KATA PENGANTAR
Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari doa, dorongan
dan bantuan banyak pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada Kapusdik SDM kesehatan BPSDM Kemenkes RI, Ketua Umum
AIPVIKI, Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta III beserta seluruh jajaran
manajemen serta keluarga tercinta.
Penulis
iv
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
v
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………… 1
A Pengantar…………………………………………………………………………… 1
B Capaian pembelajaran dalam mata kuliah keperawatan
gerontik………………………………………………………………………………. 1
C Manfaat penggunaan buku ajar………………………………………….. 3
BAB II KONSEP LANSIA…………………………………………………………………………. 4
Pendahuluan………………………………………………………………………. 4
Capaian pembelajaran………………………………………………………… 4
A Pengertian Lansia……………………………………………………………….. 4
B Batasan Usia Lansia……………………………………………………………… 5
C Teori Menua……………………………………………………………………….. 5
D Masalah Kesehatan Lansia………………………………………………….. 9E
Pendekatan Pada Lansia……………………………………………………… 14
F Tempat Pelayanan Lansia……………………………………………………. 18
Ringkasan……………………………………………………………………………. 21
Soal…………………………………………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 25
Soal…………………………………………………………………………………….. 31
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 30
vi
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Buku ini berisikan materi pembelajaran mata kuliah keperawatan gerontik
yang mengacu kepada kurikulum pendidikan diploma III keperawatan
Indonesiayang dikeluarkan oleh AIPVIKI tahun 2018. Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik membahas konsep lansia dengan segala kompleksitas
permasalahannya dan asuhan keperawatan kesehatan lansia dalam rentang
sehat sampai sakit. Lingkup asuhan keperawatan meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan pemulihan
kesehatan gerontik dengan pendekatan proses keperawatan dan melibatkan
keluarga secara penuh serta pemanfaatan sumber-sumber yang ada di
komunitas. Praktik di tatanan komunitas didesainuntuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa mengaplikasikan keperawatan gerontik.
Bab 3 membahas tentang model keperawatan gerontik yang terdiri dari Model
Konseptual Adaptasi Roy, Model Konseptual Human Being Roger, Model
Konseptual Keperawatan Neuman, Model Konseptual Keperawatan
Henderson, Model Konseptual Budaya Leiniger, Model Konseptual Perilaku
Johnshon, sera Model Konseptual Selfcare Orem.
DAFTAR PUSTAKA
AIPVIKI (2018). Kurikulum Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia. AIPVIKI:
Jakarta
BAB 2
KONSEP LANSIA
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan IPTEK di berbagai bidang, termasuk pelayanan
kesehatan, usia harapan hiduppun semakin meningkat. Umur harapan hidup
lakilaki di Indonesia mencapai 69 tahun, sedangkan usia harapan hidup
perempuan mencapai 71 tahun (Billy, Apfia Tioconny, 2019). Dampak dari
peningkatan umur harapan hidup adalah populasi lansia jumlahnyapun semakin
meningkat. Pada tahun 2050, satu dari lima orang di dunia akan berusia 60 tahun
dan lebih tua, pada tahun 2015 dan 2030 jumlah orang lanjut usia di seluruh dunia
meningkat menjadi 56 persen, dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar. Pada
tahun 2030, jumlah orang berusia 60 ke atas akan melebihi usia muda yang
berusia 15sampai 24 tahun (Unidop, 2017, dalam Karepowan, dkk,
2018).Peningkatan jumlah lansia yang tinggi akan berdampak pula terhadap
gambaran penyakit dan masalah kesehatan yang ada yaitu dari penyakit infeksi
dan masalah gizi kurang menjadi peningkatan jumlah penderita penyakit
degeneratif yang diakibatkan karena proses menua.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang konsep dan teori
lanjut usia yang meliputi pengertian Lansia, Batasan Usia Lansia, Teori Menua,
Masalah Kesehatan pada lansia, Pendekatan pada lansia serta Tempat pelayanan
bagi lansia.
A. PENGERTIAN LANSIA
Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia dalam (Nies, Mary
dan McEwen, Melanie, 2019), pengertian dari lanjut usia (lansia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Biro Pusat Statistik (BPS)
mengartikan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 65 tahun
(BPS, 2012).
5
C. TEORI MENUA
Menua atau menjadi tua adalah hal yang diinginkan oleh banyak orang. Menua
bukanlah suatu penyakit, melainkan tahap akhir dalam siklus pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Setelah seseorang melewati tahap usia dewasa yaitu
tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimum, berikutnya adalah
tahap lansia, dimana tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Menurunnya jumlah sel-sel tersebut
mengakibatkan tubuh mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan,
kondisi tersebutlah yang dikatakan proses penuaan. Proses menua
mengakibatkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita dan tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang
disebut sebagai penyakit degeneratif.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
6
Menurut Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011) ada dua teori yang berkaitan dengan
proses menua, yaitu teori biologi dan teori psikososial. Gambaran teori
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori Biologi
Teori biologi menggambarkan terjadinya proses menua dalam beberapa
teori pendukung yaitu: a. Teori Seluler
Teori seluler mengungkapkan bahwa sel tubuh memiliki kemampuan
membelah dalam jumlah tertentu dengan kemampuan membelah
rata-rata 50 kali. Pembelahan sel lebih lanjut terjadi sesuai dengan
berkurangnya usia yang tujuannya untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan. Beberapa sistem pada tubuh seperti sistem syaraf, sistem
musculoskeletal, dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam
sistem tersebut tidak dapat diganti, jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut berisiko mengalami
proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak
sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Sepanjang daur
kehidupan, sel pada sistem tubuh manusia cenderung mengalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk
karena sistem sel tidak dapat diganti.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
7
8
misalnya akibat radiasi atau tercemar zat kimia. Menurut teori ini
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
Salahsatu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi somatic disebut
juga hipotesis “ Error Catastrophe”. Menurut hipotesis tersebut menua
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang siklus
kehidupan dalam waktu yang lama terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi (DNA → protein/enzim) maupun dalam proses (RNA →
protein/enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya
enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara
ekspnensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolism yang
salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi pada
kesalahan dalam proses translai(pembuatan protein), maka akan terjadi
kesalahan yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop.
2. Teori Psikososial
Proses menua pada teori psikososial dijelaskan dengan beberapa teori
pendukung yaitu Activity Theory, Continuity Theory, dan Disengagement
Theory. Gambaran teori tersebut adalah sebagai berikut: a. Activity Theory
Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Kemampuan lansia
dalam beraktifitas dapat terlihat dari cara hidup lansia, bagaimana
lansia dapat mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar dapat tetap stabil dimasa tuanya.
b. Continuity Theory
Teori ini menyatakan bahwa kepribadian dan tingkah laku seseorang
tidak berubah pada masa lanjut usia. Identitas pada lansia yang sudah
mantap memudahkan lansia dalam memelihara hubungannya dengan
masyarakat, terlibat dalam berbagai kegiatan di masyarakat, keluarga
dan hubungan interpersonal. Teori ini juga menjelaskan bahwa
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
9
perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimilikinya.
c. Disengagement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa lansia akan mengalami putusnya
pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara pelan tapi pasti mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda yakni kehilangan peran, hambatan kontak
sosial, dan berkurangnya komitmen.
10
menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi
faktor utama penyebab terjadinya stroke pada lansia, payah jantung dan
penyakit jantung koroner. Lebih dari 50% kematian di atas 60
tahundisebabkan oleh penyakit jantung dan cerebrovaskuler.
12
13
7. Penyakit lain
Penyakit syaraf lainnya yang sering diderita lansia adalah dementia. Dementia
terjadi karena adanya kerusakan pada sistem syaraf otak..
Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
b. Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan pasien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan
dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang diperhatikan.
para lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau lansia yang sering
menunjukkan tanda-tanda adanya masalah kesehatan, misalnya:
batukbatuk, pilek, sakit kepala. Perawat perlu memberikan penjelasan dan
penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari
penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara
mencegah insomnia. Perawat harus empati kepada para lansia membimbing
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan,
bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah
mereka bisa melaksanakan ibadah, dan sebagainya. Sentuhan (misalnya
genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.
2. PENDEKATAN PSIKIS
Perawat memiliki peranan penting untuk melakukan upaya-upaya edukatif
pada lansia. Perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan
cinta kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.
Oleh sebab itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak
gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimilikinya.
17
daya ingat pada lansia akan mempengaruhi tingkah laku lansia tersebut.
Kemunduran daya ingat yang dialami lansia jangan dimanfataankan untuk
tujuan-tujuan tertentu, termasuk dijadikan sebagai bahan lelucon. Perawat
dapat membantu lansia dalam memahami berbagai masalah kesehatan yang
dialaminya secara perlahan dan bertahap. Perawat harus dapat
mensupportlansia dalam memenuhi kebutuhan priribadinya, sehingga
seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar pada masa lansia ini mereka dapat merasa puas dan
bahagia.
3. PENDEKATAN SOSIAL
Kegiatan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Perawat memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para
lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan
pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.Para lansia perlu dirangsang
untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau
membaca majalah dan surat kabar.
18
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4. PENDEKATAN SPIRITUAL
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila lansia
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual bagi
lansia yang menghadapi kematian seringkali menggugah rasa takut. Rasa
takut semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti
ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit atau
penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi
dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.
19
20
6. POSYANDU LANSIA
Posyandu Lansia merupakan kegiatan pemberian layanan kesehatan bagi
lansia di luar gedung Puskesmas. Jenis layanannya meliputi: Aktifitas
kegiatan sehari-hari (activity of daily living); Pemeriksaan status mental;
Pemeriksaan status gizi; Pemeriksaan fisik secara umum (tekanan darah,
nadi, nafas, dan lain-lain); Pemeriksaan laboratorium sederhana;
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
mengambarkan proses menua yaitu teori biologi dan teori psikososial. Proses
menua menyebabkan fungsi-fungsi organ tubuh mengalami penurunan, sehingga
timbullah berbagai macam penyakit generatif seperti penyakit sistem paru dan
kardiovaskuler, penyakit pada sistem pencernaan, penyakit urogenitalia, penyakit
pada sistem endokrin, penyakit pada persendian dan tulang serta penyakit yang
disebabkan karena proses keganasan. Beberapa pendekatan yang dilakukan oleh
22
SOAL
1. Menurut UU No 13 Tahun 1998, batasan usia seseorang yang masuk ke dalam
kategori lansia adalah… a. 50 tahun ke atas
b. 55 tahun ke atas
c. 60 tahun ke atas
d. 65 tahun ke atas
e. 70 tahun ke atas
3. Sepanjang daur kehidupan, sel pada sistem tubuh manusia cenderung mengalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena
sistem sel tidak dapat diganti. Pernyataan ini adalah proses menua menurut
teori…
a. Teori Biologi d. Teori Imun
b. Teori Seluler e. Teori Aktifitas
c. Teori Continuity
4. Lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Pernyataan ini adalah proses menua menurut teori…
23
a. Teori Biologi
b. Teori Imun
c. Teori Seluler
d. Teori Aktifitas
e. Teori Disengagement
6. Penyakit sendi yang dialami lansia akibat penumpukan asam urat adalah…
a. Artritis Gout d. Rematik
b. Osteoporosis e. HNP
c. Pscoriatic Artritis
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
8. Salah satu pendekatan psikis yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia adalah:
a. Lansia harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan oksigennya dengan
memberikan posisi dan situasi yang memberikan kemudahan bagi lansia
dalam bernafas.
b. Perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,
membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi
yang dimilikinya.
c. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton
tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar
24
9. Salah satu pendekatan sosial yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia adalah:
a. Lansia harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan oksigennya dengan
memberikan posisi dan situasi yang memberikan kemudahan bagi lansia
dalam bernafas.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
10. Tempat pemberilan layanan kepada lansia yang dilakukan di dalam gedung adalah
a. Pusat Santunan Keluarga (Pusaka)
b. Day Care Service
c. Posyandu Lansia
d. Puskesmas Santun Lansia
e. Ramah Lingkungan
25
KUNCI JAWABAN
1, C 6. A
2. B 7. E
3. C 8. B
4. D 9. C
5. C 10. D
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta: Trans Info Media
Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Darmojo, Budi. (2015).Geriatrik. Buku Ajar. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Ekasari, Mia Fatma,dkk. (2019) Meningkatkan kualitas Hidup Lansia: Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang:Wineka Media
Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Kementerian Sosial RI. (2011). Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jakarta : Direktorat
Pelayanan Sosial Lanjut Usia, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
Nies, Mary A, & McEwen, Melanie (2019). Keperawatan Kesehatan dan Keluarga.
Singapura: Elsevier. Terjemahan
BAB 3
KONSEP
KEPERAWATAN GERONTIK
PENDAHULUAN
Berbagai istilah terkait lansia antara lain gerontologi, geriatri dan keperawatan
gerontik. Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto (bahasa yunani) yang
berarti orangtua dan logos sama dengan ilmu, dengan demikian dapat diartikan
bahwa Gerontology adalah ilmu yang mempelajari tentang orang tua, sedangkan
Geriartri merupakan bagian dari ilmu kedokteran untuk orang lanjut usia. Geriartri
berasal dari kata Geros yang berarti lanjut usia dan eatriea sama dengan
kesehatan. Geriatri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari,
membahas, meneliti proses menua, dan segala macam penyakit jasmani dan
rohani yang mungkin mengenai lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan
mengobatinya. Geriatri juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu kedokteran
yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif, maupun terapeutik bagi lanjut usia.
28
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari Bab ini, pembaca dapat memahami tentang pengertian
keperawatan gerontik tujuan keperawatan gerontik, fungsi keperawatan gerontik,
dan sifat pelayanan keperawatan gerontik.
30
3. Humanistik
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan memandang lansia sebagai
makhluk yang perlu diberikan perawatan secara layak dan manusiawi.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
4. Holistik
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada lansia harus
memandang lansia sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang utuh
baik psikososial dan spiritual.
RINGKASAN
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang
ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri
dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tujuan utama keperawatan gerontik adalah lanjut usia dapat melakukan kegiatan
sehari–hari secara mandiri dan produktif. Ada 19 Fungsi keperawatan gerontik,
antara lain melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, melakukan
koordinasi dan manajemen keperawatan serta melakukan pengkajian,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan Individu. Sifat
pelayanan keperawatan gerontik independen, interdependen, humanistic dan
holistik
31
SOAL
1. Jelaskan pengertian keperawatan gerontik !
2. Sebutkan 3 dari 5 tujuan keperawatan gerontik !
3. Sebutkan 5 dari 19 fungsi keperawatan gerontik !
4. Berikan dua contoh sifat pelayanan keperawatan independen !
5. Jelaskan pengertian sifat layanan keperawatan humanistik !
Jawaban :
1. Pengertian Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional
yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri
dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
32
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli . (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta.
BAB 4
KEPERAWATAN GERONTIK
PENDAHULUAN
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata
dan menjelaskan suatu proses. Teori adalah hubungan beberapa konsep atau
suatu kerangka konsep, atau definisi yang memberikan suatu pandangan
sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan
hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian. Teori adalah serangkaian konsep yang saling terkait yang
menspesifikasi hubungan antar variabel. Teori keperawatan merupakan
sekelompok konsep yang menjelaskan tentang suatu proses, peristiwa atau
kejadian mengenai keperawatan yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi. Teori keperawatan biasanya banyak digunakan untuk menyusun atau
membuat suatu model konsep dalam keperawatan. Model praktek keperawatan
mengandung keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi dasar sebuah model. Oleh
sebab itu, perawat sangat perlu untuk memiliki dan mempelajari mengenai teori
dan model keperawatan yang digunakan oleh perawat sebagai pedoman dalam
menjalankan peran, fungsi dan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan
keperawatan.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang Model
Konseptual Adaptasi Roy, Model Konseptual Human Being Roger, Model
Konseptual Keperawatan Neuman, Model Konseptual Keperawatan Henderson,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
34
35
b. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada semua kondisi, situasi dan pengaruh yang
mempengaruhi perkembangan dan perilaku lansia secara individu dan
kelompok sebagai sistem adaptasi. Lingkungan adalah faktor dinamik
yang terus mengalami perubahan.
c. Sehat dan Sakit
Roy memandang sehat sakit sebagai suatu kondisi dan proses ketika
menjadi individu yang terintegrasi dan utuh. Ide utama dari
kebutuhan tersebut adalah mampu menggunakan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki lansia untuk mendapatkan
manfaat yang terbaik. Sehat sebagai refleksi dari proses adaptasi
dengan tujuan menjadi manusia yang utuh baik fisik, konsep diri,
fungsi peran dan ketergantungan.
d. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai mekanisme pengaturan eksternal
ketika perawat memanipulasi stimulus dengan cara sedemikian rupa,
sehingga lansia dapat beradaptasi seadekuat mungkin. Tujuan dari
keperawatan adalah untuk meningkatkan adaptasi lansia, karena
adaptasi memiliki efek yang positif pada kesehatan. Intervensi yang
diberikan oleh perawat berdasarkan teori adaptasi roy berfokus pada
stimulus yang mempengaruhi. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh
perwat dengan cara memanipulasi stimulus fokal, konstektual atau
residual. Dengan memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan
individu akan berada pada zona adaptasi.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
36
Bp. H
37
38
b. Lingkungan
Lingkungan juga tidak dapat dikurangi dan merupakan bidang energi
pan-dimensioanl yang dicirikan dengan pola. Setiap bidang energi
lingkungan bersifat spesifik dengan bidang energi manusia dan dengan
siapa dia berhubungan. Bidang-bidang ini tidak terbatas dan dapat
dipandang dengan sistem yang terbuka. Kesatuan antara manusia dan
lingkungan secara kontinu akan mempengaruhi dengan proses
dinamisme mutual dan perubahan kreatif dengan keanekaragaman
pola selalu mengalami peningkatan.
c. Sehat dan Sakit
Rogers menggunakan istilah passive helath untuk melambangkan
kesejahteraan dan bebas dari penyakit. Ia melihat sehat sakit sebagai
dua hal yang sangat berkaitan erat. Dalam pandangannya, perbedaan
antara keduanya tidak terbatas dan sangat ditentukan oleh budaya. Ia
melihat sehat sebagai situasi harmoni didalam pola interaksi antara
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c. Setiap individu rentan terhadap stres dari tiga jenis yang berbeda yaitu
intrapersonal,interpersonal dan ekstrapersonal.
d. Setiap individu juga memiliki garis pertahanan yang unik, yang
memungkinkan ia bereaksi terhadap stres pada setiap peristiwa jika
keseimbangan normalnya terganggu.
e. Bagaimana individu bereaksi terhadap stres tidak hanya bergantung
pada jumlah stres, namun juga pada ketahanan individu. Setiap
individu memiliki sejumlah cara yang memungkinkannya untuk
menahan stres, sehingga keseimbangan normal dapat pulih terjaga.
Pengkajian:
Berdasarkan kasus diatas, maka perlu diidentifikasi stressor yang dialami
oleh Bp. W. Neuwman mengungkapkan ada tiga stressor yang muncul
pada kasus di atas yaitu: 1) Intrapersonal: Bp. W mengeluh sakit perut
pasca operasi, mual, muntah. Terdapat ikterik pada sklera mata, telapak
tangan dan urine, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Pasien
tampak depresi dan tidak berinteraksi; 2) Interpersonal: Bp. W memiliki
sistem pendukung sosial yang baik yaitu keluarga dan teman-teman yang
selalu mendukungnya, 3) Ekstrapersonal: Lingkungan rumah Bp. W sangat
nyaman dan aksesnya mudah kemana-mana, saran komunikasi dan
transportasi juga mudah didapatkan.
Diagnosa keperawatan :
Berdasarkan data-data di atas, maka diagnosa keperawatan utama adalah
Gangguan rasa nyaman;nyeri post op pankreas pada Bp. W.
Kriteria hasil dan tujuan: Nyeri yang dirasakan Bp. W berkurang ditandai
dengan adanya penurunan skala nyeri.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
43
Perencanaan:
Rencana Keperawatan
Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tertier
1. Kaji tingkat nyeri 1. Ajarkan klien tentang 1. Ajarkan klien tentang
dengan menggunakan tehnik relaksasi nafas pentingnya
skala nyeri dalam kebersihan diri dan
2. Periksa lokasi luka 2. Dorong klien untuk dorong untuk
operasi, untuk dapat mengalihkan rasa menjaga kebersihan
tandatanda infeksi atau nyerinya diri
komplikasi 3. Jangan biarkan klien 2. Libatkan anggota
3. Lakukan perawatan luka untuk melakukan keluarga dalam
untuk mencegah aktifitas berat perawatan klien
infeksi 4. Libatkan klien dalam 3. Dorong kerabat
4. Berikan tindakan pengambilan keputusan untuk berada
nonfarmakologis untuk tentang perawatannya bersama klien agar
menghilangkan rasa sendiri dn berikan selalu memberikan
dukungan psikologis dukungan psikologis
sakit seperti distraksi
5. Lakukan kolaborasi positif 4. Latih dan ajarkan
dengan dokter untuk keluarga manajemen
pemberian obat nyeri untuk
membantu klien
analgetik
dalam mengatasi
6. Berikan obat analgetik
nyerinya
sesuai dengan program
terapi
7. Jaga kebersihan tubuh
pasien agar terhindar
dari infeksi
sehingga perawat dapat bekerja pada semua bidang tidak hanya khusus di
rumah sakit. Henderson dianggap sebagai Nightingale abad ke-20
44
kebutuhan biologis (a-i), psikologis (j,n), sosial (l,m) dan spiritual (k).
Individu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jiwa raga
adalah satu kesatuan. Setiap manusia harus berupaya untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologi dan emosional.
b. Lingkungan/Sosial
Lansia berada dalam hubungan timbal balik dengan keluarga mereka.
Institusi swasta dan publik seharusnya mendukung kesehatan lansia.
Masyarakat mengharapkan perawat untuk membantu lansia yang
tidak mampu melakukan aktivitas mandiri. Masyarakat harus
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan keperawatan
yang memungkinkan perawat untuk lebih memahami lansia sebagai
penerima asuhan keperawatan dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Herdeson juga mendefinisikan lingkungan sebagai
46
48
51 c. Sehat Sakit
Tindakan keperawatan:
Sebelum mengambil tindakan, maka terlebih dahulu perawat harus
melakukan pengkajian. Berdasarkan teori model Leininger, maka ada tiga
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
52
54
d. Keperawatan
Keperawatan diartikan oleh Johnson sebagai suatu kegiatan eksternal
yang kuat untuk memelihara organisasi atau struktur perilaku lansia
secara keseluruhan, dimana lansia mengalami tekanan atau stres. 55
perawatan diri, dan ide defisit perawatan diri yang berkaitan erat. Model
Orem adalah salah satu model konseptual yang paling sering dipakai dalam
keperawatan (Basford dan Slevin, 2006, dalam Aini, Nur, 2018)).
terdiri dari 3 perspektif teoritis berikut ini : teori perawatan diri, teori
defisit perawatan diri dan teori sistem keperawatan (Basford dan Slevin,
2006 ; Tomey and Alligood, 2006 ; Jarosova, 2014, dalam Aini, Nur, 2018)).
a. Teori perawatan diri
Orem mendeskripsikan perawatan diri sebagai perilaku yang diperlukan
secara pribadi dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada kapasitas
individu itu sendiri untuk mengatur dirinya dan lingkungan dengan cara
sedemikian rupa sehingga ia tetap bisa hidup, menikmati kesehatan dan
kesejahteraan dan berkontribusi dalam perkembangannya sendiri. Secara
singkat, perawatan diri memanifestasikan diri sebagai perilaku konkret,
asuhan kompleks yang dilakukan untuk dan oleh seseorang. Perawatan
diri secara umum dilakukan oleh orang dewasa, sedangkan orang yang
sedang sakit (pasien) dan anak-anak bergantung pada asuhan tambahan
yang diberikan oleh orang lain asuhan dependen).
59
Teori self care defisit ini merupakan inti dari teori Orem karena
menjelaskan kapan asuhan keperawatan dibutuhkan. Defisit
perawatan diri muncul saat hubungan antara efek perawatan diri dan
persyaratan/ kebutuhan terapeutik tidak memadai, mereka tidak
seimbang dan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. Perawatan
diperlukan saat orang dewasa terbatas atau tidak mampu melakukan
perawatan diri secara terus menerus, lancar dan efektif. Keperawatan
dibutuhkan seseorang yang tidak mampu atau terbatas untuk
melakukan self care nya secara terus menerus. Keperawatan diberikan
bila berkurang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan self care
sesuai dengan self care demandnya.
Orem mengidentifikasi 5 metode untuk memberikan bantuan
keperawatan :
1) Memberikan pelayanan langsung dalam bentuk tindakan
keperawatan
2) Memberikan arahan dan memfasilitasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhannya secara mandiri
3) Memberikan dorongan secara fisik dan psikologik agar klien dapat
mengembangkan potensinya agar klien dapat melakukan perawatan
secara mandiri.
4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan pribadi klien untuk meningkatkan kemandirian dalam
perawatannya.
5) Mengajarkan klien tentang prosedur dan aspek-aspek tindakan agar
klien dapat melakukan perawatan dirinya secara mandiri.
Nursing Agency adalah orang yang dididik dan dilatih sebagai perawat
yang membolehkan mereka untuk melakukan kegiatan, mengetahui
dan membantu individu untuk memenuhi self care demand nya
melalui latihan dan pengembangan self care agency nya sendiri.
Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi dari nursing system untuk
memenuhi kebutuhan self care klien.
1) Wholly Compensatory System (WCS). WCS diperlukan oleh klien
yang mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri secara.
langsung dan mengontrol pergerakan atau dalam pengobatan
medis supaya tidak melakukan aktivitas. Perawat mengambil alih
pemenuhan kebutuhan self care nya secara menyeluruh pada
klien. WCS diberikan pada klien dengan tingkat keterganrungan
yang tinggi:
a) Tidak mampu melakukan berbagai aktivitas misalnya pada klien
koma
b) Dapat melakukan gerakan tetapi tidak boleh ada gerakan,
misalnya pada klien fraktur
c) Tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi mungkin
dapat ambulasi dan melakukan self care dengan pengawasan
dan bimbingan, pada klien dengan retardasi mental.
2) Partly Compensatory Nursing System. Situasi dimana perawat
danklien bersama-sama melakukan asuhan perawatan, self care
dan atauambulasi. Perawat mengambil alih beberapa aktivitas
yang tidakdapat dilakukan oleh klien dalam pemenuhan
kebutuhan self carenya, misalnya klien lansia, stroke.
3) Supportive-Educative System. Klien mampu dan dapat belajar
untukmelakukan self care yang dibutuhkan, tetapi memerlukan
bantuan.Pada sistem ini klien melakukan semua kebutuhan self
care nya. Klienmembutuhkan bantuan untuk pembuatan
keputusan, mengendalikanperilakunya dan mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan. Peran perawat adalah
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
61
Jika individu dalam keadaan sehat maka mereka dapat dan memenuhi
sendiri deficit perawatan diri yang mereka alami. Sebaliknya, jika
mereka sakit atau cedera, orang tersebut bergeser dari status agens
perawatan diri menjadi status pasien atau penerima asuhan. 62
Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam hal ini berarti sehat
sakit tidak dibahas sebagai konsep yang berbeda. Akan timbul masalah
disini jika orang yang sehat tidak atau tidak dapat melakukan
perawatan diri, atau jika ada orang yang sakit namun dapat melakukan
perawatan untuk dirinya sendiri.
d. Keperawatan
Perawatan diri terapeutik yang dirancang untuk melengkapi kebutuhan
perawatan diri. Tindakan keperawatan dibagi dalam tiga kategori yaitu
Wholly Compensatory System, Partly Compen satory Nursing System
dan Supportive-Educative System.
RINGKASAN
Teori keperawatan merupakan sekelompok konsep yang menjelaskan tentang
suatu proses, peristiwa atau kejadian mengenai keperawatan yang didasari oleh
fakta-fakta yang telah diobservasi. Teori keperawatan biasanya banyak digunakan
untuk menyusun atau membuat suatu model konsep dalam keperawatan. Model
praktek keperawatan mengandung keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi dasar
sebuah model. Model Konseptual Adaptasi Roy menguraikan bagaimana individu
63
SOAL
1. Membantu lansia beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan psikologis,
konsep diri, aturan-aturan yang berlaku dan hubungan bebas pada waktu
sehat dan sakit merupakan tujuan keperawatan menurut teori...
a. Roger d. Johnson
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b. Henderson e. Neuman
c. Roy
64
3. Setiap individu juga memiliki garis pertahanan yang unik, yang memungkinkan
ia bereaksi terhadap stres pada setiap peristiwa jika keseimbangan normalnya
terganggu merupakan dasar dari teori..
a. Roger d. Johnson
b. Henderson e. Neuman
c. Roy
c. Roy
8. Perawat memandang lansia sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas baik di lingkungan internal atau eksternal
merupakan paradigma keperawatan menurut teori...
a. Leininger d. Orem
b. Henderson e. Johnson
c. Roy
10. Yang bukan termasuk kebutuhan deviasi kesehatan atau kebutuhan yang
terkait dengan penyimpangan status kesehatan menurut Orem adalah... a.
Mencari pengobatan yang tepat dan aman
b. Mengetahui dampak dari patologi penyakit
c. Memilih prosedur diagnostic dan terapi yang tepat
d. Memelihara keseimbangan antara aktifitas dan istirahat
e. Memilih metode rehabilitative yang tepat dan efektif
KUNCI JAWABAN
1. C 2. C 3. E 4. E 5. B
6. A 7. B 8. E 9. E 10. D
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. (2018). Teori Model Keperawatan beserta Aplikasinya dalam
Keperawatan. Malang: UMM Press
Buku Ajar Keperawatan Gerontik 66
BAB 5
PROSES KEPERAWATAN
LANSIA PADA INDIVIDU DAN
KELOMPOK KHUSUS
PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan pada lansia adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses
keperawatan yang ditujukan kepada lansia. Kegiatan tersebut meliputi 1)
Pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan kebutuhan bio/fisik, psikologis,
kultur, dan spiritual; 2) Menganalisa suatu masalah kesehatan/ keperawatan dan
membuat diagnosa keperawatan ;3) Membuat perencanaan; 4) Melaksanakan
perencanaan dan 5) Melakukan evaluasi. Tujuan pemberian asuhan pada lansia
adalah 1)Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan perawatan
dan pencegahan; 2)Membantu mempertahankan serta memperbesar semangat
hidup klien usila; 3) Menolong dan merawat klien usila yang menderita
penyakit.;4) Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses
keperawatan; 5) Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya
promotif, preventif , dan rehabilitatif. Sasaran asuhan keperawatan pada lansia
adalah klien lansia yang berada di keluarga, panti (sebagai individu atau
kelompok), maupun kelompok masyarakat (Posyandu Lansia/ Karang Werda).
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca akan memahami tentang proses
keperawatan pada lansia baik lansia individu, lansia di keluarga maupun kelompok
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
67
69
70
74
b. Pencegahan sekunder :
1) Melakukan skrining kesehatan tentang : TB & BB, TD, IMT, tingkat
depresi, tingkat fungsi kognitif, tingkat ketergantungan, kadar gula
darah, asam urat dll dan rujukan kasus.
2) Melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah kesehatan agar
tidak bertambah berat
3) Penanganan masalah-masalah kedaruratan dalam kelompok
4) Penanganan awal masalah kesehatan yang umum terjadi pada
kelompok lansia
5) Melakukan follow up kasus (melalui kunjungan rumah)
c. Pencegahan tersier :
1) Menunjang upaya pemulihan lansia pasca sakit dengan mengurangi
kelemahan klien dan memelihara klien tetap berfungsi misalnya :
Mengajarkan diit dan perawatan kaki pada DM, pembelajaran
pergerakan pada penyembuhan pasca injury
2) Konseling
77
c. Kemitraan
Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling memberi manfaat
untuk mencapai tujuan. Kerjasama dengan segenap komponen
masyarakat sangatlah penting, dan dimulai dari pengembangan
perencanaan, keputusan, pembagian tanggung jawab, negosiasi,
hingga melakukan evaluasi.
d. Proses kelompok
Strategi intervensi dalam kegiatan kelompok mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan bila dilakukan secara individu karena
kesehatan individu dapat dipengaruhi oleh orang yang ada
disekitarnya. Keuntungan dalam bekerja kelompok adalah
meningkatnya efisiensi dengan memanfaatkan keahlian dan
kemampuan anggota dengan pendekatan saling berbagi perasaan dan
pengalaman diantara anggota kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara
berkala oleh kelompok lansia dibawah bimbingan koordinator
perkesmas dan kader setempat.
e. Perawatan langsung (direct care)
5. Evaluasi asuhan keperawatan kelompok lansia :
a. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan
kelompok lansia
b. Tujuan adalah tercapainya tingkat kemandirian lansia dalam kelompok
78
Tingkat Indikator
kemandirian
I Lansia mengikuti kegiatan kelompok tetapi tidak teratur
II - Mengikuti kegiatan kelompok secara teratur
- Mampu Berbagi pengalaman dengan anggota
keluarga yang lain
- Mampu Menghargai pendapat orang lain
- Mampu Menerima asupan dari orang lain
III - Tingkat Kemandirian II
- Terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
- Melakukan upaya pencegahan terhadap masalah
kesehatan kelompok
IV - Tingkat Kemandirian III
- Menampilkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kelompok
- Mampu menyelesaikan masalah kelompok
- Menjadi panutan bagi anggota kelompok lain
RINGKASAN
Asuhan keperawatan lansia individu dalam konteks keluarga adalah suatu
rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan kepada lansia.
Kegiatan tersebut meliputi pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan
kebutuhan bio/fisik, psikologis, kultur, dan spiritual ; menganalisa suatu masalah
kesehatan/ keperawatan dan membuat diagnosa keperawatan ; membuat
perencanaan ; melaksanakan perencanaan dan terakhir melakukan evaluasi
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.Asuhan keperawatan kelompok
lansia adalah metoda penyelesaian masalah kesehatan lansia yang ditujukan
kepada kelompok lansia dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan
preventif tanpa 79
SOAL
1. Sebutkan 3 dari 5 tujuan pemberian asuhan keperawatan pada lansia !
2. Sebutkan siapa saja yang menjadi sasaran dalam pemberian asuhan keperawatan
pada lansia!
3. Sebutkan tiga tindakan keperawatan dalam pecegahan primer!
4. Sebutkan hal-ha yang harus diperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada lansia !
5. Sebutkan strategi implementasi pada asuhan keperawatan kelompok lansia!
KUNCI JAWABAN
81
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2010). Buku pemantauan kesehatan pribadi lanjut usia. Jakarta.
Komisi Nasional Lanjut Usia (2010). Profil Penduduk Lansia di Indonesia 2009. Jakarta.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2013). Community health nursing : process and practice
for promoting health. St. Louis : Mosby Year Book
82
Lampiran
c. No Telepon : ……………………………………….
d. Hubungan dg Klien : ……………………………………….
3. Aktivitas Rekreasi
a. Hobby : ……………………………………….
b. Bepergian/wisata : ……………………………………….
c. Keanggotaan organisasi : ……………………………………….
d. Lain-lain : ……………………………………….
83
f. Tetangga Terdekat:
1) Nama : ……………………………………………….
2) Alamat/ No Telp : ……………………………………………….
5. Riwayat Keluarga
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : ……………………………………….
b. Nafsu makan : ……………………………………….
c. Jenis makanan : ……………………………………….
d. Kebiasaan sebelum makan : ……………………………………….
e. Makanan yang tidak disukai : ……………………………..………..
f. Alergi terhadap makanan : …………………………..…………..
g. Pantangan Makan : ..………………………………………
h. Keluhan yang berhubungan dengan makan: ……………………………………….
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : ……………………………………......................... 2) Kebiasaan
BAK pada malam hari; ………………………....……………………
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAK: ……………………………………
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : ………………………………………. 2) Konsistensi
: ……………………………………….
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAB: ………………………………………
4) Pengalaman memakai Laxantif/Pencahar: ……………………………………
3. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu mandi : …………………………………..
2) Pemakaian Sabun (ya/ tidak) : ……………………………………
b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu gosok gigi : ………………………………………. 2) Menggunakan
pasta gigi : ……………………………………….
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : ……………………………………….
2) Penggunaan Shampo (ya/ tidak) : ….……………………………………
C. Status Kesehatan
1. Kondisi kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama dalam 1 tahun terakhir: …………………………………………...
........................………………........................................................................
b. Gejala yang dirasakan saat ini: …………………………..…………………………..
b. Waktu mulai timbulnya keluhan: …………...............................................
c. Obat yang dikonsumsi (Nama, dosis, cara dan waktu pemberian) ………………….
d. Upaya Mengatasi:
1) Pergi ke RS/Klinik Pengobatan/dr praktik
2) Pergi ke bidan/perawat
3) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri 4) Mengkonsumsi obat-obatan tradisional
5) Lain-lain: ……………………………..
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah diderita: ……………………………………..……………….
86
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Catatan:
…………………………………………………………………………………………………..…………………………
…………………………………..……………………………………..……………………………………………………
……………………………………………..………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..…………………………
…………………………..………………………………………..…………………………………………………………
Jakarta, …………………
Pengumpul Data,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
_______________________
87
88
2. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, dan tempat, serta daya
ingat (isi Pertanyaan dapat dimodifikasi).
Analisa Hasil :
* 0 – 2 salah = Fungsi Intelektual sempurna
* 3 – 4 salah = Gangguan intelektual ringan
* 5 – 7 salah = Gangguan intelektual sedang
* 8 – 10 salah = Gangguan intelektual berat
89
Analisa Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri Point: 0 – 12 : Ketergantungan
91
PENJELASAN
Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, tidak mandi sendiri.
Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
Ke Kamar Kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil, membersihkan genitalia sendiri.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.
Berpindah/beranjak
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri. Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu atau lebih perpindahan.
Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung: Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter, pispot, enema,
pembalut (pampers).
Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Tergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, makan parenteral (NGT).
92
93
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
BAB 6
PROSEDUR TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA
PENDAHULUAN
Tindakan keperawatan pada lansia adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapaitujuan yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada pada lansia. Pada Tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan
keperawatan pada lansia bertujuan untuk mengoptimalkan kondisi lansia agar
mampu mandiri dan produktif.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan mampu memahami serta
melaksanakan beberapa prosedur tindakan keperawatan pada lansia seperti terapi
kognitif, aktifitas fisik, pemberian bantuan ADL, dan senam lansia.
A. TERAPI KOGNITIF
1. Pengertian Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana semua
masukan sensoris (taktil, visual dan auditorik) akan diubah, diolah,
disimpan dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara
sempurna sehingga individu mampu melakukan penalaran terhadap
masukan sensoris tersebut. Fungsi kognitif menyangkut kualitas
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Fungsi kognitif diartikan pula sebagai kemampuan mental yang terdiri dari
atensi, kemampuan berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial,
kemampuan membuat konsep dan intelegensi (Kaplan, 1997; American
Psychology Assosiation, 2007). Kemampuan kognitif berubah secara
bermakna bersamaan dengan lajunya proses penuaan, tetapi perubahan
tersebut tidak seragam. Sekitar 50% dari seluruh populasi lansia
menunjukkan penurunan kognitif sedangkan sisanya tetap memiliki
kemampuan kognitif sama seperti usia muda. Penurunan kognitif tidak
hanya terjadi pada individu yang mengalami penyakit yang berpengaruh
terhadap proses penurunan kognitif tersebut, namun juga terjadi pada
individu lansia yang sehat. Pada beberapa individu, proses penurunan
fungsi kognitif tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga terjadi
gangguan kognitif atau demensia (Pramanta dkk., 2002).
2. Aspek-Aspek Kognitif
Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut: a.
Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu.
Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya
sendiri ketika ditanya) menunjukkan informasi yang ”overlearned”.
Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan
negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan
penerimaan bahasa. Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan
negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan
orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c. Demensia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
102
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
h. Intoksikasi obat
Beberapa zat seperti toluene, alkohol, bersifat toksik bagi sel neuron,
selain itu defisiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan penurunan
fungsi kognitif seseorang, obat golongan benzodiazepin, statin juga
memiliki efek terhadap memori (Faust, 2008).
i. Diet
Konsumsi makanan yang tinggi kolesterol akan menyebabkan akumulasi
protein amiloid beta pada percobaan dengan menggunakan tikus wistar
yang memicu terjadinya demensia (Kaudinov & Kaudinova, 2011)
sebagai instrumen umum sejak tahun 1996 dan sudah diuji validitas dan
reabilitasnya (Doerflinger, 2012).
gerakan itu dagu rileks dan kepala dalam posisi normal menghadap
kedepan.
Manfaat:Mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan
memusatkan perhatian,mengambil keputusan,berkonsentrasi dan
pemikiran asosiatif.
c) Papan nama
Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
Langkah Kegiatan a)
Persiapan
1) Membuat kontrak dengan lansia
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
b) Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Salam dari Perawat kepada lansia
3) Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan lansia saat ini
4) Kontrak : Perawat menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal
orang dan menjelaskan aturan main berikut :
(a) Jika ada lansia yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
ijin kepada Perawat.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Tahap kerja
1) Perawat membagikan papan nama untuk masing-masing lansia
2) Perawat meminta masing-masing lansia menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, dan asal.
3) Perawat meminta masing-masing lansia menuliskan nama
panggilan di papan nama yang dibagikan.
4) Perawat meminta masing-masing lansia memperkenalkan diri
secara berurutan, searah jarum jam dimulai dari Perawat, meliputi
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
5) Perawat menjelaskan langkah berikutnya: bernyanyi bersama, saat
bernyanyi bola tenis dipindahkan dari satu lansia ke lansia lain.
Saat nyanyian dihentikan, lansia yang sedang memegang bola
tenis menyebutkan nama lengkap;nama
panggilan,asal,dan hobi dari lansia yang lain (minimal nama
panggilan)
108
c. Terapi Kenangan
Terapi kenangan (reminiscence therapy) adalah teknik yang digunakan
untuk mengingat dan membicarakan tentang kehidupan seseorang.
Terapi ini digunakan untuk lansia yang mengalami gangguan kognitif,
kesepian dan pemulihan psikologis. Terapi ini dapat diberikan pada
lansia secara individu, keluarga maupun kelompok. Pelaksanaan
kegiatan terapi secara kelompok memberi kesempatan kepada lansia
untuk membagi pengalamannya pada anggota kelompok,
meningkatkan kemampuan komunikasi, dan sosialisasi dalam
kelompok serta efesiensi biaya maupun efektifitas waktu.
110
3) Tahap kerja
a) Perawat memberikan instruksi agar lansia menutup mata,
menenangkan pikiran dan merilekskan tubuh.
b) Perawat meminta masing-masing lansia menarik nafas dalam dan
menghembuskannya perlahan sebanyak 3 kali
c) Perawat meminta masing-masing lansia memusatkan pikiran pada
pengalaman yang menyenangkan pada masa usia anak
d) Perawat meminta masing-masing lansia membuka
mata perlahan-lahan
e) Perawat meminta masing-masing lansia menuliskan pengalaman
menyenangkan pada masa usia anak dalam lembar kenangan
f) Perawat meminta masing-masing lansia membaca lembar kenangan
dan menjelaskan kepada anggota kelompok
g) Perawat memberikan pujian untuk setiap keberhasilan lansia dengan
mengajak lansia bertepuk tangan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
- Perawat menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan
- Perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Kontrak yang akan datang
- Perawat membuat kontrak untuk kegiatan yang akan datang,
yaitu “Pengalaman masa usia remaja” - Menyepakati waktu dan
tempat.
B. TERAPI AKTIFITAS
Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki hubungan
satu sama lainnya yang berkaitan serta bersama-sama mengikuti aturan dan
norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) bagi lansia adalah kegiatan
yang ditujukan pada sekelompok lansia yang memiliki tujuan untuk dapat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
111
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal
yang sudah disediakan. Misalnya saja membuat kipas, membuat sulak,
membuat bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.
h. Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya
ingat seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
adalah dengan mengadakan cerdas cermat, mengerjakan
tebaktebakan, puzzle, mengisii TTS, dan lainnya.
i. Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta
harga diri. Proses nya dengan menceritakan berbagai
pengalamanpengalaman di dalam hidupnya. Misalnya saja
menceritakan tentang masa muda nya.
114
j. Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialiasi, gairah hidup,
menghilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang
mana digunakan sebagai cara mengatasi stres dan depresi. Ada
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari mengikuti senam
lansia, bersepeda, posyandu lansia, rekreasi ke kebun raya,
mengunjungi saudara, dan masih banyak lainnya.
k. Terapi Keagamaan
Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan kebersamaan,
memberikan rasa kenyamanan, bahkan persiapan untuk menjelang
kematian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dapat berupa
pengajian, sholat berjamaah, kebantian, dan lainnya.
l. Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh
anggota keluarga yang mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari
terapi keluarga ini adalah untuk mampu melaksanakan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi, yaitu orientasi,
konflikatau kebersamaan.
c. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan
leader mulaimenunjukkan rencana terapi dan mengambil kontak
dengan anggota.
d. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yangberkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan salingketergantungan yang akan terjadi.
e. Fase kerja
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
nengatif dikoreksidengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapaitujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistik,mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, danpenyelesaian
masalah yang kreatif.
f. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalamiterminasi premature, tidak sukses atau sukses.
b. Kategori Sama
Lansia yang dapat diikutkan ke dalam terapi aktivitas kelompok
merupakan lansia dengan katagori masalah yang sama agar tujuan
dalam terapi akan tercapai dengan mudah.
c. Jenis Kelamin Sama
Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani lansia
dengan memiliki gejala yang sama, biasanya laki-laki akan
mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan, sehingga
akan lebih baik jika dibedakan.
d. Kelompok Umur Hampir Sama
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
1. KEBERSIHAN FISIK
a. Kebersihan Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong. Bagi lansia yang
masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri 2 kali
sehari, pada pagi dan malam sebelum tidur.Bagi lansia yang menggunakan
gigi palsu (protesa) dapat dipelihara dengan cara :
1) Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kassa atau
saputangan yang bersih.
2) Gigi palsu kemudian disikat perlahan-lahan di bawah air mengalir sampai
bersih. Bila perlu dapat menggunakan pasta gigi/ odol.
3) Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam dengan air bersih di
dalam gelas.
Persiapan alat :
1). Sikat gigi dan pasta gigi
2). Air bersih dalam gelas untuk berkumur
3). Kom untuk membuang air kumur
4). Handuk Cara kerja :
1). Jelaskan prosedur pada klien.
118
120
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Untuk klien lansia yang sama sekali tidak dapat mencuci rambutnya
karena sakit atau kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan, dapat
mencuci rambut di tempat tidur.Bila lansia yang banyak berbaring di
tempat tidur harus lebih diperhatikan kebersihan rambutnya
mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering dan
berbau serta gatal-gatal.
d. Kebersihan Kuku
Kuku yang panjang merupakan tempat bersarangnya kuman dan
kotoran. Oleh karena itu, harus diperhatikan bagi lansia agar secara
teratur memotong kukunya minimal 1 minggu sekali. Bagi klien yang
tidak mampu sendiri, keluarga atau perawat dapat membantu
memotongnya.
2. KESEIMBANGAN GIZI
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Bila perubahan kebutuhan dan asupan zat gizi makanan tersebut tidak
diantisipasi dengan pemberian nutrisi secara tepat, maka akan timbul
masalah nutrisi yang dapat mempercepat atau memperburuk kondisi fisik
lansia. Di tambah dengan penurunan daya tahan tubuhnya sehingga lansia
mudah terkena penyakit dan bila terserang penyakit akan lama proses
penyembuhannnya dan mengakibatkan kualitas hidup lansia menjadi
rendah.
Masalah gizi dan penyakit yang dipengaruhi oleh makanan yang seringkali
menimpa lansia adalah berkaitan dengan masalah kekurangan dan
kelebihan gizi.Kekurangan gizi yang kerap diderita lansia adalah
kekurangan energi, protein, anemia karena kurang asam folat (Vit. B
Kompleks) dan vitamin B12 (Kobalamin), seng dan kalsium.Kelebihan gizi
yang lazim menimpa lansia adalah berupa kelebihan energi dalam bentuk
kelebihan berat badan dan obesitas.Beberapa penyakit yang dipengaruhi
oleh makanan yang sering diderita lansia adalah penyakit jantung
pembuluh darah, DM, tekanan darah tinggi dan osteoporosis.
pada saluran cerna dimana saluran cerna mengalami perubahan mulai dari
rongga mulut sampai ke usus.
tidak enak yang menyebabkan lansia hanya makan sedikit, makanan terasa
kurang asin atau kurang manis dan sering diantisipasi dengan
menambahkan gula atau menambahkan garam. Kekurangan seng
merupakan penyebab menurunnya daya kecap lidah dan menyebabkan
luka sukar sembuh.
Kurang kuatnya otot dan ditambah dengan rasa nyeri/ kaku pada sendi
dan tulang menyebabkan aktivitas fisik para lansia menurun sehingga
kebutuhan energi untuk aktivitas fisik akan menurun pula.Kebutuhan
energi pria lansia adalah 35 kkal/ kg BB/ hari.Kebutuhan energi wanita
lansia adalah 34 kkal/ kg BB/ hari.Sejak usia 40 tahun, kemampuan tulang
dalam pembentukan strukturnya tertinggal dibandingkan dengan proses
kerusakan sehingga tulang mengalami pengeroposan (osteoporosis) yang
dapat menyerang 50 % lansia. Kondisi ini akibat menurunnya kemampuan
ginjal dalam mensintesis vitamin D yang berpengaruh terhadap
penyerapan kalsium dalam usus dan penyimpanan kalsium pada tulang.
123
Peradangan pada sendi dapat terjadi akibat gesekan antar tulang pada
sendi karena menipisnya tulang rawan dan cairan antar sendi yang
bertindak sebagai bantalan pencegah terjadinya gesekan langsung antara
tulang dan sendi. Kondisi ini menjadi salah satu sebab yang menurunkan
aktivitas fisik para lansia.
Jumlah kebutuhan energi per hari disesuaikan dengan berat badan dan
tingkat aktivitas fisik. Dalam keadaan normal lansia pria membutuhkan
energi sebesar 35 kkal/ kg BB/ hari dan wanita lansia membutuhkan
sekitar 32-34 kkal/ kg BB/ hari. Dalam kondisi sakit kebutuhan akan energi
meningkat sesuai dengan keadaan sakit.
Jumlah Lemak dalam makanan adalah 20-25 % dari total energi, kurang
dari 10 % di antaranya berasal dari lemak hewani. Jumlah asupan
kolesterol < 300 mg/ hari, harus dihindari makanan dengan kolesterol
tinggi seperti kuning telur, jeroan, otak, kulit (kerecek, sate kulit), udang,
keju, sop buntut dan sop kaki.Dianjurkan pula untuk makan makanan yang
mengandung serat yang larut dalam air seperti apel, jeruk, pear, kacang
merah, kedelai. Selain sebagai sumber serat, buah dan sayuran juga
merupakan sumber vitamin dan mineral. Selain sebagai sumber kalsium,
minum susu dapat juga menambah konsumsi air yang kurang pada lansia.
Kebutuhan air pada lansia sekitar 2-3 liter/ hari (10-15 gelas).
Contoh :
Pukul 05. 00 susu/ juice
Pukul 07. 00 makanan utama
Pukul 09. 30 makan minum selingan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
125
D. SENAM LANSIA
1. Pengertian
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencanayang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan
maksudmeningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut.Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang
merupakansuatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran
darah sertapernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
lama sehinggamenghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam
berasal dari bahasayunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti
telanjang, dimana pada zamantersebut orang yang melakukan senam
harus telanjang, dengan maksud agarkeleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
126
2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untukmenghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
dianjurkan untukmereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia
lansia (65 thn ke atas).Orang melakukan senam secara teratur akan
mendapatkan kesegaran jasmaniyang baik yang terdiri dari unsur kekuatan
otot, kelentukan persendian,kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular
fitness dan neuromuscular fitness.Apabila orang melakukan senam,
peredarah darah akan lancar dan meningkatkanjumlah volume darah.
Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akanterjadi proses indorfin
hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapatmenimbulkan rasa
gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) danmenghilangkan
depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalahlansia
merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar.
127
b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan
intiyakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan
yangsesuai dengan tujuan program latihan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap
inibertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih
denganmelakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini
ditandaidengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu
tubuh, dansemakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikandarah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darahdiotot kaki dan tangan.
RINGKASAN
Beberapa prosedut tindakan keperawatan bagi lansia antara lain terapi kognitif,
terapi aktifitas, bantuan ADL, dan senam lansia. Terapi kognitif merupakan terapi
yang dilakukan untuk menstimulasi fungsi kognitif lansia agar tidak mengalami
kepikunan atau dementia. Beberapa terapi kognitif yang dapat dilakukan antara
lain senam otak, terapi orientasi realitas dan terapi kenangan. Terapi aktifitas
kelompok dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia serta meningkatkan
respon sosial antara lansia. Tujuan dari terapi aktivitas kelompok adalah
mengembangkan stimulasi persepsi, mengembangkan stimulasi sensoris,
mengembangkan orientasi realitas, dan mengembangkan sosialisasi. Jenias terapi
aktifitas kelompok antara lain terapi musik, berkebun, rekreasi, dll. Bantuan activty
daily living (ADL) merupakan tindakan keperawatan pada lansia yang berkaitan
dengan ADL seperti kebersihan fisik, keseimbangan gizi, latihan fisik, seksualitas,
eliminasi, istirahat, tidur dan rasa nyaman serta keseimbangan emosi. Senam
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan 129
kemampuan fungsional raga. Lansia yang mengikuti senam lansia akan merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
SOAL
1. Jelaskan apa pengertian dari terapi kognitif!
2. Sebutkan macam-macam terapi kognitif bagi lansia!
3. Sebutkan tahapan terapi aktifitas kelompok!
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
KUNCI JAWABAN:
1. Terapi kognitif pada lansia adalah terapi yang dilakukan untuk menstimulasi
fungsi kognitif lansia agar tidak mengalami kepikunan atau dementia.
2. Macam-macam terapi kognitif yang dapat dilakukan antara lain senam otak,
terapi orientasi realitas dan terapi kenangan.
3. Tahapan terapi aktifitas kelompok adalah 1)Pre kelompok; 2) Fase awal;
3)Orientasi; 4)Konflik; 5) Fase Kerja; 6) Fase Terminasi.
4. Bantuan ADL yang sering diberikan kepada lansia antara lain pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri dan keseimbangan gizi
5. Manfaat senam bagi lansia yaitu 1) Meningkatkan funsi organ tubuh, 2)
meningkatkan imunitas tubuh, 3) Lansia akan selalu merasa bahagia
DAFTAR PUSTAKA
Ekasari, Mia Fatma,dkk. (2019) Meningkatkan kualitas Hidup Lansia: Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang:Wineka Media
Nies, Mary A, & McEwen, Melanie (2019). Keperawatan Kesehatan dan Keluarga.
Singapura: Elsevier. Terjemahan
Maryam, Raden,dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
130
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
BAB 7
PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA
SEBAGAI INDIVIDU
PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan lansia adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses
keperawatan yang ditujukan kepada lansia. Tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada lansia individu antara lain meningkatkan kesejahteraan lansia
dan kemandirian keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi keluhan
kesehatan yang dialami lansia,mempertahankan kesehatan serta kemampuan
melalui jalan perawatan dan pencegahan, membantu mempertahankan serta
memperbesar semangat hidup klien lansia, menolong dan merawat klien lansia
yang menderita penyakit, meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan
proses keperawatan serta melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan
upaya promotif, preventif , dan rehabilitatif. Sasaran dalam pemberian asuhan
keperawatan pada lansia individu adalah lansia dengan masalah kesehatan baik
yang memiliki penyakit degeneratif (hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker
rahim/prostat, osteoporosis, penyakit sendi, dll) ataupun penyakit kronis dan
gangguan fungsi atau perkembangan organ; lansia terlantar dan lansia pasca
perawatan di Rumah Sakit (RS).
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang penerapan
asuhan keperawatan lansia individu (pengkajian, analisa data, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi).
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
131
A. PENGKAJIAN
Gambaran penerapan asuhan keperawatan lansia individu yang dibahas pada
bab ini adalah kasus lansia individu yang tinggal di keluarga, dengan
menggunakan format yang digunakan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan lansia individu.
132
c. Aktivitas Rekreasi
1) Hobby : Memasak
2) Berpergian/Wisata : Jarang sekali, pergi kalau diajak saudara, tetapi
sering tidak ikut karena takut merepotkan
3) Keanggotaan organisasi di masyrakat:Ibu PKK dan ikut mengaji
4) Lain-lain :-
d. Lingkungan Tempat Tinggal
1) Jenis rumah :Pemukiman padat penduduk
2) Jumlah ruangan : 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan dan
dapur, 1 kamar mandi
3) Jumlah penghuni : 6 orang (ayah, ibu, 3 anak dan Ibu T)
4) Jenis lantai rumah : Keramik
Kondisi : Lantai ruangan berih, hanya lantai kamar mandi agak licin
5) Kebersihan dan Kerapihan ruangan : Ruangan bersih, hanya saja
banyak perabotan yang letaknya tidak rapih, mainan anak-anak
tergeletak di lantai
6) Penerangan : Cahaya kurang, hanya masuk dari
jendela yangterkadang tertutup tirai
7) Sirkulasi udara: Ruangan agak pengap, terdapat jendela tapi tidak
dibuka.
8) Keadaan kamar mandi &WC:Bersih, terdapat WC duduk, lantai agak
licin
9) Tangga rumah : Ada untuk menuju dak tempat menjemur pakaian
Kondisi : Bagus, tidak licin terdapat pegangan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
e. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : masih ada/tidak ➔ Jika ada:
1) Nama
: .................................................................
2) Umur
: .................................................................
3) Pekerjaan
: ................................................................ 4) Status
kesehatan : ................................................................
5) Tinggal bersama : ya/tidak
133
b. Anak
NO NAMA UMUR ALAMAT KET.
ANAK
1 Bp K 48 tahun Pasar Turi,Surabaya
2 Ibu N 46 tahun Belakang Pasar Ciracas
RT04/09 Ciracas Jakarta
Timur
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan Waktu : 8 kali/hari
2) Kebiasaan BAK pada malam hari : 2-3 BAK malam hari
3) Keluhan yang berhubungan BAK :Sulit menahan keinginan BAK
b. BAB
1) Frekuensi dan Waktu : 1-2kali/hari, pagi dan malam
2) Konsistensi :Semi padat
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Merasa mules tapi tidak
mau BAB
134
3. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan Waktu mandi : 3 kali/hari, pagi, siang dan sore
2) Pemakaian sabun (Ya/Tidak) : Ya
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi dan Waktu gosok gigi :1kali/ hari, pagi hari
2) Menggunakan pasta gigi :Ya
c. Cuci Rambut
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
135
C. Status Kesehatan
1. Kondisi kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir:Kaki terasa kesemutan, baal,
penglihatan buram dan terganggu, susah kalau mau jalan atau aktifitas
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis, Baik. Mengatakan badannya lemas
dan terasa pusing
b. TTV :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg Suhu: 36º C
Nadi : 64 kali/menit Respirasi: 20 kali/menit
c. BB/TB : BB = 49 Kg / TB = 145 cm
d. Kepala : Tidak ada ketombe, tidak ada luka, rambut
memutih, tipis dan rontok, tidak ada benjolan
e. Mata : Pandangan sedikit kabur, pupil isokor, kedua mata simetris,
pandangan kanankiri sama, tidak ada luka, kemerahan, mata sedikit
136
konjungtiva anemis
f. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak ada lessi, bersih, tidak ada polip,
tidak ada sekret
g. Telinga : Tidak ada serumen, bentuk kedua telinga simetris, Tidak ada
lessi,
h. Mulut, Gigi, Bibir : Mukosa bibir kering, gigi sudah beberapa yang
tanggal, tidak ada stomatitis, terdapat karies
i. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan,
suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing dan ronchi, tidak ada
murmur dan tidak ada gallop
k. Abdomen : Tidak ada massa, bising usus (+), tidak ada pembesaran
hati, tidak kembung
l. Genitalia : Kadang-kadang merasa gatal
m. Kulit : Elastisitas berkurang, turgor kulit kering
n. Ekstremitas atas : Tidak ada benjolan dan lesi
o. Ekstremitas bawah : Kaki teras sering kebas, keram dan kesemutan
137
2. Fungsi kognitif
(Pengkajian Spesifik Gangguan Kognitif/Penilaian Status Mental
Mini (MMSE))
138
Petunjuk: Isilah dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai
dengan jawaban lansia
- 10-5 1 1
- 32-5 1 1
- 68-5 1 1
- 90-5 1 1
- 80-5 1 1
Atau mengeja kata terbalik, contoh “PANTI”
menjadi “INTIP
- I 1 0
- N 1 0
- T- I
1 0
- P
1 0
1 0
4 Menyebutkan kembali (recalling)
Tanyakan kembali dan sebutkan nama benda
seperti pada pertanyaan no 3
- Piring 1 1
- Mangkok 1 1
- Gelas 1 1
- Bantal 1 1
5 Bahasa
139
Total Score 35 28
Standar:
Score 24 - 35 = Fungsi kognitif normal
Score 17 - 23 = Kemungkinan/risiko gangguan kognitif
Score 0 - 16 = Terjadi gangguan kognitif
Kesimpulan: total Score dari penilaian ini adalah 28, sehingga fungsi
kognitif masih dalam keadaan normal
Keluarga mengetahui kalau ibu T sering mengeluh kebas dan kesemutan, tetapi
tidak tahu kalau itu tanda-tanda gula darahnya tinggi
Kesimpulan: Status fungsional BADL lansia memiliki skore 12, artinya lansia
merupakan lansia mandiri
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah bapak/ibu merasa puas dengan kehidupan ini? √
2 Apakah bapak/ibu mengalami penurunan dalam √
melakukan kegiatan dan hobi?
3 Apakah bapak/ibu merasa hidup ini hampa? √
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
B. ANALISA DATA
1 DS : Gangguan
- Ibu T mengatakan kakinya terasa kesemutan dan vakularisasi
kebas darah perifer
- Ibu T mengatakan kalau malam sering terbangun pada Ibu T
karena ingin BAK, setiap malam 2-3 X BAK
- Ibu T mengatakan pandangannya sering kabur - Ibu
T mengatakan badannya terasa lemas DO:
- Hasil pemeriksaan GDS= 289 mg/dl
2 DS: Gangguan
- Ibu T mengatakan pandangan mata sedikit persepsi
kabur sensori;pengliha
- Pasien mengatakan sudah pernah tan pada Ibu T
menjelani operasi katarak pada kedua
matanya empat tahun lalu Do :
- Fokus penglihatan mulai berkurang
- Pupil terlihat isokor
143
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan vaskularisasi darah perifer pada Ibu T
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Tujuan & Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1 11 Gangguan Setelah diberikan - Beri pendidikan kesehatan
Februari vaskularisasi perawatan 7 X 24 tentang diabetes pada Ibu T
2019 darah perifer jam vaskularisasi dan keluarga (pengertian,
Ibu T di darah perifer tidak tanda
keluarga terganggu - gejala dan akibat lanjut)
Kriteria Hasil Ajarkan senam jari kaki dM
Bapak S
- Ibu T tdk pada keluarga dan Ibu T
-
mengalami kebas Dorong keluarga untuk bisa
pd telapak kaki memotivasi dan
- Ibu T tdk membimbing ibu T untu
-
mengalami senam jari kaki DM Ajarkan
kesemutan keluarga untuk
- memberikan diet DM pada
- Nilai GDS mulai
menurun IbuT Anjurkan keluarga untuk
membawa Ibu T
memeriksakan kesehatannya
ke dokter
- Dorong keluarga untuk mau
memeriksakan gula darah Ibu
T secara rutin minimal 1
bulan sekali di pelayanan
kesehatan
144
145
Paraf
Tindakan
No dan
Tanggal Jam Keperawatan & Evaluasi
Dx Nama
Respon/Hasil
Jelas
12 10.0011.00 1 Memberikan S:
Februari pen-didikan - Keluarga dapat
2019 kesehatan menyelaskan kembali
kepada keluarga pengertia,
tentang penyebab, tanda gejala
penyakit dan akibat lanjut
diabetes diabetes mellitus
mellitus - Keluarga menga takan Ibu
(pengertian, T sering kencing, kakinya
penyebab, kebas dan kesemutan,
tanda gejala seperti tanda-tanda
dan akibat diabetes mellitus
lanjut jika tidak - Keluarga mengatakan
segera akan segera membawa
ditangani) Ibu T ke dokter untuk
mengobati penyakit
Mengukur nilai diabetes
GDS Ibu T melitusnya
11.00-
11.15 1
O:
- Keluarga kooperatif dan
tampak antusias saat
mendengarkan penjelasan
penyakit diabetes dari
perawat
- Hasil pemerik saan GDS
tanggal 12 Februari 2019:
292 mg/dl
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
BAB 8
PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KELOMPOK
LANSIA
PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan kelompok lansia adalah metoda penyelesaian masalah
kesehatan lansia yang ditujukan kepada kelompok lansia dengan menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Tujuan dari asuhan keperawatan kelompok khusus lansia adalah
meningkatkan kemandirian lansia melalui kegiatan kelompok untuk mengatasi
masalah kesehatannya. Sasaran dalam asuhan keperawatan lansia adalah
kelompok lansia di Panti dan Kelompok lansia di masyarakat
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca Bab ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penerapas
asuhan keperawatan pada kelompok lansi.
A. PENGKAJIAN
Data yang perlu diidentifikasi dalam pengkajian kelompok lansia di masyarakat
mencakup data inti lansia, sumber pelayanan kesehatan, sarana lingkungan
fisik, keamanan dan transportasi, pendidikan, kebijakan organisasi, komunikasi
dan organisasi. Pada kasus ini kita akan melihat penerapan kasus kelompok
khusus lansia dengan Diabetes Melitus.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Hasil pegkajian yang dilakukan selama dua minggu di di kantong masalah lanjut
usia dengan diabetes mellitus di RW 01Kelurahan Adijaya Bogor, di dapatkan
data sebagai berikut :
147
Status fungsional lansia paling banyak lansia dengan status fungsional mandiri
yaitu 88.5 % dan yang dibantu 11.5 %. Tanda dan gejala yang dirasakan tiga
bulan terakhir adalah sering merasa haus 96.2 %, sering kencing 73.1 %, sering
merasa lapar 65.a %, berat badan menurun 65.4 %, badan sering merasa lemas
88.5 %, gatal-gatal seluruh tubuh 42.3 %, kesemutan pada jari tangan atau kaki
61.5 %, penglihatan kabur 34.6 %, luka sukar sembuh 3.8 %, impoten 30.8 %.
Psikologi lanjut usia sebagian besar lansia merasa dihargai yaitu 96.2 %,
motivasi untuk menjaga kesehatan sebagain besar selalu menjaga yaitu 73.1 %
dan persepsi lanjut usia terhadap penyakit DM adalah bahwa DM disebabkan
oleh proses penuaan 42.3 %.Sifat dan pengalaman individu yangberhubungan
dengan perilaku sebelumnya didapatkan data bahwa kebiasaan makanlansia
paling banyak yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung gula 42.3 %
dan banyak makan 50.0%, kebiasaan olah raga lanjut usia paling banyak tidak
pernah olah raga sebanyak 38.5 %, kebiasaan aktivitas adalah istirahat teratur
42.3 %, mengatasi masalah diet lanjut usia paling banyak tidak pernah diet 73.1
%, menjalankan program olah raga kebanyakan yang kadang-kadang 34.6 %
dan yang tidak olah raga 34.6 %, pengalaman menjaga kadar gula dengan diet
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
kebayakan tidak dilakukan yaitu 57.7 % , dengan puasa 38.5 %, dan dengan
berobat secara teratur 65.4 %. Mendapatkan penjelasan tentang DM sebagian
besar dari dokter yaitu 42.3 %, dari perawat 38.5 % dan dari media 19.2 %.
kadar gula stabil 46.2 %, mengatasi gejala hipoglikemi sebagian besar adalah
dengan cara minum the manis 96.2 %, perbedaan diet dengan makan biasa
sebagian besar lanjut usia mengatahui bahwa penggunaan karbohidrat dan
gula diatur dengan baik 69.2 %, penderita DM yang dapat melakukan latihan
jasmani tanpa resiko sebagian besar menjawab penderita dengan komplikasi
jantung korone 53.8 %, manfaat perawatan kaki agar kuku menjadi pendek 53.8
%, penggunaan obat hipoglikemi yaitu diet tidak berhasil 69.2 %.
terdapat Poskamling dan sudah lama siskamling tidak berjalan lagi karena
masyarakat kurang aktif.
B. ANALISA DATA
No Data Fokus (Subjektif&Objektif) Masalah
1 - Populasi lansia di RW 01 Kelurahan Adijaya Ketidakmampuan
berdasarkan usia adalah usia 60-74 tahun(61.5 %), memanajemen diet
45-59 tahun (26.9 %) dan usia 75-90 tahun (11.5 %). pada kelompok
- Kebiasaan makan lansia: lansia mengkonsumsi lansia DM di RW 01
makanan yang manis dan mengandung gula 42.3 % keluraha Adijaya
dan lansia yang punya kebiasaan makan banyak
50.0%,
- Kebiasaan olah raga lansia : tidak pernah olah raga
sebanyak 38.5 %, kadang-kadang 34.6 % dan yang
tidak olah raga 34.6 %,
- Kebiasaan aktivitas lansia: istirahat teratur 42.3%,
- Pengalaman lansia menjaga kadar gula dengan diet :
tidak dilakukan yaitu 57.7 % , dengan puasa 38.5 %,
dan dengan berobat secara teratur 65.4%.
- Lansia mendapatkan penjelasan tentang DM : 42.3
%, sudah mendapatkan informasi dari tenaga
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data didapatkan dua diagnosa keperawatan pada kelompok
lansia DM di RW 01 Adijaya:
1. Ketidakmampuan memanajemen diet pada kelompok lansia DM di RW 01
keluraha Adijaya
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia di RW 01
Kelurahan Adijaya
keluraha Adijaya
2 Ketidakefektifan pemeliharaan 3 3 5 5 5 5 26
kesehatan pada kelompok
lansia di RW 01 Kelurahan
Adijaya
Keterangan huruf :
A = Kesadaran Masyarakat akan masalah
B = Motivasi Masyarakat untuk menyelesaikan masalah
C = Kemampuan Perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
D = Ketersediaan ahli/pihak terkait terhada penyelesaian masalah
E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
F = Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai
Berilah nilai 1-5 untuk setiap kriteria yang ada. Keterangan penilaian :
1. = Sangat rendah ; 2 = Rendah; 3 = Cukup; 4 = Tinggi; 5 = Sangat tinggi
151
E. RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO Jangka Jangka
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Panjang Pendek
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
152
Buku Ajar Keperawatan Gerontik