Anda di halaman 1dari 182

Buku Ajar Keperawatan Gerontik iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil'aalamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan


kepada Allah Yang Maha Penyayang. Atas karunia-Nya, Buku Ajar
Keperawatan Gerontik ini dapat diselesaikan tepat waktu. Buku Ajar ini
berstandar nasional dengan mengacu kepada Kurikulum Pendidikan
Diploma III Keperawatan Indonesia. AIPVIKI: Jakarta Tahun 2018.

Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari doa, dorongan
dan bantuan banyak pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada Kapusdik SDM kesehatan BPSDM Kemenkes RI, Ketua Umum
AIPVIKI, Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta III beserta seluruh jajaran
manajemen serta keluarga tercinta.

Penulis menyadari bahwa buku ini masih mempunyai kelemahan sebagai


kekurangannya. Karena itu, penulis berharap agar pembaca berkenan
menyampaikan kritikan dan sarannya. Dengan segala pengharapan dan
keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan
setulustulusnya. Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat membawa
manfaat kepada para pembaca, khususnya para dosen dan mahasiswa Prodi
D-III Keperawatan dalam mempelajari keperawatan gerontik.

Jakarta, 13 Mei 2019

Penulis

iv
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Hidup bukan tentang siapa yang terbaik Tapi


siapa yang mau berbuat baik
(ALI BIN ABI THALIB)

v
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….. iii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………. v

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………… 1
A Pengantar…………………………………………………………………………… 1
B Capaian pembelajaran dalam mata kuliah keperawatan
gerontik………………………………………………………………………………. 1
C Manfaat penggunaan buku ajar………………………………………….. 3
BAB II KONSEP LANSIA…………………………………………………………………………. 4
Pendahuluan………………………………………………………………………. 4
Capaian pembelajaran………………………………………………………… 4
A Pengertian Lansia……………………………………………………………….. 4
B Batasan Usia Lansia……………………………………………………………… 5
C Teori Menua……………………………………………………………………….. 5
D Masalah Kesehatan Lansia………………………………………………….. 9E
Pendekatan Pada Lansia……………………………………………………… 14
F Tempat Pelayanan Lansia……………………………………………………. 18
Ringkasan……………………………………………………………………………. 21
Soal…………………………………………………………………………………….. 22
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 25

BAB III KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK…………………………………… 27


Pendahuluan………………………………………………………………………. 27
Capaian pembelajaran………………………………………………………… 28
A Pengertian keperawatan gerontik……………………………………….. 28
B Tujuan Keperawatan gerontik…………………………………………….. 28
C Fungsi Keperawatan Gerontik ……………………………………………… 29
D Sifat pelayanan keperawatan gerontik……………………………….. 30
Ringkasan……………………………………………………………………………. 30
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Soal…………………………………………………………………………………….. 31
Daftar Pustaka……………………………………………………………………. 30

vi

BAB IV MODEL KEPERAWATAN GERONTIK…………………….……………………. 33


Pendahuluan…………………………………………….…………………………. 33
Capaian pembelajaran………………………………………………………… 33
A Model Konseptual Adaptasi Roy………………………………………….. 34
B Model Konseptual Human Being Roger………………..……………… 36
C Model Konseptual Keperawatan Neuman .............................. 39
D Model Konseptual Keperawatan Henderson .......................... 43
E Model Konseptual Budaya Leiniger ......................................... 48
F Model Konseptual Perilaku Johnson ....................................... 52
G Model Konseptual Selfcare Orem ........................................... 55
Ringkasan ……………………………………………………………………………. 62
Soal …………………………………………………………………………………….. 63
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 65

BAB V PROSES KEPERAWATAN PADA INDIVIDU DAN KELOMPOK


KHUSUS........................................................................................ 66
Pendahuluan ........................................................................... 66
Capaian pembelajaran............................................................ 66
A Asuhan Keperawatan Lansia individu dalam Konteks keluarga
……………………………………………………………………………… 67
B Asuhan Keperawatan pada Kelompok Lansia di Masyarakat .. 73
Ringkasan ……………………………………………………………………………. 78
Soal …………………………………………………………………………………….. 79
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 81
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

BAB VI PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA................ 93


Pendahuluan ........................................................................... 93
Capaian pembelajaran ............................................................ 93
A Terapi Kognitif .........................................................................
93 B Terapi
Aktifitas ........................................................................ 110
C Bantuan ADL ........................................................................... 117
D Senam Lansia .......................................................................... 125
Ringkasan ……………………………………………………………………………. 128
Soal …………………………………………………………………………………….. 129
Daftar Pustaka …………………………………………………………………….. 129

BAB VII PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA SEBAGAI


INDIVIDU.................................................................................... 130
Pendahuluan………………………………………………………………………. 130
Capaian pembelajaran…………………………………………………………. 130

vii

A Pengkajian ………………………………………………………………………….. 131


B Analisa Data………………………………………………………………………… 142
C Diagnosa Keperawatan………………………………………………………… 143
D Rencana Keperawatan………………………………………………………… 143
E Tindakan dan Evaluasi Keperawatan……………………………………. 145
Daftar Pustaka ………………….………………………………………………… 145

BAB VIII PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK 146 LANSIA DI


MASYARAKAT
Pendahuluan........................................................................... 146
Capaian pembelajaran............................................................ 146
A Pengkajian .............................................................................. 146
B Analisa Data............................................................................. 149
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

C Diagnosa Keperawatan............................................................ 150


D Skoring Menentukan Prioritas Masalah .................................. 150
E Rencana Keperawatan............................................................. 151
F Implementasi dan Evaluasi Keperawatan............................... 152
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….. 152
Buku Ajar Keperawatan Gerontik 1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. PENGANTAR
Buku ini berisikan materi pembelajaran mata kuliah keperawatan gerontik
yang mengacu kepada kurikulum pendidikan diploma III keperawatan
Indonesiayang dikeluarkan oleh AIPVIKI tahun 2018. Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik membahas konsep lansia dengan segala kompleksitas
permasalahannya dan asuhan keperawatan kesehatan lansia dalam rentang
sehat sampai sakit. Lingkup asuhan keperawatan meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan pemulihan
kesehatan gerontik dengan pendekatan proses keperawatan dan melibatkan
keluarga secara penuh serta pemanfaatan sumber-sumber yang ada di
komunitas. Praktik di tatanan komunitas didesainuntuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa mengaplikasikan keperawatan gerontik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK


Buku ini berisikan konsep dan teori yang mendukung mahasiswa dalam
mencapai kompetensi mata kuliah keperawatan gerontik. Setelah membaca
buku ini mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dan teori tentang
lanjut usia, konsep keperawatan gerontik, mampu mengetahui model
keperawatan gerontik, mampu menguasai langkah-langkah asuhan
keperawatan pada individu lansia, mampu melaksanakan prosedur spesifik
pada asuhan keperawatan lansia, mampu melaksanakan asuhan keperawatan
pada individu lansia serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
kelompok lansia.

Buku Ajar Keperawatan Gerontik 2


Buku ini terdiri dari delapan bab, dimana setiap bab merupakan materi yang
mendukung tercapainya setiap capaian pembelajaran. Adapun isi dari setiap
bab adalah sebagai berikut:
Bab 1 membahas tentang Pengertian Lansia, Batasan Usia Lansia, Teori
Menua, masalah Kesehatan pada lansia, Pendekatan pada lansia (Pendekatan
Fisik, Pendekatan Psikis, Pendekatan Sosial), Tempat pelayanan bagi lansia
(Pelayanan sosial di keluarga, Poster Care Service, Pusat Santunan Keluarga
serta Panti Sosial Lanjut Usia.

Bab 2 membahas tentang pengertian keperawatan gerontik, Tujuan


Keperawatan gerontik, Fungsi Keperawatan Gerontik, dan Sifat pelayanan
keperawatan gerontik

Bab 3 membahas tentang model keperawatan gerontik yang terdiri dari Model
Konseptual Adaptasi Roy, Model Konseptual Human Being Roger, Model
Konseptual Keperawatan Neuman, Model Konseptual Keperawatan
Henderson, Model Konseptual Budaya Leiniger, Model Konseptual Perilaku
Johnshon, sera Model Konseptual Selfcare Orem.

Bab 4 membahas tentang proses keperawatan individu pada kelompok lansia


yang terdiri dari Pengkajian lansia, Masalah Keperawatan Lansia, Rencana
Keperawatan, Implementasi Keperawatan, Evaluasi dan Dokumentasi

Bab 5 membahas tentang prosedur spesifik pada asuhan keperawatan lansia


yang terdiri dari Terapi Kognitif, Terapi Aktifitas, Bantuan ADL dan Senam
Lansia.

Bab 6 membahas tentang asuhan keperawatan pada individu lansia yang


terdiri dari Pengkajian lansia, Masalah Keperawatan Lansia, Rencana
Keperawatan, Implementasi Keperawatan, Evaluasi dan Dokumentasi

Bab 7 membahas tentang asuhan keperawatan pada kelompok lansia yang


terdiri dari Pengkajian lansia, Masalah Keperawatan Lansia, Rencana
Keperawatan, Implementasi Keperawatan, Evaluasi dan Dokumentasi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

C. MANFAAT MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK BAGI


MAHASISWA
Setelah mempelajari mata kuliah keperawatan gerontik ini, mahasiswa akan
lebih memahami siklus di dalam tahap tumbuh kembang dan berbagai
persoalan yang muncul dalam setiap tahapannya, terutama tahap
pertumbuhan dan perkembangan lansia dengan berbagai permasalahannya.
Mahasiswa akan memiliki keterampilan hidup yang lebih baik dalam menjalani
kehidupannya serta dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapinya dalam melakukan pemberian asuhan keperawatan pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA
AIPVIKI (2018). Kurikulum Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia. AIPVIKI:
Jakarta

Buku Ajar Keperawatan Gerontik 4

BAB 2

KONSEP LANSIA
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan IPTEK di berbagai bidang, termasuk pelayanan
kesehatan, usia harapan hiduppun semakin meningkat. Umur harapan hidup
lakilaki di Indonesia mencapai 69 tahun, sedangkan usia harapan hidup
perempuan mencapai 71 tahun (Billy, Apfia Tioconny, 2019). Dampak dari
peningkatan umur harapan hidup adalah populasi lansia jumlahnyapun semakin
meningkat. Pada tahun 2050, satu dari lima orang di dunia akan berusia 60 tahun
dan lebih tua, pada tahun 2015 dan 2030 jumlah orang lanjut usia di seluruh dunia
meningkat menjadi 56 persen, dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar. Pada
tahun 2030, jumlah orang berusia 60 ke atas akan melebihi usia muda yang
berusia 15sampai 24 tahun (Unidop, 2017, dalam Karepowan, dkk,
2018).Peningkatan jumlah lansia yang tinggi akan berdampak pula terhadap
gambaran penyakit dan masalah kesehatan yang ada yaitu dari penyakit infeksi
dan masalah gizi kurang menjadi peningkatan jumlah penderita penyakit
degeneratif yang diakibatkan karena proses menua.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang konsep dan teori
lanjut usia yang meliputi pengertian Lansia, Batasan Usia Lansia, Teori Menua,
Masalah Kesehatan pada lansia, Pendekatan pada lansia serta Tempat pelayanan
bagi lansia.

A. PENGERTIAN LANSIA
Menurut UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia dalam (Nies, Mary
dan McEwen, Melanie, 2019), pengertian dari lanjut usia (lansia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Biro Pusat Statistik (BPS)
mengartikan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 65 tahun
(BPS, 2012).
5

B. BATASAN USIA LANSIA


Beberapa batasan-batasan usia menurut beberapa pendapat ahli dalam Maryam,
dkk (2008 dan Azizah, 2011) adalah sebagai berikut:
Menurut world health organization (WHO, 1999), ada empat tahapan lansia, yaitu:
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun


2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) usia > 90
tahun.

Depkes RI (2013) mengelompokkan lansia dalam kategori berikut :


1. Pra lansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

C. TEORI MENUA
Menua atau menjadi tua adalah hal yang diinginkan oleh banyak orang. Menua
bukanlah suatu penyakit, melainkan tahap akhir dalam siklus pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Setelah seseorang melewati tahap usia dewasa yaitu
tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimum, berikutnya adalah
tahap lansia, dimana tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Menurunnya jumlah sel-sel tersebut
mengakibatkan tubuh mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan,
kondisi tersebutlah yang dikatakan proses penuaan. Proses menua
mengakibatkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita dan tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang
disebut sebagai penyakit degeneratif.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
6

Gambar 2.1 Proses Menua

Menurut Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011) ada dua teori yang berkaitan dengan
proses menua, yaitu teori biologi dan teori psikososial. Gambaran teori
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori Biologi
Teori biologi menggambarkan terjadinya proses menua dalam beberapa
teori pendukung yaitu: a. Teori Seluler
Teori seluler mengungkapkan bahwa sel tubuh memiliki kemampuan
membelah dalam jumlah tertentu dengan kemampuan membelah
rata-rata 50 kali. Pembelahan sel lebih lanjut terjadi sesuai dengan
berkurangnya usia yang tujuannya untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan. Beberapa sistem pada tubuh seperti sistem syaraf, sistem
musculoskeletal, dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam
sistem tersebut tidak dapat diganti, jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut berisiko mengalami
proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak
sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Sepanjang daur
kehidupan, sel pada sistem tubuh manusia cenderung mengalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk
karena sistem sel tidak dapat diganti.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik
7

b. Teori “Genetic Clock”


Teori “Genetic Clock” menjelaskan bahwa menua secara genetic
terjadi pada spesies-spesies tertentu. Teori genetic clock ini juga
menguatkan setiap spesies memiliki perbedaan umur harapan hidup,
misalnya umur harapan hidup manusia 116 tahun sementara umur
harapan hidup kucing hanya 40 tahun. Teori ini juga menerangkan
bahwa ada kemungkinan untuk memutar waktu kembali dengan
didukung upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dll.

c. Teori Sintesis Protein (Kolagen dan elastic)


Teori sitesis protein menjelaskan bahwa lansia akan kelhilangan
elastisitas jaringan seperti kulitdan kartilago. Hal ini terjadi akibat
adanya perubahan kimia pada komponen protein jaringan tersebut.
Pada lansia beberapa protein seperti kolagen dan kartilago serta
elastin pada kulit dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen dan
kartilago dan elastinpada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta
menjadi lebih tebal seiring dengan bertambahnya usia.

d. Teori Sistim Imun


Teori sisteim imun mengungkapkan bahwa sistem imun pada lansia
mengalami penurunan, termasuk penurunan kemampuan sistem
limfatik, khusunya sel darah putih. Penurunan sistem imun ini terjadi
akibat mutasi berulang atau perubahan protein pasca translasi yang
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi somatic
meyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka
hal tersebut akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing
dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

e. Teori Mutasi Somatik


Mutasi somatik pada proses penuaan dipengaruhi oleh faktor lingkungan,

8
misalnya akibat radiasi atau tercemar zat kimia. Menurut teori ini
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
Salahsatu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi somatic disebut
juga hipotesis “ Error Catastrophe”. Menurut hipotesis tersebut menua
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun. Sepanjang siklus
kehidupan dalam waktu yang lama terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi (DNA → protein/enzim) maupun dalam proses (RNA →
protein/enzim) kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya
enzim yang salah. Kesalahan tersebut dapat berkembang secara
ekspnensial dan akan menyebabkan terjadinya reaksi metabolism yang
salah, sehingga akan mengurangi fungsional sel. Apalagi jika terjadi pada
kesalahan dalam proses translai(pembuatan protein), maka akan terjadi
kesalahan yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop.

2. Teori Psikososial
Proses menua pada teori psikososial dijelaskan dengan beberapa teori
pendukung yaitu Activity Theory, Continuity Theory, dan Disengagement
Theory. Gambaran teori tersebut adalah sebagai berikut: a. Activity Theory
Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Kemampuan lansia
dalam beraktifitas dapat terlihat dari cara hidup lansia, bagaimana
lansia dapat mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar dapat tetap stabil dimasa tuanya.

b. Continuity Theory
Teori ini menyatakan bahwa kepribadian dan tingkah laku seseorang
tidak berubah pada masa lanjut usia. Identitas pada lansia yang sudah
mantap memudahkan lansia dalam memelihara hubungannya dengan
masyarakat, terlibat dalam berbagai kegiatan di masyarakat, keluarga
dan hubungan interpersonal. Teori ini juga menjelaskan bahwa
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

9
perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimilikinya.

c. Disengagement Theory
Teori ini menjelaskan bahwa lansia akan mengalami putusnya
pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara pelan tapi pasti mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda yakni kehilangan peran, hambatan kontak
sosial, dan berkurangnya komitmen.

D. MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA


Pertambahan usia mengakibatkan fungsi fisiologis mengalami penurunan
akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak
diderita lansia. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan juga terkena infeksi penyakit menular. Beberapa penyakit
lansia di Indonesia adalah:
1. Penyakit Sistem Paru dan Kardiovaskuler
a. Paru-paru (gangguan pernafasan)
Penurunan fungsi paru-paru karena elastisitas jaringan paru-paru dan
dinding dada makin berkurang. Semakin tua usia seseorang, kekuatan
kontraksi otot pernafasan dapat berkurang sehingga sulit bernafas.
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan penyakit paru yang
menghalangi aliran udara sehingga membuat lansia sulit bernafas.
Emfisema dan brokitis kronis merupakan dua kondisi yang sering menjadi
penyebab PPOK. Fungsi paru menentukan konsumsi oksigen seseorang,
yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk
digunakan tubuh. Berkurangnya fungsi paru-paru pada lansia disebabkan
oleh berkurangnya fungsi ventilasi paru, padahal konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan aliran darah ke paru-paru.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

10

Gambar 2.2. Lansia menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)

b. Jantung dan pembuluh darah


Ukuran besar jantung pada lansia akan sedikit mengecil, sehingga aktifitas
jantungpun berkurang yang menyebabkan penurunan curah jantung,
terutama pada rongga bilik kiri. Ukuran sel-sel jantung juga mengalami
penurunan sehingga kekuatan otot jantung juga mengalami penurunan.
Setelah berumur 20 tahun, kekuatan otot jantung berkurang sesuai
dengan bertambahnya usia denyut jantung maksimal dan fungsi lain dari
jantung juga mengalami penurunan.

Pada lansia tekanan darah akan meningkat secara bertahap. Elastisitas


jantung akan menurun sekitar 50% pada orang yang berusia 70 tahun
disbanding dengan orang yang berusia 20 tahun. Perubahan juga terjadi
pada pembuluh darah, dimana terjadi pengapuran pembuluh darah
dimana-mana yang disebut arteriosklerosis. Proses pengapuran ini akan
menghambat aliran darah yang lama-kelamaan akan dapat menutup
pembuluh darah tersebut. Selanjutnya jika terjadi sumbatan, maka
jaringan yang dialirin zat asam oleh pembuluh darah akan rusak/mati,
kondisi inilah yang disebut infark. Apabila jantung yang mengalami infark
disebut dengan infark jantung atau infark myocard, sedangkan infark yang
terjadi di otak, maka akan terjadi stroke. Gejala awal terjadinya infark
jantung, biasanya lansia akan mengalami nyeri dada terutama dirasakan
saat beraktifitas.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh lansia.


Semakin bertambah usia seseorang, tekanan darahpun cenderung makin
meningkat. Beberapa hasil penelitian epidemiologi didapatkan data bahwa
dengan meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi 11

menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi
faktor utama penyebab terjadinya stroke pada lansia, payah jantung dan
penyakit jantung koroner. Lebih dari 50% kematian di atas 60
tahundisebabkan oleh penyakit jantung dan cerebrovaskuler.

Stroke merupakan keadaan yang sangat berbahaya dan butuh pertolongan


cepat untuk meminimalkan kerusakan otak. Stroke terjadi saat suplai
darah kebagian otak tidak terpenuhi, sehingga jaringan otak tidak
mendapatkan oksigen dan nutrisi cukup untuk melakukan fungsinya.
Beberapa gejala stroke antara lain mati rasa pada wajah, lengan atau kaki
di salahsatu sisi tubuh, penurunan penglihatan di salahsatu atau kedua
mata, kesulitan bicara atau memahami perkataan orang lain, sakit kepala
tiba-tiba tanpa tahu penyebabnya dan kehilangan keseimbangan saat
berjalan.

2. Penyakit Pencernaan Makanan


Proses menua menyebabkan produksi saliva menurun, sehingga
mempengaruhi proses perubahan kompleks karbohidrat menjadi
disakarida. Fungsi lidah sebagai pelican makanan berkurang, sehingga
proses menelan sukar. Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak
enak diperut biasanyan disebabkan makanan yang kurang bisa dicernakan
akibat menurunnya fungsi kelenjar pencernaan. Penyebab lainnya adalah
berkurangnya toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung
lemak. Masalah sistem pencernaaan lainnya yang dialami oleh lansia
adalah sembelit (konstipasi) yang disebabkan berkurangnya kadar selulosa.
Kurangnya nafsu makan pada lansia terjadi karena banyaknya gigi yang
sudah tanggal (ompong). Lansia juga berisiko mengalami reflux disease
akibatterjadinya gangguan motilitas otot polos oesofagus.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Gastritis adalah penyakit pencernaan yang menyerang lambung yang


disebabkan inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung.
Angka penderita gastritis pada lansia semakin meningkat seiring dengan
terjadinya proses menua, hanya saja seringkali hal ini kondisi ini tidak
disadari oleh lansia karena menganggap bahwa nyeri lambung merupakan
proses menua.

12

3. Penyakit Sistem Urogenitalia


Peradangan dalam sistem urogenitalia terutama dijumpai pada wanita
lansia berupa peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat
sisa air seni pada vesika urinaria (kandung kemih). Hal ini terjadi karena
berkurangnya input tonus kandung kemih dan adanya tumor yang
menyumbat kandung kemih. Pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun,
sisa air seni dalam kandung kemih dapat disebabkan karena adanya
pembesaran kelenjar prostat atau hipertrofi prostat. Pembesaran
hipertrofi prostat menyebabkan lansia mengalami gangguan disaat
berkemih bahkan kadang-kadang terjadi secara mendadak air seni tidak
dapat dikeluarkan, sehingga untuk mengeluarkannya diperlukan
pemasangan kateter. Pada pria lansia banyak pula ditemukan kanker
kelenjar prostat.

4. Penyakit Gangguan Endokrin (Metabolik)


Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon, seperti kelenjar pankreas (yang memproduksi
insulin dan sangat penting dalam pengaturan gula darah), kelenjar
tiroid/gondok yang ikut serta dalam metabolism tubuh, kelenjar
adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin, kelenjar yang berkenaan
dengan hormone laki-laki atau wanita. Salahsatu kelenjar endokrin dalam
tubuh mengatur agar arus darah ke organ-organ tertentu berjalan dengan
baik dengan cara mengatur vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah yang
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

bersangkutan disebut adrenal/kelenjar anak ginjal. Adapula stres hormon,


yaitu hormon yang produksinya akan semakin meningkat disaat seseorang
mengalami stres. Dampak penurunan produksi stres hormon pada lansia
menyebabkan lansia kurang mampu dalam mengahadapi stres.
Penurunan produksi hormon tiroid pada lansia menyebabkan lansia
tampak lesu dan kurang bergairah. Penyakit diabetes mellitus merupakan
penyakit degeneratif yang banyak di derita lansia akibat adanya perubahan
cara tubuh dalam menggunakan gula darah, sehingga tubuhnya tidak
mampu menggunakan gula darah dengan efisien. Lansia disarankan untuk
mengontrol asupan makanan dan olahraga teratur untuk mengontrol
kadar gula darah.

13

5. Penyakit pada persendian dan tulang


Nyeri sendi yang dialami oleh lansia dikenal oleh banyak orang dengan
penyakit rematik. Penyakit pada sendi sering dialami oleh lansia akibat
degeratif atau kerusakan pada permukaaan sendi-sendi tulang yang
banyak dijumpai pada lansia terutama lansia yang gemuk. Hampir 8%
orang yang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan pada sendi-
sendinya, seperti linu-linu, pegal dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya
yang terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-
sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Biasanya nyeri akut pada
persendian itu disebabkan gout. Hal ini disebabkan gangguan metabolism
asam urat pada tubuh. Artritis gout merupakan peradangan yang terjadi
pada salahsatu atau lebih sendi yang diakibatkan karena peningkatan asam
urat. Tanda Gejala radang sendi yaitu nyeri pada persendian, kekakuan
dan bengkak pada sendi. Lansia yang mengalami radang sendi cenderung
akan mengalami hambatan dalam mobilisasi.
Lansia berisiko mengalami osteoporosis yang menyebabkan
tulangtulangnya mudah patah. Patah tulang yang terjadi pada lansia lebih
banyak diakibatkan karena jatuh. Penyebab lansia mudah jatuh adalah
karena sudah berkurangnya kekuatan otot-otot, berkurangnya kordinasi
kekuatan anggota badan secara keseluruhan, mendadak pusing,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

penglihatan yang kurang baik, penyakit jantung yang diiringi gangguan


irama jantung, pencahayaan yang kurang serta lantai yang licin. Jika lansia
mengalami patah tulang, maka akan berisiko pula mengalami masalah
kesehatan lainnya seperti dekubitus karena lama terbaring, osteoporosis
atupun radang paru-paru.
6. Penyakit yang disebabkan proses keganasan kanker
Semua orang berisiko menderita kanker dan akan semakin terpicu aktifnya
sel-sel kanker tersebut pada orang-orang yang memiliki gaya hidup tidak
sehat. Aktifnya sel kanker melalui perjalanan yang lama, sehingga kanker
banyak diderita ketika lansia. Jenis kanker yang sering dialami oleh wanita
antara lain kanker rahim, kanker payudara dan kanker saluran pencernaan.
Pada pria, jenis kanker yang sering dialami adalah kanker paru-paru,
kanker sistem pencernaan dan juga kanker prostat. Untuk mendeteksi
secara dini apakah seseorang menderita kanker, harus dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin, minimal 1 tahun sekali.
14

7. Penyakit lain
Penyakit syaraf lainnya yang sering diderita lansia adalah dementia. Dementia
terjadi karena adanya kerusakan pada sistem syaraf otak..

E. PENDEKATAN PADA LANSIA


Beberapa pendekatan perawatan pada lansia yang harus dilakukan oleh
perawat menurut Nugroho, Wahjudi (2016) adalah pendekatan fisik, psikis,
sosial dan spiritual.
1. PENDEKATAN FISIK
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadiankejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan
fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,
yakni :
a. Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
b. Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan pasien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan
dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang diperhatikan.

Kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi


ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Lansia
yang masih aktif dapat diajarkan dan diberikan motivasi untuk menjaga
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan , kebersihan rambu
dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, asupan makanan
yang baik, minum obat yang benar, dan tehnik mobilisasi dari tempat tidur
ke kursi ataupun sebaliknya. Hal ini sangat penting karena meskipun tidak
selalu ada keluhan-keluhan yang memerlukan perawatan , tetapi tidak
jarang 15

para lansia dibawa ke RS dalam keadaan kritis yang memerlukan penanganan


gawat darurat ataupun tindakan intensif.

Pemenuhan kebutuhan fisiologis lansia juga merupakan hal yang paling


mendasar dalam merawat lansia. Lansia harus diperhatikan dan dipenuhi
kebutuhan oksigennya dengan memberikan posisi dan situasi yang
memberikan kemudahan bagi lansia dalam bernafas. Perhatikan dan penuhi
pula kebutuhan makan lansia dengan membantu memilih jenis makanan
yang boleh dimakan serta menetukan jumlah posi makannya. Pemenuhan
kebutuhan lainnya seperti minum, kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

eliminasi, kebutuhan istirahat tidur, membantu dalam mobilisasi berjalan,


duduk, merubah posisi tidur), memenuhi kebutuhan kebersihan diri,
berpakaian, menghidari demam akibat dehidrasi serta melindungi kulit dan
mencegha terjadinya kecelakaan.

Toleransi terhadap kekurangan oksigen sangat menurun pada lansia.


Pencegahan terjadinya sesak nafas pada lansia secara tiba-tiba dapat
dilakukan dengan memberikan lansia posisi bersandar pada beberapa bantal.
Anjurkan lansia untuk tidak makan terlalu banyak serta tidak beraktifitas
secara berlebihan. Perawat harus dapat memotivasi lansia agar mau dan
menerima makanan yang disajikan. Salahsatu penyebab hilangnya nafsu
makan pada lansia adalah karena berkurangnya kemampuan lansia untuk
mengunyah. Perawat dapat meningkatkan nafsu makan lansia dengan
menghidangkan makanan lunak atau menganjurkan lansia menggunakan gigi
palsu. Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makan yang
serasi serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan,
bila ada penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan mereka sesuai
dengan diet yang dianjurkan.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya


peradangan, mengingat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersihan
kurang medapat perhatian. Oleh karena itu, kebersihan badan, tempat tidur,
keberihan rabut, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian
perawatan karena semua itu akan mempengaruhi kesehatan lansia. Perawat
perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan kepada
16

para lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau lansia yang sering
menunjukkan tanda-tanda adanya masalah kesehatan, misalnya:
batukbatuk, pilek, sakit kepala. Perawat perlu memberikan penjelasan dan
penyuluhan kesehatan, jika ada keluhan insomnia, harus dicari
penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang cara
mencegah insomnia. Perawat harus empati kepada para lansia membimbing
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang dirasakan,
bagaimana tentang tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah
mereka bisa melaksanakan ibadah, dan sebagainya. Sentuhan (misalnya
genggaman tangan) terkadang sangat berarti buat mereka.

2. PENDEKATAN PSIKIS
Perawat memiliki peranan penting untuk melakukan upaya-upaya edukatif
pada lansia. Perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan
cinta kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan.
Oleh sebab itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak
gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan
dan hobi yang dimilikinya.

Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi lansia dalam


memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa
keterbatasan sebagai akibat dari dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan
yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi
bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi
gejala-gejala, seperti menurunya daya ingat untuk peristiwa yang baru
terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,
perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu
siang, pergeseran libido.

17

Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang


membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila
lupa atau melakukan kesalahan. Perawat harus memahami kemunduran
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

daya ingat pada lansia akan mempengaruhi tingkah laku lansia tersebut.
Kemunduran daya ingat yang dialami lansia jangan dimanfataankan untuk
tujuan-tujuan tertentu, termasuk dijadikan sebagai bahan lelucon. Perawat
dapat membantu lansia dalam memahami berbagai masalah kesehatan yang
dialaminya secara perlahan dan bertahap. Perawat harus dapat
mensupportlansia dalam memenuhi kebutuhan priribadinya, sehingga
seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar pada masa lansia ini mereka dapat merasa puas dan
bahagia.

3. PENDEKATAN SOSIAL
Kegiatan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Perawat memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para
lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan
pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.Para lansia perlu dirangsang
untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau
membaca majalah dan surat kabar.

Perawat harus dapat menyadari bahwa pendekatan komunikasi dalam


perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan para lansia. Banyak lansia yang
mengalami sulit tidur karena stres. Beberapa hal yang membuat lansia
mengalami stres, antara lain lansia memikirkan kondisi kesehatannya,
masalah biaya hidup/ekonomi, memikirkan keluarganya. Lansia perlu
didorong untuk menikmati suasana yang berbeda, misalnya lansia yang
tinggal dipanti, dia boleh mengikuti kegiatan di luar panti yang difasilitasi
panti, untuk mengurangi rasa jenuh atau stres seperti berbelanja ke mini
market bersama, jalan santai dilingkungan sekitar panti, dll.

18
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4. PENDEKATAN SPIRITUAL
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila lansia
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual bagi
lansia yang menghadapi kematian seringkali menggugah rasa takut. Rasa
takut semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti
ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit atau
penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak kumpul lagi
dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya.

Cara menghadapi kematian setiap lansia berbeda-beda, tergantung dari


kepribadian dan cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Perawat harus
mampu mengidentifikasi penyebab kegelisahan yang dialami lansia tersebut.
Jika penyebabnya adalah karena faktor ibadah, maka perawat menuntun
lansia untuk dapat menjalankan ibadahnya ataupun berdoa sesuai ajaran
agamanya. Jika yang menjadi penyebab kegelisahan lansia adalah sanak
keluarganya, maka temukanlah lansia dengan keluarganya atau seminimal
mungkin perawat dapat memfasilitasi terjalinnya komunikasi antara lansia
dan keluarganya.

F. TEMPAT PELAYANAN BAGI LANSIA


Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 43
Tahun
2004TentangPelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan SosialLanjut Usia
dan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan PerempuanDan Perlindungan
Anak Republik IndonesiaNomor 24 Tahun2010TentangModel Perlindungan
Perempuan Lanjut Usia menjelaskan tujuan umum dari pemberian pelayanan
kesehatan bagi lanjut usia adalah untuk meningkatkanderajat kesehatan dan
mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai masa tuayang bahagia dan
berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Adapun tujuan
khusus dari pemberian pelayanan kesehatan bagi lansia adalah untuk 1)
meningkatkan kesadaran lansia untuk hidup sehat; 2) meningkatnya
kemampuan dan perankeluarga/masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan lansia; dan 3)meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan lansia.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

19

Berdasarkan tujuan di atas, maka diselenggarakanlah pemberian pelayanan


kesehatan kepada lansia dibeberapa tempat pelayanan bagi lansia. Adapun
tempat pelayanan bagi lansia adalah sebagai berikut:
1. PELAYANAN SOSIAL DI KELUARGA
Pelayanan sosial melalui keluarga (Home Care Service) adalah bentuk
pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah atau di dalam
keluarga sendiri. Home Care Service merupakan pelayanan kesehatan
yang komprehensif yang dilaksanakan di rumah. Kegiatan ini bertujuan
untuk memandirikan lansia dan keluarganya dalam perawatan kesehatan
lansia di rumah. Kegiatan ini diupayakan dengan melibatkan lansia dan
keluarganya sebagai subyek untuk ikut berpartisipasi merencanakan
kegiatan perawatan dan dilakukan dalam bentuk tim. Dengan cara ini
diharapkan mendorong lansia mencapai kondisi sehat dan mandiri.

2. FOSTER CARE SERVICE


Pelayanan sosial melalui keluarga pengganti (Foster Care Service) adalah
bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di luar keluarga
sendiri atau di luar lembaga, dalam arti lanjut usia tinggal bersama
keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberikan pelayanan yang
dibutuhkan atau dalam kondisi terlantar

3. PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA)


Pusaka merupakan bentuk pelayanan terhadap lanjut usia kurang
mampu/terlantar dengan memberikan pelayanan permakanan siap
saji/siap santap dan pembimbing rohani serta sosial, guna pemenuhan
kebutuhan hidupnya secara layak.

4. PANTI SOSIAL LANJUT USIA


Kegiatan pembinaan kesehatan lansia di panti wredha juga sangatpenting.
Di samping itu juga dilakukan pencatatan dan pemantauan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

lansiamenggunakan buku pribadi kesehatan lansia yang berisi kartu


menuju sehat(KMS) sebagai alat pencatatan dan pemantau untuk
mengetahui lebih awalpenyakit yang diderita (deteksi dini).

20

5. PUSKESMAS SANTUN LANSIA


Puskesmas Santun Lansia adalah puskesmas yang melakukan pelayanan
kepada lansia dengan mengutamakan aspek promotif dan preventif di
samping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara proaktif, baik dan sopan
serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia. Di beberapa
daerah, dalam puskesmas santun lansia terdapat ruangan khusus untuk
pemeriksaan lansia.

Gambar 2.3 Puskesmas Santun Lansia

6. POSYANDU LANSIA
Posyandu Lansia merupakan kegiatan pemberian layanan kesehatan bagi
lansia di luar gedung Puskesmas. Jenis layanannya meliputi: Aktifitas
kegiatan sehari-hari (activity of daily living); Pemeriksaan status mental;
Pemeriksaan status gizi; Pemeriksaan fisik secara umum (tekanan darah,
nadi, nafas, dan lain-lain); Pemeriksaan laboratorium sederhana;
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Penyuluhan kesehatan; Konsultasi kesehatan; Kegiatan lain seperti senam,


pemberian makanan tambahan, dan lain-lain.
21

Gambar 2.4 Posyandu Lansia

7. PELAYANAN HARIAN LANJUT USIA (DAY CARE SERVICES)


Pelayanan Harian Lanjut Usia (Day Care Services) adalah suatu model
pelayanan profesi yang disediakan bagi Lanjut Usia, bersifat sementara,
dilaksanakan pada siang hari di dalam atau di luar panti dalam waktu
maksimal 8 (delapan) jam, dan tidak menginap, yang dikelola oleh
Pemerintah Daerah atau masyarakat secara profesional.

8. RAMAH LANJUT USIA (LANSIA)


Ramah Lansia adalah sebuah lingkungan yang memenuhi beberapa
dimensi, yaitu dimensi kesehatan, dimensi sosial, dimensi infrastruktur,
dimensi transportasi, dimensi komunikasi dan informasi, dimensi Hukum
dan HAM dan gabungan antara dimensi-dimensi tersebut.
RINGKASAN
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menurut World Health Organization (WHO, 1999), ada empat tahapan lansia, yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun; 2) Lanjut usia (elderly) usia
6074 tahun; 3)Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun; dan 4) Usia sangat tua (very
old) usia > 90 tahun. Menua bukanlah suatu penyakit, melainkan tahap akhir
dalam siklus pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ada dua teori yang
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

mengambarkan proses menua yaitu teori biologi dan teori psikososial. Proses
menua menyebabkan fungsi-fungsi organ tubuh mengalami penurunan, sehingga
timbullah berbagai macam penyakit generatif seperti penyakit sistem paru dan
kardiovaskuler, penyakit pada sistem pencernaan, penyakit urogenitalia, penyakit
pada sistem endokrin, penyakit pada persendian dan tulang serta penyakit yang
disebabkan karena proses keganasan. Beberapa pendekatan yang dilakukan oleh
22

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia yaitu pendekatan


fisik, pendekatan psikologis, pendekatan sosial dan pendekatan spiritual. Pemberian
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan pada lansia dilakukan diberbagai tatanan
baik di dalam gedung ataupun di luar gedung. Pemberian pelayanan kepada lansia di
dalam gedung seperti pelaksanaan program sntun lansia di Puskesmas, Panti lansia.
Pemberian pelayanan di luar gedung seperti home care service, poster care service,
day care service, pusat santunan keluarga (pusaka), Posyandu lansia, serta ramah
lingkungan.

SOAL
1. Menurut UU No 13 Tahun 1998, batasan usia seseorang yang masuk ke dalam
kategori lansia adalah… a. 50 tahun ke atas
b. 55 tahun ke atas
c. 60 tahun ke atas
d. 65 tahun ke atas
e. 70 tahun ke atas

2. Menurut DepKes RI (2013), lansia berisiko tinggi adalah…


a. Lansia yang hidupnya ketergantungan
b. Lansia yang memiliki masalah kesehatan
c. Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
d. Lansia yang hidup sendiri jauh dari keluarga
e. Lansia yang tidak memiliki pekerjaan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

3. Sepanjang daur kehidupan, sel pada sistem tubuh manusia cenderung mengalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena
sistem sel tidak dapat diganti. Pernyataan ini adalah proses menua menurut
teori…
a. Teori Biologi d. Teori Imun
b. Teori Seluler e. Teori Aktifitas
c. Teori Continuity

4. Lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Pernyataan ini adalah proses menua menurut teori…
23

a. Teori Biologi
b. Teori Imun
c. Teori Seluler
d. Teori Aktifitas
e. Teori Disengagement

5. Keluhan sering kembung yang dialami oleh lansia disebabkan oleh…


a. Menurunnya produksi saliva
b. Menurunnya kemampuan menelan
c. Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan
d. Menurunnya nafsu makan
e. Menurunya motalitas otot oesofagus

6. Penyakit sendi yang dialami lansia akibat penumpukan asam urat adalah…
a. Artritis Gout d. Rematik
b. Osteoporosis e. HNP
c. Pscoriatic Artritis
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

7. Yang bukan penyebab lansia berisiko mengalami jatuh adalah…


a. Lantai Licin d. Penyakit jantung
b. Penglihatan Menurun e. Penyakit gastritis
c. Pendengaran Menurun

8. Salah satu pendekatan psikis yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia adalah:
a. Lansia harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan oksigennya dengan
memberikan posisi dan situasi yang memberikan kemudahan bagi lansia
dalam bernafas.
b. Perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,
membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi
yang dimilikinya.
c. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton
tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar
24

d. Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam


hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila lansia
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
e. Perawat harus memenuhi kebutuhan makan lansia dengan membantu
memilih jenis makanan yang boleh dimakan serta menetukan jumlah posi
makannya.

9. Salah satu pendekatan sosial yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia adalah:
a. Lansia harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan oksigennya dengan
memberikan posisi dan situasi yang memberikan kemudahan bagi lansia
dalam bernafas.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,


membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi
yang dimilikinya.
c. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton
tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar
d. Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila lansia
dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
e. Perawat harus memenuhi kebutuhan makan lansia dengan membantu
memilih jenis makanan yang boleh dimakan serta menetukan jumlah posi
makannya.

10. Tempat pemberilan layanan kepada lansia yang dilakukan di dalam gedung adalah
a. Pusat Santunan Keluarga (Pusaka)
b. Day Care Service
c. Posyandu Lansia
d. Puskesmas Santun Lansia
e. Ramah Lingkungan

25

KUNCI JAWABAN
1, C 6. A
2. B 7. E
3. C 8. B
4. D 9. C
5. C 10. D
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta: Trans Info Media

Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Billy ,Apfia Tioconny. (2019). Usia Harapan Hidup Masyarakat Indonesia


Meningkat, Rata-rata 71
Tahun, http://www.tribunnews.com/kesehatan/2019/03/12/usia-
harapanhidup-masyarakat-indonesia-meningkat-rata-rata-71-tahun.

Biro Hukum dan Humas BPKP. (2004). Peraturan Pemerintah Republik


IndonesiaNomor 43 Tahun 2004TentangPelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan SosialLanjut Usia.

BPHN. (1998).Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 13 Tahun


1998TentangKesejahteraan Lanjut Usia.

Darmojo, Budi. (2015).Geriatrik. Buku Ajar. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Ekasari, Mia Fatma,dkk. (2019) Meningkatkan kualitas Hidup Lansia: Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang:Wineka Media

Eliopoulos, Charlotte . (2018). Gerontological Nursing. Edisi 9. China:Wolters Kluwer.

Karepowan,Stevany Ribka, dkk. (2018). Hubungan Kemunduran Fisiologis Dengan


Tingkat StresPada Lanjut Usia Di Puskesmas Kakaskasen Kecamatan
Tomohon Utara. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Februari
2018.
26

Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Kementerian Sosial RI. (2011). Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jakarta : Direktorat
Pelayanan Sosial Lanjut Usia, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Kementrian PP&PA. (2010). Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan


PerempuanDan Perlindungan Anak Republik IndonesiaNomor 24 Tahun
2010TentangModel Perlindungan Perempuan Lanjut Usia.

Maryam, Raden,dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika

Nies, Mary A, & McEwen, Melanie (2019). Keperawatan Kesehatan dan Keluarga.
Singapura: Elsevier. Terjemahan

Nugroho, Wahyudi. (2016). Gerontik &Geriatric. Jakarta: EGC


Buku Ajar Keperawatan Gerontik 27

BAB 3

KONSEP
KEPERAWATAN GERONTIK

PENDAHULUAN
Berbagai istilah terkait lansia antara lain gerontologi, geriatri dan keperawatan
gerontik. Gerontology berasal dari kata Geron/Geronto (bahasa yunani) yang
berarti orangtua dan logos sama dengan ilmu, dengan demikian dapat diartikan
bahwa Gerontology adalah ilmu yang mempelajari tentang orang tua, sedangkan
Geriartri merupakan bagian dari ilmu kedokteran untuk orang lanjut usia. Geriartri
berasal dari kata Geros yang berarti lanjut usia dan eatriea sama dengan
kesehatan. Geriatri dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari,
membahas, meneliti proses menua, dan segala macam penyakit jasmani dan
rohani yang mungkin mengenai lanjut usia, serta bagaimana cara mencegah dan
mengobatinya. Geriatri juga bisa diartikan sebagai cabang dari ilmu kedokteran
yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif, maupun terapeutik bagi lanjut usia.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian


integraldari pelayanan kesehatan bersifat komprehensif terdiri dari bio, psiko,
sosial dan spiritualditujukan kepada individu, keluarga, keluarga kelompok dan
masyarakat baik sehat maupunsakit berdasarkan ilmu dan kiat. Lansia baik sebagai
individu maupun kelompok merupakansasaran dari pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan dilaksanakan denganpemberian asuhan keperawatan.
Pengertian asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksiperawat dengan klien
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

dan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan kemandiriandalam merawat


dirinya.

28

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari Bab ini, pembaca dapat memahami tentang pengertian
keperawatan gerontik tujuan keperawatan gerontik, fungsi keperawatan gerontik,
dan sifat pelayanan keperawatan gerontik.

A. PENGERTIAN KEPERAWATAN GERONTIK


Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkanpada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat konprehensif
terdiri dari bio-psikososio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada
klien lanjut usia, baik sehat maupunsakit pada tingkat individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (UU RI No.38 tahun 2014). Menurut Kozier (1987,
dalam Nugroho, Wahyudi, 2016), keperawatan gerontik adalah praktek
keperawatan yang berkaitandengan penyakit pada proses menua.Pengertian
lain dari keperawatan gerontik menurut Sahar, Junaiti (2002 dalam Aspiani,
Reny Yuli, 2014) adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan
ilmu dan kiat keperawatan gerontik yang berbentuk biopsikososial spiritual
yang komprehensif, ditunjukkan pada klien lansia baik sehat maupun sakit
pada tingkat individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keperawatan


gerontikadalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang ditujukan
pada lansia baik sehatmaupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari
biopsiko-sosial dan spiritual denganpendekatan proses keperawatan terdiri
dari pengkajian, diagnosis keperawatan,perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

B. TUJUAN KEPERAWATAN GERONTIK


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Keperawatan gerontik memiliki tujuan sebagai berikut:


1. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dan produktif.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
3. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit (kronis atau
akut).
5. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin
29

C. FUNGSI KEPERAWATAN GERONTIK


Menurut Eliopoulus (2005, dalam Kholifah, Siti Nur, 2016), fungsi perawat
gerontik adalah:
1. Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat.
2. Menghilangkan perasaan takut seseorang untuk menjadi tua
3. Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain
melakukan hal yang sama.
4. Memantau dan mendorong kualitas pelayanan lansia
5. Memperhatikan serta mengurangi resiko terhadap kesehatan dan
kesejahteraan lansia
6. Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan pada lansia untuk
memberikan pelayanan yang terbaik
7. Membuka kesempatan lansia supaya mampu berkembang sesuai
kapasitasnya.
8. Mendengarkan semua keluhan lansia dan memberi dukungan
9. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia.
10. Menerapkan hasil penelitian, dan mengembangkan layanan keperawatan
melalui kegiatan penelitian.
11. Melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
12. Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

13. Melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi


perawatan Individu dan perawatan secara menyeluruh.
14. Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan.
15. Membangun masa depan perawat gerontik untuk
menjadi ahli dibidangnya.
16. Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual.
17. Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempat
bekerja.
18. Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses
kematian.
19. Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang
optimal.

30

D. SIFAT PELAYANAN KEPERAWATAN GERONTIK


1. Independen (mandiri)
Pemberian pelayanan keperawatan gerontik dilakukan oleh perawat
secara mandiri, seperti memberikan perawatan luka gangren pada lansia
dengan Diabetes melitus, membantu lansia melakukan perawatan diri
mandi dan berpakaian, dll.

2. Interdependen atau kolaborasi


Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan
perawatan, seperti berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik pada lansia yang mengeluh nyeri persendian.

3. Humanistik
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan memandang lansia sebagai
makhluk yang perlu diberikan perawatan secara layak dan manusiawi.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4. Holistik
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada lansia harus
memandang lansia sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang utuh
baik psikososial dan spiritual.

RINGKASAN
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang
ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri
dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tujuan utama keperawatan gerontik adalah lanjut usia dapat melakukan kegiatan
sehari–hari secara mandiri dan produktif. Ada 19 Fungsi keperawatan gerontik,
antara lain melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan, melakukan
koordinasi dan manajemen keperawatan serta melakukan pengkajian,
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan Individu. Sifat
pelayanan keperawatan gerontik independen, interdependen, humanistic dan
holistik

31

SOAL
1. Jelaskan pengertian keperawatan gerontik !
2. Sebutkan 3 dari 5 tujuan keperawatan gerontik !
3. Sebutkan 5 dari 19 fungsi keperawatan gerontik !
4. Berikan dua contoh sifat pelayanan keperawatan independen !
5. Jelaskan pengertian sifat layanan keperawatan humanistik !

Jawaban :
1. Pengertian Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional
yang ditujukan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri
dari bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

2. Tiga dari Lima tujuan Keperawatan Gerontik yaitu:


a. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia seoptimal mungkin.
b. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat hidup lansia (Life
Support).
c. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal mungkin

3. Lima Fungsi Keperawatan Gerontik:


a. Membantu orang agar tidak takut menjadi tua
b. Melakukan upaya pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
c. Melakukan koordinasi dan manajemen keperawatan.
d. Memberikan semangat, dukungan dan harapan pada lansia.
e. Melakukan pengkajian, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan
Individu dan perawatan secara menyeluruh.

4. Contoh Sifat Pelayanan Keperawatan Independen:


a. Melakukan perawatan luka
b. Melatih relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri

5. Pengertian keperawatan gerontik memiliki sifat humanistik adalah Perawat dalam


melakukan asuhan keperawatan memandang lansia sebagai makhluk yang perlu
diberikan perawatan secara layak dan manusiawi.

32

DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli . (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1, Jakarta

Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta.

Nugroho, Wahjudi. (2016). Keperawatan Gerontik dan Geriatric. Jakarta: EGC


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Sumandar.(2019). Pengantar Keperawatan Gerontik dengan pendekatan asuhan


keperawatan. Yogyakarta: Depublisher.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik 33

BAB 4

KEPERAWATAN GERONTIK

PENDAHULUAN
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata
dan menjelaskan suatu proses. Teori adalah hubungan beberapa konsep atau
suatu kerangka konsep, atau definisi yang memberikan suatu pandangan
sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena dengan menentukan
hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian. Teori adalah serangkaian konsep yang saling terkait yang
menspesifikasi hubungan antar variabel. Teori keperawatan merupakan
sekelompok konsep yang menjelaskan tentang suatu proses, peristiwa atau
kejadian mengenai keperawatan yang didasari oleh fakta-fakta yang telah
diobservasi. Teori keperawatan biasanya banyak digunakan untuk menyusun atau
membuat suatu model konsep dalam keperawatan. Model praktek keperawatan
mengandung keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi dasar sebuah model. Oleh
sebab itu, perawat sangat perlu untuk memiliki dan mempelajari mengenai teori
dan model keperawatan yang digunakan oleh perawat sebagai pedoman dalam
menjalankan peran, fungsi dan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan
keperawatan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang Model
Konseptual Adaptasi Roy, Model Konseptual Human Being Roger, Model
Konseptual Keperawatan Neuman, Model Konseptual Keperawatan Henderson,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Model Konseptual Budaya Leiniger, Model Konseptual Perilaku Johnshon, serta


Model Konseptual Selfcare Orem.

34

A. MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ROY


Teori Calista Roy melihat klien sebagai suastu sistem adaptasi. Model ini
menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan
cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta mampu merubah perilaku
yang maladaptif. Oleh karena itu teori Roy dikenal dengan ”Teori Adaptasi”.
Teori adaptasi Roy termasuk dalam katagori ”Grand Teori”, sehingga teori ini
dapat diaplikasikan pada semua kasus pasien dan semua jenis atau tingkatan
pasien, terutama pada pasien dengan penyakit kronis.

1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY


Manusia sebagai individu dan makhluk holistic memiliki sistem adaptif
yang selalu beradaptasi secara keseluruhan. Menurut model Roy, tujuan
keperawatan adalah membantu individu beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan psikologis, konsep diri, aturan-aturan yang berlaku dan
hubungan bebas pada waktu sehat dan sakit. Kebutuhan akan pelayanan
keperawatan timbul saat klien tidak dapat beradaptasi dengan tekanan
lingkungan internal dan eksternal (Basford dan slevin, 2006;Potter dan
Perry, 2009). Roy menempatkan proses adaptasi dalam model sistem
terbuka. Sebuah sistem yang dapat dipandang sebagai sejumlah unsur
yang saling berkaitan yang membentuk satu kesatuan berorientasi pada
tujuan dan berbagai sistem tersebut bersifat konstan dalam hal
komunikasi (Basford dan slevin, 2006, dalam Aini, Nur, 2018).

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI ROY PADA


KEPERAWATAN GERONTIK
Definisi konsep paradigma keperawatan gerontik menurut Calista Roy
adalah:
a. Manusia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Roy memandang lansia sebagai makhluk biospikososial yang holistik


dan sebagai sistem yang berada dalam interaksi yang konstan dengan
lingkungannya, dimana lansia selalu mengupayakan keseimbangan
biopsiko sosial. Lansia terus berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungannya untuk mempertahankan integritasnya.

35

b. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada semua kondisi, situasi dan pengaruh yang
mempengaruhi perkembangan dan perilaku lansia secara individu dan
kelompok sebagai sistem adaptasi. Lingkungan adalah faktor dinamik
yang terus mengalami perubahan.
c. Sehat dan Sakit
Roy memandang sehat sakit sebagai suatu kondisi dan proses ketika
menjadi individu yang terintegrasi dan utuh. Ide utama dari
kebutuhan tersebut adalah mampu menggunakan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki lansia untuk mendapatkan
manfaat yang terbaik. Sehat sebagai refleksi dari proses adaptasi
dengan tujuan menjadi manusia yang utuh baik fisik, konsep diri,
fungsi peran dan ketergantungan.
d. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai mekanisme pengaturan eksternal
ketika perawat memanipulasi stimulus dengan cara sedemikian rupa,
sehingga lansia dapat beradaptasi seadekuat mungkin. Tujuan dari
keperawatan adalah untuk meningkatkan adaptasi lansia, karena
adaptasi memiliki efek yang positif pada kesehatan. Intervensi yang
diberikan oleh perawat berdasarkan teori adaptasi roy berfokus pada
stimulus yang mempengaruhi. Tindakan tersebut dilaksanakan oleh
perwat dengan cara memanipulasi stimulus fokal, konstektual atau
residual. Dengan memanipulasi semua stimulus tersebut, diharapkan
individu akan berada pada zona adaptasi.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

3. CONTOH APLIKASI TEORI ROY PADA KEPERAWATAN GERONTIK Bapak H (72


tahun) mengeluh sesak, batuk berdahak, RR 28X/menit, irama nafas teratur,
nafas menggunakan otot-otot bantu nafas dan tampak pernafasan cuping
hidung. Bunyi paru ronchi (+). Hasil pemeriksaan rotgen torak tampak
infiltrat pada kedua lapang paru dengan kesan TB paru. Riwayat sebelumnya
Bp. H adalah seorang perokok dan pernah menjalani pengobatan TB Paru,
tetapi tidak tuntas (putus obat) karena mengira penyakitnya sudah sembuh.

36

Dari kasus diatas, untuk menyusun perencanaan, terlbih dahulu perawat


pelakukan pengkajian perilaku (fisiologis, peran dan interdependen) serta
pengkajian stimulus (fokal, konstekstual dan residual. Hasil pengkajian,
diagnosa dan perencanaan adalah sebagai berikut:

Perilaku Stimulus Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
Mode adaptasi Fokal: Bersihan jalan Status Manajemen jalan
fisiologis Peningkatan nafas tidak pernafasan: nafas, terapi oksigen,
S: produksi sekret efektik pada Bersihan jalan monitor respirasi,
Bp.H mengeluh Bp.H nafas efektif edukasi kesehatan
sesak 1. Monitor sesak
Konstekstual:
nafas dan satus
Pernah Kriteria:
respirasi
O: pengobatan TB, Tidak ada keluhan
2. Berikan posisi
-RR 28x/menit tapi putus obat sesak, frekuensi
semifowler untuk
-Ronchi (+) - karena mengira pernafasan memaksimalkan
Rotgen: TB paru, sudah sembuh; 1620X/menit, ventilasi
terdapat tidak tahu
Tidak ada batuk, 3. Lakukan nebulizer
infiltrat pada prinsip
tidak ada suara untuk
pengobatan TB
kedua lapang nafas tambahan. mengencerkan
Paru
paru sekret
4. Ajarkan nafas
Residual: dalam dan latihan
Riwayat batuk efektif
merokok 5. Auskultasi suara
nafas tambahan
6. Berikan oksigen
untuk
meringankan
sesak nafas
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Bp. H

B. MODEL KONSEPTUAL HUMAN BEING ROGER


Teori Roger menegaskan bahwa manusia adalah bidang energik dinamik yang
terintegrasi dengan bidang energi lingkungan. Oleh karena itu, manusia dan
lingkungannya membentuk satu kesatuan. Dalam teori Roger terdapat empat
konsep utama yaitu, bidang energi, sistem terbuka, pola, dan pan
dimensionalitas. Selain itu juga dijelaskan bahwa perkembangan dan tujuan
proses hidup manusai terjadi berdasarkan prinsip hemodinamik, seperti
resonansi, integralitas dan helicy.

37

1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN HUMAN BEING ROGER


Model Roger sangat abstrak dan merupakan pendekatan holistik yang
paling banyak dijabarkan dalam asuhan keperawatan. Hal ini didasarkan
pada temuan dan pendekatan dari banyak disiplin ilmu; antropologi,
astronomi, psikologi, sosiologi, fisika, biologi, agama, filsafat, sejarah dan
mitologi. Roger tidak melihat manusia sebagai pengaturan sistem individu
(fisiologis, psikologis, dan sosial) atau sebagai bagian masing-masing.
Roger memahami manusia secara keseluruhan (holistik) ( jarosova,
2014dalam Aini, Nur, 2018).

Roger menganggap individu sebagai energi lingkungan yang berada dalam


jagat raya. Teori Rogers menegaskan bahwa manusia adalah bidang
energi dinamik yang terintegrasi dengan bidang energi lingkungannya.
Oleh karena itu manusia dan lingkungannya membentuk satu kesatuan.
Individu secara keseluruhan berinteraksi dan terus menerus dengan
lingkungan, mempunyai integritas pribadi dan karakter. Empat dimensi
dari teori Rogers –energi: lingkungan, keterbukaan, bentuk dan
organisasi, serta dimensionalitas membantu dalam perkembangan prinsip
yang berhubungan dengan perkembangan manusia. Rogers
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

memperkenalkan prinsip helicy, resonancy, dan intergrality untuk


manusia. Ketiga prinsip tersebut dikenal dengan istilah prinsip
hemodinamik (Potter dan Ferry, 2009; Master,2016,dalam Aini, Nur,
2018).

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI ROGER PADA KEPERAWATAN GERONTIK


Definisi paradigma keperawatan gerontik menurut Rogers (basford dan
Slevin, 2006; Tomey dan Alligood, 2006, dalam Aini, Nur, 2018) adalah:
a. Manusia
Lansia adalah kestauan bidang energi dan membentuk kesatuan
dengan bidang energi lingkungan. Lansia adalah sistem terbuka. Lansia
juga bersifat tidak dapat dikurangi, merupakan bidang energi
pandimensional, dicirikan dengan pola, dengan gambar-gambar yang
hanya sesuai dengan kesatuan tersebut dan tidak dapat diprediksi
hanya dengan menganalisa bagian komponen-komponennya.

38

b. Lingkungan
Lingkungan juga tidak dapat dikurangi dan merupakan bidang energi
pan-dimensioanl yang dicirikan dengan pola. Setiap bidang energi
lingkungan bersifat spesifik dengan bidang energi manusia dan dengan
siapa dia berhubungan. Bidang-bidang ini tidak terbatas dan dapat
dipandang dengan sistem yang terbuka. Kesatuan antara manusia dan
lingkungan secara kontinu akan mempengaruhi dengan proses
dinamisme mutual dan perubahan kreatif dengan keanekaragaman
pola selalu mengalami peningkatan.
c. Sehat dan Sakit
Rogers menggunakan istilah passive helath untuk melambangkan
kesejahteraan dan bebas dari penyakit. Ia melihat sehat sakit sebagai
dua hal yang sangat berkaitan erat. Dalam pandangannya, perbedaan
antara keduanya tidak terbatas dan sangat ditentukan oleh budaya. Ia
melihat sehat sebagai situasi harmoni didalam pola interaksi antara
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

bidang energi manusia dan bidang energi lingkungan, diversitas pola


secara konstan mengalami peningkatan. Sakit kemudian dilihat
sebagai situasiketidakharmonisan dalam pola interaksi tersebut.
d. Keperawatan
Keperawatan adalah sebuah profesi yang dapat dipelajari, memiliki
ilmu dan seni. Ilmu keperawatan berfokus pada deskripsi, penjelasan
dan prediksi sifat dan perkembangan proses hidup manusia sebagai
satu kesatuan. Seni dari keperawatan adalah penerapan kreatif dari
ilmu yang ditujukan untuk meningkatkan perkembangan manusia
sebagai satu kesatuan. Tujuan dari keperawatan adalah untuk
memperkuat keselarasan dan kelengkapan manusia dan untuk
mempengaruhi pola interaksi antara manusia dan lingkungan dalam
rangka menciptakan kesehatan yang maksimal.

3. CONTOH APLIKASI TEORI ROGER PADA KEPERAWATAN GERONTIK Teori ini


dapat diaplikasikan pada lansia yang mengalam perawatan jangka panjang
atau paliatif care.Pada lansia tersebut, tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan berdasarkan teori ini, adalah:
a. Lingkungan : menciptakan lingkungan yang membuat lansia rileks dan
nyaman
39

b. Energy field: menggunakan sentuhan terapeutik untuk mengurangi


nyeri dan meningkatkan relaksasi.
c. Open System: Menggunakan metode non farmakologi seperti
memutar music kesukaan pasien. Suara musik membuat lansia bahagia
dan mengingatkan lansia tersebut akan kejadian-kejadian yang
membuatnya bahagia, Hal ini selanjutnya dapat menggantikan
kecemasan dan nyeri.
d. Pola : mengidentifikasikan apa yang dialami oleh lansia, misalnya pada
kasus ini, perawat mengidentifikasikan perubahan tanda-tanda vital
dan nyeri serta apa yang menyebabkan nyerinya berkurang atau
meningkat.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

e. Unitary Human Being: Mengkaji lansia secara utuh/keseluruhan karena


lansia terdiri dari banyak aspek. Misalnya pada lansia yang mengalami
nyeri, tidak hanya neurologinya saja yang perawat kaji, namun juga
aspek lainnya.

C. MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN NEUMAN


Teori Neuman dikenal dengan teori sistem. Pada teori ini, manusia dipandang
sebagai sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya,
sehingga hal ini dapat menimbulkan stressor pada manusia Konsep utama
pada model Neuman, terdiri dari : struktur dasar, lima variabel sistem klien,
stressor, garis pertahanan dan perlawanan, intervensi dan rekonstitusi.

1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN NEUMAN


Teori model Neuman berfokus pada kesehatan sistem klien dalam
kaitannya dengan stressor lingkungan dan reaksi terhadap stres. Pada
model Neuman, sesorang berinteraksi dengan lingkungannya secara
kontinu. Orang tersebut dipandang sebagai sistem terbuka, yang
komponen-komponen stres dan reaksi terhadap stres memainkan
peranan besar.

Neuman memulai modelnya dari dasar-dasar pemikiran sebagai


berikut(Basford dan Slevin , 2006;Delaune and Ladner, 2011),dalam Aini,
Nur, 2018) :
40

a. Setiap individu memiliki konstitusi atau sifatnya masing-masing dan


kuantitas energi terkait yang merupakan kondisi vitaldan tidak hanya
membedakan dirinya dari orang lain, namun juga menunjukkan bahwa
ia sama dengan orang lain.
b. Setiap manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri dari faktor-
faktor biologis, psikologis, sosial budaya, spiritual dan perkembangan.
Semua faktor ini unik dan saling berhubungan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Setiap individu rentan terhadap stres dari tiga jenis yang berbeda yaitu
intrapersonal,interpersonal dan ekstrapersonal.
d. Setiap individu juga memiliki garis pertahanan yang unik, yang
memungkinkan ia bereaksi terhadap stres pada setiap peristiwa jika
keseimbangan normalnya terganggu.
e. Bagaimana individu bereaksi terhadap stres tidak hanya bergantung
pada jumlah stres, namun juga pada ketahanan individu. Setiap
individu memiliki sejumlah cara yang memungkinkannya untuk
menahan stres, sehingga keseimbangan normal dapat pulih terjaga.

Gambar. Teori Model betty Neuman

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI NEUMAN PADA KEPERAWATAN


GERONTIK
41

Pengertian paradigma keperawatan teori Neuman pada keperawatan


gerontik adalah sebagai berikut: a. Manusia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Lansia dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri dari faktor-faktor


fisiologis, piskologis, sosial budaya, spiritual dan perkembangan. Setiap
lansia memiliki konstitusi pribadi dan individual atau struktur dasar
yang membuatnya unik. Neuman menyebut struktur dasar ini sebagai
inti sentral. Lapisan pelindung pertama dari inti sentral membuat garis
resisten. Lapisan pelindung yang kedua dibentuk oleh dua bidang
kekuatan lainnya, garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan
normal. Garis pertahanan fleksibel merupakan lapisan pelindung
tambahan yang muncul jika stressor memecah garis pertahanan
pertama, yaitu garis pertahanan normal.
b. Lingkungan
Lingkungan mendapat peran utama dalam model Neuman
bersamasama komponen internal dan eksternal yang secara kontinu
mempengaruhi lansia tersebut. Pada saat yang sama, lingkungan
dipengaruhi oleh orang tersebut, yang menghasilkan interaksi yang
berperan dalam model keperawatan Neuman.
c. Sehat Sakit
Sehat adalah keadaan ketika seluruh variabel individu selaras dengan
lansia tersebut secara total, sementara sehat mencerminkan tingkat
kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang maksimal dicapai, jika
seseorang dapat memuaskan kebutuhannya. Sakit adalah tingkat hal
tersebut tidakmungkin dilakukan.
d. Keperawatan
Keperawatan sebagai profesi merupakan variabel dan reaksi individu
terhadap stres. Keperawatan berfokus pada lansia sebagai satu
kesatuan, bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kestabilan
lansia. Aktifitas keperawatan dapat dibagi menjadi intervensi primer,
sekunder dan tertier.

3. CONTOH APLIKASI TEORI NEUMAN PADA KEPERAWATAN GERONTIK


Bp. W(64 tahun) mengeluh sakit perut yang hebat, mual, muntah. Terdapat
ikterik pada sklera mata, telapak tangan, dan urine. Bp W mengatakan 42
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

kurang nafsu makan dan penurunan berat badan. Setelah dilakukan


pemeriksaan, Bp. W didiagnosa terkena kanker pankreas dan diputuskan
untuk dilakukan operasi. Secara psikologis, Bp. W merasa terganggu
dengan kondisi penyakitnya dan mengantisipasinya sebgai kondisi yang
mengancam jiwa. Bp. W khawatir apakah penyakitnya bisa disembuhkan.
Bp. W tampak depresi dan tidak mau berinteraksi.

Keluarga dan teman-teman Bp.W tampak mendukung dan selalu


memberikan support kepada Bp. W, mereka bergantian mengunjungi
Bp.W untuk menemani dan membantu Bp. W menurunkan stresnya. Bp W
tinggal di lingkungan yang cukup baik, mudah akses untuk kemana-mana,
sarana komunikasi dan transportasi juga sangat mudah, lingkungan
rumahnya sangat nyaman dan bersih. Kehidupan sehari-harinya Bp. W
selalu aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan di lingkungan tempat
tinggalnya.

Pengkajian:
Berdasarkan kasus diatas, maka perlu diidentifikasi stressor yang dialami
oleh Bp. W. Neuwman mengungkapkan ada tiga stressor yang muncul
pada kasus di atas yaitu: 1) Intrapersonal: Bp. W mengeluh sakit perut
pasca operasi, mual, muntah. Terdapat ikterik pada sklera mata, telapak
tangan dan urine, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Pasien
tampak depresi dan tidak berinteraksi; 2) Interpersonal: Bp. W memiliki
sistem pendukung sosial yang baik yaitu keluarga dan teman-teman yang
selalu mendukungnya, 3) Ekstrapersonal: Lingkungan rumah Bp. W sangat
nyaman dan aksesnya mudah kemana-mana, saran komunikasi dan
transportasi juga mudah didapatkan.

Diagnosa keperawatan :
Berdasarkan data-data di atas, maka diagnosa keperawatan utama adalah
Gangguan rasa nyaman;nyeri post op pankreas pada Bp. W.

Kriteria hasil dan tujuan: Nyeri yang dirasakan Bp. W berkurang ditandai
dengan adanya penurunan skala nyeri.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

43

Perencanaan:
Rencana Keperawatan
Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tertier
1. Kaji tingkat nyeri 1. Ajarkan klien tentang 1. Ajarkan klien tentang
dengan menggunakan tehnik relaksasi nafas pentingnya
skala nyeri dalam kebersihan diri dan
2. Periksa lokasi luka 2. Dorong klien untuk dorong untuk
operasi, untuk dapat mengalihkan rasa menjaga kebersihan
tandatanda infeksi atau nyerinya diri
komplikasi 3. Jangan biarkan klien 2. Libatkan anggota
3. Lakukan perawatan luka untuk melakukan keluarga dalam
untuk mencegah aktifitas berat perawatan klien
infeksi 4. Libatkan klien dalam 3. Dorong kerabat
4. Berikan tindakan pengambilan keputusan untuk berada
nonfarmakologis untuk tentang perawatannya bersama klien agar
menghilangkan rasa sendiri dn berikan selalu memberikan
dukungan psikologis dukungan psikologis
sakit seperti distraksi
5. Lakukan kolaborasi positif 4. Latih dan ajarkan
dengan dokter untuk keluarga manajemen
pemberian obat nyeri untuk
membantu klien
analgetik
dalam mengatasi
6. Berikan obat analgetik
nyerinya
sesuai dengan program
terapi
7. Jaga kebersihan tubuh
pasien agar terhindar
dari infeksi

D. MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN HENDERSON


Teori Virginia membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Menurutnya
terdapat 14 komponen dasar kebutuhan manusia. Henderson menyimpulkan
bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada setiap situasi keperawatan,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

sehingga perawat dapat bekerja pada semua bidang tidak hanya khusus di
rumah sakit. Henderson dianggap sebagai Nightingale abad ke-20

44

1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN HENDERSON


Pemikiran Henderson sangat dipengaruhi oleh Edward Thorndyke, yang
banyak melakukan penelitian dalam bidang kebutuhan
manusia. Berdasarkan teori-teori Thorndyke dan definisinya sendiri
tentang keperawatan, Henderson membagi tugas keperawatan menjadi 14
jenis tugas yang berusaha untuk memenuh kebutuhan manusia. Asuhan
keperawatan menjadi 14 kebutuhan manusia ini menjadi pilar dari model
keperawatannya. Ia menyatakan bahwa (Basford dan Slevin, 2006, dalam Aini,
Nur, 2018)):
a. Perawat harus selalu mengakui bahwa terapat pola kebutuhan pasien
yang harus dipenuhi.
b. Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi
pasien sebanyak mungkin. Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi
seseorang untuk menempatkan diri pada posisi pasien.
Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada pada
setiap situasi keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah : rumah
sakit umum, rumah sakit jiwa, institusi untuk penderita cacat mental,
rumah perawatan, perawatan di rumah. Jadi menurut Henderson,
lapangan kerja perawat tidak sebatas hanya di rumah sakit umum.
Komponen 14 kebutuhan dasar manusia menurut Herdeson yaitu :
a. Membantu pasien untuk bernafas
b. Membantu pasien untuk makan dan minum
c. Membantu pasien untuk defekasi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

d. Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang diinginkan untuk


berjalan, duduk dan berbaring, dan membantunya untuk bergerak dari
satu posisi ke posisi yang lain.
e. Membantu pasien untuk istirahat dan tidur
f. Membantu pasien untuk memilih pakaian, berpakaian dan membuka
pakaian.
g. Menjaga suhu tubuh dalam rentang normal dengan menyesuaikan
pakaian dan memodifikasi lingkungan
h. Membantu pasien untuk menjaga agar tubuhnya tetap bersih dan terawat
dengan baik untuk melindungi kulitnya
45

i. Membantu pasien untuk mengindari bahaya yang datang dari lingkungan,


melindungi orang lain dari kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh
pasien seperti infeksi atau kekerasan
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, ketakutan atau pendapat
k. Membantu pasien untuk melakukan praktik keagamaan atau hidup
berdasarkan keyakinannya
l. Membantuk pasien untuk bekerja atau melakukan aktivitas produktif
lainnya
m. Membantu pasien untk melakukan aktivitas kreatif
n. Belajar, menemukan, atan memuaskan keingintahuan yang mengarah
pada perkebangan atas kesehatan normal dan menggukan fasilitas
kesehatan yang tersedia

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI HENDERSON PADA KEPERAWATAN


GERONTIK
Definisi paradigma keperawatan menurut Virginia adalah (Jarosova, 2014,
dalam Aini, Nur, 2018): a. Manusia
Lansia seperti individu lainnya terdiri dari 4 dasar elemen yang
merupakan bagian dari 14 kebutuhan dasar manusia, yaitu :
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

kebutuhan biologis (a-i), psikologis (j,n), sosial (l,m) dan spiritual (k).
Individu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jiwa raga
adalah satu kesatuan. Setiap manusia harus berupaya untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologi dan emosional.
b. Lingkungan/Sosial
Lansia berada dalam hubungan timbal balik dengan keluarga mereka.
Institusi swasta dan publik seharusnya mendukung kesehatan lansia.
Masyarakat mengharapkan perawat untuk membantu lansia yang
tidak mampu melakukan aktivitas mandiri. Masyarakat harus
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan keperawatan
yang memungkinkan perawat untuk lebih memahami lansia sebagai
penerima asuhan keperawatan dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Herdeson juga mendefinisikan lingkungan sebagai
46

seluruh faktor eksternal dan kondisi yang mempengaruhi kehidupan dan


perkembangan lansia.
c. Sehat dan Sakit
Definisi kesehatan didasarkan pada kemampuan lansia untuk
memenuhi fungsinya secara independen di 14 elemen fundamental.
Perawat harus menekankan dukungan kesehatan, pencegahan dan
pengobatan penyakit. Kesejahteraan dan kesehatan dibutuhkan.
Kesehatan dipengaruhi oleh usia, lingkungan budaya, kemampuan fisik
dan intelektual individu, keseimbangan emosianal mereka. Fungsi
khusus perawat menurut Henderson adalah profesional medis
independen.
d. Keperawatan
Tujuan utama keperawatan adalah mempertahankan kemadirian
maksimal lansia sehingga lansia dapat menjalani kehidupan yang
berharga. Bila potensi lansia tidak memuaskan, kurangnya
independensi dikompensasikan dengan asuhan keperawatan yang
tepat. Fungsi perawat adalah memulihkan kesehatan, membantu
lansia memperoleh kembali kemandiriannya dengan sesegera
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

mungkin atau mengoptimalkan kesejahteraan. Kesehatan dan


kesejahteraan yang sehat tercermin dari kemandirian. Tepatnya
keperawatan didefinisikan memungkinkan perawat untuk memberikan
kegiatan keperawatan secara mandiri.

3. CONTOH APLIKASI TEORI HENDERSON PADA KEPERAWATAN GERONTIK Ibu


S (75 tahun) menjalani perawatan di RS X karena satu hari yang lalu mencoba
bunuh diri dengan minum cairan pembunuh serangga. Ibu S hanya diam
ketika ditanya oleh perawat alasan dirinya mencoba bunuh diri. Tetangga
yang mengantarnya ke RS mengatakan seminggu yang lalu Ibu S pernah
bercerita kalau dirinya merasa lelah dan sedih sekali karena banyak sekali
penyakit yang dia derita, sementara anak-anaknya tidak ada yang peduli
dengan dirinya.
Ibu S tampak terbaring lemah, terpasang infus, oksigen dan juga folley
cateter. Ibu S tampak gelisah dan terlihat tidak tidur sejal masuk RS. Badan
Ibu S tercium bau, tampak berkeringat, sejak masuk RS tidak mau
digmandikan dan digantikan bajunya. Makanan yang disediakan dari RS 47

tidak disentuhnya sama sekali, perawat sudah membujuk Ibu S untuk


makan, tetapi tetap saja Ibu S tidak berespon. Hasil pemeriksaan fisik hari
ini tanda-tanda vital Ibu S, Suhu: 38 oC, Pernafasan: 16X/menit, irama tidak
teratur, Nadi 72 X/menit dan Tekanan Darah 100/60 mmHg.

Berdasarkan kasus di atas, maka pengelompokkan data pengkajian yang


dilakukan dengan pendekatan Henderson adalah sebagai berikut:

14 Komponen Henderson Temuan Pengkajian


1 Bernafas Normal Mengalami sesak nafas 16X/menit
2 Makan dan minum secara adekuat Tidak mau makan, Terpasang infus,
3 Eliminasi sampah tubuh Terpasang folley Cateter
4 Pergerakan & Postur Tampak terbaring lemah
5 Tidur & Istirahat Gelisah, tidak tidur selama dua hari
6 Memilih pakaian yang cocok – Pakaian kotor, tidak mau diganti
berpakaian-tidak berpakaian
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

7 Menjaga suhu tubuh Demam, Suhu tubuh 38oC


8 Menjaga kebersihan tubuh dan Tubuh agak kotor, bau, berkeringat
terawat rapi
9 Menghindari bahaya lingkungan Lemah, pernah melakukan upaya
bunuh diri
10 Komunikasi Sulit diajak berkomunikasi, diam
tidak mau menjawab ketika ditanya
11 Ibadah menurut kepercayaan Tampak tidak mengerjakan ibadah
sesuai ajaran agama
12 Prestasi Kerja Kehilangan minat untuk merawat
diri dan memperhatikan
kesehatannya
13 Bermain atau berpartisipasi dalam Tidak ada anak-anak
berbagai bentuk rekreasi yang
memperdulikan dirinya
14 Belajar, menemukan, atau Mengalami kesulitan
memuaskan rasa ingin tahu dalam menyelesaikan
masalahnya

Masalah yang dialami Ibu S berdasarkan data diatas adalah: Resiko


membahayakan diri sendiri; resiko bunuh diri pada Ibu S.

48

Perencanaan keperawatan yang dapat disusun adalah sebagai berikut:


a. Catat dan penuhi semua kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan,
makanan, dll
b. Jalin hubungan saling percaya dengan Ibu S
c. Bantu Ibu S mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya
d. Bantu Ibu S untuk dapat mengungkapkan perasaannya
e. Dorong keluarga untuk menjalin komunikasi dan lebih memperhatikan Ibu
S
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

E. MODEL KONSEPTUAL BUDAYA LEINIGER


Perawat harus mempertimbangkan kultur atau budaya klien disaat
memberikan asuhan keperawatan. Ketidakmampuan perawat dalam
memahami budaya klien akan menyebabkan perawatan mengalami ”culture
shock” atau penolakan. Cultur shock terjadi terjadi apabila sesorang
memasuki/ berhubungan dengan kelompok budaya yang berbeda. Leininger
menyebut asuhan keperawatan berbasis budaya dengan istilah asuhan
budaya atau etnonursing.
1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN LEININGER
Teori Leininger tentang keberagaman pelayanan berdasarkan kultur dan
universalitas menyatakan bahwa kasih sayang merupakan inti dari
keperawatan, dominan, karakteristik dan ciri khas keperawatan. Tujuan
teori Leininger adalah menyediakan bagi klien pelayanan kesehatan
spesifik secara cultural. Perawat perlu memperhitungkan tradisi kultur
klien, nilai-nilai dan kepercayaan ke dalam rencana perawatan saat
memberikan asuhan keperawatan (Potter dan Perry, 2009, dalam Aini,
Nur, 2018)).

Teori transkultural (culture care diversity/keragaman perawatan budaya


dan universalitas diilustrasikan dan dijelaskan dalam ”sunrise model” atau
model matahari terbit.
49
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Gambar. Teori Model Leininger Pada


model terlihat ada empat tingkatan yaitu:
a. Tingkat 1, terdiri dari tiga aspek, yaitu perawatan berdasarkan budaya,
pandangan global, dimensi sturktural sosial budaya. Tingkat ini
merupakan pengumpulan data/informasi tentang struktur sosial dan
gambaran global budaya klien. Data yang dikumpulkan anatar lain:
konteks bahasa dan lingkungan, teknologi, filosofi dan agama,
hubungan keluarga, struktur sosial, nilai budaya, politik, sistem hukum,
otonomi dan pendidikan.
b. Tingkat 2, melengkapi data tingkat 1 untuk menentukan situasi dimana
klien berada, apakah klien sendirian, dengan keluarga, dalam
kelompok atau lembaga sosial budaya. Pada tingkat ini, perawat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

melakukan pengkajian tentang apakah klien hidup sendiri, apakah


klien masih
50

tinggal bersama keluarga, apakah klien hidup berkelompok, apakah klien


hidup dalam lembaga seperti panti.
c. Tingkat 3, berisi tentang perlunya mengenal keberadaan klien dalam
nilai dan sistem kesehatan, kepercayaan, perilaku dalam kelompok,
peranan profesi keperawatan dalam sistem kesehatan. Pada tingkat
ini, perawat melakukan pengkajian tentang nilai kesehatan, sistem
kesehatan, kepercayaan, perilaku kelompok, peran perawat.
d. Tingkat 4 merupakan kegiatan perencanaan dan implementasi dari
kegiatan keperawatan. Terdiri dari tiga model kegiatan maintenance,
negosiasi, dan restructuring.

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI LEINIGER PADA KEPERAWATAN


GERONTIK
a. Manusia
Menurut Leininger tentang variasi struktursosial, jalan hidup dan nilai
serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultural, individu
memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh,
ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budayanya
tersebut. Setiap lansia hidup di dalam dan dengan budayanya dan
meneruskan pengetahuan tersebut terhadap generasi berikutnya.
Oleh karena itu, jika seseorang memiliki atribut sosial atau secara
spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari setiap individu.
b. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan ditentukan oleh cara orang-orang
dalam kelompok atau masyarakat tertentu memberikan bentuk pada
unsur lingkungan sosial mayoritas, ekonomi, budaya, dan fisik.
Menurut pendapatnya, sistem layanan kesehatan juga merupakan
faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari dua subsitem:
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

1) Layanan kesehatan formal (profesional), semua layanan yang


menjadi bagian dari sistem layanan kesehatan reguler, termasuk
layanan medis, layanan keperawatan dan fisioterapi.
2) Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual
yang terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional,
ritual dan kebiasaan etnik, pengobatan alternatif.

51 c. Sehat Sakit

Leininger menggambarkan sehat sakit sebagai konsep yang ditentukan


dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda
antar budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya diperlukan
agar mampu memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya
tertentu terhadap sehat dan sakit.
d. Keperawatan
Leininger menggambarakan keperawatan sebagai keperawatan
transkultural atau etnik. Leininger menekankan aspek-aspek berikut:
keperawatan sebagai seni dan keterampilan humanistik, keperawatan
berpusat pada individu. Tujuan keperawatan adalah untuk
mempertahankan kesejahteraan dan memberikan bantuan terhadap
proses pemulihan dari suatu penyakit, sambil mempertimbangkan
perbedaan budaya.

3. CONTOH APLIKASI TEORI LEINIGER PADA KEPERAWATAN GERONTIK


Bp. S (62 tahun) pasca operasi hernia tiga minggu yang lalu, tetapi luka
tidak kunjung sembuh. Setelah dilakukan pengkajian, ternyata selama ini
asupan nutrisi Bp. S tidak baik dan rendah protein. Bp. S tidak mau makan
ikan karena kepercayaannya kalau makan ikan nanti lukanya gatal dan bila
minum banyak, lukanya akan basah sehingga lama sembuh.

Tindakan keperawatan:
Sebelum mengambil tindakan, maka terlebih dahulu perawat harus
melakukan pengkajian. Berdasarkan teori model Leininger, maka ada tiga
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

tingkatan pengkajian yang harus dilakukan oleh perawat. Tingkat 1:


Perawat mengumpulkan data tentang konteks bahasa dan lingkungan,
teknologi, filosofi/agama, hubungan keluarga, struktur sosial, nilai budaya,
politik, sistem hukum, ekonomi,pendidikan. Tingkat 2: Perawat melakukan
pengkajian tentang apakah klien masih hidup, apakah klien masih tinggal
bersama keluarga, apakah klien tinggal dalam kelompok, apakah klien
tinggal dalam lembaga. Tingkat 3: Perawat melakukan pengkajian tentang
nilai kesehatan, sistem kesehatan, kepercayaan, perilaku kelompok, peran
perawat.

52

Langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan keperawatan, karena


klien memiliki perilaku dan buadaya yang salah atau bertentangan dengan
kesehatan yaitu percayajika makan tinggi protein dan minum banyak,
maka lukanya akan sulit sembuh, maka perawat harus mengambil tindakan
rekonstruksi asuhan kultural, yaitu membantu klien merubah perilaku
kesehatannya/pola hidupnya. Perawat harus memberikan penjelasan
kepada klien bahwa alasannyatersebut tidak benar, sehingga kemudian
klien akan merubah perilakunya.

F. MODEL KONSEPTUAL PERILAKU JOHNSHON


Teori Dorothy E. Johnson dikenal engan teori Behavoral system model yaitu
memandang sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas. Sistem perilaku menjelaskan bahwa manusia
terdiri dari tujuh subsistem yang saling berhubungan. Perilaku individu akan
bertujuan dan terorganisir bila behavioral system seimbang dan stabil.
Sebaliknya, ketidakseimbangan dan ketidaksatabilan behavioral system
terjadi ketika ada stimulus, baik internal maupun eksternal(berasal dari
lingkungan) yang tidak bisa diadaptasi oleh individu.

1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN JOHNSHON


Teori Johnson memandang individu sebagai sistem perilaku yang selalu
ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

atau eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan


menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya (Tommey and Alligood,
2006). Teori Johnson memandang individu sebagai sistem perilaku yang
selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan
internal atau eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan
menyesuaikan dari pengaruh yang ditimbulkannya (Tommey and Alligood,
2006). Ada dua komponen dalam teori Johnson yaitu klien (sebagai sistem
perilaku dengan 7 subsistem yang saling berhubungan) dan keperawatan.
Johnson tidak menjelaskan interaksi antar komponen dalam Behavoral
System Model secara detail. Namun Ann Marriner berusaha
menggambarkan interaksi antar komponen dalam teori Behavioral System
Model seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
53

Gambar. Teori Model Dorothy E Johnson (Tommey and Alligood, 2006)


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Sistem dalam teori ini terbentuk dari tujuh


subsistem(attachmentaffiliative, depedency, achievement, aggresive
portective, eliminasi, ingestif dan seksual). Setiap subsistem terdiri dari
seperangkat respon perilaku atau kecenderungan yang memiliki tujuan.
Respon tersebut berkembang melalui pengalaman dan pembelajaran serta
ditentukan oleh faktor fisik, biologis, psikologis, dan sosial. Setiap
subsistem juga memiliki tiga syarat fungsional (fungsional requirement)
yang harus dipenuhi yaitu 1) setiap subsistem harus dilindungi dari
pengaruh bahaya, dimana bahaya ini tidak dapat dijangkau oleh sistem, 2)
setiap subsistem harus dipelihara melalui tersedianya pemasukan yang
tepat dari lingkungan dan 3) setiap subsistem harus distimulasi untuk
meningkatkan pertumbuhan dan mencegah stagnasi.

54

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI JOHNSHON PADA KEPERAWATAN


GERONTIK
Dorothy johnson mendefinisikan ilmu keperawatan gerontik sebagai
penyatuan keadaan dari luar untuk memelihara kemampuan yang
sebenarnya dari organisasi dan gabungan tingkah laku dari lansia, pada
tingkatan yang paling tinggi di bawah kondisi yang merupakan tindakan
yang mengancam jiwa atau kesehatan umum. Paradigma keperawatan
gerontik menurut Dorothy E. Johnson adalah sebagai berikut: a. Manusia
Dorothy E. Johnson memandang lansia sebagai sesuatu yang utuh dan
saling berhubungan anatar lansia dan lingkungan serta mempunyai
tujuan dan keseimbangan. Dorothy E. Johnson mengatakan bahwa
suatu sistem perilaku merupakan suatu pokok utama pada lansia dan
bila daya sistem keseimbangan perilaku menurun lansia berusaha
untuk mempertahankan dan mengembalikan keseimbangan.
b. Sehat Sakit
Johnson mengatkan kesehatan sebagai suatu yang sulit dipahami yang
tingkat pengaruhnya dinamis disebabkan oleh faktor biologis,
psikologis dan sosial. Kesehatan ditandai oleh organ-organ yang
berinteraksi interdependensi dan perpaduan dari subsistem
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

perilakunya. Ketidakseimbangan dalam struktur susunan dan fungsi


dapat mengakibatkan lansia sakit.
c. Lingkungan
Lingkungan terdiri dari seluruh faktor dari sistem perilaku lansia.
Lingkungan mempengaruhi lansia (sistem) dan perawat dapat
mengubah/menciptakan lingkungan sehingga tujuan kesehatan
tercapai. Lansia dan lingkungan merupakan sesuatu yang saling
mempengaruhi. Sistem perilaku berusaha mempertahankan
kesehatannyaserta keseimbangan dari pengaruh lingkungan yang
dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan sistem perilaku.

d. Keperawatan
Keperawatan diartikan oleh Johnson sebagai suatu kegiatan eksternal
yang kuat untuk memelihara organisasi atau struktur perilaku lansia
secara keseluruhan, dimana lansia mengalami tekanan atau stres. 55

Keperawatan diartikan pula sebagai suatu ilmu dan pengetahuan


dalam memberikan bantuan pada waktu sebelum dan selama lansia
mengalami gangguan.

3. CONTOH APLIKASI TEORI JOHNSHON PADA KEPERAWATAN GERONTIK


Perawat mendapatkan 40 orang lansia yang sedang melakukan kunjungan
ke Poli Endokrin RS Cinta Kasih mengalami perubahan perilaku
dalam tata laksana diabetes melalui peningkatan pengetahun, sikap dan
praktik. Dampak lebih lanjut dari perubahan perilaku tersebut adalah gula
darah lansia yang akhirnya turun. Keberhasilan perawat dalam merubah
perilaku lansia dalam tata laksana diabetes, karena perawat memahami
bahwa diabates merupakan penyakit kronik yang pengobatannya
memerlukan waktu lama dan sangat kompleks, tidak hanya membutuhkan
pengobatan, tetapi juga perubahan gaya hidup. Oleh sebab itu, perawat
menggunakan teori Behavoral System Model yang memandang lansia
sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan
stabilitas baik di lingkungan internal atau eksternal.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

G. MODEL KONSEPTUAL SELFCARE OREM


Model Orem adalah salahsatu model konseptual yang paling sering dipakai
dalam keperawatan. Teori ini berfokus pada pelayanan diri klien, sehingga
tujuan teori Orem adalah untuk membantu klien merawat dirinya sendiri.
Keperawatan dibutuhkan oleh seseorang yang tidak mampu atau terbatas
untuk melakukan self care nya secara terus menerus. Keperawatan diberikan
bila berkurang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan self care sesuai
dengan self care demandnya. Oleh karena itu teori Orem terkenal dengan
sebutan teori Self Care.
1. KONSEP TEORI KEPERAWATAN SELFCARE OREM
Model ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki kemampuan
bawaan untuk melakukan perawatan diri. Manusia mandiri dan mampu
mengendalikan dirinya sendiri dan mengoreksi dirinya sendiri. Menurut
Orem, perawat harus melayani orang lain membantu orang sakit dan
merawatnya dengan baik. Tujuan profesi keperawatan adalah untuk
mencapai tingkat perawatan mandiri klien –kemandirian yang maksimal.
Tema sentral dari model konseptual Dorothea Orem adalah konsep 56

perawatan diri, dan ide defisit perawatan diri yang berkaitan erat. Model
Orem adalah salah satu model konseptual yang paling sering dipakai dalam
keperawatan (Basford dan Slevin, 2006, dalam Aini, Nur, 2018)).

Berfokus pada pelayanan diri klien. Orem mendefinisikan pelayanan diri


sebagai sesuatu yang dipelajari, kegiatan yang bertujuan membantu diri
untuk mengelola kehidupan yang diinginkan, kesehatan, perkembangan
dan kesejahteraan. Tujuan teori Orem adalah untuk membantu klien
merawat dirinya sendiri. Pelayanan keperawatan penting saat klien tidak
dapat memenuhi kebtiruhan biologis, psikologis, perkembangan atau
sosial. Perawat mencari tahu mengapa klien tidak dapat memenuhi semua
kebutuhan tersebut, apa yang harus dilakukan supaya klien mendapatkan
kebutuhannya dan seberapa banyak perawatan diri yang dapat dilakukan
klien (Potter dan Perry, 2009, dalam Aini, Nur, 2018)). Teori model Orem
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

terdiri dari 3 perspektif teoritis berikut ini : teori perawatan diri, teori
defisit perawatan diri dan teori sistem keperawatan (Basford dan Slevin,
2006 ; Tomey and Alligood, 2006 ; Jarosova, 2014, dalam Aini, Nur, 2018)).
a. Teori perawatan diri
Orem mendeskripsikan perawatan diri sebagai perilaku yang diperlukan
secara pribadi dan berorientasi pada tujuan yang berfokus pada kapasitas
individu itu sendiri untuk mengatur dirinya dan lingkungan dengan cara
sedemikian rupa sehingga ia tetap bisa hidup, menikmati kesehatan dan
kesejahteraan dan berkontribusi dalam perkembangannya sendiri. Secara
singkat, perawatan diri memanifestasikan diri sebagai perilaku konkret,
asuhan kompleks yang dilakukan untuk dan oleh seseorang. Perawatan
diri secara umum dilakukan oleh orang dewasa, sedangkan orang yang
sedang sakit (pasien) dan anak-anak bergantung pada asuhan tambahan
yang diberikan oleh orang lain asuhan dependen).

Orem memandang perawatan diri merupakan proses pribadi yang bersifat


unik. Self Care Agency adalah kemampuan seseorang untuk merawat diri
sendiri (self care). Kemampuan individu untuk merawat diri fendiri
dipengaruhi oleh "conditioning factor". Yang termasuk dalam condioning
factor adalah : faktor usia, jenis kelamin, tahap perkembangan, status
kesehatan, orientasi sosiokuitural, sistem pelayarvan kesehatan, sistem 57

keluarga, gaya hidup, faktor lingkungan dan sumber-sumber yang tersedia


yang adekuat. Secara normal orang dewasa mampu merawat diri sendiri.
Bayi, anak-anak, lansia, orang sakit dan cacat membutuhkan bantuan
penuh atau dibantu dalam kegiatan perawatan diri.

Teori perawatan diri terdiri dari 3 konsep yaitu :


1) Perawatan diri(self care). Maksudnya perawatan pribadi untuk
keberadaan sehat yang bisa dilakukan secara mandiri setiap hari. Hal
ini tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan, lingkungan
sosial dan budaya, keluarga. Perawatan diri dihasilkan dari hubungan
antara persyaratan terapeutik dan efek perawatan diri. Jika seseorang
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

mengalami dependen self care, maka ia bergantung pada orang lain


untuk membantu memenuhinya.
2) Manajemen danefek self care. Kegiatan memulai perilaku self caring
pada individu. Pasien harus mengetahui alasan mengapa mereka
melakukan aktivitas tertentu. Mereka harus memutuskan bagaimana
melakukan perawatan diri dan memilih urutan aktivitas.
3) Kebutuhan perawatan diri(self-care requisites). Kebutuhan perawatan
diri oleh Orem dibagi menjadi 3 yaitu kebutuhan perawatan diri
universal, perkembangan dan deviasi kesehatan.
a) Kebutuhan perawatan diri universal (universal self care requisites)
Kebutuhan ini ada pada setiap manusia dan berkaitan dengan
fungsi kemanusian dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada
kebutuhan dasar manusia, meliputi :
- Pemeliharaan kecukupan intake udara
- Pemeliharaan kecukupan intake cairan
- Pemeliharaan kecukupan intake makanan
- Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
- Pemeliharaan keseimbangan antara solitude (berdiam diri dan
interaksi sosial
- Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia
- Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses-proses
eliminasi
58

- Meningkatkan fungsi normal manusia dan perkembangan


kedalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang,
keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi
normal.
- Kebutuhan perawatan diri perkembangan (developmental self
care requisites)
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b) Kebutuhan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan kemajuan


individu. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan perawatan diri
universal namun berkaitan dengan bagaimana mereka secara
spesifik diarahkan pada perkembangan. Sebagai contoh nutrisi dan
istirahat merupakan kebutuhan universal, namun keduanya juga
dapat secara spesifik berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh. Contoh lain kebutuhan ini adalah : tahap
kehidupan saat ini dan perubahannya (misalnya, bayi baru lahir,
remaja), serta situasi dan kejadian kritis yang mencegah
pertumbuhan dan perkembangan individu (misalnya kurangnya
pendidikan, kehilangan keluarga).
c) Kebutuhan deviasi kesehatan (therapeutic requisites)
Kebutuhan yang berkaitan dengan penyimpangan status
kesehatan seperti sakit, luka atau kecelakaan yang dapat
menurunkan kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan
self care nya, baik secara permanen maupun temporer. Kebutuhan
ini meliputi:
- Mencari pengobatan yang tepat dan aman
- Mengetahui dampak dari patologi penyakit
- Memilih prosedur diagnostik, terapi dan rehabilitative yang tepat
dan efektif
- Memahami dan menyadari dampak tidak nyaman dari program
pengobatan
- Memodifikasi konsep diri untuk dapat menerima status
kesehatannya
- Belajar hidup dengan keterbatasan sebagai dampak kondisi
patologi

59

b. Teori defisit perawatan diri (self care deficit)


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Teori self care defisit ini merupakan inti dari teori Orem karena
menjelaskan kapan asuhan keperawatan dibutuhkan. Defisit
perawatan diri muncul saat hubungan antara efek perawatan diri dan
persyaratan/ kebutuhan terapeutik tidak memadai, mereka tidak
seimbang dan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. Perawatan
diperlukan saat orang dewasa terbatas atau tidak mampu melakukan
perawatan diri secara terus menerus, lancar dan efektif. Keperawatan
dibutuhkan seseorang yang tidak mampu atau terbatas untuk
melakukan self care nya secara terus menerus. Keperawatan diberikan
bila berkurang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan self care
sesuai dengan self care demandnya.
Orem mengidentifikasi 5 metode untuk memberikan bantuan
keperawatan :
1) Memberikan pelayanan langsung dalam bentuk tindakan
keperawatan
2) Memberikan arahan dan memfasilitasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhannya secara mandiri
3) Memberikan dorongan secara fisik dan psikologik agar klien dapat
mengembangkan potensinya agar klien dapat melakukan perawatan
secara mandiri.
4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan pribadi klien untuk meningkatkan kemandirian dalam
perawatannya.
5) Mengajarkan klien tentang prosedur dan aspek-aspek tindakan agar
klien dapat melakukan perawatan dirinya secara mandiri.

c. Teori sistem keperawatan (nursing system)


Nursing System adalah kegiatan keperawatan yang dilakukan karena
individu/pasien mengalami defisit perawatan diri. Nursing System,
yang didesain oleh perawat berdasarkan pada kebutuhan self care dan
kemampuan klien melakukan aktivitas self care nya. Bila ada self care
defisit yang berarti ada kesenjangan antara apa yang individu dapat
lakukan (self care agency) dan apa yang dibutuhkan supaya'dapat 60
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

berfungsi ecara optimal (self care demand), sehingga keperawatan


diperlukan.

Nursing Agency adalah orang yang dididik dan dilatih sebagai perawat
yang membolehkan mereka untuk melakukan kegiatan, mengetahui
dan membantu individu untuk memenuhi self care demand nya
melalui latihan dan pengembangan self care agency nya sendiri.
Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi dari nursing system untuk
memenuhi kebutuhan self care klien.
1) Wholly Compensatory System (WCS). WCS diperlukan oleh klien
yang mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri secara.
langsung dan mengontrol pergerakan atau dalam pengobatan
medis supaya tidak melakukan aktivitas. Perawat mengambil alih
pemenuhan kebutuhan self care nya secara menyeluruh pada
klien. WCS diberikan pada klien dengan tingkat keterganrungan
yang tinggi:
a) Tidak mampu melakukan berbagai aktivitas misalnya pada klien
koma
b) Dapat melakukan gerakan tetapi tidak boleh ada gerakan,
misalnya pada klien fraktur
c) Tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi mungkin
dapat ambulasi dan melakukan self care dengan pengawasan
dan bimbingan, pada klien dengan retardasi mental.
2) Partly Compensatory Nursing System. Situasi dimana perawat
danklien bersama-sama melakukan asuhan perawatan, self care
dan atauambulasi. Perawat mengambil alih beberapa aktivitas
yang tidakdapat dilakukan oleh klien dalam pemenuhan
kebutuhan self carenya, misalnya klien lansia, stroke.
3) Supportive-Educative System. Klien mampu dan dapat belajar
untukmelakukan self care yang dibutuhkan, tetapi memerlukan
bantuan.Pada sistem ini klien melakukan semua kebutuhan self
care nya. Klienmembutuhkan bantuan untuk pembuatan
keputusan, mengendalikanperilakunya dan mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan. Peran perawat adalah
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

61

meningkatkan self care agency dari klien misalnyaklien dengan


diabetes mellitus diajarkan untuk menyuntik sendiridan Iain-lain.

2. PARADIGMA KEPERAWATAN TEORI OREM PADA KEPERAWATAN


GERONTIK
Orem mendefinisikan konsep paradigma keperawatan sebagai berikut
(Basford dan Slevin, 2006 ; Jarosova, 2014 ; Masters, 2016, dalam Aini,
Nur, 2018)) :
a. Manusia
Lansia dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk perawatan diri dan perawatan bagi anggota keluarga
lainnya yang mengalami ketergantungan.Lansia termotivasi untuk
memberikan perawatan semacam itu. Tindakan dan perilaku lansia
terkait dengan tujuan yang ingin dicapainya. Belajar dipengaruhi oleh
usia, kemampuan mental, budaya, masyarakat dan keadaan emosional
individu. Jika seorang lansia gagal menguasai tingkat perawatan diri
tertentu, orang lain harus melakukannya dan memberikan perawatan
kepadanya.
b. Lingkungan
Lingkungan meliputi faktor lingkungan, elemen lingkungan, kondisi
lingkungan dan perkembangan lingkungan. Lingkungan yang berkaitan
dengan kehidupan lansia adalah fisik, biologi dan sosial.
c. Sehat dan sakit
Definisi sehat menurut Orem adalah sehat secara fisik, mental,
interpersonal dan sosial. Semua aspek ini tidak dapat dipisahkan dan
saling berhubungan. Definisi kesehatan tercermin dalam konsep
perawatan kesehatan preventif yang meliputi perawatan kesehatan
primer (perawatan kesehatan dan perawatan), pencegahan sekunder
(pengobatan penyakit) dan pencegahan tersier (pencegahan
komplikasi).
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Jika individu dalam keadaan sehat maka mereka dapat dan memenuhi
sendiri deficit perawatan diri yang mereka alami. Sebaliknya, jika
mereka sakit atau cedera, orang tersebut bergeser dari status agens
perawatan diri menjadi status pasien atau penerima asuhan. 62

Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam hal ini berarti sehat
sakit tidak dibahas sebagai konsep yang berbeda. Akan timbul masalah
disini jika orang yang sehat tidak atau tidak dapat melakukan
perawatan diri, atau jika ada orang yang sakit namun dapat melakukan
perawatan untuk dirinya sendiri.
d. Keperawatan
Perawatan diri terapeutik yang dirancang untuk melengkapi kebutuhan
perawatan diri. Tindakan keperawatan dibagi dalam tiga kategori yaitu
Wholly Compensatory System, Partly Compen satory Nursing System
dan Supportive-Educative System.

3. CONTOH APLIKASI TEORI MODEL DOROTHEA E. OREM


Pada kelompok lansia di RW 01 Mekar, terdapat 11 orang lansia yang
memiliki sakit jantung dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada hebat.
Keluhan tersebut seringkali mereka alami jika kelelahan akibat beraktifitas,
kurang tidur, makan-makanan yang mengandung lemak dan garam, atau
karena stres. Akibat sering mengalami serangan jantung, lansia tersebut jadi
takut beraktifitas bahkan untuk mandi merekapun tidak berani. Berdasarkan
kasus ini, perawat membantu lansia mengidentifikasi faktor penyebab
terjadinya sesak dan nyeri dada, memberikan informasi tentang pencegahan
dan penanganan sesak dan nyeri dada, mengajarkan bagaimana pengaturan
aktifitas-istirahat, pengaturan makanan serta pengelolaan stres yang dapat
menjadi faktor pencetus terjadinya sesak serta nyeri dada. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan tersebut, lansia mengungkapkan frekuensi terjadinya
serangan sesak nafas dan nyeri dada berkurang dan lansia mampu secara
mandiri mengidentifikasi tanda-tanda terjadinya serangan serta melakukan
upaya mengatasi nyeri dada dsn sesak saat serangan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

RINGKASAN
Teori keperawatan merupakan sekelompok konsep yang menjelaskan tentang
suatu proses, peristiwa atau kejadian mengenai keperawatan yang didasari oleh
fakta-fakta yang telah diobservasi. Teori keperawatan biasanya banyak digunakan
untuk menyusun atau membuat suatu model konsep dalam keperawatan. Model
praktek keperawatan mengandung keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi dasar
sebuah model. Model Konseptual Adaptasi Roy menguraikan bagaimana individu
63

mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku


secara adaptif serta mampu merubah perilaku yang maladaptif. Model Konseptual
Human Being Roger menegaskan bahwa manusia adalah bidang energik dinamik
yang terintegrasi dengan bidang energi lingkungan, Model Konseptual
Keperawatan Neuman berfokus pada kesehatan sistem klien dalam kaitannya
dengan stressor lingkungan dan reaksi terhadap stres. Model Konseptual
Keperawatan Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada
pada setiap situasi keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah : rumah
sakit umum, rumah sakit jiwa, institusi untuk penderita cacat mental, rumah
perawatan, perawatan di rumah. Jadi menurut Henderson, lapangan kerja perawat
tidak sebatas hanya di rumah sakit umum. Model Konseptual Budaya Leiniger
menegaskanPerawat harus mempertimbangkan kultur atau budaya klien disaat
memberikan asuhan keperawatan. Model Konseptual Perilaku Johnshon dikenal
engan teori Behavoral system model yaitu memandang sebagai sistem perilaku
yang selalu ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas. Model Konseptual
Selfcare Orem berfokus pada pelayanan diri klien, sehingga tujuan teori Orem
adalah untuk membantu klien merawat dirinya sendiri. Keperawatan dibutuhkan
oleh seseorang yang tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self care nya
secara terus menerus

SOAL
1. Membantu lansia beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan psikologis,
konsep diri, aturan-aturan yang berlaku dan hubungan bebas pada waktu
sehat dan sakit merupakan tujuan keperawatan menurut teori...
a. Roger d. Johnson
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Henderson e. Neuman
c. Roy

2. Yang termasuk prinsip haemodinamik menurut Rogers adalah…


a. Adaptasi d. Open system
b. Holistik e. Energy field
c. Resonancy

64

3. Setiap individu juga memiliki garis pertahanan yang unik, yang memungkinkan
ia bereaksi terhadap stres pada setiap peristiwa jika keseimbangan normalnya
terganggu merupakan dasar dari teori..
a. Roger d. Johnson
b. Henderson e. Neuman
c. Roy

4. Komponen Kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan aman nyaman klien


menurut Henderson adalah…
a. Membantu pasien untuk bernafas
b. Membantu pasien untuk makan dan minum
c. Membantu pasien untuk defekasi
d. Membantu pasien untuk istirahat dan tidur
e. Membantu pasien menghindari bahaya

5. Lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi yang mempengaruhi


kehidupan dan perkembangan lansia merupakan paradigma keperawatan
menurut teori...
a. Roger d. Johnson
b. Henderson e. Neuman
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Roy

6. Perawat harus mempertimbangkan kultur atau budaya klien disaat


memberikan asuhan keperawatan merupakan teori keperawatan menurut...
a. Leininger d. Orem
b. Henderson e. Johnson
c. Roy

7. Leininger memandang lingkungan sistem layanan kesehatan juga merupakan


faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari dua subsitem yaitu layanan
kesehatan formal dan layanan kesehatan informal. Yang termasuk layanan
kesehatan formal adalah...
a. Bantuan sukarela d. Pengobatan alternative
b. Layanan keperawatan e. Ritual atau kebiasaan etnik
c. Pengobatan Tradisional
65

8. Perawat memandang lansia sebagai sistem perilaku yang selalu ingin mencapai
keseimbangan dan stabilitas baik di lingkungan internal atau eksternal
merupakan paradigma keperawatan menurut teori...
a. Leininger d. Orem
b. Henderson e. Johnson
c. Roy

9. Ketidakseimbangan dalam struktur susunan dan fungsi dapat mengakibatkan


lansia sakit merupakan paradigma keperawatan menurut teori...
a. Leininger d. Orem
b. Henderson e. Johnson
c. Roy
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

10. Yang bukan termasuk kebutuhan deviasi kesehatan atau kebutuhan yang
terkait dengan penyimpangan status kesehatan menurut Orem adalah... a.
Mencari pengobatan yang tepat dan aman
b. Mengetahui dampak dari patologi penyakit
c. Memilih prosedur diagnostic dan terapi yang tepat
d. Memelihara keseimbangan antara aktifitas dan istirahat
e. Memilih metode rehabilitative yang tepat dan efektif

KUNCI JAWABAN
1. C 2. C 3. E 4. E 5. B

6. A 7. B 8. E 9. E 10. D

DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. (2018). Teori Model Keperawatan beserta Aplikasinya dalam
Keperawatan. Malang: UMM Press
Buku Ajar Keperawatan Gerontik 66

BAB 5

PROSES KEPERAWATAN
LANSIA PADA INDIVIDU DAN
KELOMPOK KHUSUS

PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan pada lansia adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses
keperawatan yang ditujukan kepada lansia. Kegiatan tersebut meliputi 1)
Pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan kebutuhan bio/fisik, psikologis,
kultur, dan spiritual; 2) Menganalisa suatu masalah kesehatan/ keperawatan dan
membuat diagnosa keperawatan ;3) Membuat perencanaan; 4) Melaksanakan
perencanaan dan 5) Melakukan evaluasi. Tujuan pemberian asuhan pada lansia
adalah 1)Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan perawatan
dan pencegahan; 2)Membantu mempertahankan serta memperbesar semangat
hidup klien usila; 3) Menolong dan merawat klien usila yang menderita
penyakit.;4) Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses
keperawatan; 5) Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya
promotif, preventif , dan rehabilitatif. Sasaran asuhan keperawatan pada lansia
adalah klien lansia yang berada di keluarga, panti (sebagai individu atau
kelompok), maupun kelompok masyarakat (Posyandu Lansia/ Karang Werda).

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca akan memahami tentang proses
keperawatan pada lansia baik lansia individu, lansia di keluarga maupun kelompok
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

lansia di masyarakat (pengkajian, masalah keperawatan, rencana keperawatan,


implementasi, evaluasi).

67

A. ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU LANSIA DALAM KONTEKS KELUARGA


1. Pengertian
Asuhan keperawatan lansia adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses
keperawatan yang ditujukan kepada lansia. Kegiatan tersebut meliputi
pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan kebutuhan bio/fisik,
psikologis, kultur, dan spiritual ; menganalisa suatu
masalah kesehatan/keperawatan dan membuat diagnosa keperawatan;
membuat perencanaan; melaksanakan perencanaan dan terakhir melakukan
evaluasi. Dalam hal ini, pemberian asuhan melibatkan peran serta aktif
keluarga.
2. Tujuan Pemberian Asuhan
a. Meningkatkan kesejahteraan lansia dan kemandirian keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan mengatasi keluhan kesehatan yang dialami
lansia.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan
perawatan dan pencegahan.
c. Membantu mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien
lansia.
d. Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit.
e. Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses
keperawatan.
f. Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotif,
preventif , dan rehabilitatif.
3. Sasaran
a. Lansia dengan masalah :
1) Penyakit degeneratif : hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker
rahim/prostat, osteoporosis, penyakit sendi, dll.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

2) Penyakit kronis dan gangguan fungsi atau perkembangan organ.


b. Lansia terlantar/mengalami tindakan kekerasan
c. Lansia Pasca Perawatan di Rumah Sakit
4. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan lansia dalam konteks keluarga dilakukan
pada individu lansia dan keluarga sebagai salah satu sistem
pendukung lansia.
68

1) Pengkajian pada individu lansia meliputi:


a) Pengkajian fungsi fisik
Pengkajian fungsi fisik dilakukan melalui pemeriksaan fisik yang
dilakukan untuk menilai status fungsi dari masing-masing
sistem tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, pencernaan,
eliminasi urin, kardiovaskuler, pernafasan, pergerakan,
persyarafan, dan integumen.
b) Pengkajian status mental, fungsi psikososial dan kognitif
(1) Pengkajian penampilan secara fisik dan fungsi motorik
(2) Pengkajian ketrampilan sosial dan respons terhadap anamnesa
(3) Pengkajian orientasi, kewaspadaan dan daya ingat
c) Pengkajian karakteristik bicara, ketrampilan bahasa dan
pengambilan keputusan
d) Pengkajian fungsi afektif
e) Pengkajian kontak terhadap realita
f) Pengkajian dukungan sosial bagi lansia
g) Pengkajian spiritual
(a) Pelaksanaan ibadah sesuai keyakinan agama yang dimiliki
(b) Penerapan keyakinan agama dalam kehidupan sehari-hari
2) Pengkajian pada keluarga meliputi
a) Kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan dasar lansia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b) Kemampuan melakukan tugas kesehatan keluarga yang meliputi


mengenali masalah lansia, memutuskan tindakan yang akan
dilakukan keluarga, merawat lansia baik yang sehat ataupun yang
sakit, melakukan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan lansia dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang terjangkau untuk memantau kesehatan lansia.
c) Kemampuan menggunakan sumber daya di dalam dan di luar
keluarga untuk meningkatkan kesehatan lansia
b. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia ditetapkan sesuai dengan
data yang diperoleh.

69

Fungsi Komponen Masalah kesehatan Masalah Keperawatan


yang umum
Fisik Pendengaran Penurunan Gangguan pola
kemampuan komunikasi
mendengar
Penglihatan Penurunan Risiko cidera/ jatuh
kemampuan
melihat
Pencernaan Gastritis Risiko
pemenuhankebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Malnutrisi Risiko kurang dari atau
lebih dari kebutuhan
Eliminasi Inkontinensia urin Gangguan pola eliminasi
urin
Risiko hambatan dalam
interaksi sosial
Fekal Gangguan pola eliminasi
fekal
Kardiovaskuler Hipertensi Gangguan perfusi
jaringan cerebral
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Gangguan rasa nyaman;


nyeri kepala
Metabolisme Diabetes Mellitus Pemenuhan nutrisi tidak
adekuat;hipoglikemi/hip
erglikemi
Pernafasan PPOK Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Asma Pola nafas tidak efektif
Pergerakan Osteoporosis Keterbatasan pergerakan
Rematik Intoleransi aktivitas
Keamanan Cidera Cidera
Gangguan integritas kulit
Psikososia Status mental Depresi Gangguan interaksi sosial
l Perasaan tidak berguna
Fungsi Menarik diri Isolasi sosial
psikososial
Kognitif Demensia Gangguan fungsi pikir
Spiritual Pelaksanaan Keterbatasan Distress spiritual
ibadah dalam Cemas
melaksanakan Merasa bersalah
ibadah

70

c. Rencana tindakan dan implementasi keperawatan


1) Menetapkan tujuan pelayanan keperawatan keluarga dengan lansia di
rumah
a) Individu lansia diharapkan :
(1) Terpenuhi kebutuhan fisik, psikososial dan spiritual.
(2) Dapat beradaptasi dengan perubahan kesehatan yang terjadi
pada dirinya
(3) Merasa nyaman dan aman dengan kondisi lingkungannya.
(4) Mampu mempertahankan kemandirian dan berfungsi optimal
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b) Keluarga dengan lansia diharapkan dapat :


(1) Mengenal masalah kesehatan yang dialami lansia.
(2) Merawat anggota keluarga lansia
dengan masalah kesehatan.
(a) Mengatasi keluhan/ gejala/ respon klien terhadap penyakit
(b) Menyediakan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar klien
2) Mengkoordinir pelaksanaan intervensi kesehatan bagi lansia
3) Mengidentifikasi masalah keselamatan dan memodifikasi lingkungan
yang dapat mendukung kesehatan lansia.
4) Mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
untuk mengatasi masalah kesehatan lansia.
5) Menentukan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan masalah/
diagnosa keperawatan yang ditetapkan .
6)Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga dan masyarakat
sesuai kebutuhan lansia.
7) Menentukan rencana kunjungan (jadwal kunjungan) yang berisi :
waktu, frekuensi dan petugas yang akan melakukan kunjungan
rumah.
8)Koordinasi dengan Tim untuk menyelenggarakan tindakan yang telah
direncanakan.
71

a) Memberikan informasi kepada lansia dan keluarga tentang :


tindakan atau pelayanan keperawatan yang akan dilakukan
sesuai dengan kebutuhannya
b) Membuat perjanjian (kesepakatan) dengan pasien dan keluarga
tentang tenaga kesehatan yang akan memberikan pelayanan
dan jenis pelayanannya.
c) Mengkoordinasikan rencana tindakan/ intervensi keperawatan
kepada tim yang bersangkutan sesuai jadwal kunjungan
d) Melakukan rujukan sesuai kondisi lansia, keterjangkauan
pelayanan dan sumber-sumber yang tersedia.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

d. Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada tiga tingkatan


pencegahan
1) Pencegahan Primer
Berbagai tindakan Pencegahan Primer bagi lansia :
a) Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi.
b) Pemeliharaan kebersihan diri.
c) Menjaga keselamatan dan keamanan.
d) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan latihan/olah raga.
e) Mempertahankan kemandirian lansia,
f) Menata pola hidup dan persiapan menghadapi kematian
2) Strategi intervensi pencegahan sekunder
Tindakan Pencegahan sekunder dilakukan jika telah terjadi
masalah kesehatan akibat adanya proses penuaan. Tindakan ini
dilakukan untuk mencegah atau membatasi kemungkinan
terjadinya perluasan masalah dan ketidakmampuan.
Tindakan pencegahan sekunder mencakup upaya deteksi dini
kemungkinan adanya masalah akibat proses penuaan dan
berupaya melakukan penanggulangan secara tepat jika ditemukan
adanya masalah.

Berbagai tindakan pencegahan sekunder bagi lansia antara lain:


a) Pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari lansia.
72

b) Melakukan pemantauan secara teratur dan deteksi dini


kemungkinan adanya gangguan kulit, eleminasi, pergerakan/
mobilisasi
c) Melakukan rujukan secara tepat sesuai masalah yang ditemukan
dan kebutuhan pasien
d) Melakukan intervensi keperawatan secara tepat sesuai masalah
kesehatan yang ditemukan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

e) Bantu lansia mendapatkan alat bantu sesuai kebutuhan misal :


kursi roda untuk mobilisasi, gigi palsu untuk mengunyah, kaca
mata untuk penglihatan dll.
f) Kolaborasi dengan keluarga untuk menghilangkan faktor yang
membahayakan di lingkungan dan penggunaan pengaman
g) Persiapan bantuan dari care giver sesuai kebutuhan dan sumber
yang tersedia
h) Menata pola hidup dan persiapan menghadapi kematian
3) Strategi Intervensi pencegahan tersier
Tindakan pencegahan tersier difokuskan pada pencegahan
komplikasi penyakit dan atau mencegah kambuh serta upaya
pemulihan. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kecacatan atau ketergantungan terhadap lingkungan. Tindakan
pencegahan tersier tergantung dari masalah yang dialami lansia
dan tindakan pencegahan tersier untuk beberapa masalah hampir
sama dengan tindakan pencegahan sekunder.

Berbagai tindakan pencegahan tersier bagi lansia antara lain:


a) Hindarkan tekanan pada kulit untuk waktu yang lama, dan hindarkan
tidur dengan kaki menyilang, penggunaan warna yang menyilaukan.
b) Anjurkan penggunaan baju longgar dan sepatu yang sesuai dengan
ukuran.
c) Mengenali waktu untuk eliminasi dan biasakan defekasi dan miksi
teratur.
d) Olah raga ringan secara teratur.
e) Ajarkan Kegel Exercise dan bantu melakukan bladder training.
73

f) Gunakan multi sensori saat berkomunikasi atau memberikan edukasi


bagi lansia.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

g) Lakukan prinsip-prinsip orientasi realita, anjurkan klien untuk


mengekpresikan perasaannya, bantu lansia membangun jaringan
dukungan sosial.
h) Rujuk ke tempat-tempat ibadah atau kelompok pembinaan lansia.
i) Bantu keluarga mengembangkan strategi koping yang positif.
j) Hilangkan faktor yang membahayakan di lingkungan keluarga.

e. Evaluasi hasil tindakan keperawatan


Penilaian hasil tindakan keperawatan meliputi penilaian proses
danpenilaian hasil dibandingkan dengan pencapaian tujuan yang
ditetapkan.

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan


lansia
a. Mempertahankan komunikasi dengan cara:
1) Kontak mata
2) Jarak dekat
3) Bahasa tubuh sesuai
4) Menggunakan sentuhan
5) Kalimat singkat dan jelas
6) Tidak menggurui
7) Tidak memojokkan atau menyalahkan
8) Lebih banyak mendengar daripada berbicara
b. Memperhatikan nilai-nilai yang diyakini lansia.
c. Memperhatikan keterbatasan fungsi karena proses menua.
d. Memfasilitasi lansia untuk menjalani proses menua.
e. Jika lansia mengalami penyakit degeneratif sebaiknya tidak memberikan
harapan kesembuhan bagi lansia .
f. Mempertahankan status fungsi normal pada lansia.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

74

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK LANSIA DI MASYARAKAT


1. Pengertian
Asuhan keperawatan kelompok lansia adalah metoda penyelesaian
masalah kesehatan lansia yang ditujukan kepada kelompok lansia dengan
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
2. Tujuan
Meningkatkan kemandirian lansia melalui kegiatan kelompok untuk mengatasi
masalah kesehatannya.
3. Sasaran
a. Kelompok lansia di Panti
b. Kelompok lansia di masyarakat

Langkah-langkah asuhan keperawatan pada kelompok lansia :


1. Pengkajian
Data yang perlu diidentifikasi dalam pengkajian kelompok lansia di masyarakat
mencakup :
a. Populasi Lansia (data inti)
1) Data Populasi Lansia (jumlah, klasifikasi umur, jenis kelamin, status
perkawinan dll),
2) Data Vital Statistik (angka prevanlensi) populasi lansia
3) Data Riwayat Kesehatan (tanda vital, TB, BB, IMT, Hb, gula darah, asam
urat, tingkat kemandirian, status mental emosional, status nutrisi,
kebiasaan lansia, aktivitas kehidupan sehari-hari, dll).
4) Keyakinan / norma
b. Sumber Pelayanan Kesehatan/ Sosial
1) Fasilitas yang tersedia untuk lansia dan jenis pelayanannya
2) Pemanfaatan fasilitas oleh Kelompok lansia
3) Sumber dana untuk Kebutuhan pelayanan kesehatan lansia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Sanitasi Lingkungan Fisik, Keamanan dan transportasi


1) Sanitasi lingkungan : sarana umum, sarana pemukiman.
2) Jenis sarana keamanan dan transportasi yang tersedia untuk lansia
3) Keadekuatan fungsi pengamanan dan transportasi bagi lansia
4) Kondisi lingkungan fisik di masyarakat
d. Pendidikan
75

1) Ketersediaan sarana/ fasilitas untuk lansia belajar/latihan


2) Pemanfaatan sarana pendidikan dan latihan
e. Kebijakan Pengorganisasian
1) Peran serta populasi lansia dlm pemeliharaan kesehatan lansia
2) Kebijakan dan peraturan- peraturan kemasyarakatan terkait
pemeliharaan kesehatan lansia
3) Keterlibatan kelompok lansia dalam organisasi sosial masyarakat
f. Komunikasi
1) Jenis sarana komunikasi yang tersedia untuk lansia
2) Pemanfaatan sarana komunikasi oleh populasi lansia
g. Rekreasi
1) Jenis sarana / fasilitas rekreasi yang tersedia di kelompok lansia :
Misalnya OR, Kesenian, hiburan dll)
2) Pemanfaatannya oleh populasi lansia
---→ untuk semua kelompok

2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosis keperawatan bisa bersifat aktual, risiko maupun potensial.
b. Diagnosis keperawatan terdiri dari domain fungsi, fisik, psikososial dan
lingkungan
c. Contoh Diagnosa Keperawatan Pada Kelompok Lansia : dipilah sesuai
dengan sifat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

1) Peningkatan kejadian gangguan psikososial:


depresi atau kecemasan pada kelompok lansia
2) Risiko meningkatnya kejadian kesakitan penyakit degeneratif pada
kelompok lansia
3) Isolasi sosial pada kelompok lansia
4) Tidak efektifnya koping penyelesaian masalah dalamkelompok lansia
5) Risiko peningkatan kejadian gangguan kognitif pada kelompok lansia
6) Risiko Peningkatan kejadian jatuh pada kelompok lansia
3. Menentukan Intervensi/ Tindakan Keperawatan Elemen-elemen
intervensi keperawatan Kelompok Lansia :
a. Pencegahan primer :
76

a. Pendidikan kesehatan tentang pola hidup bersih dan sehat yang


mencakup, diantaranya:
a) Latihan aktifitas fisik
b) Gizi seimbang bagi lansia
c) Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas
d) Penggunaan waktu luang sesuai dengan hobby
e) Cara mengatasi stres: relaksasi, yoga
f) Pola istirahat yang cukup/ teratur
g) Rekreasi bersama
b. Demonstrasi ketrampilan hidup sehat
a) Interaksi sosial
b) Latihan otot dasar panggul
c) Latihan kognitif atau daya ingat.
d) Latihan ROM untuk lansia
e) Latihan relaksasi
c. Meningkatkan keamanan lingkungan
a) Program pencegahan jatuh
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Pencegahan sekunder :
1) Melakukan skrining kesehatan tentang : TB & BB, TD, IMT, tingkat
depresi, tingkat fungsi kognitif, tingkat ketergantungan, kadar gula
darah, asam urat dll dan rujukan kasus.
2) Melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah kesehatan agar
tidak bertambah berat
3) Penanganan masalah-masalah kedaruratan dalam kelompok
4) Penanganan awal masalah kesehatan yang umum terjadi pada
kelompok lansia
5) Melakukan follow up kasus (melalui kunjungan rumah)
c. Pencegahan tersier :
1) Menunjang upaya pemulihan lansia pasca sakit dengan mengurangi
kelemahan klien dan memelihara klien tetap berfungsi misalnya :
Mengajarkan diit dan perawatan kaki pada DM, pembelajaran
pergerakan pada penyembuhan pasca injury
2) Konseling

77

4. Implementasi asuhan keperawatan kelompok lansia


Strategi implementasi asuhan keperawatan kelompok lansia terdiri dari :
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan kelompok dilakukan dengan mendayagunakan potensi
yang ada dalam kelompok. Dalam Pemberdayaan kelompok
diperlukan proses aktif dari anggota kelompok dimana setiap orang
mempunyai hak dan kekuatan yang sama untuk membuat keputusan
yang mempengaruhi hidupnya.
b. Pendidikan kesehatan
Untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan kelompok
tentang kesehatan maka perlu dilakukan pendidikan kesehatan dan
pelatihan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Kemitraan
Kemitraan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling memberi manfaat
untuk mencapai tujuan. Kerjasama dengan segenap komponen
masyarakat sangatlah penting, dan dimulai dari pengembangan
perencanaan, keputusan, pembagian tanggung jawab, negosiasi,
hingga melakukan evaluasi.
d. Proses kelompok
Strategi intervensi dalam kegiatan kelompok mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan bila dilakukan secara individu karena
kesehatan individu dapat dipengaruhi oleh orang yang ada
disekitarnya. Keuntungan dalam bekerja kelompok adalah
meningkatnya efisiensi dengan memanfaatkan keahlian dan
kemampuan anggota dengan pendekatan saling berbagi perasaan dan
pengalaman diantara anggota kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara
berkala oleh kelompok lansia dibawah bimbingan koordinator
perkesmas dan kader setempat.
e. Perawatan langsung (direct care)
5. Evaluasi asuhan keperawatan kelompok lansia :
a. Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan
kelompok lansia
b. Tujuan adalah tercapainya tingkat kemandirian lansia dalam kelompok
78

c. Selama evaluasi, jika ditemukan data baru maka dilakukan modifikasi


rencana asuhan keperawatan kelompok
d. Evaluasi dilakukan oleh koordinator Perkesmas di puskesmas bersamasama
kader
e. Indikator tingkat kemandirian lansia dalam kelompok
f. Indikator tingkat kemandirian kelompok lansia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Tingkat Indikator
kemandirian
I Lansia mengikuti kegiatan kelompok tetapi tidak teratur
II - Mengikuti kegiatan kelompok secara teratur
- Mampu Berbagi pengalaman dengan anggota
keluarga yang lain
- Mampu Menghargai pendapat orang lain
- Mampu Menerima asupan dari orang lain
III - Tingkat Kemandirian II
- Terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
- Melakukan upaya pencegahan terhadap masalah
kesehatan kelompok
IV - Tingkat Kemandirian III
- Menampilkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
kelompok
- Mampu menyelesaikan masalah kelompok
- Menjadi panutan bagi anggota kelompok lain

RINGKASAN
Asuhan keperawatan lansia individu dalam konteks keluarga adalah suatu
rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan kepada lansia.
Kegiatan tersebut meliputi pengkajian kepada lansia dengan memperhatikan
kebutuhan bio/fisik, psikologis, kultur, dan spiritual ; menganalisa suatu masalah
kesehatan/ keperawatan dan membuat diagnosa keperawatan ; membuat
perencanaan ; melaksanakan perencanaan dan terakhir melakukan evaluasi
dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.Asuhan keperawatan kelompok
lansia adalah metoda penyelesaian masalah kesehatan lansia yang ditujukan
kepada kelompok lansia dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan
preventif tanpa 79

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Tujuan utama asuhan


keperawatan kelompok lansia adalah untuk meningkatkan kemandirian lansia
melalui kegiatan kelompok untuk mengatasi masalah kesehatannya.Sasaran dalam
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

asuhan keperawatan kelompok lansia adalah kelompok lansia di Panti dan


Kelompok lansia di masyarakat.

SOAL
1. Sebutkan 3 dari 5 tujuan pemberian asuhan keperawatan pada lansia !
2. Sebutkan siapa saja yang menjadi sasaran dalam pemberian asuhan keperawatan
pada lansia!
3. Sebutkan tiga tindakan keperawatan dalam pecegahan primer!
4. Sebutkan hal-ha yang harus diperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada lansia !
5. Sebutkan strategi implementasi pada asuhan keperawatan kelompok lansia!

KUNCI JAWABAN

1. Tujuan Pemberian Asuhan Keperawatan pada lansia adalah…


a. Meningkatkan kesejahteraan lansia dan kemandirian keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan mengatasi keluhan kesehatan yang dialami lansia.
b. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan perawatan dan
pencegahan.
c. Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit.

2. Sasaran dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia adalah…


a. Lansia dengan masalah :
1) Penyakit degeneratif : hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker
rahim/prostat, osteoporosis, penyakit sendi, dll.
2) Penyakit kronis dan gangguan fungsi atau perkembangan organ.
b. Lansia terlantar/mengalami tindakan kekerasan
c. Lansia Pasca Perawatan di Rumah Sakit

3. Tindakan Pencegahan Primer bagi lansia :


a. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi.
80
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Pemeliharaan kebersihan diri.


c. Mempertahankan kemandirian lansia

4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada


lansia adalah
a. Mempertahankan komunikasi dengan cara:
1) Kontak mata
2) Jarak dekat
3) Bahasa tubuh sesuai
4) Menggunakan sentuhan
5) Kalimat singkat dan jelas
6) Tidak menggurui
7) Tidak memojokkan atau menyalahkan
8) Lebih banyak mendengar daripada berbicara
b. Memperhatikan nilai-nilai yang diyakini lansia.
c. Memperhatikan keterbatasan fungsi karena proses menua.
d. Memfasilitasi lansia untuk menjalani proses menua.
e. Jika lansia mengalami penyakit degeneratif sebaiknya tidak memberikan
harapan kesembuhan bagi lansia .
f. Mempertahankan status fungsi normal pada lansia.

5. Stretegi implementasi pada proses asuhan keperawatan pada kelompok lansia


adalah
a. Pemberdayaan
b. Pendidikan Kesehatan
c. Proses Kelompok
d. Kemitraan
e. Pemberian layanan kesehatan langsung
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

81

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI. (2002). Pedoman Perawatan Kesehatan di Rumah. Direktorat Bina


Pelayanan Keperawatan : Jakarta

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI (2010) Pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas


kesehatan. Jakarta.

Kemenkes RI. (2010). Buku pemantauan kesehatan pribadi lanjut usia. Jakarta.

Kemenkes RI. (2010). Pedoman pengelolaan kegiatan kesehatan di kelompok usia


lanjut. Jakarta.

Kemenkes RI. (2011). Draft Pedoman Pelayanan Keperawatan Keluarga dengan


Masalah Kesehatan Usia Lanjut. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan
Keteknisian Medik.

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Penerapan Model Pelayanan Keperawatan


Keluarga di Rumah . Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian
Medik.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di


Kelompok Lanjut Usia. Jakarta.

Komisi Nasional Lanjut Usia (2010). Profil Penduduk Lansia di Indonesia 2009. Jakarta.

Resnayati Y.,Riasmini, M.,& Maryam. (2011). Pengalaman Keluarga dan Tenaga


Kesehatan dalam Perawatan Lanjut Usia. Risbinakes. Jakarta.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Riasmini, M. (2014). Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia di


Masyarakat. Makalah Peningkatan Wawasan Tenaga Kesehatan.

Riasmini, Ni Made, dkk (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok, dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP,NOC dan NIC di
Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: UI

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2013). Community health nursing : process and practice
for promoting health. St. Louis : Mosby Year Book
82

Lampiran

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN USIA LANJUT

I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN STATUS KESEHATAN


A. Karakteristik Demografi
1. Profil Klien/Data biografi

Nama lengkap : .........………………... Suku Bangsa : ………………………........


Tempat/tgl lahir : … Pendidikanterakhir:
…………………………... ……………………….......
Jenis Kelamin : No Telp :
…………………………… Status ………………………………..
Perkawinan : …………………………. Alamat :
Agama : ………………………. ………………………………..
..................................

Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi:


a. Nama : ……………………………………….
b. Alamat : ……………………………………….
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. No Telepon : ……………………………………….
d. Hubungan dg Klien : ……………………………………….

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


a. Pekerjaan saat ini : ……………………………………….
b. Pekerjaan sebelumnya : ……………………………………….
c. Sumber pendapatan : ……………………………………….
d. Kecukupan kebutuhan : ……………………………………….

3. Aktivitas Rekreasi
a. Hobby : ……………………………………….
b. Bepergian/wisata : ……………………………………….
c. Keanggotaan organisasi : ……………………………………….
d. Lain-lain : ……………………………………….

83

4. Lingkungan Tempat Tinggal


a. Jenis rumah : …………………………………………………………….
b. Jumlah Ruangan : ........................, Jumlah Lantai: ...............
c. Jumlah Penghuni : ................. orang,
d. Privasi : …………………………………………………………….
1) Kebersihan & kerapihan ruangan: ………………………………………… 2)
Penerangan : ………………………..…………………...
3) Sirkulasi udara : …………………………..……………….... 4) Keadaan
kamar mandi & WC: …..………..………………………………..
e. Resiko injuri : ………………………………………………

f. Tetangga Terdekat:
1) Nama : ……………………………………………….
2) Alamat/ No Telp : ……………………………………………….

5. Riwayat Keluarga
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

a. Pasangan : masih ada/tidak ➔ Jika ada:


1) Nama : .........................................................................
2) Umur : ..........................................................................
3) Pekerjaan : ......................................................................... 4) Status
kesehatan : .........................................................................
5) Tinggal bersama : ya/tidak
b. Anak
NO NAMA ANAK UMUR ALAMAT KET.
1
2
3
4
5
c. Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir):
1) Nama : ……………………………………….
2) Umur : ……………………………………….
3) Penyebab Kematian : ……………………………………….

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari


84

1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : ……………………………………….
b. Nafsu makan : ……………………………………….
c. Jenis makanan : ……………………………………….
d. Kebiasaan sebelum makan : ……………………………………….
e. Makanan yang tidak disukai : ……………………………..………..
f. Alergi terhadap makanan : …………………………..…………..
g. Pantangan Makan : ..………………………………………
h. Keluhan yang berhubungan dengan makan: ……………………………………….
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : ……………………………………......................... 2) Kebiasaan
BAK pada malam hari; ………………………....……………………
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAK: ……………………………………
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : ………………………………………. 2) Konsistensi
: ……………………………………….
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAB: ………………………………………
4) Pengalaman memakai Laxantif/Pencahar: ……………………………………

3. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu mandi : …………………………………..
2) Pemakaian Sabun (ya/ tidak) : ……………………………………

b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu gosok gigi : ………………………………………. 2) Menggunakan
pasta gigi : ……………………………………….

c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : ……………………………………….
2) Penggunaan Shampo (ya/ tidak) : ….……………………………………

d. Kuku dan tangan


85

1) Frekuensi gunting kuku : …………………………………….


2) Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun: ……………………………….......

4. Istirahat dan Tidur


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

a. Lama tidur malam : …………………………………….


b. Tidur siang : …………………………………….
c. Keluhan yang berhubungan dg tidur : …………………………………….

5. Kebiasaan mengisi waktu luang


a. Olah raga : ……………………………………….
b. Nonton TV : ……………………………………….
c. Berkebun/memasak : ……………………………………….
d. Lain-lain : ……………………………………….

6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (Jenis/ Frekuensi/Jumlah/lama


pakai) :
a. Merokok (ya/ tidak) : ……………………………………………………….
b. Minuman Keras (ya/tidak) : ……………………………………………………….
c. Ketergantungan terhadap Obat (ya/tidak): …….……………….………………….

C. Status Kesehatan
1. Kondisi kesehatan saat ini
a. Keluhan Utama dalam 1 tahun terakhir: …………………………………………...
........................………………........................................................................
b. Gejala yang dirasakan saat ini: …………………………..…………………………..
b. Waktu mulai timbulnya keluhan: …………...............................................
c. Obat yang dikonsumsi (Nama, dosis, cara dan waktu pemberian) ………………….
d. Upaya Mengatasi:
1) Pergi ke RS/Klinik Pengobatan/dr praktik
2) Pergi ke bidan/perawat
3) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri 4) Mengkonsumsi obat-obatan tradisional
5) Lain-lain: ……………………………..
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah diderita: ……………………………………..……………….
86
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, debu, dll): …………………….


c. Riwayat Kecelakaan : ………………………………………………………………………
d. Riwayat dirawat di Rumah Sakit: ………………………………….………………..
3. Pemeriksaan Fisik (pengukuran inspeksi, , auskultasi, perkusi, palpasi)
a. Keadaan Umum : ………………………………………………………………………
b. TTV (S, N, P,TD) : ………..…………..…………………………………….............
c. BB/TB : …………………………………………………………………………..........
d. Kepala : ………………………………………………………………….……...........
e. Mata : ………………………………………………………………………….........
f. Hidung : ………………………………………………………………….……...........
g. Telinga : ………………………………………………………………………………….
h. Mulut, gigi,&bibir: …………………………………………………………………………
i. Leher : ………………………………………………………………………………….
j. Dada :...……………………………………………………………………………….
k. Abdomen : …………….………………………………………………………….…………
l. Genitalia : .......................................................................................
m. Kulit : …………….………………………………………………………….………..
n. Ekstremitas atas: ……..…………………………………………………………...........
o. Ekstremitas bawah:…….………………………………………………………….……..

Catatan:
…………………………………………………………………………………………………..…………………………
…………………………………..……………………………………..……………………………………………………
……………………………………………..………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………..…………………………
…………………………..………………………………………..…………………………………………………………
Jakarta, …………………
Pengumpul Data,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

_______________________
87

II. PENGKAJIAN SPESIFIK PADA USIA LANJUT


1. MASALAH KESEHATAN KRONIS
Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan Selalu Sering Jarang Tidak
No klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan Pernah
dengan fungsi-fungsi (3) (2) (1) (0)
A. Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B. Fungsi pendengaran
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga berdenging
C. Fungsi paru (Pernafasan)
1. Batuk lama disertai keringat malam
2. Sesak nafas
3. Berdahak/reak
D Fungsi Jantung
1. Jantung berdebar-debar
2. Cepat lelah
3. Nyeri dada
E. Fungsi pencernaan
1. Mual/muntah
2. Nyeri ulu hati
3. Makan dan minum berlebihan
4. Perubahan kebiasaan buang air besar
(mencret atau sembelit)
F. Fungsi pergerakan
1. Nyeri kaki saat berjalan
2. Nyeri pinggang atau tulang belakang
3. Nyeri persendian/bengkak
G. Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan pada kaki atau
tangan
2. Kehilangan rasa
3. Gemetar/tremor
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4. Nyeri /pegal pada daerah tengkuk


H.. Fungsi saluran perkemihan
1. Buang air kecil banyak
2. Sering buang air kecil pada malam hari
3.Tidak mampu mengontrol pengeluaran air
kemih (ngompol)
JUMLAH
Analisa Hasil
Skore : ≤ 25 : Tidak ada masalah s/d. Masalah kes.Kronis ringan
Skore : 26 – 50 : Masalah Kesehatan kronis sedang
Skore : ≥ 51 : Masalah kesehatan kronis berat

88

2. FUNGSI KOGNITIF
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, dan tempat, serta daya
ingat (isi Pertanyaan dapat dimodifikasi).

Petunjuk : Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan respon klien.


No Item Pertanyaan Benar Salah
Nilai 1 Nilai 0
1 Jam berapa sekarang ?
Jawab : ................................................................................
2 Tahun berapa sekarang ?
Jawab : ................................................................................
3 Kapan Bapak/Ibu lahir ?
Jawab : ................................................................................
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : ................................................................................
5 Dimana alamat Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab : ................................................................................
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama
Bpk/Ibu ?
Jawab : ................................................................................
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama


Bpk/Ibu ?
Jawab : ................................................................................
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia ?
Jawab : ................................................................................
9 Siapa Nama Presiden Republik Indonesia sekarang ?
Jawab : ................................................................................
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1
Jawab : ................................................................................
JUMLAH BENAR

Analisa Hasil :
* 0 – 2 salah = Fungsi Intelektual sempurna
* 3 – 4 salah = Gangguan intelektual ringan
* 5 – 7 salah = Gangguan intelektual sedang
* 8 – 10 salah = Gangguan intelektual berat

89

3. STATUS FUNGSIONAL Pengkajian


Status Fungsional
Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat.

Pengkajian ini menggunakan Modifikasi Indeks Kemandirian Katz untuk


Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (ADL) yang berdasarkan pada evaluasi fungsi
mandiri atau tergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB/
BAK), 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan 6) berpakaian.

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain.


Pengkajian ini didasarkan pada kondisi aktual klien dan bukan pada
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

kemampuan, artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi,


dianggap sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.
No AKTIVITAS Mandiri Tergantung
(nilai 1) (Nilai 0)
1 mandi di kamar mandi (menggosok badan,
membersihkan dan mengeringkan badan),
2 menyiapkan pakaian, membuka dan
mengenakannya
3 makan makanan yang telah disiapkan,
4 memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut, mencuci
rambut, menggosok gigi, mencukur kumis),
5 buang air besar di WC ( membersihkan dan
mengeringkan daerah bokong),
6 dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja),
7 buang air kecil di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan daerah
kemaluan),
8 dapat mengontrol pengeluaran air kemih,
90

9 berjalan di lingkungan tempat tinggal atau


ke luar ruangan tanpa alat bantu, seperti
tongkat,
10 menjalankan ibadah sesuai agama &
kepercayaan yang dianut,
11 melakukan pekerjaan rumah, seperti:
merapihkan tempat tidur, mencuci pakaian,
memasak, membersihkan ruangan.
12 berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau
kebutuhan keluarga
13 mengelola keuangan (menyimpan dan
menggunakan uang sendiri),
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

14 menggunakan sarana tansfortasi umum


untuk bepergian,
15 menyiapkan obat dan minum obat sesuai
dengan aturan (takaran obat dan waktu
minum obat tepat),
16 merencanakan dan megambil keputusan
untuk kepentingan keluarga dalam hal
penggunaan uang, aktivitas sosial yang
dlakukan dan kebutuhan akan pelayanan
kesehatan,
17 melakuakan aktivitas di waktu luang
(kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi, olah
raga, menyalurkan hoby).
JUMLAH POINT MANDIRI

Analisa Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri Point: 0 – 12 : Ketergantungan
91

PENJELASAN
Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, tidak mandi sendiri.

Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.

Ke Kamar Kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil, membersihkan genitalia sendiri.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot.

Berpindah/beranjak
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri. Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu atau lebih perpindahan.

Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung: Inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter, pispot, enema,
pembalut (pampers).

Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Tergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, makan parenteral (NGT).
92

4. STATUS PSIKOLOGIS ( Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)

No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:


1 merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? ya * tidak
2 banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas Anda? * ya tidak
3 merasa bahwa kehidupan Anda hampa? * ya tidak
4 sering merasa bosan? * ya tidak
5 penuh pengharapan akan masa depan? ya * tidak
6 mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya * tidak
7 diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? * ya tidak
8 merasa bahagia di sebagian besar waktu? ya * tidak
9 merasa takut sesuatu akan terjadi pada Anda? * ya tidak
10 seringkali merasa tidak berdaya? * ya tidak
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

11 sering merasa gelisah dan gugup? * ya tidak


12 memilih tinggal di rumah dari pada pergi melakukan sesuatu * ya tidak
yang bermanfaat?
13 seringkali merasa khawatir akan masa depan? * ya tidak
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat, * ya tidak
dibandingkan orang lain?
15 berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? ya * tidak
16 Seringkali merasa merana? * ya tidak
17 Merasa kurang bahagia? * ya tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? * ya tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat mengairahkan? ya * tidak
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? * ya tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? ya * tidak
22 Berfikir bahwa keadaan Anda tidak ada harapan? * ya tidak
23 berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? * ya tidak
24 Seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele? * ya tidak
25 Seringkali merasa ingin menangis? * ya tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? * ya tidak
27 Menikmati tidur? ya * tidak
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? * ya tidak
29 Mudah mengambil keputusan? ya * tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? ya * tidak
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU
Analisa Hasil :
`````````````````` Terganggu ➔ nilai 1 Nilai: 0 – < 15 : Normal
Tanda *
Normal ➔ nilai 0 Nilai: 15 – 22 : Depresi ringan

93
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

BAB 6

PROSEDUR TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA

PENDAHULUAN
Tindakan keperawatan pada lansia adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapaitujuan yang telah ditetapkan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan yang ada pada lansia. Pada Tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan
keperawatan pada lansia bertujuan untuk mengoptimalkan kondisi lansia agar
mampu mandiri dan produktif.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan mampu memahami serta
melaksanakan beberapa prosedur tindakan keperawatan pada lansia seperti terapi
kognitif, aktifitas fisik, pemberian bantuan ADL, dan senam lansia.

A. TERAPI KOGNITIF
1. Pengertian Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana semua
masukan sensoris (taktil, visual dan auditorik) akan diubah, diolah,
disimpan dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara
sempurna sehingga individu mampu melakukan penalaran terhadap
masukan sensoris tersebut. Fungsi kognitif menyangkut kualitas
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

pengetahuan yang dimiliki seseorang. Menurut Hecker (1998, dalam


Fatma
Ekasari, Mia, dkk, 2018) modalitas dari kognitif terdiri dari sembilan
94

modalitas yaitu: memori, bahasa, praksis, visuospasial, atensi serta


konsentrasi, kalkulasi, mengambil keputusan (eksekusi), reasoning dan
berpikir abstrak (Wiyoto, 2012).

Fungsi kognitif diartikan pula sebagai kemampuan mental yang terdiri dari
atensi, kemampuan berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial,
kemampuan membuat konsep dan intelegensi (Kaplan, 1997; American
Psychology Assosiation, 2007). Kemampuan kognitif berubah secara
bermakna bersamaan dengan lajunya proses penuaan, tetapi perubahan
tersebut tidak seragam. Sekitar 50% dari seluruh populasi lansia
menunjukkan penurunan kognitif sedangkan sisanya tetap memiliki
kemampuan kognitif sama seperti usia muda. Penurunan kognitif tidak
hanya terjadi pada individu yang mengalami penyakit yang berpengaruh
terhadap proses penurunan kognitif tersebut, namun juga terjadi pada
individu lansia yang sehat. Pada beberapa individu, proses penurunan
fungsi kognitif tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga terjadi
gangguan kognitif atau demensia (Pramanta dkk., 2002).
2. Aspek-Aspek Kognitif
Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut: a.
Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu.
Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya
sendiri ketika ditanya) menunjukkan informasi yang ”overlearned”.
Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan
negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan
penerimaan bahasa. Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan
negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan
orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat,


maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.
b. Bahasa
Fungsi bahasa merupaka kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu
kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming. a. Kelancaran
95

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan


kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu
metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah
dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan.
b. Pemahaman
Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu
perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang
untuk melakukan perintah tersebut.
c. Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau
kalimat yang diucapkan seseorang.
d. Naming
Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu
objek beserta bagian-bagiannya
c. Atensi
Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus
spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.
1) Mengingat segera
Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat
sejumlah kecil informasi selama < 30 detik dan mampu untuk
mengeluarkannya kembali
2) Konsentrasi
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang
untuk memusatkan perhatiannya pada satu hal. Fungsi ini dapat
dinilai dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 7
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

secara berturut-turut dimulai dari angka 100 atau dengan


memintanya mengeja kata secara terbalik.
d. Memori
1) Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
informasi yang diperolehnya.
a). Memori baru Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
informasi yang diperolehnya pada beberapa menit atau hari
yang lalu.
b). Memori lama Kemampuan untuk mengingat informasi yang
diperolehnya pada beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.
96

2). Memori visual, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali


informasi berupa gambar.
e. Fungsi konstruksi
Fungsi konstruksi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan
meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok
atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak
sebelumnya.
f. Kalkulasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.
g. Penalaran, yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya
suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000, dalam Ekasari,Mia fatma,
2018).

3. Fungsi Kognitif pada Lansia


Setiati, Harimurti & Roosheroe (2006) menyebutkan adanya perubahan
kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan
meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di
otak (menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi
hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi
informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan


mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai


kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi
dalam pemrosesan informasi (Papalia, Olds & Feldman, 2008, dalam
Ekasari,Mia Fatma, 2018). Penurunan terkait penuaan ditunjukkan dalam
kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan memori jangka
panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan perubahan pada
struktur dan fungsi otak. Raz dan Rodrigue (dalam Myers, 2008 dalam
Ekasari,Mia Fatma, 2018) menyebutkan garis besar dari berbagai
perubahan post mortem pada otak lanjut usia, meliputi volume dan berat
otak yang berkurang, pembesaran ventrikel dan pelebaran sulkus,
hilangnya sel-sel saraf di neokorteks, hipokampus dan serebelum, 97

penciutan saraf dan dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, kerusakan


mitokondria dan penurunan kemampuan perbaikan DNA.

Raz dan Rodrigue (2006 dalam Ekasari,Mia Fatma, 2018) juga


menambahkan terjadinya hiperintensitas substansia alba, yang bukan
hanya di lobus frontalis, tapi juga dapat menyebar hingga daerah
posterior, akibat perfusi serebral yang berkurang (Myers, 2008). Buruknya
lobus frontalis seiring dengan penuaan telah memunculkan hipotesis lobus
frontalis, dengan asumsi penurunan fungsi kognitif lansia adalah sama
dibandingkan dengan pasien dengan lesi lobus frontalis. Kedua populasi
tersebut memperlihatkan gangguan pada memori kerja, atensi dan fungsi
eksekutif (Rodriguez-Aranda & Sundet dalam Myers, 2008 dalam
Ekasari,Mia Fatma, 2018).

4. Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia


Penurunan fungsi kognitif memiliki tiga tingkatan dari yang paling ringan
hingga yang paling berat, yaitu: Mudah lupa (forgetfulness), Mild Cognitive
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Impairment (MCI) dan Demensia (Lumbantobing, 2007 dalam Ekasari,Mia


Fatma, 2018).
a. Mudah lupa (Forgetfulness)
Mudah lupa merupakan tahap yang paling ringan dan sering dialami
pada orang usia lanjut. Berdasarkan data statistik 39% orang pada usia
50-60 tahun mengalami mudah lupa dan angka ini menjadi 85% pada
usia di atas 80 tahun. Mudah lupa sering diistilahkan Benign Senescent
Forgetfulness (BSF) atau Age Associated Memory Impairment (AAMI).
Ciri-ciri kognitifnya adalah proses berfikir melambat, kurang
menggunakan strategi memori yang tepat, kesulitan memusatkan
perhatian, mudah beralih pada hal yang kurang perlu, memerlukan
waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru dan
memerlukan lebih banyak petunjuk/isyarat (cue) untuk mengingat
kembali (Hartono, 2006).
Adapun kriteria diagnosis mudah lupa berupa :
1) Mudah lupa nama benda, nama orang
2) Memanggil kembali memori (recall) terganggu
3) Mengingat kembali memori (retrieval) terganggu
98

4) Bila diberi petunjuk (cue) bisa mengenal kembali


5) Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk daripada menyebutkan
namanya (Hartono, 2006).

b. Mild Cognitive Impairment (MCI)


Mild Cognitive Impairment merupakan gejala yang lebih berat
dibandingkan mudah lupa. Pada mild cognitive impairment sudah mulai
muncul gejala gangguan fungsi memori yang menganggu dan dirasakan
oleh penderita. Mild cognitive impairment merupakan perantara antara
gangguan memori atau kognitif terkait usia (Age Associated Memori
Impairment/AAMI) dan demensia. Sebagian besar pasien dengan MCI
menyadari akan adanya defisit memori. Keluhan pada umumnya
berupa frustasi, lambat dalam menemukan benda atau mengingat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

nama orang, dan kurang mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari


yang kompleks. Gejala MCI yang dirasakan oleh penderita tentunya
mempengaruhi kualitas hidupnya. Penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari separuh (50-80%) orang yang mengalami MCI akan menderita
demensia dalam waktu 5-7 tahun mendatang. Oleh sebab itu,
diperlukan penanganan dini untuk mencegah menurunnya fungsi
kognitif (Lumbantobing, 2007, dalam Ekasari,Mia Fatma, 2018).

Kriteria yang lebih jelas bagi MCI adalah :


1) Gangguan memori yang dikeluhkan oleh pasiennya sendiri, keluarganya
maupun dokter yang memeriksanya.
2) Aktivitas sehari-hari masih normal.
3) Fungsi kognitif secara keseluruhan (global) normal.
4) Gangguan memori obyektif, atau gangguan pada salah satu wilayah
kognitif, yang dibuktikan dengan skor yang jatuh di bawah 1,5 – 2,0
SD dari rata-rata kelompok umur yang sesuai dengan pasien
5) Nilai CDR 0,5
6) Tidak ada tanda demensia

Bilamana dalam praktek ditemukan seorang pasien yang mengalami


gangguan memori berupa gangguan memori tunda (delayed recall)
atau mengalami kesulitan mengingat kembali sebuah informasi, 99

walaupun telah diberikan bantuan isyarat (cue) padahal fungsi


kognitif secara umum masih normal, maka perlu dipikirkan diagnosis
MCI. Pada umumnya pasien MCI mengalami kemunduran dalam
memori baru. Namun diagnosis MCI tidak boleh diterapkan pada
individuindividu yang mempunyai gangguan psikiatrik, kesadaran
yang berkabut atau minum obat-obatan yang mempengaruhi sistem
saraf pusat (Hartono, 2006dalam Ekasari,Mia Fatma, 2018).

c. Demensia
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Menurut ICD-10, DSM IV, NINCDS-ARDA, demensia adalah suatu


sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang
menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, sehingga
mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas
seharihari (Mardjono & Sidharta, 2008). Demensia memiliki gejala
klinis berupa kemunduran dalam hal pemahaman seperti hilangnya
kemampuan untuk memahami pembicaraan yang cepat, percakapan
yang kompleks atau abstrak, humor yang sarkastis atau sindiran.
Dalam kemampuan bahasa dan bicara terjadi kemunduran pula yaitu
kehilangan ide apa yang sedang dibicarakan, kehilangan kemampuan
pemrosesan bahasa secara cepat, kehilangan kemampuan penamaan
(naming) dengan cepat. Dalam bidang komunikasi sosial akan terjadi
kehilangan kemampuan untuk tetap berbicara dalam topik, mudah
tersinggung, marah, pembicaraan bisa menjadi kasar dan terkesan
tidak sopan. Namun tidak disertai gangguan derajat kesadaran
(Mardjono & Sidharta, 2008 dalam Ekasari,Mia Fatma, 2018).

Demensia vaskuler adalah demensia yang disebabkan oleh infark pada


pembuluh darah kecil dan besar, misalnya multi-infarct dementia.
Konsep terbaru menyatakan bahwa demensia vaskuler juga sangat
erat berhubungan dengan berbagai mekanisme vaskuler dan
perubahanperubahan dalam otak, berbagai faktor pada individu dan
manifestasi klinis (Mardjono & Sidharta, 2008). Berlainan dengan
demensia alzheimer, dimana setelah terdiagnosa penyakit akan
berjalan terus secara progresif sehingga dalam beberapa tahun (7-10
tahun) pasien biasanya sudah mencapai taraf terminal dan meninggal.
Demensia 100

vaskuler mempunyai perjalanan yang fluktuatif, pasien bisa


mengalami masa dimana gejala relatif stabil, sampai terkena serangan
perburukan vaskuler yang berikut. Karena itu pada demensia vaskuler
relatif masih ada kesempatan untuk mengadakan intervensi yang
bermakna, misalnya mengobati faktor risiko (Lumbantobing, 2007).
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Adapun kriteria diagnosis untuk demensia adalah :


1) Kemunduran memori dengan ciri :
a) Kehilangan orientasi waktu
b) Sekedar kehilangan memori jangka panjang dan pendek
c) Kehilangan informasi yang diperoleh
d) Tidak dapat mengingat daftar lima item atau nomor telepon
2) Kemunduran pemahaman
3) Kemunduran kemampuan bicara dan bahasa
4) Kemunduran komunikasi sosial (Lumbantobing, 2007).

5. Faktor yang berpengaruh pada fungsi kognitif


Ada beberapa faktor penting yang memiliki efek penting terhadap fungsi
kognitif seperti usia, stres, ansietas, latihan memori, genetik, hormonal,
lingkungan, penyakit sistemik, infeksi, intoksikasi obat dan diet. a. Usia
Semakin tua usia seseorang maka secara alamiah akan terjadi apoptosis
pada sel neuron yang berakibat terjadinya atropi pada otak yang
dimulai dari atropi korteks, atropi sentral, hiperintensitas substantia
alba dan paraventrikuler. Yang mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif pada seseorang, kerusakan sel neuron ini diakibatkan oleh
radikal bebas, penurunan distribusi energi dan nutrisi otak (Carayannis,
2001).

b. Stres, Depresi, Ansietas


Depresi, stres dan ansietas akan menyebabkan penurunan kecepatan
aliran darah dan stres memicu pelepasan hormon glukokortikoid yang
dapat menurunkan fungsi kognitif (Parkin, 2009).
c. Latihan memori
Semakin sering seseorang menggunakan atau melatih memorinya maka
sinaps antar neuron akan semakin banyak terbentuk sehingga kapasitas 101

memori seseorang akan bertambah, berdasar penelitian Vasconcellos


pada tikus yang diberi latihan berenang selama 1 jam perhari selama 9
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

minggu terbukti memiliki fungsi memori jangka pendek dan jangka


panjang yang lebih baik daripada kelompok kontrol (Vasconcellos et al,
2003).
d. Genetik
Terdapat beberapa unsur genetik yang berperan pada fungsi genetik
seperti gen amyloid beta merupakan prekursor protein pada kromosom
21, gen Apolipoprotein E alel delta 4 pada kromosom 19, gen
butyrylcholonesterae K variant menjadi faktor resiko alzheimer, gen
prenisilin 1 pada kromosom 14 dan prenisilin 2 kromososm 1 (Li, Sung
& Wu, 2002).
e. Hormon
Pengaruh hormon terutama yang mengatur deposit jaringan lipid
seperti testosteron akan menyebabkan angka kenaikan kadar kolesterol
darah yang berakibat pada fungsi kognitif, dan sebaliknya estrogen
terbukti menurunkan faktor resiko alzheimer pada wanita post
menopause, karena estrogen memiliki reseptor di otak yang
berhubungan dengan fungsi kognitif dan juga meningkatkan plastisitas
sinap (Desa &
Grossberg, 2003)
f. Lingkungan
Pada orang yang tinggal di daerah maju dengan sistem pendidikan yang
cukup maka akan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik dibandingkan
pada orang dengan fasilitas pendidikan yang minimal, semakin kompleks
stimulus yang didapat maka akan semakin berkembang pula
kemampuan otak seseorang ditunjukkan pada penelitian pada tikus yang
berada pada lingkungan yang sering diberikan rangsang memiliki kadar
asetilkolin lebih tinggi dari kelompok kontrol (Wood et al, 2000).
g. Infeksi dan penyakit sistemik
Hipertensi akan menghambat aliran darah otak sehingga terjadi
gangguan suplai nutrisi bagi otak yang berakibat pada penurunan fungsi
kognitif. Selain itu infeksi akan merusak sel neuron yang menyebabkan
kematian sel otak (Stinga et al, 2000).

102
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

h. Intoksikasi obat
Beberapa zat seperti toluene, alkohol, bersifat toksik bagi sel neuron,
selain itu defisiensi vitamin B kompleks terbukti menyebabkan penurunan
fungsi kognitif seseorang, obat golongan benzodiazepin, statin juga
memiliki efek terhadap memori (Faust, 2008).
i. Diet
Konsumsi makanan yang tinggi kolesterol akan menyebabkan akumulasi
protein amiloid beta pada percobaan dengan menggunakan tikus wistar
yang memicu terjadinya demensia (Kaudinov & Kaudinova, 2011)

6. Pengukuran Fungsi Kognitif


Pengukuran fungsi kognitif dapat menggunakan beberapa metode, seperti
Mini Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive
Assessment (MoCA). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tasha
didapatkan hasil bahwa sensitifitas MoCA (sensitivitas 90-96% dan
spesifisitas 87-95%) lebih tinggi dibandingkan dengan metode pengukuran
MMSE (sensitivitas 83% dan spesifisitas 70%) untuk mendeteksi pasien
dengan gangguan fungsi kognitif (Tasha et al, 2007). a. The Montreal
Cognitive Assesment (MoCA)
Pertama kali dikembangkan di Montreal Canada oleh Dr. Ziad
Nasreddine sejak tahun 1996. Di Indonesia dimodifikasi oleh Nadia
Husein, dkk tahun 2009. MoCA-InA secara keseluruhan terdiri atas 13
poin tes yang mencakup 8 domain yaitu visuospatial/executive terdiri 3
poin, penamaan terdiri dari 1 poin, memori terdiri dari 1 poin, perhatian
terdiri dari 3 poin, bahasa 2 poin, abstrak 1 poin, pengulangan kembali 1
poin, dan orientasi terdiri dari 1 poin. Skor tertinggi yaitu 30 poin.
Interpretasinya skor 26-30 disebut normal dan < 26 disebut tidak
normal (Doerflinger, 2012). Selain validitas dan reabilitas MoCA untuk
mendeteksi gangguan kognitif merupakan yang paling tinggi yang ada
saat ini yaitu 90–96% sensitifitas dan 87–95% spesifik, keunggulan lain
alat ini dibandingkan alat lain adalah efisiensi waktu. Alat ini dapat
dipergunakan dalam waktu ±10 menit. Instruksi manual dan skoring
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

tersedia dalam 36 bahasa. MoCA dalam versi Indonesia (MoCA – Ina)


telah diuji oleh Husein-dkk (2009). Instrumen MoCA sudah dibakukan
103

sebagai instrumen umum sejak tahun 1996 dan sudah diuji validitas dan
reabilitasnya (Doerflinger, 2012).

b. MMSE (Mini Mental Status Examination)


1) Tujuan MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status
mental singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk
membedakan antara gangguan organik dan fungsional pada pasien
psikiatri. Sejalan dengan banyaknya penggunaan tes ini selama
bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu
media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan
kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegeneratif, misalnya
penyakit Alzheimer.
2) Gambaran MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari
30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori : orientasi terhadap
tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap
waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal), registrasi (mengulang
dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan
mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU
secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang
telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda,
mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu
kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan
kontruksi visual (menyalin gambar). Skor MMSE diberikan
berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin
rendah mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan
kognitif yang makin parah.

Skor total berkisar antara 0-30 (performance sempurna). Skor


ambang MMSE yang pertama kali direkomendasikan adalah 23 atau
24, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

demensia; bagaimanapun, beberapa studi sekarang ini menyatakan


bahwa skor ini terlalu rendah, terutama terhadap seseorang dengan
status pendidikan tinggi. Studi-studi ini menunjukkan bahwa
demensia dapat didiagnosis dengan keakuratan baik pada beberapa
orang dengan skor MMSE antara 24-27. Gambaran ini terfokus pada
104

keakuratan dalam populasi. Untuk tujuan klinis, bahkan skor 27 tidak


sensitif untuk mendeteksi demensia pada orang dengan status
pendidikan tinggi, dimana skor ambang 24 tidak spesifik pada orang
dengan status pendidikan rendah Pelaksanaan MMSE dapat
dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini dirancang agar
dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan
atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk
penggunaannya.

7. Cara Menstimulasi Fungsi Kognitif Lansia


Banyak cara yang dapat dilakukan kepada lansia untuk menstimulasi fungsi
kognitifnya agar tidak mengalami kepikunan atau dementia. Cara tersebut
antara lain:
a. Senam Otak
Senam otak (Brain Gym) merupakan gerakan tubuh sederhana yang
digunakan untuk merangsang otak kiri dan kanan,merangsang sistem
yang terkait dengan emosional serta relaksasi otak bagian belakang
ataupun depan.

Manfaat dan Tujuan dari senam otak adalah:


1) Memperlambat kepikunan.
2) Menghilangkan stres.
3) Meningkatkan konsentrasi.
4) Membuat emosi lebih tenang.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Adapun langkah-langkah senam otak adalah sebagai berikut:


1) Gerakan silang
Cara: kaki dan tangan digerakan secara berlawanan,bisa
kedepan,samping atau belakang.Agar lebih ceria anda bisa
menyelaraskan dengan irama musik.
Manfaat: merangsang bagian otak yang menerima informasi dan
bagian yang mengungkapkan informasi,sehingga memudahkan
proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan daya ingat.
2) Gerakan olengan pinggul
105

Cara: duduk dilantai posisi tangan dibelakang,menumpu kelantai


serta siku ditekuk,angkat kaki sedikit lalu olengkan pinggul kekiri
dan kekanan dengan rileks.
Manfaat: mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar,melihat
dari kiri ke kanan,kemampuan untuk memperhatikan dan
memahami.
3) Gerakan pengisi energi
Cara: duduk nyaman dikursi,kedua lengan bawah dan dahi
diletakan diatas meja,tangan ditempatkan diatas bahudengan
jarijari menghadap sedikit kedalam. Ketika menarik napas rasakan
napas mengalir kegaris tengah seperti pancuran energi.
Mengangkat dahi kemudian tengkuk dan terakhir punggung atas.
Diagfragma dan dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
Manfaat: mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian
aktifitas yang melelahkan,mengusir stres, meningkatkan
konsentrasi dan perhatian serta meningkatkan kemampuan
memahami dan berfikir rasional.
4). Gerakan menguap berenergi
Cara: bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah
otototot dipersendian rahang.lalu melemaskan otot-otot
tersebut. Manfaat: mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen
agar otak berfungsi secara dan rileks,meningkatkan perhatian dan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

daya pengkihatan,memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif


serta meningkatakan kemampuan untuk memilih informasi.
5) Gerakan gravitasi
Cara: duduk dikursi dan silangkan kaki,tundukkan badan dengan
lengan depan bawah,buang napas ketika turun dan ambil napas
ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki berganti-gantian.
Manfaat: mengaktifkan otak untuk ras keseimbangan dan
koordinasi,meningkatkan kemampuan mengorganisasi dan
meningkatkan energi.
6) Gerakan tombol imbang
Cara: sentuhkan 2 jari ebelakang telinga,pada lekukan dibelakang
telinga sementara tangan satunya menyentuh pusar selama
kurang lebih 30 detik,lakuakan secara bergantian. Selama
melakukan 106

gerakan itu dagu rileks dan kepala dalam posisi normal menghadap
kedepan.
Manfaat:Mengaktifkan otak untuk kesiapsiagaan dan
memusatkan perhatian,mengambil keputusan,berkonsentrasi dan
pemikiran asosiatif.

b. Terapi Orientasi Realitas


Terapi Orientasi Realitas adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan
nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat,
dan waktu.

Manfaat dan tujuan terapi Orientasi Realita adalah mengorientasikan


keadaan nyata kepada lansia baik diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (waktu, tempat), dimana jenis terapi orientasi realita yaitu:
1) Orientasi Realitas pengenalan
orang
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

2) Orientasi Realitas pengenalan


tempat 3) Orientasi Realitas
pengenalan waktu.

Terapi orientasi realitas terdiri dari 3, yaitu


1) pengenalan orang
2) pengenalan tempat
3) pengenalan waktu.

Selengkapnya pelaksanaan terapi orientasi realitas, adalah sebagai berikut:


1) Terapi Orientasi RealitasPengenalan Orang
Tujuan
a) Lansia mampu mengenal nama-nama orang
disekitarnya.
b) Lansia mampu mengenal nama-nama teman lainnya.
Setting
a) Fasilitator dan lansia duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang
Alat
a) Spidol
b) Bola tenis
107

c) Papan nama
Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
Langkah Kegiatan a)
Persiapan
1) Membuat kontrak dengan lansia
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b) Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Salam dari Perawat kepada lansia
3) Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan lansia saat ini
4) Kontrak : Perawat menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal
orang dan menjelaskan aturan main berikut :
(a) Jika ada lansia yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
ijin kepada Perawat.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Tahap kerja
1) Perawat membagikan papan nama untuk masing-masing lansia
2) Perawat meminta masing-masing lansia menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, dan asal.
3) Perawat meminta masing-masing lansia menuliskan nama
panggilan di papan nama yang dibagikan.
4) Perawat meminta masing-masing lansia memperkenalkan diri
secara berurutan, searah jarum jam dimulai dari Perawat, meliputi
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
5) Perawat menjelaskan langkah berikutnya: bernyanyi bersama, saat
bernyanyi bola tenis dipindahkan dari satu lansia ke lansia lain.
Saat nyanyian dihentikan, lansia yang sedang memegang bola
tenis menyebutkan nama lengkap;nama
panggilan,asal,dan hobi dari lansia yang lain (minimal nama
panggilan)
108

6) Perawat mengajak lansia bernyanyi kembali dan menghentikan.


Saat nyanyian berhenti,lansia yang sedang memegang bola tenis
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan,asal, dan hobi lansia
yang lain. Kegiatan ini diulang sampai semua lansia mendapat
giliran.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

7) Perawat memberikan pujian untuk setiap keberhasilan yang


dicapai dan mengajak lansia bertepuk tangan.
d) Tahap terminasi
1) Evaluasi
Perawat menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan
dan memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Perawat menganjurkan lansia menyapa orang lainsesuai dengan
nama panggilan.
3) Kontrak yang akan datang
Perawat membuat kontrak untuk kegiatan yang akan datang, yaitu
”Mengenal Tempat” dan Menyepakati waktu dan tempat.

c. Terapi Kenangan
Terapi kenangan (reminiscence therapy) adalah teknik yang digunakan
untuk mengingat dan membicarakan tentang kehidupan seseorang.
Terapi ini digunakan untuk lansia yang mengalami gangguan kognitif,
kesepian dan pemulihan psikologis. Terapi ini dapat diberikan pada
lansia secara individu, keluarga maupun kelompok. Pelaksanaan
kegiatan terapi secara kelompok memberi kesempatan kepada lansia
untuk membagi pengalamannya pada anggota kelompok,
meningkatkan kemampuan komunikasi, dan sosialisasi dalam
kelompok serta efesiensi biaya maupun efektifitas waktu.

Tujuan dari terapi ini adalah meningkatkan hubungan lansia dengan


orang lain, memberi stimlasi kognitif dan meningatkan kepuasan hidup
lansia.

Terapi kenangan terdiri dari 3 sesi kegiatan yaitu :


Sesi 1. Pengalaman masa usia anak
109
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Sesi 2. Pengalaman masa usia remaja


Sesi 3. Penalaman masa usia dewasa

Selengkapnya pelaksanaan terapi kenangan adalah sebagai berikut:


Kenangan masa kanak-kanak Tujuan:
1) Lansia mampu mengenang pengalaman menyenangkan
masa usia anak.
2) Lansia mampu membangkitkan nilai positif dirinya Setting:
1) Perawat dan lansia duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang
Alat:
1) Alat tulis
2) Lembar kertas kenangan
Metode:
1) Dinamika kelompok 2)
Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan:
1) Persiapan
a) Membuat kontrak dengan lansia
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik; Salam dari Perawat kepada lansia
b) Evaluasi/validasi; menanyakan perasaan lansia saat ini
c) Kontrak: Perawat menjelaskan tujuan kegiatan,
yaitu mengenang pengalaman masa kanak-kanak dan
menjelaskan aturan main berikut :
- Jika ada lansia yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
ijin kepada Perawat.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap lansia harus mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

110

3) Tahap kerja
a) Perawat memberikan instruksi agar lansia menutup mata,
menenangkan pikiran dan merilekskan tubuh.
b) Perawat meminta masing-masing lansia menarik nafas dalam dan
menghembuskannya perlahan sebanyak 3 kali
c) Perawat meminta masing-masing lansia memusatkan pikiran pada
pengalaman yang menyenangkan pada masa usia anak
d) Perawat meminta masing-masing lansia membuka
mata perlahan-lahan
e) Perawat meminta masing-masing lansia menuliskan pengalaman
menyenangkan pada masa usia anak dalam lembar kenangan
f) Perawat meminta masing-masing lansia membaca lembar kenangan
dan menjelaskan kepada anggota kelompok
g) Perawat memberikan pujian untuk setiap keberhasilan lansia dengan
mengajak lansia bertepuk tangan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
- Perawat menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan
- Perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Kontrak yang akan datang
- Perawat membuat kontrak untuk kegiatan yang akan datang,
yaitu “Pengalaman masa usia remaja” - Menyepakati waktu dan
tempat.

B. TERAPI AKTIFITAS
Aktivitas kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki hubungan
satu sama lainnya yang berkaitan serta bersama-sama mengikuti aturan dan
norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) bagi lansia adalah kegiatan
yang ditujukan pada sekelompok lansia yang memiliki tujuan untuk dapat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

memberikan terapi bagi seluruh anggota di dalam kelompok tersebut. Terapi


aktifitas kelompok diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup serta
meningkatkan respon sosial.

111

Terapi aktivitas kelompok ini berupaya memfasilitasi beberapa lansia yang


bertujuan untuk membina hubungan sosial sehingga nantinya dapat menolong
lansia lainnya untuk berhubungan sosial dengan orang lain seperti mengajukan
pertanyaan, menceritakan dirinya sendiri, berdiskusi, menyapa teman
kelompok, dan masih banyak lainnya.Terapi aktivitas pada lansia sebagai
individu/kelompok dengan indikasi tertentu.Terapi aktivitas kelompok (TAK)
merupakan terapi yang dilakukan atas kelompokpenderita bersama-sama
dengan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkanoleh seseorang
terapis.

1. Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :


a. Mengembangkan stimulasi persepsi,
b. Mengembangkan stimulasi sensoris,
c. Mengembangkan orientasi realitas,
d. Mengembangkan sosialisasi.

2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia


a. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari musik
yang memilikiandil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan
perhatian terletak pada struktur danurutan matematis yang dimiliki.
Lansia dilatih dengan mendengarkan musik terutamamusik yang
disenangi.Jenis terapi ini dapat berfungsi untuk memberikan
perhatian, baik itu bagi pendengar maupun bagi pemusik. Kualitas dari
musik sendiri memiliki peranan terhadap fungsi-fungsi untuk
mengungkapkan perhatian yang mana terletak pada struktur dan
ururan matematis, yang mana mampu untuk menunjukkan pada
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

permasalahan di dalam kehidupan seseorang. Peran sertanya akan


nampak dalam sebuah pengalaman musikal, semisal menyanyi,
menghasilkan integrasi pribadi yang dapat mempersatukan fisik,
pikiran, dan roh. Ada beberapa manfaat yang diberikan musik di dalam
proses stimulasi ini, antara lain:
1) Musik memberikan banyak pengalaman yang ada di dalam stuktur
2) Musik memberikan pengalaman untuk mengorganisasi diri
112

3) Musik memberikan kesempatan yang digunakan untuk pertemuan


kelompok yang mana di dalamnya individu telah mengutamakan
kepentingan kelompok dibanding kepentingan individu.
b. Stimulasi Persepsi
Lansia dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernahdialami. Proses ini diharapkan mengembangkan respon
lansia terhadap berbagaistimulus dalam kehidupan dan menjadi
adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan persepsi.Stimulus yang
disediakan: seperti membaca majalah, menonton acara televisi.

Stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses


persepsi lansia yangmal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan
dan kebencian.Pada proses stimulasi ini lansia akan dilatih mengenai
cara mempersepsikan stimulus yang telah disediakan ataupun yang
sudah pernah dialami. Kemampuan untuk mempersepsikan inilah yang
akan dievaluasi dan ditingkatkan di dalam setiap sesinya.Tujuan dari
proses ini diharapkan respon lansia menjadi lebih adaptif dalam
berbagai stimulus. Aktifitas yang akan dilakukan berupa stimulus dan
persepsi. Ada beberapa stimulus yang diberikan mulai dari membaca
majalah, menonton televisi, pengalaman dari masa lalu, dan masih
banyak lainnya.
c. Terapi Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
diri sendiri, oranglain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

dengan klien, dan lingkunganyang pernah mempunyai hubungan


dengan klien.Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu
yang lalu, dan rencana ke depan.Aktifitasnya dapat berupa : orientasi
orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitardan semua kondisi
nyata.Lansia nantinya akan diorientasikan kepada kenyataan yang ada
di sekitarnya, mulai dari diri sendiri, orang lain yang ada di sekitar
klien, hingga lingkungan yang memiliki hubungan dan kaitanya dengan
lansia. Hal ini juga berlaku pada orientasi waktu di saat ini, waktu yang
lalu, hingga rencana di masa depan. Aktivitas yang dilakukan dapat
berupa orientasi orang, tempat, waktu, benda, serta kondisi yang
nyata.
d. Terapi Sosialisasi
113

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada


disekitar klien.Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu per satu),kelompok, dan massa. Aktifitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.Lansia akan dibantu untuk
bisa melakukan sosialisasi dengan individu-individu di sekitar lansia.
Sosialiasi akan dilakukan secara bertahap secara interpersonal,
kelompok, maupun massa. Aktivitas yang dapat dilakukan berupa
latihan sosialisasi yang ada di dalam kelompok.
e. Terapi Berkebun
Terapi berkebun memiliki tujuan untuk bisa melatih kesabaran,
kebersamaan, serta bagaimana memanfaatkan waktu luang. Ada
beberapa kegiatan yang dilakukan semisal penanaman kangkung,
lombok, bayam, dan lainnya.
f. Terapi Dengan Binatang
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan rasa kasih sayang
serta mengisi kesepian di sehari-harinya dengan cara bermain
bersama binatang. Semisal memiliki peliharaan kucing, bertenak ayam,
sapi, dan lainnya. Hal ini ,merupakan cara pencegah gangguan jiwa
pada lansia yang cukup efektif.
g. Terapi Okupasi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang
dimiliki lansia serta meningkatkan produktivitas yang nantinya dapat
dimanfaatkan untuk membuat dan menghasilkan karya dari hal-hal
yang sudah disediakan. Misalnya saja membuat kipas, membuat sulak,
membuat bunga, menjahit, merajut, dan masih banyak lainnya.
h. Terapi Kognitif
Terapi perilaku kognitif memiliki tujuan untuk mencegah agar daya
ingat seseorang tidak menurun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
adalah dengan mengadakan cerdas cermat, mengerjakan
tebaktebakan, puzzle, mengisii TTS, dan lainnya.
i. Life Review Terapi
Terapi ini memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan gairah hidup serta
harga diri. Proses nya dengan menceritakan berbagai
pengalamanpengalaman di dalam hidupnya. Misalnya saja
menceritakan tentang masa muda nya.
114

j. Rekreasi
Memiliki tujuan untuk bisa meningkatkan sosialiasi, gairah hidup,
menghilangkan rasa bosan, bahkan dapat melihat pandangan yang
mana digunakan sebagai cara mengatasi stres dan depresi. Ada
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari mengikuti senam
lansia, bersepeda, posyandu lansia, rekreasi ke kebun raya,
mengunjungi saudara, dan masih banyak lainnya.
k. Terapi Keagamaan
Terapi keagamaan ini digunakan untuk tujuan kebersamaan,
memberikan rasa kenyamanan, bahkan persiapan untuk menjelang
kematian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dapat berupa
pengajian, sholat berjamaah, kebantian, dan lainnya.
l. Terapi Keluarga
Terapi keluarga ini merupakan terapi yang diberikan oleh seluruh
anggota keluarga yang mana sebagai unit penanganan. Tujuan dari
terapi keluarga ini adalah untuk mampu melaksanakan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

fungsifungsinya sebagai keluarga. Sasaran utama dari dari terapi ini


adalah keluarga yang kondisinya mengalami disfungsi, tidak dapat
melaksanakan fungsi yang mana dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga, semua masalah yang terjadi di dalam keluarga


akan diidentifikasikan dan dikontribusikan dari masing-masing anggota
di dalam keluarga pada penyebab munculnya masalah tersebut.
Misalnya saja penyebab keluarga tidakmau merawat lansia, sehingga
nantinya masing-masing anggota keluarga dapat lebih mawas diri pada
masalah yang terjadi dalam keluarga dan mencari solusi yang tepat
untuk mengembalikan fungsi keluarga sebagaimana sebelumnya.

3. Tahap Terapi Aktivitas Kelompok


a. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
pemimpin,anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasipada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok(biaya dan
keuangan jika memungkinkan, proyektor dan lain-lain).
115 b. Fase awal

Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi, yaitu orientasi,
konflikatau kebersamaan.
c. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing – masing, dan
leader mulaimenunjukkan rencana terapi dan mengambil kontak
dengan anggota.
d. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yangberkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan salingketergantungan yang akan terjadi.
e. Fase kerja
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
nengatif dikoreksidengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapaitujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistik,mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, danpenyelesaian
masalah yang kreatif.
f. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalamiterminasi premature, tidak sukses atau sukses.

4. Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok


Prinsip di dalam memilih lansia yang ikut dalam terapi aktivitas kelompok adalah
dengan homogenitas, sebagai berikut:
a. Gejala Yang Sama
Misalnya saja dalam terapi aktivitas kelompok tersebut dikhususkan
untuk lansia penderita depresi. Setiap terapi aktivitas kelompok
tentunya memiliki tujuan masing-masing yang spsifik untuk
anggotanya. Setiap tujuan tersebut tentunya dapat dicapai jika
lansia memiliki gejala atau masalah yang sama, sehingga nantinya
lansia di dalam kelompok tersebut dapat bekerja sama dalam proses
terapi. 116

b. Kategori Sama
Lansia yang dapat diikutkan ke dalam terapi aktivitas kelompok
merupakan lansia dengan katagori masalah yang sama agar tujuan
dalam terapi akan tercapai dengan mudah.
c. Jenis Kelamin Sama
Pengalaman dalam terapi aktivitas kelompok yang dijalani lansia
dengan memiliki gejala yang sama, biasanya laki-laki akan
mendominasi dibandingkan dengan kaum perempuan, sehingga
akan lebih baik jika dibedakan.
d. Kelompok Umur Hampir Sama
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Tingkat perkembangan pasien yang sama nantinya akan lebih


memudahkan interaksi yang terjadi antara pasien satu sama lainnya.

Gambar 6.1 Terapi aktifitas kelompok Lansia

e. Jumlah Anggota Yang Efektif


Jumlah anggota kelompok di dalam sebuah terapi tentunya harus
efektif. Jumlah yang efektif biasanya sekitar 7-10 orang di dalamnya.
Jika terlalu banyak pasien di dalamnya maka tujuan terapi akan
terasa sulit untuk dicapai karena kondisinya akan terlalu ramai dan
kurangnya perhatian terapis untuk pasien. Namujika terlalu sedikit
maka tentu saja interaksi yang terjadi akan terasa sepi dan tujuan
menjadi sulit tercapai.

5. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia


Ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan bagi kaum lansia yang mengikuti
terapi aktivitas kelompok, antara lain adalah:
117

a. Agar lansia di dalam kelompok tersebut merasa diakui, dimiliki,


serta dihargai eksistensinya oleh lansia lainnya di dalam kelompok
b. Membantu agar lansia satu sama lainnya akan saling
mempengaruhi dan kemungkinan akan merubah sikap dan perilaku
yang maladaptif dan destruktif
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Sebagai tempat yang digunakan untuk berbagi pengalamn serta


saling memantau satu sama lainnya yang dipertuntukkan untuk
menemukan solusi menyelsaikan masalah

C. BANTUAN ACTIVTY DAILY LIVING (ADL)


Tindakan keperawatan pada lansia yang berkaitan dengan ADL seperti
kebersihan fisik, keseimbangan gizi, latihan fisik, seksualitas, eliminasi,
istirahat, tidur dan rasa nyaman serta keseimbangan emosi dapat dilihat pada
penjelasan berikut ini.

1. KEBERSIHAN FISIK
a. Kebersihan Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong. Bagi lansia yang
masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri 2 kali
sehari, pada pagi dan malam sebelum tidur.Bagi lansia yang menggunakan
gigi palsu (protesa) dapat dipelihara dengan cara :
1) Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kassa atau
saputangan yang bersih.
2) Gigi palsu kemudian disikat perlahan-lahan di bawah air mengalir sampai
bersih. Bila perlu dapat menggunakan pasta gigi/ odol.
3) Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam dengan air bersih di
dalam gelas.
Persiapan alat :
1). Sikat gigi dan pasta gigi
2). Air bersih dalam gelas untuk berkumur
3). Kom untuk membuang air kumur
4). Handuk Cara kerja :
1). Jelaskan prosedur pada klien.
118

2). Perhatikan privacy klien.


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

3). Dekatkan alat-alat.


4). Cuci tangan.
5). Berikan posisi yang nyaman.
6). Handuk direntangkan sehingga menutup dada untuk menjaga agar tidak
basah.
7). Sikatlah gigi secara perlahan-lahan mulai dari bagian luar, lalu ke dalam
dan ke belakang gigi. Menyikat dari atas ke bawah untuk gigi bagian
atas dan menyikat dari bawah ke atas untuk gigi bagian bawah agar
kotoran/ sisa makanan dapat tersapu.
8). Berikan air bersih untuk kumur-kumur sampai bersih.
9). Sisa air kumur ditampung dalam kom yang sudah disiapkan.
10).Bersihkan sekitar mulut dengan handuk agar bersih dan kering.

b. Kebersihan Kulit dan Badan


Kulit merupakan pintu masuk ke dalam tubuh dan menerima berbagai
rangsangan (stimulus) dari luar. Kebersihan kulit mencerminkan
kesadaran seseorang akan pentingnya arti kebersihan. Kebersihan kulit
dan kerapihan dalam berpakaian pada lansia tetap diperhatikan agar
penampilannya tetap segar. Usaha membersihkan kulit dapat dilakukan
dengan cara mandi tiap hari 2 kali sehari secara teratur.
Adapun manfaat mandi antara lain :
1) Menghilangkan bau.
2) Menghilangkan kotoran.
3) Merangsang peredaran darah.
4) Memberikan kesegaran pada tubuh.
Yang harus diperhatikan pada klien lansia :
1) Ada tidaknya luka/ lecet.
2) Mengoleskan lotion/ pelembab setiap selesai mandi agar tidak terlalu
kering.
3) Mempergunakan air hangat sebagai usaha merangsang peredaran darah
dan mencegah kedinginan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4) Menggunakan sabun yang halus dan mengandung minyak untuk


mencegah kulit kering.
Persiapan Alat :
119

1) Air hangat-hangat kuku.


2) Dua buah baskom.
3) Washlap dan handuk.
4) Sabun mandi dalam tempatnya
5) Bedak dan Lotion
6) Pakaian bersih, sisir,ikat rambut.
Cara kerja :
1) Jelaskan prosedur pada klien.
2) Perhatikan privacy klien.
3) Dekatkan alat-alat.
4) Cuci tangan
5) Buka pakaian bagian atas dan bentangkan handuk di atas
dada,kemudian mulai menyeka bagian muka tanpa sabun.
6) Bilas dengan washlap hingga bersih dan kering.
7) Kemudian berturut-turut menyeka tangan dan lengan. Selanjutnya
bagian dada diseka seperti lengan dan tangan, lalu keringkan dan
diberi talk/ bedak dan lotion.
8) Mulai lagi menyeka anggota badan bagian bawah dan memakai sabun.
Bilas dengan washlap hingga bersih dan kering.
9) Terakhir, menyeka selangkangan dan bagian kemaluan. Jangan sampai
ada sisa sabun yang tertinggal dan keadaannya benarbenar bersih dan
kering.
10) Ganti pakaian yang bersih, sisir rambut dan tempat tidur dibersihkan.
11) Bereskan alat-alat.

120
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Gambar 6.2 Melakukan kebersihan diri pada lansia

c. Kebersihan Kepala dan Rambut


Tujuan membersihkan kepala dan rambut adalah untuk menghilangkan
debu-debu dan kotoran yang melekat pada rambut dan kulit kepala.
Klien lansia yang masih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri.

Untuk klien lansia yang sama sekali tidak dapat mencuci rambutnya
karena sakit atau kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan, dapat
mencuci rambut di tempat tidur.Bila lansia yang banyak berbaring di
tempat tidur harus lebih diperhatikan kebersihan rambutnya
mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering dan
berbau serta gatal-gatal.

d. Kebersihan Kuku
Kuku yang panjang merupakan tempat bersarangnya kuman dan
kotoran. Oleh karena itu, harus diperhatikan bagi lansia agar secara
teratur memotong kukunya minimal 1 minggu sekali. Bagi klien yang
tidak mampu sendiri, keluarga atau perawat dapat membantu
memotongnya.

2. KESEIMBANGAN GIZI
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Bertambahnya usia akan disertai dengan penurunan fungsi dan


metabolisme organ tubuh serta komposisi tubuh. Perubahan-perubahan
itu menyebabkan kebutuhan terhadap zat gizi dan jumlah asupan
makanan berubah.
121

Bila perubahan kebutuhan dan asupan zat gizi makanan tersebut tidak
diantisipasi dengan pemberian nutrisi secara tepat, maka akan timbul
masalah nutrisi yang dapat mempercepat atau memperburuk kondisi fisik
lansia. Di tambah dengan penurunan daya tahan tubuhnya sehingga lansia
mudah terkena penyakit dan bila terserang penyakit akan lama proses
penyembuhannnya dan mengakibatkan kualitas hidup lansia menjadi
rendah.

Masalah gizi dan penyakit yang dipengaruhi oleh makanan yang seringkali
menimpa lansia adalah berkaitan dengan masalah kekurangan dan
kelebihan gizi.Kekurangan gizi yang kerap diderita lansia adalah
kekurangan energi, protein, anemia karena kurang asam folat (Vit. B
Kompleks) dan vitamin B12 (Kobalamin), seng dan kalsium.Kelebihan gizi
yang lazim menimpa lansia adalah berupa kelebihan energi dalam bentuk
kelebihan berat badan dan obesitas.Beberapa penyakit yang dipengaruhi
oleh makanan yang sering diderita lansia adalah penyakit jantung
pembuluh darah, DM, tekanan darah tinggi dan osteoporosis.

Vitamin B Kompleks terdapat pada hati, terung-terungan, bayam,


asparagus, ikan tuna, ikan laut dan umbi-umbian.Vitamin B 12 terdapat
pada hati, kepiting, ikan salmon, ikan sarden, kuning telur, susu, keju dan
daging.Kalsium terdapat pada ikan salmon, sarden, kacang-kacangan.Seng
(Zinc) terdapat pada ikan darat, daging, hati dan telur.Berkurangnya
asupan zat gizi adalah akibat sedikitnya jumlah makanan yang dimakan
serta berkurangnya daya cerna, daya serap dan distribusi zat gizi dalam
tubuh lansia. Karena kebutuhan lansia terhadap energi menurun, maka
bila disertai dengan kelebihan asupan energi dari makanan dapat pula
timbul masalah gizi lebih berupa obesitas, jantung koroner dan DM.Yang
mempengaruhi asupan makanan pada lansia adalah proses degeneratif
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

pada saluran cerna dimana saluran cerna mengalami perubahan mulai dari
rongga mulut sampai ke usus.

Perubahan fisiologi rongga mulut ditandai dengan menurunnya daya


kunyah, daya cerna, dan daya kecap akibat berkurangnya jumlah gigi,
sekresi ludah dan jonjot (papillae foliata) pada lidah yang berisi ujung saraf
rasa kecap (taste buds). Dengan berkurangnya daya kecap, makanan
terasa 122

tidak enak yang menyebabkan lansia hanya makan sedikit, makanan terasa
kurang asin atau kurang manis dan sering diantisipasi dengan
menambahkan gula atau menambahkan garam. Kekurangan seng
merupakan penyebab menurunnya daya kecap lidah dan menyebabkan
luka sukar sembuh.

Mengeras dan menyempitnya pembuluh darah menyebabkan tekanan


darah meningkat. Bila menu kelebihan garam maka tekanan darah akan
lebih meningkat lagi yang dapat memecahkan pembuluh darah kecil dan
akan berbahaya bila pecahnya pembuluh darah terjadi di
otak.Kemampuan paru-paru lansia dalam menangkap oksigen dari
pernapasan berkurang sebanyak 50 %. Kemampuan jantung menurun 30
%, aliran darah ke ginjal turun 30 %. Proses degeneratif pada otot ditandai
dengan berkurangnya jumlah dan ukuran serabut otot. Kurangnya aktivitas
fisik merupakan sebab utama mengecilnya ukuran diameter serabut otot.

Massa otot secara keseluruhan mengecil sehingga kekuatan otot pun


berkurang. Berkurangnya massa otot tubuh disertai dengan bertambahnya
lemak tubuh. Makin bertambah usia, deposit lemak di bawah kulit
bergeser dari daerah tungkai ke daerah perut.Pergeseran komposisi tubuh
dari berkurangnya massa otot (protein) ke arah bertambahnya lemak
sering bersamaan dengan menurunnya kandungan protein plasma dan
bertambahnya lemak di dalam plasma dalam bentuk peningkatan kadar
kolesterol dan trigliserida. Meningkatnya lemak dalam plasma
berhubungan erat dengan timbulnya gangguan jantung/ pembuluh darah.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Kurang kuatnya otot dan ditambah dengan rasa nyeri/ kaku pada sendi
dan tulang menyebabkan aktivitas fisik para lansia menurun sehingga
kebutuhan energi untuk aktivitas fisik akan menurun pula.Kebutuhan
energi pria lansia adalah 35 kkal/ kg BB/ hari.Kebutuhan energi wanita
lansia adalah 34 kkal/ kg BB/ hari.Sejak usia 40 tahun, kemampuan tulang
dalam pembentukan strukturnya tertinggal dibandingkan dengan proses
kerusakan sehingga tulang mengalami pengeroposan (osteoporosis) yang
dapat menyerang 50 % lansia. Kondisi ini akibat menurunnya kemampuan
ginjal dalam mensintesis vitamin D yang berpengaruh terhadap
penyerapan kalsium dalam usus dan penyimpanan kalsium pada tulang.
123

Peradangan pada sendi dapat terjadi akibat gesekan antar tulang pada
sendi karena menipisnya tulang rawan dan cairan antar sendi yang
bertindak sebagai bantalan pencegah terjadinya gesekan langsung antara
tulang dan sendi. Kondisi ini menjadi salah satu sebab yang menurunkan
aktivitas fisik para lansia.

Komposisi cairan tubuh manusia akan menurun sesuai dengan


bertambahnya umur. Pada lansia komposisi air tubuhnya kurang dari 60 %.
Penurunan komposisi air dalam tubuh lansia lebih disebabkan karena
menurunnya cairan di dalam sel akibat mengecilnya sel dan berkurangnya
massa otot. Berkurangnya cairan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan adaptasi lansia terhadap suhu udara luar. Suhu tubuh lansia
akan cepat naik bila suhu udara panas dan suhu tubuh akan cepat turun
bila suhu udara dingin. Para lansia mudah mengalami kekurangan cairan
tubuh (dehidrasi) sehingga harus berhati-hati terhadap suhu udara tinggi,
pemberian obat penurun panas dan obat diuretika untuk penurun tekanan
darah. Kekurangan cairan tubuh diperberat lagi karena sering buang air
kecil.

Susunan makanan lansia harus mengandung semua unsur gizi, yaitu


Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral, Vitamin, Air dan serat dalam jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan dan seimbang dalam komposisinya.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Jumlah kebutuhan energi per hari disesuaikan dengan berat badan dan
tingkat aktivitas fisik. Dalam keadaan normal lansia pria membutuhkan
energi sebesar 35 kkal/ kg BB/ hari dan wanita lansia membutuhkan
sekitar 32-34 kkal/ kg BB/ hari. Dalam kondisi sakit kebutuhan akan energi
meningkat sesuai dengan keadaan sakit.

Kebutuhan energi tersusun dari Karbohidrat 60-70 %, Lemak 20-25 % dan


Protein 15-20 % dari total kebutuhan energi.Karbohidrat tersusun dari
Karbohidrat sederhana 10-15 % berupa gula dan 50-60 % Karbohidrat
kompleks berupa nasi, kacang-kacangan, buah dan sayuran.Protein
sebanyak 15-20 % dari total energi tersusun dari protein lengkap berupa
protein hewani, sebaiknya dari daging tanpa lemak, ikan dan putih telur
atau kombinasi antara nasi dengan kacang-kacangan.
124

Jumlah Lemak dalam makanan adalah 20-25 % dari total energi, kurang
dari 10 % di antaranya berasal dari lemak hewani. Jumlah asupan
kolesterol < 300 mg/ hari, harus dihindari makanan dengan kolesterol
tinggi seperti kuning telur, jeroan, otak, kulit (kerecek, sate kulit), udang,
keju, sop buntut dan sop kaki.Dianjurkan pula untuk makan makanan yang
mengandung serat yang larut dalam air seperti apel, jeruk, pear, kacang
merah, kedelai. Selain sebagai sumber serat, buah dan sayuran juga
merupakan sumber vitamin dan mineral. Selain sebagai sumber kalsium,
minum susu dapat juga menambah konsumsi air yang kurang pada lansia.
Kebutuhan air pada lansia sekitar 2-3 liter/ hari (10-15 gelas).

Menu yang disusun untuk makanan sehari hendaknya disajikan dalam


keadaan masih panas (hangat), segar dan porsi kecil. Frekuensinya 7-8 kali,
terdiri dari 3 kali makanan utama (pagi, siang dan malam) dan 4-5 kali
makanan selingan.

Contoh :
Pukul 05. 00 susu/ juice
Pukul 07. 00 makanan utama
Pukul 09. 30 makan minum selingan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Pukul 12. 00 makanan utama


Pukul 15. 00 makan minum selingan
Pukul 18. 30 makanan utama
Sebelum tidur makan minum selingan
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia
antara lain :
a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong.
b. Berkurangnya rasa (kurang asin, kurang manis).
c. Berkurangnya koordinasi otot-otot saraf.
d. Keadaan fisik yang kurang baik.
e. Faktor ekonomi dan sosial.
f. Faktor penyerapan makanan/ daya absorpsi.

125

D. SENAM LANSIA
1. Pengertian
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencanayang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan
maksudmeningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut.Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang
merupakansuatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran
darah sertapernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup
lama sehinggamenghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam
berasal dari bahasayunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti
telanjang, dimana pada zamantersebut orang yang melakukan senam
harus telanjang, dengan maksud agarkeleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh


untukmendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan
gerak,keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina.
Dalam latihansenam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu
perlakuan. Otot-otottersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan
tugas berat) dan fine muscle(otot untuk melakukan tugas ringan).

Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak


memberatkanyang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agartetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, memdorong jantungbekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Jadi senam
lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur danterarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
denganmaksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuantersebut.

126

Gambar 6.3. Kegiatan Senam Lansia

2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untukmenghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

dianjurkan untukmereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia
lansia (65 thn ke atas).Orang melakukan senam secara teratur akan
mendapatkan kesegaran jasmaniyang baik yang terdiri dari unsur kekuatan
otot, kelentukan persendian,kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular
fitness dan neuromuscular fitness.Apabila orang melakukan senam,
peredarah darah akan lancar dan meningkatkanjumlah volume darah.
Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akanterjadi proses indorfin
hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapatmenimbulkan rasa
gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) danmenghilangkan
depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalahlansia
merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan


fungsiorgan tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuhmanusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi
dengan mengawasikecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu
kecepatan denyut nadi sewaktuistirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahatharus menurun.

127

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast


danosteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast
berkurangsehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat
pada pengeroposantulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching
dapat memberi efek ototyang tetap kenyal karena ditengah-tengah
serabut otot ada impuls saraf yangdinamakan muscle spindle, bila otot
diulur (recking) maka muscle spindle akanbertahan atau mengatur
sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadikenyal. Orang yang
melakukan stretching akan menambah cairan sinovalsehingga persendian
akan licin dan mencegah cedera.Olahraga yang bersifat aerobik seperti
senam merupakan usaha-usaha yang akanmemberikan perbaikan pada
fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzimfosforilase (proses


masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik),bertambahnya aliran
darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yangmengandung
mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-enzim untukproses
oksigenasi jaringan.

Menurut Depkes(2003, dalam Nugroho, Wahjudi, 2016)olahraga dapat


memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredarandarah,
menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain
itudengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal,
membantukelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi
jaringan, menjernihkandan melenturkan kulit, merangsang kesegaran
mental, membantumempertahankan berat badan, memberikan tidur
nyenyak, memberikankesegaran jasmani.

3. Gerakan Senam Lansia


Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap
latihan,meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan
(pendinginan). a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan
menyiapkanfungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang
lebih beratpada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap 128

menerimapembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60%


detak jantungmaksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat.
Pemanasanyang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau
kelelahan.

b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan
intiyakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan
yangsesuai dengan tujuan program latihan.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap
inibertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih
denganmelakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini
ditandaidengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu
tubuh, dansemakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan
mengembalikandarah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darahdiotot kaki dan tangan.

RINGKASAN
Beberapa prosedut tindakan keperawatan bagi lansia antara lain terapi kognitif,
terapi aktifitas, bantuan ADL, dan senam lansia. Terapi kognitif merupakan terapi
yang dilakukan untuk menstimulasi fungsi kognitif lansia agar tidak mengalami
kepikunan atau dementia. Beberapa terapi kognitif yang dapat dilakukan antara
lain senam otak, terapi orientasi realitas dan terapi kenangan. Terapi aktifitas
kelompok dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia serta meningkatkan
respon sosial antara lansia. Tujuan dari terapi aktivitas kelompok adalah
mengembangkan stimulasi persepsi, mengembangkan stimulasi sensoris,
mengembangkan orientasi realitas, dan mengembangkan sosialisasi. Jenias terapi
aktifitas kelompok antara lain terapi musik, berkebun, rekreasi, dll. Bantuan activty
daily living (ADL) merupakan tindakan keperawatan pada lansia yang berkaitan
dengan ADL seperti kebersihan fisik, keseimbangan gizi, latihan fisik, seksualitas,
eliminasi, istirahat, tidur dan rasa nyaman serta keseimbangan emosi. Senam
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan 129

kemampuan fungsional raga. Lansia yang mengikuti senam lansia akan merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

SOAL
1. Jelaskan apa pengertian dari terapi kognitif!
2. Sebutkan macam-macam terapi kognitif bagi lansia!
3. Sebutkan tahapan terapi aktifitas kelompok!
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4. Sebutkan bantuan ADL yang sering diberikan kepada lansia!


5. Sebutkan manfaat senam bagi lansia!

KUNCI JAWABAN:

1. Terapi kognitif pada lansia adalah terapi yang dilakukan untuk menstimulasi
fungsi kognitif lansia agar tidak mengalami kepikunan atau dementia.
2. Macam-macam terapi kognitif yang dapat dilakukan antara lain senam otak,
terapi orientasi realitas dan terapi kenangan.
3. Tahapan terapi aktifitas kelompok adalah 1)Pre kelompok; 2) Fase awal;
3)Orientasi; 4)Konflik; 5) Fase Kerja; 6) Fase Terminasi.
4. Bantuan ADL yang sering diberikan kepada lansia antara lain pemenuhan
kebutuhan kebersihan diri dan keseimbangan gizi
5. Manfaat senam bagi lansia yaitu 1) Meningkatkan funsi organ tubuh, 2)
meningkatkan imunitas tubuh, 3) Lansia akan selalu merasa bahagia

DAFTAR PUSTAKA
Ekasari, Mia Fatma,dkk. (2019) Meningkatkan kualitas Hidup Lansia: Konsep dan
Berbagai Intervensi. Malang:Wineka Media

Nies, Mary A, & McEwen, Melanie (2019). Keperawatan Kesehatan dan Keluarga.
Singapura: Elsevier. Terjemahan

Nugroho, Wahyudi. (2016). Gerontik &Geriatric. Jakarta: EGC

Maryam, Raden,dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

130
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

BAB 7

PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA
SEBAGAI INDIVIDU

PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan lansia adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses
keperawatan yang ditujukan kepada lansia. Tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada lansia individu antara lain meningkatkan kesejahteraan lansia
dan kemandirian keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi keluhan
kesehatan yang dialami lansia,mempertahankan kesehatan serta kemampuan
melalui jalan perawatan dan pencegahan, membantu mempertahankan serta
memperbesar semangat hidup klien lansia, menolong dan merawat klien lansia
yang menderita penyakit, meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan
proses keperawatan serta melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan
upaya promotif, preventif , dan rehabilitatif. Sasaran dalam pemberian asuhan
keperawatan pada lansia individu adalah lansia dengan masalah kesehatan baik
yang memiliki penyakit degeneratif (hipertensi, penyakit jantung, diabetes, kanker
rahim/prostat, osteoporosis, penyakit sendi, dll) ataupun penyakit kronis dan
gangguan fungsi atau perkembangan organ; lansia terlantar dan lansia pasca
perawatan di Rumah Sakit (RS).

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, pembaca dapat memahami tentang penerapan
asuhan keperawatan lansia individu (pengkajian, analisa data, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi).
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

131

A. PENGKAJIAN
Gambaran penerapan asuhan keperawatan lansia individu yang dibahas pada
bab ini adalah kasus lansia individu yang tinggal di keluarga, dengan
menggunakan format yang digunakan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan lansia individu.

Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2019


1. Karakteristik Demografi
a. Profil Klien/Data Demografi
Nama : Ibu. T
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Februari 1949
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan Terakhir : SMP
No. Telp :-
Alamat : Belakang Pasar Ciracas RT04/09 Ciracas
Jakarta Timur
Keluarga atau orang lain yang penting atau dekat yang dapat dihubungi:
Nama : Ibu N
Alamat : Belakang Pasar Ciracas RT04/09 Ciracas
Jakarta Timur
Np. Telp : 089677567910
Hubungan dengan Klien : Adik

b. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


1) Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2) Pekerjaan sebelumnya : Berdagang (Wirausaha)
3) Sumber pendapatan :Tidak ada
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4) Kecukupan kebutuhan :Kebutuhan tercukupi

132

c. Aktivitas Rekreasi
1) Hobby : Memasak
2) Berpergian/Wisata : Jarang sekali, pergi kalau diajak saudara, tetapi
sering tidak ikut karena takut merepotkan
3) Keanggotaan organisasi di masyrakat:Ibu PKK dan ikut mengaji
4) Lain-lain :-
d. Lingkungan Tempat Tinggal
1) Jenis rumah :Pemukiman padat penduduk
2) Jumlah ruangan : 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan dan
dapur, 1 kamar mandi
3) Jumlah penghuni : 6 orang (ayah, ibu, 3 anak dan Ibu T)
4) Jenis lantai rumah : Keramik
Kondisi : Lantai ruangan berih, hanya lantai kamar mandi agak licin
5) Kebersihan dan Kerapihan ruangan : Ruangan bersih, hanya saja
banyak perabotan yang letaknya tidak rapih, mainan anak-anak
tergeletak di lantai
6) Penerangan : Cahaya kurang, hanya masuk dari
jendela yangterkadang tertutup tirai
7) Sirkulasi udara: Ruangan agak pengap, terdapat jendela tapi tidak
dibuka.
8) Keadaan kamar mandi &WC:Bersih, terdapat WC duduk, lantai agak
licin
9) Tangga rumah : Ada untuk menuju dak tempat menjemur pakaian
Kondisi : Bagus, tidak licin terdapat pegangan
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

10) Kondisi lingkungan rumah : Lingkungan rumah sangat padat, dalam


sebuah gang, di depan rumah merupakan jalan umum yang hanya
dapat dilalui kendaraan roda dua

e. Riwayat Keluarga
a. Pasangan : masih ada/tidak ➔ Jika ada:
1) Nama
: .................................................................
2) Umur
: .................................................................
3) Pekerjaan
: ................................................................ 4) Status
kesehatan : ................................................................
5) Tinggal bersama : ya/tidak
133

b. Anak
NO NAMA UMUR ALAMAT KET.
ANAK
1 Bp K 48 tahun Pasar Turi,Surabaya
2 Ibu N 46 tahun Belakang Pasar Ciracas
RT04/09 Ciracas Jakarta
Timur

c. Riwayat Kematian dalam Keluarga (1 tahun terakhir):


1) Nama :-
2) Umur :-
3) Penyebab Kematian :-

B. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 kali /hari
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Nafsu makan : Baik


c. Jenis makanan : Sayuran, nasi, lauk pauk,
buah(kadang-kadang)
d. Kebiasaan sebelum makan : Mencuci tangan dan berdoa
e. Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
f. Alergi terhadap makanan :Tidak ada
g. Pantangan makanan : Tidak ada
h. Keluhan yang berhubungan dengan makan :Tidak ada

2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan Waktu : 8 kali/hari
2) Kebiasaan BAK pada malam hari : 2-3 BAK malam hari
3) Keluhan yang berhubungan BAK :Sulit menahan keinginan BAK
b. BAB
1) Frekuensi dan Waktu : 1-2kali/hari, pagi dan malam
2) Konsistensi :Semi padat
3) Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Merasa mules tapi tidak
mau BAB
134

4) Pengalaman memakai Laxatif/Pencahar : Tidak pernah

3. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan Waktu mandi : 3 kali/hari, pagi, siang dan sore
2) Pemakaian sabun (Ya/Tidak) : Ya
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi dan Waktu gosok gigi :1kali/ hari, pagi hari
2) Menggunakan pasta gigi :Ya
c. Cuci Rambut
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

1) Frekuensi :1-2 kali/minggu


2) Penggunaan shampoo (Ya/Tidak) : Ya
d. Kuku kaki dan Tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 1 kali / 2 minggu
2) Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun : Ya, sebelum dan
sesudah makan

4. Istirahat dan Tidur


a. Lama tidur malam : 6-7 jam
b. Tidur siang
:Terkadang, (1 jam)
c. Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Sering terbangun karena
keinginan BAK

5. Kebiasaan mengisi waktu luang


a. Olahraga : Ya, senam 1x seminggu ikut kegiatan
Posyandu RW
b. Nonton TV : kadang-kadang
c. Berkebun/memasak :Tidak
d. Lain-lain : Ikut bantu jagain cucu (anaknya adik)
6. Kebiasan yang mempengaruhi kesehatan :
a. Merokok : Ya, saat muda
b. Minuman keras : Tidak pernah
c. Ketergantungan obat : Tidak pernah

135

C. Status Kesehatan
1. Kondisi kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir:Kaki terasa kesemutan, baal,
penglihatan buram dan terganggu, susah kalau mau jalan atau aktifitas
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

b. Gejala yang dirasakan saat ini : mata buram, kaki kesemutan


c. Waktu mulai timbulnya keluhan :Mata buram dan kaki kebas,
d. Obat yang di konsumsi :chloramepenicol eye drop 4x1 tetes
e. Upaya mengatasi :
1) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dr.praktik : Ya
2) Pergi ke bidan/perawat : Ya
3) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri/beli obat sendiri: Ya
4) Mengkonsumsi obat-obatan tradisional : Tidak
5) Lain-lain : -

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah diderita :Katarak
b. Riwayat alergi (Obat, makanan, binatang, debu, dll) : Tidak ada
c. Riwayat kecelakaan :Tidak pernah
d. Riwayat dirawat di rumah sakit :Tidak pernah

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis, Baik. Mengatakan badannya lemas
dan terasa pusing
b. TTV :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg Suhu: 36º C
Nadi : 64 kali/menit Respirasi: 20 kali/menit
c. BB/TB : BB = 49 Kg / TB = 145 cm
d. Kepala : Tidak ada ketombe, tidak ada luka, rambut
memutih, tipis dan rontok, tidak ada benjolan
e. Mata : Pandangan sedikit kabur, pupil isokor, kedua mata simetris,
pandangan kanankiri sama, tidak ada luka, kemerahan, mata sedikit
136

berair, tidak memakai kacamata,


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

konjungtiva anemis
f. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak ada lessi, bersih, tidak ada polip,
tidak ada sekret
g. Telinga : Tidak ada serumen, bentuk kedua telinga simetris, Tidak ada
lessi,
h. Mulut, Gigi, Bibir : Mukosa bibir kering, gigi sudah beberapa yang
tanggal, tidak ada stomatitis, terdapat karies
i. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan,
suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing dan ronchi, tidak ada
murmur dan tidak ada gallop
k. Abdomen : Tidak ada massa, bising usus (+), tidak ada pembesaran
hati, tidak kembung
l. Genitalia : Kadang-kadang merasa gatal
m. Kulit : Elastisitas berkurang, turgor kulit kering
n. Ekstremitas atas : Tidak ada benjolan dan lesi
o. Ekstremitas bawah : Kaki teras sering kebas, keram dan kesemutan

Hasil Pemeriksaan Penunjang (11 Februari 2019) :


GDS = 289mg/dl, Asam urat 7

D. Pengkajian Spesifik Pada Lansia


1. Masalah Kesehatan Kronis
Keluhan kesehatan atau gejala yang Tidak Jarang Serin Selalu
dirasakan klien dalam waktu 3 bulan pernah g
terakhir (0) (1) (3)
(2)
Fungsi Penglihatan
1 Penglihatan kabur √
2 Mata berair √
3 Nyeri pada mata √
Fun gsi Pendengaran
4 Pendengaran berkurang V
5 Telinga berdenging √
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

137

Fungsi Paru (Pernafasan)


6 Batuk lama disertai keringat malam √
7 Sesak nafas √
8 Berdahak/reak √
Fun gsi Jantung
9 Jantung berdebar-debar √
10 Cepat Lelah √
11 Nyeri dada √
Fun gsi Pencernaan
12 Mual/muntah √
13 Nyeri ulu hati √
14 Makan dan minum berlebihan √
15 Perubahan kebiasaan buang air besar V
(mencret/sembelit)
Fun gsi Pergerakan
16 Nyeri kaki saat berjalan √
17 Nyeri pinggang atau tulang belakang √
18 Nyeri persendian/bengkak √
Fun gsi Persyarafan
19 Lumpuh/kelemahan pada kaki/tangan √
20 Kehilangan rasa √
21 Gemetar/tremor √
22 Nyeri/pegal pada daerah tengkuk √
Fun gsi Saluran Perkemihan
23 Buang air kecil banyak √
24 Sering buang air kecil pada malam hari V
25 Tidak mampu mengontrol V
pengeluaran air kemih (ngompol)
Jumlah 4 13 8 0
Score 0 13 16
Keterangan:
Skor: ≤ 25 (Tidak ada masalah s/d masalah kesehatan kronis ringan)
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Skor: 26-50 (Masalah kesehatan kronis sedang)


Skor: ≥ 51 (Masalah kesehatan kronis berat)
Kesimpulan: Total Score 29, jadi Ibu T memiliki masalah kesehatan kronis
sedang

2. Fungsi kognitif
(Pengkajian Spesifik Gangguan Kognitif/Penilaian Status Mental
Mini (MMSE))

138

Petunjuk: Isilah dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai
dengan jawaban lansia

No Aspek Yang Dinilai Score Hasil


1 ORIENTASI
Sebutkan tahun berapa sekarang? 1 1
Bulan apa sekarang? 1 1
Tanggal berapa sekarang? Hari 1 0
apa sekarang 1 1
Dimana kita sekarang 1 1
Apa Negara kita 1 1
Siapa presiden kita 1 1
Apa nama kota kita 1 1
2 Registrasi Motorik
Menyediakan 4 benda (misalnya : piring,
mangkok, sendok, garpu)
Beri angka 1 tiap jawaban yang betul
Tiap objek 1 detik
- Piring 1 1
- Mangkok 1 1
- Gelas 1 1
- Bantal 1 1
3 Perhatian dan kalkulasi
Hitungan kurang 5
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

- 10-5 1 1
- 32-5 1 1
- 68-5 1 1
- 90-5 1 1
- 80-5 1 1
Atau mengeja kata terbalik, contoh “PANTI”
menjadi “INTIP
- I 1 0
- N 1 0
- T- I
1 0
- P
1 0
1 0
4 Menyebutkan kembali (recalling)
Tanyakan kembali dan sebutkan nama benda
seperti pada pertanyaan no 3
- Piring 1 1
- Mangkok 1 1
- Gelas 1 1
- Bantal 1 1
5 Bahasa
139

Pemeriksa menunjuk pada pensil dan


kertas;Lansia diminta menyebutkan 2 benda
tersebut.
- Pensil 1 1
- Kertas 1 1
Lansia diminta mengulang ucapan kata : 1 1
Mungkin, apabila, nyaman
Lansia diminta untuk melakukan 3 perintah :
- Ambil kertas itu dengan tangan kanan
- Lipatlah kertas menjadi dua 1 1
- Letakkan kertas tersebut di lantai 1 1
1 1
Lansia diminta untuk membaca dan
melakukan perintah; Berikan tulisan : Coba
pejamkan mata
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

- Lansia memejamkan mata 1 1


Lansia diminta menulis kalimat secara 1 1
spontan. Kalimat terdiri dari 2 kata (subjek
dan predikat)
6 Copying
Lansia diminta menggambar kembali dua segi 1 0
lima berpotongan

Total Score 35 28
Standar:
Score 24 - 35 = Fungsi kognitif normal
Score 17 - 23 = Kemungkinan/risiko gangguan kognitif
Score 0 - 16 = Terjadi gangguan kognitif

Kesimpulan: total Score dari penilaian ini adalah 28, sehingga fungsi
kognitif masih dalam keadaan normal

E. Kemampuan Keluarga dalam merawat lansia dengan Diabetes Melitus

1. Kemampuan mengenal masalah : Keluarga mengatakan selama ini


tidak tahu kalau Ibu T menderita penyakit diabetes mellitus karena
tidak pernah dilakukan pemeriksaan. Keluarga hanya mengetahui Ibu
T mengalami penyakit katarak yang akibatnya matanya masih rabun
walaupun sudah dioperasi.
140

Keluarga mengetahui kalau ibu T sering mengeluh kebas dan kesemutan, tetapi
tidak tahu kalau itu tanda-tanda gula darahnya tinggi

2. Kemampuan memutuskan : Keluarga mengatakan pernah melihat


orang yang sakit diabetes luka dikakinya ga sembuh-sembuh dan
akhirnya dipotong kakinya.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

3. Kemampuan melakukan perawatan : Keluarga belum melakukan


perawatan diabetes buat Ibu T, karena baru tahu Ibu T menderita
diabetes. Keluarga mengatakan belum tahu apa yang harus dilakukan
untuk mengatasi diabetes Ibu T.

4. Kemampuan memodifikasi lingkungan : Keluarga selama ini sudah


mencoba menyiapkan keperluan makan, minum, kamar tidur dan
keperluan Ibu T sehari-hari, termasuk membelikan obat mata buat ibu
T. Untuk perawatan diabetes, keluarga belummelakukannya karena
tidak tahu bagaimana caranya.

5. Kemampuan menggunakan pelayanan kesehatan : Keluarga sudah


menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati Ibu T
jika sakit, khususnya saat berobat mata yang lalu.

4. Status Fungsional (BADL)


Akttivitas Kehidupan Sehari-Hari Lansia Yang Bersifat Dasar/BADL
Petunjuk Pengisian: Jawablah setiap pertanyaan berikut dengan melingkari nomor
sesuai kondisi lansia

No Kegiatan yang dilakukan Skor


1. Mandi
a. Tidak memerlukan bantuan masuk dan keluar kamar mandi dan 2
mampu mandi sendiri
b. Memerlukan bantuan saat mandi hanya pada satu bagian tubuh 1
(seperti punggung, kaki)
c. Memerlukan bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh 0
2. Berpakaian
a. Mengambil pakaian dan berpakaian lengkap tanpa bantuan 2
b. Mampu berpakaian sendiri, kecuali memerlukan bantuan dalam hal 1
(memasang resleting, memasang kancing baju belakang)
c. Memerlukan bantuan untuk mengambil pakaian dan berpakain 0
3. Ke WC/Toilet
a. Mampu ke WC sendiri untuk buang air dan membersihkan setelah 2
buang air
b. Memerlukan bantuan saat pergi ke WC atau saat membersihkan 1
setelah buang air
141
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

c. Memerlukan bantuan penuh untuk pergi ke WC dan membersihkan 0


setelah buang air
4. Berpindah tempat/Berjalan
a. Mampu berpindah sendiri ke atau dari tempat tidur, duduk, berdiri 2
atau jalan
b. Memerlukan bantuan berpindah ke atau dari tempat tidur, duduk 1
atau berdiri
c. Tidak mampu bangun dari tempat tidur 0
5. Buang air
a. Mampu mengatur berkemih atau buang air besar secara mandiri 2
b. Mengalami kesulitan berkemih atau buang air besar 1
c. Memerlukan bantuan pengawasan untuk berkemih atau buang air 0
besar
6. Makan
a. Mengambil makanan dan makan sendiri tanpa bantuan 2
b. Memerlukan bantuan mengambil makanan, tetapi mampu makan 1
sendiri
c. Memerlukan bantuan mengambil makanan dan pada saat makan 0
TOTAL SCORE 12
Keterangan: Skor 12 : Mandiri
Skor<12 : Bantuan minimal
Skor 0 : Bantuan total

Kesimpulan: Status fungsional BADL lansia memiliki skore 12, artinya lansia
merupakan lansia mandiri

5. Tingkat Depresi (Geriatric Depression Scale/GDS)

Petunjuk Pengisian:Jawablah pertanyaan berikut ini dengan


memberikan tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai
dengan perasaan yang dialami lansia

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah bapak/ibu merasa puas dengan kehidupan ini? √
2 Apakah bapak/ibu mengalami penurunan dalam √
melakukan kegiatan dan hobi?
3 Apakah bapak/ibu merasa hidup ini hampa? √
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

4 Apakah bapak/ibu sering merasa bosan? √


5 Apakah bapak/ibu merasa optimis terhadap masa √
depan?
6 Apakah bapak/ibu takut sesuatu yang buruk akan √
terjadi?
142

7 Apakah bapak/ibu merasa bahagia sepanjang waktu? √


8 Apakah bapak/ibu merasa sendirian? √
9 Apakah bapak/ibu lebih senang berada di rumah √
daripada keluar rumah dan mengerjakan sesuatu yang
baru?
10 Apakah bapak/ibu mempunyai masalah dengan daya √
ingat?
11 Apakah bapak/ibu merasa senang dengan kehidupaan √
saat ini?
12 Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga? √
13 Apakah bapak/ibu merasa bersemangat? √
14 Apakah bapak/ibu merasa tidak punya harapan? √
15 Apakah bapak/ibu merasa orang lain lebih baik dari √
bapak/ibu?
Total Skor 5

Keterangan:Skor > 5: Mengalami depresi Skor


≤ 5: Tidak mengalami depresi

Kesimpulan:Hasil pemeriksaan tingkat depresi lansia memiliki skore


5, artinya lansia tidak mengalami depres

B. ANALISA DATA

No Data Fokus (Subjektif&Objektif) Masalah


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

1 DS : Gangguan
- Ibu T mengatakan kakinya terasa kesemutan dan vakularisasi
kebas darah perifer
- Ibu T mengatakan kalau malam sering terbangun pada Ibu T
karena ingin BAK, setiap malam 2-3 X BAK
- Ibu T mengatakan pandangannya sering kabur - Ibu
T mengatakan badannya terasa lemas DO:
- Hasil pemeriksaan GDS= 289 mg/dl
2 DS: Gangguan
- Ibu T mengatakan pandangan mata sedikit persepsi
kabur sensori;pengliha
- Pasien mengatakan sudah pernah tan pada Ibu T
menjelani operasi katarak pada kedua
matanya empat tahun lalu Do :
- Fokus penglihatan mulai berkurang
- Pupil terlihat isokor
143

- Pasien tampak menggunakan alas kaki saat


beraktivitas di luar ruangan
- Mata pasien sedikit berair
- Pasien sering memegang kakinya sehabis berjalan
- Pasien tampak beberapa kali berhenti ketika
berjalan
3. DS : Resiko injuri
- klien mengeluh badannya lemas setelah jatuh pada Ibu T
aktivitas.
- Ibu T mengatakan pandangan mata sedikit
kabur
- Pasien mengatakan sudah pernah
menjelani operasi katarak pada kedua
matanya empat tahun lalu DO :
- Ruangan agak gelap dan pengap
- Mainan anak-anak tampak berantakan di
lantai
- Lantai kamar mandi agak licin

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan vaskularisasi darah perifer pada Ibu T
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

2. Gangguan persepsi sensori penglihatan pada ibu T


3. Resiko injuri; jatuh pada Ibu T

D. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Tujuan & Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1 11 Gangguan Setelah diberikan - Beri pendidikan kesehatan
Februari vaskularisasi perawatan 7 X 24 tentang diabetes pada Ibu T
2019 darah perifer jam vaskularisasi dan keluarga (pengertian,
Ibu T di darah perifer tidak tanda
keluarga terganggu - gejala dan akibat lanjut)
Kriteria Hasil Ajarkan senam jari kaki dM
Bapak S
- Ibu T tdk pada keluarga dan Ibu T
-
mengalami kebas Dorong keluarga untuk bisa
pd telapak kaki memotivasi dan
- Ibu T tdk membimbing ibu T untu
-
mengalami senam jari kaki DM Ajarkan
kesemutan keluarga untuk
- memberikan diet DM pada
- Nilai GDS mulai
menurun IbuT Anjurkan keluarga untuk
membawa Ibu T
memeriksakan kesehatannya
ke dokter
- Dorong keluarga untuk mau
memeriksakan gula darah Ibu
T secara rutin minimal 1
bulan sekali di pelayanan
kesehatan
144

2 11 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji ketajaman penglihatan,


Februari persepsi tindakan catat apakah satu atau
2019 sensoriperseptual keperawatan duamata terlibat.
penglihatan pada selama 2x24 2. Beri penjelasan kepada
jam keluarga tentang pengertian
Ibu T di keluarga
diharapkan : katarak, penyebab dan tanda
Bapak S
1. Dapat gejala serta akibat lanjut jika
diketahuinya tidak ditangani dengan baik
ketajaman 3. Anjurkan keluarga untuk
penglihatan mengorientasikan lingkungan
2. Keluarga dapat rumah kepada Ibu T
mengenal 4. Observasi tanda-tanda
gangguan terjadi nya disorientasi
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

persepsi sensori; pada Ibu T


penglihatan 5. Anjurkan keluarga untuk tidak
3. Keluarga mampu meletakkan barang-barang
mengidentifikasi/ sembarangan
memperbaiki 6. Anjurkan keluarga untuk
potensi bahaya membawa Ibu T ke dokter
dalam untuk dapat diberikan
lingkungan. kacamata yang membantu
penglihatannya
3 11 Risiko jatuh injuri Setelah dilakukan 1. Kaji adanya faktor-faktor risiko
Februari jatuh pada Ibu T tindakan asuhan injuri pada pasien
2019 di keluarga Bp. S keperawatan 2. Monitor TTV pasien
selama 3x 3. Dorong keluarga untuk
24 jam diharapkan melakukan modifikasi
cedera tidak terjadi lingkungan agar lebih aman
dengan kriteria hasil (penerangan cukup, lantai
keluarga dan Ibu T bersih, pelindung kaki)
mampu: 4. Dorong dan ajarkan keluarga
1. Mengidentifikasi tentang upaya pencegahan
bahaya yang cedera dengan latihan
dapat keseimbangan
meningkatkan
kemungkinan
cedera terutama
bahaya
lingkungan
2. Mengidentifikasi
tindakan
preventif
atas
bahaya tertentu
3. Melaporkan
penggunaan cara
yang tepat dalam
melindungi diri
dari cedera

145

E. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Paraf
Tindakan
No dan
Tanggal Jam Keperawatan & Evaluasi
Dx Nama
Respon/Hasil
Jelas
12 10.0011.00 1 Memberikan S:
Februari pen-didikan - Keluarga dapat
2019 kesehatan menyelaskan kembali
kepada keluarga pengertia,
tentang penyebab, tanda gejala
penyakit dan akibat lanjut
diabetes diabetes mellitus
mellitus - Keluarga menga takan Ibu
(pengertian, T sering kencing, kakinya
penyebab, kebas dan kesemutan,
tanda gejala seperti tanda-tanda
dan akibat diabetes mellitus
lanjut jika tidak - Keluarga mengatakan
segera akan segera membawa
ditangani) Ibu T ke dokter untuk
mengobati penyakit
Mengukur nilai diabetes
GDS Ibu T melitusnya
11.00-
11.15 1
O:
- Keluarga kooperatif dan
tampak antusias saat
mendengarkan penjelasan
penyakit diabetes dari
perawat
- Hasil pemerik saan GDS
tanggal 12 Februari 2019:
292 mg/dl

A: Masalah mulai terasi


P:
- Evaluasi hasil
pemeriksaan kesehatan
Ibu T oleh dokter
- Lanjutkan untuk melatih
senam jari pada keluarga
dan Ibu T

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

NOC, Jilid 1. Jakarta: Trans info Media


Buku Ajar Keperawatan Gerontik 146

BAB 8

PENERAPAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KELOMPOK
LANSIA

PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan kelompok lansia adalah metoda penyelesaian masalah
kesehatan lansia yang ditujukan kepada kelompok lansia dengan menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Tujuan dari asuhan keperawatan kelompok khusus lansia adalah
meningkatkan kemandirian lansia melalui kegiatan kelompok untuk mengatasi
masalah kesehatannya. Sasaran dalam asuhan keperawatan lansia adalah
kelompok lansia di Panti dan Kelompok lansia di masyarakat

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca Bab ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penerapas
asuhan keperawatan pada kelompok lansi.

A. PENGKAJIAN
Data yang perlu diidentifikasi dalam pengkajian kelompok lansia di masyarakat
mencakup data inti lansia, sumber pelayanan kesehatan, sarana lingkungan
fisik, keamanan dan transportasi, pendidikan, kebijakan organisasi, komunikasi
dan organisasi. Pada kasus ini kita akan melihat penerapan kasus kelompok
khusus lansia dengan Diabetes Melitus.
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Hasil pegkajian yang dilakukan selama dua minggu di di kantong masalah lanjut
usia dengan diabetes mellitus di RW 01Kelurahan Adijaya Bogor, di dapatkan
data sebagai berikut :

147

Jumlah lansia di RW 01 Adijaya adalah 138 orang. Populasi lansia berdasarkan


usia adalah paling banyak berusia 60-74 tahun (61.5 %), 45-59 tahun (26.9%)
dan usia 75-90 tahun (11.5 %). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah
perempuan 17 orang (65.4 %) sedangkan laki-laki 9 orang (34.6 %). Berdasarkan
suku sebagian besar lansia bersuku Betawi 80.8 % dan suku Jawa 19.2 %.
Tngkat pendidikan lansia yaitu SD 34.6 %, SMP 30.8 %, SMA 15.4 % sedangkan
yang tidak sekolah 19.2 %. Status perkawinan lanjut usia yaitu menikah 69.2 %,
janda 19.2 % dan duda 11.5 %.

Status fungsional lansia paling banyak lansia dengan status fungsional mandiri
yaitu 88.5 % dan yang dibantu 11.5 %. Tanda dan gejala yang dirasakan tiga
bulan terakhir adalah sering merasa haus 96.2 %, sering kencing 73.1 %, sering
merasa lapar 65.a %, berat badan menurun 65.4 %, badan sering merasa lemas
88.5 %, gatal-gatal seluruh tubuh 42.3 %, kesemutan pada jari tangan atau kaki
61.5 %, penglihatan kabur 34.6 %, luka sukar sembuh 3.8 %, impoten 30.8 %.

Psikologi lanjut usia sebagian besar lansia merasa dihargai yaitu 96.2 %,
motivasi untuk menjaga kesehatan sebagain besar selalu menjaga yaitu 73.1 %
dan persepsi lanjut usia terhadap penyakit DM adalah bahwa DM disebabkan
oleh proses penuaan 42.3 %.Sifat dan pengalaman individu yangberhubungan
dengan perilaku sebelumnya didapatkan data bahwa kebiasaan makanlansia
paling banyak yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung gula 42.3 %
dan banyak makan 50.0%, kebiasaan olah raga lanjut usia paling banyak tidak
pernah olah raga sebanyak 38.5 %, kebiasaan aktivitas adalah istirahat teratur
42.3 %, mengatasi masalah diet lanjut usia paling banyak tidak pernah diet 73.1
%, menjalankan program olah raga kebanyakan yang kadang-kadang 34.6 %
dan yang tidak olah raga 34.6 %, pengalaman menjaga kadar gula dengan diet
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

kebayakan tidak dilakukan yaitu 57.7 % , dengan puasa 38.5 %, dan dengan
berobat secara teratur 65.4 %. Mendapatkan penjelasan tentang DM sebagian
besar dari dokter yaitu 42.3 %, dari perawat 38.5 % dan dari media 19.2 %.

Penyebab penyakit DM lansia di Adijaya Bogor yaitu sebagian besar banyak


mengkonsumsi makan-makanan yang manis atau banyak mengandung gula
46.5 %, gejala yang ditimbulkan adalah banyak makan 96.2 %, komplikasi DM
adalah penyakit jantung 96.2 %, tujuan perawatan dan pengobatan DM adalah
agar 148

kadar gula stabil 46.2 %, mengatasi gejala hipoglikemi sebagian besar adalah
dengan cara minum the manis 96.2 %, perbedaan diet dengan makan biasa
sebagian besar lanjut usia mengatahui bahwa penggunaan karbohidrat dan
gula diatur dengan baik 69.2 %, penderita DM yang dapat melakukan latihan
jasmani tanpa resiko sebagian besar menjawab penderita dengan komplikasi
jantung korone 53.8 %, manfaat perawatan kaki agar kuku menjadi pendek 53.8
%, penggunaan obat hipoglikemi yaitu diet tidak berhasil 69.2 %.

Pengaruh hubungan interpersonal paling banyak yang memberikan dukungan


adalah suami / istri serta anak yaitu sebesar 87.5 % dengan bentuk dukunganya
yaitu berupa financial 76.9 %, nasihat 92.3 %, berkunjung 19.2 %, mencurahkan
perasaan 23.1 %, perhatian 92.3 %, dukungan do’a 100 % dan berupa mengajak
pada kegiatan tertentu 50 %.

Sumber Pelayanan Kesehatan/ Sosial yang terdekat adalah Posyandu lansia


“Mawar” yang ada di kantor RW 01 dan Puskesmas Kelurahan Adijaya.
Mayoritas lansia di RW 01, memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas
Kelurahan Adijaya. Angka kunjungan ke Posyandu setiap bulannya adalah 30-40
orang lansia atau 30.8% dari total lansia yang ada. Saat ditanya mengapa lansia
jarang ke Posyandu, alasannya karena jadualnya sering lupa dan tidak ada yang
ngasih tahu.Sanitasi Lingkungan secara umum tampak bersih dan terkesan sejuk
karena banyak pohon di sepanjang jalan pemukiman. Di wilayah RW 01 Adijaya
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

terdapat Poskamling dan sudah lama siskamling tidak berjalan lagi karena
masyarakat kurang aktif.

Transportasi yang melewati wilayah pemukiman RW 01 Adijaya tidak ada,


biasanya masyarakat menggunakan ojek. Lansia banyak yang mengeluh karena
mereka takut jatuh kalau naik ojeg ke Puskesmas atau ke tempat lainnya.
Mushola RW 01 Adijaya ada ditengah-tengah pemukiman, sehingga mudah
ditempuh oleh masyarakat. Musholla juga sering digunakan untuk pertemuan
warga dan pengajian bagi masyarakat, termasuk lansia. Kegiatan Posyandu
lansia dikelola oleh ibu-ibu kader RW 01 yang berjumlah 10 orang. Dana
Posyandu diambil dari dana sumbangan warga dan juga bantuan dari pihak RW.
Sarana komunikasi buat lansia secara khusus belum ada, jika ada kegiatan para
149

kader menyampaikannya melalui bpk/Ibu RT. Kegiatan rekreasi khusu lansia


adalah senam lansia yang iadakan dua minggu sekali, dan yang menjadi
instruktur senam adalah ibu kader.

B. ANALISA DATA
No Data Fokus (Subjektif&Objektif) Masalah
1 - Populasi lansia di RW 01 Kelurahan Adijaya Ketidakmampuan
berdasarkan usia adalah usia 60-74 tahun(61.5 %), memanajemen diet
45-59 tahun (26.9 %) dan usia 75-90 tahun (11.5 %). pada kelompok
- Kebiasaan makan lansia: lansia mengkonsumsi lansia DM di RW 01
makanan yang manis dan mengandung gula 42.3 % keluraha Adijaya
dan lansia yang punya kebiasaan makan banyak
50.0%,
- Kebiasaan olah raga lansia : tidak pernah olah raga
sebanyak 38.5 %, kadang-kadang 34.6 % dan yang
tidak olah raga 34.6 %,
- Kebiasaan aktivitas lansia: istirahat teratur 42.3%,
- Pengalaman lansia menjaga kadar gula dengan diet :
tidak dilakukan yaitu 57.7 % , dengan puasa 38.5 %,
dan dengan berobat secara teratur 65.4%.
- Lansia mendapatkan penjelasan tentang DM : 42.3
%, sudah mendapatkan informasi dari tenaga
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

kesehatan, 38.5 % belum medapatkan informasi dan


19.2 % mendapat informasi dari media
2 - Fasilitas kesehatan yang sering digunakan oleh lansia Ketidakefektifan
adalah Puskesmas yaitu 53.8 %, pemeliharaan
- Transportasi umum tidak ada yang melewati kesehatan pada
pemukiman, yang ada hanya ojeg, dn lansia banyak kelompok lansia di
yang takut naik ojeg RW 01 Kelurahan
- Angka kunjungan ke Posyandu setiap bulannya Adijaya
adalah 30-40 orang lansia atau 30.8% dari total
lansia yang ada.
- Lansia tidak datang ke Posyandu karena tidak tahu
jadualnya
- Informasi kegiatan Posyandu disampikan oleh kader
melalui Bapak/Ibu RT karena tidak ada sarana
komunikasi dan informasi bagi lansia
- Lanjut usia paling banyak tidak pernah olah raga
sebanyak 38.5 %,
- kebiasaan aktivitas adalah istirahat teratur 42.3 %,
mengatasi masalah diet lanjut usia paling banyak
tidak pernah diet 73.1 %,
150

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data didapatkan dua diagnosa keperawatan pada kelompok
lansia DM di RW 01 Adijaya:
1. Ketidakmampuan memanajemen diet pada kelompok lansia DM di RW 01
keluraha Adijaya
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia di RW 01
Kelurahan Adijaya

D. SKORING MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH


KRITERIA JUMLAH
NO SKORE
MASALAH KEPERAWATAN A B C D E F
1 Ketidakmampuan 3 3 4 4 5 3 22
memanajemen diet pada
kelompok lansia DM di RW 01
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

keluraha Adijaya
2 Ketidakefektifan pemeliharaan 3 3 5 5 5 5 26
kesehatan pada kelompok
lansia di RW 01 Kelurahan
Adijaya
Keterangan huruf :
A = Kesadaran Masyarakat akan masalah
B = Motivasi Masyarakat untuk menyelesaikan masalah
C = Kemampuan Perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
D = Ketersediaan ahli/pihak terkait terhada penyelesaian masalah
E = Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselesaikan
F = Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat dicapai

Berilah nilai 1-5 untuk setiap kriteria yang ada. Keterangan penilaian :
1. = Sangat rendah ; 2 = Rendah; 3 = Cukup; 4 = Tinggi; 5 = Sangat tinggi

Berdasarkan hasil skoring dalam menentukan prioritas masalah, didapatkan hasil:


- Diagnosa Keperawatan 1: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
kelompok lansia di RW 01 Kelurahan Adijaya dengan skoring : 26
- Diagnosa Keperawatan 2 :Ketidakmampuan memanajemen diet pada kelompok
lansia DM di RW 01 kelurahan Adijaya dengan skoring : 22

151

E. RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO Jangka Jangka
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Panjang Pendek
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

1 Ketidakefektifan Setelah - Lansia 1. Berikan pendidikan


pemeliharaan kesehatan dilakukan berkunjung kesehatan tentang diet
pada kelompok lansia di RW tindakan ke Posyandu DM pada lansia
01 Kelurahan Adijaya keperawatan naik 5% dari 2. Lakukan skrining
ditandai dengan: terhadap total lansia kesehatan lansia di
- Fasilitas kesehatan yang kelompok - Lansia yang Posyandu
sering digunakan oleh lansia RW 01 tidak berkolaborasi dengan
lansia adalah Puskesmas Adijaya olahraga pihak Puskesmas
yaitu 53.8 %, selama 6 menurun 5% 3. Berikan informasi
- Transportasi umum tidak bulan - Lansia yang mengenai Posyandu
ada yang melewati diharapkan: memeriksak lansia dan manfaatnya
pemukiman, yang ada - angka an bagi lansia
hanya ojeg, dn lansia kunjungan kesehatan ke 4. Lakukan diskusi dan
banyak yang takut naik lansia ke Puskesmas berikan alternatif solusi
ojeg Posyandu naik 5% pemberian informasi
- Angka kunjungan ke meningkat - Lansia yang kepada lansia
Posyandu setiap bulannya 25% diet DM naik 5. Lakukan penyegaran
adalah 30-40 orang lansia - lansia yang 5% dan pelatihan kader
atau 30.8% dari total melakukan Posyandu lansia
lansia yang ada. diet DM 6. Ajarkan cara memilih
- Lansia tidak datang ke meningkat dan menyusun menu
Posyandu karena tidak 25% DM
tahu jadualnya - lansia yang yang tepat bagi lansia
- Informasi kegiatan melakukan 7. Berikan penjelasan
Posyandu disampikan pemeriksaa kepada lansia tentang
oleh kader melalui n kesehatan pentingnya aktifitas
Bapak/Ibu RT karena ke fisik dan olahraga
tidak ada sarana Puskesmas 8. Latih lansia mendeteksi
komunikasi dan informasi meningkat tanda-tanda
bagi lansia 20% peningkatan gula darah
- Lanjut usia paling banyak - Lansia yang pada lansia
tidak pernah olah raga berolah raga 9. Dorong kader untuk
sebanyak 38.5 %, meningkat memotivasi lansia
- kebiasaan aktivitas adalah 25% mengikuti senam
istirahat teratur
secara rutin
42.3 %, mengatasi
10. Latih lansia untuk
masalah diet lanjut usia
melakukan senam jari
paling banyak tidak
kaki bagi penderita DM
pernah diet 73.1 %,
11. Lakukan Pembinaan
keluarga yang
mempunyai lansia
dengan DM

152
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Paraf
Tindakan
No dan
Tanggal Jam Keperawatan & Evaluasi
Dx Nama
Respon/Hasil
Jelas
12 09.0009.30 1 Memberikan S:
Februari pendidikan - Dari 40 orang lansia yang
2019 kesehatan kepada hadir
lansia tentang 60% dapat menjelaskan
penyakit diabetes kembali pengertia,
mellitus penyebab, tanda gejala dan
(pengertian, akibat lanjut diabetes
penyebab, tanda mellitus
gejala dan akibat - Dari 40 orang lansia yang
lanjut jika tidak dilakukan pemeriksaan gula
segera ditangani) darah di Posyandu 32 orang
memiliki nilai GDS yang
Melakukan tinggi O:
pengukuran gula - Lansia yang hadir kooperatif
09.30- dan tampak antusias saat
darah lansia
11.00 mendengarkan penjelasan
1 penyakit diabetes dari
perawat - Hasil pemerik
saan GDS tanggal 12
Februari 2019:
- 15 lansia : nilai GDS antara
150200 mg/dl dan 17 lansia
nilai GDS > 200 mg/dl A:
Masalah mulai terasi P:
- Lakukan petemuan dengan
kader untuk menentukan
kegiatan penyegaran dan
pelatihan kader lansia
- Lakukan skiring kesehatan
lansia yang tidak hadir saat
pemeriksaan dan berikan
pendkes ke keluarga untuk
perawatan lansia
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC,
NOC, Jilid 1. Jakarta: Trans info Media
Buku Ajar Keperawatan Gerontik

Riasmini, Ni Made. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok dan Komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di
Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai