Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan yang baik adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari

penyakit. Konsep sehat dan sakit adalah konsep yang kompleks dan

berinterpretasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit.

Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan

sifatnya terus menerus berubah. Menurut Word Health Organization (WHO) sehat

adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak

hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan (Fitria & Martin, 2020).

Salah satu penyebab kematian terbesar yang tercatat di dunia pada

beberapa tahun terakhir ini ialah penyakit kardiovaskular salah satunya adalah

hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan seseorang yang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau lebih dari 120/80

mmHg dengan tekanan sistolik sama dengan/lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik sama dengan/lebih dari 90 mmHg (Anggraini & Chanif, 2020)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) di dalam Ansar J

(2019), prevalensi tekanan darah tinggi tahun 2022 pada orang dewasa berusia 18

tahun keatas sekitar 22%. Penyakit ini juga menyebabkan 40% kematian akibat

penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Selain secara global, hipertensi

juga menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak di derita

masyarakat Indonesia (57,6%). Secara Nasional Laporan Riset Kesehatan Dasar

1
2

(riskesdas) 2022 menemukan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk dengan umur ≥18 tahun adalah 34,11%. Prevalensi

tekanan darah tinggi pada perempuan (36,85%) lebih tinggi dibanding dengan

laki-laki (31,34%) (WHO, 2023)

Kemenkes RI, (2022) menyatakan bahwa pencegahan dan pengendalian

tekanan darah tinggi pada tahun 2020 menunjukkan target RPJMN (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2021 sebesar 23,4%, Sedangkan

data survei nasional indikator kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi tekanan

darah pada usia 18 tahun adalah 32,4%, peningkatan kasus hipertensi di Indonesia

di atas 18 tahun di Indonesia sebesar 9,4%, sedang mengkonsumsi obat darah

tinggi sebesar 9,5%, dan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan output

pengukuran tekanan darah dengan umur lebih dari 18 tahun sebanyak 25%

penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Apabila penduduk Indonesia

sebanyak 252.124.458 jiwa maka ada 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi

(WHO, 2023).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat, penderita darah tinggi atau

hipertensi mencapai 464.839 kasus di Tanah Rencong selama 2022. Untuk kasus

Hipertensi itu mencapai 464.839 kasus di seluruh kabupaten/kota di Aceh, kasus

penderita hipertensi tertinggi di Aceh yakni di Kabupaten Aceh Tamiang dengan

jumlah kasus mencapai 110.191 kasus. Sementara jumlah kedua tertinggi yakni di

Kabupaten Aceh Timur dengan jumlah kasus yaitu 73.318 kasus dan kemudian

Kabupaten Simeulue 33.161 kasus.Untuk kasushipertensi terendah di Aceh yaitu

di Kota Sabang dengan jumlah kasus mencapai 1.441 kasus, Kabupaten Gayo lues
3

dengan 3.418 kasus dan Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah kasus sebanyak

3.423(Pawestri et al., 2023)

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang memiliki dampak besar

pada kehidupan masyarakat, dan gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan

tekanan darah tinggi. Faktor gaya hidup seperti obesitas, kurang aktivitas fisik,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi garam berlebih dan stres

merupakan faktor risiko yang dapat memicu berkembangnya penyakit tidak

menular seperti tekanan darah tinggi dan komplikasinya (Setiana, 2021).

Prevalensi kasus hipertensi yang semakin meningkat, maka penderita

hipertensi harus segera diobati dan dicegah karena dapat menimbulkan berbagai

komplikasi. Komplikasi pembuluh darah terkait hipertensi dapat menyebabkan

penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal. Adanya komplikasi pada organ

tubuh tersebut menyebabkan angka kematian yang tinggi. Kerusakan organ tidak

hanya meningkatkan biaya terapi dan perawatan pasien, keluarga, dan pemerintah,

tetapi juga menurunkan kualitas hidup pasien dan akan menjadi masalah yang

lebih besar jika tidak ditangani sejak dini (Fitria & Martin, 2020).

Upaya untuk mencegah tingkat keparahan hipertensi ini dapat dilakukan

pasiennya dengan cara patuh mengendalikan faktor berisikonya, diantaranya

dengan memonitoring tekanan darah secara teratur, menghindari merokok,

menghindari diet yang tidak sehat (kurang konsumsi sayur dan buah serta

konsumsi gula, garam dan lemak berlebih), obesitas, kurang aktifitas fisik,

konsumsi alkohol berlebihan dan stress. Hal ini dimaksudkan agar keadaan

tekanan darah penderita hipertensi tetap terkontrol sehingga dapat terhindar dari
4

penyakit hipertensi dan komplikasinya. Karena masing-masing mempunyai efek

penurunan tekanan darah yang berperan dalam pencegahan hipertensi dan bila

dilakukan secara bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang

lebih nyata (Lara, 2022)

Lingkungan keluarga sangat diperlukan untuk memotivasi klien dalam

mejalankan terapi, jika motivasi dari klien tidak ditunjang dan kurang dukungan

keluarga untuk menjalankan regimen terapi maka akan timbul masalah

keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif . sehingga terciptanya

status kesehatan penderita hipertensi karena kurangnya pengetahuan keluarga

(Asmi & Husaeni, 2019)

Keluarga mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan

dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan

unit terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek

keperawatan kesehatan keluarganya, untuk itulah keluarga yang berperan dalam

menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga (Fitria & Martin, 2020).

Perawat keluarga memiliki peran yaitu membantu keluarga untuk menyelesaikan

masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan

fungsi dan tugas perawatan kesehatan. Adapun peran perawat dalam membantu

keluarga yang anggota keluarganya menderita hipertensi antara lain : memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat melakukan asuhan keperawatan

mandiri, sebagai koordinator untuk mengatur program kegiatan atau dari berbagai

disiplin ilmu, sebagai pengawas kesehatan, sebagai konsultan dalam mengatasi

masalah, sebagai fasilitator asuhan perawatan dasar pada keluarga yang menderita
5

penyakit hipertensi (Asmi & Husaeni, 2022) Dengan ini dapat disimpulkan bahwa

penyakit hipertensi ini menjadi perhatian bagi masyarakat untuk selalu menjaga

kesehatan agar terhindar dari resiko terjadinya hipertensi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik dan

berkeinginan untuk menyusun sebuah proposal yang berjudul ”Asuhan

Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan komprehensif dalam

melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.

2. Tujuan Khusus

Sebelum dan sesudah melakukan asuhan keperawatan penulis mampu

memahami:

a. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan pada keluarga dengan

Hipertensi

b. Tahap proses keperawatan keluarga dan aplikasi asuhan keperawatan

keluarga secara teoritis pada kasus hipertensi.

c. Kegiatan - kegiatan utama yang perlu dilakukan kasus hipertensi.

C. Manfaat Penulisan

1.3 Manfaat teoritis

a. Menambah pemahaman tentang konsep dasar dan proses

penyakithipertensi.
6

b. Mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep asuhan

keperawatan pada kasus hipertensi.

c. Memiliki kemampuan nantinya dalam melakukan asuhan keperawatan

secara nyata pada kasus hipertensi.

2. Manfaat praktis

a. Klien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang

penyakit hipertensi.

b. Klien dan keluarga dapat memahami perawatan yang benar dalam

merawat klien hipertensi.

3. Metode Penulisan

Dalam penulisan proposal ini menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan

(menguraikan) tentang tata cara melakukan asuhan keperawatan dan cara

mendapatkan materi (referensi) untuk menulis proposal.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang penulis

gunakan adalah Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan adalah cara

penelitian dengan mengumpulkan data secara komprehensif untuk

mendapatkan data atau bahan yang berhubungan dengan masalah

kesehatan hipertensi dalam rangka mendapatkan dasar teoritis dengan

membaca buku catatan kuliah, makalah literatur, atau referensi dan

mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan

masalah yang dibahas.


7

4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal ini dibagi dalam tiga bab:

BAB I PENDAHULUAN, yaitu berisi tentang latar belakang, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II KONSEP PENYAKIT, membahas tentang anatomi dan fisiologi

konsep kasus hipertensi dan konsep keperawatan keluarga.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS, yang berisi tentang

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Konsep Dasar Anatomi Fisiologi

Anatomi dan fisiologi berikut ini yang dijelaskan adalah tentang

sistem kardiovaskular. Hal ini dikarenakan kasus penyakit hipertensi

termasuk dalam gangguan sistem kardiovaskular.

1. Anatomi Jantung

Gambar2.1 Anatomi sistem pernafasan

(Sumber Purnamayanti, dkk, 2023)

a. Jantung

Menurut (Wicaksono, 2022) Jantung merupakan organ muskular

berongga, bentuknya menyerupai piramid atau jantung pisang yang

merupakan pusat sirkulasi darah keseluruh tubuh, terletak dalam

8
9

rongga toraks pada bagian mediastinum.Jantung adalah sebuah rongga,

berbentuk kerucut, organ otot berongga berukuran kira-kira sebesar

kepalan tangan. Berkontraksi sekitar 2,5 miliar kali dan memompa

sekitar 50 juta galon darah dalam waktu hidup rata-rata. Bagian bawah,

yang disebut bagian 8 atas apex (puncak), miring kedepan dan

kebawah kearah sisi kiri tubuh dan menempel pada diafragma. Bagian

atas jantung, disebut base (basis/dasar), berada/terletak di bawah

tulang rusuk kedua. Karena posisi jantung miring, sekitar 2/3 dari

organ berada di sebelah kiri garis tengah, dan 1/3 ke kanan (Valencia &

Giraldo, 2020). Jantung merupakan organ utama dalam sistem

kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan

basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri.

Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal

kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425

gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya

jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung

memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah

(Nursalam et al., 2021).


10

b. Ruang jantung

Gambar2.2 Anatomi ruang jantung

(Sumber Fikriyana, 2018)

Menurut (Suryono, 2022) Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu

2 ruang yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding

tebal disebut ventrikel.

1. Atrium

a. Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah

yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui

vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang berasal

dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan

selanjutnya ke paru.
11

b. Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya

oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah

mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.

2. Ventrikel (bilik) Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-

alur otot yang disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang

disebut muskulus papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan

tepi daun katup atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda

tendinae.

a. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan

dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

b. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan

ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat

yang disebut septum ventrikel.

a. Katup jantung
12

Gambar2.3 Anatomi katup jantung

(Sumber Guntur, 2019)

Menurut (Purwanti et al., 2019) anatomi jantung juga terdapat

katup yang berfungsi menjaga darah terus bergerak maju ke satu arah.

Katup kemudian akan menutup dengan cepat agar darah tidak berbalik ke

arah yang berlawanan. Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan

yang lain, jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya :

a. Katup atrioventrikuler Bagian jantung ini terletak di antara atrium dan

ventrikel. Katup ini akan menutup selama awal kontraksi ventrikel (sistol)

dan menghasilkan suara jantung pertama. Pada bagian ini terbagi lagi

menjadi dua katup.

, yaitu :

1) Katup trikuspidalis. Struktur jantung ini terletak di antara atrium

kanan dan ventrikel kanan, yaitu pada lubang atrioventrikular

kanan. Katup trikuspid terdiri dari tiga flaps (cusp), yaitu anterior,

septal, dan posterior. Cusp sendiri merupakan lipatan jaringan yang

kuat dan tipis berupa selebaran. Setiap dasar cusp terikat dengan

cincin fibrosa yang kuat. Flaps pada katup ini dapat membuka

untuk membiarkan darah bergerak maju melalui jantung selama

setengah denyut jantung dan menutup agar darah tidak mengalir

mundur selama setengah denyut, fungsi katup jantung trikuspid

adalah mengatur aliran darah antara atrium kanan dan ventrikel

kanan.
13

2) Katup mitral Bagian katup ini terletak di antara atrium kiri dan

ventrikel kiri, tepatnya pada muara atrioventrikular kiri. Katup ini

juga dikenal dengan sebutan katup bikuspid, karena memiliki dua

flaps, yakni anterior dan posterior. Sama seperti katup trikuspid,

dasar setiap cusp terikat dengan cincin fibrosa kuat yang disebut

anulus. Fungsi katup jantung mitral adalah memungkinkan darah

yang kaya oksigen dari paru-paru Anda lewat dari atrium kiri ke

ventrikel kiri.Baik katup trikuspid maupun katup mitral memiliki

penyangga berupa perlekatan tali fibrosa (chordae tendineae) pada

tepi bebas cusp katup. Chordae tendineae juga melekat pada otot

papiler yang terletak di permukaan interior ventrikel. Otot-otot ini

berkontraksi selama sistol ventrikel untuk mencegah prolaps

selebaran katup mitral ke atrium.

b. Katup semilunaris, katup semilunar yang terletak di antara ventrikel dan

pembuluh yang membawah darah keluar jantung. Katup ini menutup saat

ventrikel melakukan relaksasi (diastol) dan menghasilkan bunyi jantung

kedua. Katup ini terbagi ke dalam dua jenis yakni pulmonal dan aorta.

1) Katup pulmonal

Struktur jantung ini berada di antara ventrikel kanan dan batang

paru (lubang paru). Katup pulmonal terdiri dari selebaran kiri,

kanan, dan anterior. Sisi masing-masing selebaran katup menempel

pada dinding pembuluh yang mengalirkan darah keluar, yang

sedikit melebar untuk membentuk sinus. Fungsi dari katup jantung


14

pulmonal yaitu mengontrol aliran darah dari ventrikel kanan ke

arteri pulmonalis, yang membawa darah ke paru-paru untuk

mengambil oksigen.

2) Katup aorta

Bagian jantung ini terletak di antara ventrikel kiri dan aorta

asendens (lubang aorta). Katup aorta terdiri dari tiga selebaran kiri,

kanan, dan posterior. Fungsi dari katup aorta adalah membuka

jalan bagi darah yang kaya oksigen untuk mengalir dari ventrikel

kiri ke aorta, arteri terbesar tubuh. Saat darah mundur selama

diastol ventrikel, katup mengisi sinus aorta dan memasuki arteri

koroner untuk mensuplai miokardium, yakni sel-sel pada otot

jantung (Keperawatan et al., 2022)

c. Pembuluh darah jantung

Menurut (Pawestri et al., 2023) Sistem peredaran darah kita

berfungsi dengan bantuan pembuluh darah yang meliputi arteri, vena,

dan kapiler. Pembuluh darah ini bekerja dengan jantung dan paru-

paru untuk terus mengedarkan darah ke seluruh tubuh kita, selain alat

pemompa darah juga memerlukan pembuluh untuk dapat beredar ke

seluruh tubuh. Ada tiga macam pembuluh darah yaitu arteri, vena, dan

kapiler. Ketiga pembuluh darah tersebut selalu berhubungan satu

dengan lainnya dan membentuk suatu sistem.


15

1) Arteri (Pembuluh Nadi) arteri merupakan pembuluh darah

yang membawa darah keluar dari jantung. Arteri yang

membawa darah dari bilik kiri menuju seluruh tubuh disebut

aorta. Sementara itu, pembuluh yang membawa darah dari

bilik kanan menuju paru-paru disebut arteri pulmonalis.

Arteri mengandung darah kaya oksigen, kecuali arteri

pulmonalis mengandung darah kaya karbon dioksida. Arteri

bercabang-cabang membentuk cabang lebih kecil yang

disebut arteriole, arteriole ini membentuk cabang-cabang

lebih kecil dar ujung-ujungnya berhubungan langsung

dengan sel-se tubuh. Cabang cabang ini disebut kapiler.

2) Vena (Pembuluh Balik) Vena merupakan pembuluh yang

membawa darah ke jantung. Vena bercabang-cabang

membentuk venula Venula membentuk cabang-cabang lebih

kecil yang disebut kapiler. Vena yang berhubungan langsung

dengan jantung atau paru-paru dikenal dengan vena kava.

Vena mengandung banyak darah kaya karbon dioksida,

kecuali vena pulmonalis mengandung banyak oksigen. Vena

merupakan pembuluh berdinding lebih tipis, kurang elastis,

dan lubang pembuluh lebih besar daripada arteri. Pembuluh

ini mempunyai beberapa katup untuk mencegah agar darah

tidak berbalik arah.


16

3) Kapiler Kapiler. Kapiler darah merupakan pembuluh darah

berukuran kecil sebagai perpanjangan arteri dan vena.

Dinding sel pembuluh ini bersifat permeabel sehingga cairan

tubuh dan zat-zat terlarut dapat keluar masuk melalui

dinding selnya. Selain itu, juga terjadi pertukaran oksigen,

karbon dioksida, zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi

dengan jaringan yang ada di sekeliling kapiler. Beberapa

pembuluh kapiler mempunyai lubang berukuran sempit

sehingga sel darah merah dapat rusak jika melewatinya.

Diameter pembuluh ini dapat berubah ubah. Kapiler dapat

menyempit karena pengaruh temperatur lingkungan yang

rendah dan membesar bila ada pengaruh temperatur

lingkungan yang tinggi serta bahan kimia, seperti histamin.

Meskipun ukuran arteriole dan kapiler lebih kecil

dibandingkan dengan arteri dan vena, tetapi jumlah volume

darah secara keseluruhan lebih besar di arteriole dan kapiler.

Volume darah di dalam kapiler 800 kali volume darah di

dalam arteri dan vena.

2. Fisiologi Sistem Kardiovaskular

Menurut (Sabaruddin, 2021) Perikardium adalah kantung atau

selaput berisi cairan yang membungkus jantung serta akar pembuluh-

pembuluh darah, termasuk aorta, vena pulmonalis, dan vena cava. Lapisan

pembungkus jantung ini terdiri dari membran serosa, yaitu jaringan halus
17

yang disokong oleh jaringan ikat yang lebih keras. Membran serosa

tersebut mengandung mesotelium yang menghasilkan cairan untuk

melumasi jantung.Pelumas tersebut bertujuan untuk mengurangi gesekan

antara jantung dan jaringan tubuh lainnya.

Perikardium terdiri dari dua bagian, perikardium berserat dan

serosa, yang merupakan lapisan keras, tidak elastis dan tebal, jaringan

tidak teratur. Fungsi perikardium fibrotik adalah untuk mencegah ekspansi

jantung yang berlebihan, melindungi jantung, dan memperbaikinya di

mediastinum. Perikardium serosa adalah membran tipis dan halus yang

terdiri dari dua lapisan. Lapisan mural adalah lapisan terluar dari

perikardium serosa yang menyatu dengan perikardium fibrotik. Di dalam,

terdapat lapisan viseral yang disebut epikardium yang disebut epikardium,

yang menempel pada permukaan jantung. Dinding jantung terdiri dari 3

lapisan yaitu:

1. Lapisan Fibrosa

Lapisan Fibrosa adalah lapisan terluar dari perikardium. Lapisan ini

terdiri dari jaringan penghubung yang menempel pada diafragma.

Lapisan fibrosa menjaga supaya jantung Anda tetap berada di

tempatnya, yaitu rongga dada. Ketika jantung membesar saat sedang

memompa darah, lapisan fibrosa yang akan menahan posisi jantung.

Selain itu, lapisan tersebut juga bertugas mencegah terjadinya infeksi

jantung

2. Lapisan serosa
18

Lapisan kedua dari perikardium adalah serosa. Serosa dapat dibagi

lagi menjadi 2 lapisan, yaitu parietal dan viseral.Parietal melapisi

bagian dalam permukaan fibrosa perikardium, sedangkan lapisan

viseral menyelimuti permukaan endokardium (jaringan yang melapisi

bilik dan serambi jantung). Di antara lapisan fibrosa dan serosa,

terdapat rongga perikardial yang mengandung cairan pelumas atau

cairan serosa.

3. Mesotelium

Baik lapisan parietal maupun viseral pada serosa perikardium terbuat

dari mesotelium, yaitu sel-sel epitel yang berfungsi sebagai lapisan

pelindung serta mengurangi gesekan antar organ. Lapisan perikardial

kadang-kadang disebut lapisan viseral dari perikardium serosa.

Lapisan luar transparan dari dinding jantung terdiri dari mesothelium,

yang merupakan tekstur permukaan jantung yang halus. Otot jantung

adalah jaringan otot jantung yang paling tebal, yang bertindak

sebagai pompa untuk jantung dan tidak disengaja. Endokardium

adalah lapisan tipis endotelium yang melapisi lapisan tipis jaringan

ikat, membentuk batas halus ruang jantung dan menutupi katup

jantung

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah kondisi medis ketika seorang mempunyai

peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
19

lama. Secara umum seorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan

darah sistolik atau diastolik melebihi 140/90 mmHg. Dan normalnya

120/80 mmHg.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik

lebih dari 120 mmHg dan diastolik lebih dari 80 mmHg (Wicaksono,

2019). Menurut World Health Organizaton (WHO) batas tekanan darah

yang masih diangap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan darah lebih

dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batas WHO tersebut

tidak membedakan batas usia dan jenis kelamin. (WHO, 2023).

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik diatas 90 mmH).

2. Etiologi

Menurut (Umara., 2022) salah satu faktor yang mendukung

munculnya penyakit tidak menular seperti hipertensi di masyarakat yaitu

perubahan gaya hidup. Pada umumnya, hipertensi tidak menunjukkan

tanda serta gejala dan banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya

mengalami hipertensi.

Berbagai faktor risiko dapat mengakibatkan peningkatan tekanan

darah seperti kurang konsumsi buah dan sayur, terlalu banyak

mengonsumsi garam atau makanan asin, terlalu banyak mengonsumsi

kafein dan alkohol, merokok, kurang olahraga, kelebihan berat badan,


20

gangguan pola tidur, usia lanjut, dan riwayat anggota keluarga dengan

hipertensi.

3. Patofisiologi

Menurut (Lara, 2022) yaitu mekanisme yang mengontrol

menyempitan dan pelebaran vaskuler terletak di pusat vasomotor di otak,

rangsangan dari pusat vasomotor dijalarkan dalam bentuk impuls menuju

saraf simpatis ke ganglia simpatis dan meransang pengeluaran

neurotransmitter asetilkolin, yang akan menyebakan pengeluaran

norepinefrin. Norepinefrin akan menyebakan penyempitan kapiler.

Seseorang dengan hipertensi akan sensitive terhadap norepinefrin.

Kelenjar adrenal juga dapat mengeluarkan epinefrin yang juga

mampu merangsang vaskuler untuk vasokontriksi atauu penyempitan

pembuluh darah. Kondisi ini lah yang menyebabkan perffusi ke ginjal

menurun, yang selanjutnya akan merangsang ginjal mengeluarakan renin.

Renin akan menstimulasi terjadinya angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, yang merupakan vasokonstriktor,

selanjutnya merangsang pengeluaran hormon aldosteron yang

menyebabkan penahanan natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan jumlah cairan tubuh yang bersirkulasi akan meningkat.

Peristiwa diatas menjelaskan terjadinya hiperensi.

Proses degeneratif yaitu perubahan struktural dan fungsional akibat

bertambahnya usia, salah satunya akan menyebabkan gangguan pada


21

sistem pembuluh darah perifer. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah bertanggung jawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.

4. Manifestasi Klinis

Menurut (Setiana, 2020) pada umumnya, seseorang yang

mengalami hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengalami

peningkatan tekanan darah. Keluhan yang dialami pasien hipertensi dapat

beragam mulai dari tidak ada keluhan, ringan, hingga berat. Menurut hasil

penelitian, gejala pasien hipertensi yang umumnya dirasakan yaitu pusing,

sakit kepala, mual dan lemas

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Herman & Agianto, 2022) selain pemeriksaan tekanan

darah untuk mengetahui hipertensi, tidak ada pemeriksaan penunjang

seperti laboratorium untuk mendiagnosis hipertensi. Namun, pemeriksaan

laboratorium tetap dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya

hipertensi sekunder dan kerusakan organ akibat hipertensi. Peningkatan

serum kortikoid dapat mendeteksi adannya penyakit Cushing. Pemeriksaan

glukosa darah dan kadar kolesterol dapat membantu pemeriksa dalam


22

mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan

pembuluh darah.

Prosedur diagnostik yang dapat dilakukan seperti perekaman

jantung untuk mengetahui fungsi jantung. Gelombang R yang tinggi pada

hasil rekam jantung dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

Selain itu, pada pasien hipertensi yang sudah mengalami kardiomegali

dapat diketahui dari pemeriksaan rontgen dada.

6. Penatalaksanaan

Menurut (Fitria & Martin, 2020) penatalaksanaan hipertensi

terbagi menjadi tatalaksana farmakologis dan nonfarmakologis

antara lain :

1. Manajemen non-farmakologis dan gaya hidup sangat

direkomendasikan untuk semua individu tanpa memandang usia

dan jenis kelamin. Hal ini terutama ditujukan pada lanjut usia

dengan peningkatan tekanan darah, komorbiditas, dan status

risiko kardiovaskular

2. Edukasi pasien sangat penting untuk manajemen yang efektif

mencakup instruksi rinci mengenai manajemen berat badan,

pembatasan garam, manajemen merokok, manajemen olah raga

3. Penurunan berat badan perlu dianjurkan jika ada obesitas,

diketahui bahwa penurunan berat badan dapat menurukan

tekanan darah sistolik hingga 5 hingga 20 mmHg


23

4. Merokok mungkin tidak memiliki efek langsung pada tekanan

darah tetapi akan membantu mengurangi gejala sisa jangka

panjang jika pasien berhenti merokok

5. Perubahan gaya hidup menjadi healthy life style dapat

mengurangi risiko penyakit yang berhubungan dengan

kardiovaskular sebesar 15%

6. Terapi farmakologis terdiri dari penghambat enzim pengubah

angiotensin, penghambat reseptor angiotensin, diuretik dan beta-

blocker (BB). Terapi ini harus mempertimbangkan usia, ras dan

komorbiditas seperti adanya disfungsi ginjal, gagal jantung dan

penyakit serebrovaskular

7. Komplikasi

Hipertensi menurut (Valencia & Giraldo, 2021) dapat berpotensi

menjadi komplikasi berbagai penyakit yaitu :

a. Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan

oleh berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara

tiba–tiba, jaringan otak mengalami hal ini akan mati dan

tidak dapat berfungsi lagi.

b. Penyakit jantung (infak miokard)

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklorosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk krombus yang


24

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah

tersebut, karena hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin

tidak dapat di penuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi

vertikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu

antara listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko

pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tingi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus.

Rusaknya glumerolus, berakibatkan darah akan mengalir ke

unit-unit fungsional ginjal. Nefron akan terganggu dan

dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan

rusaknya membrane glomerolus, protein akan keluar

melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada

hipertensi kronik.

d. Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidak mampuan jantung dalam

memompa darah yang kembalinya ke jantung dengan cepat

mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan


25

lain sering disebut edema, cairan dalam paru-paru

menyebabkan sesak nafas. Timbunan cairan di tungkai

menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema..

C. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Menurut (Mubarak, 2020) keluarga adalah perkumpulan dua atau

lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi,

dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain. Menurut

(Bakri, 2020) keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai

hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan

terus menerus dan tinggal dalam satu atap. Menurut (Suprajitno,2020)

mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional.

Tipe Keluarga

Tipe-tipe keluarga sebagai berikut :

a. Keluarga Tradisional

Menurut (Padila, 2020) keluarga tradisional terdiri dari:


26

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri dan anak kandung atau angkat. Biasanya keluarga

yang melakukan perkawinan pertama atau orang tua campuran

atau orang tua tiri.

2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak atau

tidak ada yang tinggal bersama mereka.

3) Keluarga dengan orang tua tunggal,biasanya perceraian.

4) Bujangan dewasa sendiri.

5) Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang

berhubungan.

6) Pasangan lanjut usia, keluarga inti dimana suami istri sudah tua

dan anak-anaknya sudah berpisah.

b. Keluarga Non Tradisional

MenurutAchjar, (2019) keluarga non tradisional terdiri dari:

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai

anak.

3) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih

satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang

sama.
27

i. Fungsi Keluarga

MenurutAli ( 2020). membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu

a. Fungsi afektif Berhubungan dengan fungsi internal keluarga

yang merupakandasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota

keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran

dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi Keluarga merupakan tempat individu

melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar

disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam

keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam

masyarakat.

c. Fungsi reproduksi Fungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

e. Fungsi perawatan keluarga Keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.

a. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimanakeluarga melaksanakan

fungsi keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada

di Indonesia, diantaranya adalah :


28

1. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur ayah.

2. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur ibu.

3. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal

bersamakeluarga sedarah ibu.

4. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah ayah.

5. Keluarga kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

b. Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah sebuah proses perubahansistem keluarga

yang bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan umumnya

memiliki tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-beda. Tahap

perkembangan keluarga terbagi menjadi 8, yaitu :

a) Keluarga baru (beginning family) Keluarga baru dimulai

ketika dua individu membentuk keluarga melalui perkawinan.

Pada tahap ini pasangan baru memiliki tugas perkembangan

untuk membina hubungan intim yang memuaskan didalam

keluarga, membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai


29

tujuan bersama, termasuk dalam hal merencanakan anak,

persiapan menjadi orang tua, dan mencari pengetahuan

prenatal care (Keperawatan et al., 2022).

b) Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing

family) Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari

kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kelahiran

bayi pertama memberi perubahan besar dalam keluarga,

sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi

dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan

karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.

Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri

belum siap menjadi ibu (Dewi et al., 2020).

c) Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur

2-6 tahun) Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan

anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap

memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan

hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,

menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan

kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama,


30

memenuhi kebutuhan bermain anak (Keperawatan et al.,

2022).

d) Keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai ketika

anak pertama telah berusia 6 tahun (mulai masuk sekolah

dasar) dan berakhir pada usia 13 tahun (awal dari masa

remaja). Tugas perkembangan keluarganya adalah

mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan

prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan

teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan

pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan

kesehatan fisik anggota keluarga (Rifai & Safitri, 2022).

e) Keluarga dengan anak remaja Pada tahap ini tugas

perkembangan keluarga yaitu memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah

seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi,

mempertahankan hubungan intim dalam keluarga,

mempertahankan komunikasi antara anak dan orang tua, serta

mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang

anggota keluarga (Fitria & Martin, 2020)

f) Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan

rumah) Tahapan ini dimulai sejak anak pertama

meninggalkan rumah. Artinya keluarga sedang menghadapi


31

persiapan anak yang mulai mandiri. Dalam hal ini, orang tua

mesti merelakan anak untuk pergi jauh dari rumahnya demi

tujuan tertentu. Adapaun tugas perkembangan pada tahap ini,

antara lain membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup

mandiri, menjaga keharmonisan dengan pasangan,

memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, bersiap

mengurusi keluarga besar (orang tua pasangan) memasuki

masa tua, dan memberikan contoh kepada anak-anak

mengenai lingkungan rumah yang positif (Marwah et al.,

2022).

g) Keluarga usia pertengahan (middle age family) Tahapan ini

dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah

dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan

meninggal. Pada tahap ini, semua anak meninggalkan rumah,

maka pasangan berfokus untuk mempertahankan hubungan

dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara

mengadakan pertemuan keluarga antar generasi atau anak

cucu, sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan

sebagai kakek nenek (Dewi et al., 2020).

h) Keluarga dalam masa pensiun dan lansia Tugas

perkembangan keluarga pada tahapini yaitu mempertahankan

pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap

pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan


32

perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan

pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,

meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling

memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan,

merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu seperti

berolahraga, berkebun, mengasuk cucu (Avelina & Dery,

2021)

3. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Tugas kesehatan keluarga. menurut friedman dalam Reni (2019)

sebagai berikut:

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.Kesehatan

merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian keluarga atau orang tua

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat untuk

keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai keadaan keluarga dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.


33

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui, Keadaan penyakit, Sifat dan

perkembangan perawat yang diperlukan untuk perawatan, Keberadaan

fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, Sumber-sumber yang ada

dalam keluarga dan Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga. Ketika

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat kepada anggota keluarga,

keluarga harus mengetahui Sumber-sumber keluarga yang dimiliki,

Manfaat pemeliharaan lingkungan, Pentingnya hiegiene sanitasi,

Upaya pencegahan penyakit, Sikap atau pandangan keluarga dan

Kekeompakan antra anggota keluarga

e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan

masyarakat. Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,

keluarga harus mengetahui, Keberadaan fasilitas kesehatan,

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan,

Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan, Pengalaman yang kuranmg baik terhadap petugas dan

fasilitas kesehatan, Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga.
34

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia

untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi

penyakit, diagnosa klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan

klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data.

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan

secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan

keperawatan, dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal

dalam proses keperawatan. (Herman & Agianto, 2022).

Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-

masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebut digunakan untuk

menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta

tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Anggraini &

Chanif, 2020). Pengkajian menurut Friedman (2017) dalam asuhan keperawatan

keluarga diantaranya adalah :

a. Data Umum Data Umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia,

Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga.

b. Genogram Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor

genetik atau faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia.

34
35

c. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan keluarga dan kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan

keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi berpengaruh pada

tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan

keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter

dan fasilitas kesehatan lainnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga. Riwayat kesehatan keluarga yang

perlu dikaji adalah Riwayat masing masing kesehatan keluarga

(apakah mempunyai penyakit keturunan), Perhatian keluarga

terhadap pencegahan penyakit, Sumber pelayanan kesehatan yang

biasa digunakan keluarga dan Pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

e. Karakteristik Lingkungan. Karakteristik lingkungan yang perlu

dikaji adalah Karakteristik rumah, Tetangga dan komunitas,

Geografis keluarga, Sistem pendukung keluarga.

f. Fungsi Keluarga. Secara umum fungsi keluarga (Friedman,

2010) adalah sebagai berikut :

1) Fungsi Afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri

anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam

keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan

bagaimana anggota keluarga mengembangkan sikap saling

mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap


36

anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat

kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis

sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga.

Fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga terhadap

kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila

kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan

ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda

gangguann kesehatan selanjutnya.

2) Fungsi Keperawatan

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga

mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan

gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap

masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal

masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga

akan sesuai dengan tindakan keperawatan, karena

Hipertensi memerlukan perawatan yang khusus

yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya

hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara

pengaturan makanan yang benar serta gaya hidup

yang baik untuk penderita Hipertensi.


37

b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana

keluarga mengambil keputusan apabila anggota

keluarga menderita Hipertensi.

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

keluarga merawat keluarga yang sakit. Yang perlu

dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga

yang sakit Hipertensi.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat.

Yang perlu dikaji bagaimana keluarga mengetahui

keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

kemampuan keluarga untuk memodifikasi

lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari

pasien Hipertensi.

e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

mana akan mendukung kesehatan seseorang.


38

3) Fungsi Sosialisasi

Pada kasus penderita Hipertensi yang sudah mengalami

komplikasi stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial

baik di dalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar

keluarga.

4) Fungsi Reproduksi

Pada penderita Hipertensi perlu dikaji riwayat kehamilan

(untuk mengetahui adanya tanda-tanda Hipertensi saat

hamil).

5) Fungsi Ekonomi

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap

kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi

rendah individu segan untuk mencari pertolongan dokter

ataupun petugas kesehatan lainya.

g. Stres dan Koping Keluarga

Stres dan koping keluarga yang perlu dikaji adalah Stresor yang

dimiliki, Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor,

Strategi koping yang digunakan, Strategi adaptasi

disfungsional.

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik meliputi:

1) Keadaan Umum :
39

a) Kaji tingkat kesadaran Glasgow Coma Scale

(GCS) : kesadaran bisa compos mentis sampai

mengalami penurunan kesadaran, kehilangan

sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII), gangguan

penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun

dan kehilangan reflek tonus.

b) Mengkaji tanda-tanda vital Tanda-tanda vital

biasanya melebihi batas normal.

2) Sistem Penginderaan (Penglihatan) Pada kasus

Hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti

penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat

sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,

(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak

sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang

pernah dikenali dengan baik.

3) Sistem Penciuman Terdapat gangguan pada sistem

penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.

4) Sistem Pernafasan Adanya batuk atau hambatan jalan

nafas, suara nafas tredengar ronki (aspirasi sekresi).

5) Sistem Kardiovaskular Nadi, frekuensi dapat bervariasi

(karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi


40

jantung), adanya penyakit jantung miocard infark, rematik

atau penyakit jantung vaskuler.

6) Sistem Pencernaan Ketidakmampuan menelan,

mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi

sendiri.

7) Sistem Urinaria Terdapat perubahan sistem berkemih

seperti inkontinensia.

8) Sistem Persarafan :

a) Nervus 1 Olfaktori (penciuman)

b) Nervus II Optic (penglihatan)

c) Nervus III Okulomotor (gerak ekstraokuler mata,

kontriksi dilatasi pupil)

d) Nervus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke

bawah)

e) Nervus V Trigeminal (sensori kulit wajah,

penggerak otot rahang)

f) Nervus VI Abdusen (gerak bola mata

menyamping)

g) Nervus VII Fasial (ekspresi fasial dan

pengecapan)
41

h) Nervus VIII Auditori (pendengaran)

i) Nervus IX Glosovaringeal (gangguan

pengecapan, kemampuanmenelan, gerak lidah)

j) Nervus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita

suara)

k) Nervus XI Asesori (gerakan kepala dan bahu)

l) Nervus XII Hipoglosal (posisi lidah)

9) Sistem Musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan

tonus otot, pada klien Hipertensi didapat klien merasa

kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,

kesemutan atau kebas.

10) Sistem Integument Keadaan turgor kulit, ada tidaknya

lesi, oedem, distribusi rambut.

i. Harapan Keluarga

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat

(petugaskesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah

kesehatan yang terjadi


42

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan

keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke sistem keluarga dan

subsistemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.

Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual

dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan

dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan

pendidikan dan pengalaman (Rifai & Safitri, 2022).

Kategori diagnosa keperawatan keluarga menurut North

American Nursing Association (NANDA) dalam Andriano

Tuwaiban (2021) adalah :

a. Diagnosa keperawatan aktual Diagnosis keperawatan

aktual dirumuskan apabila masalah keperawatan sudah

terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari masalah

keperawatan sudah dapat ditemukan oleh perawat

berdasarkan hasil pengkajian keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan Diagnosis

keperawatan ini adalah diagnosa promosi kesehatan

yang dapat digunakan di seluruh status kesehatan.

Kategori diagnosa keperawatan keluarga ini diangkat

ketika kondisi klien dan keluarga sudah baik dan

mengarah pada kemajuan.


43

c. Diagnosa keperawatan risiko

Diagnosis keperawatan ketiga adalah diagnosis

keperawatan risiko, yaitu menggambarkan respon

manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupan yang mungkin berkembang dalam

kerentanan individu, keluarga, dan komunitas. Hal

ini didukung oleh faktor-faktor risiko yang

berkontribusi pada peningkatan kerentanan.

Diagnosa keperawatan sejahtera

Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir

adalah diagnosis keperawatan sejahtera. Diagnosis

ini menggambarkan respon manusia terhadap level

kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas,

yang telah memiliki kesiapan meningkatkan status

kesehatan mereka. Perumusan diagnosis

keperawatan keluarga dapat diarahkan pada

sasaran individu atau keluarga. Komponen

diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem),

penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign).

Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas

keluarga yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah
44

1) Persepsi terhadap keparahan penyakit.

2) Pengertian.

3) Tanda dan gejala.

4) Faktor penyebab.

5) Persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil

keputusan

1) Sejauh mana keluarga mengerti

mengenai sifat dan luasnya masalah.

2) Masalah dirasakan keluarga/Keluarga

menyerah terhadap masalah yang

dialami.

3) Sikap negatif terhadap masalah

kesehatan.

4) Kurang percaya terhadap tenaga

kesehatan informasi yang salah.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

1) Bagaimana keluarga mengetahui

keadaan sakit.

2) Sifat dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan.
45

3) Sumber – sumber yang ada dalam

keluarga.

4) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara

lingkungan.

1) Keuntungan/manfaat pemeliharaan

lingkungan.

2) Pentingnya higyene sanitasi.

3) Upaya pencegahan penyakit.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan

fasilitas kesehatan.

1) Keberadaan fasilitas kesehatan.

2) Keuntungan yang didapat.

3) Kepercayaan keluarga terhadap

petugas kesehatan.

4) Pengalaman keluarga yang kurang

baik.

5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau

oleh keluarga.
46

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah

keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan

keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga

dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang

dimiliki keluarga.

Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut :

Tabel.3.1 Prioritas masalah

No. Kriteria Nila Bobot


i
1. Sifat Masalah :
a. Aktual 3
b. Resiko Tinggi 2 1
c. Potensial 1
2. Kemungkinan Masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2
c. Tidak Dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah :
a. Segera Diatasi 2
b. Tidak segera diatasi 1 1
c. Tidak dirasakan ada masalah 0
47

Penentuan Nilai (Skoring) :

Skor
X Nilai
Angka Tertinggi Bobot

Cara melakukan penilaian :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga

dengan masalahhipertensi berdasarkan standar diagnosa

keperawatan Indonesia (SDKI) (PPNI 2020.Pdf, n.d.)

a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah.

b. Gangguan rasa nyaman (D.0074) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

c. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.


48

d. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115)

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga yang sakit.

e. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah.

f. Koping tidak efektif (D.0096) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.

g. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga.


49

C. Intervensi Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan

tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga

dalam mengatasi masalah keperawatan dengan melibatkan anggota

keluarga. Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga

sebagai suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan

yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi

masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga

dalam membuat suatu proses keperawatan. Intervensi keperawatan

adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan

pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah

perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk

mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2020.Pdf, n.d.). Intervensi

keperawatan keluarga dengan hipertensi menggunakan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah :


50

Tabel 3.2

Intervensi Keperawatan dengan menggunakan SIKI dan SLKI

N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Kepera Umum Khusus Kriteri Standar Keperawat
O wat an a an
1. Nyeri Setelah Setelah Resp 1. Klien Edukasi
akut dilakukan dilakuka on mampu Manajemen
(D.0077) tindakan n Verb mengidentifi
berhubun keperawata tindakan al kas i nyeri Nyeri (I.1239)
g an n keperawa 2. Keluarga Observasi
dengan diharapkan ta n mampu - Identfik
ketidakm tingkat keluarga menyebutkan asi kesiapan
a mpuan nyeri mampu tindakan dan
keluarga menurun mengenal nonfarmakol kemampuan
mengenal (L.08066) masalah. ogi s yang menerima
masalah. dianjurkan informasi
mahasiswa. Teraupetik
3. Keluarga - Sediakan
mampu materi dan
memilih media
tindakan pendidikan
yang kesehatan
dilakukan - Jadwalk
untuk an pendidikan
anggota kesehatan
keluarga sesuai
yang kesepakatan
mengalami - berika
nyeri. n
4. Keluarga kesempatan
mampu bertanya
Psi merawat Edukasi
ko- anggota - Jelaska
mot keluarga n
or yang sakit penyebab,
dengan periode, dan
pemberian
kompres strategi
dan terapi meredakan nyeri
relaksasi - Anjur
jika kan memonitor
anggota nyeri secara
keluarga mandiri
mengalami - Anjur
nyeri. kan
5. Klien menggunakan
mampu analgetik
mempraktikk secara
51

an teknik tepat.
relaksasi -ajarkan
nafas dalam. teknik
nonfarmakologis
untuk

mengurangi rasa
nyeri
2. Gangg Setelah Setelah Resp 1. Klien Edukasi
uan dilakukan dilakuka on mampu Manajemen
rasa tindakan n Verb mengidentifik
nyama keperawata tindakan al as i nyeri Nyeri (I.1239)
n n keperawa 2. Kelua Observasi
(D.007 diharapkan ta n rga mampu - Identfik
4) tingkat keluarga menyebutkan asi kesiapan
berhubun nyeri mampu tindakan dan
g an menurun mengenal nonfarmakolo kemampuan
dengan (L.08066) masalah. gi s menerima
ketidakm yang informasi
a mpuan dianjurkan Teraupetik
keluarga - Sediakan
mengenal materi
masala mahasiswa. dan
h. 3. Kelua
rga mampu media
memilih pendidikan
tindakan kesehatan
yang - Jadwalk
dilakukan an pendidikan
untuk kesehatan
anggota sesuai
keluarga kesepakatan
yang - berika
mengalami n
nyeri. kesempatan
Psik 4. Kelua bertanya Edukasi
o- rga mampu - Jelaska
mot merawat n
or anggota penyebab,
keluarga periode, dan
yang sakit
dengan strategi
pemberian meredakan nyeri
kompres - Anjur
dan terapi kan memonitor
relaksasi nyeri secara
jika mandiri
anggota - Anjur
keluarga kan
mengalami menggunakan
nyeri. analgetik
5. Klien secara
mampu tepat.
mempraktikk -ajarkan
an teknik
52

relaksasi teknik
nafas dalam. nonfarmakologis
untuk

mengurangi rasa
nyeri
3. Defisit Setelah Setelah Resp 1. Klien Edukasi
pengeta dilakukan dilakuka on dan
hu an tindakan n Verb keluarga Proses Penyakit
(D.011 keperawata tindakan al siap dan (I.12444)
1) n keperawa mampu Observasi
berhub diharapkan ta n menerima - Identifik
ung an tingkat keluarga informasi asi kesiapan
dengan pengetahua mampu 2. Klien dan
ketidak n keluarga mengenal dan kemampuan
ma meningkat masalah keluarga menerima
mpuan (L.12111). mampu informasi
keluarg menyebutkan Terapeutik
a tentang - Sediakan
menge penyakit materi dan
nal hipertensi . media
masala pendidikan
h. kesehatan
- Berika
n
kesempatan
bertanya Edukasi
- Jelaskan
penyebab dan
factor resiko
penyakit
- Jelaskan
proses
patofisologi
timbulnya
penyakit
- Jelaskan tanda
dan gejala
yang
ditimbulkan
penyakit
- Jelaska
n
kemungkinan
terjadinya
komplikasi
- Informasika
n
kondisi klien saat
ini.

4. Manaje Setelah Setelah Resp Klien dan Dukungan


me n dilakukan dilakuka on keluarga keluarga
kesehat tindakan n Verb mampu merencanakan
an keperawata tindakan al merawat perawatan
53

keluarg n keperawa anggota (I.13477)


a tidak diharapkan ta n keluarga Observasi
efektif manajemen keluarga - Identifik
(D.011 kesehatan dapat asi kebutuhan dan
5) keluarga merawat harapan keluarga
berhub meningkat anggota tentang kesehatan
ung an (L.012105). keluarga. - Identifi
dengan asi konsekuensi
ketidak tidak melakukan
ma tindakan bersama
mpuan keluarga
keluarg - Identifik
a asi tindakan yang
meraw dapat dilakukan
at keluarga.
anggot Terapeutik
a - Gunakan
keluarg sarana dan
a. fasilitas yang ada
dalam keluraga
Edukasi
- Informasik
an fasilitas
kesehatan
yang ada di
lingkungan
keluarga
- Anjur
kan
menggunakan
fasilitas

kesehatan yang
ada
5. Ansieta Setelah Setelah Resp Klien Dukungan
s dilakukan dilakuka on dan keyakinan
(D.008 tindakan n Verb keluarga (I.09259)
0) keperawata tindakan al mampu Observasi
berhub n keperawa menjelaskan - Identifik
ung an diharapaka ta n bahaya asi keyakinan,
dengan n tingkat keluarga akibat masalah dan
ketidak ansietas mampu keyakinan tujuan
ma menurun mengenal negatif perawatan
mpuan (L.09093). masalah. Terapeutik
keluarg - Berikan
a harapan realistis
menge sesuai prognosis
nal Edukasi
masala - Jelaskan
h. bahaya atau
resiko yang
terjadi
akibat
keyakinan negatif
54

6. Koping Setelah Setelah Resp Klien dan Promosi


tidak dilakukan dilakuka on keluarga
efektif tindakan n Verb paham Koping (I.09312)
tindakan al terkait Observasi
proses

(D.0096) keperawa keperawa penyakit yang - Identifik


berhubu tan ta n di derita asi pemahaman
ng an diharapka keluarga proses penyakit
dengan n status mampu - Identifik
ketidak koping mengam asi penyelesaian
ma keluarga bil masalah
mpuan membaik keputusa Teraupetik
keluarga (L.09088) n - Diskusik
mengam an perubahan
bi l peran yang
keputus dialami
an. - Fasilitasi
dalam
memperoleh
informasi
yang
dibutuhkan
- Motivasi
untuk
menentukan
harapan
yang realistis
Edukasi
- Anjurkan
keluarga terlibat
- Latih
penggunaan
teknik relaksasi.
7 Intoleran Setelah Setelah Resp Klien Terapi
. si dilakukan dilakuka on
Aktivitas tindakan n Verb mampu Aktivitas (I.0518)
(D.0056) keperawata tindakan al melakukan Promosi
berhubu n keperawa aktivitas Dukungan
ng an diharapkan ta n Keluarga
dengan toleransi keluarga (I.13488)
ketidak aktivitas mampu Observasi
ma meningkat memodifi - Identifikasi
mpuan (L.05047). k asi defisit aktivitas
keluarga lingkung - Identifik
memodi an asi kebutuhan
fik asi . dan harapan
lingkun keluarga
ga n. - Identifik
asi tentang
situasi, pemicu
55

kerjadian,
perasaan,
dan
perilaku klien.
Teraupetik
- Fasilitasi
fokus pada
kemampuan,
bukan defisit
yang dialami
- Libatkan
keluarga dalam
aktivitas
- Sediaka
n
lingkungan yang
nyaman
- Fasilitasi
program
perawatan dan
pengobatan yang
dijalani anggota
keluarga
- Hargai
keputusan
yang
dibutuhkan
keluarga Edukasi
- Anjur
kan melakukan
aktivitas fisik,
sosial,
spiritual
dan
kognitif
dalammenjaga
fungsi
dan
kesehatan
- Anjurkan
keluarga untuk
memberikan
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas.
- Jelaskan
kepada keluarga
tentang
perawatan dan
pengobatan yang
sedang dijalani
klien
Kolaborasi
- Rujuk pada
pusat atau
56

program
aktivitas
komunitas,
jika perlu
Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2019) dan
Standar Luaran Kepeawatan Indonesia (PPNI, 2020)

D. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu

kepentingan klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk

meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, serta budaya

dan lingkungan, tempat mereka mencari bantuan. Tindakan

keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Utama, 2021).

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien

(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim

perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain

dalam jaringan kerja sosial keluarga. Hal yang perlu diperhatikan

dalam tindakan keperawatan keluarga dengan Hipertensi menurut

Effendy dalam Harmoko (2021) adalah sumber daya dan dana

keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku,

respon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang

ada dalam keluarga.

Sumberdaya dan dana keluarga yang memadai diharapkan

dapat menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan

penyakit Hipertensi menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat

pendidikan keluarga juga mempengaruhi keluarga dalam


57

mengenal masalah Hipertensi dan dalam mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat terhadap anggota

keluarga yang terkena Hipertensi. Adat istiadat dan kebudayaan

yang berlaku dalam keluarga akan mempengaruhi pengambilan

keputusan keluarga tentang pola pengobatan dan penatalaksanaan

penderita Hipertensi, seperti pada suku pedalaman lebih

cenderung menggunakan dukun daripada pelayanan kesehatan.

Demikian juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga

yang sakit Hipertensi akan mempengaruhi keluarga dalam

merawat anggota yang sakit Hipertensi. Sarana dan prasarana

baik dalam keluarga atau masyarakat merupakan faktor yang

penting dalam perawatan dan pengobatan Hipertensi.

Sarana dalam keluarga dapat berupa kemampuan keluarga

menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diit atau

kemampuan keluarga, mengatur pola makan rendah garam,

menciptakan suasana yang tenang dan tidak memancing

kemarahan. Sarana dari lingkungan adalah, terjangkaunya

sumber- sumber makanan sehat, tempat latihan, juga fasilitas

kesehatan (Asmi & Husaeni, 2019).

E. Evaluasi

Menurut (Pawestri et al., 2023) Evaluasi adalah tidakan intelektual

untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh

diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah


58

berhasil dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan

keperawatan. Evaluasi yang digunakan berbentuk S (Subjektif), O

(Objektif), A (Analisis), P (Perencanaan terhadap analisis). Evaluasi

adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan

keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap akhir

yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan

melihat perkembangan klien. Evaluasi klien dilakukan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan.

Tujuan evaluasi :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan.

b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan.

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan.

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP. Penggunaannya tergantung

dari kebijakan setempat. Pengertian SOAP adalah sebagai berikut :

S : Data subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

O : Data objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien

setelah dilakukan tindakan keperawatan.

A : Analisis
59

Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis meruapakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau

juga dapat dituliskan masalah/ diagnosa baru yang terjadi akibat

perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya

dalam data subjektif dan objektif.

P : Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan

yang telah ditentukan sebelumnya.Tindakan yang telah menunjukkan

hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan tindakan ulang pada

umumnya dihentikan.
60

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S., & Chanif, C. (2020). Efektifitas Pemberian Posisi Kepala Elevasi
Pada Pasien Hipertensi Emergensi. Ners Muda, 1(2), 78.

Asmi, A. S., & Husaeni, H. (2019). Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,
10(2), 32–38.

Avelina, Y., & Dery, T. (2021). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Seksi Kesejahteraan Sosial Penyantunan Lansia
Paduwau Maumere. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyaarakat, 8(1),
1–11

Amir, T., Studi, P., Keperawatan, D., & Al-Ma’, S. (2022). Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hipertensi Dengan Edukasi Kesehatan: Manfaat Jus Buah
Mentimun. Lentera Perawat, 3(2), 83–92.

Dewi, F., Nggarang, B. N., & Sarbunan, H. (2020). Penerapan Asuhan


Keperawatan Masalah Hipertensi Dan Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada
Warga Dusun Puarwase Kabupaten Manggarai. Dinamisia : Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 112–118.

Djoko Prakosa (2020). Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Bising Jantung


P1337430217031_27357_bab-2_2cf76991ffe342784fe0a97206442394. 6–
44.

Fitria, R., & Martin, E. F. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Nyeri Akut
Pada Hipertensi Di RSAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta Timur. Jurnal
Persada Husada Indonesia, 7(24), 14–19.
https://doi.org/10.56014/jphi.v7i24.280

Herman, A. H., & Agianto, A. (2022). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Hipertensi melalui Intervensi Foot Massage di Desa Sungai Rangas Ulu:
Studi Kasus. Jurnal Keperawatan Klinis Dan Komunitas (Clinical and
Community Nursing Journal), 6(3),

Lara. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Terapi Beson


https://doi.org/10.35790/jkp.v10i1.38849
61

Marwah, S. F., Saputri, M. E., & Wowor, T. J. F. (2022). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Usia Dewasa Pada Masa
Pandemi Covid-19 Di Kelurahan Pabuaran Cibinong Bogor. Jurnal
Keperawatan,

Pawestri, D., Ismoyowati, T. W., & Intening, V. R. (2023). Studi Kasus Asuhan
Keperawatan Pasien Hipertensi Pada Masalah Nyeri Akut Dengan
Intervensi Slow Deep Breathing Di Panti Wreda Budhi Dhrama Daerah
58
Yogyakarta. STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta, 249–258.

Rifai, M., & Safitri, D. (2022). Edukasi Penyakit Hipertensi Warga Dukuh
Gebang Rt 04/Rw 09 Desa Girisuko Kecamatan Panggang Kabupaten
Gunungkidul. Budimas : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(2), 1–6.
https://doi.org/10.29040/budimas.v4i2.4101

Setiana, I. A. (2022). Asuhan Keperawatan Keluarga Fakultas Ilmu Kesehatan

Suryono. (2020). Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Bising Jantung. DIgital


Repository Universitas Jember, 1–15.

Sabaruddin, R. (2021) PPNI 2020.Diagnosa Keperawatan Dan Edukasi


Hipertensi

Utama, Y. A. (2021). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Hipertensi :Jurnal ’Aisyiyah Medika, 6(2).

Viera Valencia, L. F., & Garcia Giraldo, D. (2019). Nursing Home Care in
Families with Problems Hypertension Healthle. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 2.

WHO. (2023). Asuhan Keperawatan Pada Tn.H Dengan Hipertensi Di Bangsal


Multazam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.

Wicaksono,Y.(2019).https://repository.kertacendekia.ac.id/id/publications/29955
asuhan-keperawatan-pada-ny-s-dengan-diagnosa-medis-hipertensi-di-ruang
melati-rs
62

Anda mungkin juga menyukai