S DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIKALONG TASIKMALAYA
OLEH
GALIH NUGRAHA
NIM 2O14201032
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan
berkah dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk
Studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten Tasikmalaya
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................5
C. Manfaat Penulisan............................................................................................6
D. Metode dan Teknik Penulisan..........................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................................59
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................60
C. Rencana Tindakan Keperawatan......................................................................63
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................64
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
keperawatan
iv
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya
terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta
kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar
penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan diabetes mellitus, World
juta kasus hipertensi di dunia dan akan meningkat menjadi 1,1 milyar kasus pada
tahun 2025 atau sekitar 29 % penduduk dunia. Dimana 333 juta kasus di negara
5
(Kemenkes RI, 2018).
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1 %. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui kuesioner terdiagnosis sebesar 8,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat sebesar 8,8 %, yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada
usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 adalah hipertensi dengan
prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75
tahun.
yaitu 11.265 kasus dan pada tahun 2019 tercatat sebesar 41.818 kasus, dari data
jiwa (34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 20.811 jiwa (50,32%).
seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi sudah
masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Pengendalian
darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
tinggi sampai
hipertensi emergensi.
6
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan
merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping
Penatalaksanaan
7
hipertensi dengan obat saat ini memang telah mengalami kemajuan, tetapi
Rumah Sakit akan datang lagi dengan keluhan tekanan darahnya tidak
kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat obatan. Obat
yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal
aktifitas fisik dengan mencegah timbulnya faktor resiko menjadi lebih buruk,
aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg dan
8
yang memiliki kebiasaan olahraga. Sesuai dengan rekomendasi (WHO-ISH) dan
Proporsi penderita hipertensi yang tidak rutin dan tidak minum obat sangat
tinggi yaitu sebesar 32,3% tidak rutin berobat dan tidak minum obat sebesar
13,3% dengan bebagai macam alasan yaitu sudah merasa sehat, tidak rutin ke
faskes, sering lupa dan tidak mampu membeli obat. (Riskesdas, 2018).
meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,
berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45
tahun. Tahun 2017 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bone Rombo
sebesar 215 kasus, pada tahun 2018 mencapai 275 kasus sedangkan pada tahun
sebesar 312 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas
Bone Rombo didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin
mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak
sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi
dan berlanjut ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal
dan kebutaan.
9
Keluarga
1
Tn. S dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tasikmalaya
2. Tujuan Khusus
Tasikmalaya
Tasikmalaya
Tasikmalaya
1
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. S dengan
Tasikmalaya
C. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Praktis
peneliti selanjutnya.
1
D. Metode dan Teknik Penelitian
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan
a. Studi kepustakaan
b. Studi kasus
1) Observasi
2) wawancara
1
Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien
3) Pemeriksaan fisik
4) Studi dokumentasi
5) Metode diskusi
3. Teknik penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari
Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi
1
Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,
evaluasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang
dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun
sebagai keluarga.
dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau
ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya menurut
BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau lebih
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
1. Bentuk keluarga
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
1
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang
mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak
2) Keluarga adopsi.
jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang
oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan
1
kakek,
1
nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang
sejenis.
bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri
atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti mereka
yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup
seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan
1
7) Keluarga binuclear
merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua
rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal
2. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:
a. Fungsi afektif
utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini
cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti
peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian
kepada anak
2
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat
c. Fungsi reproduksi
e. Fungsi ekonomi
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
3. Struktur keluarga
Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran,
pengambilan keputusan.
a. Struktur peran.
2
b. Struktur nilai keluarga
Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang
nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat
c. Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses
komunikasi disfungsonal.
pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi
pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai
intruksi.
kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain.
2
dewasa), kekuasaan orang
2
tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil
pembuatan keputusan.
Lain halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017), struktur
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
b. Matrilineal
c. Matriloka
d. Patrilokal
e. Keluarga kawin
2
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:
masalah.
membuat keputusan.
dan perawatannya).
2
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
psikososial).
harus
2
5. Peran perawat keluarga
2
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda
a. Sebagai pendidik
kesehatan.
terlebih
2
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah
f. Sebagai fasilitator
mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti
2
keluarga. Melalui
3
asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap
intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi
keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
3
kakek/nenek
3
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat
ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan
keluarga
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
3
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal
dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada
untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada
3
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &
Hardhi 2015)
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh
darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
3
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
3. Etiologi
bagian yaitu:
akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat
3
dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau
hipertensi.
3
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah
sebagai berikut :
1) Riwayat keluarga
2) Usia
3
3) Jenis kelamin
lebih besar.
4) Etnis
lingkungan.
1) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
besar.
2) Stress
4
3) Obesitas
4) Nutrisi
pengembangan hipertensi.
5) Penyalahgunaan obat
secara langsung.
4
5. Manifestasi Klinis
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,
pusat,
4
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerolus.
tekanan kapiler.
6. Pemeriksaan Penunjang
ginjal.
(meningkatkan hipertensi).
diuretik.
meningkatkan hipertensi.
4
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
primer (penyebab).
katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
feokromositoma.
4
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
7. Komplikasi
terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai
berikut :
a. Jantung
b. Otak
c. Ginjal
4
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
d. Mata
8. Penatalaksanaan
Suddart, 2015).
a. Terapi nonfamakologis
4
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
4
buahan sebanyak 3 5 kali dalam sehari,
4
seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup. 5)
Penurunan Stress Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress
& Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita
ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan
b. Terapi farmakologis
hipertensi. Setiabudy (2013), Ada 5 macam jenis obat anti hipertensi yaitu:
1) Diuretik
4
berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
Enalapril, Ramipril,
5
darah
5
dan di otot jantung, AT2 terdapat dimedula adrenal mungkin juga di
5) Antagonis Kalsium
Diltiazem.
1. Pengkajian
masyarakat yang dilaksanakan pada orang baik sehat maupun sakit secara
2011).
5
Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang
a. Data umum
keluarga
5
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti
pelayanan kesehatan.
c. Pengkajian lingkungan
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling
5
yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan
secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan
5
e. Pemeriksaan fisik
berikut :
dangkal, nadi cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan
3) Review of sistem
5
jantung
5
karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut
didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta dan katup
mitral.
mata.
kemih penuh.
5
e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi
5
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
informasi
penyakit
6
2. Keluarga dapat Dukungan perilaku
perawatan HT
a. Partisipasi dalam
mengambil keputusan
HT - Pengajaran:
latihan yang
disarankan
d. TTV
e. Pain Level
6
4. Keluarga dapat Identifikasi faktor
untuk perawatan
penderita HT
a. Faktor resiko HT
fasilitas pelayanan
kesehatan
a. Kepatuhan: perilaku
menerima pelayanan
kesehatan
2 Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat Pengajaran proses
keluarga HT
a. Pengetahuan: Proses
penyakit
perawatan
a. Berpartisipasi dalam
memutuskan
perawatan kesehatan
6
3. Keluarga mampu Peningkatan
sakit:
a. Manajemen penyakit
kronis
b. Vital sign
4. Keluarga mampu Manajemen
lingkungan aman
a. Pengendalian factor
resiko
menggunakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
a. Perilaku mencari
pelayanan
6
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian penulis
I. Data Umum
Status Ke
No Nama JK Hubung Umur imunisasi t
an dgn BC POLIO DPT HB CP
KK G K
2. Ny.E P Istri 51 sehat
th
3. An.A L Anak 30 v v v v v v v v v v v v sehat
th
4. An.G L Anak 23 v v v v v v v v v v v v sehat
th
6
Genogram :
Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
rekreasi keluarga yang sering Dilakukan yaitu dengan menonton televisi dan
6
berkumpul bersama tetangga di depan rumah.
6
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tn. S dan Ny. E memiliki dua anak, anak G berusia 23 tahun anak pertama
dan anak A umur 30 tahun anak kedua masih bersekolah. Keluarga ini berada
Tn. S dan Ny. E berharap agar anaknya masih bersekolah dan dapat terus
melanjutkan pendidikan.
Dalam keluarga Tn. S terdapat satu orang yang sedang menderita sakit yaitu
Tn. M mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri di pundak serta istirahat
dirasakan sejak 1 bulan terakhir ini dan sebelumnya pernah berobat ke dokter
praktek dan puskesmas dan diberikan obat. Setelah minum obat keluhan
6
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
keluarganya tidak ada menderita penyakit yang sama, tidak ada yang pernah
III.Data Lingkungan
a. Kepemilikan rumah
Luas rumah 42 m2 dengan ukuran 6x7 meter terdiri dari ruang tamu, 2
kamar tidur , 1 ruang keluarga, dapur dan WC. lantai rumah dari semen
Arah rumah Tn. S menghadap timur, cahaya matahari dapat masuk saat
listrik.
d. Jamban
bersih, keluarga Tn. S menggunakan septik tank dan berjarak lebih dari 10
6
Sumber air minum menggunakan PDAM. Air minum dimasak sampai
Denah rumah :
dapur
kt wc
Kt
R. keluarga
R.tamu
Dari awl pernikahan Keluarga Tn. S sudah menetap di rumah dan alamat
6
Hubungan Keluarga Tn. S dengan tetangga baik, pada waktu senggang
rumahnya.
Anggota keluarga yang sakit yaitu Tn. S, setelah obat habis klien tidak pernah
bahwa keluhan yang dialaminya bisa sembuh tanpa harus kontrol lagi dan
berobat, klien tidak memiliki uang untuk berobat ke dokter. Keluarga tidak
Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafakah untuk keluarga
keluarga.
7
Komunikasi keluarga bersifat terbuk satu sama lain sehingga pabila ada
keluarga.
Struktur keluarga Tn. S terletak pada Tn. S sebagai kepala keluarga, namun
bersama.
V. Fungsi Keluarga
terjadinya masalah.
berusuaha bertingk laku dan perperilaku yang sesuai dengan norma yang
dianut di lingkungannya
7
Keluarga Tn. S sudah memiliki 2 orang anak dan Ny. E masih ber KB
7
27. Fungsi Ekonomi
untuk sandang hanya membeli sebulan sekali / tidak pasti. Keuangan keluarga
dan
7
Keluarga belum mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu
Tn. S rasakan adalah hal biasa dan akan hilang dengan beristirahat.
Stressor jangka pendek keluarga yaitu gangguan kesehatan yang Tn. S alami
Keluarga menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa dan tidak
sama.
7
Keluarga menyatakan keluhan yang Tn. S adalah keluhan biasa dan
masalah kesehatan yang ada pada keluarganya. Serta keluhan Tn. S cepat
sembuh dan sehat kembali dan tidak ada keluhan dalam menjalani
aktifitasnya.
7
mukosa bibir stomatitis, lembab, mukosa bibir
lembab, mukosa bibir jumlah gigi lembab,
jumlah gigi lembab, lengkap, jumlah gigi
lengkap, jumlah gigi warna putih lengkap,
warna putih lengkap, kekuningan, warna putih
kekuningan, warna putih refleks kekuningan,
refleks kekuningan, menelan baik, refleks
menelan baik, refleks fungsi menelan baik,
fungsi menelan baik, pengecapan fungsi
pengecapan fungsi baik, pengecapan
baik, pengecapan peristaltik baik,
peristaltik baik, normal, tidak peristaltik
normal, tidak peristaltik ada nyeri normal, tidak
ada nyeri normal, tidak tekan pada ada nyeri
tekan pada ada nyeri abdomen. tekan pada
abdomen. tekan pada abdomen.
abdomen.
Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
endokrin pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid
Sistem Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
perkemihan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pada kandung pada kandung pada kandung pada kandung
kemih, kemih, kemih, kemih,
frekuensi frekuensi frekuensi frekuensi
berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4-
5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna
kuning muda kuning muda kuning muda kuning muda
Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
reproduksi keluhan keluhan keluhan keluhan
Sistem Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
muskuloskeletal sendi normal, sendi normal, sendi normal, sendi normal,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
edema dan edema dan edema dan edema dan
varises varises varises varises
7
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
1. Analisis Data
No Data Penyebab Masalah
1 DS Agen cedera Nyeri akut
Tn. S Tn. S mengeluh biologis
pusing, kepala terasa berat
dan nyeri di pundak
Tn. S mengeluh istirahat
tidur yang kurang
Skala nyeri 5 (sedang)
DO
TD : 150/90 mmHg
HR : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
SB : 370C
Tampak meringis
2 DS Sumber daya Ketidakefektifan
Ny. E mengatakan pernah tidak cukup pemeliharaan
membawa Tn. S ke kesehatan
puskesmas dan ke dokter,
setelah obat habis tidak
pernah lagi ke puskesmas
Ny. E mengatakan tidak
mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Tn. S
DO
Tn. S tampak lemas
TD : 150/90 mmHg
HR : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
SB : 370C
7
tidur yang kurang., TD : 150/90 mmHg, HR : 80 x/ menit, Skala nyeri 5
(sedang) dan tampak meringis.
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber
daya tidak cukup ditandai dengan Ny. E mengatakan pernah membawa
Tn. S ke puskesmas dan ke dokter, setelah obat habis tidak pernah lagi ke
puskesmas, Ny. E mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Tn. S, dan TD : 150/90 mmHg
7
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
8
D. Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga
8
5. Mengajarkan tentang TD:
teknik non farmakologi
150/100
6. Memberikan analgetik
mmHg
untuk mengurangi nyeri
HR: 80x/m
8
2. 25 April 2020 1. Mengkaji tingkat S: keluarga
11.30 pengetahuan keluarga
mengatakan
tentang hipertensi
mengerti
hasil : keluarga belum
mengerti tentang O:
hipertensi, bagaimana Pengetahuan
penanganannya di rumah
70% kategori
dan dampak bila tidak
diobati baik
mendengarkan dengan
seksama penyuluhan
hipertensi
3. mereview hasil
penyuluhan
Hasil :
Keluarga dapat
mengulangi 70%
penjelasan tentang
hipertensi dan dapat
menjawab pertanyaan
yang diajukan 100%
8
1 26 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. S
10.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan berkurang dan
3. menggunakan teknik
kepala terasa
komunikasi terapeutik
ringan
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien O:
4. Mengontrol lingkungan
- skala nyeri
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, 3 (ringan)
8
Hasil : keluarga hanya Pengetahuan :
memberikan perawatan 80 % kategori
seadanya dengan memijat
(baik)
3. Membantu keluarga
membuat bahan herbal Perilaku 80%
untuk menurunkan TD kategori (baik)
Hasil : keluarga
A: masalah
memilih untuk
memberikan Jus teratasi
ketimun P: intervensi
4. Mendemonstrasikan cara selesai
pembuatan herbal untuk
menurunkan TD
Hasil : keluarga dapat
membut jus timun untuk
menurunkan TD
5. Mengkaji kemampuan
keluarga
menggunakan fasilitas
kesehatan Hasil :
keluarga tidak
memiliki JKN dan
biaya terbatas untuk
obat
6. Memberikan dukungan
keluarga menggunakan
JKN
Hasil : keluarga bersedia
untuk mengurus BPJS
melalui Kelurahan
8
7. Memberikan HE tentang
pentingnya pengobatan
teratur pada hipertensi
Hasil : keluarga mengerti
dan memahami
pengkajian
8
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
binaannya.
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. S sesuai dengan
juga menggali informasi dari pengalaman anggota keluarga untuk memenuhi data
pusing, sakit kepala, nyeri pada leher belakang, terasa berat pada belakang
kepala, dengan nyeri terasa hilang timbul dengan skala nyeri 5 dan dilakukan
gejala Hipertensi menurut Wijaya dan Putri, (2013) yaitu nyeri kepala saat
kabur akibat retinopati karena hipertensi, langkah kaki tidak stabil karena
kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal
kapiler. Menurut Brunner dan Suddart (2015) gejala yang timbul selain dari
peningkatan darah yang tinggi, dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
di masa muda seperti coto, konro, ikan asin dan berkuah santan, jarang olahraga
meledak-ledak dan masih sulit terkontrol. Penyebab hipertensi ini sesuai dengan
obat-obatan dan faktor keturunan. Menurut black dan Hakws (2014) faktor resiko
hipertensi yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin
dan ras/etnis sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah stress, obesitas,
7
B. Diagnosa Keperawatan
ditingkatkan.
2. Intoleransi aktivitas
6. Ketidakefektifan koping
7. Defisit pengetahuan
8. Ansietas
9. Resiko cidera
7
Pada studi kasus ini penulis menemukan 2 diagnosa keperawatan pada keluarga
tidak cukup
Diagnosa nyeri akut (sakit kepala) yang penulis angkat dalam proses
keperawatan keluarga Tn. S ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada bagian
kepala belakang, pusing, kepala terasa berat, nyeri merembek sampai pundak.
Diagnosa tersebut sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala atau respon
tubuh yang mengalami hipertensi menurut crowin (2000) yaitu nyeri kepala saat
intrakranial, penglihatan kabur, ayunan langkah yang tidak stabil, nokturia karena
ini didukung oleh data ketidaktahuan klien dan keluarga dalam mengatasi kondisi
kesehatan yang tersedia, klien dan keluarga tidak tahu merawat anggota keluarga
yang sakit dengan hipertensi. Faktor ini disebabkan oleh lingkungan keluarga dan
Diagnosa tersebut sesuai dengan teori robbins (2007), beberapa faktor yang
berperan dalam hipertensi primer atau essensial mencakup pengaruh genetik atau
7
keturunan dan pengaruh lingkungan seperti stressor, kegemukan, merokok dan
kurangnya aktifitas fisik dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap
sebagai faktor eksogen dalam hipertensi. Sedangkan Black dan Hawks (2014)
menyatakan bahwa stress meningkatkan resistensi perifer dan curah jantung serta
akan dapat menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Stress adalah masalah persepsi
dan interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan
C. Intervensi Keperawatan
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan
serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak atau standar tetapi
7
Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan nyeri akut (sakit kepala) karena
keluarga dimana keluarga harus mampu mengenal setiap kondisi sakit anggota
keluargatentang penyakit.
D. Implementasi Keperawatan
Klien dan keluarga dapat menilai potensi dan kemampuan sumber daya sendiri
memodifikasi
7
lingkungan untuk kesehatan keluarga dan mampu menggunakan fasilitas
sampai dengan tanggal 26 April 2020, dengan kegiatan berdasarkan rencana yang
7
E. Evaluasi Keperawatan
subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung pasien, O(obyektif) berisi data
mengembangkan sumber daya dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep
tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan mudah atau sulit
7
kesehatan yaitu
7
mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan terkait masalah
yang tersedia.
sebagai berikut : Tn. S mengatakan masih pusing berkurang dan kepala terasa
ringan, skala nyeri 3 (ringan), TTV TD: 130/80 mmHg, HR: 76x/m, keluarga
8
BAB V
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dalam studi kasus ini, maka penulis
pengawasan pengobatan.
hasil proses perawatan yang dilakukan selama tiga hari menunjukan semua
8
B. Saran
Untuk klien agar menjaga pola dan gaya hidup maupun faktor lain yang
proses penyembuhan.
psiko, sosial, spritual, kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu
yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga diperlukan
adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk
8
Mampu Menurunkan Hipertensi?
Buah naga mengandung banyak nutrisi dan vitamin, serta memiliki sifat antioksidan
untuk melawan penyakit. Tidak heran jika mengonsumsi buah naga secara teratur
dapat menyehatkan tubuh.
Manfaat terkait menurunkan tekanan darah tinggi, berkaitan dengan kandungan
magnesium yang ada di dalam buah naga. Meski begitu, fungsi menurunkan darah
tinggi ini hanya sebagai nutrisi pendukung, bukan sebagai pengganti obat hipertensi.
Tingkat penurunan darah tinggi pun berbeda pada setiap orang dan setiap kasus. Maka
itu, konsumsilah buah naga dalam jumlah yang wajar dan tetap lakukan perubahan
pola hidup yang lebih sehat untuk menjaga tekanan darah. Seperti menghindari
makanan asin, memperbanyak minum air putih, dan olahraga secara teratur.
Nah, kesimpulannya pengidap hipertensi tak bisa hanya mengandalkan buah naga
untuk menurunkan tekanan darahnya. Sebab, mereka juga harus menerapkan pola
hidup sehat dan mengonsumsi obat hipertensi secara rutin.
Berbagai Manfaat Buah Naga untuk Kesehatan
Selain diyakini dapat menurunkan tekanan darah, ada pula beberapa manfaat buah
naga lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan kesehatan kardiovaskular
Buah naga menjadi pilihan yang baik untuk meningkatkan kesehatan jantung dan
menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Antioksidan yang terkandung dalam
buah dan bijinya memberi tubuh asupan asam lemak omega-2 dan omega-9, serta
membantu mengurangi kolesterol total (termasuk kadar kolesterol “jahat” LDL).
2. Mendukung sistem kekebalan tubuh
Manfaat buah naga berikutnya yaitu meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk
mencegah serangan penyakit. Buah naga mengandung vitamin C, yang dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari kuman, bakteri, dan
radikal bebas.
3. Meningkatkan kesehatan pencernaan
Buah naga mengandung serat yang dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan
kesehatan usus. Perlu diketahui, orang dewasa membutuhkan antara 21 hingga 38
gram serat per hari. Sementara itu, 100 gram buah naga mengandung 2,9 gram serat
8
atau 10 persen dari nilai harian yang dibutuhkan tubuh. Dengan mencukupi kebutuhan
serat, dapat mencegah serta mengobati sembelit.
4. Menurunkan gula darah pada pengidap diabetes
Selain meningkatkan kesehatan usus, serat dalam buah naga bermanfaat pada pengidap
diabetes tipe 2 untuk membantu rasa kenyang lebih lama, menurunkan berat badan,
dan menormalkan kadar gula darah.
5. Menyehatkan kulit
Manfaat buah naga selanjutnya yaitu menyehatkan kulit. Mengonsumsi buah naga
dapat membantu mengurangi bintik-bintik penuaan, kerutan, kulit kering, dan jerawat.
Manfaat tersebut berasal dari kandungan vitamin C dan antioksidan di dalam buah
naga. Vitamin dan antioksidan tersebut berperan dalam memperbaiki kerusak sel
secara bertahap, sehingga tampilan kuli jadi lebih muda.
8
3. Bagi Peneliti
8
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berda
sarkan Diagnose Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta
Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik. EGC.
Jakarta.
Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta
8
Potter dan Perry, 2012. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan
praktik. Vol.1. edisi 4. EGC. Jakarta
Wijayaningsih, KS. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV. Trans info media.
Jakarta