Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus ( DM ) merupakan suatu masalah kesehatan

masyarakat yang penting dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak

menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin

dunia. Jumlah kasus dan prevalensi DM terus meningkat selama beberapa

dekade terakhir (WHO, 2016). Pada tahun 2021, International Diabetes

Federation (IDF ) melaporkan 537 juta orang menderita Diabetes Melitus.

Indonesia menduduki peringkat kelima didunia menderita Diabetes

Melitus yatu sebanyak 19,5 juta (IDF, 2021). Menurut data dari Rikesdas (

2018 ) di Indonesia prevalensi penderita DM cenderung meingkat. Pada

tahun 2013 prevalensi Diabetes Meleitus 6.9% dan di tahun 2018 menjadi

8,5%. Peingkatan prevalensi penderita DM hampir disemua provinsi

diindonesia termasuk Sumatera Barat (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020). Prevalensi total DM di Sumatera Barat sebanyak 1, 6%

di tahun 2018, dimana Sumatera Barat diurutan ke 23 dari 33 provinsi di

Indonesia(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

DM merupakan salah satu penyakit metabolik dengan

hipergikemia, yang disebabkan oleh prakreas yang tidak dapat mensekresi

insulin, terjadinya gangguan kerja insulin, bahkan dapat terjadi keduanya

(PERKENI, 2021). Penderita dengan kondisi resistensi insulin, dimana

insulin tidak bisa merombak glukosa yang dapat mengakibatkan

meningkatnya retensi natrium di ginjal dan meningkanya aktivitas saraf


simpatik. Dua hal inilah yang berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan

darah. Hipertensi pada penderita Diabetes Melitus juga disebabkan oleh

hiperglikemia yang dapat meningkatkan anggiotensin II yang akan

menyebabkan terjanya hipertensi (Puspa et al., 2017).

Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa DM sulit diobati dengan

adanya hipertensi (Cervoni, 2020). Komorbid yang utama pada penderita

DM adalah hipertensi (Eren et al., 2014). Sebuah studi epidemiologi yang

sejalan dengan hal ini menunjukan bahwa kejadian hipertensi 1,52 lebig

besar diantara pasien DM dibandingkan pada pasien non DM (Anthonia &

Frank, 2014). Menurut Long ( 2011 ) dalam Prabowo ( 2019 ) 75%

penderita DM mempunyai kecenderungan untuk terkena hipertensi dua

kali lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak DM. Prevalensi

hipertensi pada DM secara keseluruhan 70% , pada laki-laki 32%,

perempuan 45% , masyarakat India puma 49%, kulit putih 37% dan orang

Asia 35%. Hal ini menjelaskan bahwa hipertensi pada DM akan sering

ditemukan (Permana, 2012)

PERKENI( 2015), menjelaskan bahwa ada 4 pilar penatalaksanaan

Diabetes Melitus. Keempat pilar itu adalah terapi nutrisi, aktivitas fisik,

terapi farmakologis, dan edukasi. Salah satu pilar penting dalam

pengelolaan Diabetes Melitus adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang

dianjurkan pada penderita DM adalah olahraga yang bersifat aerobik, dan

aktivitas fisik beritensitas sedang. Penderita DM yang aktivitas fisiknya

kurang dapat meningkatkan resiko hipertensi. Hal ini sesuai dengan

penelitian (Pangestu, 2020) yang menjelaskan aktivitas fisik yang rendah


akan meningkatkan resiko hipertensi sebesar 23,6 kali pada penderita

DM . penelitian juga menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan

secara teratur memiliki efek yang baik dan menguntungkan terhadap

kesehatan yaitu terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi (Atun et al.,

2014)

Lain halnya dengan aktivitas fisik, orang yang menderita Diabetes

Melitus juga mengalami stress yang mengakibatkan meningkatnya tekanan

darah. Pada penderita Diabetes Melitus, stress fisiologi dan emosional

seperti keadaan sakit, infeksi dan pembedahan dapat menimbulkan

hiperglikemia ( Nugroho & Purwanti ( 2010 ) dalam Derek et al

( 2017 ).menurut Errikkson ( 2008 ) dalam (Aulia & Rustam, 2021) orang

yang mengalami stress psikologi berkemungkinan akan menderita DM.

Studi lain juga menjelaskan bahwa orang yang memiliki tingkat stress

tinggi akan mengalami DM daripada orang dengan tingkat stress rendah.

Hasil dari penelitian (Ardian et al, 2018) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara stress dan tekanan darah.

Pukesmas Padang Lua adalah salah satu pelayanan kesehatan yang

terletak dikabupaten Agam, lebih tepatnya di kecamatan Banuhampu.

Pukesmas yang berada ditepi jalan ini di tunjang oleh sumber daya , sarana

dan prasarana yang cukup memadai dan terletak di tepi jalan raya sehingga

memudahkan masyarakat untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan ini.

Salah satu pelayanan di Pukesmas ini adalah pelayanan pada penderita

DM.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di pukesmas

Padang Lua terhadap 7 orang penderita DM , 5 diantaranya memiliki

tekanan darah berkisar antara 145/100 Sampai 175/110 yang artinya

memiliki tekanan darah tinggi ( hipertensi ) . Secara garis besar aktivitas

yang dilakukan penderita DM yang di wawancarai adalah berkebun.

Terdapat 2 orang penderita DM yang diwawancarai mengalami tanda

tanda stres seperti jantung berdebar dan panik karena baru mengetahui

penyakit yang dideritanya.

Bedasarkan uraian diatas dan studi pendahuluan yang telah

dilakukan, maka peneliti tertarik melakukan penlitian tentang “Hubungan

Aktivitas Fisik, Stress dengan Tekanan Darah pada Penderita Diabetes

Melitus di Pukesmas Padang Lua Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

rumusan masalah pada penelitian adalan Hubungan Aktivitas Fisik, Stress

dengan Tekanan Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Pukesmas

Padang Lua Tahun 2022 ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Diketahui adanya hubungan aktivitas fisik, tingkat stress dengan

tekanan darah pada penderita diabetes melitus di Pukesmas Padang

Lua Tahun 2022


2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya distribusi frkuensi karakteristik penderita Diabetes

Melitus di Pukesmas Padang Lua tahun 2022

b. Diketahuinya frekuensi aktivitas fisik penderita Diabetes Melitus

di Pukesmas Padang Lua tahun 2022

c. Diketahuinya frekuensi tingkat stress penderita Diabetes Melitus di

Pukesmas Padang Lua tahun 2022

d. Diketahuinya Tekanan Darah penderita Diabetes Melitus di

Pukesmas Padang Lua tahun 2022

e. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan Tekanan Darah

penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Lua tahun 2022

f. Diketahuinya hubungan tingkat stress dengan Tekanan Darah

penderita Diabetes Melitus di Pukesmas Padang Lua tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Sebagai pengaplikasian dari teori yang diperoleh selama pembelajaran

serta menambah wawasan , pengehuan dan berfikir penulis sebagai usaha

mendapatkan ilmu pengetahuan tentang cara penelitian dan sebagai

pengalaman yang berharga yang dapat menjadi bekal penulis dimasa

depan. Selain itu, h asil penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang

hubungan aktivitas fisik, tingkat stress dengan Tekanan Darah pada

penderita Diabetes Melitus.


2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan referensi serta menambah koleksi pustaka tentang

hubungan aktivitas fisik, tingkat stress dengan Tekanan Darah pada

penderita Diabetes Melitus

3. Bagi instutusi Pukesmas Padang Lua

Sebagai bacaan keilmuan di Pukesmas Padang Lua tentang keteikaitan

aktivitas fisik, tingkat stress dengan Tekanan Darah pada penderita

Diabetes Melitus
DAFTAR PUSTAKA

Anthonia, A., & Frank, O. (2014). AWARENESS OF OBESITY AS A


CARDIOVASCULAR RISK FACTOR AMONG DIFFERENT
OCCUPATIONAL GROUPS IN A PRIMARY CARE CLINIC IN NIGERIA.

Ardian, I., Haiya, Nutrisia N., Sari, T. U. (2018). Signifikansi Tingkat Stres
Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Universitas Islam Sultan Agung, 1(1), 152–156.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/unc/article/view/2907

Atun, L., Siswati, T., & Kurdanti, W. (2014). Asupan Sumber Natrium, Rasio
Kalium Natrium, Aktivitas fisik, dan Tekanan Darah Pasie Hipertensi. Mgmi,
6(1), 63–71. https://media.neliti.com/media/publications/150177-ID-asupan-
sumber-natrium-rasio-kalium-natri.pdf

Cervoni, B. (2020). how diabetes and hypertension are related.

Derek, M., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rumah Sakit Pancaran
Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 105312.

Eren, N. K., Harman, E., Dolek, D., Tütüncüoʇlu, A. P., Emren, S. V., Levent, F.,
Korkmaz, G., Tülüce, S. Y., & Nazli, C. (2014). Rate of blood pressure
control and antihypertensive treatment approaches in diabetic patients with
hypertension. Turk Kardiyoloji Dernegi Arsivi, 42(8), 733–740.
https://doi.org/10.5543/tkda.2014.53384

IDF. (2021). International Diabetes Federation. In Diabetes Research and Clinical


Practice (Vol. 102, Issue 2). https://doi.org/10.1016/j.diabres.2013.10.013

Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan


Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI.
Pangestu, A. D. (2020). HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM,
STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KECAMATAN
PESANGGRAHAN. ARGIPA (Arsip Gizi Dan Pangan), 4(2), 54–64.
https://doi.org/10.22236/argipa.v4i2.3875

PERKENI. (2015). konsensus Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 Di Indonesia. In Perkeni.

PERKENI. (2021). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2


di Indonesia 2021. 46.

Permana, H. (2012). Pengelolaan Hipertensi pada Diabetes Mellitus Tipe 2. FK


UNPAD Bandung.
http://repository.unpad.ac.id/3240/1/pengelolaan_hipertensi_pada_diabetes_
mellitus_tipe_2.pdf

Prabowo, R. H. (2019). Prevalensi Hipertensi pada Pasien Diabetes Melitus di


Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Biomedika, 12(1), 41–46.
https://doi.org/10.31001/biomedika.v12i1.471

Puspa, G., Marek, S., & Adi, M. S. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA HIPERTENSI PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II ( Studi di Wilayah Puskesmas
Kabupaten Pati ). XIII(1), 47–59.

Putri, A., & Rustam, J. S. (2021). Psychological Stress and Long-Term Risk of
Type 2 Diabetesmellitus Among Civil Servant: a Prospective Cohort Study.
Malaysian Journal of Medical Research, 5(1), 19–24.
https://doi.org/10.31674/mjmr.2021.v05i01.004

WHO. (2016). Global report on diabetes. Global Report on Diabetes, 88.

Anda mungkin juga menyukai