Anda di halaman 1dari 107

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.

S DENGAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
CIKALONG TASIKMALAYA

OLEH
GALIH NUGRAHA
NIM 2O14201032

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan
berkah dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk
Studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten Tasikmalaya
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................5
C. Manfaat Penulisan............................................................................................6
D. Metode dan Teknik Penulisan..........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Tentang Keluarga.............................................................................10
B. Konsep Tentang Hipertensi..............................................................................18
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................................32

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian........................................................................................................40
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................46
C. Rencana Tindakan Keperawatan......................................................................47
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................53
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................53

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................................59
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................60
C. Rencana Tindakan Keperawatan......................................................................63
D. Implementasi Keperawatan..............................................................................64
E. Evaluasi Keperawatan......................................................................................65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.......................................................................................................68
B. Saran.................................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Teori rencana keperawatan

Tabel. 2. Data fokus hasil pengkajian keperawatan

Tabel. 3. Analisis data hasil pengkajian

keperawatan Tabel. 4. Matriks rencana intervensi

keperawatan

Tabel. 5. Matriks implementasi dan evaluasi keperawatan

iv
LAMPIRAN

Lampiran. 1. Surat keterangan telah melakukan penelitian


Lampiran. 2. Surat keterangan bebas pustaka
Lampiran. 3. Surat keterangan bebas administrasi
Lampiran. 4. Dokumentasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang

berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya

(Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi

terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta

kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar

kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012).

Hipertensi selain dikenal sebagai penyakit, juga merupakan faktor risiko

penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan diabetes mellitus, World

Health Organization (WHO) Tahun 2017 melaporkan setidaknya terdapat 975

juta kasus hipertensi di dunia dan akan meningkat menjadi 1,1 milyar kasus pada

tahun 2025 atau sekitar 29 % penduduk dunia. Dimana 333 juta kasus di negara

maju dan 639 juta kasus di negara-negara berkembang termasuk indonesia.

5
(Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 yang didapat melalui

pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1 %. Prevelensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui kuesioner terdiagnosis sebesar 8,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan

atau sedang minum obat sebesar 8,8 %, yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada

usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 adalah hipertensi dengan

prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75

tahun.

Hipertensi di Sulawesi Tenggara tahun 2018 tercatat masih sangat tinggi

yaitu 11.265 kasus dan pada tahun 2019 tercatat sebesar 41.818 kasus, dari data

yang terdiagnosis hipertensi tertinggi pada perempuan yaitu sebanyak 21.007

jiwa (34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 20.811 jiwa (50,32%).

Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup

seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi sudah

menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) danakan menjadi

masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Pengendalian

hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan. (Kemenkes RI,

2018). Menurut Join National on Detection, Evaluation and Treatment of

Higt Blodd Presure (JNC) (2014) hipentensi merupakan peningkatan tekanan

darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, memiliki rentang dari normal

tinggi sampai

hipertensi emergensi.

6
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan

merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping

stress, mengatur pola aktivitas, menghindari alkohol, dan rokok.

Penatalaksanaan

7
hipertensi dengan obat saat ini memang telah mengalami kemajuan, tetapi

terdapat banyak laporan yang menyampaikan bahwa penderita yang datang ke

Rumah Sakit akan datang lagi dengan keluhan tekanan darahnya tidak

mengalami penurunan bermakna meskipun sudah diobati (Dalimartha, 2012).

Penanganan hipertensi akan lebih baik jika diintegrasikan dengan sistem

kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat obatan. Obat

yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal

sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang

memerlukan pengobatan jangka panjang (Depkes RI, 2017).

Pengendalian penyakit hipertensi dilakukan dengan cara promosi kesehatan

dengan harapan bahwa dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat mengenai perilaku hidup sehat. Preventif juga menjadi cara

penanganan hipertensi dengan melarang merokok, peningkatan gizi seimbang,

aktifitas fisik dengan mencegah timbulnya faktor resiko menjadi lebih buruk,

menghindari terjadinya rekurensi faktor resiko.(Heri, 2012).

Aktivitas fisik yang teratur menurut Davis (2010) dapat menurunkan

atherosklerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Selain itu,

aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg dan

tekanan diastolik 7,5 mmHg. Berdasarkan penelitian Sugiharto (2011)

menemukan bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga

meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan responden

8
yang memiliki kebiasaan olahraga. Sesuai dengan rekomendasi (WHO-ISH) dan

(JNC VI) dalam menangani penderita hipertensi khususnya hipertensi ringan,

melakukan kegiatan olahraga yang terprogram sudah menjadi satu komponen

dasar pengobatan hipertensi sebelum pemberian obat–obatan (WHO, 2017).

Proporsi penderita hipertensi yang tidak rutin dan tidak minum obat sangat

tinggi yaitu sebesar 32,3% tidak rutin berobat dan tidak minum obat sebesar

13,3% dengan bebagai macam alasan yaitu sudah merasa sehat, tidak rutin ke

faskes, sering lupa dan tidak mampu membeli obat. (Riskesdas, 2018).

Kasus Hipertensi di Puskesmas Bone Rombo dalam 3 tahun terakhir terus

meningkat dan menurut jenis kelamin tertinggi selalu terjadi pada perempuan,

berdasarkan kelompok usia tertinggi selalu terjadi pada kelompok usia di atas 45

tahun. Tahun 2017 kasus Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bone Rombo

sebesar 215 kasus, pada tahun 2018 mencapai 275 kasus sedangkan pada tahun

2019 kasus hipertensi di Puskesmas Bone Rombo semakin meningkat yaitu

sebesar 312 kasus. Dari wawancara yang dilakukan pada petugas Puskesmas

Bone Rombo didapatkan bahwa penderita hipertensi banyak yang tidak rutin

mengontrol tekanan darah, memiliki kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak

sehat, jika kebiasaan tersebut tidak diatasi maka akan memicu terjadi hipertensi

dan berlanjut ke komplikasi seperti gagal jantung, stroke, kerusakan pada ginjal

dan kebutaan.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik melakukan

studi kasus Hipertensi pada keluarga dalam judul “Asuhan Keperawatan

9
Keluarga

1
Tn. S dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn. S

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci kalong Kabupaten

Tasikmalaya

2. Tujuan Khusus

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat :

a. Mampu melakukan pengkajian pada Keluarga Tn. S dengan Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten Tasikmalaya

b. Mampu menyusun diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. S dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten

Tasikmalaya

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga Tn. S dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten

Tasikmalaya

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. S

dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten

Tasikmalaya

1
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. S dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ci Kalong Kabupaten

Tasikmalaya

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis yang dapat di ambil sebagai berikut :

a. Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang

telah diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.

b. Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas

kesehatan dan masyarakat secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit

hipertensi dan perawatannya.

b. Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia

pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk

peneliti selanjutnya.

c. Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan

agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan

perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.

d. Bagi peneliti, sebagai input pengetahuan yang kedepannya mampu

digunakan oleh peneliti sebagai rujukan referensi pada kasus yang

serupa pada penelitian selanjutnya.

1
D. Metode dan Teknik Penelitian

1. Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Ci Kalong

pada tanggal 6 Juli sampai 15 Juli 2023

2. Teknik pengumpulan data

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memerlukan data obyektif dan relevan

dengan melakukan pengumpulan data dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ilmiah ini.

b. Studi kasus

Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan pada klien yang meliputi pengkajian, penerapan diagnosa

keperawatan, penyuusunan rencana tindakan, penerapan implementasi

keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pengkajian penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan dan keadaan klien

2) wawancara

1
Mengadakan wawancara langsung terhadap klien dan keluarga klien

terkait dengan penyakit yang diderita.

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan secara per sistem terhadap klien dengan

cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

4) Studi dokumentasi

Penulis peroleh data dari medical record dan data pemeriksaan

penunjang berupa hasil pemeriksaan laboratorium

5) Metode diskusi

Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang

bertugas saat pengambilan data di puskesmas Ci Kalong Kabupaten

3. Teknik penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari

lima bab, yaitu :

Bab I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan dan teknik penulisan

Bab II: tinjauan pustaka yang mencakup konsep dasar medis meliputi

definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik

dan penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan

1
Bab III : Tinjauan kasus yang mencakup hasil pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi.

Bab IV : pembahasan kasus yang berisi perbandingan antara teori

keperawatan dan kasus yang di amati

Bab V : penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

Diakhiri dengan daftar pustaka yang memuat referensi yang dipergunakan

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

keluarga adalah sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan

terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang

dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun

berfungsi sebagai sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya

sebagai keluarga.

UU No. 10 Tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau

ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. Lain halnya menurut

BKKBN (1999) dalam Yolanda (2017), keluarga adalah dua orang atau lebih

yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan,

memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan

masyarakat serta lingkungannya. (Yolanda, 2017)

1. Bentuk keluarga

Berbagai bentuk keluarga tradisional adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti

1
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang

mencari nafkah, seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak

(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto (2012), Kelurga inti

adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang

direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena

kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga adopsi.

Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung

jawab sebagai orang tua seterusnya dari oranr tua kandung ke orang

tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling

menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang

tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasihsayangnya bagi anak

adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka (Friedman, 2010).

3) Keluarga besar ( Extended Family )

Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan

rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak /

adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan

oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan

membentuk pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan

menurut Sudiharto (2012), keluarga besar adalah Keluarga inti

ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya

1
kakek,

1
nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang

tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga dengan pasangan

sejenis.

4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,

ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).

5) Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa

bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri

atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman–teman seperti mereka

yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup

bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota

keluarga yang penting (Yolanda, 2017).

6) Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan

yang kompleks dan penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang

perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau

subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan

kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota keluarga harus

menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak – anak

seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan

tugas perkembangan mereka (Yolanda, 2017).

1
7) Keluarga binuclear

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak

merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua

rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal

tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah

tangga (Yolanda, 2017).

2. Fungsi keluarga

Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010) dalam Yolanda 2017:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan

maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendir, sehingga fungsi

afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran

utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini

berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap

kebutuhan sosioemosional semua anggota keluarganya.

b. Fungsi sosialisasi dan status social

Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang

diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak–anak tentang

cara menjalankan fungsi dan memikul peran social orang dewasa seperti

peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian

status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status

kepada anak

2
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat

ini tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.

c. Fungsi reproduksi

Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat

yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.

d. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan

perlindungan terhadap bahaya.Pelayanan dan praktik kesehatan adalah

fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.

e. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya

yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai

melalui proses pengambilan keputusan.

3. Struktur keluarga

Ada empat struktur keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah struktur peran,

struktur nilai keluarga, proses komunikasi dan struktur kekuasaan dan

pengambilan keputusan.

a. Struktur peran.

Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang

sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat

seseorang dalam suatu system social.

2
b. Struktur nilai keluarga

Nilai keluarga adalah suatu system ide, perilaku dan keyakinan tentang

nilai suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat

anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.

c. Proses komunikasi

Proses komunikasi ada dua yaitu proses komunikasi fungsional dan proses

komunikasi disfungsonal.

1) Proses komunikasi fungsional.

Komunikasi fungsional dipandang sebagai landasan keberhasilan

keluarga yang sehat, dan komunikasi funsional didefenisikan sebagai

pengerim dan penerima pesan yang baik isi maupun tingkat intruksi

pesan yang langsung dan jelas, serta kelarasan antara isi dan tingkai

intruksi.

2) Proses komunikasi disfungsional.

Sama halnya ada cara berkomunikasi yang fungsional gambaran dar

komuniasi disfungsional dari pengirim dan penerima serta komunkasi

disfungsinal juga melibatkan pengirim dan penerima.

d. Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan.

Kekuasaan keluarga sebagai arakteristik system keluarga adalah

kemampua atau potensial, actual dari individu anggota keluarga yang lain.

Terdapat 5 unit berbeda yang dapat dianalisis dalam karakteristik

kekuasaan keluarga yaitu : kekuasaan pernikahan (pasangan orang

2
dewasa), kekuasaan orang

2
tua, anak, saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil

keputusan adalah teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam

upaya mereka untuk memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses

pembuatan keputusan.

Lain halnya menurut menurut Padila (2012) dalam Yolanda (2017), struktur

keluargamenggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga

dimasyarakat. Ada beberapa strukturkeluarga yang ada di Indonesia

diantaranya adalah :

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matriloka

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal besama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

2
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut

Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan

yang dialami anggota keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami

anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan

orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor

penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap

masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

dan perawatannya).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

2
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,

psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.

2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pentingnya hiegine sanitasi.

4) Upaya pencegahan penyakit.

5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.

6) Kekompakan antar anggota kelompok.

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga

harus

mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga.

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.

3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

2
5. Peran perawat keluarga

2
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) dalam Yolanda

(2017) adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada

keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang memiliki masalah kesehatan

b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif.Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan

untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan

kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat

menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap melalui

kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi

maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan

terlebih

2
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah

keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak

keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta

memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi

hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga

terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas

perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang

mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam

mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalahmasalah

kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang

muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya

yang dipraktikkan keluarga. Peran perawat keluarga dalam asuhan

keperawatan berpusat pada keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan

bertujuan memenuhi kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga

sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap anggota

2
keluarga. Melalui

3
asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga menjadi optimal, setiap

individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak

mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negative sehingga memiliki

kemampuan berpikir yang cerdas.

6. Tahap perkembangan keluarga

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru

dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan

intim yang baru.Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas

perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang

memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan

jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30

bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi

siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap II adalah

membentuk keluarga muda sebagai suattu unit yang stabil (

menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki

hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan

kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan

yang memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan

keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi

3
kakek/nenek

3
c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat

ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan

suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara lakilaki, dan putri-saudara

perempuan. Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan

yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai

anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain,

mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar

keluarga

d. Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu

penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai

pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota

keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga

maksimal.Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah

menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau

perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung

3
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak

meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal

dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada

keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga

untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar

dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)

Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak

pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,

ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada

tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewas

muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari

pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan

menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami

dan istri yang sudah menua dan sakit

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika

anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau

kematian salah satu pasangan.Tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua

yang telah menua dan anak mereka, memperkuat hubungan pernikahan

3
h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pension

salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan

pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tujuan

perkembangan tahap keluarga ini adalah mempertahanka penataan

kehidupan yang memuaskan (Yolanda, 2017).

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi

juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh

darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &

Hardhi 2015)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut

darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh

secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).

Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80

mmHg (Muttaqin, 2012).


3
2. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis

dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

3
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup

), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (

Suzanne & Brenda, 2011).

3. Etiologi

Menurut Arif. M, (2011), berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi dua

bagian yaitu:

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat diketahui

penyebabnya.atau disebut juga hipertensi idiopatik. Hipertensi esensial

biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada

akhir 30-an dan 50-an dan secara bertahap “ menetap “ pada suatu saat

3
dapat juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau

“maligna“ yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.

Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan emosi,

obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat – obatan, faktor

keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Robbins

(2017), beberapa faktor yang berperan dalam hipertensi primer atau

esensial mencakup pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan seperti

:stress, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi

garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam

hipertensi.

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan penyebab

tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan (Brunner &

Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya & Putri (2013), penyebab

hipertensi sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor,

diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta, kelianan endokrin lainnya

seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme dan pemakaian obat-

obatan seperti kontasepsi oral dan kartikosteroid.

3
4. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat

diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks (2014) adalah

sebagai berikut :

a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Riwayat keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada

seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi

dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat

menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien

dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko

hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.

Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang

berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan

darah sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena

merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan

kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke,

gagal jantung, dan penyakit ginjal.

3
3) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita

sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita

hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko

lebih besar.

4) Etnis

Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam

tidaklah jelas, akan tetapi peningkatannya dikaitkan dengan

kadar rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar

terhadap vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress

lingkungan.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah

1) Diabetes mellitus

Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien

diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosisdan

menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah

besar.

2) Stress

Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung

serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah

permasalahan persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang

menciptakan banyak stressor dan respon stress.

4
3) Obesitas

Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan meningkatnya

jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan perut,

dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi

obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom

metabolis, yang juga meningkatkan resiko hipertensi.

4) Nutrisi

Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi

pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan

hormone natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak

langsung menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga

menstimulasi mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat.

Penelitan juga menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim,

kalium, dan magnesium dapat berkontribusi dalam

pengembangan hipertensi.

5) Penyalahgunaan obat

Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberapa

penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko

hipertensi. pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta

obat seperti kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah

secara langsung.

4
5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus

optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ

yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit arteri

koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai

hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan

beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik

yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan

beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,

2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan

bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan intracranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf

pusat,

4
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan

filtrasi glomerolus.

e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor

resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi

ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiofaskuler)

4
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan

vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme

primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi

ginjal dan atau adanya diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat

mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24

jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila

hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,

feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar

renin dapat juga meningkat.

m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area

katub; deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau

feokromositoma.

4
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,

gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah

salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. (Anonim, 2013)

7. Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang

mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat

terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai

berikut :

a. Jantung

Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung

akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

lagi mampu memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan

diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,

apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

4
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat

menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat

lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi

dan dapat menimbulkan kebutaan.

8. Penatalaksanaan

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas

setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya

perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner &

Suddart, 2015).

a. Terapi nonfamakologis

Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non

farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya

hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi.

Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari

berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan

tekanan darah yaitu :1) Mempertahankan berat badan ideal

4
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi

obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah

kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik

dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg. 2) Kurangi asupan natrium

Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), pengurangan

konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan

tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak

2,5 mmHg. 3) Batasi konsumsi alkohol Radmarsarry (2007) dalam

Wijaya & Putri (2013), konsumsi alkohol harus dibatasi karena

konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan

darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi

empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum

berakohol. 4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium Kaplan,

(2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet

potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet

tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel

kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara

mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan

menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium

dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah

natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-

4
buahan sebanyak 3 5 kali dalam sehari,

4
seseorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup. 5)

Menghindari merokok menurut Dalimartha (2011), merokok

memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya

hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi

pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka

perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi. 6)

Penurunan Stress Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress

memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika

episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara

yang sangat tinggi. 7) Terapi pijat Dalimartha (2008) dalam Wijaya

& Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita

hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh

sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir,

ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan

hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

b. Terapi farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, seperti jenis obat anti

hipertensi. Setiabudy (2013), Ada 5 macam jenis obat anti hipertensi yaitu:

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan di tubuh

4
berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

Contoh obat diuretik Kuat adalah Hidroklorotiazid, Klortalidon,

Indapamid, Bendroflumetiazid, Metolazon, Xipamid, dan Contoh obat

diuretik Kuat adalah Furosemid, dan Torsemid, Contoh obat diuretik

Hemat kalium adalah Amilorid, Triamteren.

2) Agen Penghambat Adrenegik (β-bloker)

(β-bloker) digunakan sebagai obat tahap pertama pada

hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit

jantung koroner (khususnya sesudah infark miokard akut). Beta bloker

dapat menyebabkan bradikardia, blokade AV, hambatan nodus SA dan

menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Contoh obat golongan ini

adalah Asebutolol, Atenolol,Metaprolol, Labetolol, dan Karvedilol.

3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme).

ACE- inhibitor menghambat perubahan A l menjadi A ll

sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain

itu degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin

dalam darah meningkat dalam efek vasodilatasi ACE-inhibitor.

Contoh obat golongan ini adalah Kaptopril, Lisinopril, Benazepril,

Enalapril, Ramipril,

4) Penghambat reseptor angiotensin (Angitensin receptor blocker,ARB)

Reseptor angiotensin terdiri dari dua kelompok besar yaitu AT1

dan AT2. Reseptor AT1 terdapat terutama di otot polos pembuluh

5
darah

5
dan di otot jantung, AT2 terdapat dimedula adrenal mungkin juga di

SSP. Pemberian obat ini akan menghambat semua efek angiotensin

seperti: vasokontriksi, sekresi aldosteron, rangsangan saraf simpatis.

Contoh obat golongan ini adalah Valsartan, Losartan, Irbesartan,

Telmisartan dan Candesartan.

5) Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis

kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena

kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini di ikuti oleh reflek

takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan

dihidropiridin kerja pendek (nifedipin). Contah obat pada golongan ini

adalah Nifedipin, Amlodipin, Felodipin, Isradipin, Verapamil dan

Diltiazem.

C. Konsep Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

1. Pengkajian

Keperawatan adalah pelayanan esensial individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang dilaksanakan pada orang baik sehat maupun sakit secara

promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif dengan pendekatan proses

keperawatan melalui tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. (Aziz, A,

2011).
5
Fokus Pengkajian pada keluarga model Friedman (2010) yang

diaplikasikan ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :

a. Data umum

Data umum yang perlu dikaji adalah :

1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis

kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.

2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta

kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe

keluarga

3) Status sosial ekonomi Keluarga, Status sosial ekonomi keluarga

ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun

anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan

keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan

mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

5
3) Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha

penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa

pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya Menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah

ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber

air, sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah

mengelupas, serta dilengkapi dengan denah rumah.

d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling

asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,

menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan.

2) Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan,

hukuman, serta memberi dan menerima cinta.

3) Fungsi keperawatan; a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan :

menjelaskan nilai yang dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan

5
yang dilakukan dan tujuan kesehatan keluarga. b) Status kesehatan

keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa : keluarga mengkaji

status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat kelurga rentan

terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan. c) Praktik diet keluarga :

keluarga mengetahui sumber makanan yang dikonsumsi, cara

menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi perhari dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan. d) Peran keluarga dalam

praktik keperawatan diri : tindakan yang dilakukan dalam memperbaiki

status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan keluarga dirumah dan

keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah. e) Tindakan pencegahan

secara medis : status imunisasi anak, kebersihan gigi setelah makan, dan

pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan.

4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi

keluarga adalah : berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan

dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga

dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).

5) Fungsi ekonomi Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga

dalam memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan

peningkatan status kesehatan.

5
e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang

digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe. Sebagai

berikut :

1) Keadaan umum ; lemah

2) Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan

dangkal, nadi cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan

diastolik diatas 90 mmHg.

3) Review of sistem

a) B1 (breathing) ; sistem pernapasan sangat mendukung untuk

mengetahui masalah pada gangguan kardiovaskuler dimana

pemeriksaannya meliputi inspeksi pada bentuk dada ditemukan

bentuk dada phisis (panjang dan gepeng), empisematous (tong)

dan pektus eksavatus ( cekung kedalam). Pada palpasi

ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak

simetris dan getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi

ditemukan penurunan suara paru atau perubahan dari resonan.

Pada auskultasi ditemukan suara napas tambahan.

b) B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah dapat

secara langsung mengetahui masalah pada penyakit hipertensi

antara lain meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan

apeks jantung karena disebabkan adanya perubahan sumbu

5
jantung

5
karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut

apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena

jugularis. Pada perkusi biasanya tetap normal pada bunyi redup

tetapi didapatkan pembesaran jantung. Pada auskultasi

didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta dan katup

mitral.

c) B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher

untuk mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang

gelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat

ikterus bilamana ada gagal jantung dan dilakukan pemeriksaan

neurosensori untuk mengetahui adanya pusing saat bangun dari

duduk, wajah meringis, menarik diri dan kehilangan kontak

mata.

d) B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi fungsi jantung

yang penting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan

penting yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah

penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urine atau

karena ketidakmampuan klien untuk buang air kecil. Dareah

suprapubik harus diperiksa terhadap adanya massa oval dan

diperkusi adanya tanda pekak yang menunjukkan kandung

kemih penuh.

5
e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputi

perubahan nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit,

penurunan turgor kulit, kulit kering Atau berkeringat, muntah

dan penurunan berat badan. Adanya refluks hepatojuguler,

pembengkakan hepar adanya nyeri tekan pada abdomen.

f) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, dada rasa

berdebar, sulit tidur karena ortopnea, dispnea nokturnal

paroksismal, berkeringat malam hari, sering terbangun karena

nyeri kepala dan sesak napas.

2. Diagnosa keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke

system keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian

keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan

aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan

pengalaman ( Friedman, 2010).

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan

masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2017) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokonstriksi, iskemia, hipertropi ventrikuler

5
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan

informasi

e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

h. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan fisik, gangguan cerebral

3. Intervensi Keperawatan Keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative
dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).

Tabel. 3. Rencana intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat Pengajaran: proses

pemeliharaan mengenal masalah HT penyakit

kesehatan a. Pengetahuan: Proses

penyakit

6
2. Keluarga dapat Dukungan perilaku

mengambil keputusan keputusan

perawatan HT

a. Partisipasi dalam

mengambil keputusan

3. Keluarga dapat merawat - Pengajaran :

anggota keluarga dengan diet HT

HT - Pengajaran:

a. Perilaku patuh: pengobatan HT

diet yang - Pengajaran latihan

disarankan ( senam HT &

b. Perilaku patuh: relaksasi

pengobatan yang progresif)

dianjurkan - Monitor TTV

c. Perilaku patuh : - Manajemen nyeri

latihan yang

disarankan

d. TTV

e. Pain Level

6
4. Keluarga dapat Identifikasi faktor

memodifikasi lingkungan resiko

untuk perawatan

penderita HT

a. Faktor resiko HT

5. Keluarga dapat Mengunjungi

menggunakan fasilitas kesehatan

fasilitas pelayanan

kesehatan

a. Kepatuhan: perilaku

menerima pelayanan

kesehatan
2 Ketidakefektifan 1. Keluarga dapat Pengajaran proses

menajemen mengenal masalah penyakit

keluarga HT

a. Pengetahuan: Proses

penyakit

2. Keluarga dapat Dukungan membuat

mengambil keputusan keputusan

perawatan

a. Berpartisipasi dalam

memutuskan

perawatan kesehatan

6
3. Keluarga mampu Peningkatan

merawat anggota keterlibatan

keluarga yang keluarga

sakit:

a. Manajemen penyakit

kronis

b. Vital sign
4. Keluarga mampu Manajemen

memodifikasi lingkungan yang

lingkungan aman

a. Pengendalian factor

resiko

5. Keluarga mampu Konsultasi

menggunakan

fasilitas pelayanan

kesehatan

a. Perilaku mencari

pelayanan

6
BAB III

LAPORAN KASUS
A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan teknik pengumpulan data

melali studi kepustakaan dengan mempelajari isi literatur-literatur yang

berhubungan dengan karya tulis ini. Studi kasus menggunakan proses

keperawatan dengan pendekatan observasi dan wawancara selain itu melakukan

pengamatan langsung dan pemeriksaan secara langsung dengan metode per

sistem melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian penulis

sajikan sebagai berikut :

I. Data Umum

1. Kepala Keluarga (KK) : Tn. S


2. Alamat : Kelurahan cidadali Kec. Ci Kalong
3. Pekerjaan KK : Wiraswasta
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi Keluarga :

Status Ke
No Nama JK Hubung Umur imunisasi t
an dgn BC POLIO DPT HB CP
KK G K
2. Ny.E P Istri 51 sehat
th
3. An.A L Anak 30 v v v v v v v v v v v v sehat
th
4. An.G L Anak 23 v v v v v v v v v v v v sehat
th

6
Genogram :

Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

6. Tipe Keluarga : keluarga inti (nuklear Family)


7. Suku/Bangsa : Buton / Indonesia
8. Agama : Islam
9. Status Sosial ekonomi keluarga :
Kebutuhan sehari-hari Keluarga Tn. S semua dipenuhi Tn. S dengan pendapatan
perbulan Rp.1.000.000,-. Tn. S bekerja sebagai wiraswasta. Pengeluaran
keluarga Tn. S diantaranya untuk kebutuhan makan sehari hari.
10. Aktivitas Rekreasi keluarga :
Keluarga Tn. S sesekali melakukan rekreasi keluarga diluar kota. Aktifitas

rekreasi keluarga yang sering Dilakukan yaitu dengan menonton televisi dan

6
berkumpul bersama tetangga di depan rumah.

6
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tn. S dan Ny. E memiliki dua anak, anak G berusia 23 tahun anak pertama

dan anak A umur 30 tahun anak kedua masih bersekolah. Keluarga ini berada

dalam tahap V yaitu keluarga dengan anak remaja.

12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tn. S dan Ny. E berharap agar anaknya masih bersekolah dan dapat terus

melanjutkan pendidikan.

13. Riwayat kesehatan keluarga inti

Dalam keluarga Tn. S terdapat satu orang yang sedang menderita sakit yaitu

Tn. S sendiri dimana memiliki riwayat penyakit hipertensi selama ± 1 tahun.

Tn. M mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri di pundak serta istirahat

tidur yang kurang, skala nyeri 5 (sedang). Tn. S mengatakan keluhannya

dirasakan sejak 1 bulan terakhir ini dan sebelumnya pernah berobat ke dokter

praktek dan puskesmas dan diberikan obat. Setelah minum obat keluhan

sedikit berkurang. Karena keterbatasan biaya untuk pengobatan Tn. S tidak

kontrol lagi ke puskesmas terdekat sehingga penyakitnya kambuh lagi.

6
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Dalam keluarga hanya Tn. S yang menderita penyakit. Tn. S mengatakan

keluarganya tidak ada menderita penyakit yang sama, tidak ada yang pernah

menderita penyakit menular atauapun penyakit keturunan.

III.Data Lingkungan

15. Karakteristik rumah

a. Kepemilikan rumah

Rumah keluarga Tn. S merupakan rumah pribadi/sendiri

b. Luas rumah dan tipe rumah

Luas rumah 42 m2 dengan ukuran 6x7 meter terdiri dari ruang tamu, 2

kamar tidur , 1 ruang keluarga, dapur dan WC. lantai rumah dari semen

dengan tipe rumah semi permanen,

c. Penerangan dan ventilasi

Arah rumah Tn. S menghadap timur, cahaya matahari dapat masuk saat

pagi dengan jendela 6 buah, pada malam hari menggunakan penerangan

listrik.

d. Jamban

Jamban keluarga Tn. S terletak didalam rumah dengan kondisi cukup

bersih, keluarga Tn. S menggunakan septik tank dan berjarak lebih dari 10

meter dari sumber air.

e. Sumber air minum

6
Sumber air minum menggunakan PDAM. Air minum dimasak sampai

mendidik dan didinginkan

Denah rumah :

dapur
kt wc

Kt
R. keluarga

R.tamu

16. Karakteristik tetangga dan komunitas

Hubungan sosialisasi antar tetangga sekitar baik dan dpat berkomunikasi

dengan baik. Dilingkungan sekitar keluarga Tn. S kadang mengikuti kegiatan

RW seperti bersih bersih lingkungan.

17. Mobilitas geografis keluarga

Dari awl pernikahan Keluarga Tn. S sudah menetap di rumah dan alamat

sekarang dan tidak pernah berpindah tempat.

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dgn masyarakat

6
Hubungan Keluarga Tn. S dengan tetangga baik, pada waktu senggang

keluarga Tn. S selalu berbincang dan berinteraksi dengan tetangga sekitar

rumahnya.

19. Sistem pendukung keluarga

Anggota keluarga yang sakit yaitu Tn. S, setelah obat habis klien tidak pernah

dibawa lagi kepuskesmas atau faskes terdekat karena Tn. S beranggapan

bahwa keluhan yang dialaminya bisa sembuh tanpa harus kontrol lagi dan

berobat, klien tidak memiliki uang untuk berobat ke dokter. Keluarga tidak

memiliki jaminan kesehatan.

IV. Struktur Keluarga

20. Struktur Peran

Tn. S berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafakah untuk keluarga

sedangkan Ny. E sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi keperluan

keluarga.

21. Nilai atau norma keluarga

Dalam keluarga Tn. S semua kluarga saling menghargai dan menghormati

22. Pola komunikasi keluarga

7
Komunikasi keluarga bersifat terbuk satu sama lain sehingga pabila ada

masalah akan cepat terselesaikan dengan adanya partisipasi seluruh anggotaa

keluarga.

23. Struktur kekuatan keluarga

Struktur keluarga Tn. S terletak pada Tn. S sebagai kepala keluarga, namun

dalam pengambilan keputusan dalam keluarga berdasarkan keputusan

bersama.

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif

Anggota keluarga saling menyayangi, memiliki dan mendukung. Persolan

dalam rumah tangga selalu dibicarakan bersama sehingga tidak memicu

terjadinya masalah.

25. Fungsi Sosialisasi

Diantara anggota kelurga Tn. S berusaha selalu berinteraksi satu dengan

lainnya, begitu pula berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Keluarga

berusuaha bertingk laku dan perperilaku yang sesuai dengan norma yang

dianut di lingkungannya

26. Fungsi Reproduksi

7
Keluarga Tn. S sudah memiliki 2 orang anak dan Ny. E masih ber KB

7
27. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn. S sebagai wiraswasta sudah mencukupi kebutuhan pokok, tetapi

untuk sandang hanya membeli sebulan sekali / tidak pasti. Keuangan keluarga

juga ditunjang dengan Ny. E yang bekerja sebagai pedagang.

28. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Kemampuan Mengenal masalah kesehatan

Keluarga mengatakan tidak tahu masalah kesehatan yang diderita oleh

anggota keluarganya yaitu hipertensi

b. Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Keluarga mengatakan hanya mengambil keputusan untuk beristirahat

dan

tidak memeriksakannya ke puskesmas sebelum keluhannya bertambah parah.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga mengatakan tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang

mengalami hipertensi dengan benar

d. Kemampuan memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat

Keluarga mengatakan tidak tahu cara bagaimana melakukan

pencegahan penyakit terhadap keluhan yang Tn. S rasakan

e. Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

7
Keluarga belum mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu

puskesmas/poskedes terdekat. Keluarga beranggapan bahwa keluhan yang

Tn. S rasakan adalah hal biasa dan akan hilang dengan beristirahat.

VI Stres dan Koping Keluarga

29. Stresor jangka pendek dan panjang

Stressor jangka pendek keluarga yaitu gangguan kesehatan yang Tn. S alami

dan keluhkan, Stressor jangka panjang keluarga yaitu komplikasi daripenyakit

Tn. S tersebut bila tidak diobati.

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor

Keluarga menganggap hal tersebut adalah hal yang biasa dan tidak

membahayakan bagi Tn. S selama dapat ditangani oleh keluarga.

31. Strategi koping yg digunakan

Keluarga mengatakan Tn. S selalu membicarakan atu mendiskusikan hal yang

berkaitan dengan keluarga. Tetapi tetap mengambil keputusan secara bersama

sama.

32. Strategi adaptasi disfungsional

7
Keluarga menyatakan keluhan yang Tn. S adalah keluhan biasa dan

melakukan penyangkalan terhadap masalah kesehatan yang dapat

membahayakan kesehatan Tn. S.

33. Harapan Keluarga

Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat membantu mengatasi

masalah kesehatan yang ada pada keluarganya. Serta keluhan Tn. S cepat

sembuh dan sehat kembali dan tidak ada keluhan dalam menjalani

aktifitasnya.

VII. Pemeriksaan Fisik Tiap individu anggota keluarga

pemeriksaan Tn. S Ny. E An. A An.G


Keadaan umum Klien tampak baik, baik, Baik,
lemah, kesadaran kesadaran kesadaran
kesadaran composmentis composmentis composmentis
composmentis TD : 120/100 TD : 110/80 TD : 100/80
TD : 150/90 mmHg mmHg mmHg
mmHg N : 96x/m N : 76x/m N : 84x/m
N : 80x/m R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
R : 20x/m S : 37,30 S : 36,50 S : 36,70
S : 370 C C C C
Integumen Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
mesosephal, mesosephal, mesosephal, mesosephal,
rambut rambut mulai rambut hitam, rambut hitam,
beruban, kulit beruban, kulit kulit kepala kulit kepala
kepala bersih, kepala bersih, bersih, kulit bersih, kulit
warna kulit kulit sawomatang, sawomatang,
sawomatang, sawomatang, turgor kulit turgor kulit
turgor kulit turgor kulit baik, CR < 2 baik, CR < 2
baik, CR<2 baik, CR < 2 detik, warna detik, warna
detik. detik, warna dasar kuku dasar kuku
Wajah dasar kuku transparan. transparan.
meringis, transparan.
dengan skala
nyeri 5
(sedang)
7
Sistem Mata simetris Mata simetris Mata simetris Mata simetris
Penglihatan kiri dan kiri dan kiri dan kanan, kiri dan kanan,
kanan, kanan, konjungtiva konjungtiva
konjungtiva konjungtiva merah muda, mera muda,
anemis, sklera merah muda, sklera putih, sklera putih,
kekuningan, sklera putih, fungsi kornea fungsi kornea
fungsi kornea fungsi kornea baik, baik,
baik, baik, penglihatan penglihatan
penglihatan penglihatan baik, refleks baik, refleks
baik, refleks baik, refleks pupil isokor, pupil isokor,
pupil isokor, pupil isokor, visus normal visus normal
visus normal visus normal
Sistem Hidung Hidung Hidung Hidung
penciuman simetris, simetris, simetris, simetris,
bersih tidak bersih tidak bersih tidak bersih tidak
ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret,
fungsi fungsi fungsi fungsi
penciuman penciuman penciuman penciuman
baik. baik. baik. baik.
Sistem Teling Teling Teling Teling
pendengaran simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen, ada serumen,
fungsi fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik
Sistem Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada
pernapasan normochest, normochest, normochest, normochest,
bunyi napas bunyi napas bunyi napas bunyi napas
vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
bunyi napas bunyi napas bunyi napas bunyi napas
tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
Sistem Irama jantung Irama jantung Irama jantung Irama jantung
kardiovaskuler reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak
ada distensi ada distensi ada distensi ada distensi
JVP, JVP, JVP, pengisian JVP, pengisian
pengisian pengisian kapiler baik. kapiler baik.
kapiler baik. kapiler baik.
Sistem Bibir Bibir Bibir berwarna Bibir berwarna
gastrointestinal berwarna berwarna pucat, tidak merah muda,
pucat, tidak sedikit pucat, ada stomatitis, tidak ada
ada stomatitis, tidak ada mukosa bibir stomatitis,

7
mukosa bibir stomatitis, lembab, mukosa bibir
lembab, mukosa bibir jumlah gigi lembab,
jumlah gigi lembab, lengkap, jumlah gigi
lengkap, jumlah gigi warna putih lengkap,
warna putih lengkap, kekuningan, warna putih
kekuningan, warna putih refleks kekuningan,
refleks kekuningan, menelan baik, refleks
menelan baik, refleks fungsi menelan baik,
fungsi menelan baik, pengecapan fungsi
pengecapan fungsi baik, pengecapan
baik, pengecapan peristaltik baik,
peristaltik baik, normal, tidak peristaltik
normal, tidak peristaltik ada nyeri normal, tidak
ada nyeri normal, tidak tekan pada ada nyeri
tekan pada ada nyeri abdomen. tekan pada
abdomen. tekan pada abdomen.
abdomen.
Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
endokrin pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid
Sistem Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
perkemihan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pada kandung pada kandung pada kandung pada kandung
kemih, kemih, kemih, kemih,
frekuensi frekuensi frekuensi frekuensi
berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4-
5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna
kuning muda kuning muda kuning muda kuning muda
Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
reproduksi keluhan keluhan keluhan keluhan
Sistem Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
muskuloskeletal sendi normal, sendi normal, sendi normal, sendi normal,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
edema dan edema dan edema dan edema dan
varises varises varises varises

7
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

1. Analisis Data
No Data Penyebab Masalah
1 DS Agen cedera Nyeri akut
 Tn. S Tn. S mengeluh biologis
pusing, kepala terasa berat
dan nyeri di pundak
 Tn. S mengeluh istirahat
tidur yang kurang
 Skala nyeri 5 (sedang)

DO
 TD : 150/90 mmHg
 HR : 80 x/ menit
 RR : 20 x/ menit
 SB : 370C
 Tampak meringis
2 DS Sumber daya Ketidakefektifan
 Ny. E mengatakan pernah tidak cukup pemeliharaan
membawa Tn. S ke kesehatan
puskesmas dan ke dokter,
setelah obat habis tidak
pernah lagi ke puskesmas
 Ny. E mengatakan tidak
mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Tn. S
DO
 Tn. S tampak lemas
 TD : 150/90 mmHg
 HR : 80 x/ menit
 RR : 20 x/ menit
 SB : 370C

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan Tn.
S mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri di pundak serta istirahat

7
tidur yang kurang., TD : 150/90 mmHg, HR : 80 x/ menit, Skala nyeri 5
(sedang) dan tampak meringis.
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber
daya tidak cukup ditandai dengan Ny. E mengatakan pernah membawa
Tn. S ke puskesmas dan ke dokter, setelah obat habis tidak pernah lagi ke
puskesmas, Ny. E mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Tn. S, dan TD : 150/90 mmHg

C. Rencana Keperawatan Keluarga

Tabel.2. Rencana intervensi keperawatan Keluarga

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan perawatan selama 3x24  Lakukan pengkajian
dengan agen jam, klien akan mencapai nyeri secara
cedera biologis : komprehensif
ditandai dengan Tingkat nyeri menurun termasuk lokasi,
Tn. S mengeluh Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
pusing, kepala - Skala Nyeri frekuensi, kualitas dan
terasa berat, Tn. S berkurang faktor presipitasi
mengatakan sering - Klien melaporkan  Observasi
nyeri leher dan rasa nyeri reaksi nonverbal dari
pundak, TD : berkurang ketidaknyamanan
150/90 mmHg, - Klien dapat  Gunakan teknik
HR : 80 x/ menit, menggunakan komunikasi terapeutik
Skala nyeri 5 teknik non untuk mengetahui
(sedang) dan farmakologi pengalaman nyeri
tampak meringis. dalam pasien
menurunkan nyeri  Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi

7
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Pengajaran: proses


pemeliharaan perawatan selama 3 x penyakit
kesehatan 24 jam, klien dan  Kaji tingkat
berhubungan Keluarga dapat pengetahuan
dengan sumber mencapai : Tingkat keluarga tentang
daya tidak cukup pengetahuan meningkat hipertensi
ditandai dengan  Lakukan HE
Ny. E dengan penyuluhan
mengatakan tentang hipertensi
pernah membawa  Review ulang
Tn. S ke hasil penyuluhan
puskesmas dan ke Partisipasi perawatan Dukungan perilaku
dokter, setelah meningkat keputusan
obat habis tidak  Kaji kemampuan
pernah lagi ke keluarga merawat
puskesmas, Ny. E anggota keluarga
mengatakan tidak yang sakit
mengetahui  Bantu keluarga
bagaimana cara membuat bahan
memulihkan herbal untuk
kondisi Tn. S dan menurunkan TD
TD : 150/90  Demonstrasikan
mmHg cara pembuatan
herbal untuk
menurunkan TD
Kepatuhan perilaku Mengunjungi fasilitas
kesehatan
 Kaji kemampuan
keluarga
menggunakan
fasilitas kesehatan
 Berikan dukungan
keluarga
menggunakan JKN
 Lakukan HE tentang
pentingnya
pengobatan teratur
pada hipertensi

8
D. Implementasi dan evaluasi keperawatan keluarga

No. Tanggal dan Intervensi Paraf Evaluasi


Dx waktu
1. 24 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. S
09.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan dan kepala
3. menggunakan teknik
terasa berat
komunikasi terapeutik
O:
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien - skala nyeri
4. Mengontrol lingkungan
5 sedang
yang dapat mempengaruhi
- TTV
nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan

8
5. Mengajarkan tentang TD:
teknik non farmakologi
150/100
6. Memberikan analgetik
mmHg
untuk mengurangi nyeri
HR: 80x/m

1 25 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. S


10.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan dan kepala
3. menggunakan teknik
mulai terasa
komunikasi terapeutik
ringan
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien O:
4. Mengontrol lingkungan
- skala nyeri
yang dapat mempengaruhi
4 (sedang)
nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan - TTV
kebisingan
TD: 140/90
5. Mengajarkan tentang
mmHg
teknik non farmakologi
6. Memberikan analgetik HR: 80x/m
untuk mengurangi nyeri

8
2. 25 April 2020 1. Mengkaji tingkat S: keluarga
11.30 pengetahuan keluarga
mengatakan
tentang hipertensi
mengerti
hasil : keluarga belum
mengerti tentang O:
hipertensi, bagaimana Pengetahuan
penanganannya di rumah
70% kategori
dan dampak bila tidak
diobati baik

2. Melakukan penyuluhan A: masalah


tentang hipertensi
teratasi
Hasil :
Klien dan anggota P: intervensi

keluarga antusias dan selesai

mendengarkan dengan
seksama penyuluhan
hipertensi
3. mereview hasil
penyuluhan
Hasil :
Keluarga dapat
mengulangi 70%
penjelasan tentang
hipertensi dan dapat
menjawab pertanyaan
yang diajukan 100%

8
1 26 April 2020 1. Melakukan pengkajian S: Tn. S
10.30 nyeri secara komprehensif
mengatakan
2. Mengobservasi reaksi
masih pusing
nonverbal dari
ketidaknyamanan berkurang dan
3. menggunakan teknik
kepala terasa
komunikasi terapeutik
ringan
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien O:
4. Mengontrol lingkungan
- skala nyeri
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, 3 (ringan)

pencahayaan dan - TTV


kebisingan
TD: 130/80
5. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi mmHg

6. Memberikan analgetik HR: 76x/m


untuk mengurangi nyeri

2 26 April 2020 1. Mengkaji pengetahuan S: keluarga


11.30 keluarga tentang
mengatakan
hipertensi
mengunjungi
Hasil : keluarga dapat
memberikan penjelasan faskes
80 % benar O:
2. Mengkaji kemampuan
keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit

8
Hasil : keluarga hanya Pengetahuan :
memberikan perawatan 80 % kategori
seadanya dengan memijat
(baik)
3. Membantu keluarga
membuat bahan herbal Perilaku 80%
untuk menurunkan TD kategori (baik)
Hasil : keluarga
A: masalah
memilih untuk
memberikan Jus teratasi

ketimun P: intervensi
4. Mendemonstrasikan cara selesai
pembuatan herbal untuk
menurunkan TD
Hasil : keluarga dapat
membut jus timun untuk
menurunkan TD
5. Mengkaji kemampuan
keluarga
menggunakan fasilitas
kesehatan Hasil :
keluarga tidak
memiliki JKN dan
biaya terbatas untuk
obat
6. Memberikan dukungan
keluarga menggunakan
JKN
Hasil : keluarga bersedia
untuk mengurus BPJS
melalui Kelurahan
8
7. Memberikan HE tentang
pentingnya pengobatan
teratur pada hipertensi
Hasil : keluarga mengerti
dan memahami

E. Evaluasi keperawatan keluarga

No. NOC Saat Hari I Hari II Hari III

pengkajian

1. Tingkat nyeri Skala 5 Skala 5 Skala 4 Skala 3


(Sedang) (Sedang) (sedang) (Ringan)

2. Pengajaran: 30% 30% 70% 80%


proses penyakit (Kurang) (Kurang) (Baik) (Baik)

3 Partisipasi dan 30% 30% 40% 90%


perilaku (Kurang) (Kurang) (Kurang) (Baik)
kepatuhan

8
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan pengambilan data oleh perawat dengan ditandai

pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus dan sebagai keputusan

profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang dikumpulkan.

Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan mekanisme

wawancara, pemeriksaan fisik, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya serta

pengalaman anggota keluarga yang dilaporkan. (padila,2012). Pengkajian

keluarga menurut Muwarni (2011) adalah suatu tahapan dimana perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap keluarga yang menjadi

binaannya.

Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada keluarga Tn. S sesuai dengan

teori yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format

pengkajian keluarga dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan

juga menggali informasi dari pengalaman anggota keluarga untuk memenuhi data

dan informasi yang diperlukan dalam proses asuhan keperawatan.

Dalam pengkajian keluarga dengan hipertensi didapatkan keluhan merasa

pusing, sakit kepala, nyeri pada leher belakang, terasa berat pada belakang

kepala, dengan nyeri terasa hilang timbul dengan skala nyeri 5 dan dilakukan

pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 150/100 mmHg.


Keluhan yang didapatkan penulis pada pengkajian sesuai dengan tanda dan

gejala Hipertensi menurut Wijaya dan Putri, (2013) yaitu nyeri kepala saat

terjaga, terkadang disertai muntah, peningkatan tekanan intrakranial, penglihatan

kabur akibat retinopati karena hipertensi, langkah kaki tidak stabil karena

kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal

dan filtrasi, edema dependen, dan pembengkakan kaibat peningkatan tekanan

kapiler. Menurut Brunner dan Suddart (2015) gejala yang timbul selain dari

peningkatan darah yang tinggi, dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah

dan pada kasus berat edema pupil.

Pada pengkajian Tn. S mengatakan sering mengkonsumsi daging dan lemak

di masa muda seperti coto, konro, ikan asin dan berkuah santan, jarang olahraga

serta keluarga memiliki riwayat tinggi darah, Tn. S mengatakan emosinya

meledak-ledak dan masih sulit terkontrol. Penyebab hipertensi ini sesuai dengan

pernyatan Brunner dan Suddart (2015) bahwa penyebab hipertensi adalah

gangguan emosi, obesitas, komsumsi alkohol yang berlebihan, konsumsi kopi,

obat-obatan dan faktor keturunan. Menurut black dan Hakws (2014) faktor resiko

hipertensi yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga, usia, jenis kelamin

dan ras/etnis sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah stress, obesitas,

konsumsi garam, pola makan, penyalagunaan obat dan aktifitas olahraga.

7
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga adalah integrasi diagnosis ke sistem keluarga

yang erupakan hasil dari pengkajian keperawatan keluarga. Diagnosa

keperawatan keluarga terdiri dari masalah kesehatan keluarga baik aktual

maupun potensial. (Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:

1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).

2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah

ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan

dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat

ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan masalah

hipertensi adalah (SDKI, 2018) :

1. Penurunan curah jantung

2. Intoleransi aktivitas

3. Nyeri (sakit kepala)

4. Kelebihan volume cairan

5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

6. Ketidakefektifan koping

7. Defisit pengetahuan

8. Ansietas

9. Resiko cidera

7
Pada studi kasus ini penulis menemukan 2 diagnosa keperawatan pada keluarga

Tn. M dengan Kasus Hipertensi yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber daya

tidak cukup

Diagnosa nyeri akut (sakit kepala) yang penulis angkat dalam proses

keperawatan keluarga Tn. S ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada bagian

kepala belakang, pusing, kepala terasa berat, nyeri merembek sampai pundak.

Diagnosa tersebut sesuai dengan teori dimana tanda dan gejala atau respon

tubuh yang mengalami hipertensi menurut crowin (2000) yaitu nyeri kepala saat

terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan

intrakranial, penglihatan kabur, ayunan langkah yang tidak stabil, nokturia karena

peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus,

edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan perifer.

Diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dimana diagnosa

ini didukung oleh data ketidaktahuan klien dan keluarga dalam mengatasi kondisi

hipertensi, tidak minum obat secara teratur, tidak menggunakan fasilitas

kesehatan yang tersedia, klien dan keluarga tidak tahu merawat anggota keluarga

yang sakit dengan hipertensi. Faktor ini disebabkan oleh lingkungan keluarga dan

juga kebiasan-kebiasaan dalam keluarga

Diagnosa tersebut sesuai dengan teori robbins (2007), beberapa faktor yang

berperan dalam hipertensi primer atau essensial mencakup pengaruh genetik atau

7
keturunan dan pengaruh lingkungan seperti stressor, kegemukan, merokok dan

kurangnya aktifitas fisik dan konsumsi garam dalam jumlah besar dianggap

sebagai faktor eksogen dalam hipertensi. Sedangkan Black dan Hawks (2014)

menyatakan bahwa stress meningkatkan resistensi perifer dan curah jantung serta

akan dapat menstimulasi aktifitas saraf simpatis. Stress adalah masalah persepsi

dan interpretasi orang terhadap kejadian yang menciptakan banyak stressor dan

respon stress yang menimbulkan kecemasan.

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang

diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.

Intervensi dilakukan dengan ONEC yaitu (Observation) yaitu rencana tindkan

mengkaji tau melaksanakan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau

secara langsung dan dilakukan secara kontinu, (Nursing) yaitu rencana tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki dan mencegah perluasan

masalah, (Education) adalah rencana tindakan yang berbentuk pendidikan

kesehatan dan (Colaboration) yaitu tindakan kerjasama dengan tim kesehatan

lain yang dilimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada perawat.

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosa

keperawatan, pernyataan keluarga dan perencanaan keluarga dengan

merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber

serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak atau standar tetapi

dirancang bagi keluarga tertentu. (Friedman, 2010).

7
Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan nyeri akut (sakit kepala) karena

peningkatan tekanan darah difokuskan kepada edukasi pasien dan keluarga

tentang tugas keperawatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan anggota

keluarga dimana keluarga harus mampu mengenal setiap kondisi sakit anggota

keluarganya dengan menekankan pada peningkatan kognisi atau pengetahuan

keluargatentang penyakit.

Pada intervensi dalam diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan difokuskan pada intervensi yang memungkinkan keluarga mampu

merawat anggota keluarga yang sakit, baik dalam pengawasan maupun

memberikan obat komplementer dan medis, serta keluarga mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang tersedia seperti puskesmas, dokter praktek maupun

poliklinik rumah sakit.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana

intervensi yang telah disusun berdasarkaan hasil analisa data dengan

memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga

dlam bidang kesehatan sehingga mampu memenuhi tugas keperawatan keluarga.

Klien dan keluarga dapat menilai potensi dan kemampuan sumber daya sendiri

dan mengembangkannya dalam implementasi yaitu mampu mengenal masalah

kesehatan anggota keluarga, mampu membuat keputusan untuk masalah

kesehatan keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang sakit, mampu

memodifikasi

7
lingkungan untuk kesehatan keluarga dan mampu menggunakan fasilitas

kesehatan yang tersedia. (Muwarni, 2007).

Pelaksanaan implementasi dilakukan selama 3(tiga) hari yaitu tanggal 24

sampai dengan tanggal 26 April 2020, dengan kegiatan berdasarkan rencana yang

telah disusun yaitu :

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

4. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi

6. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri

7. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang hipertensi

8. Mengkaji kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

9. Membantu keluarga membuat bahan herbal untuk menurunkan TD

10. Mendemonstrasikan cara pembuatan herbal untuk menurunkan TD

11. Mengkaji kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

12. Memberikan dukungan keluarga menggunakan JKN

13. Memberikan HE tentang pentingnya pengobatan teratur pada hipertensi

7
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan utuk mengukur kemajuan proses

keperawatan terhadap respon klien selama mendapatkan tindakan keperawatan

dan pencapaian dari indikator keberhasilan suatu tujuan dimana perawat

melakuka evaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau

kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Wijayaningsih, 2013).

Evaluasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang terjadi saat

melakukan kontak dengan klien dengan menggunakan metoda

SOAP(subyektif,obyektif,analisis dan planning) dimana S (subyektif) berisi data

subyektif dari wawancara atau ungkapan langsung pasien, O(obyektif) berisi data

analisa dan interpretasi yang didapatkan dari pemeriksaan fisik pasien,

A(analisis) berdasarkan simpulan penalaran perawat terhadap hasil tindakan dan

P (planning) adalah perencanaan selanjutnya terhadap tindakan baik asuhan

mandiri, kolaboratif, diagnosis laboratorium maupun konseling sebagai tindak

lanjut (Potter and Perry, 2011).

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses dimana penulis melakukan

penilaian terhadap keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehingga memiliki tingkkat produktifitas tinggi dan dapat

mengembangkan sumber daya dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan konsep

evaluasi menurut Sugiharto,(2012) dimana menyatakan bahwa evaluasi adalah

tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan mudah atau sulit

dicapai dengan menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

7
kesehatan yaitu

7
mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan terkait masalah

kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan mampu

memodifikasi lingkungan serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

yang tersedia.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2020 didapatkan

sebagai berikut : Tn. S mengatakan masih pusing berkurang dan kepala terasa

ringan, skala nyeri 3 (ringan), TTV TD: 130/80 mmHg, HR: 76x/m, keluarga

mengatakan mengunjungi faskes, pengetahuan : 80 % kategori (baik), perilaku

80% kategori (baik)

8
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dalam studi kasus ini, maka penulis

dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian, penulis menyimpulkan bahwa nyeri kepala, pusing, berat

sampai di pundak, merupakan gejala khas hipertensi. Pada keluarga faktor

ketidaktahuan terhadap cara penanganan anggota keluarga yang menderita

hipertensi menjadikan pasien tidak maksimal mendapatkan perawatan dan

pengawasan pengobatan.

2. Pada diagnosa keperawatan penulis mendapatkan diagnosa yang

dimunculkan dalam keperawatan keluarga dengan hipertensi yaitu nyeri akut

dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga

3. Pada intervensi keperawatan yang diangkat adalah manajemen nyeri dan

pengajaran : proses penyakit.

4. Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan manajemen nyeri

untuk perawatan individu dan proses pengajaran dengan kegiatan demonstrasi

dan penyuluhan tentang hipertensi .

5. Pada tahap evaluasi keperawatan pada klien dengan hipertensi didapatkan

hasil proses perawatan yang dilakukan selama tiga hari menunjukan semua

masalah dapat teratasi.

8
B. Saran

Sesuai hasil dan kesimpulan studi kasus ini, penulis menyarankan :

1. Bagi Klien / Masyarakat

Untuk klien agar menjaga pola dan gaya hidup maupun faktor lain yang

menyebabkan resiko hipertensi, minum obat secara teratur sesuai dengan

indikasi yang di anjurkan serta chek up kerumah sakit / puskesmas terdekat

di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program perawatan lanjut

seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada klien dengan kasus

hipertensi, dan mengkonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan dan

proses penyembuhan.

2. Bagi Puskesmas Ci Kalong Kab. Tasikmalaya

Diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komprehensif yaitu bio,

psiko, sosial, spritual, kultural kepada klien. Petugas kesehatan baik itu

perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang

komprehensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam

melaksanakan asuhan keperawatan keluarga serta adanya pendoku mentasian

yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. Juga diperlukan

adanya kerja sama yang baik dengan tim kesehatan lainnya untuk

mempercepat proses kesembuhan klien.

8
Mampu Menurunkan Hipertensi?
Buah naga mengandung banyak nutrisi dan vitamin, serta memiliki sifat antioksidan
untuk melawan penyakit. Tidak heran jika mengonsumsi buah naga secara teratur
dapat menyehatkan tubuh.
Manfaat terkait menurunkan tekanan darah tinggi, berkaitan dengan kandungan
magnesium yang ada di dalam buah naga. Meski begitu, fungsi menurunkan darah
tinggi ini hanya sebagai nutrisi pendukung, bukan sebagai pengganti obat hipertensi.
Tingkat penurunan darah tinggi pun berbeda pada setiap orang dan setiap kasus. Maka
itu, konsumsilah buah naga dalam jumlah yang wajar dan tetap lakukan perubahan
pola hidup yang lebih sehat untuk menjaga tekanan darah. Seperti menghindari
makanan asin, memperbanyak minum air putih, dan olahraga secara teratur.
Nah, kesimpulannya pengidap hipertensi tak bisa hanya mengandalkan buah naga
untuk menurunkan tekanan darahnya. Sebab, mereka juga harus menerapkan pola
hidup sehat dan mengonsumsi obat hipertensi secara rutin.
Berbagai Manfaat Buah Naga untuk Kesehatan
Selain diyakini dapat menurunkan tekanan darah, ada pula beberapa manfaat buah
naga lainnya, yaitu:
1. Meningkatkan kesehatan kardiovaskular
Buah naga menjadi pilihan yang baik untuk meningkatkan kesehatan jantung dan
menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Antioksidan yang terkandung dalam
buah dan bijinya memberi tubuh asupan asam lemak omega-2 dan omega-9, serta
membantu mengurangi kolesterol total (termasuk kadar kolesterol “jahat” LDL).
2. Mendukung sistem kekebalan tubuh
Manfaat buah naga berikutnya yaitu meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk
mencegah serangan penyakit. Buah naga mengandung vitamin C, yang dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melindungi tubuh dari kuman, bakteri, dan
radikal bebas.
3. Meningkatkan kesehatan pencernaan
Buah naga mengandung serat yang dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan
kesehatan usus. Perlu diketahui, orang dewasa membutuhkan antara 21 hingga 38
gram serat per hari. Sementara itu, 100 gram buah naga mengandung 2,9 gram serat

8
atau 10 persen dari nilai harian yang dibutuhkan tubuh. Dengan mencukupi kebutuhan
serat, dapat mencegah serta mengobati sembelit.
4. Menurunkan gula darah pada pengidap diabetes
Selain meningkatkan kesehatan usus, serat dalam buah naga bermanfaat pada pengidap
diabetes tipe 2 untuk membantu rasa kenyang lebih lama, menurunkan berat badan,
dan menormalkan kadar gula darah.
5. Menyehatkan kulit
Manfaat buah naga selanjutnya yaitu menyehatkan kulit. Mengonsumsi buah naga
dapat membantu mengurangi bintik-bintik penuaan, kerutan, kulit kering, dan jerawat.
Manfaat tersebut berasal dari kandungan vitamin C dan antioksidan di dalam buah
naga. Vitamin dan antioksidan tersebut berperan dalam memperbaiki kerusak sel
secara bertahap, sehingga tampilan kuli jadi lebih muda.

8
3. Bagi Peneliti

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi

bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kreativitas serta dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran

untuk menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berda
sarkan Diagnose Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Aziz. Alimul, (2011). Konsep Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Pearce. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi. Gramedia. Jakarta

Dongoes. M.E (2001). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. AUP Airlangga University Press.


Surabaya

Brunner dan Suddarth, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Friedman, Marilyn, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga, konsep dan praktik. EGC.
Jakarta.

Gunawan, I. 2011. Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Penerbit


Kansius.

Haryanto, A., dan Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.


KDT.Jakarta

Muttaqin, Arif, 2011. Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan sistem


Kardiovaskuler. Salemba medika. Jakarta

Nurarif, A. H., dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC. Mediaction Jogja. Yogjakarta

Padila, 2012. Buku ajar keperawatan keluarga. Nuha medika. Yogyakarta

8
Potter dan Perry, 2012. Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan
praktik. Vol.1. edisi 4. EGC. Jakarta

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta

Sugiharto, 2012. Asuhan keperawatan keluarga dengan pedekatan keperawatan


transkultural. EGC. Jakarta.

Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Salemba Medika. Jakarta

Wijayaningsih, KS. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. CV. Trans info media.
Jakarta

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. EGC.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai