiliki

kebutuhan kalori yang lebih banyak dibanding wanita yang tidak

hamil.(Medika, 2017)

2.1.3 Penyebab diabetes mellitus

Ada dua kesalahan utama yang menyebabkan seseorang mengidap

diabetes.Pertama karena mereka makan dalam porsi yang besar dan

suka ngemil makanan berkalori tinggi.Porsi yang besar dan sering

ngemil menyebabkan lemak terus menumpuk , dan akhirnya insulin

sulit memasukkan glukosa ke dalam tubuh.

Tabel 2.2
Kriteria Diabetes Berdasarkan Pemeriksaan Gula Darah
Glukosa Darah Puasa Glukosa Darah 2 jam
setelah pembebanan/makan
Normal <100 mg/Dl <140 mg/Dl
Pre-Diabetes 100-125 mg/Dl 140-199 mg/dL
Diabetes ≥126 mg/dL ≥200 mg/dL
Menurut American Diabetes Association (2007), dalam buku

Medika, (2017) faktor resiko terjadinya diabetes yaitu :

2.1.3.1 Turunan dari keluarga (Genetik)

Seseorang yang memiliki keluarga terkena diabetes beresiko dua

sampai enam kali lipat terkena diabetes juga.Terdapat pendapat lain

yang mengatakan jika kedua orang tuanya menderita diabetes maka

semua anaknya akan menderita diabetes.Namun, jika hanya salah satu

atau kakek/nenek yang merupakan penderita diabetes maka


kemungkinan 50% dari anak-anaknya akan menderita diabetes.(Medika,

2017).Diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

mengidap penderita diabetes mellitus,yang disebabkan oleh kelainan

gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin

dengan baik.(Muzakkir, 2016)

2.1.3.2 Usia

Menurut Noer (1996),dalam buku Muzakkir (2016).Bertambahnya

usia mengakibatkan mundurnya fungsi pankreas dan kerja dari

insulin.Pada usia lanjut cenderung diabetes mellitus type II.Usia 40

tahun merupakan usia rentan terkena berbagai penyakit

degeneratif.Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh

penurunan kualitas jaringan dan organ tubuh.Selain itu aktivitas sel-sel

otot juga mulai menurun.Hal ini berkaitan dengan peningkatan kadar

lemak di otot sehingga glukosa lebih sulit digunakan menjadi energy

untuk beraktivitas.(Medika, 2017)

2.1.3.3 Jenis Kelamin

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) dalam buku

Medika (2017).Populasi penderita diabetes lebih banyak terjadi pada

wanita.Mengapa diabetes lebih banyak pada wanita ? penyebabnya bis

akarena dampak dari diabetes yang dialami selama kehamilan, usia

harapan hidup wa nita yang lebih tinggi, serta angka obesitas dan

hipertensi yang lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.


2.1.3.4 Pola Makan yang tidak tepat

Pola makan ditentukan dari 3J, yaitu jumlah makanan, jenis

makanan, dan jam makan.Jumlah makanan berlebihan, terutama

karbohidrat dan lemak inilah yang memicu naiknya glukosa darah.Jika

setiap hari makan berlebihan, harus lebih berhati-hati karena banyak

sekali resiko penyakit yang siap mendatangi.Jenis makanan yang tidak

bervariasi juga bukan pola makan yang sehat.Jenis makanan yang perlu

diketahui adalah sumber karbohidrat,protein hewani, protein nabati,

sayur, buah, dan susu.Jenis makanan yang tinggi kadar indeks glikemik,

tinggi lemak, dan tinggi garamlah yang biasa meningkatkan resiko

diabetes.Jam makan yang tidak teratur seperti melewatkan saran dan

sering makan larut malam dapat mengganggu kesehatan.Jika keseringan

makan di malam hari kemudian tidak melakukan akitivitas

fisik.Akibatnya, lemak dari makanan tidak terbakar dan akan

menumpuk di dalam tubuh. Hal itulah yang memicu resistensi insulin.

2.1.3.5 Penyakit Degeneratif lainnya

Penyakit degeneratif lainnya seperti hipertensi juga dapat

meningkatkan resiko diabetes.Seseorang dikatakan menderita hipertensi

jika dalam jangka waktu lama tekanan darah sistoliknya lebih dari 140

mmHg, dan diastoliknya antara 85-90 mmHg.Keadaan ini jika tidak

segera diberi perawatan maka akan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah sehingga pengangkutan glukosa menuju sel-sel tubuh

terganggu dan glukosa darah tetap dalam kadar yang tinggi.


2.1.3.6 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik seperti pergerakan badan atau olahraga dilakukan

secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari

kegemukan dan obesitas.Pada saat tubuh melakukan aktivitas atau

pergerakan maka kadar gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga,

sehingga kadar gula dalam tubuh akan berkurang.Demikian pula untuk

menghindari timbulnya penderita diabetes mellitus karena kadar gula

darahnya meningkat akibat konsumsi makanan yang berlebihan dapat

diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang, misalnya dengan

melakukan jogging, berenang dan bersepeda.

2.1.3.7 Obesitas

Kegemukan terjadi karena berlebihnya konsumsi karbohidrat,

lemak, dan protein, serta kurangnya aktivitas fisik.Akibat kegemukan

ini, banyak lemak yang tertimbun di dalam sel sehingga insulin tidak

mampu membawa glukosa masuk ke dalam sel-sel tersebut.Semakin

tinggi tingkat obesitas maka akan semakin beresiko tinggi terkena

diabetes.

2.1.3.8 Penyakit Mental

Orang yang mengalami stres umumnya akan sulit tidur, nafsu

makannya meningkat, depresi, lemas, dan tekanan darahnya turun.Saat

stres, hormon kortisol akan diproduksi.Hormon ini kemudian yang

mengakibatkan gejala-gejala tersebut.Sebenarnya stres bukanlah

penyebab lansung dari diabetes.Namun peningkatan nafsu makan yang


dialami ketika stres yang berkepanjangan yang menyebabkan

kegemukan.Kegemukan inilah yang yang merupakan factor penyebab

dari diabetes.

2.1.3.9 Riwayat Persalinan

Ibu yang sebelumnya pernsh mengalami diabetes gestasional

beresiko terkena diabetes lebih besar daripada ibu yang tidak memiliki

riwayat tersebut.Di samping itu, ibu yang pernah mengalami

keguguran, melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg juga lebih

beresiko terkena diabetes.

2.1.3.10 Virus dan Bakteri

Virus juga termasuk penyebab diabetes.Virus yang menyebabkan

diabetes diantaranya rubella, mumps, dan human coxsackievirus

B4.Virus ini akan merusak sel-sel pankreas sehingga produksi insulin

akan berkurang atau tidak dihasilkan sama sekali.Virus ini juga bisa

menyerang melalui reaksi autoimunitas sehingga autoimun dalam sel

beta hilang.Di samping itu, beberapa peneliti juga beranggapan diabetes

dapat disebabkan oleh bakteri.Namun, sampai sekarang belum bisa

dideteksi bakteri apa yang bisa menimbulkan diabetes.

Faktor resiko DM tipe II, dalam buku (Nuari, 2017) yaitu :

1. Usia : DM tipe II akan terjadi setelah usia 40 tahun.

2. Obesitas sangat tinggi pada DM tipe II.

3. Kurangnya latihan fisik

4. Perilaku diet
5. Stres berat

6. Obat-obatan dan hormone

7. Riwayat kehamilan

8. Merokok

9. Riwayat keluarga

10. Etnis

2.1.4 Gejala Diabetes Melitus

Gejala diabetes mellitus type II muncul secara perlahan

sampai menajdi gangguan yang jelas.Namun secara umum gejala

diabetes melitus dibedakan menjadi dua yaitu gejala akut dan

gejala kronik.

2.1.4.1 Gejala Akut

Gejala akut merupakan gejala klinis yang muncul tiba-tiba dan

terjadi pada masa awal penyakit.Pada penderita diabetes mellitus,

gejala akut dijadikan sebagai patokan dalam mendeteksi terjadinya

diabetes.Gejala-gejalanya meliputi :

1. Poliuria (Banyak kencing)

Poliuria merupakan gejala berupa lebih seringnya buang air

kecil, terutama pada malam hari.Mengapa penderita diabetes

melitus menghasilkan urine lebih banyak daripada orang yang

sehat ? Kadar glukosa yang terlalu tinggi menyebabkan urine

menjadi sangat pekat.Hal ini memperberat kerja ginjal.Agar


urine tidak terlalu pekat, ginjal pun menarik banyak air dari sel-

sel tubuh.Oleh karena itu, volume urine menjadi lebih banyak.

2. Polidipsia

Polidipsia adalah meningkatnya jumlah air yang diminum

karena sering merasa haus.Pada orang sehat , dianjurkan untuk

minum 8 gelas dalam sehari.Akan tetapi, penderita diabetes

merasakan haus yang lebih sering sehingga akan minum dalam

jumlah lebih banyak.

3. Poliphagia

Akibat kurangnya jumlah insulin atau terganggunya fungsi

insulin maka glukosa yang dihasilkan dari metabolisme

makanan tidak dapat diserap oleh sel tubuh.Akibatnya,

penderita diabetes akan merasa lemas, lelah, dan

mengantuk.Saat itu, otak memberikan respon dengan

mengartikan adanya rasa lapar sehingga penderita diabetes

akan lebih banyak makan.

2.1.4.2 Gejala Kronik

Gejala kronik umumnya akan dirasakan setelah beberapa

bulan atau tahun mengidap diabetes.Pada fase ini gejala akut masih

ditunjukkan kecuali gejala poliphagia.Sebaliknya pada fase

ini,terjadi penurunan nafsu makan.(Medika, 2017)


2.1.5 Patofisiologi Diabetes mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang

kronik dan bersifat sistesmik dengan karakteristik peningkatan gula

darah/glukosa atau hiperglikemia yang disebabkan menurunnya

sekresi atau aktivitas dari insulin sehingga mengakibatkan

terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darahsangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan

jaringan.Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang

dikonsumsi.Makanan yang masuk sebagian digunakan untuk

kebutuhan energi dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk

glikogen dihati dan jaringan lainnya dengan bantuan insulin.Insulin

hormon yang di produksi oleh sel beta pulau langerhans pankreas

yang kemudian meningkat jika terdapat makanan yang masuk.

Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau

langerhans pankreas.Insulin merupakan hormon metabolik,

hormon yang dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke

otot, hati dan sel lemak.Pada diabetes terjadi berkurangnya insulin

atau tidak adanya insulin berakibat pada gangguan tiga

metabolisme yaitu menurunnya penggunaan glukosa,

meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan

protein.
Pada DM type II masalah utama adalah berhubungan

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.Resistensi insulin

menunjukkan penurunan sensifitas jaringan pada

insulin.Normalnya insulin mengikat reseptor khusus pada

permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi meliputi

metabolisme glukosa.Pada DM tipe II, reaksi intraseluler

dikurangi, sehingga menyebabkan efektivitas insulin menurun

dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada

pengaturan pembebasan oleh hati.Mekanisme pasti yang menjadi

penyebab utama resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin

pada DM tipe II tidak diketahui, meskipun faktor genetic berperan

utama.(Nuari, 2017)

2.1.6 Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut (Tandra, 2017) Pasien dengan DM beresiko terjadi

komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya :

2.1.6.1 Komplikasi akut

1. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi

biasanya terjadi pada NIDDM.

2. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil

metabolisme lemakdan protein terutama terjadi pada

IDDM.

3. Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan

atau tidak terkontrol.


2.1.6.2 Komplikasi Kronis

1. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-

organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada :

a. Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata

sehingga mengakibatkan kebutaan)

b. Nefropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada organ tubuh.

c. Neuropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal)

dapat mengakibatkan gagal ginjal

d. Makroangiopati

Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti

miokard infark maupun gangguan fungsi jantung karena

arteriskelosis.

e. Penyakit vaskuler perifer

f. Gangguan system pembuluh darah otak atau stroke

2. Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka

yang tidak sembuh-sembuh

3. Disfungsi erektil diabetika

Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi akibat komplikasi

seperti :

1. Hiperglikemia atau hipoglikemia


2. Meningkatnya resiko infeksi

3. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati,nefropati

4. Komplikasi neufrotik

5. Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner

(PJK) stroke.

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe II

Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi

yang ditimbulkan akibat DM.Caranya yaitu menjaga kadar glukosa

darah dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta

memelihara kualitas hidup dengan baik.Ada lima komponen dalam

penatalaksanaan diabetes tipe II yaitu :

2.1.7.1 Manajemen diet

Tujuan umum pelaksanaan diet pasien DM antara lain :

mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid

mendekati normal, mencapai dan mempertahankan berat badan

dalam batas – batas normal atau ±10% dari berat badan idaman,

mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan

kualitas hidup.Penurunan berat badan sehat atau sedang (5-10%

dari total berat badan ) telah menunjukkan perbaikan dalam

mengontrol DM tipe II.

Standar komposisi makanan untuk pasien DM yang dianjurkan

oleh konsesus perkeni (2006) adalah :


1. Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-56% dari total

asupan kalori.

2. Protein

Total asupan kalori dibutuhkan sebesar 10-20%

3. Lemak

Asupan lemak yang dianjurkan sekitar 20-25% dari total

kebutuhan kalori.

4. Kolestrol

Yang dibutuhkan <300 mg/kalori

5. Serat

Asupan makanan dengan serat yang tinggi dalam 1000

kkal/hari dianjurkan serat mencapai 25 g.

2.1.7.2 Latihan Fisik

Latihan fisik sangat penting dalam penatalaksanaan

diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah

dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.Latihan fisik yang

rutin memelihara berat badan normal dengan indeks masa

tubuh.

Manfaat latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan


memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah

dan tonus otot. Semua manfaat ini penting bagi penderita DM

mengingat adanya peningkatan rasio untuk terkena penyakit

kardiovaskuler pada diabetes.

2.1.7.3 Terapi Farmakologi

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah

normal.Pada DM tipe II, insulin terkadang diperlukan sebagai

terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa

darah jika dengan diet, latihan fisik dan obat hipoglikemia oral

(OHO) tidak dapat menjaga gula darah dalam rentang

normal.Berdasarkan cara kerja OHO dibagi atas 3 golongan,

yaitu :

1. Memicu produksi insulin

2. Meningkatkan kerja insulin (sensivitas terhadap insulin)

3. Penghambat enzim alfa glukosidase.(Damayanti, 2015)

2.2 Tinjauan Umum Kadar Gula Darah

2.2.1 Defenisi

Tandara, (2014) dalam kutipan Andhika, (2018) Kadar gula darah

adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat

dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di dalam

hato dan otot rangka.

Menurut Callista Roy dalam buku Tandara, (2014) yang dikutip

oleh Andhika, (2018) kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang
beredar dalam darah. Kadarnya dipengaruhi oleh berbagai enzim dan

hormon yang paling penting adalah hormon insulin.Faktor yang

mempengaruhi dikeluarkan insulin adalah makanan yang berupa

glukosa, manosa, dan stimulasi vagal : obat golongan.(Andhika, 2018)

2.2.2 Pemeriksaan Gula Darah

Macam kadar gula darah dibedakan berdasarkan waktu

pemeriksaan. Gula Darah Sewaktu (GDS), jika pengambilan sampel

darah tidak dilakukan puasa sebelumnya.Gula Darah Puasa (GDP),

jika pengambilan sampel darah dilakukan setelah klien puasa selama 8-

10 jam .Gula darah 2 jam post paradinal.(Andhika, 2018)

2.2.3 Macam-Macam Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Berdasarkan Soegondo dan Sidartawan, (2011) dalam kutipan

Andhika, (2018) Ada beberapa macam pemeriksaan kadar gula darah

yang dapat dilakukan, yaitu :

2.2.3.1 Glukosa darah sewaktu

Pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan setiap waktu

sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir yang dimakan

dan kondisi tubuh orang tersebut.

2.2.3.2 Glukosa Darah Puasa (GDP)

Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang

dilakukan setelah pasien melakukan 8-10 jam.

2.2.3.3 Glukosa darah 2 jam post pradinal.


Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang dihitung

2 jam setelah pasien menyelesaikan makan.

Tabel 2.3
Patokan Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan puasa
untuk menyaring dan mendiagnosis DM
Bukan Belum pasti Pasti
Kadar glukosa darah Plasma vena <100 100-199 ≥200
Sewaktu (mg/dL) Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Kadar glukosa puasa Plasma vena <100 100-125 ≥126
Puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber : (Andhika, 2018)

2.2.4 Manfaat Pemeriksaan Gula Darah

Pemantauan kadar gula darah adalah cara yang lazim untuk menilai

pengendalian DM.Di samping indikator lainnya, hasil pemantauan gula

darah tersebut digunakan untuk menilai manfaat pengobatan dan

sebagai pegangan penyesuaian diet, olahraga dan obat-obatan untuk

mencapai kadar gula darah senormal mungkin serta terhindar dari

keadaan hiperglikemia atau hipoglikemia.Parameter yang dapat

digunakan untuk pemantauan kadar gula darah pada pasien DM.

(Andhika, 2018)

Tabel 2.4
Parameter pemantauan Kadar Gula Darah
Parameter Baik Sedang Buruk
Glukosa Darah Puasa (mg/dL) 80-109 110-125 ≥126
Glukosa Darah 2 jam (mg/dL) 110-144 145-179 ≥180
AIC (%) <65 6,5-8 >8
Kolestrol total (mg/dL) <200 200-239 ≥240
Kolestrol LDL (mg/dL) <100 100-129 ≥130
Kolestrol HDL (mg/dL) >45
Trigliserida (mg/dL) <150 150-199 ≥200
IMT (kg/m) 18,5-22,9 23-25 >25
Tekana Darah (mmHg) <130-80 130-140/80-90
Sumber :(Andhika, 2018)

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Gula Darah

2.2.5.1 Stress

Stress yang disebabkan oleh factor fisiologik seperti infeksi

dan pembedahan turut menimbukan hiperglikemiadan dapat

memicu diabetes ketoasidosis. Stres emosional dapat memberi

dampak negative terhadap pengendalian diabetes. Peningkatan

hormon “stress” akan meningkatkan kadar gula darah, khususnya

bila asupan makanan dan pemberian insulin tidak berubah.Di

samping itu, pada saat terjadi stress emosional, penderita DM dapat

mengubah pola makan, latihan dan penggunaan obat yang biasanya

dipatuhi. Keadaan ini turut menimbulkan hiperglikemia atau

bahkan hipoglikemia.(Andhika, 2018)

2.2.5.2 Olahraga

Olahraga sangat penting dalam pengontrolan kadar gula darah

yaitu akan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler.Olahraga akan

menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.Olahraga

dengan cara melawan tahanan (Resistance training) dapat

meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah

laju metabolisme istirahat ( resting metabolic rate).Semua efek ini


sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat

badan, mengurangi rasa stress, dan mempertahankan kesegaran

tubuh.(Andhika, 2018)

2.2.5.3 Obat

Obat adalah bahan atau campuran yang digunakan untuk

melakukan pengobatan yang berfungsi untuk mencegah,

menghilangkan, mrngurangi, atau menyembuhkan suatu

penyakit atau luka.Obat yang biasa digunakan unutk

pengobatan diabetes mellitus adalah Obat Hipoglikemik oral

(OHO) dan obat insulin.

2.3 Tinjauan Umum Stres

2.3.1 Defenisi

Stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya

yang saling memengaruhi itu dinamakan dengan interaksi

transaksional yang didalamnya terdapat proses penyesuaian.(Tine

Donsu, 2017)

Potter dan Perry, (2005) dalam buku Donsu (2017) Stres adalah

segala sesuatu dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang

individu untuk merespon atau melakukan tindakan.

Menurut Hardjana, (1994) dalam buku Yosep, (2016) stres

merupakan keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang

yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres

membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara


keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan

sosial yang ada padanya.

Stres adalah tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan

atau beban atasnya yang bersifat non spesifik.Namun, di samping itu

stres dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat

dari suatu gangguan atau penyakit.

2.3.2 Jenis Stres

Ada dua tipe stres yaitu :

2.3.2.1 Stres Akut

Stres ini dikenal juga dengan fight or flight response.Stres

akut adalah respons tubuh anda terhadap ancaman tertentu,

tantangan atau ketakutan.Respon stres akut yang segera dan

intensif di beberapa keadaan, dapat menimbulkan gemetaran.

2.3.2.2 Stres Kronis

Stres akut kecil dapat memberikan keuntungan, dimana

dapat membantu anda untuk melakukan sesuatu, memotivasi dan

memberi semangat.Namun masalah terjadi ketika stres akut

menimbun, hal ini akan mendorong terjadinya masalah kesehatan

seperti sakit kepala dan insomnia.Stres kronis lebih sulit

dipisahkan atau diatasi daripada stres akut, tapi efeknya lebih

panjang dan lebih problematik.

2.3.3 Sumber Stres/Stressor

Sumber stres terdiri dari tiga (3) aspek yaitu :


2.3.3.1 Diri sendiri

Sumbers stres dalam diri sendiri pada umumnya

dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan

berbeda.Mengingat bahwa manusia adalah makhluk rohani, dan

makhluk jasmani, maka stressor dapat dibagi menjadi tiga yaitu

stressor Rohani (spiritual), Stresor Mental (Psikologi), dan stressor

Jasmani (Fisikal)

2.3.3.2 Keluarga

Sementara itu stres yang bersumber dari masalah keluarga,

dapat terjadi karena adanya perselisihan masalah keluarga, masalah

keuangan, serta adanya tujuan yang berbeda diantara anggota

keluarga.

2.3.3.3 Masyarakat dan lingkungan

Pada sisi lain, masyarakat dan lingkungan juga menjadi

salah satu sumber stress.Kurangnya hubungan interpersonal,

serta kurang adanya pengakuan di masyarakat, merupakan

penyebab stres dari lingkungan dan masyarakat.

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau pristiwa

yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

(anak, remaja. Dewasa), sehingga orang itu terpaksa

mengadakan adaptasi atau menanggulangi stressor yang

timbul.Pada umumnya jenis stressor psikososial dapat

digolongkan sebagai berikut :


1. Perkawinan

Berbagai masalah perkawinan merupakan sumbe stress

yang dialami seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan,

perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan,dll

2. Problem orang tua

Permasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak

punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit;

hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan, dan lain

sebagainya.

3. Hubungan Interpersonal

Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat

yang mengalami konflik, konflik dengan kekasih, antara atasan

dan bawahan, dan lain sebagainya.

4. Pekerjaan

Masalah pekerjaan merupakan sumber stress kedua setelah

masalah perkawinan.Misalnya pekerjaan terlalu banyak,

pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat,

pensiun, kehilangan pekerjaan (PHK), dan lain sebagainya.

5. Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan yang burukbesar pengaruhnya bagi

kesehatan seseorang, misalnya soal perumahan, pindah tempat


tinggal, penggususuran, hidup dalam lingkungan rawan

(kriminalitas) dan lain sebagainya.

6. Keuangan

Masalah keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan

jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang,

kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya.

7. Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat

merupakan sumber stress pula, misalnya tuntutan hokum,

pengadilan, penjara, dan lain sebagainya.

8. Perkembangan

Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik

fisikmaupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa

dewasa, menopause, usia lanjut, dan sebagainya.

9. Penyakit fisik atau cedera

Sumber stress yang dapat menimbulkan stress yaitu ,

penyakit, kecelakaan, aborsi, dan lain sebagainya.

10.Lain-lain

Stressor kehidupan lainnya juga dapat menimbulkan stress

adalah, bencana alam, kebakaran, perkosaan, kehamilan diluar

nikah, dan lain sebagainya.(Yosep & Sutini, 2016)

2.3.4 Tahapan Stress


Gangguan stress biasanya timbul secara lamban, tidak jelas

kapan mulainya dan sering sekali tidak menyadari.Namun

meskipun demikian dari pengalaman praktik psikiatri, para ahli

mencoba membagi stress tersebut dalam enam tahapan.Setiap tahap

memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang

bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka

mengenali gejala tersebut dikemukakan oleh Robert J.Van Amberg

(Psikiater) sebagai berikut:

2.3.4.1 Stres Tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

1. Semangat besar

2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya.

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah

semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan

energinya sedang menipis.

2.3.4.2 Stress Tingkat II

Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbal keluhan-keluhan dikarenakan cadangan

energi tidak lagi cukup sepanjang hari.Keluhan-keluhan yang

sering dikemukakan sebagai berikut:


1. Merasa letih sewaktu bangun pagi

2. Merasa lelah sesudah makan siang

3. Meras alelah menjelang sore hari

4. Terkadang gangguan dalam system pencernaan (gangguan

usus, perut, kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-

debar.

5. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk

(belakang leher)

6. Perasaan tidak bisa santai

2.3.4.3 Stres Tingkat III

Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak disertai

dengan gejala-gejala:

1. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke

belakang).

2. Otot-otot terasa lebih tegang

3. Perasaan tegang yang semakin meningkat

4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar

tidur kembali, atau bangun terlalu pagi).

5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh

pingsang).

2.3.4.4 Stres Tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk

yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :


1. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.

2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit

3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan

sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.

4. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dna

seringkali terbangun dini hari.

5. Perasaan negativistik

6. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam

7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti

mengapa.

2.3.4.5 Stres Tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari

tahapan IV di atas, yaitu :

1. Keletihan yang mendalam

2. Untuk pekerjaan- pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang

mampu

3. Gangguan system pencernaan (sakit maag dan usus) lebih

sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan

sering ke belakang.

4. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik

2.3.4.6 Stres Tingkat VI


Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan

keadaan gawat darurat.Tidak jarang penderita dalam tahapan ini

dibawa ke ICCU.Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan.

1. Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat

adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi

dalam peredaran darah.

2. Nafas sesak, megap-megap

3. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran

4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi,

pingsan atau collaps.(Yosep & Sutini, 2016)

2.3.5 Dampak Stres

Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua

cara.Pertama, perubahan yang diakibatkan oleh stress secara

lansung mempengaruhi fisik system tubuh yang dapat

mempengaruhi kesehatan.Kedua, secara tidak lansung stress

mempengaruhi perilaku individu sehingga menyebabkan timbulnya

penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah ada.(Andhika,

2018)

2.3.6 Strategi mengurangi stress pada pasien

Ada beberapa strategi untuk mengurangi stress Putri. Rima,dan

Nova, (2009) dalam kutipan Andhika, (2018) yaitu :

2.3.6.1 Beri kesempatan pasien untuk mempertahankan identitas


2.3.6.2 Berikan informasi yabg dibutuhkan oleh pasien.Stres yang

dialami oleh pasien sering disebabkan kurangnya informasi

yang diterima oleh pasien.

2.3.6.3 Berikan kesempatan pada pasien untuk dapat mnegungkapkan

perasaan dan fikirannya.

2.3.6.4 Beri reinforcement tentang aspek positif yang dapat dilakukan

oleh pasien.

2.3.6.5 Rencakan kunjungan dengan pasien lain yng mempunyai

masalah yang sama. Hal ini dapat dilakukan agar pasien dapat

saling tukar informasi dan berbagai pengalaman dalam

upayanya menurunkan stress.

2.3.7 Alat Ukur Tingkat Stres

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stress

yaitu dengan menggunakan DASS (Depression Anxiety Stres

Scale).Unsur dinilai antara lain skala stress.Pada kuesioner ini

terdiri dari 14 pertanyaan.Penilaian dapat diberikan dengan

menggunakan 0: tidak pernah, 1: kadang-kadang, 2 : sering, 3 :

hamper setiap saat.Untuk penilaian tingkat stress dengan ketentuan

sebagai berikut menurut Lestari, (2005) dalam kutipan Andhika,

(2018) :

Normal : 0-14

Ringan : 15-18

Sedang : 19-25
Berat : 26-33

Sangat berat : 33>

2.3.8 Kriteria Penilaian DASS

Tingkatan stress pada instrument ini berupa normal, ringan,

sedang, berat, dan sangat berat.Psvchometric Properties of The

Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) yang terdiri dari 42

item, yang mencakup :

2.3.8.1 Skala Depresi

Skala depresi termasuk respon fisiologik/fisik menurut

DASS terdiri dari beberapa nomor antara lain : 3 (tidak dapat

melihat hal yang positif dari suatu kejadian), 5 (merasa

sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan), 10

(pesimis), 13 (merasa sedih dan depresi), 16 (kehilangan minat

pada banyak hal missal makan, ambulasi, sosialisasi), 17

(merasa tidak layak), 21 (merasa hidup tidak berarti), 42 (sulit

untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu.Dengan

skor normal (0-9), ringan (10-13), Sedang (14-20), Berat (21-

27), sanga berat (>28).

2.3.8.2 Skala Anxiety (kecemasan)

Skala kecemasan termasuk respon perilaku menurut DASS

terdiri dari beberapa nomor antara lain : 2 (mulut terasa kering),

4 (merasakan gangguan dalam bernafas seperti nafas cepat,


sulit bernapas ), 7 (kelemahan pada anggota tubuh), 9 (cemas

yang berlebihan dalam suatu situasi namun biar lega jika hal

atau situasi itu berakhir), 15(kelelahan),19 berkeringat seperti

tangan berkeringat tanpa stimulasi oleh cuaca maupun latihan

fisik), 17(merasa tidak layak), 2 (ketakutan tanpa alas an yang

jelas), 23 (kesulitan menelan), 25 (perubahan kegiatan jantung

denyut nadi tanpa stimulusoleh latihan fisik), 28 (mudah

panic), 30 (takut diri terhambat oleh tugas-tugas yang tidak

biasa dia lakukan), 36 (ketakutan), 40 (rasa khawatir dengan

situasi saat diri anda mungkin menjadi panik, dan

mempermalukan diri sendiri (8-9), sedang ( 10-14), berat (15-

19), sangat berat (>20)

2.3.8.3 Skala Stres

Skala stres termasuk psikologis/emosi menurut DASS

terdiri dari beberapa nomor antara lain : 2 (menjadi marah

karena hal-hal kecil atau sepele), 6 (cenderung bereaksi

berlebihan pada situasi), 8 (kesulitan untuk relaksasi atau

bersantai), 11 (mudah merasa kesal), 12 (merasa banyak

menghabiskan energy), 14 (tidak sabaran), 18 (mudah

tersinggung), 22 (sulit untuk beristirahat), 27 (mudah marah),

29 (kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu),

32 ( sulit untuk menoleransi gangguan-gangguan terhadap hal

yang dilakukan), 33 (berada pada keadaan tegang ), 35 (tidak


dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untuk

menyelesaikan hal yang sedang dilakukan),39 (mudah gelisah),

dengan skor normal (0-14), ringan (15-18), sedang ( 19-25),

berat (26-33), sangat berat (>34).

2.4 Tinjauan Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peningkatan Kadar Gula


Gula Darah DarahPada DM Tipe II
1. Stres
2. Olahraga
3. Obat
Sumber : (Andhika, 2018)

Gejala Stress Tingkat Stres


1. Cepatmarah
2. Sulituntukrileks
3. Cenderunghipokondria
4. Penurunanminat
5. PenurunanEnergi
sumber : (Yosep, 2016)
Sumber Stressor
1. Dirisendiri

2. Keluarga

3. Masyarakat
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti(Nursalam,

2016).

Variabel Independent Variabel Dependent

Stres 1. Kadar Gula Darah


2. DM

Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Stres

1. Diri sendiri
2. Keluarga
3. Masyarakat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian “Hubungan Tingkat Stres Terhadap


Peningkatan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe II”

Keterangan :

: Diteliti Variabel Independen dan Dependen

: Tidak diteliti
: Hubungan Antar Variabel

Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa menghubungkan antara dua

variabel penelitian yaitu variabel penelitian independent dan variabel

dependet.Variabel independent pada penelitian ini adalah stress, yang

mempengaruhi faktor-faktor stress adalah diri sendiri, keluarga, dan

masyarakat.Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar gula

darah pada penderita DM

Variabel adalah objek penelitian yang dijadikan sebagai sasaran

penelitian.Variabel disebut juga sebagai gejala penelitian yang akan

penelitian.Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain)(Tine Donsu,

2016).Variabel juga merupakan konsep dari berbagia level abstark yang

didefenisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

suatu penelitian.Variabel dalam penelitian keperawatan yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Variabel independen (Variabel Bebas)

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

nilainya menentukan variabel lain.Variabel independent pada penelitian ini

adalah stress.(Nursalam, 2016)

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)


Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain.Variabel dependen pada penelitian ini adalah

Kadar gula darah pada penderita DM.(Nursalam, 2016)

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang

diamati (diukur) dari sesuatu yang didefenisikan.(Nursalam, 2016).Dalam

penelitian yang menjadi defenisi operasional yaitu :

Tabel 4.1
Variabel, Defenisi Operasional, Cara pengukuran, dan Hasil Ukur
Variabel Defenisi Cara pengukuran Hasil Skala
Operasional Ukur
Stres pada Respon tubuh Responden Normal : Ordinal
penderita yang dialami mengisi kuesioner (0-14),
DM oleh pasien khusus tingkat Stres
diabetes stres yang ringan (15-
mellitus disediakan, dan 18), stres
akibat alat ukur yang sedang (19-
penyakit yang digunakan adalah 25), stres
diderita. DASS (Depresi on berat (26-
Anxiety stres 33) dan
scale) yang terdiri sangat
dari 14 pertanyaan berat (>34)
stres di rangkin
dalam 4 point
yaitu tidak, jarang,
sering, dan
selalu.Apabila
responden
menjawab :
(tidak) diberi skor
0, (jarang) diberi
skor 1, (sering)
diberi skor 2, dan
(selalu) diberi skor
3. Dan hasil
nilainya akan
ditambahkan untuk
memberi total nilai
0-34.
Kadar Kadar gula Peneliti melakukan Buruk Ordinal
Gula darah pemeriksaan gula (≥180
Darah penderita darah mg/dL),
yang diambil menggunakan alat Ssedang
melalui ukur glukometer (145-179
pembuluh easy touch GCU. mg/dL),
darah kapiler Baik (80-
yang 144 mg/dl)
diperiksa
dengan
menggunakan
alat
glukometer
yang
dilakukan
oleh peneliti.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang pertanyaan penelitian yang

dirumuskan sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan antara tingkat stress terhadap peningkatan kadar gula

darah pada penderita DM tipe II.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelian

Desain penelitian yang rencana digunakan adalah desain penelitian

kuantitatif yaitu korelasi yang bersifat menjelaskan hubungan antar

variabel.Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan cross-sectional

yaitu rancangan penelitian yang diukur dan dilakukan sekali waktu

(simultan).Dimana peneliti melakukan pengamatan terhadap permasalahan

yang diangkat dengan memperhatikan frekuensi dan waktu, secara bersamaan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki

kualitas dan, karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti

sebelumnya.Populasi bersifat homogen.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di

ruang mawar dengan diabetes mellitus di RSUD Daya.

4.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi.Sampel merupakan

kriteria yang menentukan subjek penelitian mewakili sampel penelitian

yang memenuhi kriteria sampel.Sampel dalam penelitian ini adalah


seluruh pasien rawat inap di ruang mawar dengan diabetes mellitus di

RSUD Daya.

4.2.2.1 Besar Sampel

Besar Sampel yang ditetapkan dengan menggunakan rumus

slovin yaitu :

n= N
1 + N (d)2
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
(d)2= Tingkat Signifikan (0,05)2
Berdasarkan rumus diatas maka ditemukan besar sampel
sebagai berikut:
n= N
1 + N (d)2
= 60
1+60 (0,05)2

= 60
1+60 (0.0025)

= 60
1.15
= 52,1 dibulatkan menjadi 52 sampel
4.2.2.2 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien dengan penyakit DM tipe II

b. Pasien yang mampu berkomunikasi dengan baik


c. Pasien yang kooperatif

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

b. Pasien yang tidak kooperatif

c. Pasien yang tidak terdiagnosis penyakit DM type II

d. Tidak mampu berkomunikasi dengan baik

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini tempat dan lokasi yang digunakan sebagai

objek penelitian adalah ruang penyakit dalam mawar di RSUD Daya.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini selesai

diseminarkan yaitu pada bulan februari-maret 2020.

4.4 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian dalam hal RSUD Daya setelah memperoleh izin

dari instansi tersebut, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika

meliputi :

4.4.1 Informed consent

Lembaran persetujuan diberikan kepada setiap calon responden

yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden


menolak, maka peneliti tidak berhak memeriksa dan tetap menghargai

hak-hak pasien.

4.4.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan (Veracity)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tapi lembar tersebut diberi kode tertentu.

4.4.3 Justice (Keadilan)

Hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan untuk

privasi. Dalam penelitian ini responden memiliki hak untuk mendapat

perlakuan yang adil dan sama sebelum, selama, dan setelah ikut serta

dalam penelitian.

4.4.4 Memperhitungkan dampak positif dan negatif penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mempertimbangkan

tentang resiko penelitiannya, dan peneliti harus menjelaskan terlebih

dahulu kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan

sebagai tindakan antisipatif.

4.5 Alat Pengumpulan Data

4.5.1 Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh lansung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data.Pengumpulan data primer diperoleh dengan

menggunakan kuesioner dan alat glucometer easy touch GCU.

4.5.2 Data sekunder


Data sekunder adalah data yang diperoleh dari institusi atau pihak

lain yang dapat dipercaya, tidak lansung diperoleh oleh peneliti dari

subjek penelitiannya.Pengumpulan data sekunder diperoleh peneliti

dari dinas kesehatan kota Makassar dan dari rekam medik RSUD

Daya.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat yang akan digunakan dalam

pengumpulan data. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah kuesioner DASS 42 diaplikasikan dengan format rating scale (skala

penilaian).Tingkat stress dalam penelitian ini berupa normal, ringan, sedang,

berat, sangat berat.Untuk mengetahui tingkat stress pada pasien diabetes

mellitus dengan jumlah pertanyaan sebanyak 14 pertanyaan.Kemudian

responden menjawab pertanyaan dengan memberikan tanda check list atau

centang pada jawaban yang dipilih oleh responden pada pertanyaan yang ada

dalam kuesioner.Selain itu instrument yang digunakan juga yaitu glucometer

easy touch GCU untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah pada

pasien.Instrumen tambahan berupa camera untuk mengambil gambar atau

foto.

4.7 Uji Instrumen

4.7.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan instrument penelitian yang digunakan

unutuk mengukur ketepatan dan kecermatan data yang diteliti.Validitas

dapat diartikan sebagai aspek kecermatan pengukuran.(Tine Donsu,


2016).Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner

DASS 42 dan glukotest GCU.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu berlainan. Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah

dengan menggunakan metode uji statistikSpearman’s Rho dengan nilai

kemaknaan α <0,05.Dari hasil uji statistik Spearman’s Rho peneliti

sebelumnyadiperoleh angka signifikan atau Ϸ= 0,001 yang berarti lebih

kecil dar <0,05 maka H0 ditolak dan HI diterima.Dengan

menunjukkan niali korelasi 0,477 yang terletak antara 0,400-0,599

adalah kategori sedang.Standar yang digunakan dalam menentukan

reliable atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya

menggunakan suatu batasan nilai tertentu.Dan variabel ini sudah teruji

dan layak atau bisa digunakan.

4.8 Proses Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data yang ditetapkan adalah

sebagai berikut :

4.8.1 Mengurus surat perijinan dan persetujuan penelitian kepada ketua

STIKES Nani Hasanuddin Makassar, koordinasi dengan direktur

RSUD kota Daya,.


4.8.2 Kemudian untuk melakukan penelitian, peneliti meminta perijinan

kembali kepada ketua STIKES Nani Hasanuddin Makassar, lalu ke

LITBANG kota Makassar. Setelah mendapat surat perijinan dari

LITBANG, selanjutnya mengurus perijinan kepada direktur RSUD

Daya.

4.8.3 Setelah semua surat izin penelitian sudah didapatkan, peneliti

datang secara lansung ke RSUD Daya.

4.8.4 Selanjutnya peneliti memilih responden sesuai kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi.

4.8.5 Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang

tujuan penelitian, manfaat dan prosedur peneliti.

4.8.6 Bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

lembar persetujuan (lembar inform consent)

4.8.7 Peneliti memberikan kuesioner kepada responden menjelaskan

tentang pengisian kuesioner yang sudah disediakan, untuk diisi

oleh responden dengan cara mengisi pertanyaan dan memberikan

tanda centang pada jawaban yang dianggap benar, kemudian

setelah selesai kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti.

4.8.8 Setelah kuesioner sudah dikumpulkan, peneliti memberikan kode

pada setiap lembar jawaban (kuesioner) dan yang terakhir peneliti

memberikan skor pada tiap masing-masing lembar jawaban

(kuesioner).

4.9 Pengolahan dan Analisis Data


4.9.1 Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah :

4.9.1.1 Editing

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau

dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting atau diedit terlebih

dahulu untuk melihat adanya kesalahan yang akan diperbaiki

kembali.

4.9.1.2 Coding

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom

untuk merekam data secara manual.Lembaran atau kartu kode

berisi nomor responden, dan nomor pernyataan.Mengubah data

yang telah terkumpul dalam bentuk kalimat diubah menjadi data

angka atau bilangan.

4.9.1.3 Data entry

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program atau “software” computer.Dalam

pemrosesan data yang dilakukan oleh peneliti adalah memasukkan

data yang telah dimasukkan ke dalam master table atau database

computer, kemudian membuat distribusi frekuensi seperti,

karakteristik, usia, jenis kelamin dan lain-lain.

4.9.1.4 Scoring (pemberian skor)

Menentukan skor atau nilai untuk setiap pertanyaan dan

tentukan nilai terendah dan tertinggi.Tahapan ini dilakukan setelah


ditentukan kode jawaban atau hasil observasi sehingga setiap

jawaban responden atau hasil observasi dapat diberikan skor.

4.9.1.5 Tabulating

Data yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam bentuk

tabel agar mudah dibaca.

4.9.2 Analisa Data

4.9.2.1 Analisa Data Univariat

Analisa data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeksripsikan karakteristik setiap variabel.Pada analisa data

univariat ini digunakan untuk menganalisis hubungan tingkat stress

terhadap peningkatan kadar gula darah penderita diabetes mellitus

tipe II di RSUD Daya.Analisis ini berguna untuk menilai kualitas

data dan menetukan rencana analisis berikutnya.

4.9.2.2 Analisa Data Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan tingkat stress terhadap peningkatan kadar

gula darah penderita diabetes mellitus tipe II di RSUD Daya

menggunakan program SPSS 20 dengan tingkat kemaknaan (α) :

0,05.
DAFTAR PUSTAKA

Andhika. (2018). Hubungan tingkat stres terhadap kadar gula darah pada pasien

diabetes melitus di rsud kota madiun. Stikes bhakti husada mulia madiun.

Chaidir, R., Wahyuni, A. S., & Furkhani, D. W. (2017). Hubungan self care

dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus. Jurnal Endurance, 2(2), 132.

https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1357

Damayanti, S. (2015). Diabetes mellitus dan penatalaksanaan keperawatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Derek, M., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan tingkat stres dengan kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus tipe Ii di rumah sakit pancaran kasih

gmim manado. Jurnal Keperawatan, 5(1), 1–6.

Izzati, W. N. (2015). Hubungan tingkat stres dengan peningkatan kadar gula darah

pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas perkotaan rasimah

ahmad bukittinggi tahun 2015. ’Afiyah, 2(2).

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas)

indonesia tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018, pp. 182–183.

Medika. (2017). Berdamai dengan diabetes (Nursyamsiyah, Ed.). Jakarta: Bumi

medika.

Muzakkir. (2016). Perilaku hidup kurang sehat memicu penyakit (Amier, Ed.).

Makassar: PT.ISAM Cahaya Indonesia.


Nuari, A. N. (2017). Strategi manajemen edukasi pasien diabetes mellitus.

Yogyakarta: CV Budi utama.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan

Praktis. Jakarta: Salemba Medika.

Tandra, H. (2017). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes

panduan lengkap mengenal dan mengatasi diabetes dengan cepat dan

mudah. jakarta: PT Gramedia pustaka utama.

Tholib, M. A. (2016). Buku pintar perawatan luka diabetes mellitus. Jakarta:

Salemba Medika.

Tine Donsu, J. D. (2016). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: PT

Pustaka baru.

Tine Donsu, J. D. (2017). Psikologi keperawatan aspek-aspek psikologi konsep

dasar psikologi teori perilaku manusia. Yogyakarta: Pustaka baru press.

Yosep, I., & Sutini, T. (2016). Buku ajar keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika

Aditama.
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Tingkat Stress dengan Peningkatan Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Mellitus di RSUD Daya

A. Identitas Responden

Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebagai

berikut :

1. Inisial Nama :

2. Umur :

: 18-20 Tahun : 21-27 Tahun : 28-32 Tahun

: 33-39 Tahun : 40-65 Tahun

3. Jenis Kelamin

: Laki – Laki : Perempuan

4. Pendidikan

: Tidak Sekolah : SD : SMP : SLTA : Diploma/Sarjana

5. Pekerjaan

: Tidak Bekerja : Pedagang : Petani : Pegawai Negeri

: Wiraswasta : TNI/POLRI :Lain-lain

6. Berapa lama sudah menderita diabetes Mellitus :


: <5th : 5-10th : >10th

7. Berapa kali dirawat dalam 1 tahun :

: Belum Pernah : 1-3 kali : >3 kali

Lampiran 2

Petunjuk Pengisian Angket

1. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan apa yang paling anda rasakan saat
ini.Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiannya.
2. Berilah tanda Centang/Ceklis pada salah satu kolom yang menurut anda
cocok atau anda setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Untuk kerja sama dan perhatiannya, peneliti mengucapkan terima kasih.
Keterangan :
a. 0 : Tidak Pernah
b. 1 : Kadang-kadang
c. 2 : Sering
d. 3 : Hampir setiap saat.(Nursalam, 2016)
No Pernyataan 0 1 2 3
1 Saya mudah menjadi marah karena hal-hal kecil
atau sepele
2 Saya mudah cenderung bereaksi berlebihan
pada situasi
3 Saya mengalami kesulitan untuk relaksasi atau
bersantai
4 Saya mudah merasa kesal
5 Saya menjadi merasa banyak mengahbiskan
energi karena cemas
6 Saya mudah menjadi tidak sabaran
7 Saya mudah tersinggung
8 Saya mengalami sulit untuk beristirahat
9 Saya mudah mnejadi marah
10 Saya mengalami kesulitan untuk tenang setelah
sesuatu yang mengganggu
11 Saya mengalami sulit untuk menoleransi
gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang
dilakukan
12 Saya berada pada keadaan tegang
13 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang anda lakukan
14 Saya mudah gelisah

Anda mungkin juga menyukai