Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS HIPERTENSI DI RSUD ENDE .

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

SASKIA ZAHRANI
NIM.PO5303202200529

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN ENDE

2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS HIPERTENSI DI RSUD ENDE .

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Keperawatan Program

Pada Program Studi Keperawatan Ende

Oleh:

SASKIA ZAHRANI
NIM.PO5303202200529

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN ENDE

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama untuk terjadinya

penyakit kardiovaskular dan menyebabkan kematian global. Angka penderita

hipertensi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hipertensi sekarang

menjadi masalah umum, tidak hanya di Indonesia tetapi di dunia, karena

hipertensi merupakan salah satu pintu masuk atau faktor resiko penyakit jantung,

ginjal, diabetes, dan stroke (Kemenkes RI 2019).

Menurut World Health Organization (WHO) penyakit kardiovaskuler

terdapat 17,9 juta jiwa, sedangkan di negara dengan pendapatan rendah dan

menengah terdapat 1,28 juta jiwa merupakan penderita hipertensi yang berusia

30-79 tahun.(WHO,2021). Sekitar 46% orang dewasa di seluruh dunia tidak

mengetahui bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi (WHO,2021).

Data WHO mencatat bahwa jumlah prevalensi hipertensi di Negara

berkembang termasuk Indonesia mencapai 65,74% atau mencapai 65 juta

penderita (Tamako, 2016). Menurut Kementerian kesehatan (Kemenkes) 2019,

25% kasus tekanan darah tinggi di Indonesia belum didiagnosis. Hal ini

menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit yang sering disebut sebagai

pembunuh diam diam.


Hipertensi menjadi peringkat ke-1 penyakit tidak menular dan

didiagnosa di fasilitas kesehatan dengan jumlah kasus mencapai 185.857.

(Kemenkes,2018)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevelensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%,

tertinggi di kalimantan selatan (44,1%), sedangkan terendah di papua sebesar

(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 54-

55 tahun(45,3%),umur 55-64 tahun (55,2%).

Kejadian hipertensi di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2016

sebesar 76,4% sedangkan pada tahun 2017 meningkat menjadi 79,4% dan salah

satunya di Kabupaten Ende penyumbang kasus hipertensi terbanyak.(Profil

Dinkes Prop. NTT,2017).

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) prevelensi hipertensi dari hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun di NTT yaitu sebanyak 25.563 kasus.

Pada umur 18-24 tahun (11,54% atau 4.751 orang), umur 25-34 tahun (16,18%

atau 6.165 orang), umur 35-44 tahun (25,87% atau 5.238 orang), umur 45-54

tahun (38,79% atau 4.336 orang), umur 55-64 tahun (45,93% atau 2.890 orang),

umur 65-74 tahun (52,23% atau 1.519 orang), umur 75 tahun(57,77% atau 662

orang).

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) prevelensi di Kabupaten Ende

sebanyak 36,64% atau 1.398 kasus dan menempati kedudukan ke-11. Penduduk

yang terdiagnosa dokter sebanyak 4,67% dan penduduk rutin minum obat

sebanyak 4,79% dengan jumlah seluruh 1.405 orang.


Berdasarkan data Karakteristik Responden di Puskesmas Rukun Lima

dimana pada tahun 2022 pada umur 41-50 tahun sebanyak 44%,berpendidikan

tamat SD sebanyak 44%,bekerja sebagai tenun dan IRT sebanyak 47% dan lama

menjadi kader ≥ 5 tahun sebanyak 56%.

Faktor penyebab yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi adalah

predisposisi genetik, obesitas, stres lingkungan dan hilangnya elastisitas

jaringan, aterosklerosis pada usia tua dan vasodilatasi (Kemenkes RI, 2016).

Tanda dan gejala tekanan darah tinggi antara lain peningkatan tekanan

darah sistolik di atas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg,

sakit kepala di punggung, mimisan/mimisan, rasa berat di leher, sulit tidur,

pusing, lemas dan mudah lelah. (Buku Keperawatan Medikal Bedah 1.2019).

Secara umum penanganan penyakit hipertensi dengan menganjurkan

menonsumsi obat hipertensi dan memberikan edukasi diet dengan pembatasan

atau pengurangan konsumsi garam (Buku Keperawatan Medikal Bedah 1,2019),

pola hidup, kurangi berat tubuh, modifikasi diet rendah lemak, mengurangi

konsumsi alcohol dan kafein, serta berhenti merokok (Joyce BM and Jane

HH,2014). Perubahan struktur gaya hidup masyarakat dapat meningkatkan

insiden Penyakit Tidak Menular (PTM), salah satunya adalah tantangan terbesar

di seluruh belahan dunia mengenai penyakit hipertensi (Kemenkes, 2018).

Jika tidak adanya penatalaksanaan hipertensi pada pasien, tekanan

darah tidak terkontrol, yang dapat meningkatkan risiko komplikasi dan

memperburuk perjalanan penyakit. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain


perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan yang berujung pada kebutaan,

gagal jantung, gagal ginjal, diabetes dan stroke. (Kemenkes,2016).

Berdasarkan pengelaman dan hasil pengamatan yang saya lihat selama

praktik klinik di RSUD Ende, perawat belum melakukan asuhan keperawatan

yang sesuai pada pasien di rumah sakit secara maksimal dengan menggunakan

buku SLKI, SDKI, SIKI. Masalah yang di temukan seperti pada saat pengkajian

di pola nutrisi perawat tidak mengkaji makanan yang di konsumsi oleh pasien

dengan hipertensi, sehingga penentuan diagnosa tentang defisit pengetahui

jarang di laksanakan oleh perawat, sehingga intervensi defisit pengetahuan tidak

di cantumkan di buku tindakan dan tidak dijalankan sesuai buku SLKI,SDKI,

dan SIKI.

Hasil yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah deficit pengetahuan

penyakit hipertensi dan dapat menentukan diagnose sesuai panduan, dan

menjalankan intervensi serta mengimplementasikanya sesuai buku SLKI,SDKI,

dan SIKI.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengambil

kasus hipertensi di karenakan kuranngya kesadaran kelurga mengenai bahaya

dari hipertensi, factor pencetus serta minimnya pengetahuan para medis dalam

memberikan asuhan keperawatan terkait penyakit hipertensi. maka dari itu

penulis tertarik untuk menuliskan proposal Asuhan Keperawatan yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan diagnose medis Hipertensi”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah s

ebagai berikut “Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

diagnose medis Hipertensi”?.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Menggambarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

diagnose medis Hipertensi diwilayah kerja RSUD Ende.

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan pengkajian keperawatan pada pasien dengan diagnose

medis hipertensi

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnose

medis hipertensi.

c. Menggambarkan perencanaan keperawatan pada pasien dengan diagnose

medis hipertensi.

d. Menggambarkan implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnose

medis hipertensi.

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pasien dengan diagnose medis

hipertensi.

f. Menggambarkan kesenjangan antara teori dengan kasus pada pasien denga

n diagnose medis hipertensi.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat teoritis
Manfaat studi kasus pada pasien Hipertensi adalah sebagai pengembanga

n ilmu pengetahuan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan hipertensi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi klien dan keluarga

Studi kasus yang dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan kli

en dan keluarga sehingga mampu melakukan perawatan secara mandiri terh

adap pasien.

b. Bagi puskesmas

Studi kasus yang dilakukan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pe

layanan secara khusus pada pasien hipertensi.

c. Bagi peneliti selanjutnnya

Sebagai literatur yang dapat digunakan bagi peneliti yang akan datang d

engan perencanaan yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkembanga

n ilmu keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai