Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari


Bapak Yanto Haryanto, SPd. SKp., M.Kes., selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh:
Ajep Tohajudin
P2.06.20.2.17.043
3B Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan/Topik : Demam Berdarah Dengue (DBD)


Sub Pokok Bahasan/Sub Topik : 1. Pengertian
2. Tanda dan Gejala
3. Pencegahan
4. Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sasaran : Keluarga Tn.X
Tempat : Rumah keluarga Tn.X
Hari/Tanggal : Selasa, 15 Oktober 2019
Waktu : 09.00-09.20 WIB
Penyuluh/Pelaksana : Ajep Tohajudin

I. Analisis Data
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia secara luas sudah cukup tahu yang namanya penyakit
demam berdarah. Penyakit ini biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
atau penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Gejala demam berdarah tampak cukup
jelas namun juga terlihat seperti penyakit umum sehingga banyak yang tidak menyadari
bahwa mereka terserang demam berdarah.
Laporan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia yang masuk ke
Kementrian Kesehatan terus bertambah. Direktur penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Kementrian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, berdasarkan data sementara
yang dihimpun Kementrian Kesehatan dari awal tahun hingga Januari 2019, jumlah
penderita DBD yang dilaporkan mencapai 13.683 orang di seluruh Indonesia.
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga 28 Januari 2019 tercatat
ada 2.204 orang terjangkit demam berdarah. Sebanyak 14 orang diantaranya meninggal
dunia.
Data Dinkes Kabupaten Cirebon hingga Senin, 9 September 2019, temuan kasus
DBD ada 1.156. temuan ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2018 yang dalam
satu tahunnya hanya ditemukan 215 kasus.
B. Kebutuhan Sasaran
Kebutuhan utama keluarga untuk menghadapi penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan tentang apa itu Demam Berdarah Dengue (DBD).
2. Pemahaman tentang tanda dan gejala penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD).
3. Cara pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
4. Pemeriksaan cepat deteksi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
C. Karakteristik Sasaran
1. Tingkat Pendidikan
Pada satu keuarga tentu berbeda-beda tingkat pendidikannya.
Akan tetapi, pengetahuan tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).
2. Ekonomi
Sama halnya dengan tingkat pendidikan, tingkat ekonomi
keluarga di masyarakat juga berbeda-beda. Mulai dari kategori
tingkat atas, tingkat menengah, dan tingkat bawah. Walaupun
tingkat ekonomi atas atau menengah, tetapi sangat jarang dalam
penggunaan atau pemanfaatan fasilitas kesehatan. Hal itu,
berpengaruh pada cepat lambatnya penanganan penyakit.
3. Sosial
Seringnya keluarga di masyarakat berinteraksi sosial di luar
rumah hingga larut malam akan memperbesar jumlah gigitan
nyamuk. Interaksi yang dilakukan misalnya sambil menonton
televisi di warung-warung sampai larut malam atau berjalan-jalan
malah hari dengan tubuh tidak tertutup secara keseluruhan, akan
mendukung terjadinya penularan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).
4. Kepercayaan
Banyak anggota keluarga di masyarakat yang percaya dan
menganggap bahwa masalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
sebagai masalah demam biasa yang tidak perlu dikhawatirkan
dampaknya. Kepercayaan tersebut membuat masyarakat lengah
dan kurang konstribusi dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD).

5. Budaya
Kebiasaan-kebiasaan ataupun adat-istiadat keluarga di
masyarakat, masih dijumpai kebiasaan seperti tidur tidak
menggunakan obat nyamuk atau kelambu, keluar rumah malam
hari yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya penularan
Demam Berdarah Dengue (DBD).

II. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengkuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit tentang
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), keluarga yang mengikuti diharapkan
mengerti tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

III. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) sasaran diharapkan mampu:
1. Mengetahui apa itu Demam Berdarah Dengue (DBD).
2. Memahami tentang tanda dan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).
3. Mengenal cara pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
4. Mengetahui pemeriksaan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

IV. Materi (Terlampir)


A. Pengertian
B. Tanda dan Gejala
C. Pencegahan
D. Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue (DBD)

V. Metode
A. Ceramah
B. Tanya Jawab
C. Demonstrasi

VI. Media/Alat Pengajar


A. Leaflet (Terlampir)
B. Alat Demonstrasi (Stetoskop dan Sphygmomanometer/tensimeter)

VII.Kegiatan Belajar Mengajar


N Tahapan Kegiatan Kegiatan Waktu
o Penyuluh Sasaran
1. Pembuka  Memberi salam  Menjawab salam 3 menit
an  Perkenalan  Mendengarkan
 Menjelaskan TIU dan
dan TIK memperhatikan
 Menyebutkan
materi yang
akan diberikan
2. Inti  Review/apersep  Mendengarkan/ 10 menit
si memperhatikan
 Menjelaskan  Bertanya
materi dengan  Berpartisipasi
metode aktif
ceramah dan
tanya jawab:
1. Pengertian
2. Tanda dan Gejala
3. Pencegahan
4. Pemeriksaan
Cepat Demam
Berdarah Dengue
(DBD)
 Demonstrasi
pemeriksaan
Demam Berdarah
Dengue (DBD)
3. Evaluasi  Memberikan  Menjawab 5 menit
beberapa pertanyaan
pertanyaan sesuai
kepada sasaran pemahaman
sebagai bentuk
evaluasi hasil
4. Penutup  Membagikan  Menerima 2 menit
leaflet leaflet dengan
 Mengucapkan antusias
terimakasih  Mendengarkan
atas peran serta dan
sasaran memperhatikan
 Mengucapkan  Menjawab salam
salam penutup

VIII. Evaluasi
A. Evaluasi Struktural
a. Sasaran hadir di tempat penyuluhan sesuai waktu yang
dijadwalkan.
b. Penyelenggaraan sesuai tempat yang direcanakan.
B. Evaluasi Proses
a. Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai
acara berakhir.
c. Sasaran dapat mengajukan pertanyaan.
C. Evaluasi Hasil
N Evaluasi Lisan Respons Audiens
o
1. Apa yang dimaksud dengan
penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)?
2. Apa saja tanda dan gejala yang
timbul jika terkena penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD)?
3. Bagaimana cara mencegah
penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD)

IX. Referensi
1. Hastuti, Oktri. (2008). Demam Berdarah Dengue: Penyakit dan Cara Pencegahannya.
Yogyakarta: KANISIUS.
2. Heymann DL. (2000). Control of Communicable Diseases Manual. Washington: APHA.
3. Kemenkes RI. Profil kesehatan RI 2013. 2014.
4. Khotimah K. (2015). Demam Berdarah Dengue, Waspadalah!. Sumatera ekspress.
5. Misnadiarly. (2009). Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
6. Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.
7. WHO. Dengue Vaccine Research. 2014. Dapat diakses pada URL:
http://who.int/immuniztion/research/development/dengue_vaccines/en/.
8. WHO. Dengue and Severe Dengue. 2015. Dapat diakses pada URL
http://who.int/mediacentre/factsheet/fs117/en/.
Lampiran: Materi Penyuluhan
Demam Berdarah Dengue (DBD)
A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus Dengue yang masuk ke peredaran darah manusia
melalui gigitan nyamuk seperti Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Aedes aegypti adalah vektor penyakit DBD yang paling banyak
ditemukan. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap
darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi
virus di dalam tubuhnyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi
dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang
digigitnya (Kemenkes RI, 2014).
Gambar. Nyamuk Aedes aegypti.
Sekali menggigit, nyamuk ini akan berulang menggigit orang lain lagi sehingga dengan
mudah darah seseorang yang mengandung virus dengue dapat cepat dipindahkan ke orang
lain, yang paling dekat tentulah orang yang tinggal dalam satu rumah. Namun, virus dengue
yang sudah masuk ke dalam tubuh seseorang, tidak selalu dapat menimbulkan infeksi jika
orang tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang kuat sehingga dengan sendirinya virus
tersebut akan dilawan oleh tubuh (Hastuti, 2008).
B. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala penyakit demam berdarah adalah tidak khas, bervariasi pada tiap
penderita. Umumnya penderita akan mengalami tanda dan gejala sebagai berikut
(Misnadiarly, 2009):
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan termasuk setidaknya uji torniquet (Rumpel-leede test) positif dan
salah satu bentuk lain seperti petekia, purpuria, ekinosis, epitaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, atau melena.
3. Pembesarah hati.
4. Trombositopenia (100.000/mililiter atau kurang).
5. Hemokonsentrasi yang dapat ditafsirkan dengan meningginya nilai hematokrit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada konvalessen.
C. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Tidak ada vaksin untuk mencegah risiko terjangkitnya demam berdarah. Namun
kemajuan besar telah dibuat dalam mengembangkan vaksin untuk mencegah demam
berdarah dengue. Vaksin yang diharapkan efektif saat ini sedang dievaluasi dalam studi
klinis tiga tetra valen (kombinasi dari empat virus dengue) dari vaksin dengue yang
dilemahkan dengan model vaksin virus demam kuning dengue (CYD-TDV), sedang
dalam pengembangan di tahap II dan tahap III uji klinis, dan tiga kandidat vaksin lainnya
(berdasarkan subunit, DNA dan pemurnian bentuk virus yang tidak aktif) berada pada
tahap awal pengembangan klinis (WHO, 2015; WHO, 2014).
Saat ini, satu-satunya cara untuk mengendalikan atau mencegah penularan virus demam
berdarah adalah dengan memberantas vektor nyamuk demam berdarah, memberikan
penyuluhan sangat penting mendiseminasi informasi kepada masyaarakat untuk
membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan nyamuk
dengan memasang kawat kasa, perlindungan dengan pakaian dan menggunakan obat
gosok anti nyamuk. Di Indonesia, dikenal dengan istilah 4 M Plis dalam pencegahan
primer DBD yaitu (WHO, 2015; Khotimah, 2015).
a. Menguras penampungan air dan membersihkannya secara berkala, minimal
seminggu sekali karena proses pematangan telur nyamuk aedes 3-4 hari dan menjadi
larva di hari ke 5-7.
b. Menutup penampungan air sehingga nyamuk-nyamuk tidak bertelur disana.
Mencegah adanya tempat nyamuk bertelur dengan manajemen lingkungan dan
modifikasi segera dilakukan.
c. Mendaur ulang dan membuang sampah pada tempatnya karena ketika mengubur
sampah anorganik yang tidak terurai walaupun mengurangi kemungkinan menjadi
sarang nyamuk yang muncul karena genangan air hujan tapi membuat pencemaran
lingkungan menjadi lebih buruk, adalah mendaur ulang, jika ada ember atau kaleng
bekas yang tidak terpakai bukankah lebih bagus dijadinkan pot bunga atau
diserahkan ke pemulung untuk di daur ulang. Jika ada tempat pembuangan sampah
yang tertutup, sebaiknya kita membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan
tempat nyamuk bersarang.
d. Memantau semua wadah air yang dapat menjadi tempat nyamuk aedes berkembang
biak. Meningkatkan partisipasi dan mobilisasi masyarakat yang berkelanjutan untuk
mengendalikan vektor. Seperti adanya JUMANTIK (juru pemantau jentik) yang
melakukan survei di masyarakat untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor nyamuk,
tempat perindukan dan habitat larva, biasanya untuk Aegypti adalah tempat
penampungan air buatan atau alam yang dekat dengan pemukiman manusia (misanya
ban bekas, vas bunga, tandon penyimpanan air) dan membuat rencana
pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.
e. Plus yang bisa dilakukan tergantung kreatifitas misalnya:
 Menerapkan penggunaan penyemprotan insektisida selama wabah berlangsung
sebagai salah satu langkah vektor-control darurat atau yang dikenal dengan
fogging/pengasapan.
 Menaburkan serbuk abate (temephos) pada tempat penampungan air seperti
gentong penampungan air maupun vas bunga agar jentik-jentik nyamuk mati.
 Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikaan cupang/ikan adu) pada kolam air.
 Menggunakan alat pelindung individual di rumah tangga seperti penutup jendela,
baju lengan panjang, kelambu, bahan insektisida, kawat kasa, dan alat penguap,
lotion anti nyamuk terutama yang mengandung N-diethylmetatoluamide
(DEET).
2. Pencegahan sekunder
Untuk demam berdarah yang parah, dilakukan pengobatan medik oleh dokter dan
perawat yang berpengalaman, penobatan medik dapat menurunkan angka kematian lebih
dari 20% sampai dengan 1%. Menjaga volume cairan tubuh pasien adalah hal yang
sangat kritikal untuk pasien dengan demam berdarah yang parah (Najmah, 2016).
Diperlukan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar dengan melaporkan
kejadian kepada instansi kesehatan setempat, mengisolasi atau waspada dengan
menghindari penderita demam dari gigitan nyamuk pada siang hari dengan memasang
kasa pada ruang perawatan penderita dengan menggunakan kelambu yang telah
direndam dalam insektisida (Najmah, 2016).
Pengobatan spesifik apabila terjadi renjatan hipovolemik dengan terapi oksigen dan
pemberian cepat dengan cairan dan elektrolit (larutan Ringer laktat 10-20 ml/kg/jam).
Pada kasus renjatan yang lebih berat, sebaiknya digunakan plasma dan atau cairan
pengganti plasma. Pengamatan yang ketat perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya
overhidrasi (Heymann, 2000).
3. Pencegahan Tersier
Untuk penderita DBD yang telah sembuh, diharapkan menerapkan pencegahan primer
dengan sempurna. Melakukan stratifikasi daerah rawan wabah DBD diperlukan bagi
dinas kesehatan terkait (Najmah, 2016).
D. Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tes Rumpel-leede atau disebut dengan tes torniquet merupakan salah satu bagain dari
pemeriksaan yang diajukan WHO (World Health organization) untuk pemeriksaan cepat
infeksi dengue. Cara pemeriksan uji torniquet (Rumpel-leede test) adalah sebagai berikut
(Misnadiarly, 2009):
a. Aliran darah pada lengan atas dibendung dengan manset anak selama 5 menit pada
tekanan antara sistolik dan diastolik.
b. Lihat pada bagian bawah depan apakah timbul bintik-bintik merah tanda perdarahan.
c. Hasil uji torniquet dianggap positif (+) apabila ditemukan sebanyak 20 atau lebih
perdarahan (petechiae) pada luas diameter 2,8 cm kuadrat (1 inci).

Anda mungkin juga menyukai