Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

OLEH

Kelompok 1

NAMA KELOMPOK :
1. DAFROSA ALFIRA DENO
2. GETRUDIS YUSTINA MA
3. KARTINI SAMSUL
4. RAIMUNDUS YULIANUS LUER
5. FERAWATI MUTIARA FADLI
6. MARIA KRISTINA TEMBE DURA
7. ODELBERTA NATALIA WALE

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI D III KEPERAWATAN ENDE
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYAKIT DBD
Pokok Pembahasan : Pengenalan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sub Pokok Pembahasan : Pengetahuan dan pencegahan penyakit DBD
Sasaran : Keluarga Tn. A
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Maret 2023
Jam /Waktu : 08.00-08.25
Tempat : Rumah keluarga Tn. A di kelurahan kelimutu
==================================================================
A. Analisa Situasi
Penyakit DBD dapat muncul sepanjangtahun dan dapat menyerang seluruh
golonganumur. Penyebaran penyakit DBD ini berkaitandengan kondisi lingkungan
dan perilakumasyarakat (Kemenkes, 2016 cit Wiranti, 2020)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)memperkirakan bahwa lebih dari 50 juta
kasus demam berdarah terjadi setiap tahun dan hampir setengah dari populasi dunia
tinggal di daerah endemik demamberdarah. Faktor risiko potensial (geografi,
lingkungan,dan status sosial ekonomi) sangat penting karena dapatmempengaruhi
kejadian DBD. Pemerintah harus mengambil tindakan yang tepat dalam pengendalian
penyakit DBD . Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita demam berdarah setiap tahunnya. Sementara di Asia
Tenggara mencapai 1,3 miliar atau 52% dari 2,5 miliar orang di seluruh dunia
berisiko demam berdarah. Diperkirakan terdapat 100 juta kasus demam dengue(DD)
dan 500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dengan 90%
penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun danjumlah
kematian oleh penyakit DBD mencapai 5%dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya ( Akbar & Syaputra, 2019)
Kasus DBD di Indonesia hingga juli mencapai 71.633 dan Jawa Timur
menempati posisi tertinggi ke-3 setelah Jawa Barat dan Bali dengan 5.948 kasus.
Jumlah kasus dan kematian pada tahun 2020 tergolong rendah jika dibandingkan
tahun 2019. Jumlah kasus DBD pada Januari hingga Juli 2020 mencapai 71.633
kasus,sedangkan tahun 2019 sebanyak 112.954 kasus. Begitu juga dengan jumlah
kematian, tahun 2020berjumlah 459, sedangkan tahun 2019 sebanyak751 (Kemkes
RI, 2020 cit AF, S. M, dkk; 2022).
Nusa Tenggara Timur menjadi Provinsi yang tercatat masih sangat tinggi
angka penyebaran kasus DBD, dimana pada tahun 2016 jumlah penderita DBD
mencapai 1.389orang, sedangkan pada tahun 2017 jumlah penderita DBD mengalami
penurunan dengan jumlah penderita 241 orang. Namun pada tiga tahun terakhir
jumlah penderita mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 jumlah penderita 1.290
orang, kemudian pada tahun 2019 jumlah penderita 4.059 orang dan pada tahun 2020
jumlah penderita mencapai 5.968 orang (Boleng, dkk; 2022)
Di Kabupaten Ende tahun 2018 sebanyak 52 kasus, mengalami peningkatan
yang luar biasa pada tahun 2019 menjadi 184 kasus (IR: 67,54 per seratus ribu
penduduk), dengan peningkatan kasus sebesar 258,85%. Kasus terbanyak di wilayah
Puskesmas Kota Ende yaitu 35 kasus, dimana penderita anak usia sekolah sebanyak
17 kasus (48.57%) (Tokan & Artama, 2022)
Dalam wilayah puskesmas kota kelurahan kelimutu menjadi kelurahan dengan
angka DBD tertinggi yaitu penderita 10 kasus (28,56%) diamana di dominasi oleh
anak-anak usia sekolah.
Sehubungan dengan itu dilakukan penyuluhan terhadap keluarga A di
kelurahan kelimutu tentang penyakit DBD
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit DBD
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa itu defenisi dari penyakit DBD
b. Untuk mengetahui dimana tempat yang beresiko timbulnya penyakit
DBD
c. Untuk mengetahui kapan penyakit DBD itu terjadi
d. Untuk mengetahui mengapa penyakit DBD itu terjadi
e. Untuk mengetahui siapa yang beresiko terkena DBD
f. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit DBD

C. Isi Materi
Terlampir

D. Metode
Diskusi kelompok
E. Media
Leaflet

F. Kegiatan Pembelajaran
NO Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
menyimak
3. Menyampaikan tentang 3. Bertanya mengenai
tujuan perkenalan dan tujuan
jika ada yang kurang
jelas
4. Kontrak waktu 4. Menyetujui waktu

2 Pelaksanaan 15 Penyampaian Materi


menit 1. Defenisi dari penyakit DBD 1. Mendengarkan dan
2. Dimana tempat yang menyimak
beresiko timbulnya penyakit 2. Bertanya mengenai hal-
DBD hal yang belum jelas dan
3. Kapan penyakit DBD itu dimengerti
terjadi
4. Mengapa penyakit DBD itu
terjadi
5. Siapa saja yang beresiko
terkena DBD
6. Bagaimana cara pencegahan
penyakit DBD
3. Penutup 5 menit 1. Tanya jawab 1. Sasaran dapat menjawab
tentang pertanyaan yang
diajukan
2. Memberikan kesempatan 2. Sasaran dapat
pada peserta untuk bertanya mengajukan pertanyaan
3. Melakukan evaluasi 3. Mendengar/
Memperhatikan
4. Mengakhiri pertemuan dan 4. Menjawab salam penutup
mengucapkan salam

G. Evaluasi
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat Evaluasi
yang diberikan berupa pertanyaan terbuka, antara lain:
1. Apa itu DBD ?
2. Dimanakah tempat yang beresiko timbulnya penyakit DBD ?
3. Kapan penyakit DBD itu terjadi ?
4. Mengapa penyakit DBD itu terjadi ?
5. Siapa saja yang sangat beresiko terkena DBD ?
6. Bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit DBD ?
IX.   LAMPIRAN MATERI

MATERI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

1. Definisi
Menurut kemenkes RI (2018), Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus dan
disebabkan oleh virus DEN1, DEN2, DEN3 atau DEN4 yang memasuki aliran darah,
ditandai dengan demam 2-7 hari, manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
(trombositopenia), serta gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang,
ruam kulit atau nyeri belakang bola mata (Agnesia Y. dkk, 2023)

2. Dimana tempat yang beresiko timbulnya penyakit DBD


Beberapa pendapat di kemukakan oleh para ahli yaitu salah satunya factor yang
beresiko dimana timbulnya penyakit DBD antara lain
Menurut Hidayani (2020), Tempat yang beresiko timbulnya penyakit DBD Ada 3
yaitu Agent, Host, Environment (lingkungan), selengkapnya dapat di jelaskankan sebagai
berikut :
a. Agent
Virus dengue termasuk dalam arbovirus (Arthropod borne virus) grup.Virus dengue
terdiri dari empat serotipe virus yaitu Dengue tipe 1,2,3 dvirus dengue termasuk
dalam genus flavivirus, famili flaviviridae dengan diameter virion berukuran 40 nm
(nanometer) Keempat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah Indonesia
dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3. Penelitian di Indonesia Malaysia dan
Thailand menunjukkan dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan
menyebabkan penyakit berat
b. Host
Host penyakit demam berdarah dengue adalah manusia. Penderita demam berdarah
dengue merupakan sumber penularan. Virus dengue menyerang semua golongan
umur, jenis kelamin, dan etnis, tetapi sebagian besar penderitanya adalah usia anak-
anak
c. Environment (lingkungan)
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga
berpengaruh pula terhadap penularan DBD, lingkungan tersebut terdiri dari dari
lingkungan fisik, lingkungan biologi, dan lingkungan social ekonomi yang akan di
jelakan sebagai berikut :
 Lingkungan Fisik Lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap epidemiologi
DBD adalah musim, iklim, keadaan geografik.
 Lingkungan Biologi Lingkungan biologi berupa tanam-tanaman yang dapat
menampung air pada daun, pelepah maupun batang, kepadatan penduduk
suatu wilayah.
 Lingkungan Sosial-Ekonomi Lingkungan sosial-ekonomi berupa perilaku
masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama
perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk salah satunya menguras bak
atau penampungan air, perilaku dalam pengelolaan sampah rumah tangga,
penggunaan insektisida rumah tangga
Menurut Kemenkes RI, (2017) di antara lain ada tempat beresiko yang dapat
menimbulkan penyakit DBD seperti :
a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki
reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat
minum burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air, tempat
pembuangan air kulkas/dispenser, talang air yang tersumbat, barang-barang bekas
(contoh : ban, kaleng, botol, plastik, dll)
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu dan tempurung
coklat/karet, dll.
3. Kapan penyakit DBD itu terjadi
DBD terjadi karena aktivitas nyamuk Aedes aegypti yang menggigit manusia dan
biasanya mulai pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00 -10.00
dan 16.00 -17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali
dalam satu siklus gonotropik (Kemenkes RI, 2017)
Satu siklus gonotropik adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk mengi sap darah sampai menghisap darah lagi.
Berdasarkan hasil penelitian, siklus gonotropik nyamuk di dataran rendah dan dataran
tinggi berbeda. Lama waktu siklus gonotropik sangat dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban (D. Wonosobo,G.Cycle, C.Survival et al. 2012)

4. Mengapa penyakit DBD itu terjadi


Ada beberapa penyebab utama yang memungkinkan mengapa Demam Berdarah dapat
terjadi diantara lain ada factor internal dan eksternal yang dapat di jelaskan sebagai
berikut :
a. Daya Tahan Tubuh Lemah
Salah satu penyebab demam berdarah yang paling umum terjadi adalah daya tahan
tubuh lemah. Seseorang yang memiliki daya tahan tubuh lemah bisa
meningkatkan risiko mengalami demam berdarah. Oleh karena itu, para ahli
menyarankan untuk selalu menerapkan pola hidup sehat, seperti olahraga secara
rutin dan mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan vitamin C.
b. Buang Sampah Sembarangan
Penyebab demam berdarah berikutnya yaitu kebiasaan membuang sampah
sembarangan. Sampah yang dibuang sembarangan akan mudah terisi genangan air
hujan dan dijadikan sarang nyamuk. Maka dari itu, sebaiknya selalu membuang
sampah pada tempatnya. Tidak Pernah Menguras Bak Mandi
c. Jarang menguras bak mandi
Jarang menguras bak mandi juga bisa menjadi penyebab demam berdarah.
Pasalnya, bak mandi yang tidak pernah dikuras akan menjadi sarang nyamuk
penyebab demam berdarah. Biasanya, jentik nyamuk terlihat bintik-bintik cokelat
yang menempel di pinggiran dasar bak mandi, sehingga nyamuk akan
berkembang biak dengan cepat.
5. Siapa saja yang sangat beresiko terkena DBD
DBD adalah penyakit infeksi yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.
Infeksi ini sering menyerang pada anak usia dibawah 15 tahun dan merupakan penyebab
kematian yang cukup tinggi. Dalam patogenesis DBD sistem komplemen memegang
peranan penting. Kadar komplemen yang rendah pada anak gizi kurang dapat
menyebabkan anak penderita DBD jarang mengalami renjatan. Anak usia dibawah 5
tahun mempunyai resiko 3 kali lebih tinggi tertular virus dengue dibanding anak usia
diatas 5 tahun karena pada umumnya tingkat imunitasnya lebih rendah. (Permatasari D.Y,
Dkk., 2015)

6. Bagaimana cara pencegahan terhadap penyakit DBD


Menurut Handiny Febry, Dkk., (2020) Penanggulangan DBD di Indonesia juga dapat
dilakukan dengan cara melakukan pengendalian vector. Pengendalian vector adalah upaya
menurunkan factor risiko penularan oleh vector dengan meminimalkan habitat
perkembangbiakan vector, menurunkan kepadatan dan umur vector, mengurangi kontak
antara vector dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit metode
pengendalian vector DBD bersifat spesifik, local, dengan mempertimbangkan factor-
faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman, habitat perkembangbiakan); lingkungan
social-budaya (pengetahuan sikap dan perilaku) dan aspek vector. Berbagai metode
pengendalian Vektor DBD antara lain sebagai berikut:
A. Kimiawi
Pengendalian vector cara kimiawi dengan menggunakan insektisida merupakan
salah satu metode pengendalian yang lebih popular di masyarakat dibanding
dengan cara pengendalian lain.
B. Biologi
Beberapa cara alternative pernah dicoba untuk mengendalikan vector dengue ini,
antara lain mengintroduksi musuh alamiyahnya yaitu larva nyamuk Toxorhycites
sp. Predator larva Aedes sp.
C. Manajemen Lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana, penyediaan air,
vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat
perkembangbiakan dan pertumbuhan vector DBD.
D. Kegiatan 3 M (Menguras, Menutup, dan Mengubur
1) Menguras bak mandi
Kegiatan ini untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang
berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding
bak mandi.
2) Menutup
Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang
memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur
3) Mengubur
Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan
dijadikan tempat nyamuk bertelur.

Menurut Kemenkes RI, (2017) pencegahan DBD dapat dilakukan dengan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk PSN 3M dengan cara antara lain:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,
drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan
lain-lain (M2)
c. Memanfaatkan atau mendaur ulangn barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan (M3)
PSN 3M diiringi dengan kegiatan Plus lainya, antara lain :
 Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
 Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan
tanah, dan lain-lain)
 Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras
atau di daerah yang sulit air
 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
 Memasang kawat kasa
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
 Menggunakan kelambu
 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
 Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah

DAFTAR PUSTAKA

Agnesia, Y., Sari, S. W., & Ramadhani, D. W. (2023). Demam Berdarah Dengue (DBD):
Determinan & Pencegahan. Penerbit NEM.

AF, S. M., Wibowo, R. C. A., & Luthfin, A. (2022). Eksplorasi Sebaran Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Pneumonia di Kota Malang. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah
Penelitian Kesehatan), 7(2), 134-140

Akbar, H., & Syaputra, E. M. (2019). Faktor risiko kejadian demam berdarah dengue (DBD)
di Kabupaten Indramayu. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 2
(3), 159-164.

Boleng, Oktovianus Antonio, Keristina Br Ginting, and Ariyanto Ariyanto. "Analisis Regresi
Data Panel Untuk Kasus Demam Berdarah Dengue Di Provinsi Nusa Tenggara
Timur." Jurnal Diferensial 4.2 (2022): 75-83

Handiny Febry, Dkk., (2020) BUKU AJAR PENGENDALIAN VEKTOR: Ahlimedia Press
Cetakan pertamam, November 2020

Kemenkes (2017). Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SAMPAN DINAS KESEHATAN KESEHATAN
& KB. 4 penyebab demam berdarah yang perlu di waspadai.
https://dinkes.sampangkab.go.id/penyebab-demam-berdarah/

Permatasari Devi Yanuar, Dkk., (2015) HUBUNGAN STATUS GIZI, UMUR, dan JENIS
KELAMIN dengan DERAJAT INFEKSI DENGUE pada ANAK. Jurnal kedokteran
Muhammadiyah Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

Tokan, P. K., & Artama, S. (2022). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Demam Berdarah
Dengue Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Jumantik Sekolah Di
Sekolah Dasar Inpres Watujara Kabupaten Ende. Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas
Akademika dan Masyarakat, 22(2), 350-360

Wiranti (2020). Dalam Jurnal Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan
Perilaku Siswa Dengan Persebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai